• Tidak ada hasil yang ditemukan

LEMBAR JAWABAN UJIAN AKHIR MK. SISTEM AG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LEMBAR JAWABAN UJIAN AKHIR MK. SISTEM AG"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

PROGRAM PASCASARJANA MANAJEMEN & BISNIS

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

LEMBAR JAWABAN UJIAN AKHIR MK. SISTEM AGRIBISNIS

DAN AGROINDUSTRI (SAG)

 

 

 

Anggota Kelompok :

1.

Anesti Adiratna

2.

Mohammad Arief Dharmawan

3.

Muhammad Fahrudin

 

 

 

Kelas E.56

 

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)

1 Pertanyaan 1: Prospek Agribisnis Ke Depan: Tantangan dan Kesempatan

Menurut Jim Rogers, tokoh ternama di Wall Street, jika Anda ingin kaya ia memberikan nasihat untuk kembali menjadi petani. Kata dia, kita tidak memerlukan lebih banyak bankers tetapi lebih banyak petani di masa yang akan datang. Berita selengkapnya dapat Anda baca di :

http://www.time.com/time/magazine/article/0,9171,2080767,00.html

http://www.elitetrader.com/et/index.php?threads/jimrogersfarmerswillmakemorethanbankers.223245/

(a) Apa alasan Jim Rogers berpendapat demikian? Setujukah Anda dengan pendapatnya?

Jawaban:

Dalam interview dengan The Prospect Group, Jim Rogers menyatakan beberapa hal yang menyebabkan mengapa petani akan menjadi profesi yang lebih menguntungkan dibandingkan dengan bankers:

1. Jumlah konsumsi pangan dunia telah melebihi jumlah yang dapat diproduksi, hal ini ditunjukkan dengan tingkat persediaan pangan yang terendah sepanjang sejarah (historical low).

2. Semakin sedikit orang yang beprofesi dan mau berprofesi sebagai petani:

a. Banyak generasi muda lebih suka belajar hal-hal lain seperti public relations, teknik, dan lain sebagainya dibandingkan belajar ilmu pertanian.

b. Rata-rata umur petani di berbagai negara sudah cukup tua, contohnya: •Amerika Serikat : 58 tahun

•Korea : 65 tahun

•Jepang : 66 tahun

•Australia : 58 tahun

c. Kehidupan petani yang sulit.

Di negara-negara maju seperti Uni Eropa dan Amerika Serikat, petani mendapatkan subsidi yang cukup banyak dari pemerintah sehingga banyak petani di berbagai belahan dunia lainnya (misalnya: Afrika, Asia, dan lain-lain) mengalami kesulitan dalam bersaing dengan pertanian yang sudah modern dan didukung subsidi pemerintah. Harga-harga komoditas pertanian runtuh dan banyak petani beralih profesi. Selain itu persepsi kehidupan petani yang sangat sulit telah menjadi umum membuat semakin sedikit yang mau menjadi petani.

Kami setuju dengan pendapat Jim Rogers tersebut yang juga merupakan realitas kehidupan petani di Indonesia:

• Kesulitan kehidupan pertanian di pedesaan baik di Jawa maupun luar Jawa telah membuat banyak petani Indonesia beralih profesi dan berpindah ke kota (urbanisasi) untuk mencari sumber penghasilan yang lebih baik.

• Banyak lahan-lahan pertanian produktif telah beralih fungsi menjadi perumahan, kawasan industri, kawasan wisata, lapangan olahraga, dan lain sebagainya.

(b) Diskusikan tentang tantangan dan kesempatan agribisnis di Indonesia. Sebutkan sumber-sumber pertumbuhan dari demandside dan supplyside agribisnis di Indonesia. Bagaimana menurut Anda strategi terbaik untuk meningkatkan daya saing agribinis di Indonesia?

Jawaban:

(3)

2 nasional. Rekonstruksi agribinis ini sebenarnya dapat diukur dengan seberapa besar tingkat diversifikasi usaha ke arah penerimaan ekonomis yang lebih baik (upward diversification). Pergeseran komoditas agribisnis dari bahan pangan berbasis padi ke komoditas non-padi seperti hortikultura, buah-buahan, tanaman keras, dan lain-lain adalah salah satu bukti tingkat kelayakan usaha ekonomis yang lebih tinggi dari komoditas non-padi tersebut. Namun demikian, langkah diversifikasi usaha ini pun tidak akan dapat berjalan mulus apabila pendapatan overall petani produsen masih rendah. Mereka memerlukan tambahan modal kerja dan investasi untuk adopsi teknologi baru, akses informasi, intensitas tenaga kerja proses produksi, manajemen pengolahan, pemasaran, dan pasca panen lain, baik secara individual maupun secara kelompok sebagaimana disyaratakan dalam sistem agribisnis. Apabila pilihan dan kesempatan tersedia, petani produsen pasti akan lebih leluasa melakukan diversifikasi usaha. Inilah perspektif mikro kelayakan usaha yang terus-menerus harus dibangun dan diberdayakan. Sedangkan dalam perspektif makro, negara (dan daerah) wajib untuk menyediakan atau memfasilitasi “lapangan” diversifikasi usaha tersebut dengan serangkaian kebijakan yang afirmatif yang tepat sasaran.

Keputusan Indonesia untuk meratifikasi dan mengikatkan diri dengan ketentuan dan skema perdagangan dunia (WTO) telah membawa konsekuensi tantangan persaingan dunia yang semakin keras. Penguatan basis depan (front-line) sistem agribisnis Indonesia juga perlu diterjemahkan dengan langkah pemihakan yang sunggguh-sungguh terhadap dunia agribisnis, terutama bagi petani sebagai pelaku terpenting. Daya saing agribisnis Indonesia ditentukan oleh keseriusan seluruh pelaku ekonomi, akademisi dan pemerintah dalam meningkatkan efisiensi, mutu produk dan intelijen pasar yang memang amat dibutuhkan di era keterbukaan. Membiarkan produk agribisnis Indonesia “dihantam” oleh produk agribisnis asing apalagi di rumah sendiri jelas bukan merupakan sikap dan langkah terpuji. Era keterbukaan tentu saja masih harus diikat dengan etika dan kesantuan yang menjunjung tinggi level-palying field yang lebih beradab.

Terakhir, dalam konteks semangat desentralisasi ekonomi dan otonomi daerah yang semakin menggebu, pemerintah pusat dan pemerintah daerah harus merangsang dunia usaha swasta untuk menggarap dan memanfaatkan inisiatif investasi baru di tingkat daerah untuk mengembangkan agribisnis dan basis sumberdaya alam lain. Pemerintah daerah dilarang keras membunuh inisiatif lokal itu, misal karena aparatnya berbeda partai atau ideologi politik dengan pelaku ekonomi yang melakukan investasi agribisnis di daerah. Pemerintah pusat perlu memberikan insentif yang lebih besar lagi untuk inisiatif investasi di tingkat daerah, demi masa depan pengembangan agribisnis dan pembangunan ekonomi Indonesia yang lebih cerah dan berkelajutan.

