• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA TERHADAP PERKEMBANGAN ISLAM DI DUSUN MARGOSARI DESA NGADIROJO KECAMATAN AMPEL SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA TERHADAP PERKEMBANGAN ISLAM DI DUSUN MARGOSARI DESA NGADIROJO KECAMATAN AMPEL SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH TOLERANSI ANTAR UMAT

BERAGAMA TERHADAP PERKEMBANGAN ISLAM

DI DUSUN MARGOSARI DESA NGADIROJO

KECAMATAN AMPEL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh

ARIEF YULIYANTO

NIM 11110037

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

(2)
(3)

PENGARUH TOLERANSI ANTAR UMAT

BERAGAMA TERHADAP PERKEMBANGAN ISLAM

DI DUSUN MARGOSARI DESA NGADIROJO

KECAMATAN AMPEL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh

ARIEF YULIYANTO

NIM 11110037

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

(4)

KEMENTERIAN AGAMA RI

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

Jl. Tentara Pelajar 02 Telp. 323706 Fax.323433 Kode Pos. 50721 Salatiga http//www.salatiga.ac.id e-mail:akademik@stainsalatiga.ac.id PERSETUJUAN PEMBIMBING

Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi Saudara:

Nama : Arief Yuliyanto

NIM : 11110037

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Judul : PENGARUH TOLERANSI ANTAR UMAT

BERAGAMA TERHADAP PERKEMBANGAN

ISLAM DI DUSUN MARGOSARI DESA

NGADIROJO KECAMATAN AMPEL

telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.

Salatiga, 14 Maret 2015

Pembimbing

Mufiq, S.Ag., M.Phil.

(5)

SKRIPSI

TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERKEMBANGAN ISLAM DI DUSUN MARGOSARI DESA

NGADIROJOKECAMATAN AMPEL

DISUSUN OLEH

ARIEF YULIYANTO

NIM: 111 10 037

Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 6 April 2015 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam

Susunan Panitia Penguji

Ketua Penguji : Fatchurrohman, S.Ag., M.Pd.

Sekretaris Penguji : Mufiq, S.Ag., M.Phil.

Penguji I : Siti Rukhayati, M.Ag.

Penguji II : Muna Erawati, S.Psi., M.Si.

Salatiga, 06 April 2015

Dekan

FTIK IAIN Salatiga

Suwardi, M.Pd.

(6)

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Arief Yuliyanto

NIM : 11110037

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya

saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan

orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode

etik ilmiah.

Salatiga, 14 Maret 2015

Yang menyatakan,

(7)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Barangsiapa yang bersungguh-sungguh, maka sesungguhnya kesungguhannya

(8)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk kedua orang tuaku yang tercinta, keluargaku,

(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Illahi Robbi yang telah

memberikan taufik, hidayah dan pertolongan-Nya kepada penulis, sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam penulis curahkan

kepada Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan para

pengikutnya.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis mendapat bantuan dan bimbingan

dari semua pihak. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada

yang terhormat :

1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan IAIN Salatiga.

3. Bapak Mufiq, S.Ag., M.Phil. selaku dosen pembimbing.

4. Bapak Haryoko selaku Kepala Desa Ngadirojo yang telah mengijinkan

untuk mengadakan penelitian di dusun Margosari.

5. Kedua orang tua yang telah memberikan materi untuk menyelesaikan

skripsi ini.

6. Teman-teman yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Allah SWT membalas amal kebaikan yang telah diperbuat

Bapak/Ibu/ saudara/saudari. Amiin.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, kritik dan

saran sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangsih

terhadap kemajuan civitas akademika IAIN Salatiga.

Salatiga, 14 Maret 2015 Penulis

(10)

ABSTRAK

Yuliyanto, Arief. 2015. Pengaruh Toleransi Antar Umat Beragama Terhadap Perkembangan Islam di Dusun Margosari Desa Ngadirojo Kecamatan Ampel. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Mufiq, S.Ag., M.Phil.

Kata kunci: Toleransi dan perkembangan.

Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui toleransi antar umat beragama dan juga perkembangan Islam di Dusun Margosari Desa Ngadirojo Kecamatan Ampel. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) Bagaimana toleransi antar umat beragama di Dusun Margosari Desa Ngadirojo Kecamatan Ampel?, (2) Bagaimana perkembangan Islam di Dusun Margosari Desa Ngadirojo Kecamatan Ampel?, dan (3) Apakah terdapat pengaruh antara toleransi antar umat beragama terhadap perkembangan Islam di Dusun Margosari Desa Ngadirojo Kecamatan Ampel?. Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif.

Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa toleransi di Dusun Margosari pada kategori yang tinggi, yaitu 70% dan ada 28 responden dari 40 responden yang diteliti. Artinya bahwa masyarakat di dusun Margosari meskipun warganya mempunyai kepercayaan yang berbeda namun mereka sangat menjunjung tinggi kerukunan antar warganya, saling menghormati satu sama lain, saling tolong menolong, dan dapat bergaul dengan baik.

Perkembangan Islam di Dusun Margosari pada kategori yang tinggi, yaitu 50% dan ada 20 responden dari 40 responden yang diteliti. Dan juga dengan adanya berbagai macam kegiatan-kegiatan yang bersifat keagamaan yang sudah berjalan sejak dulu. Seperti kegiatan Tahlilan, pengajian tingkat kelurahan, Yasinan, dan lain sebagainya. Kegiatan-kegiatan tersebut menjadi cerminan mengenai keadaan Islam di dusun Margosari.

Berdasarkan analisis dari data yang diperoleh di lapangan, menunjukkan bahwa Rxy hitung sebesar 0,48949 > 0,312. Rxy tabel sebesar 0,312 artinya bahwa ada pengaruh yang signifikan antara toleransi antar umat beragama dengan perkembangan Islam di Dusun Margosari Desa Ngadirojo Kecamatan Ampel.

