• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kecelakaan Kerja pada Pekerja Produksi di PT. Jaya Beton Indonesia Medan Tahun 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kecelakaan Kerja pada Pekerja Produksi di PT. Jaya Beton Indonesia Medan Tahun 2017"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Kecelakaan Kerja.

2.1.1 Pengertian Kecelakaan Kerja

Kecelakaan merupakan kejadian yang berlangsung secara tiba-tiba, tidak diduga sebelumnya, tidak diharapkan terjadi, menimbulkan kerugian ringan sampai yang berat, dan bisa menghentikan kegiatan pabrik secara total. Kecelakaan kerja merupakan kecelakaan seseorang atau kelompok dalam rangka melaksanakan kerja di lingkungan perusahaan. Kecelakaan kerja biasanya timbul sebagai gabungan dari beberapa faktor, seperti faktor peralatan, lingkungan kerja, dan pekerja itu sendiri. Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak diinginkan dan berpotensi terjadi dimana saja (Hadiguna, 2009).

(2)

1. Kecelakaan akibat langsung dari suatu pekerjaan,

2. Kecelakaan yang terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan (waktu kerja), 3. Kecelakaan yang terjadi di tempat kerja, yang ada kaitannya dengan

pekerjaan,

4. Kecelakaan kerja yang terjadi pada saat perjalanan atau transportasi ke dan dari tempat kerja.

Kecelakaan tidak terjadi kebetulan, melainkan ada sebabnya. Oleh karena ada penyebabnya, sebab kecelakaan harus diteliti dan ditemukan, agar untuk selanjutnya dengan tindakan korektif yang ditujukan kepada penyebab itu serta dengan upaya preventif lebih lanjut kecelakaan dapat dicegah dan kecelakaan serupa tidak berulang kembali (Suma’mur, 2006).

2.1.2 Klasifikasi Kecelakaan Kerja

Menurut International Labour Organization (ILO) tahun 1962 yang dikutip oleh Suma’mur (2006), klasifikasi kecelakaan akibat kerja adalah sebagai berikut:

1. Klasifikasi menurut Jenis Kecelakaan

(3)

2. Klasifikasi menurut Penyebab a. Mesin

Mesin yang dapat menjadi penyebab kecelakaan, diantaranya: (1) Pembangkit tenaga terkecuali motor listrik, (2) Mesin penyalur (transmisi), (3) Mesin-mesin untuk mengerjakan logam, (4) Mesin pengolah kayu, (5) Mesin pertanian, (6) Mesin pertambangan, (7) Mesin lain yang tak terkelompokkan.

b. Alat angkutan dan alat angkat

Klasifikasi ini terdiri dari: (1) Mesin pengangkat dan peralatannya, (2) Alat angkutan yang menggunakan rel, (3) Alat angkutan lain yang beroda, (4) Alat angkutan udara, (5) Alat angkutan air, (6) Alat angkutan lain. c. Peralatan lain

Penyebab kecelakaan kerja oleh peralatan lain diklasifikasikan menjadi: (1) Alat bertekanan tinggi, (2) Tanur, tungku dan kilang, (3) Alat pendingin, (4) Instalasi listrik, termasuk motor listrik tetapi dikecualikan alat listrik (tangan), (5) Perkakas tangan bertenaga listrik, (6) Perkakas, instrumen dan peralatan, diluar peralatan tangan bertenaga listrik, (7) Tangga, tangga berjalan, (8) Perancah (Scaffolding), (9) Peralatan lain yang tidak terklasifikasikan.

d. Material, Bahan-bahan dan radiasi

(4)

cairan, dan zat kimia, diluar peledak , (3) Kepingan terbang, (4) Radiasi, (5) Material dan bahan lainnya yang tak terkelompokkan.

e. Lingkungan kerja

Faktor dari Lingkungan kerja yang dapat menyebabkan kecelakaan diantaranya berupa: (1) Di luar bangunan, (2) Di dalam bangunan, (3) Di bawah tanah.

f. Perantara lain yang tidak terkelompakkan

Penyebab kecelakaan berdasarkan perantara lain yang tidak terkelompokkan terbagi atas: (1) Hewan, (2) Penyebab lain.

g. Perantara yang tidak terklasifikan karena kurangnya data.

