• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN USIA PARITAS PADA IBU HAMIL TRIMESTER I DENGAN ABORTUS INKOMPLIT DI RSU MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUBUNGAN USIA PARITAS PADA IBU HAMIL TRIMESTER I DENGAN ABORTUS INKOMPLIT DI RSU MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN 2016"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN USIA PARITAS PADA IBU HAMIL TRIMESTER I

DENGAN ABORTUS INKOMPLIT DI RSU MUHAMMADIYAH

SUMATERA UTARA TAHUN 2016

JURNAL

ROMMA WIDAR NASUTION

1415180264

AKADEMI KEBIDANAN HELVETIA

MEDAN

(2)

1

ABSTRAK

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS PADA IBU HAMIL TRIMESTER I DENGAN ABORTUS INKOMPLIT DI RSU MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN 2017

ROMMA WIDAR NASUTION 1415180264

Abortus merupakan salah satu penyebab kematian pada ibu hamil. Menurut WHO (World Health Organization) mengatakaan lima penyebab kematian ibu terbesar adalah perdarahan, hipertensi dalam kehamilan, infeksi, partus macet, dan abortus. Sementara 42 juta wanita mengalami kehamilan yang tidak diinginkan unintended pregnancy yang menyebabkan abortus. Dan sebanyak 20 juta merupakan unsafe abortion. Penelitian ini menggunakan survei analitik dengan pendekatan (cross sectional). Populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang terdata direkam medikpada tahun 2016 berjumlah 76 kasus. Sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan total populasi yaitu yang mengalami terjadi abortus yang berjumlah 76 ibu hamil. Data yang didapat adalah data sekunder yaitu data yang telah dibagian rekam medik RSU. Muhammadiyah Sumatera Utara. Abportus inkomplit dilihat dari usia, mayoritas terjadi pada usia 20-35 tahun sebanyak 38 responden (50,0%). Abortus inkomplit dilihat dari paritas, mayoritas terjadi pada ibu dengan paritas primipara sebanyak 31 orang (40,8%). Berdasarkan hasil uji statistik Chi-square yang diperoleh hasil ada hubungan usia ibu hamil trimester I dengan abortus inkomplit didapatkan nilai p sebesar 0,012 dimana (p<0,05) dan ada hubungan paritas pada ibu hamil trimester I dengan abortus inkomplit dengan nilai P=0,004 dimana (p<0,05). Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa abportus inkomplit dilihat dari usia, mayoritas terjadi usia 20-35 tahun sebanyak 38 responden (50,0%). Abortus inkomplit dilihat dari paritas, mayoritas terjadi pada ibu dengan paritas primipara sebanyak 31 orang (40,8%). Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan kajian dalam meningkatkan pelayanan kesehatan untuk mengatasi masalah abortus terutama hubungan usia dan paritas ibu hamil dengan abortus inkomplit.

Kata kunci : Usia, Paritas, Abortus Inkomplit

ABSTRACT

THE RELATIONSHIP BETWEEN THE AGE AND PARITY OF PREGNANT WOMAN OF FIRST TRIMESTER WITH INCOMPLETE ABORTION AT MUHAMMADIYAH

GENEREL HOSPITAL NORTH SUMATERA 2017

ROMMA WIDAR NASUTION 1415180264

Abortion is one of the causes of death in pregnant women. According to WHO (World Health Organization), five biggest causes of maternal deaths are bleeding, hypertension in pregnancy, infection, partus stuck, and abortion. While 42 million of women with unintended pregnancy which causes abortion. Amount 20 million is an unsafe abortion. This research used analytical survey with approach (cross sectional). The populations in this study were pregnant women with medical recorded in 2016 amounted 76 cases. The sample in this study was the total population which was experiencing in abortion amounted to 76 pregnant women. The data obtained was secondary data that was the data which has the small part medical record of Muhammadiyah general hospital North Sumatera. Incomplete abortion was seen from the age, the majority occurred at the age of 20-35 years amount 38 respondents (50.0%). Incomplete abortion seen from parity, the majority occur in mothers with primipara parity of 31 people (40.8%). Based on the result of Chi-square statistical test, the result of the relationship between the age of pregnant women of trimester I with incomplete abortion was obtained p value of 0.012 where (p <0,05) and there was parity relation on first trimester pregnant woman with incomplete abortion with P = 0,004 where (p <0.05). Ults of this study, it can be concluded that the incomplete abortion was seen from the age, the majority occurred age 20-35 years’ amount 38 respondents (50.0%). Incomplete abortion seen from parity, the majority occur in mothers with primipara parity of 31 people (40.8%). The results of this study are expected to be used as materials study in improving the health services to overcome the problem of abortion, especially the relationship between age and parity of pregnant women with incomplete abortion.

(3)

2

PENDAHULUAN

Setiap pasangan suami istri pasti menginginkan atau menunggu-nunggu kelahiran buah hatinya, akan tetapi dimasa menunggu kelahiran buah hatinya banyak sebagian para orang tua sangat cemas dengan proses kehamilannya. Karena banyak sekali yang terjadi pada saat kehamilan maupun setelah persalinannya.

Kehamilan dan persalinan merupakan suatu proses alamiah yang mengiringi perjalan hidup wanita. Pada saat hamil banyak sekali perubahan yang dialami oleh wanita baik dari bentuk fisik maupun psikologisnya, perubahan yang terjadi sering dengan perubahan janin akan mengakibatkan berbagai hal yang harus diperhatikan oleh seorang ibu dalam menjaga kehamilannya, baik dalam mengonsumsi makanan maupun obat-obatan yang dapat mengakibatkan perdarahan pada saat kehamilan bahkan sampai mengakibatkan abortus, ataupun dapat mengakibatkan bayi yang lahir tidak sehat atau kecacatan.