Salah satu langkah strategis dalam mencapai target pertumbuhan tersebut adalah melalui optimalisasi pertumbuhan sector agribisnis, sektor yang cukup dominan kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi. Di samping cukup besarnya kontribusi terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB), sektor agribisnis adalah sektor yang menyerap tenaga kerja yang cukup besar sehingga diharapkan akan meningkatkan kualitas pertumbuhan ekonomi yang dicapai.

Tabel Kontribusi Agribisnis terhadap Ekonomi Nasional (1995, 1998, dan 2003)

Uraian 1995 1998 2003

Pertanian

Kontribusi terhadap PDB nasional (%) 17.47 18.85 15.90

Kontribusi terhadap ekspor nasional (%) 1.62 1.66 2.70

Penyerapan tenaga kerja (%) 57.86 44.96 46.40

(4)

3

Multiplier kesempatan kerja 1.24 1.73 1.33

Agroindustri

Kontribusi terhadap PDB nasional (%) 14.58 17.19 20.80

Kontribusi terhadap ekspor nasional (%) 34.74 49.22 30.90

Penyerapan tenaga kerja (%) 7.24 8.75 9.30

Multiplier pendapatan 3.28 2.32 3.13

Multiplier kesempatan kerja 8.66 5.64 6.28

Agribisnis

Kontribusi terhadap PDB nasional (%) 47.58 52.48 46.50

Kontribusi terhadap ekspor nasional (%) 49.22 56.50 48.50

Penyerapan tenaga kerja (%) 77.10 72.88 74.30

Multiplier pendapatan 2.33 2.04 2.42

Multiplier kesempatan kerja 0.35 1.73 2.00

Sumber: Tabel I-O Indonesia, BPS (1993, 1998, 2005) data diolah.

Pada tahun 2003, sektor agribisnis yang terbagi menjadi agroindustri dan pertanian menyumbang 46,5% terhadap PDB. Kontribusi tersebut sedikit menurun dari tahun 1998 yang sebesar 52,5%. Sedangkan penyerapan tenaga kerja mencapai 74,3%, meningkat dibandingkan tahun 1998 yang sebesar 72,9%. Sektor agribisnis yang dimaksud mencakup agribisnis berbasis tanaman pangan, holtikultura, perkebunan, perikanan dan kelautan, peternakan, dan kehutanan. Ruang lingkup agribisnis mencakup up-stream, on-farm, dan down-stream atau sering disebut bidang usaha dari hulu sampai hilir dan pendukungnya. Luasnya keterkaitan sektor agribisnis ini akan memberikan dampak multiplier yang cukup besar apabila pemerintah dan dunia usaha bersama-sama meningkatkan sektor ini dan memiliki konsistensi jangka panjang sehingga perekonomian Indonesia memiliki ketahanan terhadap perubahan ekonomi yang ada.

Ketahanan sektor agribisnis terhadap tekanan perekonomian telah terbukti. Hal ini dapat dilihat pada saat krisis ekonomi yang terjadi pada 1997-1998. Kontribusi agribisnis terhadap PDB sebelum krisis (1995) adalah sebesar 47% dan mengalami peningkatan pada saat krisis (1998) menjadi 52,5%. Kemampuan agribisnis tersebut antara lain disebabkan elastisitas yang tinggi dalam substitusi input dan penyesuaian target pasar. Dari sisi pasar input (faktor produksi), peningkatan harga barang modal disubstitusi oleh sub sektor agroindustri dan pertanian dengan fleksibilitas teknologi yang lebih padat karya. Apabila dilihat dari sisi target pasar, pelemahan daya beli dalam negeri disiasati dengan konsentrasi sub sektor agroindustri dan pertanian melalui penetrasi ekspor yang memiliki prospek yang cerah sebagai dampak melemahnya nilai rupiah terhadap mata uang asing sehingga memiliki keunggulan kompetitif dari sisi harga jualnya. Ketangguhan agribisnis Indonesia yang demikian dimungkinkan, karena berbagai faktor fundamental yang dimiliki agribisnis, seperti memiliki basis yang kuat di dalam negeri (domestic resources based), memiliki kelenturan teknologi, skala usaha, dan berorientasi ekspor.

(5)

4 menitikberatkan pada pembangunan usaha tani (on-farm agribusiness) sehingga secara tidak langsung mengurangi perkembangan hulu agribisnis sehingga proses keterkaitan antar lini usaha tersebut kurang berjalan yang berdampak pada rendahnya produktivitas usaha tani.

Setelah krisis ekonomi, pemerintah melihat agribisnis adalah sektor yang cukup tangguh melawan tekanan krisis ekonomi dan memiliki prospek baik untuk dikembangkan, walaupun dinilai belum optimal oleh dunia usaha, kebijakan pemerintah sedikit banyak telah mendorong dunia usaha untuk menanamkan investasi di sektor ini sehingga tingkat produktivitas meningkat. Dengan dukungan kebijakan pemerintah yang tetap konsisten membangun agribisnis, diharapkan kinerja agribisnis semakin membaik. Prospek agribisnis ke depan masih baik dilihat dari sisi potensi produksi (supply side) dan sisi pasar (demand side). Dari sisi permintaan, konsumsi bahan pangan di Indonesia (kecuali beras) masih tergolong rendah di dunia, terutama sayuran, buah-buahan, daging, telur, susu, dan ikan. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan pendapatan diharapkan dapat meningkatkan kebutuhan akan komoditi-komoditi tersebut. Selain konsumsi penduduk, permintaan komoditi agribisnis di pasar dunia khususnya kawasan Asia Timur dan Asia Tenggara semakin meningkat. Hal tersebut sebagai dampak pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dan semakin terbatasnya produksi pertanian di kawasan tersebut. Fluktuasi harga minyak bumi disertai semakin langkanya minyak bumi menjadikan produk berbasis minyak bumi semakin mahal sehingga akan meningkatkan permintaan terhadap barang substitusinya, antara lain yang berbahan baku hasil agribisnis (CPO dan ethanol). Faktor lain yang membuat semakin meningkatnya permintaan CPO adalah semakin besarnya konsumsi minyak nabati berbahan CPO.

Dari sisi produksi, potensi lahan dan agroklimat masih cukup mendukung pertumbuhan agribisnis. Tingkat produktivitas komoditi agribisnis juga masih jauh dari yang optimal. Ketersediaan SDM dan pengelolaan daerah secara otonomi diharapkan dapat mendukung perkembangan agribinis.

(6)

5 CPO. Di samping itu jasa penunjang (litbang, pendidikan, SDM, infrastruktur, dan lai-lain) juga memegang peranan penting dalam pengembangan komoditas tersebut.