Kurangnya data penunjang dari penyebab kecelakaan, dapat diklasifikasikan tersendiri dalam satu kelompok.

3. Klasifikasi menurut Sifat Luka

Menurut sifat luka atau kelainan, kecelakaan dapat dikelompokkan menjadi: (1) Patah tulang, (2) Dislokasi atau keseleo, (3) Regang otot atau urat, (4) Memar dan luka yang lain, (5) Amputasi, (6) Luka lain-lain, (7) Luka di permukaan, (8) Gegar dan remuk, (9) Luka bakar, (10) Keracunan-keracunan mendadak, (11) Akibat cuaca dan lain-lain, (12) Mati lemas, (13) Pengaruh arus listrik, (14) Pengaruh radiasi, (15) Luka yang banyak dan berlainan sifatnya.

4. Klasifikasi menurut Letak Kelainan

(5)

Banyak tempat, (7) Kelainan umum, (8) Letak lain yang tidak dapat dimasukkan klasifikasi tersebut.

Sedangkan menurut Silalahi (1995) dalam analisa sejumlah kecelakaan, kecelakaan-kecelakaan tersebut dapat dikelompokkan kedalam pembagian kelompok yang jenis dan macam kelompoknya ditentukan sesuai dengan kebutuhannya.

2.1.3 Teori Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja umumnya disebabkan oleh banyak faktor dan sering diakibatkan oleh berbagai penyebab (Budiono, 2003). Teori tentang terjadinya kecelakaan banyak dikemukakan, antara lain: (1) Teori Kebetulan Murni (Pure Chance Theory). Merupakan teori yang menyatakan bahwa kecelakaan terjadi atas “Kehendak Tuhan” sehingga tidak ada pola yang jelas dalam rangkaian peristiwa.

(6)

2.1.4 Faktor yang Berhubungan dengan Kecelakaan Kerja

Kecelakaan tidak terjadi kebetulan, melainkan ada sebabnya. Oleh karena ada penyebabnya, sebab kecelakaan harus diteliti dan ditemukan, agar untuk selanjutnya dengan tindakan korektif yang ditujukan kepada penyebab itu serta dengan upaya preventif lebih lanjut kecelakaan dapat dicegah dan kecelakaan serupa tidak berulang kembali.

Beberapa teori menyebutkan tentang penyebab kecelakaan kerja yaitu sebagai berikut :

2.1.4.1 Teori Loss Causation Model

Teori Loss Causation Model berisi petunjuk yang memudahkan untuk memahami bagaimana faktor penting dalam rangka mengendalikan meluasnya kecelakaan dan kerugian termasuk persoalan manajemen. Bird dan Germain yang dikutip oleh Budiono (2003), menjelaskan bahwa suatu kerugian (loss) disebabkan oleh serangkaian faktor yang berurutan yang terdiri dari :

a. Lack of Control (kurang kendali) Penyebab lack of control yaitu :

i. Inadequate programme, yaitu program yang tidak bervariasi yang berhubungan dengan ruang lingkup.

ii. Inadequate programme standards, yaitu standar tidak spesifik, standar tidak jelas atau tidak baik.

(7)

b. Basic Causes, yaitu penyebab dasar terjadinya kecelakaan disebabkan oleh personal factor seperti kondisi pekerja, dan job factor seperti unit kerja.

c. Immediate Causes, yaitu penyebab langsung terjadinya kecelakaan, meliputi faktor sub-standardn dan faktor kondisi. Faktor sub-standard diantaranya tindakan tidak aman seperti tidak mematuhi standar operasional prosedur, dan faktor kondisi seperti kebisingan, ventilasi dan pencahayaan.

d. Accident, yaitu kecelakaan yang ditimbulkan.

e. Loss, yaitu kerugian yang ditimbulkan dari terjadinya kecelakaan. 2.1.4.2 International Labour Organization (ILO)

Menurut ILO (1998) faktor-faktor penyebab kecelakaan kerja yaitu : 1. Faktor pekerja yaitu : usia, jenis kelamin, masa kerja, pendidikan,

pengetahuan, ketrampilan, jam kerja, sikap, perilaku, kelalahan, dan kondisi fisik pekerja.