Lebih dari 80% abortus terjadi dalam 12 minggu pertama. Anomali kromosom menyebabkan setidaknya separuh aborsi dini ini. Resiko abortus spontan meningkat seiring dengan paritas serta usia ibu dan ayah. Secara klinis, abortus spontan diketahui meningkat dari 12% pada wanita yang berusia kurang dari 20 tahun hingga 26 tahun pada wanita berusia lebih dari 40 tahun, akhirnya, indidens abortus meningkat bila seorang wanita mengandung dalam waktu 3 bulan setelah kelahiran aterm. (1)

Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Berdasarkan variasi berbagai batasan yang ada tentang usia/ berat janin lahir viabel (yang mampu hidup diluar kandungan), akhirnya ditentukan suatu batasan abortus sebagai pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai 500 gram atau usia kehamilan 20 minggu. Menurut terjadinya, jenis abortus dibedakan menjadi 2 yaitu, yang pertama adalah abortus spontan yang disebut juga dengan miscariage

atau keguguran, adalah abortus yang terjadi secara alamiah tanpa intervensi luar (butan) untuk mengakhiri kehamilan tersebut. Angka kejadian sekitar 15-30% dari seluruh kehamilan normal. Jadi, abortus spontan ini merupakan keguguran kandungan yang disebabkan trauma kecelakaan atau sebab-sebab alami. Insiden 19% dari seluruh kehamilan. Sedangkan abortus provokatus adalah pengguguran kandungan yang disengaja. (2)

Menurut data WHO (World Health Organization) AKI (Angka Kematian Ibu) di Indonesia pada tahun 2015 adalah 102kematian per 100.000 kelahiran hidup.Sementara itu pada tahun 2012 Angka Kematian Ibu (AKI) (yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas) sebesar 359per 100.000 kelahiran hidup. Dan WHO (World Health Organization) mengatakaan lima penyebab kematian ibu terbesar adalah perdarahan, hipertensi dalam kehamilan, infeksi, partus macet, dan abortus. Sementara 42 juta wanita mengalami kehamilan yang tidak diinginkan unintended pregnancy

yang menyebabkan abortus. Dan sebanyak 20 juta merupakan unsafe abortion. (3)

Menurut SDKI 2012 menunjukkan bahwa peningkatan AKI yang signifikan yaitu menjadi 359 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. AKI kembali menunjukkan penurunan menjadi 305 kematian ibu per 100,000 kelahiran hidup bedasarkan hasil survei penduduk antar sensus (SUPAS) tahun 2015.

Pada tahun 2012 Kementerian Kesehatan meluncurkan program Expanding Maternal and Neonatal Survival (EMAS) dalam rangka menurunkan angka kematian ibu dan neonatal sebesar 25%. Program ini dilaksanakan di provinsi dan kabupaten dengan jumlah kematian ibu dan neonatal yang besar, yaitu Sumatera Utara, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan. Dasar pemilihan provinsi tersebut disebabkan 52,6% dari jumlah total kejadian kematian ibu di Indonesia berasal dari enam provinsi tersebut. Sehingga dengan menurunkan angka kematian ibu di enam provinsi tersebut diharapkan akan dapat menurunkan angka kematian ibu di Indonesia secara signifikan. (4)

(4)

3

Perumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan usia dan paritas pada ibu hamil trimester I dengan abortus inkomplit di RSU Muhamadiyah Sumatera tahun 2016.

TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Penelitan Terdahulu

Berdasarkan hasil peneliti terdahulu di RSU Haji Medan periode 2010-2011, menunjukkan bahwa dari 61 kejadian di mayoritas ibu pada kelompok umur 20-35 tahun sebanyak 39 kasus (62,9%) dengan selain abortus inkomplit sebanyak 21 kasus (33,9%) dan yang abortus inkomplitus sebanyak 18 kasus (29,0%). Dan minoritas pada kelompok umur <20 tahun sebanyak 1 kasus dengan selain abortus inkomplitus sebanyak 1 kasus (1,0%) dan abortus inkomplitus sebanyak 0 (0%).

Kehamilan

Menurut Federasi Obstetri Ginekoogi Internasional, kamilan adalah sebagai fartilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau inplantasi. Bila dihitung dari pada saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, dimana trimester pertama berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40 minggu). (6)

Abortus

Abortus didefenisikan sebagai keluarnya hasil konsepsi sebelum mampu hidup di luar kandungan denngan berat badan kurang dari 1000 gram atau umur kehamilan kurang dari 28 minggu. (2)

Abortus adalah berakhirnya kehamilan dengan pengeluaran hasil konsepsi sebulum janin dapat hidup di luar kandungan dengan usia gestasi kurang dari 20 minggu dan berat janin kurang dari 500 gram. (7)

Abortus atau keguguran adalah berhentinya kehamilan sebelum janin dapat bertahan hudup, yaitu sebelum kehamilan berusia 22 minggu atau berat janin belum mencapai 500 gram. Abortus biasanya ditandai dengan terjadinya perdarahan pada wanita yanng sedang hamil, dengan adanya peralatan USG, sekarang dapat diketahui bahwa abortus dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yang pertama adalah abortus karena kegagalan perkembangan

janin dimana gambaran USG menunjukkan kantong kehamilan yang kosong, sedangkan jenis yang kedua adalah abortus kerena kematian janin, di mana janin tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan seperti denyut jantung atau pergerakan yang sesuai sengan usia kehamilan. (2)

Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. (8)

