AKTIVITAS PERTAMBANGAN
Enies Nabila Fithri Tiara Sari1, Siti Hotijah2, Dwita Nurul Maulidyah3, Aulia Angelina4 1,4 Kelas 5A Program Studi Pendidikan Biologi FKIP UMM
Jln. Ray Tlogomas No. 246 Tlogomas, Kec Lowokwaru, Kota Malang Jawa Timur 65144 INDONESIA
1201510070311038 (enies0nabila@gmail.com) 2201510070311014 (hotyy19@gmail.com) 3201510070311012 (dwitamaulidyah07@gmail.com)
4201510070311042 (angelinaaulia2@gmail.com)
Intisari— Aktivitas manusia, berazaskan manfaat dan ekonomi serta konservasi lingkungan merupakan suatu hal yang memiliki peranan penting terhadap pembangunan berkelanjutan. Di satu sisi, pembangunan akan meningkatkan kualitas hidup manusia dengan meningkatnya pendapatan masyarakat. Industri pertambangan merupakan salah satu industri yang diandalkan pemerintah Indonesia untuk mendatangkan devisa. Selain mendatangkan devisa industri pertambangan juga menyedot lapangan kerja dan bagi Kabupaten dan Kota merupakan sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD). Namun dalam aktivitas pertambangan yang dilakukan tentu akan menimbulkan masalah lingkungan. Dalam paper ini akan dibahas tentang masalah lingkungan dalam pembangunan pertambangan, cara pengelolaan pembangunan pertambangan, kecelakaan kerja di pertambangan, penyehatan lingkungan pertambangan dan pencemaran serta penyakit-penyakit yang mungkin timbul akibat aktivitas pertambangan.
Kata Kunci: Pertambangan, Pembangunan Pertambangan, Dampak, Pengelolaan, Penyakit.
Abstrak— Human activities, based on benefits and the economy and environmental conservation are essential to sustainable development. On the one hand, development will improve the quality of human life with the increase of people's income. The mining industry is one of the industries that the Indonesian government relies on to bring in foreign exchange. In addition to bringing in foreign exchange, the mining industry also absorbs employment and for the Regency and City is the source of Local Own Revenue (PAD). However, in mining activities will certainly cause environmental problems. In this paper will be discussed about environmental issues in mining development, how to manage mining development, work accident in mining, environmental sanitation of mining and pollution and diseases that may arise due to mining activity.
I. PENDAHULUAN sumber daya alam hayati maupun sumber daya alam non-hayati. Sumber daya itu diambil dandimanfaatkan untuk meningkatkan
kesejahteraan manusia. Sumber daya alam yang merupakan salah satu modal dasar dalam pembangunan nasional, oleh karena itu harus dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan rakyat dengan memperhatikan kelestarian hidup sekitar. Salah satu kegiatan dalam memanfaatkan sumber daya alam adalah kegiatan penambangan bahan galian, tetapi kegiatan penambangan selain menimbulkan dampak positif dan juga dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup. Pertambangan adalah rangkaian kegiatan dalam rangka upaya pencarian, penambangan (penggalian),
pengolahan,
pemanfaatan dan penjualan bahan galian (mineral, batubara, panas bumi, migas). Sumber daya mineral yang berupa endapan bahan-bahan galian ini memiliki sifat khusus dibandingkan dengan sumber daya lain yaitu biasanya disebut wasting assets atau diusahakan
ditambang, maka bahan galian tersebut tidak akan “tumbuh” atau tidak dapat diperbaharui kembali. Keterbatasan tersebut ditambah lagi dengan usaha meningkatkan
keselamatan kerja serta menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup. Oleh karena itu dalam
penyehatan lingkungan pertambangan dan pencemaran serta penyakit-penyakit yang mungkin timbul akibat aktivitas pertambangan.
II. PEMBAHASAN
A. Masalah observasi, eksplorasi atau penambangan berbagai macam mineral atau barang tambang yang terkandung didalam litosfer maupun di permukaan bumi (Utoyo. 2009).