2. Faktor manajemen yaitu : kebijakan organisasi atau manajemen, sosialisasi K3, SOP, pelatihan, dan pengawasan.

3. Faktor lingkungan kerja yaitu : housekeeping, pencahayaan, ventilasi, kebisingan, dan warna peringatan, tanda, label.

2.1.4.3 Faktor Pekerja

1. Usia

(8)

umumnya mempunyai fisik yang lebih kuat, dinamis, dan kreatif, tetapi cepat bosan, kurang bertanggung jawab, cenderung absensi, dan turnover-nya rendah (Hasibuan, 2003).

Menurut Munira yang dikutip oleh Hikmawan (2013), mengemukakan bahwa umur seseorang berbanding langsung dengan kapasitas kerjanya, umur 25 tahun dianggap sebagai umur puncak, dan pada rentang umur 25-60 tahun terdapat penurunan kapasitas fisik sejumlah 25% untuk kekuatan otot dan 60% untuk kemampuan sensoris motoris. Hal ini sebagai akibat dari bermacam-macam perubahan biologis sebagai konsekuensi pertambahan umur.

Usia identik dengan tingkatan kemampuan fisik seseorang. Proses menjadi tua akan disertai dengan kurangnya kemampuan kerja oleh perubahan-perubahan pada alat-alat tubuh, sistem kardiovaskuler dan hormonal. Beberapa kapasitas fisik seperti penglihatan, pendengaran dan kecepatan reaksi menurun sesudah usia 30 tahun atau lebih. Terdapat kecenderungan bahwa beberapa jenis kecelakaan seperti terjatuh lebih sering terjadi pada tenaga kerja umur tua dibanding tenaga kerja berusia muda. Tidak hanya peluang terjadi kecelakaan yang lebih besar pada tenaga kerja usia tua, tetapi juga didikuti dengan angka beratnya kecelakaan lebih meningkat mengikuti perkembangan usia (Suma’mur, 2006).

2. Masa Kerja

(9)

akan memberi pengaruh negatif apabila dengan semakin lamanya masa kerja akan timbul kebiasaan pada tenaga kerja. Hal ini biasanya terkait dengan pekerjaan yang bersifat monoton atau berulang-ulang (Tulus, 1992).

Pekerjaan monoton adalah suatu kerja yang berhubungan dengan hal yang sama dalam periode waktu yang tertentu dan dalam jangka waktu yang lama dan biasanya dilakukan oleh suatu produksi yang besar. Sikap psikologis dan dan fisik dari seseorang terhadap pekerjaan monoton akan sangat berpengaruh dimana pekerja yang bersikap negatif dan acuh pada pekerjaannya dapat mengalami bosan, apatis dan mengantuk. Akibat dari kepenatan atau keletihan dari pekerjaan yang terlalu keras, orang yang melakukan pekerjaan monoton akan berkurang tingkat kewaspadaannya setelah melakukan pekerjaan tersebut dengan jangka waktu tertentu (Budiono, 2003).

(10)

3. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil tahu yang terjadi setelah melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007).

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan:

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain dapat menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.

b. Memahami (Comprehension)

(11)

c. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

(12)

Pengetahuan akan memberikan penguatan terhadap individu dalam setiap mengambil keputusan dan dalam berperilaku. Perilaku yang baru diadopsi oleh individu akan bisa bertahan lama dan langgeng jika individu menerima perilaku tersebut dengan penuh kesadaran, didasari atas pengetahuan yang jelas dan keyakinan (Setiawati dan Dermawan, 2008).