Abortus adalah setiap kehamilan yang berakhir sebelum janin dapat bertahan hidup di luar kandungan. Organisasi kesehatan dunia mendefenisikan sebagai embrio atau janin seberat 500 gram atau kurang, yang biasanya sesuai dengan usia janin (usia kehamilan) dari 20 minggu hingga 22 minggu atau kurang. Abortus terjadi pada sekitar 15% sampai 20% dari seluruh kehamilan yang diakui, dan biasanya terjadi sebelum usia kehamilan memasuki minggu ke 13. Penelitian telah mampu menunjukkan bahwa sekitar 60% sampai 70% dari seluruh kehamilan (diakui dan tidak diakui) hilang. Karena terjadi begitu awal, abortus terjadi tanpa diketahui wanita tersebut pernah hamil. (9)

Abortus adalah ancaman dari pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan sel telurdan sel sperma) pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang daari 500 gram, sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Ini adalah suatu proses pengakhiraan hudup janin sebelum diberi kesempatan untuk tumbuh. Apabila janin lahir selamat (hidup) sebelum 38 minggu namun setelah 20 munggu, maka istilahnya adalah kelahiran prematur. (10)

Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehaamilan belum mampu hidup dilluar kandungan. Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi yang usia kehamilannya kurang dari 20 minggu. Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya amenore, tanda-tanda kehamilan, perdarahan hebat per vaginam, pengeluaran jaringan plasenta dan kemungkinan kematian janin. Pada abortus septik, perdarahan per vaginam yang banyak atau seedang, demam (menggigil), kemungkinan gejala iritasi peritoneum, dan kemungkinan syok. (11)

(5)

4 Abortus propokatus meliputi:

1. Abortus propokatus medisinalis

Pemberhentian kehamilan yang disengaja karena alasan medis. Alasan ini dapat dipertimbangkan, dapat dipertanggung jawabkan dan dibenarkan oleh hukum. 2. Abortus provokatus kriminalis

Pemberhentian kehamilan atau pengguguran yang melanggar kode etik kedokteran dan melanggar undang-undang (kriminal). (7)

Dibawah ini dikemukakan beberapa pendapat para ahli yang menyatakan tentang abortus, yaitu:

1. Abortus adalah berakhirnya kehamilan dengan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan dengan usia gestansi kurang dari 20 minggu dan berat janin kurang dari 500 gram (Murray). 2. Abortus adalah ancaman atau pengeluaran

hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu dan berat janin kurang dari 500 gram (Mansjoer).

3. Abortus adalah dikeluarkannya hasil konsepsi sebelum mampu hidup diluar kandungan dengan berat badan kurang dari 1000 gram atau umur kehamilan kurang dari 28 minggu (Manuaba). (13)

Klasifikasi Abortus Abortus Insipiens

Abortus insipiens adalah peristiwa peradangan uterus pada kehamilan sebelum usia kehamilan 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks. Diagnosisnya rasa mules menjadi lebih sering da kuat, perdarahan bertambah. Pengeluuaran janin dengan kuret vakum atau cunam ovum, disusul dengan kerokan. Pada kehamilan lebih dari 12 minggu bahaya peforasi pada kerokan lebih besar, maka sebaiknya proses abortus dipercepat dengan pemberian infuse oksitosin. Sebaiknya secara digital dan kerokan bila plasenta tertinggal bahaya perforasinya kecil. (14)

Abortus insipiens adalah merupakan suatu abortus yang sedang mengancam, ditandai dengan pecahnya selaput janin dan adanya serviks setelah dan ostium uteri telah membuka. Ditandai dengan nyeri perut bagian bawah atau nyeri kolik uterus yang hebat. Pada pemeriksaan vagina memperlihatkan delatasi serviks dengan bagian kantong konsepsi menonjol. Hasil pemeriksaan USG mungkin didapatkan jantung janin masih berdenyut, kantong gestasi kosong (5-6,5 minggu), uterus kosong (3-5 minggu) atau perdarahan subkhorionok banyak dibagian bawah. (10)

Abortus insipiens adalah abortus yang sedang mengancam yang ditandai dengan

serviks telah mentar dan ostium uteri telah membuka, akan tetapi hasil konsepsi masih dalam kavum uteri dan dalam proses pengeluaran. (15)

Abortus insipiens adalah suatu abortus yang tidak dapat dipertahankan lagi, ditandai dengan pecahnya selaput janin dan adanya pembukaan serviks. Pada keadaan ini di dapatkan juga nyeri perut bagian bawah atau nyeri kolik uterus yang hebat. Pada pemeriksaan pagina memperlihatkan dilatasi ostium serviks dengan bagian kantong konsebsi menonjol. Hasil pemeriksaan USG mungkin didapatkan jantung janin masih berdenyut, kantong gestasi kosong (5-6,5 minggu), uterus kosong (3-5 minggu) atau perdarahan subkhoririonik banyak dibagian bawah. (16)

Abortus insipiens (tidak dapat dihindari) sering kali ditandai oleh pecahnya ketuban akibat dilatasi serviks. Pada kondisi ini, keguguran hampir pasti terjadi. Biasanya kondisi uterus segera timbul atau dapat timbul infeksi. Kemungkinan menyelamatkan kehamilan sangat kecil dengan pecahnya ketuban secara nyata atau dilatasi serviks yang signifikan. Apabila tidak ada nyeri atau perdarahan, wanita tersebut dapat dirawat untuk tirah baring dan diobservasi untuk kebocoran cairan, perdarahan, kram, atau demam yang terjadi selanjutnya. Apabila setelah 48 jam gejala-gejala ini tidak terlihat. Ia dapat melanjutkan aktivitasnya seperti biasa kecuali berbagai bentuk penetrasi vagina. Namun, apabila keluarnya cairan disertai atau diikuti oleh perdarahan dan nyeri, atau apabila timbul timbul demam, abortus dianggap tidak bisa dihindari dan uterus harus dikosongkan. (6)