Strategi Pengembangan Agribisnis. Ada beberapa aspek yang dapat ditempuh dalam upaya mengembangkan kegiatan agribisnis di antaranya :

1. Pembangunan Agribisnis merupakan pembangunan industri dan pertanian serta jasa yang dilakukan sekaligus, dilakukan secara simultan dan harmonis. Yang sering kita dapatkan selama ini adalah industri pengolahan (Agroindustri) berkembang di Indonesia, tapi bahan bakunya dari impor. Di pihak lain, peningkatan produksi pertanian tidak diikuti oleh perkembangan industri pengolahan (Membangun industri berbasis sumberdaya domestik/lokal) sehingga perlu pengembangan Agribisnis Vertikal.

2. Membangun Agribisnis adalah membangun keunggulan bersaing diatas keunggulan komparatif. Dalam arti bahwa membangun daya saing produk agribisnis melalui transformasi keunggulan komparatif menjadi keunggulan bersaing, yaitu dengan cara :  Mengembangkan sub sistem hulu (pembibitan, agro-otomotif, agro-kimia) dan

pengembangan subsistem hilir yaitu pendalaman industri pengolahan ke lebih hilir dan membangun jaringan pemasaran secara internasional, sehingga pada tahap ini produk akhir yang dihasilkan sistem agribisnis didominasi oleh produk-produk lanjutan atau bersifat capital and skill labor intensive.

 Pembangunan sistem agribisnis yang digerakkan oleh kekuatan inovasi. Dengan demikian produk utama dari sistem agribisnis pada tahap ini merupakan produk bersifat Technology intensive and knowledge based.

 Perlu orientasi baru dalam pengelolaan sistem agribisnis yang selama ini hanya pada peningkatan produksi harus diubah pada peningkatan nilai tambah sesuai dengan permintaan pasar serta harus selalu mampu merespon perubahan selera konsumen secara efisien.

3. Menggerakkan kelima sub sistem agribisnis secara simultan, serentak, dan harmonis. Untuk menggerakkan sistem agribisnis perlu dukungan semua pihak yang berkaitan dengan agribisnis/ pelaku-pelaku agribisnis mulai dari Petani, Koperasi, BUMN, dan swasta serta perlu seorang Dirigent yang mengkoordinasi keharmonisan Sistem Agribisnis. 4. Menjadikan Agroindustri sebagai A Leading Sector. Agroindustri adalah industri yang

memiliki keterkaitan ekonomi (baik langsung maupun tidak langsung) yang kuat dengan komoditas pertanian. Keterkaitan langsung mencakup hubungan komoditas pertanian sebagai bahan baku (input) bagi kegiatan agroindustri maupun kegiatan pemasaran dan perdagangan yang memasarkan produk akhir agroindustri. Sedangkan keterkaitan tidak langsung berupa kegiatan ekonomi lain yang menyediakan bahan baku (input) lain diluar komoditas pertanian, seperti bahan kimia, bahan kemasan, dan lain-lain. Dalam mengembangkan agroindustri, tidak akan berhasil tanpa didukung oleh agroindustri penunjang lain seperti industri pupuk, industri pestisida, industri bibit/benih, industri pengadaan alat-alat produksi pertanian dan pengolahan agroindustri seperti industri mesin perontok dan industri mesin pengolah lain.

5. Membangun sistem agribisnis melalui Industri Perbenihan. Industri Perbenihan merupakan mata rantai terpenting dalam pembentukan atribut produk agribisnis secara keseluruhan. Atribut dasar dari produk agribisnis seperti atribut nutrisi (kandungan zat-zat nutrisi) dan atribut nilai (ukuran, penampakan, rasa, aroma, dan sebagainya) serta atribut keamanan dari produk bahan pangan seperti kandungan logam berat, residu pestisida, kandungan racun juga ditentukan pada industri perbenihan. Oleh karena itu pemerintah daerah perlu mengembangkan usaha perbenihan (benih komersial) berdasar komoditas unggulan masing-masing daerah, yang selanjutnya dapat dikembangkan menjadi industri perbenihan modern.

(7)

6 7. Dukungan Industri Pupuk dalam pengembangan sistem agribisnis. Pada waktu yang akan datang industri pupuk perlu mengembangkan sistem Networking baik vertikal (dari hulu ke hilir) maupun Horizontal (sesama perusahaan pupuk), yaitu dengan cara penghapusan penggabungan perusahaan pupuk menjadi satu dimana yang sekarang terjadi adalah perusahaan terpusat pada satu perusahaan pupuk pemerintah. Oleh karena perusahaan-perusahaan pupuk harus dibiarkan secara mandiri sesuai dengan bisnis intinya dan bersaing satu sama lain dalam mengembangkan usahanya sehingga terjadi harmonisasi integrasi dalam sistem agribisnis, serta perlu dikembangkan pupuk majemuk, bukan pupuk tunggal yang selama ini dikembangkan.

8. Pengembangan Sistem Agribisnis melalui Reposisi Koperasi Agribisnis. Koperasi perlu mereformasi diri agar lebih fokus pada kegiatan usahanya terutama menjadi koperasi pertanian dan mengembangkan kegiatan usahanya sebagai koperasi agribisnis. Untuk memperoleh citra positif layaknya sebuah koperasi usaha misalnya: Koperasi Agribisnis atau Koperasi Agroindustri atau Koperasi Agroniaga yang menangani kegiatan usaha mulai dari hulu sampai ke hilir.

9. Pengembangan Sistem Agribisnis melalui pengembangan sistem informasi agribisnis. Dalam membangun sistem informasi agribisnis, ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan adalah informasi produksi, informasi proses, distribusi, dan informasi pengolahan serta informasi pasar.

10. Membumikan pembangunan sistem Agribisnis dalam otonomi daerah. Pembangunan Ekonomi Desentralistis-Bottom-up, yang mengandalkan industri berbasis sumberdaya lokal. Pembangunan ekonomi nasional akan terjadi di setiap daerah.

11. Dukungan perbankan dalam pengembangan sistem agribisnis di daerah. Untuk membangun agribisnis di daerah, peranan perbankan sebagai lembaga pembiayaan memegang peranan penting. Ketersediaan skim pembiayaan dari perbankan akan sangat menentukan maju mundurnya agribisnis daerah. Selama ini yang terjadi adalah sangat kecilnya alokasi kredit perbankan pada agribisnis daerah, khususnya pada on farm agribisnis.

12. Pengembangan strategi pemasaran. Pengembangan strategi pemasaran menjadi sangat penting peranannya terutama menghadapi masa depan, dimana preferensi konsumen terus mengalami perubahan, keadaan pasar heterogen. Dari hal tersebut, sekarang sudah mulai mengubah paradigma pemasaran menjadi menjual apa yang diinginkan oleh pasar (konsumen).