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden . Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatannya.

4. Sikap

Menurut Azwar (2007), sikap adalah suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara sederhana, sikap adalah respons terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan. Menurut Allport dalam Notoatmodjo (2007), sikap itu terdiri dari 3 komponen pokok, yaitu :

a. Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek, artinya bagaimana keyakinan dan pendapat seseorang terhadap objek.

b. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek, artinya bagaimana penilaian (terkandung di dalamnya faktor emosi) orang tersebut terhadap objek. c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave), artinya sikap merupakan

komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka.

(13)

pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting dalam melaksanakan suatu aktivitas (pekerjaan).

Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan :

a. Menerima (Receiving)

Menerima diartikan bahwa orang mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan.

b. Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut. c. Menghargai (Valving)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

d. Bertanggung jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek.

5. Kepatuhan terhadap Prosedur

(14)

yang ditunjukan melalui suatu aktifitas konkrit. Kepatuhan juga merupakan bentuk ketaatan pada aturan atau disiplin dalam menjalankan prosedur yang telah ditetapkan. Kepatuhan dapat diartikan sebagai suatu bentuk respon terhadap suatu perintah,anjuran, atau ketetapan melalui suatu aktifitas konkrit. Teori ini didasarkan pada asumsi: (1) bahwa manusia umumnya melakukan sesuatu dengan cara yang masuk akal, (2) manusia mempertimbangkan semua informasi yang ada, (3) bahwa secara eksplisit maupun implisit manusia memperhitungkan implikasi tindakan mereka.

Menurut Geller yang dikutip oleh Siregar (2014), kepatuhan merupakan salah satu bentuk perilaku yang dipengaruhi oleh faktor internal maupun faktor eksternal yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Berbagai contoh perilaku (tindakan) tidak aman yang sering ditemukan di tempat kerja pada dasarnya adalah perilaku tidak patuh terhadap prosedur kerja/operasi, seperti menjalankan mesin atau peralatan tanpa wewenang, mengabaikan peringatan dan keamanan, kesalahan kecepatan pada saat mengoperasikan peralatan, tidak menggunakan Alat Pelindung Diri dan memperbaiki peralatan yang sedang bergerak atau dengan kata lain tidak mengikuti prosedur kerja yang benar.

2.1.4.4 Faktor Manajemen

1. Pengawasan

(15)

peraturan di tempat kerja. Menurut Roughton dalam Syaaf (2008), beberapa tipe individu yang harus terlibat dalam mengawasi tempat kerja yaitu :

a. Pengawas (Supervisor)

Setiap pengawas yang ditunjuk harus mendapatkan pelatihan terlebih dahulu mengenai bahaya yang mungkin akan ditemui dan juga pengendaliannya. b. Pekerja

Ini merupakan salah satu cara untuk melibatkan pekerja dalam proses keselamatan. Setiap pekerja harus mengerti mengenai potensi bahaya dan cara melindungi diri dan rekan kerjanya dari bahaya tersebut. Mereka yang terlibat dalam pengawasan membutuhkan pelatihan dalam mengenali dan mengendalikan potensi bahaya.

c. Safety Professional

Safety Professional harus menyediakan bimbingan dan petunjuk tentang metode inspeksi. Safety Professional dapat diandalkan untuk bertanggung jawab terhadap kesuksesan atau permasalahan dalam program pencegahan dan pengendalian bahaya.

2.1.4.5 Faktor Lingkungan 1. Lingkungan Kerja

Salah satu penyebab dasar kecelakaan kerja yaitu faktor kerja / lingkungan kerja. Faktor kerja / lingkungan kerja ini meliputi: kebisingan, ventilasi, suhu, pencahayaan, dan warna peringatan, tanda, label.

(16)

alat-alat kerja yang telah rusak. Lingkungan kerja yang penting dalam kecelakaan kerja terdiri dari pemeliharaan rumah tangga (housekeeping), kesalahan disini terletak pada rencana tempat kerja, cara menyimpan bahan baku dan alat kerja tidak pada tempatnya, lantai yang licin dan kotor (Hikmawan, 2013).

