• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN SEPUTAR KESOSIALAN YAYASAN SEBA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TINJAUAN SEPUTAR KESOSIALAN YAYASAN SEBA"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

Pada tanggal 6 Agustus 2001 diundangkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan, yang kemudian hanya berselang dua tahun, yaitu pada tanggal 6 Oktober 2004 terbit undang-undang revisinya yaitu Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001. Sesungguhnya eksistensi yayasan sudah lama diakui dalam lalu lintas hukum kita, hanya saja karena belum diatur secara hukum positif, maka hidup dan tumbuh serta berlangsung berdasarkan kebiasaan yang hidup didalam masyarakat semata-mata. Dalam hubungan dengan sudah adanya undang-undang yang mengatur mengenai yayasan tersebut, mungkin perlu adanya penguraian bahwa mulanya tentang yayasan diatur dalam UU No. 16 Tahun 2001 yang mulai berlaku pada tanggal 6 Agustus 2002, tetapi kemudian diterbitkan UU No. 28 Tahun 2004, yang maksudnya untuk merevisi UU No. 16 Tahun 2001, revisi dilakukan atas pertimbangan karena ternyata setelah terbitnya UU Nomor 16 Tahun 2001, dalam perkembangannya, belum menampung seluruh kebutuhan dan perkembangan hukum dalam masyarakat, serta dapat menimbulkan berbagai penafsiran. 1Atas dasar pertimbangan itulah dilakukan perubahan atas undang-undang yang telah ada itu.

(2)

seperti mendirikan panti asuhan, panti jompo. Dan ada lagi yang bergerak di bidang kebudayaan seperti perwayangan, kelompok sastra, drama, dan lain sebagainya.

Yayasan merupan suatu lembaga yang mempunyai suatu tujuan idiil, yaitu tujuan social bagi kesejahteraan masyarakat2. Periksa Anggaran Dasar yayasan yang telah dilakukan oleh Mentri Hukum dan HAM3. Dalam hal ini undang-undang kita yang mengatur mengenai yayasan (UU 16 Tahun 2001 jo. Revisinya UU No. 24 Tahun 2004), telah membatasai dengan ketat mengenai tujuan dari yayasan, sedemikian rupa hingga yayasan ini tidak disalahgunakan. Sebagaimana pasal 1 UU No. 16 Tahun 2001, ditentukan bahwa yayasan diperuntukkan untuk tujuan tertentu dibidang social, keagamaan, dan kemanusiaan4. Demikian yayasan hanyalah dapat mempunyai tujuan dari tiga sector ini.

Dalam hal ini penulis mengkaji yayasan sebagai fungsi social dengan judul yang penulis angkat adalah “TINJAUAN SEPUTAR KESOSIALAN YAYASAN SEBAGAI BADAN HUKUM DENGAN ORIENTASI MURNI NIRLABA” yang meskipun Undang-Undang yayasan tidak secara tegas menyatakan bahwa yayasan organisasi nirlaba, tetapi dari rumusan pengertian yang diberikan bahwa “yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang social, keagamaan, dan kemanusiaan, yang tidak mempunyai anggota”5 jelas tampak bagi kita semua bahwa yayasan tidak bermaksud mencari keuntungan sebesar-besarnya.

BAB II

2 Muis, Abdul, Yayasan Sebagai Wadah Kegiatan Masyarakat (Suatu Tinjauan Mengenai Yayasan Sebagai Badan Hukum dalam Menjalankan Kegiatan Sosial, FHUSU, Medan, 1991: hal. 82

3 Periksa lampiran 3

(3)

PERMASALAHAN

2.1. Rumusan Masalah

1) Bagaimana tinjauan umum pengaturan tentang yayasan? 2) Bagaimana pengaturan mengenai organisasi nirlaba? 3) Bagaimana tinjauan tujuan dan kegiatan yayasan?

2.2. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui mengenai tinjauan umum pengaturan tentang yayasan.

2. Untuk mengetahui mengenai organisasi nirlaba.

(4)

BAB III

ANALISA DAN PEMBAHASAN

3.1. TINJAUAN UMUM YAYASAN

1. Yayasan adalah: Badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan, yang tidak mempunyai anggota6.

2. Dasar hukum: UUY 28/2004 (pengganti UUY 16/2001). Badan hukum Yayasan lahir setelah akta pendirian Yayasan disahkan oleh Menhukham7.

3. Syarat substansial8 Yayasan:a) Didirikan oleh satu orang atau lebih, atau b)

Didirikan berdasarkan surat wasiat c) Kekayaan awal dipisahkan dari kekayaan pendiri d) Kekayaan awal minimal Rp.

