Peran Konteks dalam Pengajaran Bahasa
Dilihat dari Sudut Pandang Pembelajar
Peran Konteks dalam Pengajaran Bahasa
Dilihat dari Sudut Pandang Kemampuan
Pebelajar
Peran Konteks dalam Pengajaran Bahasa
Dilihat dari Sudut Pandang Sosial
Pertimbangan kontekstual dalam
pengajaran bahasa dengan
menempatkan variabel usia pembelajar.
Melihat sasaran kepada pembelajar
berdasarkan usianya.
Terbagi menjadi tiga, yaitu pengajaran
Latihan yang diberikan pada anak-anak
cukup baik dengan upaya kognitif dan
afektif. (anak-anak lebih spontan)
Tidak begitu luas mempelajari kosakata.
Anak usia enam sampai dua belas tahun
Orang dewasa lebih mampu menangani
aturan-aturan dan konsep-konsep abstrak.
Orang dewasa memiliki rentang perhatian
yang lebih tinggi meskipun saat mereka
menghadapi hal yang secara intrinsik tidak
mereka sukai.
Input sensorik pada orang dewasa tidak harus
selalu beragam.
Orang dewasa sering kali membawa
self-esteem
global ke dalam ruang kelas.
Orang dewasa lebih mampu memahami
Orang dewasa memiliki intelegensi serta
kematangan kognitif dan emosional.
Jangan memperlakukan orang dewasa di
kelas seperti anak-anak.
Berilah kesempatan pada siswa kita untuk
memilih apa yang ingin mereka lakukan di
luar dan di dalam kelas (
cooperative
learning
).
Jangan mendisiplinkan orang dewasa
Kapasitas intelektual diperkaya juga
dengan kemampuan berpikir operasional.
Rentang perhatian semakin bertambah
sebagai akibat dari kematangan intelektual.
Variasi input sensorik masih penting.
Faktor-faktor seperti ego, citra diri, dan
self-esteem
, berada di puncak.
Mengubah keanekaragaman
keadaan dari
Diklasifikasikan menjadi tiga tingkat
pengajaran pada pebelajar yakni
Pengajaran Tingkat Pemula
Pengajaran pada Tingkat Menengah
Pembelajaran masih sedikit dan tidak berasal
dari bahasa target yang akan dipelajari.
Guru sebagai KUNCI.
10 Faktor yang diperhatikan pengajar
1.
Pengajar melakukan bentuk pengajaran
dengan pengulangan kata, frasa, maupun
kalimat dan pengajar dapat menggunakan
masa tersebut untuk mempraktikan bahasa
agar pembelajaran bahasa menjadi bermakna.
2.
Guru menjadi pusat belajar dalam
pembelajaran.
3.
Pengajar memberikan tempo yang tidak
4. Pengajar harus mengekspos bahasa yang digunakan sesuai dengan prinsip-prinsip bahasa yang
menjadikan bahasa itu otentik dan belum dikelola. 5. Kefasihan dan ketepatan tidak harus berbentuk
ucapan panjang.
6. Mampu memahami dan memproduksinya dalam situasi apapun.
7. Teknik yang digunakan harus sederhana.
8. Mendengarkan dan berbicara merupakan tugas atau latihan komunikasi yang bermakna dan otentik.
9. Membaca dan menulis diarahkan pada penulisan yang terbatas dan singkat.
Sudah memiliki kemampuan untuk mempertahankan
komunikasi dasar dan melatih kefasihan dengan
menghadapi beberapa situasi tanpa latihan dan bisa mengoreksi diri serta penggunaan strategi
komunikasi yang digunakan dalam “bergaul” dengan menggunakan bahasa target.
10 Faktor yang diperhatikan pengajar
1. Proses pengolahan bahasa otomatis telah mengakar dan meningkat mulai dari kata, frasa, kalimat,
struktur, dan aturan percakapan telah dipraktikan. 2. Pengajar tidak lagi menjadi satu-satunya sumber
belajar pebelajar.
4. Kecenderungan pebelajar mengenai kebenaran gramatikalnya.
5. Pebelajar sering terlalu khawatir tentang akurasi penggunaan bahasa target.
6. Kreativitas siswa akan memicu adanya kesalahan antar bahasa.
7. Teknik pengajaran yang lebih kompleks, teknik interaktif.
8. Pebelajar sudah diajarkan untuk berpartisipasi
dalam percakapan singkat, melakukan tanya jawab, mencari cara alternatif untuk menyampaikan makna atau informasi, mengumpulkan informasi dari lawan bicara, dan lain sebagainya.
9. Keterampilan skimming dan scanning sudah diterapkan.
Sudah mengembangkan kemampuan bersama
dengan tingkat akurasi yang lebih besar,
mampu menangani hampir semua situasi di
mana penggunaan bahasa target harus dituntut
sehingga pebelajar semakin berkembang dan
maju.
Tingkat ‘superior’, dan sebanding dengan
tingkat
native-speaker
.
10 Faktor yang diperhatikan pengajar.
1. Pebelajar dapat menyampaikan produk olahan
bahasa mereka secara penuh, pengolahan
bahasa juga sudah lebih ke arah otomatis, dan
mendapatkan kepercayaan diri untuk
4. Semua literatur percakapan menjadi hal yang sah
hampir tidak ada kesalahan dalam pengolahan bahasa. 5. Pebelajar telah melampaui tahap yang tidak
mengkhawatirkan lagi setiap kata atau struktur katanya.
6. Sudah dapat menerapkan materi kelas untuk konteks nyata di luar.
7. Kompetensi sosiolinguistik dan pragmatik sudah dapat dimanfaatkan.
8. Siswa lebih berhati-hati pada situasi sosiolinguistik bahasa.
9. Belajar lagi tentang banyak hal seperti membaca kritis, peran schemata dalam menafsirkan teks tertulis, dan menulis dokumen yang berhubungan dengan profesi seseorang (ranah pekerjaan).
Isu sosial politik yang ada di dalam
bahasa:
kebenaran dan kesesuaian
perkenalan dan gaya
variasi cara berbicara yang diterima
dalam sebuah komunitas
standar regional dan nasional bahasa
kebijakan bahasa nasional
Peran konteks dalam pembelajaran
bahasa dapat dilihat dari sudut pandang
pembelajaran hingga mengklasifikasikan
pengajaran menjadi tiga yaitu
pengajaran pada anak-anak, pengajaran
pada orang dewasa, dan pengajaran
pada anak remaja. Selain itu peran
konteks dalam pengajaran bahasa juga
dapat dilihat dari sudut pandang