Penatalaksanaan dari abortus

insipiens yaitu:

a) Segera berkonsultasi dengan dokter kebidanan sehingga pasien mendapat penanganan yang tepatdan cepat.

b) Sebaiknya proses abortus dipercepat dengan pemberian infus oksitosin.

c) Pengeluaran janin atau pengosongan uterus memakai kuret vakum atau cunam abortus, disusul dengan kerokan memakai kuret tajam.

d) Apa bila janin sudah keluar, tetapi plasenta belum keluar maka dilakukan pengeluaran plasenta seccara manual. (11)

Penatalaksanaan Abortus Insipiens yaitu:

a) Pasien harus dirawat dirumah sakit.

b) Karena tidak ada kemungkinan

(6)

5 asisten mempersiapkan alat-alat, pantau

kondisi pasien, membantu memberikan obat intervena sesuai intruksi dokter, dan memasang infus RL dengan oksitosin 20 unit dengan 40 tetes permenit untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi (dibawah pengawasan dokter. (17)

Abortus Inkoplit

Abortu inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa yang tertinggal dalam uterus. Pada pemeriksaan vagina, kanalis servikalis terbuka dan jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau kadang-kadang sudah menonjol dari ostium eksternum. (16)

Abortus pengeluaran hasil konsepsi yang tidak lengkap atau ekspulsi persial dari hasil konsepsi. Fetus biasanya sudah keluar namun terjadi retensi plasenta, sebagian atau seluruhnya didalam uterus. Pada abortus inkomplit, perdarahan pada umumnya masih berlangsung. (19)

Abortus inkomplit merupakan perdarahan pada kehamilan muda dimana sebagian dari hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri melalui kanalis serviks yang tertinggal pada desidua atau plasenta di tandai: perdarahan sedang, hingga masih banyak dan stelah terjadi abortus dengan pengeluaran jaringan perdarahan berlangsung terus, serviks terbuka, karena masih ada benda didalam uterus yang masih dianggap orpus alliem maka uterus akan berusaha mengeluarkannya dengan mengadakan kontraksi tetapi kalau keadaan ini dibiarkan lama serviks akan menutup kembali, uterus sesuai usia kehamilan, kram atau nyeri perut bagian bawah dan terasa mules-mules, Ekspulsi sebagai hasil konsepsi. (20)

Abortus inkomplit adalah abortus dimana sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri dan masih ada yang tertinggal. Abortus ini ditandai dengan perdarahan sedang hingga banyak. Setelah terjadi abortus dengan pengeluaran perdarahan masih berlangsung terus, serviks terbuka karena masih ada benda didalam uterus yang dianggap orpus alliem, maka uterus akan terus berusaha mengeuarkannya dengan mengadakan kontrasi tetapi kalau keadaan ini dibiarkan lama, serviks akan menutup kembali, uterus sesuai masa kehamilan, kram atau nyeri perut bagian bawah akan terasa mules-mules, ekspulsi sebagian hasil konsepsi. (18)

Abortus inkompletus adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa yang tertinggal dalam uterus. Pada

pemeriksaan vagina, kanalis servikalis terbuka dan jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau kadang-kadang sudah menonjol dari ostium uteri eksternum. Pada USG didapatkan endometrium yang tipis dan irreguler. (10)

Abortus inkomplit adalah perdarahan pada kehamilan muda dimana sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri melalui kanalis servikalis serviks yang tertinggal pada desidua atau plasenta ditandai: perdarahan sedang, hingga masih / banyak dan setelah terjadi abortus dengan pengeluaran jaringan perdarahan berlangsung terus, serviks terbuka, kerena masih ada benda dalam uterus yang dianggap orpus alliem maka uterus akan berusaha mengeluarkannya dengan mengadakan konterksi tetapi kalau keadaan ini dibiarkan lama, serviks akan menutup kembali,uterus sesuai usia kehamilan, kram atau nyeri perut bagian bawah dan terasa mules-mules. (2)

Abortus inkomplitus adalah

pengeluaran sebagian janin pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Pada pemeriksaan vaginal, servikalis terbuka dan jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau kadang-kadang sudah menonjol dari ostium uteri eksternum. Perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa janin dikeluarkan, dapat menyebabkan syok. (9)

Etiologi abortus inkomplit

Abortus terjadi karena beberapa penyebab yaitu:

1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi. Kelainan inilah yang paling umum menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum umur kehamilan 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini ialah: a. Kelainan kromosom/ genetik.

b. Lingkuan tempat menempelnya hasil pembuahan yang tidak bagus atau kurang sempurna.

c. Pengaruh zat-zat yang berbahaya bagi janin seperti radiasi, obat-obatan, tembakau, alkohol dan infeksi virus.

2. Kelainan pada plasenta. Yang

mempengaruhi yaitu: infeksi pada plasenta, gangguan pembuluh darah, hipertensi. 3. Faktor maternal, penyakit yang diderita oleh

sang ibu seperti radang paru-paru, tifus, anemia berat, keracunan.

