• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) - Pengaruh Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Terhadap Produktivitas Pekerja PT. X 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) - Pengaruh Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Terhadap Produktivitas Pekerja PT. X 2015"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

ILO (International Labor Organitation) mendefinisikan K3 sebagai promosi

dan pemeliharaan derajat, fisik, mental, dan kesejateraan sosial yang tinggi dan

semua pekerja pada semua pekerjaan; pencegahan diantara para pekerja dari

penurunan kesehatan yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan; perlindungan pekerja

terhadap risiko-resiko yang dihasilkan oleh faktor-faktor buruk terhadap risiko-resiko

yang dihasilkan oleh faktor-faktor buruk terhadap kesehatan; penempatan dan

pemeliharaan pekerja di dalam lingkungan pekerjaan yang diadaptasi untuk peralatan

fisiologi dan psikologi, dan untuk menyimpulkan adaptasi pekerja terhadap manusia

dan setiap manusia terhadap pekerjaan, sedangkan menurut OSHA (occupational

Health and Safety Administration) K3 diartikan sebagai aplikasi atau penerapan

prinsip-prinsip sains atau ilmiah di dalam memahami pola resiko terhadap

keselamatan orang dan benda baik dalam lingkungan industri maupun non-industri

(OSHA, 2004).

Secara fisiologi keselamatan dan kesehatan kerja menunjukkan

kondisi-kondisi fisiologis-fisikal dan psikologis tenaga kerja yang diakibatkan oleh

lingkungan kerja yang disediakan perusahaan. Kondisi fisiologis-fisikal meliputi

penyakit-penyakit dan kecelakaan kerja seperti cedera, kehilangan nyawa, atau

(2)

kehidupan kerja yang berkualitas rendah. Hal ini meliputi ketidakpuasan, sikap

menarik diri, kurang perhatian, mudah marah, selalu menunda pekerjaan dan

kecenderungan untuk mudah putus asa terhadap hal-hal remeh (Rivai, 2006).

Menurut Lalu (2005), bahwa Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

melindungi pekerja/buruh guna mewujudkan kinerja yang optimal. Upaya tersebut

dilakukan dengan tindakan pencegahan untuk memberantas penyakit dan kecelakaan

akibat kerja, bagaimana upaya pemeliharaan serta peningkatan gizi dan juga

bagaimana mempertinggi efisiensi dan produktivitas manusia sehingga tujuan

perusahaan dapat tercapai dengan baik dengan tidak meninggalkan masalah.

Kemudian perlindungan terhadap masyarakat di sekitar lingkungan perusahaan agar

terbebas dari polusi dan limbah produksi.

Yusra (2008) Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), adalah suatu sistem

program yang dibuat bagi pekerja maupun pengusaha sebagai upaya pencegahan

(preventif) timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja dalam

lingkungan kerja dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan

kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja dan tindakan antisipatif bila

terjadi hal yang demikian.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) harus diterapkan dan dilaksanakan di

setiap tempat kerja (perusahaan). Tempat kerja adalah setiap tempat yang didalamnya

terdapat 3 (tiga) unsur, yaitu :

1. Adanya suatu usaha, baik itu usaha yang bersifat ekonomi maupun usaha sosial.

(3)

3. Adanya tenaga kerja yang bekerja di dalamnya, baik secara terus-menerus

maupun hanya sewaktu-waktu.

2.1.1 Keselamatan Kerja

Keselamatan berasal dari bahasa Inggris yaitu kata „safety’ dan biasanya

selalu dikaitkan dengan keadaan terbebasnya seseorang dari peristiwa celaka

(accident) atau nyaris celaka (near-miss). Jadi pada hakekatnya keselamatan sebagai

suatu pendekatan keilmuan maupun sebagai suatu pendekatan praktis mempelajari

faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan dan berupaya

mengembangkan berbagai cara dan pendekatan untuk memperkecil resiko terjadinya

kecelakaan (Syaaf, 2007).

Sedangkan pendapat Leon C Meggison yang dikutip oleh Prabu

Mangkunegara (2000) bahwa istilah keselamatan mencakup kedua istilah yaitu resiko

keselamatan dan resiko kesehatan. Keselamatan kerja menunjukan kondisi yang aman

atau selamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian ditempat kerja. Resiko

keselamatan merupakan aspek-aspek dari lingkungan kerja yang dapat menyebabkan

kebakaran, ketakutan aliran listrik, terpotong, luka memar, keseleo, patah tulang,

kerugian alat tubuh, penglihatan, dan pendengaran. Semua itu sering dihubungan

dengan perlengkapan perusahaan atau lingkungan fisik dan mencakup tugas-tugas

kerja yang membutuhkan pemeliharaan dan latihan.

Menurut Lalu (2005), keselamatan kerja bertalian dengan kecelakaan kerja

yaitu kecelakaan yang terjadi di tempat kerja atau dikenal dengan istilah kecelakaan

(4)

tidak diduga semula dan tidak dikehendaki yang mengacaukan proses yang telah

diatur dari suatu aktivitas. Ada 4 (empat) faktor penyebabnya yaitu:

1. Faktor manusianya.

2. Faktor material/bahan/peralatan.

3. Faktor bahaya/sumber bahaya.

4. Faktor yang dihadapi (pemeliharaan/perawatan mesin-mesin).

Menurut Lalu (2005) bahwa disamping ada sebabnya maka suatu kejadian

juga akan membawa akibat. Akibat dari kecelakaan industri ini dapat dikelompokkan

menjadi dua, yaitu :

1. Kerugian yang bersifat ekonomis, antara lain :

a. Kerusakan/kehancuran mesin, peralatan, bahan dan bangunan

b. Biaya pengobatan dan perawatan korban

c. Tunjangan kecelakaan

d. Hilangnya waktu kerja

e. Menurunnya jumlah maupun mutu produksi

2. Kerugian yang bersifat non ekonomis pada umumnya berupa penderitaan

manusia yaitu tenaga kerja yang bersangkutan, baik itu merupakan kematian,

luka/cidera berat maupun luka ringan.