Konflik
lingkungan adalah konsekuensi dari ketidaksepakatan antara berbagai kelompok di
masyarakat tentang sumber daya alternatif atau alokasi bahaya atau dampak lingkungan. Kegiatan penambangan, yang berada di antara sektor yang paling ramah lingkungan, telah menimbulkan konflik lingkungan di seluruh dunia (Muradian, dkk. 2003). Dampak lingkungan akibat kegiatan pertambangan antara lain :
1. Penurunan produktivitas anah
2. Pemadatan tanah 3. Terjadinya erosi
dan sedimentasi 4. Terjadinya
gerakan tanah dan longsor 5. Terganggunya
flora dan fauna 6.Terganggunya pertambangan dapat berupa terjadinya kerusakan instalasi, kebocoran, pencemaran baungan-buangan
penambangan,
pencemaran udara dan rusaknya lahan-lahan bekas pertambangan (Siahaan. 2004).
B. Cara Pengelolaan Pembangunan Pertambangan.
Cara dalam pengelolaan
pertambangan pada
umumnya memiliki tahapan kegiatan yang meliputi :
1. Eksplorasi , meliputi kegiatan persiapan dan penyelidikan unutk mengetahui
keadaan barang tambang dan juga ada kemungkinan pengelolahannya secara ekonomis. Kegiatan
eksplorasi meliputi :
a) Penyelidikan geologis tentang letak dan
bahan mineral didunia dilakukan dengan
a) Metode strip pengeruk, penggalian dilakukan pada suatu bidang galian yang sempit untuk mengambil mineral. Setelah mineral diambil, dibuat bidang galian baru di dekat lokasi galian yang lama. Batuan limbah yang dihasilkan digunakan untuk menutup lubang untuk mengambil batuan ornamen, bahan bangunan seperti pasir, kerikil, batu untuk urugan jalan, semen, beton dan batuan urugan jalan makadam. Kegiatan ekstraksi meng-hasilkan limbah dan produk samping (overburden) dan limbah batuan adalah lapisan batuan yang tidak mengandung mineral, yang menutupi atau berada antara zona mineralisasi atau batuan yang mengandung
mineral dengan kadar rendah sehingga tidak ekonomis untuk diolah.
Batuan penutup umumnya terdiri dari tanah permukaan dan vegetasi sedangkan batuan limbah meliputi batuan yang dipindahkan pada saat pembuatan terowongan, pembukaan dan eksploitasi
Menurut Heinrich, Peterson dan Ross (1980) “ Kecelakaan kerja atau kecelakaan akibat kerja adalah suatu kejadian yang tidak mengakibatkan cidera atau kemungkinan lainnya (Mayendra, 2009).
Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan
berdampak pada masyarakat luas.
Pada dasarnya kecelakaan kerja disebabkan oleh dua faktor yaitu manusia dan lingkungan. Faktor manusia yaitu tindakan tidak aman dari manusia seperti sengaja melanggar peraturan keselamatan kerja yang diwajibkan dan kurang terampilnya pekerja itu sendiri. Sedangkan faktor lingkungan yaitu keadaan tidak aman dari lingkungan kerja yang menyangkut antara lain peralatan atau mesin-mesin, tetapi frekuensi terjadinya kecelakaan kerja lebih banyak Kecelakaan tambang (Mining accident) yang terjadi pada pekerjaan/kegiatan pertambangan dalam waktu mulai masuk K/26/M.PE/1995. Pasal 39:
Benar-benar terjadi
Mengakibatkan
Dalam wilayah KP/KK
Klasifikasi kecelakaan Tambang
Klasifikasi kecelakaan tambang menurut KEPMEN No 555.K.26/M.PE/1995, Pasal 40:
a. Cidera Ringan Cidera akibat kecelakaan tambang yang menyebabkan pekerja tambang tidak mampu melakukan tugas semula lebih dari 1 hari dan kurang dari 3 minggu, termasuk hari minggu dan hari libur
b. Cidera Berat
Cidera akibat kecelakaan tambang yang menyebabkan pekerja tambang tidak mampu melakukan tugas semula selama lebih dari 3 pekerja tambang cacat tetap tambang tidak tergantung dari lamanya pekerja tambang tidak mampu
mengalami cidera seperti salah satu dibawah ini :
- Keretakan yang lepas di mana mengakibatkan pekerja tambang mati dalam waktu 24 jam terhitung dari waktu terjadinya kecelakaan tersebut.