10.000.000,-4. Cara mendirikan yayasan9: CARA MENDIRIKAN YAYASAN

Pendirian suatu Yayasan berdasarkan Undang-Undang No. 16 Tahun 2001 mengenai Yayasan, yang diubah denganUndang-Undang No. 28 Tahun 2004, diatur dalam pasal 9 UU No. 16/2001, yaitu:

1. Minimal didirikan oleh satu orang atau lebih.

6 Lihat UU No.16 Tahun 2001, op.cit

7 Idem.

(5)

2. Pendiri tersebut harus memisahkan kekayaan pribadinya dengan kekayaan Yayasan.Hal ini sama PT, dimana pendiri menyetorkan sejumlah uang kepada Yayasan, untuk kemUdian uang tersebut selanjutnya menjadi Modal awal/kekayaanYayasan.

3. Dibuat dalam bentuk akta Notaris yang kemudian di ajukan pengesahannya pada Menteri Kehakiman dan HakAzasiManusia, serta diumumkan dalam berita negara Republik Indonesia. Dalam prakteknya, jika seseorang ingin mendirikan suatu yayasan, maka pertama-tama orang tersebut harusmemiliki calon nama. Nama tersebut kemudian di cek melalui Notaris ke Departemen Kehakiman. Karena prosespengecekan dan pengesahan yayasan masih dalam bentuk manual (berbeda dengan PT yang sudah melalui sistemelektronik), maka untuk pengecekan nama tersebut calon pendiri harus menunggu selama 1 bulan untukmendapatkan kepastian apakah nama tersebut dapat digunakan atau tidak. Karena proses yang cukup lama tersebut, sebaiknya calon pendiri menyiapkan beberapa nama sebagai cadangan. Selama menunggu persetujuan penggunaan nama tersebut, calon pendiri dapat menyiapkan beberapa hal yang akan dicantumkan dalam akta pendirian yayasan yaitu:

1. Maksud dan tujuan yayasan, secara baku terdiri dari 3 unsur saja, yaitu: sosial-kemanusiaan, dan keagamaan.

2. Jumlah kekayaan yang dipisahkan dari kekayaan pendirinya, yang nantinya akan digunakan sebagai modal awalyayasan.

3. Membentuk Susunan Pengurus yang minimal terdiri dari ketua, sekretaris dan bendahara (pasal 32 ayat 2) untuk jangka waktu kepengurusan selama 5 tahun.

(6)

5. Menyiapkan program kerja Yayasan, yang ditanda-tangani oleh Ketua, sekretaris dan bendahara.

Setelah nama yang dipesan disetujui, maka pendiri harus segera menindak lanjuti pendirian Yayasan tersebut dengan menanda-tangani akta notaris. Notaris akan segera memproses pengesahan dari Yayasan tersebut dalamwaktu maksimal 1 (satu) bulan sejak persetujuan penggunaan nama dari Departemen Kehakiman. Karena apabilaproses pengesahan tidak dilakukan dalam waktu 1 bulan sejak persetujuan penggunaan nama, maka pemesanannama tersebut menjadi gugur dan nama tersebut bisa digunakan oleh yayasan lain.Untuk melengkapi legalitas suatu yayasan, maka diperlukan ijin-ijin standard yang meliputi:

1. Surat keterangan domisili Perusahaan (SKDP) dari Kelurahan/kecamatan setempat.

2. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) atas nama Yayasan

3. Ijin dari Dinas sosial (merupakan pelengkap, jika diperlukan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan sosial) atau4. Ijin/terdaftar di Departemen Agama untuk Yayasan yang bersifat keagamaan (jika diperlukan). Perlu dicermati bahwa pendirian yayasan pada saat ini harus di ikuti tujuan yang benar-benar bersifat sosial. Karena sejak berlakunya Undang-Undang No. 16/2001, maka yayasan tidak bisa digunakan sebagai sarana kegiatan yang bersifat komersial dan harus murni bersifat sosial. KEKAYAAN YAYASAN DAN SUMBER-SUMBERNYA

(7)

a. Sumbangan atau bantuan yang tidak mengikat b. Wakaf

c. Hibah

d. Hibah wasiat (legat) dan

e. Perolehan lain yang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar Yayasan / peraturan UU yang berlaku.

5. Kegiatan Yayasan10:

a) SOSIAL -> pendidikan formal dan non formal; panti asuhan/wreda/ jompo; rumah sakit, poliklinik, laboratorium; pembinaan olahraga; penelitian di bidang ilmu pengetahuan; studi banding.

b) KEAGAMAAN -> mendirikan sarana ibadah, pondok pesantren; menerima dan menyalurkan amal zakat, sedekah; meningkatkan pemahaman keagamaan, melaksanakan syiar agama, studi banding keagamaan.

c) KEMANUSIAAN ->memberi bantuan kepada: korban bencana alam, pengungsi akibat perang, tunawisma/fakir miskin/gelandangan; mendirikan rumah singgah, rumah duka: memberikan perlindungan konsumen; melestarikan lingkungan hidup.