2.1.5 Akibat Kecelakaan Kerja

Menurut Suma’mur (2006), kecelakaan kerja dapat menimbulkan lima jenis

kerugian, yaitu : kerusakan; kekacauan organisasi; keluhan dan kesedihan; kelainan dan cacat; dan kematian.

Kerugian ini tidak hanya terjadi pada pelaku kecelakaan kerja, tetapi orang lain yang berada di sekitarnya. Kerugian bisa dipandang dari dua sisi, yaitu sisi pekerja dan sisi ekonomi. Kerugian dari sisi pekerja adalah hilangnya kesempatan pekerja untuk mencapai kinerja yang maksimal karena tidak dapat melaksanakannya sebagai akibat kecelakaan tersebut. Sisi ekonomis berupa kerusakan mesin, kehilangan produksi, penurunan perolehan pendapatan, dan sebagainya. Pada akhirnya, bagi perusahaan, kecelakaan kerja berdampak pada penurunan kinerja dan produktivitas (Hadiguna, 2009).

(17)

1. Meninggal dunia

Dalam hal ini termasuk kecelakaan yang paling fatal yang menyebabkan penderita meninggal dunia walaupun telah mendapatkan pertolongan dan perawatan sebelumnya.

2. Cacat permanen total

Merupakan cacat yang mengakibatkan penderita secara permanen tidak mampu lagi sepenuhnya melakukan pekerjaan produktif karena kehilangan atau tidak berfungsinya lagi bagian-bagian tubuh seperti: kedua mata, satu mata dan satu tangan atau satu lengan atau satu kaki. Dua bagian tubuh yang tidak terletak pada satu ruas tubuh.

3. Cacat permanen sebagian

Cacat yang mengakibatkan astu bagian tubuh hilang atau terpaksa dipotong atau sama sekali tidak berfungsi.

Penelitian lain menunjukkan bahwa kecelakaan kerja memberikan dampak ekonomis dan dampak non ekonomis (Rajagukguk, 2009) :

a. Kerugian yang bersifat ekonomis, antara lain :

1. Kerusakan/kehancuran mesin, peralatan dan bahan bangunan 2. Biaya pengobatan dan perawatan korban

3. Tunjangan kecelakaan 4. Hilangnya waktu kerja

(18)

b. Kerusakan yang bersifat non ekonomis

Pada umumnya berupa penderitaan manusia yaitu tenaga kerja yang bersangkutan, baik itu berupa luka, cidera berat maupun kematian.

2.1.6 Pencegahan Kecelakaan

Pada masa lalu, usaha keselamatan kerja ditujukan untuk “Unsafe Acts” dan

“Unsafe Condition” yang hanya merupakan gejala dari sebab utama, yaitu

ketimpangan unsur utama produksi. Akibatnya kecelakaan dan insiden tetap terjadi. Tetapi saat ini telah terjadi perubahan pola sasaran keselamatan kerja, dimana usaha keselamatan kerja ditujukan untuk mencegah atau mengatasi terjadinya ketimpangan pada unsur utama produksi. Usaha ini akan membuahkan hasil yang lebih permanen dan juga meningkatkan produksi serta efisiensi perusahaan (Budiono, 2003).

Pencegahan kecelakaan kerja berdasarkan pengetahuan tentang penyebab kecelakaan. Sebab-sebab kecelakaan pada suatu perusahaan diketahui dengan mengadakan analisis setiap kecelakaan yang terjadi. Metoda analisi penyebab kecelakaan harus betul-betul diketahui dan diterapkan sebagaimana mestinya. Selain analisis mengenai peyebab terjadinya suatu peristiwa kecelakaan, untuk pencegahan kecelakaan kerja sangat penting artinya dilakukan identifikasi bahaya yang terdapat dan mungkin menimbulkan insiden kecelakaan di perusahaan serta mengases (assessment) besarnya risiko bahaya.

