• Tidak ada hasil yang ditemukan

T BK 1303021 Chapter3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T BK 1303021 Chapter3"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini membahas tentang hal-hal yang berkaitan dengan perencanaan penelitian dalam rangka penyusunan tesis. Pokok bahasan dalam bab ini adalah pendekatan, metode, dan desain penelitian, subjek dan lokasi penelitian, definisi operasional variabel, pengembangan instrumen penelitian, pengembangan program, dan teknik analisis data.

A.Pendekatan dan Desain Penelitian

Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu suatu jenis penelitian ilmiah di mana peneliti memutuskan apa yang akan diteliti dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang spesifik atau sempit, mengumpulkan data-data yang dapat dikuantifikasikan, menganalisis angka-angka tersebut dengan menggunakan statistik dan melakukan penelitian dalam suatu cara yang objektif (Creswell, 2012, hlm. 16).

Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen kuasi. Penelitian eksperimen kuasi yaitu rancangan penelitian eksperimen tapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol atau mengendalikan variabel-variabel luar yang dapat mempengaruhi eksperimen. Pada eksperimen kuasi tidak dilakukan dengan teknik random (random assignment) melainkan pengelompokan berdasarkan kelompok yang terbentuk sebelumnya (Creswell, 2012, hlm. 309).

(2)

Tabel 3. 1

Quasi-Eksperiment Pretest and Posttest Design Pre- and Posttest Design Time

Control Group Pretest No Treatment Posttest

Eksperimental Group Pretest Eksperimental

Treatment Posttest

Keterangan:

Control Group = kelompok kontrol Exsperimental Group = kelompok eksperimen No Treatment = Tanpa perlakuan

Experimental Treatment = Pemberian perlakuan (Creswell, 2012, hlm. 310) B.Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Majlis Ta’lim Al-Furqon terletak di Kampung Bantargedang Kelurahan Sukamulya Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya.

Populasi dalam penelitian ini seluruh anggota Majlis Ta’lim Al-Furqon Kampung Bantargedang yang berjumlah 65 orang pada Tahun 2015. Adapun hal-hal yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan populasi, adalah sebagai berikut:

1. Anggota Majlim Ta’lim seluruhnya adalah orang-orang yang sudah berumah

tangga dan memiliki anak atau keturunan.

2. Anggota Majlis Ta’lim dalam pengasuhan anak-anak memiliki

kecenderungan untuk mengasuh dengan pola yang terbaik.

(3)

Sampel penelitian adalah sumber data untuk menjawab masalah penelitian. Penelitian sampel ini disusuaikan dengan keberadaan masalah dan jenis data yang ingin dikumpulkan. Sampel yangdijadikan dalam penelitian adalah anggota Majlis

Ta’lim Al-Furqon Bantargedang Sukamulya Bungursari Kota Tasikmalaya Tahun

2015 yang teridentifikasi memiliki keterampilan pola asuh dalam keluarga rendah. Adapun langkah-langkah dalam menentukan sampel dalam penelitian ini, a) memberikan pretest kepada seluruh anggota Majlis Ta’lim yang bertujuan untuk mengetahui anggota mana yang memiliki keterampilan pola asuh keluarga rendah. Instrumen penelitian diberikan setelah judgement oleh pakar; b) dari jumlah anggota yang memiliki keterampilan pola asuh yang rendah diberikan treatment, c) dan terakhir dilakukan posttest.

Berdasarkan pengolahan data, peneliti sudah memiliki hasil pengamatan yang mengindikasikan sebanyak 15 orang tua sebagai kelompok eksperimen, dan kelompok kontrol sebanyak 17 orang tua anggota Majlis Ta’lim Al-Furqon Bantargedang Sukamulya Bungursari Kota Tasikmalaya.

C. Definisi Operasional Variabel

1. Definisi Operasional Variabel Pola Asuh

Menurut Darling dan Steinberg (1993) gaya pengasuhan didefinisikan sebagai sekumpulan (a constellation) sikap terhadap anak yang dikomunikasikan kepada anak dan menciptakan suasana emosional dalam mana perilaku-perilaku orang tua diekspresikan. Sedangkan menurut Macobby dan Lewin (Fauzia, 1993) mengemukakan bahwa yang dimaksudkan dengan pengasuhan orang tua adalah semua interaksi yang terjadi antara orang tua dengan anaknya. Interaksi ini meliputi sikap, nilai, minat, dan ajaran-ajaran mereka dalam keluarga. Hal tersebut senada dengan Baumrind (1971) gaya pengasuhan merupakan bentuk-bentuk perlakukan orang tua ketika berinteraksi dengan anak.