4. Penyakit menahun seperti hipertensi, penyakit ginjal, penyakit hati dan DM. 5. Kelainan yang terjadi pada organ kelamin

(7)

6 dan kelainan pada bawaan rahim. Buku

patologi kehamilan,, persalinan, nifas,dan neonatus seriko tinggi. (13)

METODE PENELITIAN Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan merupakan bagian penelitian yang berisi uraian-uraian tenteng gambaran alur peneliian yang menggambarkan pola pikir peneliti dalam melakukan penelitian yang lazim disebut sebagai paradigma penelitian. Pada bagian ini juga diuraikan jenis atau bentuk penelitian seperti survey deskriptif, survey analitik, korelasional, eksperimen, atau kuasai eksperimen, atau studi kasus. (21)

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey analitik dengan pendekatan (cross sectional) yang bertujuan untuk mengetahui hubungan usia dan paritas pada ibu hamil trimester I dengan kejadian abortus inkomplit di RSU. Muhamadiyah Sumatera Utara Tahun 2016.

Lokasi Dan Tempat Penelitian

Lokasi yang menjadi tempat penelitian adalah RSU. Muhammadiyah Sumatera Utara Kota Medan yang terletak di Jalan Mandala By Pass No:27 Medan, Sumatera Utara Tipe Swasta pada tahun 2016. Dengan alasan: Terdapatnya permasalahan kejadian abortus inkomplit di RSU. Muhammadiyah Sumatera Utara hingga penulis tertarik melakukan penelitian lebih lanjut di RSU. Muhammadiyah Sumatera Utara Tahun 2016.

Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Agustus dimulai dari penelusuran pustaka, konsul judul, pengumpulan data serta melakukan pengolahan data dan analisis data.

Populasi Dan Sampel

Populasi adalah wilayah generelasi yang terdiri atas subjek/objek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Yang terjadi populasi dalam kasus ini adalah semua ibu yang mengalami abortus yang tercatat dalam rekan medik Bulan Januari sampai Desember 2016 RSU. Muhammadiyah Sumatera Utara yang berjumlah 76 orang.

Sampel merupakan objek sebagai dari populasi. (22) pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan total populasi yaitu yang mengalami terjadinya abortus yang berjumlah 76 ibu hamil.

Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah alur penelitian yang memperlihatkan variabel-variabel yang mempengaruhi dan yang dipengaruhi.

Berdasarkan hasil tinjauan pustaka dan teori serta masalah penelitian yang telah dirumuskan, maka sebagai variabel independent

(variabel bebas) adalah usia dan paritas dan sebagai variabel dependent (variabel terikat) adalah kejadian abortus inkomplit sehinga Kerangka konsep dari peneliti ini adalah:

Variabel Independent Variabel Dependent

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

Defenisi Operasional dikeluarkan, yang tertinggal adalah desidua atau plasentanya. (22)

Pada pemeriksaan vagina, kanalis servikalis masih terbuka dan teraba jaringan dalam kavum uteri atau menonjol pada ostium uteri eksternum. Perdarahan biasanya masih tarjadi jumlahnya bisa banyak atau sedikit tergantung pada jaringan yang tersisa, menyebabkan sebagian lasental site masih terbuka sehingga perdarahan masih tetap berlangsung. (6)

Paritas

Paritas adalah keadaan wanita berkaitan dengan jumlah anak yang dilahirkan. Paritas anak kedua dan ketiga merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut pandang maternal.

Usia Paritas

(8)

7

Umur

Umur adalah lama waktu hidup atau sejak dilahirkan. Umur sangat menentukan suatu kesehatan ibu, ibu dikatakan beresiko tinggi apabila ibu ibu hamil berusia dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun. (19)

Teknik Pengumpulan Data

Data diperoleh dengan data sekunder yaitu dari rekam medik yang ada di RSU. Muhammadiyah Sumatera Utara.

Teknik Pengolahan Data

Data yang dikumpul diolah dengan cara komputerisasi dengan langkah-langkan sebagai berikut.

1. Conseling

Mengumpulkan data yang berasal yang berasal dari Rekam Medik (sekunder) 2. Checking

Dilakukan dengan memeriksa kelengkapan jawaban Rekam Medik atau lembar observasi dengan tujuan agar data diolah secara benar sehingga pengolahan data memberikan hasil yang valid dan realibel; dan terhindar dari bias.

3. Coding

Pada langkah ini penulis melakukan pemberian kode pada variabel-variaabel yang diteliti, midalnya nama responden diubah menjadi 1,2,3,...,

4. Entering

Data yang dimasukkan kedalam program komputer.

5. Data processing

Semua data yang telah di input kedalam aplikasi komputer akan diolah sesuai dengan kebutuhan dari penelitian.

Teknik Analisa Data

Analisa data diolah dengan

menggunakan komputer dengan SPSS dengan langkah-langkan analisa yaitu:

Analisa Univariat

Analisa univariat dilakukan untuk memperoleh distribusi pengetahuan ibu hamil tentang bahaya abortus.

Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan (korelasi) antara variabel bebas (independent variabel) dengan variabel terikat (dependent variabel).

Untuk membuktikan adanya hubungan yang signifikan antara variabel bebas dengan variabel terikat digunakan analisis chi-square, pada batas kemaknaan penghitungan statistik p value (0,05). Apabila perhitungan menunjukkan nilai p<p value (0,05) maka dikatakan (Ho)

ditolak, artinya kedua variabel secara statistik mempunyai hubungan yang signifikan. Kemudian untuk menjelaskan adanya asosial (hubungan) antara variabel terikat dengan variabel bebas digunakan analisis tabulasi silang. (21)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Analisis Univariat

Berdasarkan dari 76 responden, prevalensi kejadian abortus inkomplit sebanyak 50 responden (65,8%) dan abortus sebanyak 26 responden (34,2%).

