53 Bab V
Kesimpulan
Berdasarkan uraian dan tinjauan secara mendalam tentang Rumah adat Sebagai Aksis
Mundinya orang Belu, khususnya bagi Kehidupan Suku Astalin dapat disimpulkan bahwa
hakikatnya Rumah Adat merupakan sebuah bangunan sakral yang menjadi simbol penyatuan
sebuah keluarga atau satu garis keturunan, rumah adat suku Astalin mengandung banyak mitos
yang membuat tempat tersebut tetap sakral walaupun hadir dizaman modern atau era teknologi.
Rumah adat suku Astalin tanpa disadari oleh suku Astalin telah menjadi tempat suci yang
diasimilasikan dengan Konsep Pusat atau simbolisme pusat, hal ini dikarenakan Rumah adat
tersebut menjadi titik pertemuan surga, neraka dan bumi. Rumah adat sebagai Axis Mundinya
orang Belu, suku Astalin, merupakan sebuah penggambaran berdasarkan konsep dan hasil
pengamatan yang mendalam melalui sejarah, cara pembangunan Rumah adat,
pantangan-pantangan, perawatan rumah adat, ritus/ritual, simbol, dan mitos.
Rumah adat juga merupakan pusat kehidupan yang memberikan pendidikan karakter
anggota suku secara tidak langsung, yaitu tentang sopan santun, tata krama dalam kehidupan
sosial, kekeluargaan dan nilai-nilai sosial lainya telah diatur dan diikat berdasarkan adat istiadat
yang ada. Secara khusus juga rumah adat sebagai pusat kehidupan anggota suku menghadirkan
pendidikan tentang spirtualitas yaitu berupa pemeliharaan kehidupan bersama dengan yang
transenden serta roh-roh para leluhur yang telah hidup di alam lain namun masih mempunyai
54 Kritik dan Saran
Pandangan kekristenan yang keliru dan salah tafsir terhadap Alkitab serta ajaran kekristenan
tentang pusat ritus membawa Kekristenan gagal dalam menggali nilai-nilai kebudayaan yang
mendalam dari sebuah Bangunan suci dan sakral selain Gereja. Hal ini terjadi di Nusa Tenggara
Timur, ketika sebuah pusat ritus seperti Rumah Adat yang telah menjadi bagian kehidupan
masyarakat di sana dianggap sebagai sebuah “kesalahan” dan menyimpang dari ajaran
kekristenan. Padahal dengan mengetahui makna dari Rumah adat dapat mengantar Kekristenan
dalam cara berteologi yang baru, sekaligus menjadi sebuah ajaran baru bagi gereja.
Saran Untuk Gereja
Gereja sebagai lembaga keagamaan harus lebih sensitif dalam melihat dimensi kebudayaan yang
ada di sekitar kehidupan bergereja, karena dengan sebuah kebudayaan seperti ini dapat
mengantar gereja untuk mendapatkan ajaran baru sebagai dorongan agar jemaat lebih melihat
gereja sebagai sebuah bangunan suci dan sakral serta menjadi simbol kehadiran surga bagi