• Tidak ada hasil yang ditemukan

Materi Penyuluhan PENGENDALIAN HAMA TIKU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Materi Penyuluhan PENGENDALIAN HAMA TIKU"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Materi Penyuluhan

PENGENDALIAN HAMA TIKUS

Disusun O L E H

SUWANTINAH, S.PKP NIP 19650622 198710 2 001

BALAI PENYULUHAN PERTANIAN PERIKANAN DAN KEHUTANAN (BP3K)

BUMI RATU NUBAN

LAMPUNG TENGAH

Materi Penyuluhan

PENGENDALIAN HAMA TIKUS

Disusun O L E H

SUWANTINAH, S.PKP NIP 19650622 198710 2 001

BALAI PENYULUHAN PERTANIAN PERIKANAN DAN KEHUTANAN (BP3K)

(2)
(3)

PENDAHULUAN

Tikus merupakan hama penting yang dapat menimbulkan ancaman yang serius secara terus-menerus bagi perkembangan pertanian, pada masa sekarang maupun pada masa yang akan datang apabila tidak dikendalikan.

Timbulnya serangan hama tikus kaitannya dengan usaha meningkatkan produksi pertanian dengan melalui usaha pertanian secara intensif dengan meningkatkan pertanian sehingga terdapatnya makanan bagi organisme pengganggu sepanjang tahun termasuk hama tikus. Ketersediaan makanan secara terus-menerus akan menyebabkan dan mendorong semakin cepatnya perkembangan populasi hama tikus.

Tikus perlu dikendalikan, karena tikus mempunyai daya adaptasi dan produksi cukup tinggi, disamping itu tikus juga dapat menyebabkan kerugian ekonomi yang cukup tinggi, disamping itu tikus juga dapat menularkan berbagai penyakit yang berbahaya bagi manusia seperti pes dan typus.

TINGKAH LAKU DAN KEBIASAAN TIKUS

1. Ruang gerak tikus

Aktivitas tikus setiap hari secara teratur meliputi, mencari makanan, minuman, pasangan dan orientasi kawasan. Sehingga tikus aktif pada malam hari tetapi ada juga beberapa spesies yang bergerak pada siang hari apabila keadaan cukup tenang. Walaupun tikus berpenglihatan buruk tetapi indra pencium, peraba, dan pendengaran kacang-kacangan, berbagai jenis rumput, serangga, ketam, siput dan ikan kecil, tetapi tikus cenderung memilih makanan apabila sumber makanan itu berlimpah.

(4)

Tikus tinggal dan berkembang biak secara cepat apabila suatu lahan yang tersedia cukup makanan, di areal semak belukar dan terlindung dari predator dan ada ruang untuk bergerak.

4. Mengerat

(5)

Materi Penyuluhan

PENGOBATAN TRADISIONAL

PADA TERNAK KAMBING

Disusun O L E H

SUWANTINAH, S.PKP NIP 19650622 198710 2 001

BALAI PENYULUHAN PERTANIAN PERIKANAN DAN KEHUTANAN (BP3K)

(6)

PENGOBATAN TRADISIONAL TERNAK KAMBING

Untuk mengurangi penyebaran penyakit pada ternak yang telah menderita sakit maka ada beberapa hal yang dapat dilakukan yaitu :

 Jika ada ternak yang sakit maka segera

dipisahkan

 Segera lakukan pengamatan secara

mendalam pada ternak-ternak yang lain, apakah ada tanda-tanda sakit atau tidak, misalnya tingkah laku ternak, tanda-tanda fisiknya, nafsu makan dll.

 Jika perlu upayakan pengobatan sementara

(7)

menghemat biaya, juga dapat mengurangi ketergantungan petani peternak terhadap obat-obat ternak buatan pabrik yang biasanya kurang atau bahkan tidak tersedia di daerah pedesaan. Lagipula ternak sakit dapat segera ditolong dengan tumbuh-tumbuhan yang ada disekitar kita terutama didaerah pedesaan.

Untuk pengobatan penyakit kudis pada kambing cukur bulu sekitar daerah terserang, mandikan ternak dengan sabun sampai bersih, kemudian jemur sampai kering. Setelah kering dapat diobati dengan menggunakan : 1). Belerang dihaluskan, dicampur kunyit dan minyak kelapa, kemudian dipanaskan dan digosokkan pada kulit yang sakit; 2). Belerang dihaluskan dan dicampur dengan oli bekas dan digosok pada bagian kulit yang sakit dan 3). Kamper/kapur barus digerus, dicampur minyak kelapa dan dioleskan pada bagian kulit yang sakit.