Berdasarkan dari 76 responden, usia ibu berada pada kelompok usia <20 tahun sebanyak 22 responden (28,9%), kelompok usia 20-35 tahun sebanyak 38 responden (50,0%), dan kelompok usia >35 tahun sebanyak 16 responden (21,1%).

Berdasarkan dari 76 responden di RSU. Muhammadiyah Sumatera Utara tahun 2017, kelompok paritas ibu dengan primipara sebanyak 31 responden (40,8%), kelompok paritas ibu dengan multipara sebanyak 27 responden (35,5%) dan kelompok paritas ibu dengan grandemultipara sebanyak 18 responden (23,7%).

Analisis Bivariat

Analisa bivariat berguna untuk hubungan Usia dan Paritas pada ibu hamil Trimester I dengan Abortus Inkomplit 2016 di RSU. Muhammadiyah Sumatera Utara tahun 2017 dengan menggunakan Chi-square.

TABEL 2.

Hubungan Usia Ibu dengan Abortus Inkomplit 2016 di RSU. Muhammadiyah Sumatera Utara

No Usia Ibu

Abortus

Inkomplit Abortus Jumlah P

f % f % F %

1 <20 Tahun

9 11,8 13 17,1 22 28,9

0,012 2 20-35

Tahun

28 36,8 10 13,2 38 50,0

3 >35 Tahun

13 17,1 3 3,9 16 21,1

Total 50 65,8 26 34,2 76 100

Sumber: Data Penelitian 2016

(9)

8 abortus sebanyak 10 orang (13,2%) dan

minoritas Abortus inkomplit sebanyak 28 orang (36,8%), serta pada kelompok usia >35 tahun sebanyak 16 orang (21,1%) dimana mayoritas abortus sebanyak 3 orang (3,9%) dan minoritas abortus inkomplit sebanyak 13 orang (17,1%).

Berdasarkan hasil uji statistik Chi-square antara usia dengan abortus inkomplit didapatkan nilai P=0,012 (p<0,05) maka hasil tersebut bermakna, artinya Ha terdapat hubungan yang bermakna antara usia ibu hamil dengan abortus inkomplit.

TABEL 3.

Hubungan Paritas Ibu Dengan Abortus Inkomplit Pada Tahun 2016 di RSU. Muhammadiyah Sumatera Utara

No Paritas ibu

Abortus inkomplit

Jumlah P Abortu

inkomplit Abortus

f % f % F %

1 Primipara 14 18,4 17 22,4 31 40,8 0,004

2 Multipara 20 26,3 7 9,2 27 35,5

3 Grandemultipara 16 21,1 2 2,6 18 23,7

Total 50 65,8 26 34,2 76 100

Berdasarkan Tabel 3. menunjukkan bahwa tabulasi silang antara paritas ibu hamil dengan abortus inkomplit pada tahun 2016 di RSU. Muhammadiyah Sumatera Utara tahun 2017 dapat diketahui bahwa dari 76 orang, terdapat pada kelompok primipara sebanyak 31 orang (40,8%) dimana mayoritas abortus sebanyak 17 orang (22,4%) dan minoritas abortus inkomplit sebanyak 14 orang (18,4%), dan pada kelompok multipara sebanyak 27 orang (35,5%) dimana mayoritas abortus sebanyak 7 orang (9,2%) dan minoritas abortus inkomplit sebanyak 20 orang (26,3%) serta pada kelompok grandemultipara sebanyak 18 orang (23,7%) dimana mayoritas abortus sebanyak 2 orang (2,6%) dan minoritas abortus inkomplit sebanyak 16 orang (21,1%).

Berdasarkan hasil uji statistik Chi-square antara paritas ibu bersalin dengan abortus imminens didapatkan nilai P=0,004 (p<0,05) maka hasil tersebut bermakna, terdapat hubungan yang bermakna antara paritas ibu hamil dengan abortus inkomplit.

Pembahasan Penelitian

1. Hubungan Usia dengan abortus inkomplit

Berdasarkan Tabel 4.4. menunjukkan bahwa tabulasi silang antara usia ibu hamil dengan abortus inkomplit periode pada tahun 2016 di RU. Muhammadiyah Sumatera Utara tahun 2017 dapat diketahui bahwa dari 76 orang, terdapat pada kelompok usia <20 tahun

sebanyak 22 orang (28,9%) dimana mayoritas abortus sebanyak 13 orang (17,1%) dan minoritas abortus inkomplit sebanyak 9 orang (11,8%), dan pada kelompok usia 20-35 tahun sebanyak 38 orang (50,0%) dimana mayoritas abortus sebanyak 10 orang (13,2%) dan minoritas Abortus inkomplit sebanyak 28 orang (36,8%), serta pada kelompok usia >35 tahun sebanyak 16 orang (21,1%) dimana mayoritas abortus sebanyak 3 orang (3,9%) dan minoritas abortus inkomplit sebanyak 13 orang (17,1%).

Berdasarkan hasil uji statistik Chi-square antara usia dengan abortus inkomplit didapatkan nilai P=0,012 (p<0,05) maka hasil tersebut bermakna, artinya Ha terdapat hubungan yang bermakna antara usia ibu hamil dengan abortus inkomplit.

Menurut hasil penelitian andriza pada tahun 2013 di peroleh usia berhubungan dengan abortus inkomplit. Dapat dilihat dari 92 responden didapatkan hasil bahwa umur resiko tinggi sebanyak 29 orang (31,5%) dan kelompok umur dengan resiko rendah sebanyak 63 orang (68,5%).