(4)

a. Gaya Pengasuhan Demokratis

Gaya pengasuhan demokratis mendorong anak untuk bebas tetapi tetap memberikan batasan dan mengendalikan tindakan-tindakan mereka. Komunikasi verbal timbal balik bisa berlangsung bebas, dan orang tua bersikap hangat dan bersifat membesarkan hati anak. Pengasuhan demokratis berkaitan dengan perilaku sosial remaja yang kompeten. Anak yang mempunyai orang tua demokratis berkompeten secara sosial, percaya diri, dan bertanggung jawab secara sosial. Orang tua ingin anak-anak mereka bersikap tegas serta bertanggung jawab secara sosial, dan mandiri serta kooperatif. Pola asuh demokratis akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang mandiri, matang, dapat mengontrol diri, mempunyai hubungan baik dengan teman, mampu menghadapi stress, mempunyai minat terhadap hal-hal baru, ulet, berorientasi prestasi, bertanggung jawab, memiliki skor tertinggi dalam tes-tes kompetensi kognitif, dan kooperatif terhadap orang-orang lain.

Kedudukan antara orang tua dan anak sejajar. Suatu keputusan diambil bersama dengan mempertimbangkan kedua belah pihak. Anak diberi kebebasan yang bertanggung jawab, artinya apa yang dilakukan oleh anak tetap harus dibawah pengawasan orang tua dan dapat dipertanggung jawabkan secara normal. Orang tua dan anak tidak semena-mena. Anak diberi kepercayaan dan dilatih untuk mempertanggung jawabkan segala tindakannya.

b. Gaya Pengasuhan Otoriter

Orang tua yang bersifat otoriter membuat batasan yang tegas dan tidak memberi peluang yang besar kepada anak dan berbicara (bermusyawarah) jadi hanya melakukan sedikit komunikasi verbal. Dalam pola asuh ini orang tua merupakan sentral segala ucapan, perkataan maupun kehendak orang tua dijadikan patokan (aturan) yang harus ditaati oleh anak-anak. Orang tua tidak segan-segan menerapkan hukuman keras kepada anak.

(5)

umpan balik dari anaknya untuk mengerti mengenai anaknya. Orang tua ini memiliki tuntutan yang tinggi, namun tidak responsif terhadap anak-anak mereka. Pola asuh otoriter akan menghasilkan karakteristik anak yang penakut, pendiam, tertutup, tidak berinisiatif, gemar menentang, suka melanggar norma, berkepribadian lemah, cemas dan menarik diri (withdrawal).

c. Gaya Pengasuhan Pemanja

Para orang tua ini sangat tinggi pada responsiveness tetapi rendah pada demandingness. Pengasuhan permisif-memanjakan berkaitan dengan inkompeten sosial remaja, terutama kurangnya pengendalian diri. Orang tua ini membiarkan remaja melakukan apa saja yang mereka inginkan, dan akibatnya adalah remaja tidak pernah belajar mengendalikan perilaku mereka sendiri dan selalu mengharapkan kemauan mereka sendiri. Beberapa orang tua dengan sengaja mengasuh anak mereka dengan cara pengasuhan ini karena orang tua yakin kombinasi keterlibatan yang hangat dengan sedikit kekangan akan menghasilkan remaja yang kreatif dan percaya diri.

Karakteristik dari pola asuh permisif menunjukkan sikap orang tua justru merasa tidak peduli dan cenderung memberi kesempatan serta kebebasan secara luas kepada anaknya. Orang tua seringkali menyetujui semua tuntutan dan kehendak anak. Jadi anak merupakan sentral dari segala aturan keluarga. Akibatnya segala pemikiran, pendapat maupun pertimbangan orang tua cenderung tidak pernah diperhatikan oleh anak dan menyalahgunakan kebebasan yang diberikan orang tua. Anak cenderung melakukan tindakan-tindakan yang melanggar nilai-nilai, norma-norma, dan aturan-aturan sosial. Perkembangan diri anak cenderung menjadi negatif.

Secara operasional, pola asuh orang tua yang dimaksud dalam penelitian adalah ciri yang khas dalam perlakuan orang tua ketika berinteraksi dengan anaknya didalam memenuhi kebutuhan fisiologis dan psikologis anak atau remaja. Pola asuh yang menjadi fokus penelitian yaitu bentuk-bentuk perlakuan orang tua ketika berinteraksi dengan anak dan melibatkannya dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan keluarga dan dirinya.

(6)

tegas, tapi tidak mengganggu dan membatasi. Gaya pengasuhan otoriter adalah gaya yang membatasi dan bersifat menghukum yang menuntut remaja untuk mengikuti perintah-perintah orang tua dan untuk menghormati pekerjaan dan usaha. Gaya pengasuhan permisif (pemanja) adalah suatu pola dimana orang tua sangat terlibat dengan remaja tetapi sedikit sekali menuntut atau mengendalikan mereka.