(11)

HALAMAN JUDUL...i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...ii

HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN...iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN...iv

ABSTRAK...v

KATA PENGANTAR...vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN...vii

DAFTAR ISI...viii

DAFTAR TABEL...xi

DAFTAR LAMPIRAN...xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...1

B. Rumusan Masalah...7

C. Tujuan Penelitian...8

D. Hipotesis Penelitian...8

E. Kegunaan Penelitian...9

F. Definisi Operasional...9

G. Metode Penelitian...11

(12)

2. Lokasi dan Waktu Penelitian...12

3. Populasi dan Sampel...12

4. Metode Pengumpulan data...13

5. Analisis Data...14

H. Sistematika Penulisan...15

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Toleransi Antar Umat Beragama...17

1. Toleransi Menuju Kerukunan...17

2. Menumbuhkan Sikap Toleransi...22

B. Perkembangan Islam...25

1. Sejarah Masuknya Islam di Indonesia...25

2. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Islam...26

3. Hambatan dan Peluang terhadap Perkembangan Islam...28

BAB III HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian...33

B. Laporan Hasil Penelitian...35

BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Data...45

B. Pengujian Hipotesis...54

C. Pembahasan...58

(13)

A. Penutup...59

B. Saran...60

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Tabel mata pencaharian penduduk Dusun Margosari tahun 2014...34

Tabel 3.2 Tabel toleransi antar umat beragama di Dusun Margosari...35

Tabel 3.3 Tabel perkembangan Islam di Dusun Margosari...41

Tabel 4.1 Tabel skore toleransi antar umat beragama...45

Tabel 4.2 Tabel prosentase toleransi antar umat beragama...48

Tabel 4.3 Tabel nilai interval toleransi antar umat beragama...49

Tabel 4.4 Tabel skore perkembangan Islam...50

Tabel 4.5 Tabel prosentase perkembangan Islam...53

Tabel 4.6 Tabel nilai interval perkembangan Islam...54

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Angket Penelitian

Pedoman wawancara

Surat Keterangan Penelitian

Surat Keterangan Kegiatan

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang masalah

Toleransi dalam pergaulan antar umat beragama berpangkal dari

penghayatan ajaran agama masing-masing. Demi memelihara

kerukunan beragama sikap toleransi harus dikembangkan untuk

menghindari konflik. Biasanya konflik antar umat beragama

disebabkan oleh sikap merasa paling benar dengan cara mengeliminasi

kebenaran orang lain.

Sikap kaum muslim kepada penganut agama lain jelas,

sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur’an, yaitu berbuat baik kepada

mereka dan tidak menjadikan perbedaan agama sebagai alasan untuk

tidak menjalankan hubungan kerjasama dengan mereka, lebih-lebih

mengambil sikap tidak toleran dengan mereka. Islam sama sekali tidak

melarang orang Islam memberikan bantuan kepada siapapun selama

mereka tidak memusuhi orang Islam, tidak melecehkan simbol-simbol

keagamaan mereka atau mengusir kaum muslimin dari negeri mereka.

Kaum muslimin diwajibkan oleh Al-Qur’an melindungi rumah ibadah

yang telah dibangun oleh orang-orang non-muslim sebagaimana

(17)

“(yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka

tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka berkata: "Tuhan Kami hanyalah Allah". dan Sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang Yahudi dan masjid- masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha kuat lagi Maha perkasa,” (Q.S Al-Hajj: 40)

Kerjasama yang baik antara muslim dan non-muslim itu telah

dibuktikan dan ditulis dalam sejarah dengan sangat jelas. Nabi

Muhammad SAW dan para sahabat melakukan hubungan sosial

dengan non-muslim seperti Waroqah bin Naufal yang beragama

Nasrani, Abdullah bin Salam yang sebelumnya beragama Yahudi,

bahkan Nabi sendiri pernah meminta suaka politik dengan menyuruh

sahabat untuk berhijrah meminta perlindungan kepada Raja Najasyi

(Nigos) dari Habsyah yang beragama Nasrani. Imam Bukhari

menceritakan dari Anas: “ketika Nabi wafat, baju beliau masih

digadaikan pada orang Yahudi guna membiayai keluarganya, padahal

beliau bisa meminjam dari para sahabatnya. Akan tetapi, hal itu

(18)

dengan orang-orang non-muslim adalah sikap dan pandangan Islam.

Yusuf Qaradhawi lebih lanjut menceritakan bahwa Nabi menerima

hadiah-hadiah dari orang-orang non-muslim, meminta pertolongan dari

mereka baik dalam situasi aman maupun perang melawan musuh,

sepanjang hal itu dilakukan dalam kerangka semata-mata membantu

dan bukan untuk tujuan lain yang merugikan dan membahayakan.

Kemudian berkelanjutan pada masa sesudah beliau selama

berabad-abad lamanya, tanpa ada perasaan risih dan beban psikologis

sedikitpun, dan menemui masa suram setelah terjadinya Perang Salib

sampai dewasa ini dengan terjadinya konflik antar agama yang

seharusnya tidak terjadi.

Seperti kita ketahui bahwa fenomena keberagamaan masyarakat

muslim akhir-akhir ini memperlihatkan citra anti keragaman dan anti

kebebasan. Mereka menyudutkan dan menuduh sekelompok

masyarakat muslim lain yang tengah memperjuangkan kebebasan dan

toleransi sebagaimana yang diajarkan Islam. Mereka menganggapnya

sebagai kaum sekularis dan agen Barat yang kafir.

Meskipun Islam adalah agama misi, namun tetap menekankan

sikap toleran dan persebaran Islam. Islam melarang sikap permusuhan

dan menebar kebencian di antara manusia. Cara-cara kekerasan dan

kebatilan dalam berdakwah justru akan merendahkan citra Islam

(19)

Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Q.S An-Nahl: 125)

Sikap toleransi dan menghormati agama lain akan

menghindarkan kekerasan dalam beragama. Kekerasan adalah sebuah

tindakan membahayakan umat manusia. Kekerasan akan menimbulkan

prasangka, kekakuan, dan kebekuan. Kekerasan merupakan awal

perpecahan umat manusia, dan menggiring pada perselisihan internal

dan eksternal. Untuk itu, Islam menolak kekerasan dan mengajak pada

prinsip-prinsip Islam seperti tasamuh (toleransi), i‟tidal (Moderasi),

adalah (keadilan).

Di negara kita, meskipun mayoritas bangsa kita beragama Islam,

namun sikap toleransi tetap menjadi agenda utama. Pemerintah

mencanangkan “tri kerukunan umat beragama”, yaitu kerukunan

internal umat beragama, kerukunan umat beragama, dan kerukunan

antar umat beragama dengan pemerintah. Tiap-tiap warga negara

diberi kebebasan untuk memeluk agama sesuai keyakinan

masing-masing, yang penting tetap menjaga kerukunan umat beragama

(20)

Pada dasarnya agama Islam bisa berkembang di tengah-tengah

agama yang lain, hidup saling berdampingan pada satu wilayah,

sebagaimana yang terjadi di Tiongkok. Islam bisa masuk di Tiongkok

melalui jalur darat dan laut pada abad ke-7 pada masa khalifah Usman

bin Affan. Perjalanan darat ialah dari Arab sampai ke bagian barat laut

Tiongkok dengan melewati Persia dan Afghanistan. Jalan ini terkenal

dengan sebutan jalur sutra. Sedangkan perjalanan laut ialah dari Teluk

Persia dan Laut Arab sampai ke pelabuhan-pelabuhan di Tiongkok.

