• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Potensi Wilayah dan Strategi Pembangunan Kabupaten Dairi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Potensi Wilayah dan Strategi Pembangunan Kabupaten Dairi"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi

Pembangunan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi adalah dua hal yang berbeda namun tidak dapat dipisahkan. Pembangunan ekonomi dilaksanakan untuk memacu pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Dilaksanakannya pembangunan ekonomi untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, sehingga pertumbuhan ekonomi dapat menggambarkan geliat pembangunan di suatu negara. Geliat pembangunan bukan hanya pada sektor ekonomi, namun di seluruh aspek kehidupan.

Todaro (1998) mengatakan tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan ekonomi selain menciptakan pertumbuhan yang setinggi-tingginya, harus pula menghapus atau mengurangi tingkat kemiskinan, ketimpangan pendapatan, dan tingkat pengangguran. Kesempatan kerja bagi penduduk atau masyarakat akan memberikan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

(2)

Pembangunan telah berlangsung sejak dulu. Pada awalnya pembangunan hanya tertuju pada usaha untuk meningkatkan pendapatan negara (PDB). Paradigma ini terjadi pada tahun 1950 sampai awal tahun 1960-an. Negara-negara dunia ketiga sepakat untuk menjadikan peningkatan pendapatan sebagai target utama dari pembangunan, namun ternyata tidak ada peningkatan kualitas kehidupan dari masyarakatnya. Bahkan, selain terjadi peningkatan PDB, ternyata jumlah kemiskinan absolut juga meningkat, terjadi ketimpangan distribusi pendapatan dan pengangguran dimana-mana. Akibatnya, pada tahun 1970, paradigma pembangunan mengalami pergerseran definisi dari yang semula mengejar peningkatan pendapatan negara menjadi usaha-usaha untuk mengurangi kemiskinan, ketimpangan dan pengangguran.

(3)

Masalah-masalah ini lah yang harus diatasi pemerintah dengan meningkatkan kesejahteraan.

Salah satu indikator untuk melihat kesejahteraan masyarakat yaitu melalui tingkat pertumbuhan ekonominya. Pertumbuhan ekonomi juga merupakan salah satu target dalam proses pembangunan ekonomi. Bahkan pembangunan ekonomi suatu negara dapat dikatakan meningkat dengan hanya melihat pada pertumbuhan ekonominya. Jika pertumbuhan ekonomi meningkat pada setiap tahunnya, maka dapat dikatakan pembangunan ekonomi pun meningkat (Dhyatmika, 2013 dalam Nisa, 2014).

Pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauh mana aktivitas perekonomian akan menghasilkan pendapatan bagi masyarakat pada suatu periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi merupakan peningkatan output atas penambahan faktor produksi. Bahkan Kuznet (1959) dalam Nisa (2014) menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi bukanlah hanya terdapat peningkatan output pada suatu negara saja melainkan mampu menyediakan berbagai barang ekonomi untuk penduduknya dalam waktu yang cukup panjang.

Pertumbuhan ekonomi dapat dihitung dengan formula:

Pertumbuhan Ekonomi = �� �−�� �−�

�� �−�

x

Keterangan :

(4)

Dengan rumus diatas, dapat dihitung besarnya pertumbuhan ekonomi suatu negara maupun suatu daerah dengan membandingkan pendapatan tahun berjalan dengan pendapatan tahun sebelumnya.

2.1.2 Pembangunan Ekonomi Daerah

Ketika Republik Indonesia diproklamirkan sebagai republik yang merdeka pada 17 Agustus 1945, masalah kemelaratan sudah menjadi isu yang kuat untuk diberantas disamping isu kebodohan (rendahnya tingkat pendidikan, 96% rakyat buta huruf). Hal itu lah yang hingga kini juga masih menjadi isu nasional dengan sedikit berganti nama namun maknanya tetap yaitu menjadi isu kemiskinan. Masalah kemiskinan telah merambah menjadi masalah pengangguran, ketimpangan, dan masalah-masalah lainnya. Hal inilah yang akan diminimalisir lewat pembangunan.