6. Yayasan dapat melakukan kegiatan usaha dengan mendirikan badan usaha (PT) dan atau ikut serta dalam badan usaha (PT) dengan ketentuan11:

(8)

b) Kegiatan badan usaha (PT) yang didirikan Yayasan sesuai dengan maksud dan tujuan Yayasan

c) Hasil kegiatan usaha tidak boleh dibagikan kepada organ Yayasan

d) Organ Yayasan tidak boleh merangkap sebagai Direksi dan Komisaris pada badan usaha (PT) yang didirikannya.

7. Isi Anggaran Dasar Yayasan12: a) Nama dan tempat kedudukan b) Maksud dan tujuan serta kegiatan c) Jangka waktu pendirian

d) Kekayaan awal (cara memperoleh dan penggunaannya)

e) Organ Yayasan yang terdiri dari: Pembina, Pengurus, Pengawas

f) Tata cara pengangkatan, pemberhentian dan penggantian Pembina, Pengurus dan Pengawas

g) Hak dan kewajiban Pembina, Pengurus dan Pengawas h) Tata cara penyelenggaraan rapat organ Yayasan i) Tahun buku (1 Jan s/d 31 Des)

j) Perubahan Anggaran Dasar

(9)

l) Penggunaan kekayaan Yayasan sisa likuidasi atau penyaluran kekayaan Yayasan setelah bubar

m) Peraturan penutup

n) Identitas Pendiri, Pembina, Pengurus, dan Pengawas. 8. Perubahan Anggaran Dasar Yayasan13:

a) Diperbolehkan asalkan tidak mengubah maksud dan tujuan

b) Berdasarkan permufakatan rapat Pembina atau persetujuan 2/3 anggota Pembina yang hadir

c) Merubah nama dan kegiatan harus mendapat persetujuan Menhukham

d) Merubah selain nama dan kegiatan, cukup diberitahukan kepada Menhukham e) Atas persetujuan Kurator, jika Yayasan pailit.

9. Larangan terhadap Yayasan14:

a) Memakai nama yang sama dengan nama Yayasan lain

b) Membagikan hasil kegiatan usaha ataupun kekayaan Yayasan (berupa gaji, dll) kepada Pembina, Pengurus dan Pengawas.

(10)

10. Organ Yayasan terdiri dari15:

a) Pembina (disarankan minimal 3 orang)

b) Pengurus (minimal Ketua, Sekretaris, Bendahara) c) Pengawas (minimal 1 orang).

(Cat: Perkumpulan syaratnya hampir sama dengan Yayasan hanya organ tertinggi bukan Pembina tapi Rapat Anggota).

11. Pembina mempunyai kewenangan yang tidak diserahkan kepada Pengurus atau Pengawas, meliputi16:

a) Keputusan mengenai perubahan Anggaran Dasar

b) Pengangkatan dan pemberhentian anggota Pengurus dan anggota Pengawas c) Penetapan kebijakan umum Yayasan berdasarkan Anggaran Dasar Yayasan d) Pengesahan program kerja dan rancangan anggaran tahunan Yayasan e) Penetapan keputusan mengenai penggabungan atau pembubaran Yayasan. Anggota Pembina tidak boleh merangkap sebagai anggota Pengurus dan/atau Pengawas.

12. Gaji ditetapkan Pembina sesuai kemampuan Yayasan. Pengurus bisa menerima gaji bila17:

15 Idem.

(11)

a) Ditentukan dalam Anggaran Dasar

b) Pengurus bukan pendiri dan tidak terafiliasi dengan Pendiri, Pembina dan Pengawas, dan melaksanakan kepengurusan secara langsung dan penuh.

13. Pembina mengadakan rapat sekurang-kurangnya sekali dalam 1 tahun untuk melakukan evaluasi tentang kekayaan, hak dan kewajiban Yayasan tahun lampau dan rencana perkembangan Yayasan satu tahun ke depan18.

14. Pengurus (juga Pengawas) diangkat berdasarkan rapat Pembina untuk jangka waktu 5 tahun dan dapat diangkat kembali. Bila terjadi penggantian pengurus, maka pengurus yang menggantikan menyampaikan pemberitahuan tertulis kepada Menkumham paling lambat 30 hari sejak tanggal penggantian pengurus19.