Pada abad ke-7 dan ke-8 hubungan antara Tiongkok dengan

Arab sangat baik. Kerajaan Arab telah 37 kali mengirim utusan

muhibahnya ke Tiongkok selama 147 tahun (651-798). Para pedagang

Arab dan Persia yang berniaga ke Tiongkok umumnya orang Islam

yang datang perorangan dan kemudian menikah dengan wanita

setempat. Keturunan mereka dari generasi ke generasi memeluk agama

Islam dan menjadi penduduk Tiongkok.

Pada permulaan abad ke-13 banyak orang Islam di Asia Tengah

dan Asia Barat menjadi tentara Mongol dalam ekspedisi ke Barat yang

dipimpin oleh Genghis Khan. Mereka sebagian besar terdiri atas

prajurit, tukang kayu, pandai besi, dan sebagainya ikut ke Tiongkok

bersama tentara Mongol. Umumnya mereka berasal dari bangsa Se

Mu. Sebagaimana diketahui, pada masa Dinasti Han (206 SM-220 M)

XiYu mengacu pada Xinjiang (bagian barat Laut Tiongkok), Asia

(21)

Meng Guan (Provinsi Ganshu). Pada masa Dinasti Yuan (1206-1368)

berbagai bangsa di Xi Yu disebut sebagai bangsa Se Mu. Pada waktu

itu bangsa Se Mu mempunyai kedudukan sosial yang lebih tinggi

daripada bangsa Han, akan tetapi di bawah status bangsa Mongol.

Dengan ditempatkannya banyak prajurit yang muslim dan

dibangunnya masjid di berbagai tempat oleh penguasa Dinasti Yuan,

agama Islam mulai tersebar luas di Tiongkok. Diantara bangsa

Tionghoa yang berjumlah kurang lebih 1,2 miliar terdiri atas mayoritas

bangsa Han (92%) dan 55 bangsa minoritas (8%). Demikian menurut

Kantor Pemberitaan Dewan Negara dalam brosur Keadaan Hak Asasi

Manusia di Cina (1991). Sepuluh dari 55 bangsa minoritas tersebut

beragama Islam. Mereka adalah bangsa Hui, Uigur, Kazak, Tatar,

Tajik, Uzbek, Kirgiz, Tungsiang, Sala, dan Pauan. Kaum muslimnya

merupakan 18% dari penduduk bangsa minoritas atau 1,4% dari

jumlah keseluruhan rakyat Tiongkok (Kong Yuanzhi, 2007: 277).

Dusun Margosari merupakan suatu daerah yang terdapat di Desa

Ngadirojo Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali. Masyarakat

Margosari menganut dua kepercayaan, yaitu agama Islam dan agama

Kristen. Di sana terdapat masjid dan juga gereja yang letaknya tidak

berjauhan. Meskipun masyarakat Margosari menganut dua

kepercayaan, namun mereka dalam kehidupan keseharian dapat

menjaga kerukunan satu sama lain. Hal itu dapat terlihat ketika ada

(22)

menengok dan ketika melaksanakan ibadah tetap menghormati. Ketika

sebagian masyarakat yang menganut agama Islam merayakan hari raya

Islam, maka sebagian yang meenganut agama Kristen tetap

menghormati bahkan ikut merayakannya meskipun bukan hari raya

agamanya.

Masyarakat Margosari sangat memegang erat tali persaudaraan

dan kerukunan dengan tetangga-tetangganya. Dalam kegiatan

masyarakat antara pemeluk agama Islam dan Kristen tetap menjadi

satu kelompok, mereka tidak mempermasalahkan mengenai keyakinan

ketika dalam bermasyarakat. Sehingga masyarakat Margosari terlihat

harmonis meskipun masyarakatnya menganut kepercayaan yang

berbeda.

Oleh karena itu, dengan memperhatikan kondisi masyarakat

yang dapat hidup rukun meskipun didalamnya terdapat dua

kepercayaan, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian di

Dusun Margosari dengan mengangkat judul “PENGARUH

TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA TERHADAP

PERKEMBANGAN ISLAM DI DUSUN MARGOSARI DESA

NGADIROJO KECAMATAN AMPEL”.

B. Rumusan masalah

Untuk menghindari meluasnya masalah yang dibahas, maka

(23)

1. Bagaimana toleransi antar umat beragama di Dusun Margosari

Desa Ngadirojo Kecamatan Ampel?

2. Bagaimana perkembangan Islam di Dusun Margosari Desa

Ngadirojo Kecamatan Ampel?

3. Apakah terdapat pengaruh antara toleransi antar umat beragama

terhadap perkembangan Islam di Dusun Margosari Desa Ngadirojo

Kecamatan Ampel?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh titik

terang mengenai toleransi antar umat beragama dan pengaruhnya

terhadap perkembangan Islam. Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui toleransi antar umat beragama di Dusun

Margosari Desa Ngadirojo Kecamatan Ampel.

2. Untuk mengetahui perkembangan Islam di Dusun Margosari

Desa Ngadirojo Kecamatan Ampel.

3. Untuk mengetahui pengaruh toleransi antar umat beragama

terhadap perkembangan Islam di Dusun Margosari Desa

Ngadirojo Kecamatan Ampel.

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah: Ada pengaruh antara

toleransi antar umat beragama terhadap perkembangan Islam di Dusun

(24)

E. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat

sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis:

Diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran

tentang toleransi antar umat beragama dan pengaruhnya

terhadap perkembangan Islam.

2. Manfaat Praktis:

a. Dapat memberikan pelajaran betapa pentingnya toleransi

antar umat beragama.

b. Dapat memberi pengetahuan tentang bagaimana pengaruh

toleransi antar umat beragama terhadap perkembangan Islam.

F. Definisi Operasional

1. Toleransi antar umat beragama

Kata toleransi berasal dari bahasa Inggris, yaitu ”tolerance”

berarti sikap membiarkan, mengakui, dan menghormati keyakinan

orang lain tanpa memerlukan persetujuan. Bahasa Arab

menterjemahkan kata toleransi dengan “tasamuh” yang berarti

saling mengizinkan dan saling memudahkan.