Dewasa ini pembangunan dapat dilakukan secara makro maupun mikro. Pembangunan secara makro berarti pembangunan secara nasional yang merupakan akumulasi pembangunan di tiap daerah. Secara mikro, pembangunan lebih bersifat regional atau terdesentralisasi. Nyatanya, pembangunan secara makro membawa permasalahan ketimpangan di daerah-daerah. Banyak daerah yang kurang tersentuh, sementara terdapat daerah yang pembangunannya gencar. Hal inilah yang menyebabkan pentingnya pembangunan secara regional, karena akan lebih menyentuh masyarakat secara keseluruhan.

(5)

ekonomi daerah. Semua kegiatan pembangunan harus dirasakan oleh masyarakat, dan yang lebih penting, dirasakan membawa peningkatan kesejahteraan bagi masyarakat.

Kegiatan pembangunan daerah dapat dilakukan oleh pemerintah dan juga oleh swasta. Semua kegiatan pembangunan, baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun yang dilaksanakan masyarakat, merupakan investasi (Muljana, 1996). Sebagaimana kita ketahui, investasi setidaknya ada dua jenis, yaitu yang bersifat mengganti yang susut dan yang bersifat menambah kapasitas. Investasi yang kita perhitungkan dalam rangka pembangunan terutama adalah yang menambah kapasitas. Mengganti yang susut diperhitungkan dalam rangka pemeliharaan.

Karena sifatnya yang menambah kapasitas, maka pembangunan ekonomi daerah harus terlihat secara fisik maupun non fisik. Secara fisik, investasi tersebut terlihat dari semakin banyaknya bangunan-bangunan, jalan raya, hotel-hotel, transportasi yang baik, gedung-gedung sekolah yang memadai dan infrastruktur fisik lainnya terbangun. Secara non-fisik dapat dirasakan melalui peningkatan kualitas pendidikan dengan semakin rendahnya angka buta huruf, meningkatnya minat baca, semakin tinggi usia harapan hidup, semakin aman dan tentram daerah itu, akur masyarakatnya dan pembangunan non fisik lainnya. Semuanya ini merupakan wujud hadirnya pembangunan di daerah.

(6)

menjadi keunggulan daerah. Keunggulan daerah pada langkah awal ditujukan untuk memenuhi kebutuhan daerah dan selanjutnya dapat melakukan ekspor, memenuhi kebutuhan daerah lain. Permasalahan yang menjadi kebutuhuhan daerah dapat dipenuhi dengan melakukan impor dari daerah lain. Jadi pembangunan daerah merupakan interaksi dari semua daerah, agar masrayarakat lokal disejahterakan lebih dahulu, lalu dapat mensejahterakan masyarakat luar.

Jadi pembangunan ekonomi daerah harus diarahkan untuk melakukan investasi dalam rangka pemenuhan kebutuhan daerah terlebih dahulu. Setelahnya dilakukan investasi dalam rangka penciptaan nilai tambah yang dapat dimiliki daerah dari segala potensinya.

2.1.3 Analisis Perencanaan Pembangunan Wilayah

Proses perencanaan dapat diartikan sebagai rangkaian kegiatan perencanaan yang diawali dengan pemilihan tujuan sosial dan target-target ekonomi dari pemerintah, yang disusul dengan perumusan suatu kerangka kerja bagi kegiatan-kegiatan implementasi, koordinasi, dan pemantauan hasil-hasilnya (Todaro, 1998).