15. Pengurus dapat mengangkat (dan memberhentikan) Pelaksana Kegiatan Harian yang melaksanakan kegiatan Yayasan sehari-hari.20

16. Laporan Tahunan harus dibuat dengan memuat21:

a) Laporan keadaan dan kegiatan Yayasan serta hasil yang dicapai

b) Laporan keuangan (bila dapat bantuan dari pihak luar minimal Rp. 500 juta dalam satu tahun, dan asetnya diatas Rp 20 miliar wajib diaudit Akuntan Publik). Laporan ditandatangani pengurus dan pengawas, lalu disahkan oleh rapat pembina dan ditempel pada papan pengumuman di kantor Yayasan.

18 Idem.

(12)

17. Yayasan yang sudah ada sebelum UUY tetap diakui sebagai badan hukum jika telah22:

a) Didaftarkan di Pengadilan Negeri dan diumumkan dalam tambahan berita negara RI, atau

b) Didaftarkan di Pengadilan Negeri dan mempunyai izin dari instansi terkait. (Paling lama 6 Oktober 2008 telah menyesuaikan Anggaran Dasar, dan paling lama 1 tahun sejak penyesuaian Anggaran Dasar wajib diberitahukan kepada Menhukham.Yayasan yang diakui sebagai badan hukum tidak menyesuaikan Anggaran Dasarnya dalam masa 3 tahun (paling lambat 6 Oktober 2008) dapat dibubarkan berdasarkan keputusan Pengadilan).

18. Penggabungan Yayasan dapat dilakukan dengan menggabungkan satu atau lebih Yayasan dengan Yayasan lain dan mengakibatkan Yayasan yang menggabungkan diri menjadi bubar. Penggabungan Yayasan dapat dilakukan dengan memperhatikan23:

a) Ketidakmampuan Yayasan melaksanakan kegiatan usaha tanpa dukungan Yayasan yang lain

b) Yayasan yang menerima penggabungan dan yang bergabung kegiatannya sejenis, atau

c) Yayasan yang menggabungkan diri tidak pernah melakukan perbuatan yang bertentangan dengan Anggaran Dasarnya, ketertiban umum, dan kesusilaan.

3.2

ORGANISASI NIRLABA

(13)

Organisasi nirlaba atau organisasi non profit adalah suatu organisasi yang bersasaran pokok untuk mendukung suatu isu atau perihal di dalam menarik publik untuk suatu tujuan yang tidak komersial, tanpa ada perhatian terhadap hal-hal yang bersifat mencari laba (moneter). organisasi nirlaba meliputi keagamaan, sekolah negeri, derma publik, rumah sakit dan klinik publik, organisasi politis, bantuan masyarakat dalam hal perundang-undangan, organisasi sukarelawan, serikat buruh. Menurut PSAK No.45 bahwa organisasi nirlaba memperoleh sumber daya dari sumbangan para anggota dan para penyumbang lain yang tidak mengharapkan imbalan apapun dari organisasi tersebut. (IAI, 2004: 45.1) Lembaga atau organisasi nirlaba merupakan suatu lembaga atau kumpulan dari beberapa individu yang memiliki tujuan tertentu dan bekerja sama untuk mencapai tujuan tadi, dalam pelaksanaannya kegiatan yang mereka lakukan tidak berorientasi pada pemupukan laba atau kekayaan semata24. Lembaga nirlaba atau organisasi non profit merupakan salah satu komponen dalam masyarakat yang perannya terasa menjadi penting sejak era reformasi, tanpa disadari dalam kehidupan sehari-hari kini semakin banyak keterlibatan lembaga nirlaba. Berdasarkan pengertian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa organisasi nirlaba adalah salah satu lembaga yang tidak mengutamakan laba dalam menjalankan usaha atau kegiatannya. Dalam organisasi nirlaba pada umumnya sumber daya atau dana yang digunakan dalam menjalankan segala kegiatan yang dilakukan berasal dari donatur atau sumbangan dari orang-orang yang ingin membantu sesamanya.

(14)

organisasi nirlaba sangat tergantung dari sejarah yang pernah dilaluinya dan lingkungan poleksosbud (politik, ekonomi, sosial dan budaya) tempat organisasi nirlaba itu ada.

2.2.1. DEFINISI ORGANISASI NIRLABA TINJAUAN SECARA UMUM Organisasi nirlaba atau organisasi non profit adalah suatu organisasi yang bersasaran pokok untuk mendukung suatu isu atau perihal didalam menarik perhatian publik untuk suatu tujuan yang tidak komersil, tanpa ada perhatian terhadap hal-hal yang bersifat mencari laba (moneter). Organisasi nirlaba meliputi gereja, sekolah negeri, derma publik, rumah sakit dan klinik publik, organisasi politis, bantuan masyarakat dalam hal perundang-undangan, organisasi jasa sukarelawan, serikat buruh, asosiasi profesional, institut riset, museum, dan beberapa para petugas pemerintah.