Dalam kamus filsafat dijelaskan toleransi adalah sikap

seseorang yang bersabar terhadap keyakinan filosofis dan moral

(25)

keliru. Dengan sikap itu juga tidak mencoba menghapuskan

ungkapan-ungkapan yang sah dari keyakinan-keyakinan orang lain

tersebut. Sikap semacam ini tidak berarti setuju terhadap setuju

dengan keyakinan-keyakinan tersebut. Selain itu, tidak juga berarti

acuh tak acuh terhadap kebenaran dan dan kebaikan, dan tidak

harus didasarkan atas pemahaman ada tidaknya Tuhan

(agnotisisme), atau skeptisisme (paham keraguan), melainkan lebih

pada sikap hormat terhadap martabat manusia yang bebas

(Humaidy Abdussami dan Masnun Tahir, 115).

Agama adalah segenap kepercayaan kepada Tuhan (W. J. S.

Poerwadarminta, 2006: 16).

Yang penulis maksud dengan toleransi antar umat beragama

dalam penelitian ini adalah:

a. Memenuhi undangan dari agama lain.

b. Membantu jika diperlukan.

c. Menjenguk bila tetangga mendapat musibah.

d. Datang ketika ada kegiatan kemasyarakatan.

e. Membantu tetangga beda agama.

f. Menghormati tetangga beda agama yang sedang beribadah.

g. Menerima bantuan tetangga beda agama.

h. Dapat berkomunikasi dengan baik kepada tetangga beda

(26)

i. Memberi kesempatan terhadap orang lain untuk melaksanakan

ajaran yang diyakininya.

j. Menghormati pemimpin beda agama.

k. Tidak menghina tetangga beda agama.

l. Memelihara hubungan baik.

m. Memupuk rasa persatuan dan kesatuan walaupun beda agama.

n. Memelihara kebersamaan.

o. Menjunjung tinggi agama masing-masing.

2. Perkembangan Islam

Islam adalah agama yang dapat menyelamatkan manusia atau

umat dari kehidupan didunia diwahyukan oleh Allah melalui

Rasul-Nya menjadi pegangan hidup manusia agar memperoleh

kebahagiaan hidup didunia maupun diakhirat (Abdul Mujib dan

Yusuf Mudzakkir, 2008: xii).

Yang penulis maksud tahapan perkembangan Islam dalam

penelitian ini adalah:

a. Intensitas ibadah masyarakat.

b. Kegiatan-kegiatan keagamaan di masyarakat.

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

(27)

lapangan. Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui pengaruh

toleransi antar umat beragama terhadap perkembangan Islam di

Dusun Margosari Desa Ngadirojo Kecamatan Ampel.

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian yaitu di Dusun Margosari Desa Ngadirojo

Kecamatan Ampel. Lokasi penelitian merupakan merupakan suatu

pedesaan yang masih asri, hawanya sejuk. Mayoritas masyarakat

Dusun Margosari bekerja sebagai petani, namun ada juga sebagian

anggota masyarakat yang bekerja sebagai karyawan yang

merupakan para pemuda-pemudi di Dusun Margosari. Masyarakat

Dusun Margosari menganut 2 (dua) kepercayaan yaitu agama

Islam dan Kristen. Atas dasar inilah peneliti mempunyai

ketertarikan untuk melakukan penelitian di Dusun Margosari Desa

Ngadirojo Kecamatan Ampel. Dalam penelitian ini, penulis

memulai penelitian dari tanggal 26 November 2014 s/d 12 Januari

2015.

3. Populasi dan Sampel a. Populasi

Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin

baik hasil menghitung ataupun pengukuran, kuantitatif

maupun kualitatif dari karakteristik tertentu mengenai

sekumpulan objek yang lengkap dan jelas yang ingin

(28)

penelitian ini berjumlah 305 orang. Sedangkan yang

menganut agama Islam berjumlah 272 orang dan yang

menganut agama Kristen berjumlah 33 orang.

b. Sampel

Arikunto (2005: 117) mengatakan bahwa sampel adalah

bagian dari populasi. Sampel penelitian adalah sebagian

dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat

mewakili seluruh populasi. Selanjutnya jika subyeknya

besar dapat diambil antara 10% - 15% atau 20% - 25%.

Dalam penelitian ini peneliti mengambil sampel 40 orang

yang diperoleh dari 13,2% dari 305 orang.

4. Metode Pengumpulan Data

Nasir (2003: 328) mengatakan bahwa metode pengumpulan

data merupakan alat-alat ukur yang diperlukan dalam

melaksanakan suatu penelitian. Data yang akan dikumpulkan dapat

berupa angka-angka, keterangan tertulis, informasi lisan, dan

beragam fakta yang berkaitan dengan fokus penelitian yang akan

diteliti.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode pengumpulan

data dengan:

a. Interview

Yaitu metode yang berusaha mendapatkan

(29)

dengan cara bertatap muka (Koenjaraningrat, 1989: 129).

Dalam penelitian ini metode interview digunakan sebagai

metode untuk menggali data tentang gambaran umum lokasi

penelitian, kegiatan kemasyarakatan dan untuk melengkapi

data tentang perkembangan Islam di Dusun Margosari.

b. Angket

Metode ini penulis gunakan untuk mendapatkan data

mengenai toleransi antar umat beragama dan perkembangan

Islam di Dusun Margosari Desa Ngadirojo Kecamatan Ampel.

5. Analisis Data

a. Analisis pendahuluan

Untuk menghitung skor dari masing-masing variabel

penulis menggunakan rumus:

Untuk menguji hipotesis penulis menggunakan rumus:

(∑ x) (∑ y)

Rxy = ∑ xy - N

√{∑ x2 –(∑ x)2} √{∑ y2 –(∑ y)2}

(30)

Keterangan:

R xy : koefisien korelasi antara variabel

N : Jumlah responden

Berisi tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan

Penelitian, Hipotesis Penelitian, Kegunaan Penelitian, Definisi

Operasional, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

Bab II Kajian Pustaka:

Berisi tentang Toleransi antar umat beragama dan Perkembangan

Islam.

Bab III Hasil Penelitian:

Berisi tentang gambaran umum lokasi penelitian dan penyajian data.

Bab IV Analisis Data:

Berisi tentang analisis deskriptif, pengujian hipotesis, dan

(31)

Bab V Penutup:

Berisi tentang kesimpulan, saran, daftar rujukan, lampiran-lampiran,

(32)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Toleransi Antar Umat Beragama

1. Toleransi menuju kerukunan

Dalam percakapan sehari-hari seolah-olah tidak ada perbedaan

antara toleransi dengan kerukunan. Antara kedua kata ini, terdapat

perbedaan, namun saling membutuhkan. Kerukunan mempertemukan

unsur-unsur yang berbeda, sedang toleransi merupakan sikap dari

kerukunan. Tanpa kerukunan, toleransi tidak pernah ada, sedangkan

toleransi tidak pernah tercermin bila kerukunan belum terwujud.