D. Penyehatan Lingkungan pengembangan system
kesehatan kewilayahan untuk menggerakkan pembangunan lintas sektor berwawasan kesehatan. Menurut Nandang (2010), kegiatan pokok untuk mencapai tujuan tersebut meliputi:
1. Penyediaan Sarana Air Bersih dan Sanitasi Dasar
2. Pemeliharaan dan Pengawasan Kualitas Lingkungan 3. Pengendalian
dampak risiko lingkungan 4. Pengembangan
wilayah sehat. Pencapaian tujuan penyehatan lingkungan merupakan akumulasi berbagai pelaksanaan kegiatan dari berbagai lintas sektor, peran swasta dan masyarakat dimana dalam pengelolaan kesehatan lingkungan merupakan penanganan yang paling kompleks, kegiatan tersebut sangat berkaitan antara satu dengan yang lainnya yaitu dari hulu berbagai lintas sector ikut serta berperan (Perindustrian, KLH, Pertanian, PU dll) baik kebijakan dan pembangunan fisik dan Departemen Kesehatan sendiri terfokus kepada hilirnya yaitu pengelolaan dampak kesehatan.
Sebagai gambaran pencapaian tujuan program lingkungan sehat disajikan dalam per kegiatan pokok melalui indicator-indikator yang
telah disepakati serta beberapa kegiatan yang dilaksanakan sebagai berikut:
Penyediaan Air Bersih dan Sanitasi. Adanya perubahan paradigma dalam pembangunan sektor air minum dan penyehatan lingkungan yang dalam penggunaan prasarana dan sarana yang Bappenas, Departemen Kesehatan, Departemen Dalam Negeri serta Departemen Pekerjaan Umum sangat cukup signifikan terhadap penyelenggaraan
kegiatan penyediaan air bersih dan sanitasi khususnya di daerah. Strategi pelaksanaan yang diantaranya meliputi penerapan pendekatan tanggap kebutuhan, peningkatan sumber daya manusia, kampanye kesadaran masyarakat, upaya-upaya peningkatan penyehatan lingkungan, serta dalam pengembangan
kelembagaan dan penguatan sistem monitoring serta evaluasi pada semua tingkatan proses pelaksanaan menjadi acuan pola pendekatan kegiatan penyediaan Air Bersih dan Sanitasi.
Direktorat
Penyehatan Lingkungan sendiri guna pencapaian akses air bersih dan sanitasi diperkuat oleh
tiga Subdit Penyehatan Air Bersih, Pengendalian Dampak Limbah, Serta Penyehatan Sanitasi Makanan dan Bahan Pangan juga didukung oleh kegiatan dimana Pemerintah Indonesia bekerjasama dengan donor agency internasional, seperti ADB, KFW German, WHO, UNICEF, dan World Bank yang diimplementasikan melalui kegiatan CWSH, WASC, Pro Air, WHO, WSLIC-2 dengan kegiatan yang telah dilaksanakan adalah pembinaan dan pengendalian sarana dan prasarana dasar pedesaan masyarakt miskin bidang kesehatan dengan tujuan meningkatkan status kesehatan, produktifitas, dan kualitas hidup masyarakat yang berpenghasilan rendah di pedesaan khususnya dalam pemenuhan penyediaan air bersih dan sanitasi.
Pengalaman masa lalu yang menunjukkan prasarana dan sarana air minum yang tidak dapat berfungsi secara optimal untuk saat ini dikembangkan melalui pendekatan
pembangunan yang melibatkan masyarakat (mulai dari perencanaan, konstruksi, kegiatan operasional serta pemeliharaan).