Menurut Glendon dan Literland (2001) indikator dari pengukuran keselamatan

(5)

1. Dukungan dan komunikasi

Dukungan dan komunikasi antara supervisiors dengan pekerja dapat dilakukan

dengan cara diskusi, pekerja bisa mengkomunikasikan masalah masalah yang

berhubungan dengan pekerjaan, dan komunikasi menganai faktor risiko

diinformasikan kepada pekerja pada saat pelatihan awal masuk bekerja.

2. Prosedur yang adekuat

Prosedur yang dikatakan adekuat adalah prosedur yang berisi berbagai informasi

yang lengkap, teknik yang akurat, menjelaskan hal-hal yang boleh dilakukan

maupun yang tidak boleh dilakukan beserta alasannya dan pekerja dapat dengan

mudah menerapkan prosedur pekerjaan mereka.

3. Beban kerja

Beban kerja yang tidak terlalu tinggi dapat diukur dengan masih adanya waktu

bekerja untuk beristirahat, target yang ditentukan masih realistis, dan pekerja

memiliki cukup waktu menyelesaikan tugasnya.

4. Alat Pelidung Diri

Alat pelindung diri digunakan pekerja untuk menghindari kecelakaan yang dapat

menggagngu pekerja saat bekerja, dan yang paling penting adalah APD yang

digunakan nyaman bagi pekerja.

5. Hubungan dengan perusahaaan

Hubungan dengan perusahaaan diukur dengan adanya hubungan yang baik antara

supervisiors dengan pekerja, pekerja dengan pekerja dan juga berhubungan

(6)

6. Peraturan keselamatan

Peraturan keselamatan harus selalu dilakukan dan peraturan keselamatan dapat

diikuti tanpa adanya konflik dengan praktek kerja.

2.1.2 Kesehatan Kerja

Selain faktor keselamatan, hal penting yang juga harus diperhatikan adalah

faktor kesehatan. Kesehatan berasal dari bahasa Inggris „health’, yang dewasa ini

tidak hanya berarti terbebasnya seseorang dari penyakit, tetapi pengertian sehat

mempunyai makna sehat secara fisik, mental dan juga sehat secara sosial. Dengan

demikian pengertian sehat secara utuh menunjukkan pengertian sejahtera. Menurut

Lalu (2005), kesehatan kerja adalah bagian dari ilmu kesehatan yang bertujuan agar

tenaga kerja memperoleh keadaan kesehatan yang sempurna baik fisik, mental,

maupun sosial sehingga memungkinkan dapat bekerja secara optimal. Pada dasarnya

kesehatan itu meliputi empat aspek, antara lain :

1. Kesehatan fisik terwujud apabila sesorang tidak merasa dan mengeluh sakit atau

tidak adanya keluhan dan memang secara objektif tidak tampak sakit. Semua

organ tubuh berfungsi normal atau tidak mengalami gangguan.

2. Kesehatan mental (jiwa) mencakup 3 komponen, yakni pikiran, emosional, dan spiritual.

a. Pikiran sehat tercermin dari cara berpikir atau jalan pikiran.

b. Emosional sehat tercermin dari kemampuan seseorang untuk

mengekspresikan emosinya, misalnya takut, gembira, kuatir, sedih dan

(7)

c. Spiritual sehat tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa

syukur, pujian, kepercayaan dan sebagainya terhadap sesuatu di luar alam fana

ini, yakni Tuhan Yang Maha Kuasa. Misalnya sehat spiritual dapat dilihat dari

praktik keagamaan seseorang. Dengan perkataan lain, sehat spiritual adalah

keadaan dimana seseorang menjalankan ibadah dan semua aturan-aturan

agama yang dianutnya.

3. Kesehatan sosial terwujud apabila seseorang mampu berhubungan dengan orang

lain atau kelompok lain secara baik, tanpa membedakan ras, suku, agama atau

kepercayan, status sosial, ekonomi, politik, dan sebagainya, serta saling toleran

dan menghargai.

4. Kesehatan dari aspek ekonomi terlihat bila seseorang (dewasa) produktif, dalam

arti mempunyai kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang dapat menyokong

terhadap hidupnya sendiri atau keluarganya secara finansial.

Menurut Gary Dessler (1997), indikator kesehatan kerja terdiri dari :

1. Keadaan dan Kondisi Karyawan

Keadaan dan kondisi karyawan adalah keadaan yang dialami oleh

karyawan pada saat bekerja yang mendukung aktivitas dalam bekerja.

2. Lingkungan kerja adalah lingkungan yang lebih luas dari tempat kerja yang

mendukung aktivitas karyawan dalam bekerja.

3. Perlindungan karyawan merupakan fasilitas yang diberikan untuk menunjang

(8)

Tujuan kesehatan kerja menurut Lalu (2005) adalah:

1. Meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan tenaga kerja yang

setinggi-tingginya baik fisik, mental, maupun sosial.

2. Mencegah dan melindungi tenaga kerja dari gangguan kesehatan yang

disebabkan oleh kondisi lingkungan kerja.

3. Menyesuaikan tenaga kerja dengan pekerjaan atau pekerjaan dengan tenaga

kerja.

4. Meningkatkan produktivitas kerja.

2.1.3 Tujuan K3

Tujuan Pemerintah membuat aturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

dapat dilihat pada Pasal 3 Ayat 1 UU No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja,

yaitu:

1. Suhu dan lembab mencegah dan mengurangi kecelakaan;

2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran;

3. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;

4. Memberi kesempatan atau jalan menyelematkan diri pada waktu kebakaran atau

kejadian-kejadian lain yang berbahaya

5. Memberikan pertolongan pada kecelakaan

6. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja

7. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluaskan suhu, kelembaban,

debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara

(9)

8. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik fisik

maupun psikhis, peracunan, infeksi dan penularan;

9. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;

10. Menyelenggarakan udara yang baik

11. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;

12. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;

13. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan

proses kerjanya

14. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau

batang

15. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;

16. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar-muat, perlakuan dan

penyimpanan barang

17. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya

18. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang

berbahaya

19. Angka kecelakaan turun

Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada dasarnya mencari dan

mengungkapkan kelemahan yang memungkinkan terjadinya kecelakaan. Fungsi ini

dapat dilakukan dengan dua cara yaitu mengungkapkan sebab-akibat suatu

(10)

Tujuan dari penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah (Direktorat

Pengawasan Norma K3, 2006):

1. Menempatkan tenaga kerja sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai

manusia

2. Meningkatkan komitmen pimpinan perusahaan dalam melindungi tenaga kerja

3. Meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja untuk menghadapi kompetisi

perdagangan global

4. Proteksi terhadap industri dalam negeri

5. Perlunya upaya pencegahan terhadap masalah sosial dan ekonomi yang terkait

dengan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja.