(7)

Ketiadaan perencanaan yang sering kali menyebabkan pembangunan menjadi tidak tepat sasaran. Hal ini dikarenakan dalam setiap kebijakan yang diambil tanpa perencanaan itu tidak ada kajian yang dalam. Menurut Adisasmita (2013) fungsi utama dari pemerintah di bidang perekonomian ada tiga, yaitu (1) penentuan kebijakan stabilisasi makro ekonomi (prinsip kemantapan). Pemerintah dalam fungsi ini berperan untuk menjaga variabel-variabel makro ekonomi tetap terkendali. (2) Mempengaruhi alokasi sumber daya untuk memperbaiki efisiensi ekonomi (prinsip keseimbangan). Fungsi ini menuntut pemerintah menggali secara menyeluruh sumber daya daerah yang ada dan menggunakannya untuk mengembangkan daerah. Bisa jadi sumberdaya di satu daerah berbeda dengan daerah lainnya, namun bukan berarti daerah yang lebih sedikit sumber dayanya tidak diperhatikan. Pemerintah harus tetap membangun seluruh daerah. (3) Penciptaan program yang dapat mempengaruhi distribusi pendapatan (prinsip keadilan). Dengan fungsi ini, maka pemerintah harus menciptakan program yang mampu memperkecil ketimpangan pendapatan masyarakat. Fungsi ini dinilai tidak berjalan baik jika ada masyarakat yang sangat kaya, namun di saat yang bersamaan, terdapat juga masyarakat yang sangat miskin.

(8)

menggunakan teori basis sektor, teori pusat pertumbuhan, teori gravitasi dan strategi SWOT.

2.1.3.1 Teori Basis Sektor

Kegiatan ekonomi dikelompokkan menjadi kegiatan basis dan kegiatan bukan basis ekonomi dari suatu daerah. Kegiatan basis lah yang dapat mendorong secara signifikan peningkatan ekonomi daerah. Analisis basis dan bukan basis didasarkan atas nilai tambah yang dihasilkan oleh suatu sektor perekonomian. Setiap daerah pasti memiliki basis perekonomiannya. Karena itu diperlukan analisis yang tepat mengenai apa yang menjadi basis perekonomian daerah.

Basis perekonomian ditentukan dari besarnya pengaruh ekspor daerah dari suatu sektor terhadap peningkatan pendapatan daerah dan pertumbuhan ekonomi. Ekspor yang dimaksud yaitu menjual atau menyalurkan produksi daerah ke daerah lain ataupun ke luar negeri. Suatu sektor dapat menjadi basis di suatu daerah tergantung pada bagaimana pengaruhnya mempengaruhi ekonomi daerah. Besarnya kemampuan pengaruh ini ditentukan oleh banyaknya kegiatan ekonomi yang menghasilkan nilai tambah di sektor tersebut.

(9)

permintaan sektor-sektor yang tergolong serice (nonbasis) ini sangat tergantung terhadap besanya pendapatan masyarakat setempat. Oleh karena itu, kenaikan permintaan sektor ini sejalan apabila terjadi peningkatan pendapatan masyarakat lokal. Dengan kondisi itu, maka dapat dikatakan bahwa sektor-sektor yang tergolong non basis sangat terikat terhadap kondisi ekonomi setempat dan tidak bisa berkembang melebihi pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut. Berarti, hanya sektor basis yang mampu memiliki peningkatan melebihi peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah karena sektor basis melakukan ekspor ke daerah atau negara lain. Sektor basis tidak lagi terikat pada perekonomian daerah, tapi telah mampu mandiri memenuhi kebutuhan daerah dan disaat yang sama, membantu memenuhi kebutuhan daerah lain.

2.1.3.2 Teori Pusat Pertumbuhan

(10)

Pandangan ini juga yang disetujui dan didukung oleh Hirschman (1958) dalam Tarigan (2005). Ia berpendapat selalu ada daerah yang bertumbuh sangat cepat dan ada pula daerah yang bertumbuh sangat lambat. Hal ini terjadi karena dalam pembangunan terdapat efek rembesan (trickle down effect) dan efek konsentrasi (polarization effect) yang berbeda antar daerah. Karena itu Friedman dan Alonso dalam Syafrijal (2008) mengemukakan bahwa pengambilan keputusan mengenai dimana sebaiknya kegiatan ekonomi tersebut berlokasi merupakan keputusan investasi yang sangat penting. Pemikiran ini dielaborasi lebih lanjut oleh Hansen (1967) dalam Syafrizal (2008) untuk mengetahui lebih konkrit tentang struktur ekonomi yang terdapat dalam sebuah pusat pertumbuhan.