(19)

1. Aspek perangkat keras (hardware) seperti peralatan, perlengkapan mesin, tata letak.

2. Aspek perangkat lunak (software) seperti manusia dan segala unsur yang berkaitan.

Peningkatan usaha keselamatan dan kesehatan kerja dapat ditujukan pada (Budino, 2003) :

1. Lingkungan Mikro (Micro System), yang merupakan tugas masing-masing perusahaan beserta sistem manajemennya. Pada tingkat ini, usaha pertama dapat diarahkan pada lingkungan fisik, antara lain yaitu :

a. Melalui perencanaan mesin/peralatan dengan memerhatikan segi-segi keselamatan dan kesehatan kerjanya.

b. Merancang peralatan/lingkungan kerja yang sesuai dengan batas kemampuan pekerja agar tercipta “The Right Design of Humans”.

c. Pada tingkat pembelian harus diperhatikan mutu dan syarat keselamatan dan kesehatan dari barang yang dibeli.

d. Pengelolaan (misalnya : penyusunan) bahan-bahan produksi harus secara benar.

e. Cara pembuangan bahan bangunan memperhitungkan kemungkinan bahayanya, baik bagi masyarakat maupun lingkungan. Usaha kedua diarahkan pada manusia, dimana dilakukan pengamatan terhadap pemilihan, penempatan, pembinaan pegawai yang benar, agar dapat terwujud “The Right Man In The Right Job” dengan kesadaran yang tinggi

(20)

Usaha kedua diarahkan pada sistem manajemen dari perusahaan atau unit kerja yang bersangkutan, yang meliputi :

a. Penyebaran “Health & Safety Policy Statement”, yang diikuti dengan pelaksanaan dan pengawasannya.

b. Penentuan struktur, pelimpahan wewenang dan tanggung jawab dalam segi keselamtana dan kesehatn kerja yang jelas dan tegas, dan petugas operasi dinilai berdasar atas keberhasilannya dalam melaksanakan “Safe

Production” (Keselamatan kerja terpadu dalam produksi).

c. Menentukan, melaksanakan, dan mengawasi sistem / prosedur kerja yang benar.

d. Membuat suatu sistem untuk menentukan dan mengatasi bahaya yang mungkin timbul di tempat kerja.

e. Menciptakan sistem pendidikan (termasuk dalam segi K3 yang terpadu). f. Penggunaan standar dan kode yang up to date (mutakhir) dan dapat

diandalkan.

g. Menciptakan sistem pengamat (misalnya : sistem audit, inspeksi, dll) yang dapat menciptakan adanya ketimpangan pada sistem manajemen yang ada. Jenis usaha yang akan kita pergunakan, tergantung dari keadaan dan kondisi setempat.

(21)

2. Lingkungan Makro (Macro System), yang merupakan tugas Pemerintah beserta aparat pelaksananya. Perbaikan yang perlu dilakukan antara lain : memasukkan materi manajemen keselamatan dan kesehatan kerja sebagai salah satu mata pelajaran di Perguruan Tinggi (terutama jurusan sosial dan teknik) dan Lembaga Pembinaan Manajemen lainnya; mengawasi pelaksanaan Undang-Undang Keselamatan Kerja beserta peraturan pelaksanaannya dan menindak tegas setiap pelanggarannya; memasukkan segi keselamatan dan kesehatan kerja ke dalam program Litbang Teknologi Tinggi (Research & Development of Advanced Technology); dan usaha lain yang ada kaitannya dengan unsur lingkungan makro.

Pencegahan kecelakaan kerja menurut Suma’mur (2006) ditujukan kepada

lingkungan, mesin, peralatan kerja, perlengkapan kerja dan terutama faktor manusia.

1. Lingkungan

Syarat lingkungan kerja dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :

a. Memenuhi syarat aman, meliputi higiene umum, sanitasi, ventilasi udara, pencahayaan dan penerangan di tempat kerja dan pengaturan suhu udara ruang kerja.

b. Memenuhi syarat keselamatan, meliputi kondisi gedung dan tempat kerja yang dapat menjamin keselamatan.