Rivai (2006) menyatakan tujuan keselamatan kerja antara lain:

1. Manfaat lingkungan kerja yang aman dan sehat

Jika perusahaan dapat menurunkan tingkat dan beratnya kecelakaan-kecelakaan

kerja, penyakit, dan hal yang berkaitan dengan stres, serta mampu meningkatkan

kualitas kehidupan kerja para pekerjanya, perusahaan akan semakin efektif.

Peningkatan–peningkatan terhadap hal ini akan menghasilkan :

a. Meningkatnya produktivitas karena menurunnya jumlah hari kerja yang hilang

b. Meningkatnya efisiensi dan kualitas pekerja yang lebih berkomitmen

c. Menurunnya biaya – biaya kesehatan dan asuransi

d. Tingkat kompensasi pekerja dan pembayaran langsung yang lebih rendah

(11)

e. Fleksibilitas dan adaptibilitas yang lebih besar sebagai akibat dari

meningkatnya partisipasi dan rasa kepemilikian

f. Rasio seleksi tenaga kerja yang lebih baik karena meningkatnya citra

perusahaan. Perusahaan kemudian bisa meningkatkan keuntungannya secara

substansial.

2. Kerugian lingkungan kerja yang tidak aman dan tidak sehat

Jumlah biaya yang besar sering muncul karena ada kerugian – kerugian akibat

kematian dan kecelakaan di tempat kerja dan kerugian menderita

penyakit-penyakit yang berkaitan dengan pekerjaan. Selain itu ada juga yang berkaitan

dengan kondisi–kondisi psikologis. Perasaan pekerja yang menganggap dirinya

tidak berarti dan rendahnya keterlibatannya dalam pekerjaan, barangkali lebih

sulit dihitung secara kuantitatif, seperti gejala–gejala stress dan kehidupan kerja

yang bermutu rendah.

2.1.4 Manfaat K3

Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan satu upaya pelindungan yang

diajukan kepada semua potensi yang dapat menimbulkan bahaya. Hal tersebut

bertujuan agar tenaga kerja dan orang lain yang ada di tempat kerja selalu dalam

keadaan selamat dan sehat serta semua sumber produksi dapat digunakan secara aman

dan efisien (Suma‟mur, 2004). Perhatian pada kesehatan karyawan dapat mengurangi

terjadinya kecelakaan dalam melaksanakan pekerjaannya, jadi antara kesehatan dan

keselamatan kerja bertalian dan dapat mencegah terjadinya kecelakaan di tempat

(12)

Menurut Sculler dan Jackson (Cantika, 2005), apabila perusahaan dapat

melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja dengan baik maka

perusahaan akan dapat memperoleh manfaat sebagai berikut :

1. Meningkatkan produktivitas karena menurunnya jumlah hari kerja yang hilang.

2. Meningkatnya efisiensi dan kualitas pekerja yang lebih komitmen.

3. Menurunnya biaya-biaya kesehatan dan asuransi.

4. Tingkat kompensasi pekerja dan pembayaran langsung yang lebih rendah karena

menurunnya pengajuan klaim.

5. Fleksibilitas dan adaptabilitas yang lebih besar sebagai akibat dari partisipasi dan

rasa kepemilikan.

6. Rasio seleksi tenaga kerja yang lebih baik karena meningkatnya citra perusahaan.

7. Perusahaan juga dapat meningkatkan keuntungannya secara substansial.

Menurut Siagian (2002) ada 5 hal yang perlu diperhatikan dalam

melaksanakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja, yaitu:

1. Apa pun bentuknya berbagai ketentuan formal itu harus ditaati oleh semua

organisasi.

2. Mutlak perlunya pengecekan oleh instansi pemerintah yang secara fungsional

bertanggung jawab untuk itu antara lain dengan inspeksi untuk menjamin

ditaatinya berbagai ketentuan lain dengan inspeksi untuk menjamin ditaatinya

berbagai ketentuan formal oleh semua organisasi.

3. Pengenaan sanksi yang keras kepada organisasi yang melalaikan kewajibannya

(13)

4. Memberikan kesempatan yang seluas mungkin kepada para karyawan untuk

berperan serta dalam menjamin keselamatan dalam semua proses penciptaan dan

pemeliharaan kesehatan dan keselamatan kerja dalam organisasi.

5. Melibatkan serikat pekerja dalam semua proses penciptaan dan pemeliharaan

kesehatan dan keselamatan kerja.

2.2 Produktivitas Kerja

Istilah produktivitas kerja berasal dari kata produktivitas dan kerja. Menurut

kamus Besar Bahasa Indonesia (1995), produktivitas berarti kemampuan untuk

menghasilkan sesuatu daya untuk berproduksi. Kata kerja atau bekerja secara

sederhana dapat diartikan sebagai suatu aktivitas kehidupan manusia ditandai oleh

suatu aktivitas, yaitu bekerja untuk mempertahankan hidup.

Secara umum, produktivitas diartikan sebagai pengaruh antara hasil nyata

maupun fisik (barang-barang dan jasa) dengan masukan yang sebenarnya.

Produktivitas adalah ukuran efisiensi produktif. Suatu perbandingan antara hasil

keluaran dan masukan atau output : input. Masukan sering dibatasi dengan masukan

tenaga kerja, sedangkan keluaran diukur dalam kesatuan fisik bentuk dan nilai.