Daerah-daerah yang menjadi pusat pertumbuhan dapat dilihat dari adanya sekelompok kegiatan ekonomi yang terkonsentrasi pada daerah tersebut. Ini berarti bahwa pada daerah tersebut bukan terdapat satu kegiatan ekonomi saja, namun beberapa kegiatan ekonomi yang terkonsentrasi ada di dalam daerah itu. Biasanya pusat pertumbuhan ini berlokasi di perkotaan. Selain itu pusat petumbuhan dapat pula di daerah tertentu lainnya yang mempunyai potensi ekonomi spesifik seperti daerah perkebunan, daerah pariwisata, daerah pertambangan, atau yang lainnya.

(11)

dan kemudahan-kemudahan lainnya, yang menimbulkan keuntungan-keuntungan bagi daerah.

2.1.3.3 Teori Gravitasi

Model Gravitasi ini diilhami dari Hukum Gravitasi Newton yang dicetuskan oleh Sir Isaac Newton. Hukum Gravitasi Newton berbunyi “Dua massa yang

berdekatan akan saling tarik menarik.” Gultom (2013) menyatakan penerapan

analisis Gravitasi bermanfaat dalam bidang analisis perencanaan wilayah dengan anggapan dasar bahwa faktor aglomerasi penduduk, pemusatan kegiatan atau potensi sumber daya alam yang dimiliki, mempunyai daya tarik yang dapat dianalogikan sebagai daya tarik menarik antara dua kutub magnet.

Analisis gravitasi digunakan untuk mengukur kekuatan interaksi keruangan antara dua wilayah atau lebih. Dengan analisis gravitasi, dapat diketahui bahwa kekuatan interaksi antara dua wilayah yang berbeda dapat diukur dengan memperhatikan jumlah penduduk dan jarak antara kedua wilayah tersebut. Model gravitasi menurut Tarigan (2005) adalah model yang sering digunakan untuk melihat kaitan potensi suatu lokasi dan besarnya wilayah pengaruh dari potensi tersebut.

(12)

Model Gravitasi secara tidak langsung menunjukkan bahwa tidak ada daerah yang mampu hidup mandiri sendiri. Kekuatan interaksi yang diukur menunjukkan sejauh mana satu daerah membutuhkan daerah lainnya untuk saling membantu memenuhi kebutuhan daerahnya. Karena setiap daerah saling membutuhkan dengan daerah lainnya akibatnya terjalin interaksi ekonomi. Tidak semua daerah memiliki kekuatan interaksi yang sama. Bahkan setiap daerah berbeda kekuatan interaksinya dengan daerah lain. Kuatnya interaksi antara satu daerah tertentu dengan daerah lainnya juga menunjukkan kuatnya penawaran dan permintaan antar kedua daerah tersebut.

2.1.3.4 Analisis SWOT

SWOT merupakan singkatan dari kata-kata Strengths, Weaknesses,

Opportunities, dan Threats. Tujuan analisis adalah untuk melakukan identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi kebijakan. Analisis ini didasarkan pada logika untuk memaksimalkan kekuatan (strenghts) dan peluang (opportunity). Strategi ini disaat yang sama meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats).

Analisis SWOT digunakan dengan matrik SWOT. Matrik SWOT merupakan alat pencocokan yang bertujuan membantu pembuat kebijakan mengembangkan empat tipe strategi, yaitu:

(13)

2. Strategi WO (Weakness-Opportunity). Strategi ini dilaksanakan dengan memanfaatkan semua peluang yang ada dengan meminimalkan kelemahan yang ada.

3. Strategi ST (Strenghts-Threats). Strategi ini menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi dampak ancaman yang ada

4. Strategi WT (Weakness-Threats). Strategi ini merupakan taktik defensif yang diarahkan untuk meminimalkan kelemahan yang ada dan menghindari ancaman eksternal.