Perbedaan organisasi nirlaba dengan organisasi laba Banyak hal yang membedakan antara organisasi nirlaba dengan organisasi lainnya (laba). Dalam hal kepemilikan, tidak jelas siapa sesungguhnya ’pemilik’ organisasi nirlaba, apakah anggota, klien, atau donatur. Pada organisasi laba, pemilik jelas memperoleh untung dari hasil usaha organisasinya. Dalam hal donatur, organisasi nirlaba membutuhkannya sebagai sumber pendanaan. Berbeda dengan organisasi laba yang telah memiliki sumber pendanaan yang jelas, yakni dari keuntungan usahanya. Dalam hal penyebaran tanggung jawab, pada organisasi laba telah jelas siapa yang menjadi Dewan Komisaris, yang kemudian memilih seorang Direktur Pelaksana. Sedangkan pada organisasi nirlaba, hal ini tidak mudah dilakukan. Anggota Dewan Komisaris bukanlah ’pemilik’ organisasi.

(15)

selama ini diterjuni oleh yayasan-yayasan sebelum lahir UUY. Tidak terjadi perbedaan drastis antara sebelum dan setelah UUY karena sebelum lahir UUY pun yayasan-yayasan yang didirikan oleh masyarakat Indonesia bergerak di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan. Akan tetapi, secara faktual tidak dapat dipungkiri suatu fakta di dalam praktik yayasan bahwa ada yayasan yang dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi pendiri atau pengurusnya, sehingga UUY menata dengan tegas atas hal itu. Penjelasan umum UUY mengakuinya dengan menyatakan: Fakta menunjukkan kecenderungan masyarakat mendirikan yayasan dengan maksud untuk berlindung di balik status badan hukum yayasan, yang tidak hanya digunakan sebagai wadah mengembangkan kegiatan sosial, keagamaan, kemanusiaan, melainkan juga adakalanya bertujuan untuk memperkaya diri para Pendiri, pengurus, dan pengawas.

2.2.2. CIRI DAN KONSEP AKUNTANSI ORGANISASI NIRLABA Ciri-Ciri Organisasi Nirlaba

1. Sumber daya entitas berasal dari para penyumbang yang tidak mengharapakan pembayaran kembali atas manfaat ekonomi yang sebanding dengan jumlah sumber daya yang diberikan.

2. Menghasilkan barang dan/ atau jasa tanpa bertujuan memupuk laba, dan kalau suatu entitas menghasilkan laba, maka jumlahnya tidak pernah dibagikan kepada para pendiri atau pemilik entitas tersebut.

(16)

Konsep Dasar Pemikiran Akuntansi Organisasi Nirlaba

Di Amerika Serikat (AS), Financial Accounting Standard Board (FASB) telah menyusun tandar untuk laporan keuangan yang ditujukan bagi para pemilik entitas atau pemegang saham, kreditor dan pihak lain yang tidak secara aktif terlibat dalam manajemen entitas bersangkutan, namun mempunyai kepentingan. FASB juga berwenang untuk menyusun standar akuntansi bagi entitas nirlaba nonpemerintah, sementara US Government Accountingg Standard Board (GASB) menyusun standar akuntansi dan pelaporan keuangan untuk pemerintah pusat dan federal AS.

Di Indonesia, Departemen Keuangan RI membentuk Komite Standar Akuntansi Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah. Organisasi penyusun standar untuk pemerintah itu dibangun terpisah dari FASB di AS atau Komite Standar Akuntansi Keuangan-Ikatan Akuntan Indonesia di Indonesia karena karateristik entitasnya berbeda. Entitas pemerintah tidak mempunyai pemegang saham atau semacamnya, memberikan pelayanan pada masyarakat tanpa mengharapkan laba, dan mampu memaksa pembayar pajak untuk mendukung keuangan pemerintah tanpa peduli bahwa imbalan bagi pembayar pajak tersebut memadai atau tidak memadai.

International Federation og Accountant (IFAC) membentuk IFAC Public Sector Committee (PSC) yang bertugas menyusun International Public Sector Accounting Standartd (IPSAS). Istilah Public Sector di sini berarti pemerintah nasional, pemerintah regional (misalnya Negara bagian, daerah otonom, provinsi, daerah istimewa), pemerintah local (misalnya kota mandiri), dan entitas pemerintah terkait (misalnya perusahaan Negara, komisi khusus). Dengan demikian PSC tidak menyusun standar akuntansi sector public nonpemerintah.