13. Pengembangan sumberdaya agribisnis. Dalam pengembangan sektor agribisnis agar dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan pasar, diperlukan pengembangan sumberdaya agribisnis, khususnya pemanfaatan dan pengembangan teknologi serta pembangunan kemampuan Sumberdaya Manusia (SDM) Agribisnis sebagai aktor pengembangan agribisnis.

14. Pengembangan Pusat Pertumbuhan Sektor Agribisnis. Perlu pengembangan pusat-pusat pertumbuhan sektor agribisnis komoditas unggulan yang didasarkan pada peta perkembangan komoditas agribisnis, potensi perkembangan dan kawasan kerjasama ekonomi.

15. Pengembangan Infrastruktur Agribisnis. Dalam pengembangan pusat pertumbuhan Agribisnis, perlu dukungan pengembangan Infrastruktur seperti jaringan jalan dan transportasi (laut, darat, sungai dan udara), jaringan listrik, air, pelabuhan domestik dan pelabuhan ekspor, dan lain-lain.

16. Kebijaksanaan terpadu pengembangan. Ada beberapa bentuk kebijaksanaan terpadu dalam pengembangan agribisnis, yaitu :

a. Kebijaksanaan pengembangan produksi dan produktivitas ditingkat perusahaan. b. Kebijaksanaan tingkat sektoral untuk mengembangkan seluruh kegiatan usaha sejenis. c. Kebijaksanaan pada tingkat sistem agribisnis yang mengatur keterkaitan antara

beberapa sektor.

(8)

7 17. Pengembangan agribisnis berskala kecil. Ada 3 kebijaksanaan yang harus dilakukan yaitu:

a. Farming Reorganization. Reorganisasi jenis kegiatan usaha yang produktif dan diversifikasi usaha yang menyertakan komoditas yang bernilai tinggi serta reorganisasi manajemen usahatani. Dalam hal ini disebabkan karena keterbatasan lahan yang rata-rata kepemilikan hanya 0,1 Ha.

b. Small-scale Industrial Modernization. Modernisasi teknologi, modernisasi sistem, organisasi dan manajemen, serta modernisasi dalam pola hubungan, dan orientasi pasar. c. Services Rasionalization. Pengembangan layanan agribisnis dengan rasionalisasi

lembaga penunjang kegiatan agribisnis untuk menuju pada efisiensi dan daya saing lembaga tersebut. Terutama adalah lembaga keuangan pedesaan, lembaga litbang khususnya penyuluhan.

18. Pembinaan Sumberdaya Manusia untuk mendukung pengembangan agribisnis dan ekonomi. Dalam era agribisnis, aktor utama pembangunan agribisnis dan aktor pendukung pembangunan agribisnis perlu ada pembinaan kemampuan aspek bisnis, manajerial, dan berorganisasi bisnis petani serta peningkatan wawasan agribisnis.

Referensi

 Arifin, Bustanul. 2002. Formasi Makro-Mikro Ekonomi Indonesia. Jakarta: Indef.  Badan Pusat Statistik. (berbagai tahun). Statistik Indonesia. Jakarta. BPS.

 Food and Agricultural Organization (FAO). 2002. FAO Statistics (FAOSTAT) CD Rom Version. Rome: FAO

 Mellor, John (ed.). 1995. Agriculture on the Road to Industrialization. New Yortk: The Johns Hopkins University Press

(9)

8 Pertanyaan 2: Sistem Agribisnis

Pengertian agribisnis sebagai suatu sistem dikemukakan oleh pencetus agribisnis, yaitu Davis dan Goldberg (1957) sebagai berikut: "Agribusiness is the sum total of all operations involved in the manufacture and distribution of farm supplies; production activities on the farm; and the storage, processing and distribution of farm commodities and items made form them" (Agribisnis adalah jumlah total dari seluruh kegiatan yang melibatkan pembuatan dan penyaluran sarana usahatani; kegiatan produksi di unit usahatani; penyimpanan, pengolahan dan distribusi komoditas usahatani dan berbagai produk yang dibuat darinya).

(a) Sistem agribisnis merupakan kesatuan atau kumpulan dari elemen agribisnis yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan dan sasaran bersama, menggunakan input dan mengeluarkan output produk agribisnis melalui pengendalian proses yang telah direncanakan. Mengapa agribisnis harus dipandang sebagai suatu sistem? Diskusikan karakteristik atau ciriciri suatu system.

Jawaban:

Agribisnis merupakan suatu kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran yang ada hubungannya dengan pertanian dalam arti luas. Pertanian dalam arti luas adalah kegitan usaha yang menunjang kegiatan pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang oleh kegiatn pertanian. Agribisnis sebagai suatu sistem merupakan seperangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas. Di sini dapat diartikan bahwa agribisnis terdiri dari dari berbagai sub sistem yang tergabung dalam rangkaian interaksi dan interpedensi secara reguler, serta terorganisir sebagai suatu totalitas.

Dengan definisi ini dapat diturunkan ruang lingkup agribisnis yang mencakup semua kegiatan pertanian yang dimulai dengan pengadaan penyaluran sarana produksi (the manufacture and distribution of farm supplies), produksi usaha tani (Production on the farm), dan pemasaran (marketing) produk usaha tani ataupun olahannya. Ketiga kegiatan ini mempunyai hubungan yang erat, sehingga gangguan pada salah satu kegiatan akan berpengaruh terhadap kelancaran seluruh kegiatan dalam bisnis. Karenanya agribisnis digambarkan sebagai satu sistem yang terdiri dari tiga sub sistem.

1. Sub sistem pengadaan dan penyaluran sarana produksi.

(10)

9 pengadaan dan penyaluran sarana produksi adalah perorangan, perusahaan swasta, pemerintah, koperasi. Betapa pentingnya sub sistem ini mengingat perlunya keterpaduan dari berbagai unsur itu guna mewujudkan sukses agribisnis.

2. Sub sistem Usaha Tani.

Usaha tani menghasilkan produk pertanian berupa bahan pangan, hasil perkebunan, buah-buahan, bunga dan tanaman hias, hasil ternak, hewan dan ikan. Pelaku kegiatan dalam subsistem ini adalah produsen yang terdiri dari petani, peternak, pengusaha tambak, pengusaha tanaman hias, dan lain-lain.

3. Sub sistem Pengolahan dan Pemasaran (Tata niaga).

Dalam sub sistem ini terdapat rangkaian kegiatan mulai dari pengumpulan produk usaha tani, pengolahan, penyimpanan, dan distribusi. Sebagian dari produk yang dihasilkan dari usaha tani didistribusikan langsung ke konsumen didalam atau di luar negeri. Sebagian lainnya mengalami proses pengolahan lebih dahulu kemudian didistribusikan ke konsumen. Pelaku kegiatan dalam sub sistem ini ialah pengumpul produk, pengolah, pedagang, penyalur ke konsumen, pengalengan, dan lain-lain. Agroindustri yang mengolah produk usaha tani disebut agroindustri hilir. Peranannya amat penting bila ditempatkan di pedesaan karena dapat mencipakan lapangan kerja.