Produktivitas di bidang industri mempunyai arti ukuran yang ditampilkan oleh daya

produksi yaitu campuran dari produksi dan aktivitas, sebagai ukuran yaitu seberapa

baik kita menggunakan sumber daya dalam mencapai hasil yang diinginkan

(14)

Dikemukakan oleh Yuniasih dan Suwatno dalam bukunya Manajemen

Sumber Daya Manusia bahwa produktivitas dapat diukur dengan dua standar utama,

yaitu produktivitas fisik dan produktivitas nilai. Produktivitas fisik dapat diukur dari

aspek kuantitas dan kualitas produk yang dihasilkan, sedangkan produktivitas nilai

dapat diukur atas dasar nilai-nilai kemampuan sikap, perilaku, disiplin, motivasi, dan

komitmen terhadappekerjaan (Yuniasih dan Suwatno, 2008).

Adapun alat ukur produktivitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah

mengaju pada teori Hameed & Amjad (2009). Menurutnya faktor-faktor yang

digunakan dalam produktivitas kerja meliputi:

1. Kuantitas kerja adalah merupakan suatu hasil yang dicapai oleh karyawan dalam

jumlah tertentu dengan perbandingan standrt yang ada atau ditetapkan

perusahaan

2. Kualitas kerja adalah merupakan suatu stanar hasil yang berkaitan dengan mutu

dari suatu produk yang dihasilkan karyawan. Dalam hal ini merupakan suatu

kemampuan karyawan dalam menyelesaikan pekerjaanya secara teknis dengan

perbandingan standart yang ditetapkan oleh perusahaan

3. Ketepatan waktu merupakan tingkat suatu aktivitas diselesaikan pada wal waktu

yang dinyatakan, dilihat dari sudut koordinasi dengan hasil output serta

memaksimalkan waktu yang tersedia untuk aktivitas lain

Produktivitas merupakan perbandingan antara pemasukan dan pengeluaran

atau dapat pula dibuat rumusan sebagai berikut: Produktivitas = hasil yang

(15)

unsur yang secara relatif dapat menunjang proses produktivitas tenaga kerja yakni :

(Melayu, 2002)

1. Peranan tenaga kerja dalam perusahaan

Dalam hal ini diharapkan adanya kesungguhan hati untuk mematuhi dan

menjalankan peraturan yang berlaku di dalam perusahaan. Menghindari adanya

sifat kelalaian dan kecorobohan dalam menjalankan tugas yang merupakan

pangkal kesulitan.

2. Peranan para pemimpin perusahaan

Penanganan manajemen dalam pola yang lebih menguatamakan pendekatan

manusiawi merupakan inti dari diperolehnya dorongan semangat dan kegairan

kerja untuk berproduksi tinggi. Untuk kepentingan ini ada dua macam cara yang

dapat ditempuh yaitu: pendekatan spiritual dan pendekatan behavioristik.

3. Pendekatan spiritual

Pendekatan spiritual merupakan suatu usaha untuk meningkatkan semangat yang

lahir dari hati nurani secara manusiawi yang sangat diperlukan untuk berproduksi

tinggi.

4. Pendekatan behavioristik

Pendekatan behavioristik merupakan suatu usaha untuk meningkatkan semangat

dan kegairahan kerja serta menggerakkan hati sangat diperlukan sebagai modal

(16)

5. Peranan masyarakat pemakai barang atau jasa.

Proses produktivitas tenaga kerja secara tidak langsung juga perlu

memperhatikan sikap para pelanggan, seperti adanya kritik, saran-saran.

Pujian-pujian yang didasarkan atas pengalaman mereka memakai produk selama ini.

Dengan demikian masyarakat pemakai barang dan jasa tetap berperan secara

tidak langsung, serta ikut memperbaiki proses produksi dari perusahaan

penghasil produk tersebut.

6. Peranan pemerintah

Peranan pemerintah sangat penting, terutama program pendayagunaan sumber

daya manusia dalam pembangunan nasional secara terpadu. Pemerintah

berkewajiban memberi ijin, pengawasan, pembinaan serta perlindungan bagi

masyarakat pemakai barang dan jasa. Dengan kata lain pemerintah perlu secara

langsung menggerakkan aktifitas kerja secara maksimal dan penuh tanggung

jawab.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa produktivitas merupakan

perbandingan anatara keluaran dan masukan serta mengutarakan cara pemanfatan

baik terhadap sumber-sumber dalam memproduksi suatu barang atau jasa.

2.2.1 Jenis Produktivitas

Bila dikelompokkan akan dijumpai tiga-tipe dasar produktivitas (Gasperz,

2000). Tiga dasar ini merupakan model pengukuran produktivitas yang paling

sederhana berdasarkan pendekatan rasio output/input, yaitu :

(17)

Perbandingan dari keluaran terhadap salah satu faktor masukan. Sebagai contoh,

produktivitas tenaga kerja (perbandingan dari keluaran dan masukan tenaga

kerja) merupakan salah satu ukuran produktivitas parsial. Pada pengukuran

produktivitas parsial produktivitas unit proses secara spesifik dapat diukur.

2. Produktivitas faktor-total

Perbandingan dari keluaran dengan jumlah tenaga kerja dan modal. Keluaran

bersih adalah keluaran total dikurangi jumlah barang dan jasa yang dibeli.

Berdasarkan faktor di atas jenis inputyang digunakan dalam pengukuran

produktivitas faktor total hanya tenaga kerja dan modal.

3. Produktivitas total

Perbandingan dari keluaran dengan jumlah keseluruhan faktor-faktor masukan,

pengukuran total produktivitas faktor mencerminkan pengaruh bersama seluruh

masukan dalam menghasilkan keluaran.

2.2.2 Metode Pengukuran Produktivitas Kerja

Pengukuran produktivitas merupakan suatu alat manajemen yang penting

disemua tingkat ekonomi. Di beberapa negara maupun perusahaan pada akhir-akhir

ini telah terjadi kenaikan minat pada pengukuran produktivitas. Karena itu sudah

saatnya kita membicarakan alasan mengapa kita harus mengukur produktivitas

tersebut. Indeks produktivitas juga bermanfaat dalam menentukan perbandingan

antara negara seperti tingkat pertumbuhan dan tingkat produktivitas.

Secara umum pengukuran produktivitas berarti perbandingan yang dapat

(18)

1. Perbandingan-perbandingan antara pelaksanaan sekarang dengan pelaksanaan

secara historis yang tidak menunjukkan apakah pelaksanaan sekarang ini

memuaskan.