Pelatihan Keuangan untuk Pengelola Keuangan Organisasi Nirlaba

(17)

pengelolaan keuangan. Padahal sistem pengelolaan keuangan yang baik diyakini merupakan salah satu indikator utama akuntabilitas dan transparansi sebuah lembaga. Pengetahuan dari staff keuangan mengenai pengelolaan keuangan organisasi nirlaba masih sangat minimal. Padahal untuk membangun sistem pengelolaan keuangan yang handal dibutuhkan pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman yang cukup.

Penabulu menghadirkan Pelatihan keuangan yang bertujuan untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas keuangan organisasi nirlaba melalui penguatan kapasitas dalam bidang pengelolaan keuangan.

Peserta pelatihan memahami sistem pengendalian internal sebagai bagian dari usaha meningkatkan efektivitas dan efisiensi kerja lembaga. Peserta dapat melakukan administrasi keuangan organisasi nirlaba dan membuat laporan keuangan organisasi sesuai dengan ketentuan dalam PSAK 45.

Pajak bagi organisasi nirlaba

Banyak yang bertanya, apakah organisasi nirlaba, yang mana mereka tidak mengambil keuntungan dari apapun, akan dikenakan pajak? Sebagai entitas atau lembaga, maka organisasi nirlaba merupakan subyek pajak. Artinya, seluruh kewajiban subyek pajak harus dilakukan tanpa terkecuali. Akan tetapi, tidak semua penghasilan yang diperoleh yayasan merupakan obyek pajak.

(18)

Yayasan adalah kumpulan dari sejumlah orang yang terorganisasi dan dilihat dari segi kegiatannya, lebih tampak sebagai lembaga sosial. Dari sejak awal, sebuah yayasan didirikan bukan untuk tujuan komersial atau untuk mencari keuntungan, akan

tetapi tujuannya tidak lebih dari membantu atau meningkatkan kesejahteraan hidup orang lain. Keberadaan yayasan merupakan suatu kebutuhan bagi masyarakat, yang menginginkan adanya wadah atau lembaga yang bersifat dan bertujuan sosial, keagamaan, dan kemanusiaan. Dengan adanya yayasan, maka segala keinginan sosial, keagamaan, dan kemanusiaan, itu diwujudkan di dalam suatu lembaga yang diakui dan diterima keberadaannya.

Dengan ketiadaan peraturan yang jelas ini, maka semakin berkembang dan bertumbuhanlah yayasan – yayasan di Indonesia dengan cepat, pertumbuhan mana tidak diimbangi dengan pertumbuhan peraturan dan pranata yang memadai bagi yayasan itu sendiri, sehingga masing – masing pihak yang berkepentingan menafsirkan pengertian yayasan secara sendiri – sendiri sesuai dengan kebutuhan dan tujuan mereka.

Tujuan dari Undang – Undang Yayasan, memberikan pemisahan antara peran yayasan dan peran suatu badan usaha yang didirikan, dalam hal ini yayasan sebagai pemegang saham dalam suatu badan usaha tersebut karena adanya penyertaan modal maksimal 25% dari kekayaan yayasan, agar tidak terjadi benturan kepentingan dan tumpang tindih kepentingan, terlebih bila terjadi masalah yang timbul jika ada larangan terhadap organ yayasan.25

Pasal 1 angka (1) Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2001 jo Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Yayasan jelas menegaskan bahwa Yayasan harus bertujuan sosial, keagamaan, dan kemanusiaan.

(19)

Pada pasal 3, Pasal 7 dan Pasal 8 Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2001 memperkenankan yayasan untuk melakukan kegiatan usaha ataupun mendirikan suatu badan usaha. Pasal 3 ayat (1) Undang – Undang Nomor 16 tahun 2001 menyebutkan :

” Yayasan dapat melakukan kegiatan usaha untuk menunjang pencapaian maksud dan tujuannya dengan cara mendirikan badan usaha dan atau ikut

serta dalam suatu badan usaha.”

Pada Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2004 ketentuan pada Pasal (3) ini tidak diubah tetapi penjelasan pasal ini mempertegas bahwa yayasan tidak dapat digunakan sebagai wadah usaha. Dengan perkataan lain yayasan tidak dapat langsung melakukan kegiatan usaha, tetapi harus melalui badan usaha yang didirikannya atau melalui badan usaha lain dimana yayasan mengikut sertakan kekayaannya.

Pada Pasal 7 Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2001 menyebutkan bahwa :

” Yayasan dapat mendirikan badan usaha yang kegiatannya sesuai dengan maksud dan tujuan yayasan.”

Dari pasal diatas dapat disimpulkan bahwa yayasan harus bertujuan sosial, keagamaan dan kemanusiaan, dimana yayasan boleh melakukan kegiatan usaha asalkan laba yang diperoleh dari hasil usaha tersebut dipergunakan dan diperuntukkan untuk tujuan sosial, keagamaan dan kemanusiaan. Usaha yang memperoleh laba ini diperlukan agar yayasan tidak tergantung selamanya pada bantuan dan sumbangan pihak lain.26

(20)

”Kegiatan usaha dari badan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) harus sesuai dengan maksud dan tujuan yayasan serta tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan, dan/atau peraturan perundang – undangan yang berlaku.”

Dalam penjelasan Pasal 8 (delapan) ini, dijelaskan bahwa cakupan kegiatan usaha yayasan menyangkut Hak Azasi Manusia, kesenian, olahraga, perlindungankonsumen, pendidikan, lingkungan hidup, kesehatan, dan ilmu

pengetahuan. Dari

penjelasan itu, kita dapat menyatakan bahwa tujuan dari sebuah yayasan adalah meningkatkan derajat hidup orang banyak atau mensejahterakan masyarakat. Mengentaskan kemiskinan, memajukan kesehatan, dan memajukan pendidikan merupakan kegiatan usaha yang harus menjadi prioritas bagi yayasan. Semua tujuan yayasan diharapkan berakhir pada aspek kepentingan umum/ kemanfaatan publik sebagaimana maksud dan tujuan yayasan yang seharusnya. Sebagai perbandingan di Inggris difinisi dari tujuan sosial, keagamaan dan kemanusiaan ini, sering kali dikaitkan dengan pengertian charity atau sosial

Di Inggris dalam Charitable Uses Acts of 1601 mengemukakan ada 4 klasifikasi dari Charity yaitu mengatasi kemiskinan (The Relief Of Poverty), memajukan pendidikan (The Advancement of Education), memajukan agama (The Advancement Of religion), dan tujuan – tujuan lain untuk kepentingan umum (And Other Purpose of Beneficial to The Community)27. Pada klasifikasi diatas mencakup

aspek kepentingan umum atau kemanfaatan

bagi publik umumnya. Jadi, suatu sumbangan atau kegiatan bersifat charitable ( sosial ) dan kemanusiaan bila ia bermanfaat untuk masyarakat pada umumnya. Yayasan tujuannya bersifar sosial, keagamaan dan kemanusiaan,namun Undang – Undang tidak melarang yayasan untuk menjalankan kegiatan usaha.namun

(21)

tidak semata – mata untuk mencari laba, seperti yayasan yang mengusahakan poliklinik atau rumah sakit. Undang – Undang menghendaki rumah sakit atau poliklinik berbentuk yayasan, namun jika dilihat dari kegiatan usahanya, rumah sakit atau poliklinik ditujukan juga untuk mencari laba, namun tujuan yayasan itu bersifat sosial dan kemanusiaan. Jadi disini rumah sakit tidak dapat dikatagorikan untuk mencari keuntungan tetapi bertujuan untuk sesuatu yang idiil atau filantropis atau amal walaupun tidak mustahil yayasan itu mendapat keuntungan28.

Yayasan sebagai philantropis adalah suatu kegiatan yang diminati menuju kesejahteraan masyarakat. Arti dari philantropis itu adalah kedermawanan sosial, yang dijalankan dalam kerangka kesadaran dan kesepakatan perusahaan dalam menjalankan tanggung jawab sosial perusahaan. 29Contoh lain dalam pencapaian nilai philantropis pada yayasan adalah melalui yayasan yang dirikan oleh perusahaan atau group perusahaan. untuk pencapaian program Corporate Social Responcibility (CSR). Perusahaanlah yang menyediakan modal awal, dana rutin atau dana abadi pada yayasan yang didirikannya. Yayasan ini lah yang menjalankan program CSR perusahaan yang terdorong untuk menolong sesama dan memperjuangkan pemerataan sosial.

(22)

bergerak dibidang penanganan Hak Azasi Manusia, kesenian, olahraga, perlindungan konsumen, pendidikan, lingkungan hidup, kesehatan dan ilmu pengetahuan dapat kita

lihat bahwa disini bidang – bidang

usaha tersebut selalu berorientasi pada kepentingan publik. Di samping itu, dalam mendirikan badan usaha tersebut organ yayasan perlu mempertimbangkan beberapa hal berikut yaitu : badan usaha tersebut tidak boleh bertentangan dengan kepentingan umum, badan usaha tidak melanggar kesusilaan, badan usaha itu tidak melanggar aturan dan ketentuan yang berlaku pada Pasal 8 Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2001.

BAB IV PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

1. Yayasan adalah: Badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan, yang tidak mempunyai anggota dengan Dasar hukum: UUY 28/2004 (pengganti UUY 16/2001). Badan hukum Yayasan lahir setelah akta pendirian Yayasan disahkan oleh Menhukham

(23)

untuk suatu tujuan yang tidak komersial, tanpa ada perhatian terhadap hal-hal yang bersifat mencari laba (moneter). organisasi nirlaba meliputi keagamaan, sekolah negeri, derma publik, rumah sakit dan klinik publik, organisasi politis, bantuan masyarakat dalam hal perundang-undangan, organisasi sukarelawan, serikat buruh. Menurut PSAK No.45 bahwa organisasi nirlaba memperoleh sumber daya dari sumbangan para anggota dan para penyumbang lain yang tidak mengharapkan imbalan apapun dari organisasi tersebut

3. Ciri Organisasi Nirlaba

a. Sumber daya entitas berasal dari para penyumbang yang tidak mengharapakan pembayaran kembali atas manfaat ekonomi yang sebanding dengan jumlah sumber daya yang diberikan.

b. Menghasilkan barang dan/ atau jasa tanpa bertujuan memupuk laba, dan kalau suatu entitas menghasilkan laba, maka jumlahnya tidak pernah dibagikan kepada para pendiri atau pemilik entitas tersebut.

c. Tidak ada kepemilikan seperti lazimnya pada organisasi bisnis, dalam arti bahwa kepemilikan dalam organisasi nirlaba tidak dapat dijual, dialihkan, atau ditebus kembali, atau kepemilikan tersebut tidak mencerminkan proporsi pembagian sumber daya entitas pada saat likuiditas atau pembubaran entitas.

(24)

lingkungan poleksosbud (politik, ekonomi, sosial dan budaya) tempat organisasi nirlaba itu ada.

4.2. SARAN

Kepastian hukum dalam eksistensi yayasan harus lebih ditegakkan. Antara yayasan sebagai badan hukum yang berorientasi laba maupun nirlaba. Sudah seyogyanyalah suatu yayasan mementingkan yayasan yang benar-benar murni nirlaba dan bukan berorientasi kepada laba. Yang akhirnya pengawasan dari pemerintahlah yang harus lagi di tingkat serta di utamanakan yang mana negara sebagai penengah dalam segala sesuatunya berkehidupan begbangsa dan bernegara.

DAFTAR PUSTAKA

Muis, Abdul, Yayasan Sebagai Wadah Kegiatan Masyarakat (Suatu Tinjauan

Mengenai Yayasan Sebagai Badan Hukum dalam Menjalankan Kegiatan Sosial,

FHUSU, Medan, 1991:

Prasetya, Ruhdi, Yayasan dalam Teori dan Praktik, Sinar Grafika, Jakarta, 2012. L.Boedi Wahyono dan Suyud Margono, Hukum Yayasan Antara Fungsi Kariatif Atau

Komersial, CV. Novindo Pustaka Mandiri, Jakarta,2001.

Ningrum N Sirait,, Diktat Mata Kuliah Hukum Perusahaan, Magister Kenotariatan Usu, 2008

(25)

Borahima, Anwar, Kedudukan Yayasan di Indonesia, Kencana, Jakarta, 2010. Sentosa, Sembiring, Hukum Dagang, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2008.

Referensi

Dokumen terkait

Dari penelitian yang telah dilakukan didapatkan bahwa ekstrak metanol rimpang temulawak mempunyai kemampuan antifungi terhadap Candida albicans secara in vitro ,

import java.io.FileInputStream; import java.io.FileOutputStream; import java.io.IOException; import java.io.InputStream; import java.io.OutputStream; import

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari keberadaan fungi selulolitik pada tanah bekas kebakaran di Kabupaten Samosir serta sifat kimia dan biologi tanah yang

(b) Apa-apa liability perundangan daripada apa-apa sifat pun secara langsung atau tidak langsung menyebabkan atau menyumbang kepada oleh atau hasil daripada sinaran pengionan

- Judul proposal atau judul laporan hasil penelitian, harus menggambarkan dan sesuai dengan ruang lingkup penelitian, baik dalam segi kuantitas maupun kualitas sehingga

Dalam kesempatan ini secara khusus kami sampaikan terima kasih kepada : • Bupati Banyumas • Wakil Bupati Banyumas • Dinas/Instansi yang terkait • Para Camat di wilayah

Memposisikan PI saat ini sebagai salah satu bagian dari psikologi yang berwawasan religius, atau salah satu bentuk dari indeginous psychology akan lebih mudah diterima oleh

yang baik dalam pengelolaan keuangan desa di kabupaten Lahat. Pengelolaan keuangan desa ada tiga tahap yaitu penerapan, pelaksanaan dan laporan