2. Definisi Operasional Variabel Program Bimbingan Islami

Program sering diartikan sebagai sederetan kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai sesuatu. Hornby & Parnwell (Saripah, 2006:64) mendefinisikan program sebagai “plan of what is to be done”. Dalam konteks pendidikan, program juga merupakan bagian dari kurikulum, sebagaimana diungkapkan oleh Smith, Krouse, & Atkinson (Saripah, 2006:64) “program is the body of cubjects, topics, and learning experiences that constitute curriculum.

Progam dalam layanan bimbingan dan konseling merupakan rencana menyeluruh dari aktivitas suatu lembaga atau unit yang berisi layanan-layanan yang terencana beserta waktu pelaksanaan dan pelaksananya (Mappiare, 2006:254). Saripah (2006:64) mengartikan program dalam bimbingan dan konseling sebagai seperangkat rencana kerja bimbingan yang disusun secara sistematis dan terencana, berdasarkan kompetensi yang diharapkan.

Berdasarkan definisi yang telah dipaparkan, secara operasional program bimbingan merupakan serangkaian rencana kegiatan layanan bimbingan yang disusun secara sistematis berdasakan analisis kebutuhan dan tujuan bimbingan.

Menurut Arifin (2000:25) bimbingan islami ialah layanan yang mengemban tugas pokok memberikan jalan hidup seorang anak bimbing (konseli) yang tekanan utamanya merubah sikap dan mental anak didik ke arah beriman dan bertakwa kepada Allah serta mampu mengamalkan ajaran agama Islam.

(7)

Bimbingan islami dapat diartikan sebagai bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli (konselor) yang berkompeten dalam bidangnya untuk membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh konseli. Agar ia mampu mengaktualisasikan diri, serta mampu untuk mengambil keputusan yang diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangannya. Sesuai dengan pedoman yang telah ditentukan Allah dan Rasul-Nya yaitu ajaran islam yang berlandaskan al-qur'an dan al-hadits, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup dunia dan diakhirat. Bimbingan islami pada pelaksanaanya yang didasarkan atas nilai-nilai keagamaan.

Secara operasional, program bimbingan islami yang dimaksud dalam penelitian, yaitu seperangkat kegiatan yang disusun secara sistematis dan berdasarkan analisis kebutuhan sebagai bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli (konselor) yang berkompeten dalam bidangnya untuk membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh konseli. Agar ia mampu mengaktualisasikan diri, serta mampu untuk mengambil keputusan yang diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangannya. Sesuai dengan pedoman yang telah ditentukan Allah dan Rasul-Nya yaitu ajaran islam yang berlandaskan al-qur'an dan al-hadits, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Tahapan program bimbingan islami meliputi tahap perencanaan, rancangan, impelentasi, evaluasi, dan penguatan program.

Kandungan Surat Luqman Ayat 13-19 yang dimaksud dalam penelitian ini, yaitu ; sebagai seorang manusia hendaknya selalu beribadah kepada Allah SWT, selalu berbuat baik (taat dan patuh) kepada orang tua selama tidak bertentangan dengan syariat agama, selalu berbuat kebaikan kepada siapa pun, tidak meninggikan suara melebihi suara rosulullah SAW, tidak sombong dan berbangga diri, selalu mendirikan solat, selalu mengajak pada kebaikan dan mencegah pada kejelekan serta selalu hidup dalam kesederhanaan.

D. Pengembangan Instrumen Penelitian

(8)

menggunakan skala likert. Berikut ini disajikan pada Tabel 3.2 tentang kisi-kisi instrument pola asuh orang tua.

Tabel 3.2.

Kisi-kisi Instrumen Pola Asuh Orang Tua Demokratis

No Aspek Indikator Nomor Butir Soal

(+) (-) Jml

Instrumen disusun berdasarkan kisi-kisi sehingga menghasilkan item-item pernyataan dan kemungkinan jawabannya. Instrumen digunakan untuk mengukur pola asuh orang tua. Item pernyataan pola asuh orang tua menggunakan skala likert.

Tabel 3.3

Pola Skor Alternatif Respon

Angket Pemahaman Pola Asuh Orang Tua

(9)

2. Uji Validitas dan Realibilitas Instrumen

Sebelum kuesioner digunakan untuk kegiatan penelitian lapangan, terlebih dahulu dilakukan uji coba kuesioner untuk melihat validitas dan reliabilitasnya. Pada penelitian ini uji coba angket melalui dua tahap. Tahap pertama dengan menggunakan logical validity atau dikenal juga dengan uji kelayakan konstruksi, redaksi dan konten setiap item melalui penimbangan (judgment) oleh pakar terkait sebayak dua atau tiga orang pakar. Atas dasar catatan yang diberikan para penimbang, dilakukan revisi sehingga jumlah item yang layak digunakan untuk diujicobakan.