2. Perbandingan perlawanan antara satu unit (perorangan tugas, seksi, proses)

dengan lainnya. Pengukuran seperti ini menunjukkan pencapaian relatif.

3. Perbandingan pelaksanaan sekarang dengan target yang akan dicapai, dan inilah

yang terbaik untuk memusatkan perhatian pada sasaran/tujuan.

Dari pengertian sebelumnya dapat diambil suatu cara di dalam penyusunan

perbandingan-perbandingan ini dengan mempertimbangkan tingkatan daftar susunan

dan perbandingan pengukuran dari produktivitas. Tujuan dari pengukuran

produktivitas antara lain untuk membandingkan hasil-hasil:

1. Pertambahan produksi dari waktu ke waktu.

2. Pertambahan pendapatan dari waktu ke waktu.

3. Pertambahan kesempatan kerja dari waktu ke waktu.

4. Jumlah hasil sendiri dengan hasil orang lain.

5. Komponen prestasi utama sendiri dan komponen prestasi utama orang lain.

2.2.3 Manfaat Produktivitas

Setiap manajer perusahaan sangat penting mengetahui tingkat produktivitas

organisasi yang sedang dikelola agar dapat menyusun rencana perbaikan

produktivitas setiap sumber daya yang akan dimanfaatkan pada periode berikutnya.

Secara lebih rinci, Sumanth menjelaskan sejumlah manfaat bagi menajemen

(19)

1. Perusahaan dapat menilai efisiensi dari proses konversi sumber daya yang

dioperasikan sehingga dapat diperkirakan banyaknya output yang akan

dihasilkan pada setiap penambahan sumber daya.

2. Perusahaan akan dapat menyusun secara lebih akurat rencana pengembangan

sumber daya baik untuk jangka panjang maupun jangka pendek apabila

pengukuran produktivitas dilakukan dengan berkesinambungan.

3. Sasaran perusahaan, baik yang bersifat ekonomis maupun nonekonomis dapat

ditentukan prioritasnya dengan memperhatikan upaya pengukuran produktivitas.

4. Target perbaikan produktivitas pada masa yang akan datang dapat

direvisi/dimodifikasi secara realistis.

5. Strategi perbaikan produktivitas di masa yang akan datang dapat dirumuskan

lebih baik berdasarkan gap antara target pencapaian dan aktual produktivitas

yang diperoleh.

6. Pengukuran produktivitas dapat membantu dalam membandingkan suatu

perusahaan dengan perusahaan lain yang sejenis.

7. Nilai-nilai produktivitas yang diperoleh dari hasil pengukuran merupakan

masukan yang berharga dalam perencanaan profit perusahaan.

8. Manajemen perusahaan dapat memanfaatkan hasil pengukuran produktivitas

sebagai dasar tindakan dalam memotivasi persaingan.

9. Collective bargaining dapat dilaksanakan secara lebih rasional apabila data

(20)

2.2.4 Upaya Peningkatan Produktivitas Kerja

Edy Sutrisno (2009) mengemukakan berbagai upaya yang dapat dilakukan

untuk meningkatkan produktivitas kerja :

1. Perbaikan terus menerus

Dalam upaya meningkatkan produktivitas kerja, salah satu implikasinya ialah

bahwa seluruh komponen organisasi harus melakukan perbaikan secara terus

menerus. Upaya meningkatkan produktivitas kinerja, salah satu implikasinya

ialah bahwa seluruh komponen organisasi harus melakukan perbaikan secara

terus-menerus. Pandangan ini bukan hanya merupakan salah satu etos kerja yang

penting sebagai bagian dari filsafat manajemen mutakhir. Pentingnya etos kerja

ini terlihat dengan lebih jelas apalagi diingat bahwa suatu organisasi selalu

dihadapkan kepada tuntutan yang terus-menerus berubah, baik secara internal

maupun eksternal. Tambahan pula ada ungkapan yang mengatakan bahwa

satu-satunya hal yang konstan di dunia ini adalah perubahan. Secara internal,

perubahan yang terjadi adalah perubahan strategi organisasi, perubahan

pemanfaatan teknologi, perubahan kebijaksanaan, dan perubahan dalam

praktik-praktik SDM sebagai akibat diterbitkan perundang-undangan baru oleh

pemerintah dan berbagai faktor lain yang tertuang dalam keputusan manajemen.

Sedangkan perubahan tindakan suatu organisasi yang dominan peranannya di

(21)

2. Peningkatan mutu hasil pekerjaan

Berkaitan dengan upaya perbaikan secara terus-menerus adalah peningkatan

mutu hasil kerja oleh semua orang dan segala komponen organisasi, dan dalam

hal ini peningkatan mutu sumber daya manusia adalah hal yang sangat penting.

Padahal, mutu tidak hanya berkaitan dengan produk yang dihasilkan dan

dipasarkan, baik berupa barang maupun jasa, akan tetapi menyangkut segala

jenis kegiatan dimana organisasi terlibat. Berarti mutu menyangkut semua jenis

kegiatan yang diselenggarakan oleh semua satuan kerja, baik pelaksana tugas

pokok maupun pelaksana tugas penunjang, dalam organisasi. Peningkatan mutu

tersebut tidak hanya penting secara internal, akan tetapi juga secara eksternal

karena akan tercermin dalam interaksi organisasi dengan lingkungannya yang

pada gilirannya turut membentuk citra organisasi dimata berbagai pihak disemua

organisasi.

3. Pemberdayaan sumber daya manusia

Memberdayakan sumber daya manusia yang ada di dalam organisasi dapat

dilakukan dengan memberikan hak-haknya sebagai manusia, seperti kebebasan

untuk memperoleh pekerjaan yang layak, memperoleh imbalan yang wajar,

memperoleh rasa aman, melibatkan dalam pengambilan keputusan, dll. SDM

merupakan unsur yang paling strategik dalam organisasi. Karena itu

memberdayakan SDM merupakan etos kerja yang sangat mendasar yang harus

dipegang teguh oleh semua eselon organisasi dalam hierarki organisasi.