Secara konsepsional sistem agribisnis dapat diartikan sebagai semua aktivitas, mulai dari pengadaan dan penyaluran sarana produksi (input) sampai dengan pemasaran produk-produk yang dihasilkan oleh usaha tani serta agroindustri, yang saling terkait satu sama lain. Dengan demikian sistem agribisnis merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai sub sistem yaitu: 1. Sub sistem pengadaan dan penyaluran sarana produksi, teknologi dan pengembangan

sumberdaya manusia.

2. Sub sistem budidaya dan usaha tani.

3. Sub sistem pengolahan hasil pertanian atau agroindustri, dan 4. Sub sistem pemasaran hasil pertanian.

   

(b) Elemen sistem agribisnis merupakan unsur terkecil pembentuk sistem agribisnis, saling berinteraksi, bekerja sama membentuk kesatuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sebutkan elemenelemen sistem agribisnis.

Jawaban:

Agribisnis dalam perspektif mikro terdiri dari beberapa elemen dasar. Elemen-elemen dalam sistem agribisnis merupakan unsur terkecil pembentuk sistem agribisnis. Di antara elemen saling berinteraksi, bekerja sama membentuk kesatuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi/perusahaan. Elemen sistem agribisnis adalah:

1. Sumber Daya Alam dan Lingkungan bagi agribisnis merupakan modal dasar pertama untuk dimanfaatkan atau diolah. Sumber daya alam dan lingkungan terkait erat dengan syarat tumbuh bagi tanaman untuk melakukan proses fotosintesis, faktor tersebut ialah: lahan, energi sinar dalam bentuk cahaya dan panas, iklim atau suhu udara. Sumber daya alam merupakan faktor primer dalam agribisnis.

(11)

10 3. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) merupakan modal dasar ketiga yaitu sebagai

pengetahuan dan teknologi yang digunakan sumber daya manusia dalam mengelola sumber daya alam. Penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi akan terkait dengan ketersediaan, kesesuaian, dan keberlanjutan penerapannya. Pengetahuan dan teknologi tidak berarti harus teknologi mutakhir dan canggih, tetapi yang cocok, yang dapat diterapkan dan dikembangkan sendiri oleh masyarakat agribisnis. Alih teknologi harus dipelajari, diadopsi atau dimodifikasi, dikembangkan, dan diterapkan. Masalah mendasar yang perlu diperhatikan dalam pengembangan pengetahuan dan teknologi adalah dukungan prasarana pertanian sehingga masih ada hambatan introduksi mesin-mesin pertanian. Pengelolaan SDA, pengaturan dan manejemen pengairan, serta jalan-jalan transportasi pertanian perlu dikelola secara sungguh-sungguh dan profesional.

4. Pasar merupakan muara dari agribisnis sehingga diperlukan pemahaman mengenai pasar, pemasaran terutama manajemen pemasaran untuk mendirikan, mengembangkan, mempertahankan dan meregenerasikan sistem agribisnis. Pasar dalam ilmu ekonomi diartikan sebagai pertemuan permintaan dan penawaran, pasar dalam arti sederhana adalah tempat terjadinya transaksi jual beli (penjualan dan pembelian) antara penjual dan pembeli pada waktu dan tempat tertentu. Pasar terbentuk karena ada konsumen yang membutuhkan produk dan ada produsen yang menawarkan produk sesuai kebutuhan konsumen sehingga terjadi pasokan pertukaran produk dengan aliran finansial atau transaksi. Pada umumnya suatu transaksi jual beli melibatkan produk/barang atau jasa dengan uang sebagai alat transaksi pembayaran yang sah dan disetujui oleh kedua belah pihak yang bertransaksi.

5. Aspek Finansial/Modal Kerja merupakan salah satu tujuan sistem agribisnis selain melestarikan lingkungan, membuka lapangan kerja, mengembangkan IPTEK, membuka pasar, dan mengembangkan organisasi. Dapat dikatakan ketahanan finansial merupakan faktor pendukung untuk memulai agribisnis, untuk mengembangkan agribisnis, untuk mempertahankan agribisnis, untuk regenerasi agribisnis. Finansial secara internal berfungsi untuk modal kerja, investasi, dan piutang sedangkan secara eksternal finansial berfungsi untuk membangun ketahanan finansial. Kedua performa ini akan meningkatkan kepercayaan pihak-pihak terkait (agribusiness stakeholder) sekaligus penguasaan sistem agribisnis untuk meningkatkan keunggulan posisi dalam persaingan.

6. Organisasi/Kelembagaan merupakan wadah bagi sekelompok SDM yang melakukan kegiatan dan memiliki hubungan kerja untuk mencapai tujuan bersama. Peran organisasi dalam agribisnis dapat dikategorikan sebagai pelaku dan penunjang agribisnis. Pelaku adalah yang terlibat langsung pada kegiatan agribisnis sedangkan penunjang adalah yang tidak terlibat langsung pada kegiatan agribisnis. Bentuk organisasi badan usaha agribisnis ada beberapa macam, pada umumnya berbentuk : Usaha perorangan, Firma, Persekutuan Komanditer (CV), Perseroan Terbatas, Badan Usaha Milik Negara, Perusahaan Daerah, Koperasi, dan Yayasan.

(c) Buatlah sebuah sketsa bagan arus sistem komoditi agribisnis terpilih (kelapa sawit atau gula) secara singkat dan padat. Identifikasi dan sebutkan: (1) para pelakunya (“agribusiness participants system”), apa peranannya dalam sistem agribisnis yang bersangkutan, dan (2) para pembina dan pemadu sistem (“agribusiness coordinators system”), dan apa pula peranannya.

Jawaban:

Integrasi Vertikal Sistem Agribisnis Kelapa Sawit

(12)

11 hasil pertanian (agroindustri), pedagang pengecer, eksportir, hingga konsumen domestik dan internasional. Arah panah ke atas menunjukkan aliran produk dan sebaliknya arah panah ke bawah merupakan arah aliran uang atau nilai produk.

Di luar sistem aliran produk dan uang tersebut terdapat para fasilitator mekanisme sistem yang berperan sebagai pembina dan pemandu sistem, seperti pemerintah, manajer, pendidik, dan peneliti. Pemerintah berperan sebagai pembina, pengatur, dan pengawas beroperasinya mekanisme sistem agribisnis kelapa sawit secara vertikal. Pembinaan dilakukan oleh pemerintah sebagai upaya untuk memperkuat ikatan keterpaduan antar pelaku. Pengaturan dilakukan untuk menjamin terselenggaranya pemenuhan hak dan kewajiban antar pelaku secara proporsional, sekaligus menyediakan sarana pelayanan yang mampu menjamin terselenggaranya integrasi sistem agribisnis kelapa sawit dengan kuat. Pengaturan ini tidak dimaksudkan sebagai campur tangan pemerintah pada system agribisnis kelapa sawit secara langsung (seperti tata niaga), atau sebagai pelaku. Pengawasan dilakukan sebagai upaya untuk menjamin terselenggaranya sistem agribisnis kelapa sawit berdasarkan prinsip efektivitas, efisiensi, dan proporsional. Dengan pengawasan ini, pemerintah dapat membuat kebijakan-kebijakan pengendalian jika terjadi penyimpangan arah dan tujuan sistem.