Menurut asumsi penelitian hal ini sejalan dengan teori dan penelitian terdahulu bahwa usia berhubungan terhadap abortus inkomplit. Pada kehamilan diusia muda, biasanya keadaan ibu masih labil dan belum siap mental untuk menerima kehamilannya, sehingga kondisi ini menjadi stres. Stres yang dialami seorang ibu dapat mengganggu keseimbangan hormonal sehingga dapat terjadi berbagai resiko kehamilan. Stres psikologi dan emosional biasanya disebut juga distres, mempengaruhi kesehatan terutama pembuluh darah, kekebalan tubuh, metabolisme, dan fungsi lainnya. Stres pada saat kehamilan dapat berhubungan dengan hasil kelahiran yang buruk, salah satunya adalah abrtus.

Umur adalah lama waktu hidup atau sejak dilahirkan. Umur sangat menentukan suatu kesehatan ibu, ibu dikatakan beresiko tinggi apabila ibu ibu hamil berusia dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun. (1)

2. Hubungan Paritas Dengan Abortus Inkomplit

(10)

9 orang (35,5%) dimana mayoritas abortus

sebanyak 7 orang (9,2%) dan minoritas abortus inkomplit sebanyak 20 orang (26,3%) serta pada kelompok grandemultipara sebanyak 18 orang (23,7%) dimana mayoritas abortus sebanyak 2 orang (2,6%) dan minoritas abortus inkomplit sebanyak 16 orang (21,1%).

Berdasarkan hasil uji statistik Chi-square antara paritas ibu bersalin dengan abortus imminens didapatkan nilai P=0,004 (p<0,05) maka hasil tersebut bermakna, terdapat hubungan yang bermakna antara paritas ibu hamil dengan abortus inkomplit.

Menurut hasil penelitian andriza pada tahun 2013 diperoleh paritas berhubungan dengan abortus inkomplit. dapat dilihat dari 92 responden didapatkan hasil bahwa paritas resiko tinggi sebanyak 44 orang (47,8%) dan paritas resiko rendah sebanyak 48 orang (52,2%).

Menurut asumsi peneliti hal ini sejalan dengan teori dan penelitian terdahulu bahwa paritas berhubungan terhadap abortus inkomplit. Semakin banyak paritas seorang ibu maka semakin tinggi pula resiko terjadinya abortus. Paritas 1 dan 3 merupakan paritas yang aman, paritas 4 dan selebihnya mempunyai angka kematian yang lebih tinggi. Jumlah paritas yang tinggi memberikan gambaran tingkat kehamilan yang banyak. Hal ini dapat menyebabkan berbagai resiko kehamilan termasuk abortus. Semakin banyak jumlah kelahiran yang dialami oleh seorang ibu, semakin tinggi resikonya untuk mengalami komplikasi. Dimana hal tersebut dapat menjelaskan bahwa setiap kehamilan akan menyebabkan kelainan-kelainan pada uterus, dalam hal ini kehamilan yang berulang dapat menyebabkan perubahan dan kerusakan pada pembuluh darah uterus yang mempengaruhi sirkulasi nutrisi ke janin, sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungan atau dapat menimbulkan komplikasi yang dapat memicu terjadinya abortus.

Paritas adalah keadaan wanita berkaitan dengan jumlah anak yang dilahirkan. Paritas anak kedua dan ketiga merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut pandang maternal.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap 76 subjek penelitian Di RSU. Muhammadiyah Sumatera Utara Kota Medan dengan menggunakan data sekunder mengenai Hubungan Usia Dan Paritas Pada Ibu Hamil Trimesrer I Dengan Abortus Inkomplit Di RSU.

Muhammadiyah Sumatera Utara Tahun 2017, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Ibu Hamil yang beruria usia <20 tahun sebanyak 22 orang (28,9%) dimana mayoritas abortus sebanyak 13 orang (17,1%) dan minoritas abortus inkomplit sebanyak 9 orang (11,8%), dan pada kelompok usia 20-35 tahun sebanyak 38 orang (50,0%) dimana mayoritas abortus sebanyak 10 orang (13,2%) dan minoritas Abortus inkomplit sebanyak 28 orang (36,8%), serta pada kelompok usia >35 tahun sebanyak 16 orang (21,1%) dimana mayoritas abortus sebanyak 3 orang (3,9%) dan minoritas abortus inkomplit sebanyak 13 orang (17,1%). Berdasarkan hasil uji statistik Chi-square antara usia dengan abortus inkomplit didapatkan nilai P=0,012 (p<0,05) maka hasil tersebut bermakna, artinya Ha terdapat hubungan yang bermakna antara usia ibu hamil dengan abortus inkomplit.

2. Paritas ibu hamil yang terdapat pada kelompok primipara sebanyak 31 orang (40,8%) dimana mayoritas abortus sebanyak 17 orang (22,4%) dan minoritas abortus inkomplit sebanyak 14 orang (18,4%), dan pada kelompok multipara sebanyak 27 orang (35,5%) dimana mayoritas abortus sebanyak 7 orang (9,2%) dan minoritas abortus inkomplit sebanyak 20 orang (26,3%) serta pada kelompok grandemultipara sebanyak 18 orang (23,7%) dimana mayoritas abortus sebanyak 2 orang (2,6%) dan minoritas abortus inkomplit sebanyak 16 orang (21,1%). Berdasarkan hasil uji statistik

Chi-square antara paritas ibu bersalin dengan abortus imminens didapatkan nilai P=0,004 (p<0,05) maka hasil tersebut bermakna, terdapat hubungan yang bermakna antara paritas ibu hamil dengan abortus inkomplit.