(22)

martabat manusia, perkayaan mutu kekaryaan dan penerapan gaya manajemen

yang partisipatif melalui proses demokratisasi dalam kehidupan organisasi

4. Filsafat organisasi

Cakupan dalam hal ini seperti memberikan perhatian kepada budaya organisasi,

karena budaya organisasi merupakan persepsi yang sama tentang hakiki

kehidupan dalam organisasi. Selain itu, perlunya ketentuan formal dan prosedur,

seperti standar pekerjaaan yang harus dipenuhi, disiplin organisasi, system

imbalan, serta prosedur penyelesaian pekerjaan

Berdasarkan definisi teoritik di atas, dapat diartikan bahwa upaya-upaya yang

dapat meningkatkan produktivitas kinerja diantaranya adalah pertama, perbaikan

terus-menerus dimana hal tersebut implikasinya secara menyeluruh di dalam

komponen organisasi dapat memicu sebuah perubahan. Kedua, peningkatan mutu

hasil pekerjaan. Ketiga, pemberdayaan SDM. Ketiga upaya tersebut penting untuk

dilakukan dalam meningkatkan etos kerja yang akan meningkatkan mutu dari hasil

pekerjaan serta pemberdayaan SDM salah satu upaya yang penting dalam

peningkatan produktivitas kerja yang tinggi.

2.2.5 Faktor-faktor yang Memengaruhi Produktivitas Kerja

Meningkatkan produktivitas kerja yang tinggi, pimpinan perusahaan harus

memiliki sikap mental yang berorientasi produktif dan selalu menggunakan potensi

yang maksimal, optimis, tekun, dan berusaha sungguh-sungguh dalam menghadapi

(23)

Produktivitas tenaga kerja dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang

berhubungan dengan tenaga kerja itu sendiri maupun faktor lain seperti pendidikan,

keterampilan, displi, sikap dan etika kerja, motivasi, gizi dan kesehatan, tingkat

penghasilan, jaminan sosial, lingkungan dan iklim kerja, teknologi, sarana

produktivitas, manejemen dan kesempatan berprestasi.

Faktor- faktor yang harus dipertimbangkan dalam peningkatan produktivitas

kerja karyawan, antara lain :

1. Faktor usia

Dalam rangka menempatkan karyawan, faktor usia pada diri karyawan yang lulus

dalam seleksi perlu mendapatkan pertimbangan. Hal tersebut dimaksudkan untuk

menghindari rendahnya produktivitas yang dihasilkan oleh karyawan yang

bersangkutan. Petani (dalam penelitian ini disebut karyawan panen) berusia

lanjut berumur 65 tahun keatas, biasanya fanatik terhadap tradisi dan sulit untuk

diberikan pengertian yang dapat mengubah cara berpikir, cara kerja, dan cara

hidupnya. Karyawan panen bersikap apatis terhadap adanya teknologi baru.

Karyawan panen dan pemupuk yang berusia lanjut tidak mempunyai kekuatan

tenaga dalam mengusahakan usahataninya sehingga hanya mampu

mengusahakan dalamskala kecil. Usia tenaga kerja yang produktif berumur

16-64 tahun, sedangkan pada usia 65 keatas sudah dikatakan usia lanjut (Van den

(24)

2. Faktor prestasi akademis

Prestasi akademis yang telah dicapai oleh karyawan yang bersangkutan selama

mengikuti jenjang pendidikan harus mendapatkan pertimbangan. Dengan

mempertimbangkan faktor prestasi akademis, maka dapat ditetapkan dimana

karyawan yang bersangkutan akan ditempatkan sesuai dengan prestasi

akademisnya. Pendidikan yang minim mengakibatkan kurangnya pengetahuan

dalam memanfaatkan sumber sumber alam yang tersedia. Hal ini berakibatkan

pada setiap usaha usaha penduduk yang hanya mampu menghasilkan pendapatan

yang rendah. Rendahnya mutu SDM (pengetahuan dan keterampilan karyawan

pemanen dan pemupuk) karena kurangnya pendidikan dan pelatihan yang mereka

peroleh. Lemahnya pendidikan karyawan pemanen dan pemupuk dapat

mengakibatkan kemiskinan (Van den ban dan Hakwiks, 1999).

3. Faktor status perkawinan (jumlah tanggungan)

Mengenai status perkawinan karyawan adalah merupakan hal yang sangat

penting. Selain untuk kepentingan ketenagakerjaan juga sebagai bahan

pertimbangan dalam penempatan karyawan. Jumlah tanggungan semakin banyak

menekankan akan adanya lahan tanaman yang luas untuk membiayai kebutuhan

keluarganya. Jumlah tanggungan semakin tinggi dan rendahnya pendidikan

disektor pertanian dapat mengakibatkan tingkat pendapatan yang rendah dan

pengembangan pertanian akan terlambat, hal ini mengakibatkan tabungan

rendah, investasi pengembangan rendah, sulit memperoleh modal pinjaman (Van

(25)

4. Faktor pengalaman

Pengalaman bekerja pada pekerjaan yang sejenis yang telah dialami sebelumnya

perlu mendapatkan pertimbangan dalam rangka penempatan karyawan tersebut.

Hal tersebut berdasarkan pada kenyataan yang menunjukkan bahwa makin lama

bekerja maka makin banyak pengalaman yang dimiliki oleh karyawan yang

bersangkutan. Banyaknya pengalaman bekerja memberikan kecenderungan

bahwa karyawan yang bersangkutan memiliki keahlian dan pengalaman yang

relatif tinggi. Pengalaman seseorang dalam berusaha tani berpengaruh pula

dalam menerima inovasi dari luar. Lamanya pengalamaan diukur mulai sejak

kapan karyawan panen dan pemupuk itu aktif secara mandiri mengusahakan

usaha taninya tersebut sampai diadakan penelitian. Petani yang sudah

mempunyai pengalaman dalam mengelolah usaha taninya merasa sudah

mempunyai keterampilan dan pengetahuan yang tinggi, sehingga sebagian petani

tidak percaya terhadap penyuluhan. Seseorang yang mempunyai pengalaman

yang tinggi tidak dapat dikatagorikan mempunyai tingkat produksi yang tinggi.

Tingginya produksi tergantung pada pemeliharaan tanaman yang dibudidayakan

(Van den ban dan Hakwiks,1999).