Penimbang butir pernyataan ini dilakukan oleh dua orang dosen penimbang PPB FIP UPI, yaitu Prof. Dr. Juntika Nurikhsan, M.Pd.,dan Dr. Mubiar Agustin, M.Pd., Hasil penimbang untuk instrumen pengungkap pemahaman pola asuh orang tua yang semula berjumlah 46 item oleh penimbang menyarankan untuk diperbaiki 5 item dan ditambah 9 item sehingga menghasilkan 15 item yang siap untuk digunakan.

Selanjutnya tahap kedua, angket diujicobakan dengan menggunakan face validity atau diuji cobakan secara terbatas dengan memberikan kepada p orang tua

Majelis Ta’lim Al-Furqon Bantargedang Sukamulya Bungursari Kota

Tasikmalaya secara acak (yang keadaannya setara dengan peserta didik yang diteliti). Kepada orang tua yang dijadikan responden diminta untuk menjawab angket pengungkap pola asuh orang tua yang telah disiapkan. Validasi ini untuk mengetahui bahasa dari item-item pernyataan dipahami oleh orang tua, menerima terhadap item-item pernyataan sesuai dengan kondisi yang ada, dan menyatukan interpretasi peneliti dan responden terhadap item-item pernyataan. Sehingga pernyataan dalam instrumen tidak mengandung ambiguitas dan cukup dapat dimengerti oleh responden

Pada penelitian ini, uji validitas dilakukan dengan tahapan sebagai berikut. 1) Menghitung koefisien korelasi product moment/ r hitung (rxy)

(10)

Berdasarkan hasil perhitungan melalui pengolahan komputer program SPSS 20,0 dan Microsoft excel 2007 ditemukan bahwa dari 15 item pertanyaan, yang tidak valid sebanyak 2 item yaitu.

No Pernyataan Correctes Item-Total Correlation

Keterangan

1 Item 9 -.147 Tidak Valid

Uji reliabilitas instrumen pada penelitian ini menggunakan rumus

Cronbach’s Alpha (α) yang kemudian dihitung dengan menggunakan bantuan

program SPSS 20,0. Terdapat cara lain dalam melakukan uji reliabilitas instrumen yaitu dengan menggunakan langkah-langkah perhitungan manual sebagai berikut. a) Pertama, menghitung nilai reliabilitas atau r hitung (r11).

b) Kedua, mencari varians semua item pernyataan instrumen Tabel 3. 2

Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Tinggi

0,80 – 1,000 Sangat Tinggi

Berdasarkan hasil koefisien Alpha Cronbach yang diperoleh (α = 0.815) dan mengacu pada titik tolak ukur pada tabel 3.4 maka dapat disimpulkan bahwa instrumen pengungkap pemahaman pola asuh orang tua memiliki reliabilitas sangat tinggi

E. Pengembangan Program Intervensi

Pengembangan program intervensi dengan mengujicobakan program bimbingan islami berdasarkan kandungan surat Luqman ayat 13-19 untuk mengembangkan pemahaman pola asuh orang tua di jelaskan sebagai berikut.

1. Rasional

(11)

perkembangan-perkembangan ini akan mengalami perbedaan-perbedaan sesuai dengan fase-fasenya.

Demikian juga dengan hakikat dalam perkembangan manusia selalu membutuhkan orang lain. Anak membutuhkan orang lain yang akan membantu perkembangan keseluruhan dirinya, sekalipun anak juga tergantung pada fase perkembangannya. Artinya, ada fase dimana anak tergantung sepenuhnya pada orang lain, misalnya bayi yang baru lahir. Sebaliknya, ada fase dimana anak dapat melepaskan sebagian besar ketergantungannya, misalnya anak usia 17 tahun yang menginjak kedewasaannya.

Tanpa orang lain yang membantu perkembangan anak, maka anak mungkin masih dapat mengembangkan sesuatu dari dirinya, dari kecil tumbuh menjadi tinggi-besar, namun satu hal yang tidak dapat dipungkiri bahwa anak yang berkembang tanpa bantuan manusia lainnya akan kehilangan hakikat kemanusiaan dan kesosialannya. Untuk dapat memahami dan dapat bergaul dengan orang lain inilah dibutuhkan keahlian, keahlian itu ada dalam pola pendidikan life skills education. Dalam pola pendidikan ini anak bukan hanya diajarkan tentang makna dan kemampuan untuk bertahan hidup dengan satu kemampuan unggulan yang dimilikinya akan tetapi dalam life skills education ini anak juga dilatih untuk mampu hidup bersosial dengan berkolaborasi dengan lingkungannya dengan baik sehingga kemampuan itu merupakan kemampuan yang bersifat integral dalam kecakapan hidup bersosial.