Istilah toleransi (Said Agil Husin Al-Munawar, 2003: 13)

berasal dari bahasa Inggris, yaitu: “tolerance” berarti sikap

membiarkan, mengakui dan menghormati keyakinan orang lain tanpa

memerlukan persetujuan. Bahasa Arab menterjemahkan dengan

tasamuh”, berarti saling mengizinkan, saling memudahkan.

Toleransi dalam pergaulan hidup antar umat beragama, yang

didasarkan kepada: setiap agama menjadi tanggung jawab pemeluk

agama itu sendiri dan mempunyai bentuk ibadah dengan sistem dan

cara tersendiri yang menjadi tanggung jawab pemeluknya, maka

toleransi dalam pergaulan hidup antar umat beragama bukanlah

toleransi dalam masalah-masalah keagamaan, melainkan perwujudan

(33)

orang yang tidak seagama, dalam masalah-masalah kemasyarakatan

atau kemaslahatan umum.

Dalam mewujudkan kemaslahatan umum, agama telah

menggariskan dua pola dasar hubungan yang harus dilaksanakan oleh

pemeluknya, yaitu: hubungan secara vertikal dan hubungan secara

horizontal. Yang pertama adalah hubungan pribadi dengan Khaliknya

yang direalisasikan dalam bentuk ibadah sebagaimana telah digariskan

oleh setiap agama. Hubungan ini dilaksanakan secara individual, tetapi

lebih diutamakan secara kolektif atau berjama’ah (shalat dalam agama

Islam). Hubungan kedua adalah hubungan antara manusia dengan

sesamanya. Pada hubungan ini tidak hanya terbatas pada linkungan

suatu agama saja, tetapi juga berlaku untuk orang yang tidak seagama,

yaitu dalam bentuk kerjasama dalam masalah-masalah

kemasyarakatan. Dalam hal inilah berlaku toleransi dalam pergaulan

hidup antara umat beragama. Perwujudan toleransi seperti ini

walaupun tidak berbentuk ibadah, namun bernilai ibadah, karena;

kecuali melakukan suruhan agamanya, juga bila pergaulan antara umat

beragama berlangsung dengan baik, berarti tiap umat beragama telah

memelihara eksistensi agama masing-masing.

Ibadah dalam pengertian luas tidak hanya sebatas hubungan

antara manusia dengan Khaliknya, juga meliputi segala ucapan,

perbuatan dan tindakan yang bernilai baik, seperti membangun

(34)

masalah Internasional sebagaimana yang dilakukan oleh

bangsa-bangsa yang tergabung dalam PBB. Hal seperti ini termasuk toleransi

antar umat beragama.

Di Indonesia, kehidupan beragama berkembang dengan subur.

Pelaksanaan upacara-upacara keagamaan baik dalam bentuk ibadah

maupun dalam bentuk peringatan tidak hanya terbatas rumah-rumah

atau tempat-tempat resmi masing-masing agama, tapi juga pada tempat

lain seperti di kantor-kantor dan di sekolah-sekolah. Di sini berlaku

toleransi, yaitu berupa fasilitas atau izin mempergunakan tempat dari

atasan (beragama lain) yang bersangkutan.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal berfungsi

menyiapkan generasi penerus. Dalam menanamkan dan membina sikap

toleransi antara sesama murid, terutama yang tidak seagama hanya

sebatas membantu menyiapkan sarana yang diperlukan untuk upacara

yang dimaksud, dan bukan ikut menghadiri atau melaksanakan upacara

agama tertentu.

Dengan memegang prinsip bahwa; ajaran setiap agama; sikap

toleransi merupakan ciri kepribadian bangsa Indonesia; dorongan

hasrat kolektif untuk bersatu; situasi Indonesia sedang dalam era

pembangunan maka toleransi yang dimaksud dalam pergaulan antar

umat beragamabukanlah toleransi yang statis yang pasif, melainkan

toleransi dinamis yang aktif. Toleransi statis adalah toleransi dingin

(35)

hanya dalam bentuk statis, maka kerukunan antar umat beragama

hanya dalam bentuk teoritis. Kerukunan teoritis melahirkan toleransi

semu. Toleransi dinamis adalah toleransi aktif melahirkan kerjasama

untuk tujuan bersama, sehingga kerukunan antar umat beragama bukan

hanya dalam bentuk teoritis, tetapi sebagai refleksi dari kebersamaan

umat beragama sebagai satu bangsa.

Agama tidak pernah berhenti dalam mengatur tata kehidupan

manusia karena itu kerukunan dan toleransi antara umat beragama:

bukan sekedar hidup berdampingan yang pasif saja, akan tetapi lebih

dari itu; untuk berbuat baik, dan berlaku adil antara satu sama lain.

Bagi umat Islam dan agama lainnya seyogianya perbedaan agama

jangan sampai menghalangi untuk berbuat baik dan berlaku adil

terhadap masuia tanpa diskriminasi agama dan kepercayaan. Bagi umat

Islam yang menimbulkan batas pemisah dalam pergaulan hidup

bermasyarakat, bernegara dan antar negara, bukan perbedaan

keyakinan agama atau perbedaan warna kulit, tetapi kadar ketaqwaan

dan pengamalan ajaran agama yang diyakini.

Toleransi dalam pergaulan hidup antar umat beragama

berpangkal dari penghayatan ajaran agama masing-masing. Bila

toleransi dalam pergaulan hidup ditinggalkan, berarti kebenaran ajaran

agama tidak dimanfaatkan sehingga pergaulan dipengaruhi saling

(36)

Perwujudan toleransi dalam pergaulan hidup antar umat

beragama direalisasikan dengan cara (Said Agil Husin Al-Munawar,

2003: 16), pertama, setiap penganut agama mengakui eksistensi

agama-agama lain dan menghormati segala hak asasi penganutnya.

Kedua, dalam pergaulan bermasyarakat, setiap golongan umat

beragama menampakkan sikap saling mengerti, menghormati dan

menghargai.