Berbagai faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja diantaranya adalah :

1. Sikap kerja, berupa motivasi kerja, disiplin kerja, dan etika kerja. Sikap kerja

erat kaitannya dengan ergonomis kerja. Ergonomis yang merupakan pendekatan

multi dan interdisiplin yang berupaya menyerasikan alat, cara dan lingkungan

(26)

tercipta kondisi kerja yang sehat, selamat, aman, dan efisien. Dalam hal ini

ergonomik juga berupaya menciptakan kesehatan dan keselamatan kerja bagi

tenaga kerja sehingga mampu meningkatkan produktivitas kerjanya. Tujuan

ergonomik dan K3 hampir sama yaitu untuk menciptakan kesehatan dan

keselamatan kerja. Oleh karena itu ergonomik dan K3 perlu diterapkan di

semua tempat kerja untuk meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja

tenaga kerja guna meningkatkan produktivitas kerja tenaga kerja.

2. Pendidikan, pada umumnya orang yang mempunyai pendidikan lebih tinggi

akan mempunyai wawasan yang lebih luas yang berpengaruh terhadap

produktivitas kerja.

3. Keterampilan, apabila pegawai semakin terampil maka akan lebih mampu

bekerja serta menggunakan fasilitas kerja dengan baik. Pendidikan merupakan

salah satu hal yang sangat besar pengaruhnya terhadap peningkatan

produktivitas. Semakin tinggi pendidikan karyawan, semakin besar ia dapat

bekerja dengan efektif dan efesien sehingga mampu meningkatkan prestasinya

ke jenjang yang lebih baik dan lebih tinggi.

4. Manajemen, berkaitan dengan sistem yang diterapkan oleh pimpinan untuk

memimpin serta mengendalikan staf. manajemen yang tepat menimbulkan

semangat yang lebih tinggi baik pegawai untuk bekerja. Perilaku pemimipin

sering disebut gaya kepemimpinan (style of leadership) yaitu pola tingkah laku

(27)

yang efektif ádalah pimpinan yang dapat memotivisir dan bergairah dalam

melaksanakan tugasnya.

5. Tingkat penghasilan, dapat menimbulkan konsentrasi kerja, kemampuan yang

dimiliki dapat dimanfaatkan untuk menigkatkan produktivitas.

6. Gizi dan kesehatan, apabila hal ini telah dipenuhi maka pegawai akan bekerja

lebih kuat dan berpengaruh pada semangat kerja. Salah satu tugas pimpinan

perusahaan adalah berusaha untuk mempertahankan kesehatan para

karyawannya. Kesehatan fisik maupun mental karyawan yang buruk akan

menyebabkan kecenderungan adanya tingkat absensi yang tinggi dan rendah

tingkat produktivitasnya, dan sebaliknya karyawan yang memiliki kondisi yang

prima dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan sangat baik. Untuk itu gizi

setiap karyawan perlu diperhatikan karena hal ini besar pengaruhnya terhadap

peningkatan produktivitas.

7. Jaminan sosial, untuk menigkatkan pengabdian dan semangat kerja pegawai.

8. Lingkungan dan iklim kerja, akan mendorong pegawai senang bekerja dan

menigkatakan rasa tanggung jawab untuk melakukan pekerjaan dengan baik

menuju kearah peningkatan produktivitas.

9. Sarana produksi, apabila sarana produksi yang digunakan baik berpengaruh

terhadap peningkatan produktivitas.

10. Teknologi, apabila teknologi yang dipakai tepat dan lebih maju tingkatannya

(28)

yang dihasilkan lebih banyak dan bermutu, dan memperkecil terjadinya

pemborosan bahan sisa.

11. Kesempatan berpretasi, akan menimbulkan dorongan psikologis untuk

meningkatkan dedikasi serta pemanfaatan potensi yang dimiliki untuk

menigkatkan produktivitas.

Berbagai faktor yang diuraikan diatas dapat saling berpengaruh, dan dapat

mempengaruhi penigkatan produktivitas baik secara langsung maupun tidak

langsung.

2.3 Hubungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan Produktivitas

Keselamatan dan Kesehatan kerja baik sekarang maupun di masa datang

merupakan sarana menciptakan situasi kerja yang aman nyaman, dan seha, ramah

lingkungan sehingga dapat mendorong efisiensi dan produktivitas yang pada akhirnya

dapat meningkatkan kesejahteraan semua pihak baik bagi perusahaan maupun

pekerja. Dengan demikian pemantauan dan pelaksanaan norma-norma kesehatan dan

keselamatan kerja di tempat kerja merupakan usaha meningkatkan kesejahteraan

pekerja, keamanan aset produksi dan menjaga kelangsungan bekerja dan berusaha

dalam kerangka pembangunan berkelanjutan (Chandra, 2002).

Keselamatan dan Kesehatan Kerja berkaitan dengan melindungi sumber daya

manusia dan fasilitas di tempat kerja. K3 sangat di perlukan dalam berbagai bidang

industri dan merupakan suatu bentuk kepeduliaan kepada pekerja untuk terhindar dari

(29)

diperlukan untuk mencegah kerugiaan bencana seperti ledakan, kebaran, dan

sebagainya. Fungsi manajemen K3 dalam suatu industri berkaitan dengan

peningkatan produktivitas dan efisiensi.

Keuntungan dari tempat kerja yang aman dan sehat dapat mengurangi tingkat

dan parahnya kecelakaan kerja, penyakit, kekerasan di tempat kerja serta dengan

meningkatkan kualitas kehidupan kerja bagi pekerjanya, perusahaan bisa lebih

efektif. Beberapa manfaat positif dari tempat kerja yang aman dan sehat adalah:

1. Produktivitas lebih tinggi karena berkurangnya hari kerja yang hilang

2. Meningkatnya efisiensi dan kualitas tenaga kerja yang lebih sehat

3. Berkurangnya pengeluaran medis dan asuransi

4. Menurunnya tingkat pembayaran pegawai dan pembayaran langsung karena

sedikitnya tuntutan yang diajukan

5. Serta meningkatnya reputasi sebagai perusahaa terbaik

Hasil penelitian yang dilakukan Hesapro Tahun 2013 menunjukkan bahwa

kecelakaan kerja dan sakit yang berhubungan dengan pekerjaan memiliki dampak

negatif baik pada tingkat perusahaan maupun di tingkat makro. Dampak negatif dari

yang berhubungan dengan pekerjaan dan hubungan antara daya saing nasional dan

tingkat insiden nasional kecelakaan kerja. Temuan penelitian mendukung bahwa

langkah-langkah kesehatan dan keselamatan memiliki dampak positif tidak hanya

pada keselamatan dan kinerja kesehatan tetapi juga pada produktivitas perusahaan.