Saran

Dari kesimpulan yang telah diambil penulis ingin memberikan saran sebagai berikut: 1. Bagi Peneliti

Diharapkan dapat menambah informasi dan pengetahuan tentang ada hubungan usia dan paritas pada ibu hamil trimester I dengan abortus inkomplit Di RSU. Muhammadiyah sumatera Utara Tahun 2016.

2. Bagi Tempat Peneliti

(11)

10 menderita yang menderita abortus

inkomplit agar mengantisipasi kejadian buruk yang mungkin terjadi pada kehamilan.

3. Bagi Institusi

Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermamfaat bagi mahasiswa khusus nya untuk perogram studi DIII kebidanan helvetia Medan tentang hubungan usia dan paritas pada ibu hamil trimester I dengan abortus inkomplit Di RSU Muhammadiyah Sumatera Utara Tahun 2017.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai panduan peneliti selanjutnya dalam melakukan penelirian dengan judul yang sama yaitu hubungan usia dan paritas pada ibu hamil trimester I dengan abortus inkomplit di RSU Muhammadiyah Sumatera Utara tahun 2017.

DAFTAR PUSTAKA

1. Leveno KJ. Manual Komplikasi Kehamilan Williams Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2016.

2. Rukiyah AY, Yulianti L. Asuhan Kebidanan 4 (Patologi) Jakarta: CV.Trans Info Media; 2013.

3. A. Hubungan Umur Dan Paritas Ibu Hamil Dengan Kejadian Abortus Inkomplit. 2013. 4. Profil Kesehatan Indonesia 2Tahun 2015.

[Online].; 2015 [cited 2017 1 Jum`at. Available from: http://www.Profil-kesehatan-Indonesia-Tahun-2015.com. 5. Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun

2014. [Online].; 2014 [cited 2014 1 1. Available from: http://www.Profil-Kesehatan-Sumatera-Tahun-2014.com. 6. Prawiroharjo S. Ilmu Kebidanan Saifuddin

AB, editor. Jakarta: PT. Bina Pustaka sarwono Prawiroharjo; 2014.

7. Sudarti IS. Patologi Kehamilan, Persalinan, Nifas Dan Neonatus Resiko Tinggi Yogyakarta: Nuha Medika; 2014.

8. Maryunani A. Kehamilan Dan Persalinan Patologi (Risiko Tinggi dan Komplikasi) Dalam Kebidanan Ismail T, editor. Jakarta Timur: CV. Trans Info Media; 2016. 9. Fauziah Y. Obstetri Patologi untuk

Mahasiswa Kebidanaan dan Keperawatan Yogyakarta; 2012.

10. Nugroho T. Buku Ajar Obstetri Untuk Mahasiswa Kebidanan Yogyakarta; 2015. 11. Walyani ES, Purwoastuti E. asuhan Kebidan

Kegawatdaruratan Maternal Dan Neonatal

Yogyakarta: PT. Pustaka Baru; 2015. 12. Sukarni I. Patologi Kehamilan, Persalinan,

Nifas dan Neinatus Resiko Tinggi Yokyakarta; 2014.

13. D NN, S MD. Asuhan Kebidan Patologi yogyakarta: Nuha Medika; 2015.

14. Fauziyah Y. Obstetri Patologi Untuk Mahasiswa Kebidanan Dan Keperawatan Yogyakarta: Nuha Medika; 2012.

15. Pudiastuti RD. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Normal dan Patologi Yogyakarta: Muha Medika; 2012.

16. Yulianingsih AM. Asuhan

Kegawatdaruratan Dalam Kebidanan Wijaya N, editor. Jakarta: CV. Trans Info Media; 2014.

17. Maryunani A, Sari PE. Asuhan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal Jakarta: CV. Trans Info Media; 2013. 18. Maryunani A, Sari EP. Asuhan

Kegawatdaruratan Maternal Dan Neonatal Ismail T, editor. JakaRTA Timur: CV> Trans Info Media; 2014.

19. Nugroho T. Patologi Kebidanan Yogyakarta: Nusa Medika; 2012.

20. Sofian A. sinopsis Obstetri, Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi Indra L, editor. Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2013. 21. Walyani SE. Asuhan Kebidanan Kehamilan

Yogyakarta: PT. Pustaka Baru; 2015. 22. Iman M. Panduan Penyusunan Karya Tulis

Gambar

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

Referensi

Dokumen terkait

Pasca-ditetapkannya Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perpu) nomor 1 tahun 2014 tentang pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota menjadi undang-undang,

DARAH KAPILER pada orang dewasa pakailah ujung jari atau anak daun telinga, pada bayi atau. anak kecil boleh juga tumit atau ibu

Pengamanan aset atas pengelolaan barang milik daerah pada Kabupaten Gorontalo sudah baik terutama pada indikator yang mempunyai pengaruh, memberikan alasan logis

Teori Absolut didasarkan pada pemikiran bahwa pidana tidak bertujuan untuk praktis, seperti memperbaiki penjahat tetapi pidana merupakan tuntutan mutlak, bukan hanya

Nomor peserta ujian seleksi tertulis sama dengan Nomor Urut yang tertera pada daftar nama pelamar lulus seleksi administrasi... BUDI SANTOSO GAGAKSIPAT RT 1 RW 3 NGEMPLAK

Abstrak : Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang saat ini berkembang dengan begitu pesatnya. Semua itu dikembangkan dengan tujuan untuk memberikan kemudahan bagi

Namun pembagian kelompok khalayak yang memahami film asing itu sudah dapat kita perkirakan atas dasar logika bahwa jumlah yang menguasai bahasa asing lebih terbatas

untuk waktu yang lama, sehingga kebudayaan golongan-golongan tadi masing-masing berubah sifatnya yang khas, dan juga unsur-unsurnya masing-masing berubah wujudnya