Kerukunan hidup umat beragama adalah sangat penting. Dari

pelajaran sejarah di sepanjang pertemuan antar umat beragama dan

antar bangsa di berbagai belahan dunia , betapa konflik, perang agama

dan etnis telah mengakibatkan korban yang paling dahsyat bagi umat

manusia. Oleh karena itu, panggilan agama-agama dapat berperan

untuk mewujudkan kebenaran, keadilan, persaudaraan sejati dan damai

sejahtera, sehingga kehadiran agama bukan menjadi masalah

melainkan solusi banyak masalah. Sebenarnya kerukunan ini adalah

dambaan setiap orang. Karena dengan rukun tidak ada ketegangan kita

dapat hidup tenang, damai mendidik anak, membangun masyarakat

dan negara dengan baik. Maka jikalau kehadiran agama hanya selalu

memunculkan ketakutan dan kekacauan serta kerusakan, agama-agama

itu akan ditinggalkan oleh pemeluknya. Sebab ternyata tidak menjadi

berkat, melainkan menjadi laknat bagi manusia (M. Zainuddin, 2010:

(37)

2. Menumbuhkan sikap toleransi

Manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa lepas dari kehidupan

yang saling berinteraksi untuk mewujudkan segala sesuatu yang

dicita-citakan. Untuk mewujudkan segala sesuatu yang berhubungan dengan

kehidupan tersebut tidak mungkin dikerjakan setiap pribadi semata,

melainkan harus adanya peran serta lingkungan. Selain itu, manusia

adalah komunitas individu yang harus menghargai individu lainnya,

agar tercipta sebuah kerukunan dan kehidupan yang terbuka.

Tumbuhnya sikap toleransi menjadi simbol yang sangat kuat

untuk mencerminkan masyarakat yang pluralistik, dan menjadikan

pluralisme mengakar dalam diri mereka. Kebersamaan dalam

perbedaan sudah menjadi kata kunci masyarakat. Mereka yakin

perbedaan tidak akan hilang, akan tetapi jika perbedaan tersebut tidak

dijadikan segalanya maka tidak mungkin menyebabkan perpecahan.

Bagaimana sikap orang-orang Muslim atau agama lain

bersandingan dalam satu pola kehidupan, yang harus melakukan

interaksi setiap saat karena mereka bertetangga dan selalu

membutuhkan pertolongan. Begitu juga halnya dengan umat Kristiani,

mereka benar-benar tidak bisa terlepas dari proses interaksi tersebut.

Penumbuhan sikap toleransi dalam masyarakat umumnya dapat

dilakukan dengan berbagai cara. Hal ini dapat dilakukan baik lewat

sarana formal maupun informal. Salah satu wilayah formal yang

(38)

dan sikap toleransi dalam diri setiap orang adalah lewat pendidikan.

Pendidikan mulai dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah

(SMP-SMA), maupun Universitas atau Perguruan-perguruan Tinggi,

diharapkan memberi penekanan tentang perlunya mempunyai sikap

saling menghormati dan toleransi dalam lingkungan pendidikan

maupun masyarakat. Kesadaran tentang pentingnya toleransi yang

sudah tumbuh dalam lingkungan pendidikan ini menjadi penting ketika

anak-anak didik tersebut terjun langsung dalam masyarakat. Inilah

peran penting lembaga pendidikan yang diperlukan.

Wilayah lain yang juga sangat potensial untuk menumbuhkan

kesadaran dan sikap toleransi ini adalah keluarga. Keluarga, sebagai

wilayah pendidikan informal, sangat membantu para anggotanya dalam

memunculkan sikap toleransi. Hal ini sangat penting karena dalam

keluargalah seorang individu pertama kali berinteraksi. Jika dalam

keluarga sendiri sudah ditekankan tentang pentingnya sikap saling

menghormati dan toleransi, maka kesadaran seorang individu mau

tidak mau akan tumbuh sesuai dengan apa yang ada dalam

keluarganya. Demikianlah pentingnya orang tua sebagai pendidik

pertama dari sorang individu.

Selain itu, peran pesantren juga sangat diharapkan. Pesantren

sebagai lembaga pendidikan alternatif, mempunyai potensi dan peran

yang sangat signifikan dalam menumbuhkan sikap dan kesadaran

(39)

banyak yang secara non-formal terdidik di pesantren. Oleh karena itu,

sangatlah penting menumbuhkan budaya toleransi di lingkungan

pesantren. Peran pesantren sebagai lembaga pendidikan juga cukup

dipercaya masyarakat, selain interaksi dan dan dialog antar penghuni

pesantren juga interaksi dengan lingkungan luar. Misalnya terjadinya

kerjasama dalam sebuah kegiatan keagamaan yang melibatkan agama

non-Islam.

Cara lain untuk menumbuhkan sikap tersebut dalam masyarakat

dan di antara pemeluk agama adalah dengan seringnya melakukan

kerjasama, baik secara individual maupun kolektif. Intensitas

kerjasama antar pemeluk agama ini menjadi penting karena dengan

demikian akan muncul suatu kesadaran bahwa dari keberagaman

agama dapat muncul suatu manfaat yang sangat besar dalam

kerjasama. Sebagai contoh, rata-rata masyarakat, baik Islam, Kristen,

maupun agama lainnya, bersedia jika diundang dalam acara

pernikahan, gotong royong, atau lainnya yang diselenggarakan oleh

pemeluk agama lain. Mereka bahkan siap memberi bantuan baik dari

segi materi maupun tenaga. Dengan demikian dari seringnya kerjasama

ini akan muncul sikap saling menghargai dan bertoleransi (Mukti Ali,

(40)

B. Perkembangan Islam

1. Sejarah masuknya Islam di Indonesia

Kedatangan Islam abad VII sampai abad XII di beberapa daerah

Asia Tenggara dapat dikatakan baru pada tahap awal pembentukan

komunitas Muslim yang terutama terdiri dari para pedagang. Abad

XIII sampai abad XVI, terutama dengan munculnya kerajaan bercorak

Islam, merupakan kelanjutan penyebaran Islam (Abdullah, Jilid 5,

2002: 28).

Perlu ada pembentukan yang tegas antara tahap kedatangan,

penyebaran dan pembentukan struktur pemerintahan atau kerajaan.

Ketiga tahap tersebut memerlukan waktu dan proses panjang,

tergantung pada situasi dan kondisi masyarakat yang dihadapi Islam.