Hasil penelitian juga mendukung keberadaan hubungan pentingnya antara

(30)

lingkungan kerja memiliki pengaruh yang kuat pada produktivitas dan profitabilitas.

Hubungan antara program keselamatan dan kesehatan kerja dan efek positif dan hasil

kinerja perusahaan telah ditunjukkan dengan jelas. Survei literatur juga menunjukkan

bahwa K3 tidak harus dilihat sebagai murni biaya, tetapi juga sebagai investasi untuk

meningkatkan kinerja keseluruhan perusahaan, yang berarti bahwa K3 harus menjadi

komponen integral dari manajemen (Hesapro, 2013).

Mengintegrasikan kesehatan dan keselamatan dalam strategi perusahaan dan

kebijakan merupakan bagian dari strategi bisnis dan juga lingkaran perbaikan

terus-menerus yang mendorong perusahaan untuk mencapai yang terbaik. Hasil yang

terlihat pada tingkat organisasi sejak kerja langkah-langkah keselamatan dan

kesehatan menyebabkan perubahan dengan menciptakan kondisi kerja yang lebih

baik, meningkatkan iklim sosial dan proses organisasi. Studi kasus, survei dan

penelitian lain yang terkait dengan beberapa intervensi kesehatan mendukung

gagasan bahwa intervensi hasilnya akan berkontribusi terhadap produktivitas

perusahaan. Pengembangan program K3 dan tindakan saja tidak cukup, program K3

hanya dapat berkontribusi secara berkelanjutan jika tujuan perusahaan

mengembangkan program yang dirancang dengan baik dan berdasarkan pendekatan

partisipatif (Hesapro, 2013).

2.4 Landasan Teori

Strategi Community Uni Eropa 2007-2012 menyatakan kesehatan dan

(31)

Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa kurangnya perlindungan yang efektif untuk

menjamin kesehatan dan keselamatan di tempat kerja dapat menyebabkan

ketidakhadiran, setelah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja, dan dapat

menyebabkan kecacatan kerja permanen. Hal ini tidak hanya menjadi masalah pada

SDM, tetapi juga memiliki dampak negatif yang besar pada perekonomian, biaya

ekonomi yang sangat besar terkait dengan kesehatan dan keselamatan di tempat kerja

menghambat pertumbuhan ekonomi dan mempengaruhi daya saing bisnis, sebagian

besar biaya ini juga jatuh pada sistem jaminan sosial dan keuangan publik.

Strategi Uni Eropa pada kesehatan dan keselamatan di tempat kerja

menegaskan interaksi antara kesehatan dan keselamatan kerja di satu sisi dan

produktivitas di sisi lain. Investasi di bidang kesehatan dan keselamatan di tempat

kerja harus dipandang sebagai investasi, bukan biaya. Asosiasi Eropa untuk Pusat

Produktivitas Nasional mengeluarkan memorandum pada tahun 2005, The High Road

to Wealth, melihat pada produktivitas dari perspektif penciptaan nilai. Beberapa

faktor yang berkontribusi terhadap penciptaan nilai ini dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah salah satu dari faktor-faktor ini. Modal

manusia merupakan prasyarat untuk pengembangan berorientasi masa depan. Inilah

sebabnya mengapa perusahaan semakin membutuhkan pekerja berkualitas,

termotivasi dan pekerja yang efisien yang mampu dan bersedia untuk berkontribusi

secara aktif untuk inovasi teknis dan organisasi. Pekerja sehat bekerja dalam kondisi

kerja yang sehat dengan demikian merupakan prasyarat penting bagi perusahaan

(32)

Gambar 2.1 The Finnish Work Environment Fund (EANPC, 2005)

2.5 Kerangka Konsep

Kerangka konsep pada penelitian ini sebagai berikut:

Gambar. 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

Keselamatan

1. Peraturan keselamatan 2. Komunikasi dan

dukungan

3. Alat pelindung diri 4. Pelatihan K3

Kesehatan

1. Kondisi fisik pemanen 2. Pemeriksaan kesehatan 3. Sarana pelayanan kesehatan

Produktivitas 1.Kuantitas 2. Kualitas

Gambar

Gambar. 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Sebelum penjurian, semua karya peserta yang masuk akan diperiksa oleh panitia penyelenggara pada tanggal 30-31 Agustus2016, untuk memastikan bahwa materi atau dokumen yang

Ceiling pada area lobi menggunakan 2 material yaitu ceiling kayu dengan ukuran 3x0.15m per modul yang dipasang di atas meja resepsionis dengan ketinggian 3,40m dari lantai

Refleksi merupakan bagian yang amat penting untuk memahami dan memberikan makna terhadap proses dan hasil (perubahan) yang terjadi sebagai akibat adanya tindakan

Hubungan antara "pelayanan dengan usia", pada umur produktif (17 – 35 tahun) terlihat cenderung memilih angkuran umum kereta api karena tingkat

Siswa mempelajari ilmu pengetahuan, mengalaminya (mengamati, mengobservasi, mempraktekkan, dan menganalisis). Menemukan pengetahuan maksudnya selama proses

Setiap  penanggung  jawab  usaha  dan  atau  kegiatan  pertambangan  bijih  timah  wajib  melakukan pengolahan  air  limbah yang  berasal  dari  kegiatan 

(2) Dalam hal terjadi Keadaan Kahar, PIHAK KEDUA memberitahukan tentang terjadinya Keadaan Kahar kepada PIHAK PERTAMA secara tertulis dalam waktu paling lambat

bahwa Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 189 Tahun 2004 tentang Pembatalan Peraturan Daerah Kabupaten Murung Raya Nomor 22 Tahun 2003 tentang Retribusi Pelayanan