Disadari bahwa dari beberapa perkembangan
lintas sektor terkait (Bappenas, Depdagri dan PU) melalui kegiatan CWSH, WASC, Pro Air, WSLIC-2 terdapat beberapa kemajuan yang diperoleh khususnya dalam peningkatan cakupan pelayanan air minum dan sanitasi dasar serta secara tidak langsung meningkatkan derajat kesehatan.
Berdasarkan sumber BPS tahun 2006, pada tabel berikut: akses rumah tangga terhadap pelayanan air minum s/d tahun 2006, terjadi peningkatan cakupan baik di perkotaan maupun perdesaan, yaitu di atas 70%. Bila dibandingkan dengan tahun 2005 terjadi yang merupakan tupoksi dari Departemen Kesehatan, Direktorat Penyehatan Lingkungan telah melakukan berbagai kegiatan melalui pelatihan surveilans tentang kualitas air untuk para petugas atau pegawai Provinsi/Kabupaten/Kot a/Puskesmas, bimbingan ini yaitu teknis program penyediaan air bersih dan sanitasi kepada para pengelola program di jajaran provinsi dan kabupaten/kota hal ini bertujuan untuk peningkatan kualitas pengelola program dalam memberikan air
yang aman untuk dikonsumsi oleh masyarakat.
Untuk indikator kualitas air yang dilaporkan baik dari air bersih maupun air minum yang dilihat dari aspek Bakteriologis (E.Coli dan Total Coliform) terlihat adanya penurunan pencapaian cakupan, hal ini karena baru 11 provinsi yang melaporkan dan terlihat masih dibawah nilai target cakupan yang ditetapkan tahun 2006 (Target Air minum 81% dan air bersih 56,5%) dengan keadaan ini perlu adanya penguatan dari jajaran provinsi melalui peningkatan kapasitas dalam artian pendanaan, laboratorium yang terakreditasi,
kemampuan petugas dan regulasi sehingga daerah dapat lebih meningkatkan kegiatan layanan terkait kualitas air minum.
E. Pencemaran dan
Penyakit-penyakit yang mungkin Timbul Akibat Aktivitas Pertambangan.
Pertambangan memang sangat berperan penting bagi jaman sekarang. Soalnya semua kehidupan di bumi ini menggunakan bahan-bahan yang ada di pertambangan.
Contohnya;
Biji besi yang digunakan sebagai bahan dasar membuat alat-alat rumah tangga, mobil, motor, dll.
Alumunium digunakan sebagai bahan dasar membuat pesawat. Emas yang digunakan untuk membuat kalung, anting, cincin dan yang lainnya. Tembaga digunakan sebagai bahan dasar membuat kabel.Dan masih banyak lagi seperti perak, baja, nikel, batu bara, timah, pasir, kaca, dll.
Seperti yang dikatakan bahwa dimana ada suatu aktivitas pasti disitu ada kerusakan lingkungan. Menurut Supriyadi (2006), kerusakan lingkungan di pertambangan adalah;
1. Pembukaan lahan secara luas
Dalam masalah ini biasanya investor membuka lahan besar-besaran,ini menimbulkan pembabatan hutan di area tersebut. Di takutkan apabila area ini terjadi longsor banyak memakan korban jiwa.
2. Menipisnya SDA
dipinggir area-area pertambangan menjadi risih. Biasanya pertambangan
membutuhkan alat-alat besar yang dapat memecahkan telinga. Dan biasanya kendaraan
berlalu-lalang melewati jalanan warga. Dan terkadang warga menjadi kesal. membuang limbahnya tidak sesuai tempatnya. tempat pertambangan belum di filter. Hal ini mengakibatkan rusaknya di sector perairan.
5. Pencemaran udara atau polusi udara. Di saat memperhatikan asap yang di buang ke udara. Hal ini mengakibatkan rusaknya ozon. Sejauh mana Anda mengetahui tentang cara pengelolaan pembangunan
Pertambangan
Dari petinjauan tersebut, maka pengelolaan
pembangunan pertambangan
membedakan illegal dan non-illegal adalah hak pertambangan meliputi pajak negara.