Apabila pada gelombang pertama hanya menghasilkan komunitas

Muslim yang terutama dari para pedagang Muslim dengan penyebaran

Islam yang sangat terbatas, maka pada gelombang kedua sejak abad

XIII, penyebaran Islam lebih mantap dan meluas karena sejak saat itu

di pesisir Aceh Utara di daerah Lhokseumawe muncul kerajaan Islam

yang pertama di Asia Tenggara, dikenal dengan Kerajaan Samudra

Pasai. Berdirinya kerajaan Islam ini berimbas pada kelancaran

perdagangan yang dilakukan orang-orang Islam dari Arab, Persia, Irak

dan India Selatan. Hal ini juga berpengaruh pada kedekatan hubungan

Kerajaan Samudra Pasai dengan Semenanjung Malaka, yang kemudian

(41)

Pada abad XIV-XV, perkembangan Islam di daerah pesisir Jawa

juga semekin jelas, bahkan Islam berkembang bukan hanya di Bandar,

tetapi juga masuk ke pusat Kerajaan Majapahit di Trowulan dan

Troloyo. Pada abad XIV Kerajaan Majapahit tengah mencapai puncak

kejayaannya, tetapi dengan toleran menerima para pedagang Muslim

memasuki ibukotanya dan membolehkan mereka membentuk

komunitasnya sendiri. Para pedagang tersebut diterima oleh

masyarakat dan pihak kerajaan karena sikapnya yang akomodarif, hal

ini dibuktikan dengan mengajarkan ilmu kanuragan kepada

masyarakat, sehingga menambah kekuatan keamanan Majapahit, selain

itu juga sikapnya yang mudah membantu terhadap masyarakat yang

terkena musibah, dengan demikian, Islam secara kultural dapat

berangsur-angsur diterima oleh masyarakat lokal saat itu (Karim, 2003,

IV: 45-51)

2. Faktor yang mempengaruhi perkembangan Islam

Penyebaran Islam di bumi Indonesia sama sekali tidak melalui

proses kekerasan atau pemaksaan. Tetapi Islam diterima oleh

masyarakat Indonesia karena ajaran-ajarannya yang memihak pada

pada persamaan dan keadilan, termasuk dalam kehidupan sosial,

politik, ekonomi dan lain-lain. Sebagai contoh adalah yang dialami

oleh masyarakat Hindu Paria (kasta terendah) yang dipekerjakan oleh

(42)

memiliki kemerdekaan apapun, sehingga pada akhirnya mereka

tertarik untuk memeluk Islam karena tidak membedakan kelompok.

Ajaran ketuhanan yang membingungkan mereka, benar-benar

dirasakan tidak rasional, yaitu ajaran tentang Trimurti yang membagi

kekuasaan Tuhan menjadi tiga; Brahma, Wisnu, dan Siwa, maka pada

saat mereka mendengar ajaran Islam tentang Tauhid, mereka lebih

tertarik, karena baik penciptaan ataupun pemeliharaan, dan

pembinasaan berada di satu kekuasaan (Aden Wijdan SZ dkk, 2007:

48).

Masyarakat Indonesia tertarik dengan kebiasaan hidup yang baik

umat Islam, yang senantiasa memelihara kebersihan, hidup

hormat-menghormati, suka tolong-menolong, hidup bermasyarakat,

menyayangi alam tumbuh-tumbuhan dan binatang, memahami makna

dan arti alam sekitar, melaksanakan kewajiban-kewajiban yang harus

dilaksanakan pada Pencipta alam semesta, serta melakukan amal baik

dan menghindari perbuatan jahat, agar mereka mendapat kebahagiaan

dalam alam kehidupan yang abadi dikampung akhirat.

Faktor lain yang mempengaruhi pesatnya perkembangan Islam

adalah peran para wali dalam menyebarkan Islam terutama di pulau

Jawa. Para wali berkelana dari dusun ke dusun, memberikan ajaran

moral keagamaan yang secara tidak langsung membantu pemeliharaan

keamanan. Karena itu, mereka selalu dihormati dan dibantu oleh raja.

(43)

Tugasnya sebagai Da’i mereka harus siap menghadapi ancaman

-ancaman yang mengancam jiwa dan raga. Oleh karena itu, mereka juga

diajari olah kanuragan. Dengan kemampuan itu, mereka disegani olah

para penyamun, perampok, serta penjahat-penjahat lainnya. Kerajaan

Demak atau Mataram II membentuk ekspedisi-ekspedisi ke perbatasan

untuk menangkap para penjahat, agar keamanan dapat dipelihara.

Ekspedisi itu diperkuat oleh ahli-ahli agama, para murid dari wali

sanga, bertindak sebagai penasehat militer yang sekarang hampir sama

dengan imam tentara. Ternyata berkat gemblengan dan tempaan

guru-guru mereka, mereka menjadi penasehat yang ampuh dan sekaligus

sebagai pemelihara mental bala tentara sehingga ekspedisi-ekspedisi

itu berhasil dengan baik. Kepercayaan masyarakat pun pada agama

Islam semakin meningkat dan rakyat pun banyak yang memeluk Islam

(M. Abdul karim, 2007: 327-330).

3. Hambatan dan peluang terhadap perkembangan Islam

a. Tantangan yang dihadapi

Problematika dakwah dari masa ke masa, dari generasi ke

generasi, bahkan dari abad ke abad, tentu sangat variatif. Tiap-tiap

masa dan era memiliki tantangannya sendiri-sendiri. Karena itu,

dinamika agama (Islam) di manapun ia berada sangat ditentukan

oleh gerakan-gerakan dakwah yang dilakukan oleh umatnya.

Pada zaman Nabi SAW, problematika dakwah diperhadapkan

(44)

memeluk agama selain agama Islam, bahkan berbagai perubahan

sebagai akibat banyaknya ummat Islam yang hijrah ke Madinah

sekaligus merubah sistem ekonomi, sosial budaya dan bahkan

status sosial.

Sepeninggal Nabi SAW, problematika dakwah tetap muncul

ke permukaan. Adanya sebagian umat Islam yang enggan

mensosialisasikan ajaran agama, misalnya tidak mengeluarkan

zakat, termasuk problematika yang tak terbantahkan. Di

masa-masa berikutnya, perpecahan umat Islam ke dalam berbagai aliran

yang berdampak pada renggangnya solidaritas dan ukhuwah

islāmiyah, juga merupakan problematika abadi yang dihadapi oleh

umat Islam sepanjang sejarahnya.

Untuk zaman modern ini, problematika dakwah dihadang

oleh kecanggihan teknologi informasi dan komunikasi yang

semakin mempermantap terjadinya globalisasi dalam segala bidang

kehidupan.