2.2 Penelitian Terdahulu

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menjadikan beberapa penelitian terdahulu sebagai bahan referensi. Penelitian-penelitian tersebut yaitu:

Penelitian yang dilakukan Rudatin (2003) yang berjudul “Analisis Sektor

(14)

sektor pertambangan dan penggalian yang tidak mempunyai keunggulan kompetitif namun hanya sektor pertanian dan perdagangan, hotel dan restoran saja yang mempunyai spesialisasi. Walaupun sektor industri tidak mempunyai spesialisasi namun sektor ini memberikan kontribusi paling banyak. Dari hasil analisis Location Quotion, Shift-Share dan tipologi daerah dapat ditentukan sektor-sektor yang dapat diunggulkan di masing-masing daerah. Pemilihan prioritas sektor basis sebagai salah satu dasar pegembangan pembangunan yang akan dilaksanakan, baik untuk tingkat Jawa Tengah maupun untuk setiap kabupaten.

Penelitian yang dilakukan oleh Mangun (2007) yang berjudul “Analisis

Potensi Ekonomi Kabupaten dan Kota di Propinsi Sulawesi Tengah”. Studi ini

(15)

Kota Palu sekaligus sebagai kota yang paling banyak memiliki sektor basis (delapan sektor basis). Tidak terdapat sektor yang mempunyai keunggulan kompetitif di semua kabupaten/kota di Propinsi Sulawesi Tengah, tetapi memiliki spesialisasi. Sektor listrik, gas, air bersih dan sektor perdagangan, hotel, restoran dan sektor jasa-jasa mempunyai spesialisasi di enam kabupaten/kota. Sektor industri pengolahan, pengangkutan, komunikasi dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan di lima kabupaten/kota. Sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian di empat kabupaten/kota. Dari hasil analisis

Location Quotion, Shift-Share, tipologi daerah dan pertumbuhan sektoral, dapat ditentukan kabupaten/kota yang menjadi prioritas pengembangan sektor-sektor unggulan yang dimiliki. Kabupaten Tojo Una-Una mempunyai pri-oritas pertama untuk pengembangan wilayah semua sektor basis yang dimilikinya.

(16)

ditetapkan di Kabupaten Samosir antara lain Wilayah Pembangunan I (WP I) yang meliputi Kecamatan Pangururan, Kecamatan Sianjurmulamula, Kecamatan Harian dan Kecamatan Ronggurnihuta, Wilayah Pembangunan II (WP II) yang meliputi Kecamatan Simanindo, Wilayah Pembangunan III (WP III) yang meliputi Kecamatan Nainggolan, Kecamatan Palipi, Kecamatan Onanrunggu dan dan Kecamatan Sitiotio.

Penelitian Nisa (2014) yang berjudul “Analisis Potensi dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Lebak Provinsi Banten”. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengidentifikasi sektor basis yang ada di Kabupaten Lebak dengan menggunakan alat analisis Location Quotient (LQ) kemudian mengidentifikasi sektor potensial yang memiliki keunggulan kompetitif dan spesialisasi dengan menggunakan alat analisis Shift Share dan Model Rasio Pertumbuhan (MRP).

(17)

sektor yang dominan atau mempunyai keunggulan kompetitif dan spesialisasi yaitu sektor pengangkutan dan komunikasi. Hasil analisis metode gravitasi yaitu rata-rata interaksi yang paling kuat dengan Kabupaten Tangerang kemudian Kabupaten Serang, Kabupaten Pandeglang, Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan, Kota Serang serta interaksi terlemah yaitu dengan Kota Cilegon.

Penelitian yang berjudul “Analisis Sektor Potensial Pengembangan Wilayah

Guna Mendorong Pembangunan Daerah Kabupaten Pacitan” yang disusun oleh

Umami (2014). Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis sektor basis pada Kabupaten Pacitan, menganalisis komoditas-komoditas unggulan apa saja yang terdapat pada masing-masing kecamatan, serta melakukan pemetaan potensi ekonomi yang ada di Kabupaten Pacitan. Penelitian ini menggunakan Analisis Deskriptif, Analisis Loqation Quotient (LQ), Metode Langsung Dan Tidak Langsung (Campuran). Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa masing-masing kecamatan di Kabupaten Pacitan menyimpan potensi-potensi wilayah yang dapat dijadikan sebagai sektor basis.