Adapun
kecelakaan dikarenakan lalai atau ceroboh disaaat bekerja. Hal ini sering terjadi di area pertambangan, dan tak ada satu orang pun yang tewas karena hal seperti itu. Biasanya dapat dilihat bahwa dari sisi pada keamanan belum terjamin
keselamatannya.
Berikut adalah beberapa penyakit paru kerja akibat debu batubara:
1. Pneumokoniosis Batubara
Pneumokoniosis batubara adalah salah satu jenis pneumokoniosis yang timbul akibat inhalasi menimbulkan respon imun di jalan napas kecil dan alveoli terutama lapangan atas.
2. Bronkitis Kronik Bronkitis kronik merupakan gangguan penyakit paru yang sering terjadi pada penambang batubara. Meskipun bukan penyebab utama ketidak mampuan bernafas, bronkitis kronik memperkuat bukti bahwa debu tambang batubara memiliki pengaruh buruk terhadap saluran napas.
3. Asma Kerja
Kasus asma pada pekerja tambang batubara disebutkan berhubungan dengan alat yang digunakan untuk pekerjaan tambang diantaranya pemakaian alat bor yang bautnya menggunakan resins of polyester dan styrene dengan pemakaian pada umumnya <1 ppm dan selalu <5 ppm.
4. Chronic
Bronchitis, dan
Emphysema. Gejala yang timbul pada penyakit ini adalah penurunan angka restriktif pada saat beberapa faktor lainnya (Edmonton, 2010).Hal ini menjadi bertambahnya angka kematian di area pertambangan (Salin, 2010).
III.KESIMPULAN
Aktifitas
pembangunan dalam pertambangan membawa
kelangsungan hidup manusia di sekitarnya.
Kecelakaan kerja yang terjadi saat proses Pertambangan serta pencemaran lingkungan akibat dari pertambangan dapat menimbulkan penyakit-penyakit yang dapat mengakibatkan
terganggunya
kelangsungan hidup manusia di sekitarnya.
Oleh karena itu Keselamatan kerja sangat perlu diperhatikan serta pengelolaan sisa hasil pertambangan harus perlu dioptimalkan agar tidak memperbanyak
pencemaran sehingga penyakit yang timbul akibat pertambangan dapat di minimalisir dan dicegah dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Edmonton. 2010. Coal Dust at The Work Site. New York: Work Safe Alberta.
Mayendra, Oni.2009. Analisis
Penyebab
Kecelakaan Kerja pada PT X. Skripsi
mahasiswa FKM Universitas Indonesia.
Muradian, Roldan, Martinez-Alier, Joan., & Correa, Humberto. 2003. International capital versus Local
Population:The Environmentalco n£ Ict Of
Thetambogrande mining Project, Peru. Society and Natural
Resources, 16 (1) :775–792.
Nandang, Sudrajat. 2010. Teori dan Praktik
Pertambangan di Indonesia
Menurut Hukum. Pustaka Yustisia. Yogyakarta. Jakarta. ed.ke-5, . Siahaan, N.H.T. 2004.
Hukum
lingkungan dan Ekologi
Jakarta: Yayasan obor indonesia. Soehatman, Ramli.
2010. Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja OHSAS 18001 Jakarta: Dian Rakyat.
Suma'mur .1985.
kerja dan pencegahan
kecelakaan.
Jakarta: Gunung Agung.
Supriyadi. 2006. Suatu Pengantar
Hukum
Lingkungan di Indonesia. Sinar Grafika. Jakarta. Utoyo, Bambang.
2009. Geografi: membuka
cakrawala dunia. Jakarta: pusat perbukuan
PAPER KELOMPOK
PENGETAHUAN LINGKUNGAN
TOPIK: PERTAMBANGAN
Disusun oleh: KELOMPOK 3 (TIGA)
DWITA NURUL MAULIDYAH 201510070311012 SITI HOTIJAH 201510070311014 ENIES NABILA FITHRI TIARA SARI 201510070311038 AULIA ANGELINA 201510070311042
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN