• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN KONTEKS DALAM PENGAJARAN BAHASA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERAN KONTEKS DALAM PENGAJARAN BAHASA"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Peran Konteks dalam Pengajaran Bahasa

Dilihat dari Sudut Pandang Pembelajar

Peran Konteks dalam Pengajaran Bahasa

Dilihat dari Sudut Pandang Kemampuan

Pebelajar

Peran Konteks dalam Pengajaran Bahasa

Dilihat dari Sudut Pandang Sosial

(3)

Pertimbangan kontekstual dalam

pengajaran bahasa dengan

menempatkan variabel usia pembelajar.

Melihat sasaran kepada pembelajar

berdasarkan usianya.

Terbagi menjadi tiga, yaitu pengajaran

(4)

Latihan yang diberikan pada anak-anak

cukup baik dengan upaya kognitif dan

afektif. (anak-anak lebih spontan)

Tidak begitu luas mempelajari kosakata.

Anak usia enam sampai dua belas tahun

(5)

Orang dewasa lebih mampu menangani

aturan-aturan dan konsep-konsep abstrak.

Orang dewasa memiliki rentang perhatian

yang lebih tinggi meskipun saat mereka

menghadapi hal yang secara intrinsik tidak

mereka sukai.

Input sensorik pada orang dewasa tidak harus

selalu beragam.

Orang dewasa sering kali membawa

self-esteem

global ke dalam ruang kelas.

Orang dewasa lebih mampu memahami

(6)

Orang dewasa memiliki intelegensi serta

kematangan kognitif dan emosional.

Jangan memperlakukan orang dewasa di

kelas seperti anak-anak.

Berilah kesempatan pada siswa kita untuk

memilih apa yang ingin mereka lakukan di

luar dan di dalam kelas (

cooperative

learning

).

Jangan mendisiplinkan orang dewasa

(7)

Kapasitas intelektual diperkaya juga

dengan kemampuan berpikir operasional.

Rentang perhatian semakin bertambah

sebagai akibat dari kematangan intelektual.

Variasi input sensorik masih penting.

Faktor-faktor seperti ego, citra diri, dan

self-esteem

, berada di puncak.

Mengubah keanekaragaman

keadaan dari

(8)

Diklasifikasikan menjadi tiga tingkat

pengajaran pada pebelajar yakni

Pengajaran Tingkat Pemula

Pengajaran pada Tingkat Menengah

(9)

Pembelajaran masih sedikit dan tidak berasal

dari bahasa target yang akan dipelajari.

Guru sebagai KUNCI.

10 Faktor yang diperhatikan pengajar

1.

Pengajar melakukan bentuk pengajaran

dengan pengulangan kata, frasa, maupun

kalimat dan pengajar dapat menggunakan

masa tersebut untuk mempraktikan bahasa

agar pembelajaran bahasa menjadi bermakna.

2.

Guru menjadi pusat belajar dalam

pembelajaran.

3.

Pengajar memberikan tempo yang tidak

(10)

4. Pengajar harus mengekspos bahasa yang digunakan sesuai dengan prinsip-prinsip bahasa yang

menjadikan bahasa itu otentik dan belum dikelola. 5. Kefasihan dan ketepatan tidak harus berbentuk

ucapan panjang.

6. Mampu memahami dan memproduksinya dalam situasi apapun.

7. Teknik yang digunakan harus sederhana.

8. Mendengarkan dan berbicara merupakan tugas atau latihan komunikasi yang bermakna dan otentik.

9. Membaca dan menulis diarahkan pada penulisan yang terbatas dan singkat.

(11)

 Sudah memiliki kemampuan untuk mempertahankan

komunikasi dasar dan melatih kefasihan dengan

menghadapi beberapa situasi tanpa latihan dan bisa mengoreksi diri serta penggunaan strategi

komunikasi yang digunakan dalam “bergaul” dengan menggunakan bahasa target.

 10 Faktor yang diperhatikan pengajar

1. Proses pengolahan bahasa otomatis telah mengakar dan meningkat mulai dari kata, frasa, kalimat,

struktur, dan aturan percakapan telah dipraktikan. 2. Pengajar tidak lagi menjadi satu-satunya sumber

belajar pebelajar.