Anak ternyata membutuhkan orang lain dalam perkembangannya dan orang yang paling dan pertama bertanggung jawab adalah orangtua. Orangtua dan lingkungannlah yang bertanggung jawab memperkembangkan keseluruhan eksistensi anak. Hal ini sesuai dengan apa yang menjadi makna life skills yaitu menyangkut (1) the world of work, (2) practical living skills, (3) personal growth and management, dan (4) sosial skills .

(12)

tumbuh menjadi anak yang sehat, ideal sesuai dengan perkembangan usianya. Dari segi intelektualnya anak dapat mencapai prestasi secara optimal sesuai dengan potensi-potensinya sehingga tidak mengalami hambatan dalam proses pembelajaran dalam kehidupannya. Dari segi karakteristik anak akan dapat memperlihatkan tingkah laku yang baik, dapat melakukan interaksi dengan lancar dan tepat, tidak mengalami ketengangan-ketengangan psikis.

Sejak dahulu telah ada usaha yang dilakukan oleh orangtua untuk “mendidik” anak-anak mereka, baik sejak dalam kandungan maupun setelah lahir dalam bentuk-bentuk pembelajaran dan pendidikan yang sederhana. Apa yang diperoleh dari orangtua akan menjadi pengalaman awal anak yang akan mempengaruhi kepribadian anak selanjutnya. merujuk dari teori John Loke yaitu

“empirisme”, bahwa manusia lahir bagikan kertas putih, akan menjadi apa anak

tersebut dikemudian hari, akan sangat tergantung dari apa yang dituliskan diatasnya, artinya pengalaman apa yang didapatkan anak termasuk faktor pendidikan dan pola asuh orangtua menjadi bahan tulisan yang akan mewarnai kehidupan ataupun kualitas diri anak tersebut, dan yang paling mewarnai dari tulisan tersebut adalah tulisan yang pertama dilakukan oleh orangtuanya. Sejalan dengan pendapat Freud yang menyatakan bahwa kepribadian sebenarnya telah terbentuk pada akhir tahun kelima dan perkembangan selanjutnya sebagian besar hanya merupakan penghalusan struktur dasar itu (Suryabrata, 1993 : 103).

Dalam agama Islam juga disebutkan bahwa setiap anak lahir dalam keadaan fitrah, maka kedua orangtuanyalah yang menjadikannya sebagai Yahudi, Nasrani ataupun Majusi (H.R. Bukhari Muslim), maka dalam agama Islam dianjurkan orang tua membacakan do’a sebelum melakukan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan anak, misalnya ketika menyusui, ketika memandikan, ketika menina-bobokan, ketika memberikan makan dan sebagaianya dengan harapan bahwa sejak dini ada penanaman pembelajaran yang baik.

(13)

sangat menentukan perkembangan anak kearah kedewasaan yang mantap dan menyeluruh.

Hubungan anak dengan anggota keluraga menjadi landasan sikap anak terhadap orang lain, benda dan kehidupan secara umum. Dalam hal ini orangtua perlu sekali memperhatikan penyesuaian diri dan sosial anak yang akan meninggalkan ciri pada cara pandang dan konsep diri anak selanjutnya (Hurlock,1998 : 493).

Keluarga merupakan sumber pendidikan yang pertama dan utama, karena segala pengetahuan dan kemampuan intelektual manusia pertama-tama diperoleh dari orang tua dan anggota keluarga sendiri. Jadi, keluarga merupakan lingkungan primer bagi anak menjadi tempat hubungan antar manusia yang paling awal dan paling intensif. Anak akan mengenal norma-norma dan nilai-nilai dalam keluarga sebelum mengenal lingkungan yang lebih luas.

Anak mendapat perlakuan dari orang tua ketika berada di lingkungan keluarga. Perlakuan orang tua di rumah merupakan manifestasi dari bagaimana pola asuh yang diterapkan orang tua kepada anak-anaknya di rumah. Pola asuh orang tua adalah pola perilaku yang diterapkan pada anak dan bersifat relatif konsisten dari waktu ke waktu. Menurut Gunarsa (2006:5) pola asuh orang tua merupakan cara orang tua bertindak sebagai orang tua terhadap anak-anaknya dimana mereka melakukan serangkaian usaha aktif.

Cara orang tua mendidik dan pola asuh seperti apa yang diterapkan orang tua pada anak, mempunyai pengaruh dalam penyesuaian sosial anak. Setiap orang tua memiliki cara tersendiri dalam mengasuh, mendidik, dan membimbing anak. Anak akan mendapatkan penanaman nilai positif dari orang tua mengenai tujuan hidup, hak-hak orang lain dan masa depan.

(14)

Allah SWT telah menurunkan kitab suci Al-Qur’an sebagai pedoman hidup manusia sampai akhir zaman. Keberadaan Al-Qur’an tak terbatas oleh ruang dan waktu. Ketidakterbatasannya inilah menjadi suatu kunci kemukjizatan Al-Qur’an. Sisi kemukjizatan Al-Qur’an juga terlihat pada ayat-ayat yang berhubungan dengan pendidikan. Pendidikan sebagai upaya untuk memanusiakan manusia, secara universal “terlukis” jelas dalam isi kandungan Al-Qur’an. Kandungan nilai-nilai pendidikan ini hanya dapat diketahui oleh sebagian dari manusia yang memiliki kemampuan yang memadai.

Ayat-ayat Al-Qur’an yang mengandung nilai-nilai pendidikan tersebut adalah tertera dalam Al-Qur’an surat Luqman ayat 13 - 19. Di dalam ayat-ayat tersebut mengisahkan tentang seorang ayah dengan putranya dalam memberikan pelajaran berbentuk bimbingan. QS. Luqman Ayat 13-19, sebagai berikut :

(15)

pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Ku-beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (Lukman berkata): "Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui. Hai anakku, dirikanlah salat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.

Terdapat beberapa kitab tafsir yang memberi penafsiran Al-Qur’an surat Luqman ayat 13-19. Diantaranya Sayid Quthb (2004:164), menafsirkan bahwa pengarahan Luqman terhadap anaknya dengan nasihat tersebut mengandung hikmah kebijaksanaan. Muhammad Ghazali (2005:385), menjelaskan pesan (wasiat) diteruskan berkenaan dengan sikap kepada kedua orang tua, karena kedua orang tua merupakan jalan bagi keberadaan manusia.

Hasby Ash-Shiddieqy (2000:207) menafsirkan kedudukan dan fungsi ayah adalah memberi pelajaran kepada anak-anaknya dan menunjukinya kepada kebenaran serta menjauhkan dari kebinasaan. Seorang ayah bertanggung jawab dalam kehidupan anaknya. Sementara M. Quraish Shihab (2002:127), menekankan tentang metode pendidikan yang penuh kasih sayang orang tua kepada anaknya, bukan dengan membentak. Agaknya hal tersebut kurang diperhatikan oleh orang tua pada zaman sekarang.

(16)

2. Deskripsi Kebutuhan

Gambaran umum pola asuh orang tua Majelis Ta’lim Al-Furqon

Bantargedang Sukamulya Bungursari Kota Tasikmalaya digambarkan melalui besarnya persentase yang diperoleh berdasarkan pengelompokkan pola asuh orang tua. Hasil dari studi pendahuluan yang menunjukkan pola asuh demokratis dirasakan oleh 35 orang tua atau sebesar 50,00 %. Pola asuh otoriter dirasakan oleh 15 orang tua atau sebesar 25,00 %. Pola asuh pemanja dirasakan oleh 15 orang tua atau sebesar 25,00 %. Artinya secara umum dapat dikatakan bahwa mayoritas orang tua Majelis Ta’lim Al-Furqon Bantargedang Sukamulya Bungursari Kota Tasikmalaya merasakan pola asuh demokratis. Sementara pola asuh otoriter dan pemanja berada pada presentase yang sama.

Berdasarkan hasil deskripsi kebutuhan, maka aspek yang dikembangkan yaitu pemahaman pola asuh demokratis orang tua Majelis Ta’lim Al-Furqon Bantargedang Sukamulya Bungursari Kota Tasikmalaya.

3. Tujuan Intervensi

Tujuan intervensi, secara umum yaitu mengujicobakan program bimbingan islami berbasis kandungan Surat Luqman ayat 13-19 untuk meningkatkan pemahaman pola asuh orang tua Majelis Ta’lim Al-Furqon Bantargedang Sukamulya Bungursari Kota Tasikmalaya. Secara khusus, tujuan intervensi yaitu :

a. Orang tua dapat menunjukan kehangatan dalam upaya pengasuhannya. b. Orang tua harus mendorong anak untuk terlibat dalam diskusi keluarga. c. Orang tua memberikan kebebasan pada anak dalam batas yang wajar. d. Orang tua saling berbagi dalam membuat keputusan dengan anak. e. Orang tua merancang standar perilaku yang jelas dan tegas bagi anak.

4. Asumsi Intervensi

Asumsi intervensi dalam penelitian ini sebagai berikut:

(17)

2. Saripah (2006:64) mengartikan program dalam bimbingan dan konseling sebagai seperangkat rencana kerja bimbingan yang disusun secara sistematis dan terencana, berdasarkan kompetensi yang diharapkan.

3. Arifin (2000:25) menjelaskan bimbingan islami ialah layanan yang mengemban tugas pokok dalam memberikan jalan hidup bagi seorang anak yang dibimbing (konseli) dengan tujuan untuk merubah sikap dan mental dalam beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta mampu mengamalkan ajaran agama Islam.

4. Darling dan Steinberg (1993), pola asuh didefinisikan sebagai sekumpulan sikap terhadap anak yang dikomunikasikan kepada anak dan menciptakan suasana emosional dalam mana perilaku-perilaku orang tua diekspresikan. 5. Program bimbingan islami merupakan program bimbingan yang berlandaskan

nilai agama islam untuk mengembangkan potensi diri dan memberikan nilai-nilai keteladanan.

5. Kompetensi Pelaksana

Peneliti memenuhi syarat untuk melaksanakan program bimbingan islami berdasarkan kandungan Surat Luqman ayat 13-19 untuk meningkatkan pemahaman pola asuh orang tua, selayakanya memiliki kompetensi berikut:

a. Memiliki pemahaman dan pengetahuan yang memadai mengenai konsep pola asuh orang tua dan program bimbingan islami.

b. Memiliki pemahaman, pengetahuan, dan keterampilan yang memadai dalam strategi bimbingan islami yang bersifat preventif dan pengembangan.

c. Memahami karakteristik perkembangan orang dewasa atau orang tua Majelis Ta’lim Al-Furqon Bantargedang Sukamulya Bungursari Kota Tasikmalaya yang merupakan subjek dari penelitian ini.

d. Mengaplikasan strategi layanan bimbingan bagi orang dewasa (orang tua). e. Memahami kajian Al-Qur’an dan Hadits tentang bimbingan orang tua

(18)

6. Sasaran

Populasi yang menjadi subjek intervensi/konseli dalam program bimbingan islami berdasarkan kandungan Surat Luqman ayat 13-19 untuk meningkatkan pemahaman pola asuh orang tua adalah orang tua Majelis Ta’lim Al-Furqon Bantargedang Sukamulya Bungursari Kota Tasikmalaya, yang teridentifikasi memiliki pemahaman pola asuh yang rendah. Populasi sebanyak 65 orang tua, sasaran intervensi sebanyak 15 orang tua sebagai kelompok eksperimen.

7. Prosedur Pelaksanaan

Pelaksanaan intervensi program bimbingan islami berdasarkan kandungan Surat Luqman ayat 13-19 untuk meningkatkan pemahaman pola asuh orang tua disusun berdasarkan hasil pola asuh orang tua dan karakteristik sampel penelitian. Pelaksanan intervensi yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan strategi bimbingan islami yang dikemas dalam suatu program, atau berupa layanan dasar bimbingan yang sifatnya preventif dan developmental.

Pelaksanaan program bimbingan islami berdasarkan kandungan Surat Luqman ayat 13-19 untuk meningkatkan pemahaman pola asuh orang tua Majelis

Ta’lim Al-Furqon Bantargedang Sukamulya Bungursari Kota Tasikmalaya.

Adapun beberapa hal yang perlu dilakukan ialah mengidentifikasi dan merumuskan berbagai kegiatan yang harus dan perlu dilakukan. Penyelenggaraan program bimbingan islami ini disusun berdasarkan analisis kebutuhan melalui penyebaran instrumen saat pre-test (Instumen Pengungkap Pemahaman Pola Asuh Orang Tua) dengan data yang didapat berupa profil kebutuhan orang tua sesuai dengan aspek-aspek berdasarkan konsep pola asuh yang dikembangkan oleh Darling dan Steinberg (1993).

(19)

Tabel 3.6

Rencana Operasional Program Bimbingan Islami Berdasarkan Kandungan Surat Luqman Ayat 13-19 Untuk Meningkatkan Pemahaman Pola Asuh

Orang Tua Majelis Ta’lim Al-Furqon Bantargedang Sukamulya Bungursari Kota Tasikmalaya 12 Sesi enam “peraturan keluarga”

13

Sesi tujuh

“pengambilan

keputusan dalam

masalah keluarga”

(20)

Evaluasi dilaksanakan untuk mengetahui kualitas pelaksanaan program bimbingan islami berdasarkan kandungan Surat Luqman ayat 13-19 untuk meningkatkan pemahaman pola asuh orang tua. Evaluasi berfungsi untuk memberikan feedback kepada peneliti untuk memperbaiki dan mengembangkan program bimbingan islami dan memberikan informasi kepada para orang tua perihal gaya pengasuhan demokratisnya.

Tindak lanjut pada program ini dilakukan dengan merujuk pada hasil evaluasi yang telah dilakukan. Langkah-langkah tindak lanjut adalah dengan melakukan perubahan-perubahan yang menjadi kekurangan dalam program bimbingan islami selanjutnya. Perubahan itu antara lain: 1) menuntut perencanaan baru; 2) reorganisasi dalam pengelolaan program; 3) pengadaan kegiatan dan sarana baru; dan 4) modifikasi tenaga bimbingan yang lebih berkompetensi daripada sebelumnya. Kriteria keberhasilan program bimbingan islami berdasarkan kandungan Surat Luqman ayat 13-19 untuk meningkatkan pemahaman pola asuh orang tua adalah ditandai dengan kenaikan skor pada post-test yang lebih tinggi dibandingkan dengan skor pre-test yang lebih rendah. Peningkatan pola asuh orang tua yang demokratis dikatakan berhasil apabilia mencapai tingkat pada kemampuan kategori tinggi.

Orang tua yang berhasil mengikuti kegiatan intervensi program bimbingan islami berdasarkan Surat Luqman ayat 13-19 untuk meningkatkan pemahaman pola asuh orang tua ini mampu melakukan generalisasi pengalaman pengamatan terhadap setiap pertemuan dalam program, sehingga memungkinkan untuk merubah kebiasaan berinteraksi sehari-hari khususnya dalam memberika sikap dan perlakukan kepada anaknya.

Adapun tingkah laku yang mungkin akan tampak terlihat pada orang tua ialah memahami pola pikir gaya pengasuhan demokratis yang sesuai dengan kondisi anak, memahami peran ayah dan ibu sesuai dengan fungsinya, dan memiliki rencana tindakan orang tua dalam memberika unsur keteladanan kepada anak.

(21)

tua dalam mengembangkan pola asuhnya kepada anak. Hasil analisis harus ditindaklanjuti dengan menyusun program selanjutnya sebagai kesinambungan program, mengembangkan jejaring pelayanan agar pelayanan bimbingan lebih optimal, mengembangkan komitmen baru terhadap kebijakan orientasi tindakan dan implementasi pelayanan bimbingan selanjutnya oleh orang yang lebih ahli dan berada dibawah supervisor BK.

F. Analisis Data

Data mengenai mengenai permasahalah rendahnya pemahaman pola asuh orang tua yang akan diintervensi melalui program bimbingan islami akan dianalisis dengan cara kuantitatif. Teknik analisis data dalam hal ini dimulai dengan mengukur validitas instrumen yang melbatkan pakar dalam bimbingan dan konseling dan reliabilitas instrumen dengan melibatkan orang tua.

Teknik analisis data yang digunakan adalah dengan menggunakan uji t atau t-test. Uji t adalah pengujian perbedaan rata-rata yang biasa dilakukan oleh peneliti yang bermaksud mengkaji efektivitas suatu perlakuan (treatment) dalam mengubah suatu perilaku dengan cara menbandingkan antara keadaan seblum dengan sesudah perlakuan itu diberikan (Furqon, 2009, hlm. 174). Prosedur pengujian efektivitas dilakukan sebagai berikut.

1) Terdapatnya kriteria profil pola asuh orang tua.

2) Menguji normalitas data pretest dan posttest kedua kelompok. Pengujian normalitas data dilakukan dengan statistik uji Z Kolmogrov-Smirnof (p>0,05) dengan bantuan SPSS.

3) Menguji homogenitas varian data gains kedua kelompok (p>0,05) dengan bantuan SPSS.

Gambar

Tabel 3. 1
Tabel 3. 2
Tabel 3.6

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Secara umum studi ini memberikan sumbangan keilmuan dalam bidang pendidikan, yaitu dengan adanya adanya karakter anti korupsi yang dikelola baik secara sengaja maupun tidak

Dokumen Pemilihan dapat diambil dalam bentuk soft file di Panitia Pengadaan Barang/Jasa RSUD Waluyo Jati Kraksaan Tahun Kabupaten Probolinggo Anggaran 2012. Dokumen

Selain membuat produk model jadi berupa slide video tentang musik daerah Minangkabau yang bisa dimanfaatkan untuk pembelajaran seni budaya musik di sekolah, tulisan ini

Dokumen Pemilihan dapat diambil dalam bentuk soft file di Panitia Pengadaan Barang/Jasa RSUD Waluyo Jati Kraksaan Tahun Kabupaten Probolinggo Anggaran 2012. Dokumen

Tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan desain pembelajaran yang efektif dan memfasilitasi siswa program akselerasi tingkat Sekolah Dasar sesuai dengan

Pelabuhan Indonesia II (persero) Cabang Panjang) disusun oleh : Mayang Sefani Putri, NPM : 1251010011, Program Studi : Ekonomi Syariah, telah diujikan dalam sidang

Berdasarkan hasil wawancara di atas dengan informan maka dapat disimpulkan bahwa dalam menentukan nomor kelas suatu bahan pustaka yang dilakukan pustakawan pada perpustakaan

Pada proses pemecahan masalahnya peserta didik diberikan kesempatan untuk menciptakan ide baru dalam memandang sesuatu dari sudut pandang yang berbeda, proses