Pencegahan :

- Ternak yang berpenyakit kudis tidak boleh bercampur dengan ternak yang sehat

- Ternak yang baru dibeli harus bebas dari penyakit kudis

- Mandikan ternak dua minggu sekali - Bersihkan kandang seminggu sekali.

(8)

belatung, kemudian obati dengan gerusan kamper/kaper barus atau tembakau. Luka dibungkus dengan kain/perban untuk melindungi dari terjadinya luka baru atau kotoran. Pada hari berikutnya luka dibersihkan, pengobatan diulang dan dibungkus kembali. Biasanya dua atau tiga kali pengobatan sudah sembuh. Bila belatung sudah terbasmi, pemberian yodium tincture dapat dipakai untuk mempercepat pertumbuhan.

Untuk pengobatan cacingan pada kambing bisa digunakan: tepung buah pinang dicampur

dengan nasi hangat dikepal-kepal kemudian dipaksakan untuk dimakan ternak. Ternak dianjurkan untuk dipuaskan terlebih dahulu. Daun kelor yang tua dibakar, kemudian debunya dicampur air dan diminumkan. Pengobatan diulangi seminggu kemudian. Daun papaya 2 sampai 3 lembar (tidak terlalu muda/tua) dihaluskan dan diberi sedikit air matang/bersih kemudian diperas dan diambil airnya. Air perasan tersebut diminumkan pada ternak kambing/domba sebanyak 2 sampai 3 sendok maka atau disesuaikan dengan berat badan ternak, setiap minggu, 3 kali pemberian.

(9)

beracun atau menggembalakan ternak didaerah yang banyak tumbuh tanaman yang mengandung racun.

Materi Penyuluhan PERBAIKAN MUTU JAGUNG

Disusun O L E H

SUWANTINAH, S.PKP NIP 19650622 198710 2 001

BALAI PENYULUHAN PERTANIAN PERIKANAN DAN KEHUTANAN (BP3K) BUMI RATU NUBAN

(10)
(11)

Persyaratan mutu jagung untuk perdagangan menurut SNI dikelompokkan

menjadi dua bagian yaitu persyaratan kuantitatif dan persyaratan kualitatif.

 Produk harus terbebas dari hama/penyakit  Produk terbebas dari bau busuk maupun

zat kimia lainnya (berupa asam)

 Produk harus terbebas dari bahan sisa-sisa

pupuk maupun pestisida  Memiliki suhu normal.

Pemanenan

Pengupasan Kelobot

Sortasi

Pengeringan

Pemipilan Tongkol

Pembersihan kotoran

Sortasi Mutu

Pengemasan

Penyimpanan

PERBAIKAN MUTU JAGUNG

(12)

Penanganan pasca panen merupakan salah satu mata rantai utama dalam usaha tani jagung. Penanganan pascapanen dimulai dari petani yang merupakan titik penting untuk menjamin pendapatan dan kesejahteraan mereka. Kegagalan penanganan pascapanen mengakibatkan rendahnya mutu hasil dan tingginya tingkat susut berat dan kehilangan hasil serta kerusakan biji jagung. Untuk mengantisipasi terjadinya penurunan mutu hasil panen jagung, perlu dilakukan penanganan panen dan pascapanen yang sesuai dengan standar mutu SNI. Proses pascapanen jagung terdiri atas serangkaian kegiatan yang dimulai dari pemetikan dan pengeringan tongkol, pengemasan biji dan penyimpanan sebelum dijual ke pedagang pengepul.

Panen

 Lakukan panen tepat waktu, yaitu umur

75-80 hari setelah tanam. Untuk dapat

mengetahui saat panen yang tepat waktu maka jadwal tanam perlu diperhatikan.  Jagung siap dipanen dengan ciri : batang

serangga/jamur dari tongkol yang sehat.

PENGUPASAN KELOBOT

(13)

sehingga tidak ada kelobot dan rambut jagung jagung, ranting atau kotoran yang terikut.