(13)

12 Pertanyaan 3: Perusahaan Agribisnis Kelas Dunia

Setiap tahun majalah FORTUNE menerbitkan peringkat 500 perusahaan terbesar di Amerika Serikat (AS). Pada tahun 2012 misalnya majalah ini menempatkan sebanyak 17 perusahaan agribisnis dalam jajaran 500 perusahaan terbesar di AS. Perusahaan‐perusahan tersebut antara lain:

Archer Daniel Midlands, Dow Chemical, Merck, CHS, Dupont, John Deere, Tyson Foods, TIAA/CREF, Eli Lilly, Land O’Lakes, Monsanto, Smithfield Foods, Mosaic, AGCO, Seaboard, CF Industries dan The Andersons.

(a)Carilah di interet peringkat terbaru (2014) 500 perusahaan terbesar di AS menurut majalah FORTUNE tersebut. Apakah perusahaanperusahan agribisnis di atas tetap berada dalam daftar 500?

Jawaban:

Berikut ini adalah peringkat terbaru dalam daftar Fortune 500 untuk perusahaan-perusahaan agribisnis di Amerika Serikat pada tahun 2014 dan 2015. Perusahaan seperti Smithfield Foods keluar dari daftar Fortune 500 sejak 2014 karena dijual ke perusahaan Cina (Leidos Holdings dan NII Holdings). Sedangkan CF Industries dan The Andersons sudah tidak lagi termasuk dalam daftar Fortune 500 pada tahun ini.

Perusahaan Agrobisnis Kode

Saham

Peringkat 2015

Peringkat 2014

Perubahan

Archer Daniels Midland ADM 34 27 Turun

Dow Chemical DOW 48 48 Tetap

Merck MRK 71 65 Turun

CHS CHSCP 69 62 Turun

DuPont DD 87 86 Turun

Deere DE 86 80 Turun

Tyson Foods TSN 83 93 Naik

TIAA-CREF 92 95 Naik

Eli Lilly LLY 151 129 Turun

Land O’Lakes 203 199 Turun

Monsanto MON 197 197 Tetap

Smithfield Foods x x 214 X

Mosaic MOS 320 283 Turun

AGCO AGCO 296 262 Turun

Seaboard SEB 417 387 Turun

CF Industries CF 543 463 (keluar)

The Andersons ANDE 569 453 (keluar)

(14)

13 (b) Faktorfaktor apa saja yang mempengaruhi dinamika kinerja perusahaan agribinis kelas dunia di atas?

Jawaban:

Faktor-faktor yang mempengaruhi dinamika perusahaan-perusahaan tersebut:

1. Perubahan cuaca, sebagai contoh musim kering yang berkepanjangan mempengaruhi produktivitas lahan.

2. Hama/penyakit tanaman dan ternak.

3. Perubahan permintaan dunia (global demand), perubahan produksi dunia (global production) dan kompetisi yang kesemuanya mempengaruhi jumlah dan harga penjualan, tingkat pendapatan dan keuntungan dari perusahaan.

4. Fluktuasi musiman. Beberapa perusahaan-perusahaan di daftar Fortune 500 tersebut mampu meminimasi dampak dari fluktuasi musiman ini dengan melakukan diversifikasi dan keragaman jenis tanaman, ternak, dan produknya.

5. Harga pasar untuk komoditas minyak mentah, gas alam, pupuk, dan bibit. Sebagai contoh, pergerakan (volatility) harga energi, seperti bahan bakar diesel atau gas, menyebabkan biaya transportasi dan pengolahan turut bergerak dan mempengaruhi pendapatan, serta keuntungan.

6. Regulasi terkait lingkungan (environmental regulation) yang dapat menyebabkan biaya tidak terduga dan mengurangi keuntungan perusahaan.

7. Regulasi terkait teknologi baru seperti bioteknologi, contohnya pada perusahaan yang memproduksi bibit yang dimodifikasi secara genetis.

8. Inovasi dengan penemuan-penemuan yang dapat diterapkan dalam berbagai bidang (contoh: DuPont).

9. Efisiensi operasi, seperti penyederhanaan rantai pasokan, pengurangan biaya overhead, dan penghapusan operasi-operasi yang berhimpitan (overlapping operations).

(15)

14 Pertanyaan 4: Daya Saing Perusahaan Agribisnis

Dalam video yang diputarkan di kelas, kita menyaksikan bahwa salah satu perusahaan agribisnis di dunia adalah Charoen Pokphand Group (CP Group) yang kantornya berpusat di Bangkok. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1921 oleh Chia brothers, dan saat ini merupakan salag satu konglomerat terbesar di Asia. Dengan portfolio usaha di bidang agribisnis, bisnis ritel dan telekomunikasi, perusahaan saat ini memperkerjakan 250 ribu karyawan yang tersebar di seluruh dunia. Total penjualan perusahan ini pada akhir tahun 2010 sebesar US$ 30 milyar.

(a) Menurut Anda, apakah CP Group tumbuh, berkembang dan mapan seperti sekarang bertumpu kepada prinsipprinsip “economies of scale”, “economies of scope” dan “research and development”? Jelaskan ketiga prinsip tersebut.

Jawaban:

1. Economies of scale menyatakan semakin banyak volume output maka biaya rata-rata produksi semakin kecil sehingga keuntungan semakin besar.

Ilustrasi: Seiring dengan terjadinya peningkatan output, biaya rata-rata perusahaan untuk menghasilkan output akan cenderung menurun, setidaknya dalam beberapa hal atau input produksi. Hal ini terjadi dikarenakan beberapa hal seperti:

• Jika perusahaan beroperasi pada skala yang lebih besar, karyawan dapat mengkhususkan diri dalam kegiatan di mana mereka paling produktif.

• Skala dapat membuat pekerjaan lebih fleksibel. Dengan adanya variasi dari kombinasi input yang digunakan untuk menghasilkan output perusahaan, manajer dapat mengatur proses produksi yang lebih efektif.

• Perusahaan mungkin dapat memperoleh beberapa input produksi dengan biaya yang lebih rendah karena mereka membeli dalam jumlah besar. Kombinasi dari input mungkin berubah jika manajer mengambil keuntungan dari input biaya lebih rendah.

Akan tetapi, pada suatu titik tertentu kemungkinan biaya rata-rata produksi akan mulai meningkat dengan output bisa saja terjadi. Beberapa alasan yang mengakibatkan perubahan ini, antara lain:

• Dalam jangka pendek, ruang pabrik atau kapasitas pabrik dan mesin membuat lebih sulit bagi para pekerja untuk melakukan pekerjaan mereka secara efektif.