(22)

2. Mesin dan peralatan kerja

Mesin dan peralatan kerja harus didasarkan pada perencanaan yang baik dengan memperhatikan ketentuan yang berlaku. Perencanaan yang baik terlihat dari baiknya pagar atau tutup pengaman pada bagian-bagian mesin atau perkakas yang bergerak, antara lain bagian yang berputar. Bila pagar atau tutup pengaman telah terpasang, harus diketahui dengan pasti efektif tidaknya pagar atau tutup pengaman tersebut yang dilihat dari bentuk dan ukurannya yang sesuai terhadap mesin atau alat serta perkakas yang terhadapnya keselamatan pekerja dilindungi. 3. Perlengkapan kerja

Alat pelindung diri merupakan perlengkapan kerja yang harus terpenuhi bagi pekerja. Alat pelindung diri berupa pakaian kerja, kacamata, sarung tangan, yang kesemuanya harus cocok ukurannya sehingga menimbulkan kenyamanan dalam penggunaannya.

4. Faktor manusia

Pencegahan kecelakaan terhadap faktor manusia meliputi peraturan kerja, mempertimbangkan batas kemampuan dan ketrampilan pekerja, meniadakan hal-hal yang mengurangi konsentrasi kerja, menegakkan disiplin kerja, menghindari perbuatan yang mendatangkan kecelakaan serta menghilangkan adanya ketidakcocokan fisik dan mental.

3.2 Kerangka Konsep

(23)

Kerangka konsep yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada Teori Loss Causation Models oleh Bird dan Germain (1996) dan ILO (1998). Penyebab

kecelakaan adalah faktor pekerja, faktor manajemen dan faktor lingkungan. Kerangka konsep pada penelitian ini terdiri dari variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen). Variabel independen meliputi faktor pekerja (usia, masa kerja, pengetahuan, sikap dan kepatuhan terhadap prosedur), faktor manajemen (pengawasan), dan faktor lingkungan (lingkungan kerja). Variabel dependen yaitu kecelakaan kerja. Dalam skema kerangka konsep dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.1

Kerangka Konsep Penelitian Faktor Pekerja

- Usia - Masa Kerja - Pengetahuan - Sikap

- Kepatuhan terhadap prosedur

Faktor Manajemen - Pengawasan

Kejadian Kecelakaan Kerja

Gambar

Gambar 2.1

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara keterampilan meneliti terhadap hasil pembuatan skripsi, yang berarti semakin tinggi

Menurut penulis, dari deskripsi di atas prosedur yang di lakukan dalam mengidentifikasi karakter nasabah dalam proses pengambilan keputusan pemberian pembiayaan

Simpulan penelitian pengembangan ini adalah (1) Dihasilkan modul pembelajaran fisika dengan strategi inkuiri terbimbing pada materi fluida statis yang tervalidasi; (2)

Untuk mencapai tujuan yang diinginkan, pihak dosen dan mahasiswa harus memiliki ikatan kerja sama yang baik, seperti memberikan trik belajar yang menarik dalam sesi teori dan

SMS Gateway adalah sebuah perangkat lunak yang menggunakan bantuan komputer dan memanfaatkan teknologi seluler yang diintegrasikan guna mendistribusikan pesan-pesan

Dengan demikian wali muhakkam yang diakui eksistensinya di dalam hukum Islam, pada kenyataannya tidak ada pengaturannya di dalam peraturan perundang- undangan pernikahan

untuk mengerosi tulang. peningkatan level TNF- α pada pasien dengan destruksi tulang. Peningkatan ekspresi TNF- α pada otitis media kronik dan adanya hubungan positif yang

Sebagian besar obat konvensional seperti tablet diformulasikan untuk dapat melepaskan zat aktif obat dengan cepat sehingga menghasilkan profil absorpsi obat yang cepat, tetapi