PENGERINGAN

Lakukan penjemuran segera setelah tongkol jagung disortir hingga kadar air 14%. Pada proses ini kotoran yang terikut disingkirkan. Penjemuran hendaknya menggunakan alas terpal agar tongkol terhindar dari kotoran. Selama dijemur tongkol dibalik dengan menggunakan alat bantu agar pengeringan merata. Cara mudah untuk mengetahui pengeringan telah mencukupi adalah bila tongkol jagung saling digesekkan akan terdengar bunyi nyaring (secara tradisional) dan menggunakan alat pengukur kadar air (secara tester).

PEMIMPILAN DAN PEMBERSIHAN

Pemimpilan dapat dilakukan dengan menggunakan mesin atau tangan, dan hendaknya pada kadar air 14% agar biji tidak rusak/cacat. Biji yang cacat atau rusak akan mudah terinfeksi jamur. Selama pemipilan kotoran yang terikut disingkirkan. Pembersihan kotoran yang terikut hendaknya dilakukan hingga batas maksimum 5%.

SORTASI MUTU

Sortasi mutu bertujuan untuk memisahkan biji yang berjamur, berbau busuk, asam, apek atau bau asing lainnya.

PACKING / PENGEMASAN

 Pengemasan menggunakan pengemas atau

(14)

 Rekomendasi dari IRRI adalah menyimpan

hasil panen biji-bijian dengan menggunakan karung super. Karung super cocok untuk digunakan sebagai pelapis dalam karung penyimpanan seperti karung goni atau plastik ayam. terhindar dari hama gudang. Untuk menghindari penurunan kwalitas dan nilai nutrisi jagung sebaiknya karung penyimpanan dialasi dengan menggunakan pallet kayu sehingga terhindar dari kontak langsung dengan lantai tempat penyimpanan. Kehilangan hasil saat penyimpanan disebabkan oleh kondisi kemasan, tempat penyimpanan, gangguan hama dan penyakit gudan serta keadaan cuaca setempat.

(15)

BALAI PENYULUHAN PERTANIAN PERIKANAN DAN KEHUTANAN (BP3K) BUMI RATU NUBAN

(16)
(17)

PEMUPUKAN BERIMBANG

PRODUKSI TINGGI & TANAH TETAP SUBUR

Dengan melakukan pemupukan berimbang, tingkat produktivitas bisa mencapai optimal dan tingkat kesuburan tanahpun tetap terjaga. Cara pemupukan tanaman padi yang bisa menghasilkan produksi maksimal dan tidak merusak kesuburan tanah adalah dengan melakukan pemupukan berimbang. Konsepnya adalah pemupukan yang didasarkan pada kebutuhan tanaman dan kondisi tanah, jadi dia tidak akan kelebihan dan kekurangan. Prinsipnya adalah untuk efisiensi pemupukan, mendapatkan produksi yang optimal dan tidak merusak lingkungan. Dosis pupuk disesuaikan dengan status hara tanah dan kebutuhan tanaman yang ditetapkan dengan uji tanah. Untuk pupuk utama biasanya NPK, dosis pupuk N pada padi sawah ditetapkan dengan BWD (Bagan Warna Daun), untuk dosis pupuk P dan K dengan peta P dan K,

PUTS (Perangkat Uji Tanah Sawah) dan petak omisi.

(18)

yang aman bagi manusia dan lingkungan harus mempertimbangkan aspek ekonomi, ekologi dan komponen ekosistem pertanian yang lain, yaitu : tanaman, penyakit tanaman, lingkungan dan juga manusia, yang tidak terlepas dari berbagai komponen pengendalian OPT. Supaya hasil panen sayuran bermutu baik maka harus dilakukan penerapan budidaya sebagai berikut :

1. Pengolahan Lahan

Gunakan lahan dengan kemiringan tidak lebih dari

30 derajat terasiring. Pengolahan dengan cara pembalikan tanah bertujuan agar OPT dan lahan terpapar sinar matahari. Buat dan lakukan pengaturan irigasi dan drainase. Lakukan pemberian mulsa untuk meminimalkan serangan OPT, juga menjaga kesuburan tanah.

2. Sanitasi

Sanitasi kebun dilakukan dengan cara memberikan sisa-sisa pertanaman sebelumnya dan gulma yang mengandung OPT yang dapat berkembang dan menular pada pertanaman

Referensi

Dokumen terkait