• Mengelola perusahaan yang lebih besar mungkin menjadi lebih kompleks dan tidak efisien karena jumlah tugas yang semakin banyak.

• Keuntungan membeli dalam jumlah besar mungkin telah menghilang setelah mencapai jumlah tertentu. Pada titik tertentu, pasokan yang tersedia untuk input pokok mungkin terbatas, dan hal ini akan mendorong biaya yang akan dikeluarkan menjadi lebih banyak.

Hal di ataslah yang disebut dengan analisis long run dan short run, dimana dalam analisis inilah kemudian diketahui atau ditemukan suatu istilah yang dinamakan economies of scale, yaitu situasi dimana output yang dihasilkan atau didapatkan oleh perusahaan bisa dua kali lebih banyak dari sebelumnya, tanpa membutuhkan biaya sebesar dua kali lipatnya.

(16)

15 unggas terkemuka di dunia. Praktek economic of scale terlihat dari skala produksi yang besar dengan petugas yang ahli di bidangnya masing-masing. Biaya produksi untuk semua jenis proses industri dari pembibitan/bahan mentah, proses, hingga menghasilkan beragam output produk yang mempunyai nilai tambah dapat ditekan sehingga mampu menghasilkan diversifikasi produk yang berkulaitas namun dengan biaya yang lebih murah. Dalam beberapa tahun terakhir, CP Group telah melakukan diversifikasi usaha ke sektor telekomunikasi. Dengan adanya diversifikasi ini memberikan dampak secara tidak langsung pada aspek keuangan perusahaan. Keberhasilan penggunaan sistem informasi mengakibatkan operasional perusahaan lebih terukur sehingga efisiensi akan tercapai dan hal tersebut akan membantu perusahaan mencapai economies of scale yang secara simultan membawa perusahaan untuk memiliki daya saing yang tangguh.

2. Economies of scope menyatakan apabila perusahaan menghasilkan beragam jenis output maka biaya rata-rata produksinya akan semakin kecil. Sebagai gambarannya ialah situasi di mana joint output dari satu perusahaan lebih besar dibandingkan dengan output yang akan dicapai oleh dua perusahaan berbeda yang memproduksi barang yang sama. Atau singkatnya di mana satu perusahaan memproduksi lebih dari satu jenis barang. Untuk mengukur derajat dari economies of scope, kita harus tahu berapa persen biaya produksi yang disimpan apabila dua atau lebih produk barang diproduksi secara bersama sama dibandingkan secara individual (satu perusahaan memproduksi satu jenis barang).

Dalam economies of scale, pengurangan biaya rata rata produksi digunakan untuk menambah total produksi dalam jenis barang yang sama, sedangkan untuk economies of scope, penurunan biaya rata rata produksi akan digunakan untuk memproduksi dua jenis barang atau lebih. Oleh sebab itu, dalam perusahaan akan ada keragaman hasil produksi.

CP Group juga telah menerapkan praktek economies of scope, di mana dalam video kita bisa melihat dari produk ayam ada beberapa diversifikasi produk hilirnya, dari frozen meat, fried chicken dalam kemasan, telur organik (cangkang maupun kemasan khusus). Dengan adanya system end to end yang baik, CP Group juga mampu menyalurkan setiap jenis produknya ke pasar yang sesuai dengan segmennya. Dari sini kita bisa melihat dengan adanya penurunan biaya rata-rata produksi, CP Group mampu mengembangkan beragam produk sesuai permintaan masing-masing segmen pasar.

3. Research and development merupakan divisi khusus dalam setiap industri yang sudah berkembang (penelitian dan pengembangan). Persaingan usaha yang semakin ketat membuat perusahaan harus selalu memliki inovasi untuk merebut dan mempertahankan pangsa pasar, tidak terkecuali CP Group. Perusahaan multinasional ini menyadaari bahwa prinsip economies of scale dan economies of scope tidak cukup untuk bertahan di era globalisasi.

Keragaman pasar dan pilihan produk membuat CP Group terus melakukan riset dan pengembangan produk. Riset dan pengembangan ini dilakukan mulai dari pembibitan yang baik hingga proses pasca panen, dari pengolahan yang sistematis hingga pelayanan ke pelanggan. Berbagai macam industri/perusahaan tidak bisa terlepas dari sistem riset dan pengembangan, terlebih lagi peternakan dan perkebunaan yang merupakan bisnis yang sangat tergantung sama alam. Riset terus dilakukan guna mengimbangi perubahan cuaca yang semakin ekstrim guna tetap bisa menghasilkan produk yang sehat dan berkualitas bagi kebutuhan pasar.

.

(17)

16 . (b) Faktorfaktor lain apakah yang membuat perusahaan seperti CP Group memiliki

prestasi atau kinerja berkelas dunia? Jelaskan.

. Jawaban:

Salah satu faktor suskes usaha agrobisnis di CP Group adalah komitmen untuk terlibat dalam seluruh rantai produksi, mulai dari formulasi pakan ternak hingga peternakan ayam hingga produk olahan dengan nilai tambah. Pendekatan ini terbukti sukses dalam memastikan keunggulan suplai roduk untuk intern perusahaan maupun untuk permintaan industri lainnya dengan kualitas yang konsisten dari pakan ternak dan produk ayam olahan di negeri ini. Pakan ternak adalah landasan utama bisnis Perseroan. Perseroan memastikan sebagai produsen terbesar dan tersukses di bidang pakan ternak berkualitas tinggi. Jaringan luas dari distributor dan agen yang terdapat diberbagai negara membuat CP Group memiliki kemudahan dan kecepatan dalam memasarkan beragam produknya.

. (c) Apakah perusahaan melakukan vertical integration dalam usahanya? Jelaskan.

. Jawaban:

Berbicara mengenai vertical integration tidak akan pernah lepas dengan konsep value chain. Value chain merupakan serangkaian aktivitas yang harus dipenuhi untuk menciptakan suatu produk mulai dari bahan baku sampai produk tersebut didistribusikan ke tangan pelanggan. Vertical integration terjadi ketika kebutuhan akan aktivitas dalam perusahaan (dalam penciptaan produk tersebut) mampu dipenuhi oleh grup perusahaan.

CP Group sangat terkenal dengan praktek vertical integration yang membuat perusahaan ini tumbuh dan berkembang menjadai beberapa perusahaaan yang saling mendukung. Dari peternakan, perkebunan, telekomunikasi, retailer, whole saler, breeding farms, slaughterhouses, processed foods production, hingga restoran yang artinya proses hulu hingga hilir ada di CP Group.

Berdasarkan teori, setidaknya ada tiga jenis vertical integration, yaitu Full Integration, Tapered/Partial Integration, dan Quasi Integration.

