• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN KELUARGA DALAM MENANGGULANGI KENAKALAN REMAJA DI DESA GAYAMAN MOJOANYAR- MOJOKERTO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERAN KELUARGA DALAM MENANGGULANGI KENAKALAN REMAJA DI DESA GAYAMAN MOJOANYAR- MOJOKERTO"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1

PERAN KELUARGA DALAM MENANGGULANGI

KENAKALAN REMAJA DI DESA GAYAMAN

MOJOANYAR-MOJOKERTO

FIRMAN SETIAWAN NIM.

11001067

Subject :

Peran, Keluarga, Kenakalan remaja, Remaja

Description :

Kenakalan remaja merupakan suatu isu yang sering ditampilkan dalam berbagai media. Media sering memuat berita tentang kenakalan remaja seperti perkelahian remaja, tawuran, penyalahgunaan narkoba, pergaulan bebas, seks bebas, balapan liar dan lainnya. Dalam hal ini tujuan penelitian ialah mengetahui peran keluarga dalam menanggulangi kenakalan remaja.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Populasi sebanyak 767 responden dan sampel yang diambil 63 responden. Variabel yang diteliti adalah Peran Keluarga Dalam Menanggulangi Kenkalan Remaja. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah

non probability sampling tipe Consecutive sampling. Data dikumpulkan

menggunakan skala likert.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Peran Keluarga Dalam Menanggulangi Kenakalan Remaja sebagian besar positif yaitu sebanyak 37 responden (58,7%), sedangkan yang bersifat negatif sebanyak 20 responden (41,2%).

Dari parameter yang di ukur melalui kuesioner untuk menanggulangi kenakalan remaja orang tua hendaknya melaksanakan Peran Formal yang meliputi Peran parental dan perkawinan, Peran seksual perkawinan, Peran ikatan keluarga atau kinkeeping, dan Peran kakek nenek Serta Peran informal yang meliputi pengharmonisan, insiater, pendamai, perawat keluarga, dan koordinatoor keularga.

Oleh sebab itu keluarga hendaknya meningkatkan peran dalam hal seperti peran formal yaitu peran pengawasan, komunikasi, pemahaman terhadap anak, penolakan keluarga serta peran informal seperti tidak membeda-bedakan anaknya.

ABSTRACT

Juvenile delinquency is an issue that is aften published in various media. It often publishes stories about juvenile delinquency such as fights, brawls, drug abuse, promiscuity, sex, race and etc. In this case purpose of the study was to determine the role of the most family overcome Delinquency.

(2)

2 variables studied are the role of family over come juvenile delinquency. The sampling technique used in this study is a type of non-probability sampling with Consecutive sampling. The data are collected with using a Likert scale.

The results showed that the role of the most family overcome Delinquency are positive amount 37 respondents (58.7%), and negative amount 20 respondents (41.2%).

From parameters measured with a questionnaire overcome juvenile delinquency parents should run the role of Formal Roles include parental and marital, sexual role of marriage, family relationship or kinkeeping role also the role of grandparents and informal include the harmonization, insiater, peaceable, family care, and the coordinator of family.

Therefore they should enhance their role such as a formal role that consist of the role of supervision, communication, understanding of children, denial of family and informal roles such us without discrimination of their children.

Keywords: role, family, juvenile delinquency

Contributor : 1. Eka Diah K, S, Km., M.Kes.

2. Mohammad Nur Firdaus, S.Kep Ns Date : 16 Mei 2014

Type Material : Laporan Penelitian

Permanen link : -

Right : Open Document

Summary :

LATAR BELAKANG

Kenakalan remaja merupakan suatu isu yang sering ditampilkan dalam berbagai media. Media sering memuat berita tentang kenakalan remaja seperti perkelahian remaja, tawuran, penyalahgunaan narkoba, pergaulan bebas, seks bebas, balapan liar dan lainnya (Barus,2012).Perilaku kenakalan remaja tidak hanya mencakup pelanggaran kriminal dan narkoba saja. Perilaku kenakalan remaja lainnya berupa pelanggaran status, pelanggaran terhadap norma maupun pelanggaran terhadap hukum. Pelanggaran status seperti lari dari rumah, membolos dari sekolah, minum minuman keras dibawah umur, balapan liar dan lain sebagainya. Pelanggaran status seperti ini biasanya sulit tercatat secara kuantitas karena tidak termasuk dalam pelanggaran hukum. Sedangkan perilaku yang menyimpang terhadap norma antara lain seks pranikah dikalangan remaja, aborsi oleh remaja wanita, dan lain sebagainya. Jumlah jumlah prilaku tersebut mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun ke tahun (Aroma dan Suminar, 2012).

(3)

3 (Nusantaraku.com, 2009). Kasus penyalahgunaan narkoba setiap tahunnya semakin merambah pasar anak muda, baik dari faktor usia maupun pendidikan, pengguna narkoba belia mengalami peningkatan dibanding 2010. Berdasarkan faktor umur, pengguna narkoba termuda yang ditangkap anggota Satuan Reskoba Polrestabes Surabaya tercatat berusia antara 14 sampai dengan 19 tahun, angkanya bertambah dari 30 remaja di 2010 menjadi 32 remaja pada tahun 2011(Aroma dan Suminar, 2012).

Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluaga Berencana(BP2KB)Mojokerto mencatat, jumlah pelajar yang terlibat kasus seksual, eksploitasi, tiap tahunnya meningkat. Sepanjang tahun 2012 saja, sebanyak 52 pelajar yang terlibat kasus kekerasan mulai seksual, fisik, penelantaran, sampai eksploitasi. Menurut Yuda Hadi, Kepala BP2KP Mojokerto, mulai Januari hingga Oktober 2012 terdapat 52 pelajar yang terlibat tindak kekerasan. Ada 37 diantaranya menjadi korban, sedang, 15 lainnya menjadi pelaku kekerasan. Ragam kekerasan yang muncul mulai kekerasan seksual, kekerasan fisik, eksploitasi, kekerasan dalam rumah tangga, dan pencurian (BP2KB,2012).

Hasil dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak/remaja yang dibesarkan dalam lingkungan sosial keluarga yang tidak baik atau disharmoni keluarga, maka resiko anak untuk mengalami gangguan kepribadian menjadi berkepribadian antisosial dan berperilaku menyimpang lebih besar dibandingkan dengan anak yang dibesarkan dalam keluarga (Siagian,2013). Usia remaja ibarat orang yang bertahun-tahun di sekap di dalam gua kemudian di lepas ke dunia nyata,maka remaja heran terhadap semua yang di lihatnya dan ingin menguasainya (Darwis, 2008).

Dari hasil study pendahuluan pada tanggal 11 februari 2014 di Desa Gayaman menunjukkan bahwa jumlah remaja sebanyak 767 jiwa, Sedangkan bentuk kenakalan remaja di Desa Gayaman kebanyakan merokok, modifikasi kendaraan bermotor, minum-minuman keras, perkelahian,seks bebas, keluar malam dan lain-lain. Survei yang di lakukan pada 5 remaja menjelaskan bahwa 60% remaja tidak berkomunikasi dengan keluarga, 20% jarang, dan 20% sisanya rutin berkomunikasi dengan keluarga, sedangkan keluarga yng menerapkan pola disiplin sebanyak 40%, dan 40% sisanya tidak menerapkanpola disiplin, keluarga yang tidak menghubungi sebanyak 60%, Sedangkan yang selalu bersama ketika di rumah sebanyak 80%, Dan terakhir terdapat 40% yang selalu mengkonsultasikan masalahnya kepada keluarga, 40% sisanya tidak mengkonsultasikan masalahnya kepada keluarganya.

Berdsarkan hasil dari wawancara dapat disimpulkan bahwa hanya 40% yang dapat berperan aktif dalam memantau aktivitas remaja, 60% sisanya kurang menunjukkan perannya dalam tugas keluarga.

(4)

4 salah satu komponen krusial dari perkembangan psiko-sosial pada masa kanak-kanak dan masa sebelum masuk sekolah. Pada masa ini, anak akan belajar dari orangtuanya bagaimana ia harus berperilaku sesuai dengan apa yang baik untuk dilakukan dan perilaku apa yang Bila orang tua menerapkan kepada anaknya sikap disiplin secara intens sejak dini dan konsisten terhadap semua konsekuensi yang dilakukan anak bila menyimpang dari yang ditetapkan, maka sikap konsisten ini akan diinternalisasi oleh anak, dan akan menjadi kontrol bagi anak. Orangtua bukanlah salah satu faktor penentu bagi perkembangan moral anak, namun orangtua memiliki peranan yang paling penting untuk mengerahkan perkembangan moral anak (Gunarsa, 2010 dalam Aroma dan Suminar, 2012).

Seorang remaja yang berasal keluarga yang minim dukungan terhadap anak, minim kontrol dan pengawasan, serta orangtua yang menerapkan pola disiplin secara tidak efektif akan tumbuh menjadi individu dengan kontrol diri lemah dan memiliki kecenderungan untuk terlibat dalamperilaku kenakalan remaja. Pola pengasuhan seperti diatas biasanya nampak pada keluarga dengan orangtua tunggal, orangtua yang terlalu sibuk bekerja atau broken home. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa 91% subjek orangtua kandungnya masih dalam status pernikahan, sehingga kenakalan remaja akibat broken home bukan menjadi faktor utama penyebab kenakalan remaja. Karena jumlah subjek yang banyak dan keterbatasan penelitian, faktor keluarga hanya dapat digambarkan sebatas status pernikahan orangtua kandung (Aroma dan Suminar, 2012). Perawat sebagai edukatif hendaknya memberikan informasi utuk memberikan penyebaran informasi, pergerakan masa Pengetahuan remaja dan masyarakat tentang tumbuh kembang remaja dan masalah kenakalan remaja serta penanggulangan masalah tersebut akan meningkat. (Amak,2011).

METODE PENELITIAN

Peneliatian ini menggunakan rancangan dengan jenis deskriptif. Penelitian ini di lakukan dengan tujuan utama mendepskkripsikan peran keluarga dalam menanggulangi kenakalan remaja di Desa Gayaman, Mojoanyar-Mojokerto pada tanggal 14 April- 19April 2014 sebanyak berjumlah 767 jiwa. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis non Probability sampling dengan tekhnik Consecutive sampling. Penelitian ini dilakukan di Desa Gayaman, Mojoanyar-Mojokerto pada tanggal 14 April- 19April 2014. Tekhnik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data primer, diperoleh melalui mewancarai langsung responden yang diteliti. Tekhnik yang di gunakan dalam penelitian dalam pengumpulan data ini adalah cara instrumen dan kuisioner dengan skala likert.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

(5)

5 mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain (Rosita,2010). Masa remaja adalah masa yang diamana seorang sedang mengalami saat kritis sebab ia mau menginjak ke masa dewasa. Remaja berada dalam masa peralihan.Dalam masa peralihan itu pula remaja sedang mencari identitasnya. Dalamproses perkembangan yang serba sulit dan masa-masa membingungkan dirinya, remaja membutuhkan pengertian dan bantuan dari orang yang dicintai dan dekatdengannya terutama orang tua atau keluarganya. Kemudian Pendidikan yang salah yang dapat membawa akibat yang tidak baik bagi perkembangan pribadi anak dan membuat anak menjadi nakal (Asfriyanti,2003).Dalam hal ini, peran keluarga sangat penting untuk mendidik anak-anak mereka terutama kepada remaja, di zaman sekarang ini banyak sekali dampak negatif yang di timbulkan oleh remaja. Maka dari itu orang tua harus berperan aktif dalam melakukan pendekatan kepada anak-anak mereka, baik pendekatan secara formal maupun secara informal.

Hasil penelitaian menunjukkan bahwa peran keluarga di ukur melalui parameter yaitu peran formal dan peran informal. Dari peran formal, orang tua yang selalu mengajak berkomunikasi kepada anaknya berjumlah 37 responden (58,7%), keluarga yang memberi perhatian sebanyak 40responden (63,4%), keluarga yang tidak mengajak refresing sebanyak 26 responden (41,2%), keluarga tidak mengajak untuk berintropeksi diri sejumlah 25responden (39,6%), keluarga yang menerapkan pola disiplin sebanyak 47 responden (74,6%), keluarga tidak mengawasi anak-anaknya sebanyak 36 responden (57,1%), keluarga yang merawat anaknya sebanyak 45 responden (71,4%), keluarga yang mengawasi tumbuh kembang anaknya sejumlah 38 responden (60,3%), keluarga yang mengawasi keseimbangan di dalam keluarga sebanyak 37responden (58,7%), keluarga yang tidak pernah mengkonsultasikan kepada anaknya sebanyak 20 responden (31,7%), orang tua yang menghakimi anaknya sejumlah 20 responden (31,7%), orang tua tidak memahami anaknya sebanyak 24 responden (38%), keluarga yang menolak terhadap anaknya sebanyak 47 responden (74,6%).

Peran formal adalah suatu peran yang di harapkan secara normatife dari seorang dalam situasi social tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan. Peran formal berkaitan dengan posisi formal keluarga, bersifat homogen. Peran formal yang standar dalam keluarga seperti pencari nafkah, ibu rumah tangga, pengasuh anak, sopir, tukang perbaikan rumah, tukang masak, dan lain-lain. Jika dalam keluarga hanya dapat sedikit orang untuk memenuhi peran tersebut, maka anggota keluarga berkesempatan untuk memerankan beberapa peran pada waktu yang berbeda (Padila,2012), seperti Peran parental dan perkawinan, Peran seksual perkawinan, Peran ikatan keluarga atau kinkeeping, Peran kakek/nenek (Padila,2012).Dari peran formal di atas menunjukkan bahwa peran orang tua dalam mendidik anak-anak mereka terutama remaja terbukti baik, di tunjukkan melalui parameter peran formal jumlah yang berperan positif sebanyak 38 responden (60,3%) yang sebagian besar hasilnya positif.

(6)

6 bersifat implisit yaitu biasanya tidak tampak kepermukaan dan dimaeinkan hanya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan emosional individu atau untuk menjaga keseimbangan dalam keluarga diantaranya Pengharmonisan, Insiater, Pendamai (Compromiser), dan Koordinator keluarga (Padila,2012).Hasil parameter diatas berdasarkan peran-peran di dalam keluarga peran informal menunjukkan hasil yang negatif. Di tunjukkkan dari hasil parameter yang berjumlah 35 reponden (55,5%) yang hasinya negatif. Hal ini bisa di karenakan pemberian pendidikan yang salah dari pihak orang tua. Cara penyampaian dan cara pendekatan kepada anank-anak meraka seaharusnya sangatlah di perhatikan agar timbul menjadi menjadi anak yang berkepribadian baik dan positif.

Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dan dewasa, yang di mulai pada saat terjadinya keatangan seksual yaitu antara usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun, yaitu menjelang masa dewasa muda. Remaja tidak mempunyai tempat yang jelas, yaitu bahwa mereka tidak termasuk golongan anak-anak tetapi tidak juga termasuk golongan orang dewasa (Marheni dalam Soetijiningsih,2007). suatu analisa yang cermat mengenai semua aspek perkembangan dalam masa remaja, yang secara global berlangsung antara umur 12 dan 21 tahun, dengan pembagian 12-15 tahun : masa remaja awal, 15-18 tahun : masa remaja pertengahan : 18-21 tahun : masa remaja akhir, akan mengemukakan banyak faktor yang masing-masing perlu mendapat tinjauan tersendiri (Monks, 2006).

(7)

7 Hasil penelitian sesuai dengan teori, bahwa peran keluarga dalam menanggulangi kenakalan remaja di ukur melalui kuesioner yang di sebarkan, hasil peran keluarga positif, sedangkan hasil yang di ukur melalui parameter yaitu peran formal yang sebagian besar hasilnya positif dan peran informal sebagian besar hasilnya negatif. Hal ini terjadi bisa di karenakan cara mendidik orang tua yang menentukan apakah anank-anak terutama remaja akan menimbulkan hasil yang positif maupun negatif.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian Peran Keluarga Dalam Menanggulangi Kenakalan Remaja Di Desa Gayaman Kecamatan Mojoanyar Kabupaten Mojokerto disimpulkan bahwa sebagian besar responden mempunyai Peran Positif yang dapat dipengaruhi oleh peran keluarga baik peran formal maupun peran informal.

REKOMENDASI

1. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya hendaknyameneliti tentang pengaruh faktor budaya dan karakteristik sosial terhadap penatalaksanaan Peran Keluarga Dalam Menanggulangi Kenakalan Remaja.

2. Bagi Masyarakat

Orang tua hendaknya meningkatkan peran dalam hal seperti peran formal yaitu peran pengawasan, komunikasi, pemahaman terhadap anak, penolakan keluarga serta peran informal seperti tidak membeda-bedakan anaknya.

3. Bagi Tenaga kesehatan dan perawat

Tenaga kesehatan khususnya perawat harus selalu memberikan informasi tentang cara melaksanakan Peran Keluarga Dalam Menanggulangi Kenakalan Remaja.

Alamat Korespondensi :

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini dapat disebabkan banyak buah melon yang matang sebelum mencapai ukuran normalnya tetapi sudah bisa dipanen, kondisi pH tanah 4,7 yang masam, sifat fisik

Selain menggunakan teknik wawancara peneliti juga menggunakan teknik observasi yaitu peneliti terjun langsung ke lapangan untuk mendapatkan data mengenai bahan yang

Formulasi distribusi BBM pada stock flow diagram menunjukkan fungsi Delaypplmtr ('Rencana Distribusi BBM',' penggantian ACB', 1<<da>>) yang berarti bahwa saat

H2 – H8 : Bauran pemasaran jasa (produk, harga, tempat, promosi, orang, bukti fisik, dan proses) secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

Serah terima Mahasiswa PPLK dari Dinas Pendidikan Kota Payakumbuh Kepada Kepala Sekolah SMK Negeri 2 Payakumbuh. Perkenalan dengan staf pimpinan sekolah,

Karena Perusahaan tidak dapat mengontrol metode, volume, atau kondisi aktual penggunaan, Perusahaan tidak bertanggung jawab atas bahaya atau kehilangan yang disebabkan dari

The recovery time fol- lowing perineal repair is faster than recovery after ab- dominal surgery and usually involves a shorter hospital stay (one to three days following

which adapted to Krapanj and Prvi} (specifically, Prvi} Luka and [epurina) and occurs on weed-ruderal habitats, as well as Diplotaxis erucoides (L.) DC, a West Mediterranean