(12)

4. Kecenderungan pebelajar mengenai kebenaran gramatikalnya.

5. Pebelajar sering terlalu khawatir tentang akurasi penggunaan bahasa target.

6. Kreativitas siswa akan memicu adanya kesalahan antar bahasa.

7. Teknik pengajaran yang lebih kompleks, teknik interaktif.

8. Pebelajar sudah diajarkan untuk berpartisipasi

dalam percakapan singkat, melakukan tanya jawab, mencari cara alternatif untuk menyampaikan makna atau informasi, mengumpulkan informasi dari lawan bicara, dan lain sebagainya.

9. Keterampilan skimming dan scanning sudah diterapkan.

(13)

Sudah mengembangkan kemampuan bersama

dengan tingkat akurasi yang lebih besar,

mampu menangani hampir semua situasi di

mana penggunaan bahasa target harus dituntut

sehingga pebelajar semakin berkembang dan

maju.

Tingkat ‘superior’, dan sebanding dengan

tingkat

native-speaker

.

10 Faktor yang diperhatikan pengajar.

1. Pebelajar dapat menyampaikan produk olahan

bahasa mereka secara penuh, pengolahan

bahasa juga sudah lebih ke arah otomatis, dan

mendapatkan kepercayaan diri untuk

(14)

4. Semua literatur percakapan menjadi hal yang sah

hampir tidak ada kesalahan dalam pengolahan bahasa. 5. Pebelajar telah melampaui tahap yang tidak

mengkhawatirkan lagi setiap kata atau struktur katanya.

6. Sudah dapat menerapkan materi kelas untuk konteks nyata di luar.

7. Kompetensi sosiolinguistik dan pragmatik sudah dapat dimanfaatkan.

8. Siswa lebih berhati-hati pada situasi sosiolinguistik bahasa.

9. Belajar lagi tentang banyak hal seperti membaca kritis, peran schemata dalam menafsirkan teks tertulis, dan menulis dokumen yang berhubungan dengan profesi seseorang (ranah pekerjaan).

(15)

Isu sosial politik yang ada di dalam

bahasa:

kebenaran dan kesesuaian

perkenalan dan gaya

variasi cara berbicara yang diterima

dalam sebuah komunitas

standar regional dan nasional bahasa

kebijakan bahasa nasional

(16)

Peran konteks dalam pembelajaran

bahasa dapat dilihat dari sudut pandang

pembelajaran hingga mengklasifikasikan

pengajaran menjadi tiga yaitu

pengajaran pada anak-anak, pengajaran

pada orang dewasa, dan pengajaran

pada anak remaja. Selain itu peran

konteks dalam pengajaran bahasa juga

dapat dilihat dari sudut pandang

Referensi

Dokumen terkait

Pengantar karya Tugas Akhir ini berjudul ”Perancangan Destination Branding Pantai Pancer Melalui Media Komunikasi Visual Di Kabupaten

Dari hasil perhitungan Importance Peformance Analisys (IPA) di dapat hasil bahwa item yang masuk dalam kuadran satu adalah aroma dan harga dimana item-item ini harus

Biji kopi hijau yang mengalami proses penyangraian pada suhu 210 o C pH-nya meningkat dari 5,7 – 5,9 menjadi 6,7 pada biji kopi hijau yang belum disangrai, sehingga pada

Berdasarkan hasil penelitian, kelembapan udara tertinggi terdapat pada ruangan ASP-B sebesar 68 % hal ini disebabkan karena suhu pada ruangan tersebut agak rendah

Dari data prapenelitian melalui wawancara bersama mashasiswa yang menjadi kepengurusan SEMA diatas, penulis meyimpulkan bahwa dalam proses pengembangan kemampuan mahasiswa dibutuhkan

Dari analisa statistik antara perlakuan supplement media MS dan kepadatan media tidak ada interaksi , tetapi antara perlakuan berbeda nyata .Pengamatan secara visual terlihat

Konsekuensi dari norma yang diatur di dalam Pasal 1 angka 7 UU Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, jika fakta atau informasi penting dan relevan mengenai peristiwa

menunjukkan tidak adanya hubungan yang bermakna antara suhu udara dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan Wonokusumo.. Rata-rata suhu optimum untuk