1. Full integration terjadi ketika kebutuhan aktivitas mampu dipenuhi seluruhnya oleh supplier dalam grup perusahaan. Misalnya, PT. Bogasari mampu menyuplai seluruh kebutuhan tepung terigu untuk pembuatan mie instan di Indofood.

2. Tapered/Partial Integration terjadi ketika tidak seluruh kebutuhan aktivitas mampu dipenuhi oleh grup perusahaan. Misalnya, hanya 50% kebutuhan terigu mampu disuplai oleh Bogasari, sedangkan 50% lainnya di dapat dari perusahaan penghasil terigu di luar grup perusahaan.

(18)

17 (d) Apakah program kemitraan (contract farming) Charoen Pokphand dalam bidang perunggasan dapat menciptakan pertumbuhan yang inklusif atau pertumbuhan yang sekaligus menciptakan pemerataan (growth with equity)?

Jawaban:

Sistem program pertanian kontrak (contract farming) dapat memfasilitasi hubungan yang saling menguntungkan pihak peternak (petani unggas) maupun perusahaan (Charoen Pokphand) sebagai sponsor. Sehingga dengan program ini dapat menciptakan pertumbuhan yang inklusif sebagaimana ditunjukkan pada penjelasan berikut ini:

Akses ke Informasi yang lebih baik

Menurut Dr. Arief Daryanto (2007) dalam blog-nya Contract farming memungkinkan adanya dukungan yang lebih luas serta dapat mengatasi masalah-masalah yang berkaitan dengan minimnya informasi. (Daryanto, 2007). Dengan bermitra peternak unggas mendapatkan bimbingan dalam memperbaiki cara beternak serta informasi yang cukup dalam mengatasi berbagai masalah dalam pengelolaan peternakan unggas. Perusahaan dengan skala besar seperti Charoen Pokphand telah dapat mengambil berbagai pelajaran (lessons learned) serta praktik terbaik (best practices) dari berbagai operasi peternakan yang dikelolanya. Informasi dan pengalaman operasi peternakan ini sangat bermanfaat bagi peternak mitra sehingga dapat menghasilkan produktivitas dan kualitas yang setara.

Mengurangi Resiko bagi Peternak Unggas

Peternak unggas memiliki kepastian bahwa produk yang dihasilkannya akan dibeli. Dalam jangka panjang mereka juga memperoleh manfaat yaitu peluang kemitraan di masa depan serta akses terhadap program-program pemerintah. (Daryanto, 2007). Jika dibandingkan dengan peternak yang bukan mitra, berbagai resiko peternakan harus ditanggung sendiri oleh peternak.

Akses ke Pasar, Kredit, Teknologi, Manajemen Resiko

Menurut Key dan Runsten (1999) manfaat dari keikutsertaan dalam kontrak adalah pengembangan akses pasar, kredit dan teknologi, manajemen resiko yang lebih baik (Daryanto, 2007). Hal ini dapat dipahami dengan sumberdaya pemasaran, jalur distribusi, sistem logistic, dan teknologi dari perusahaan Charoen Pokphand melengkapi integrasi sistem agribisnis yang sebelumnya tidak dimiliki oleh peternak unggas yang bukan mitra.

Kesempatan kerja dan Pemberdayaan Perempuan

Sistem pertanian mitra juga membuka kesempatan kerja yang lebih baik bagi anggota keluarga dan secara tidak langsung, pendayagunaan perempuan serta pengembangan dari budaya berniaga yang berhasil. (Daryanto, 2007).

Peningkatan Produktivitas dan Penghasilan Peternak Unggas

(19)

18 membeli pakan dan keperluan lain untuk mengatasi keterbatasan kredit. Resiko dan rendahnya produksi dan rendahnya harga ditanggung oleh perusahaan. (Daryanto, 2007)

Walaupun demikian, beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah (1) integritas dari peternak unggas untuk tidak menjual hasil produksinya pada pesaing perusahaan sponsor, (2) kemampuan peternak unggas untuk menghasilkan produk sesuai dengan standar yang diinginkan sponsor secara konsisten, (3) seringkali perusahaan sponsor lebih berminat pada peternak dengan skala besar dan kurang melibatkan peternak dengan skala kecil, karena effort yang dibutuhkan cukup besar untuk pengawasan kualitas peternak kecil yang banyak.

Untuk mendukung pertumbuhan yang inklusif dan seimbang perlu kebijakan khusus antara lain: 1. Pola kemitraan yang mapan dan terpadu, serasi, dan saling ketergantungan.

2. Mengoptimalkan peran lembaga keuangan (bank) dalam pembiayaan sistem contract farming.

3. Mengoptimalkan peran kelompok peternak.

4. Dukungan pemerintah dalam hal penerapan hukum dan peraturan yang tidak menghambat, sistem hukum yang legal dan efisien, pengembangan dan perbaikan infrastruktur, perlindungan terhadap eksploitasi peternak, dan meningkatkan kekuatan negosiasi peternak.

Jika permasalahan-permasalahan menyangkut contract farming dapat diantisipasi secara memadai, dan kebijakan-kebijakan di atas dapat diselenggarakan dengan efektif, dengan penerapan contract farming, potensi bidang peternakan nasional yang demikian besar secara bertahap dapat diwujudkan. (Daryanto, 2007).

Referensi

• Blog Dr. Arief Daryanto (2007), “CONTRACT FARMING SEBAGAI SUMBER

PERTUMBUHAN BARU DALAM BIDANG PETERNAKAN”,

Gambar

Tabel Kontribusi Agribisnis terhadap Ekonomi Nasional (1995, 1998, dan 2003)
Gambar Diagram Sistem Agribisnis

Referensi

Dokumen terkait

Hasil Rancangan Sistem Penunjang Keputusan pada model integrasi usaha sapi potong dan perkebunan kelapa sawit menunjukkan bahwa di tingkat peternak kompetensi inti yang

Kualitas lahan yang menerapkan Sistem Integrasi Sapi – Kelapa Sawit (SISK) lebih baik dibandingkan dengan lahan yang tidak menerapkan SISK (Non-SISK),

penulis dapat menyelesaikan laporan akhir yang berjudul “Pengolahan Limbah Cair Industri Minyak Kelapa Sawit Menjadi Biogas Menggunakan Digester.. Limas Terpancung

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui keragaan serta peningkatan efisiensi yang diperoleh dari penerapan Sistem Integrasi Sapi dalam Perkebunan Kelapa Sawit (SISKA), (2) untuk

Terbatasnya lahan sebagai sumber hijauan, maka pola pengembangan usaha kambing dapat dilakukan melalui pendekatan integrasi dengan sistem usaha perkebunan (kelapa sawit/karet)

Hal ini menunjukkan bahwa lembaga penjamin dan penanggung resiko kurang berperan dalam membantu petani terhadap pengembangan Sistem Integrasi Sapi dan Kelapa Sawit SISKA yang dilihat