2.3 Kerangka Pemikiran

(18)

Potensi yang dimiliki tiap daerah tentu beragam. Hal inilah yang diteliti pada seluruh sektor perekonomian. Salah satu tahapan perencanaan Kabupaten Dairi adalah untuk mengetahui sektor mana yang sebenarnya menjadi basis perekonomian Kabupaten Dairi. Sektor basis menjadi faktor yang menjelaskan perkembangan dan pertumbuhan wilayah. Ide pokoknya adalah beberapa aktivitas ekonomi di dalam suatu wilayah yang merupakan aktivitas-aktivitas basis ekonomi, yaitu dalam arti pertumbuhannya memimpin dan menentukan perkembangan wilayah secara keseluruhan (Hoover 1977 dalam Mangun, 2007).

Suatu daerah tumbuh atau menurun tingkat perkembangannya ditentukan oleh aktivitas basisnya sebagai pengekspor terhadap daerah-daerah lain (Sirojuzilam, 2005). Oleh karena itu untuk merencanakan pembangunan Kabupaten Dairi, terlebih dahulu harus diketahui apa yang menjadi sektor basis yang mampu melakukan ekspor ke daerah lain.

(19)

menyebabkan berbagai macam usaha tertarik untuk berlokasi disitu dan masyarakat senang datang dan memanfaatkan fasilitas yang ada di kota tersebut, walaupun kemungkinan tidak ada interaksi diantara usaha-usaha tersebut.

Untuk merencanakan pembangunan Kabupaten Dairi dibutuhkan pengetahuan yang jelas mengenai kecamatan mana saja yang cocok dijadikan pusat pertumbuhan. Hal ini perlu agar kecamatan yang dijadikan pusat pertumbuhan dapat menstimulasi kecamatan di sekitarnya untuk dapat bertumbuh bersama sehingga akumulasinya meningkatkan pembangunan yang menyeluruh di Kabupaten Dairi. Untuk memantapkan perencanaan pembangunan Kabupaten Dairi, juga perlu ditapkan pusat pelayanan yang dianalisis dengan menggunakan metode analisis skalogram yang memberikan gambaran pertumbuhan suatu daerah berdasarkan tingkat fasilitas pelayanan yang tersedia di suatu daerah. Potensi ekonomi dianalisis dengan menggunakan analisis LQ dan Shift-Share serta metode campuran. Kekuatan interaksi dianalisis dengan menggunakan metode gravitasi.

(20)

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual.

Referensi

Dokumen terkait

Pondok Modern Darussalam Gontor ini, sebagaimana lazimnya pesantren, menjadikan aqidah dan syari’ah sebagai elemen kunci dalam praktik kegiatan pendidikan dan pengajaran

Subbagian Tata Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal. 102 huruf b mempunyai tugas

Subbagian Tata Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 huruf c mempunyai tugas melakukan urusan perencanaan, keuangan, akademik, kemahasiswaan, alumni,

Nilai ekspor Sumatera Barat yang seluruhnya berasal dari komoditi nonmigas pada bulan Desember 2016 senilai US$194,7 juta atau naik sebesar 18,63 persen dibandingkan dengan

Situs lain yang mengirimkan bantahan balik kepada Firanda Andirja salah satunya www.nu.or.id , Syafik Hasyim selaku penulis artikel menyebutkan bahwa Firanda Andirja telah

Petugas UPT yang pada saat Peraturan ini ditetapkan tidak memiliki sertifikat kompetensi pembuatan gas tetap dapat melakukan pembuatan gas dan wajib menyesuaikan

Kehamilan sering mengalami perubahan baik fisik maupun psikologis yang menimbulkan berbagai keluhan bagi ibu hamil diantaranya adalah mual, muntah pada awal kehamilan, kontipasi,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden ibu – ibu melakukan perilaku vulva hygiene di dusun Mulekan II Tirtosari Kretek Bantul dengan perilaku