Dampak yang ditimbulkan oleh globalisasi tersebut bisa

berbentuk positif, tapi juga negatif. Segi positifnya antara lain

adalah mempermudah penyampaian dakwah melalui

jaringan-jaringan alat komunikasi canggih (seperti, telepon, radio, televisi,

internet dan lain sebagainya). Segi negatifnya antara lain semakin

meningkat berbagai jenis kejahatan dan akibatnya adalah semakin

(45)

Contoh kasus; banyak di antara mereka yang terlambat

melaksanakan shalat, bahkan ada yang meninggalkan shalat, karena

terlena duduk berlama-lama di depan televisi atau internet dan

semacamnya. Pada kasus lain, khususnya yang banyak menerpa

generasi muda sekarang ini adalah terbiusnya mereka dengan

obat-obat terlarang, misalnya, ganja, narkoba dan semacamnya

(http://www.artikelbagus.com/2011/04/problematika-dakwah-

dalam-men-sosialisasikan-ajaran-islam-di-kalangan-generasi-muda-di-kec-paleteang-kab-pinrang.html#ixzz3MblcSPi4 di akses

pada tanggal: 22 Desember 2014 pukul: 14:32 WIB).

b. Peluang terhadap perkembangan Islam

Jika kita memperhatikan potensi Islam baik dalam vitalitas,

totalitas, dan universalitas Islam dibutuhkan masyarakat manusia

sekarang dan masa mendatang, kiranya ada harapan terang dalam

cakrawala dunia Islam. Sistem yang dimiliki oleh Islam dapat

diharapkan menjadi alternatif paling baik dari lainnya yang sudah

terasa dalam kepengapan. Hal ini dapat ditambah lagi dengan letak

strategis kawasan Islam mulai selat Bosporus sampai Kepulauan

Indonesia dalam lintasan geo-politik yang dapat ikut mendukung

peranan Islam sebagai sistem sosio-kultural yang diharapkan.

Masih ditambah lagi, dengan kekayaan sumber daya alam

dinegara-negara yang mayoritas penduduknya adalah Islam, atau

(46)

kebutuhan dunia, termasuk bagi negara-negara maju. Islam pada

masa sekarang dan mendatang mendapatkan peluang untuk tampil

sebagai agama yang dapat memberikan konsep-konsep pemecahan

kemelut global dunia modern ini (Muhammad Tholchah Hasan,

2000: 1).

Di Indonesia dalam dasawarsa terakhir ini ada gejala baru

yang menarik dan menggembirakan, yaitu tumbuhnya semangat

dan kesadaran beragama (Islam) di kalangan:

Pertama :Masyarakat kampus.

Besarnya minat mahasiswa di kampus-kampus PTN

(Perguruan Tinggi Negeri) atau PTS (Perguruan Tinggi

Swasta) terlibat dalam studi tentang Islam, dalam LDK

(Lembaga Dakwah Kampus) atau lain sebagainya, di

samping lembaga-lembaga ke-Islaman seperti Masjid,

pusat-pusat studi Islaman dan diskusi-diskusi

ke-Islaman.

Kedua : Masyarakat birokrat.

Bersemangatnya para birokrat dan pejabat pemerintahan

dalam menampilkan diri dengan identifikasi Muslim,

sepeti adanya Tarawih keliling, BAZIS (Badan Amal,

Zakat, Infaq, dan Shadaqah), MTQ (Musabaqah Tilawatil

(47)

Pemerintahan, adanya minat untuk terlibat dalam kegiatan

ke-Islaman.

Ketiga :Masyarakat bisnis.

Munculnya beberapa pengusaha eksekutif muda yang

trampil dengan wajah Muslim. Banyaknya kegiatan

ke-Islaman di pusat-pusat industri, hotel-hotel berbintang, dan

keterlibatan dalam event-event strategis yang bersifat

Nasional maupun Internasional.

Fenomena-fenomena tersebut akan memberikan dampak

yang baik terhadap eksistensi Islam di tengah arus globalisasi,

meskipun tidak jarang mengundang kesalahpahaman dan

(48)

BAB III

LAPORAN HASIL PENELITIAN

A. Gambaran umum lokasi penelitian

Gambaran umum diperoleh berdasarkan dari hasil wawancara kepada

salah satu tokoh masyarakat yang ada di Dusun Margosari, yaitu Bapak

Yuwono. Adapun hasil dari wawancara adalah sebagai berikut:

1. Keadaan geografis Dusun Margosari

Dusun Margosari terletak di Kelurahan Ngadirojo Kecamatan

Ampel Kabupaten Boyolali. Jarak dengan kelurahan ± 500 m, jarak

dengan kecamatan ± 6 km dan jarak dengan kabupaten ± 20 km.

a. Batas wilayah Dusun Margosari

Dusun Margosari berbatasan dengan dusun lain yaitu:

Sebelah utara : Dusun Tomo

Sebelah Selatan : Dusun Kadang

Sebelah barat : Dusun Ngadirojo

Sebelah timur : Dusun Kembang

b. Luas wilayah

Luas wilayah Dusun Margosari ± 210.000 m²

c. Monografis Dusun Margosari

Jumlah penduduk Dusun Margosari 305 jiwa terbagi dalam 2 RT.

(49)

Mata pencaharian warga masyarakat Dusun Margosari adalah

wiraswasta. Berdasarkan data dari Dusun Margosari diperoleh

rincian mata pencaharian sebagai berikut:

Tabel 3.1

Tabel mata pencaharian penduduk

Dusun Margosari tahun 2014

No Pekerjaan Jumlah

1. Wiraswasta 90%

2. Petani 5%

3. Lain-lain 5%

2) Kondisi agama

Kondisi agama di Dusun Margosari 272 jiwa beragama

Muslim sedangkan yang memeluk agama Kristen berjumlah 33

jiwa. Di Dusun Margosari toleransi berjalan dengan baik

antara tetangga beda agama yang ditunjukkan dengan adanya

(50)

B.

Laporan hasil penelitian

1. Data tentang toleransi antar umat beragama

(51)

22 Riwiyarti A A A A A A A A A A A A A A A

A. Ya (menandakan sikap toleransi yang baik).

B. Kadang-kadang (menandakan sikap toleransi yang kurang baik).

(52)

2. Kegiatan kemayarakatan yang ada di Dusun Margosari

Kegiatan kemasyarakatan yang ada di Dusun Margosari merupakan

hasil wawancara yang diperoleh berdasarkan informasi dari Bapak

Yono. Adapun kegiatannya sebagai berikut:

a. Karang Taruna

Karang taruna merupakan kegiatan remaja baik remaja putra

maupun putri. Kegiatan ini dilaksanakan sebulan sekali yaitu setiap

tanggal 10 pukul 19.00 WIB. Kegiatan ini dilaksanakan

dirumah-rumah warga secara bergiliran. Peserta kegiatan ini bukan hanya

dari kalangan remaja yang menganut Islam saja, melainkan juga

dari kalangan remaja yang beragama Kristen.

b. Kerja Bakti

Kerja bakti adalah kegiatan kemasyarakatan yang dilaksanakan

oleh ibu-ibu setiap hari minggu pukul 12.00 WIB. Kegiatannya

yaitu membersihkan jalan di dusun Margosari.

c. Arisan ibu-ibu

Kegiatan arisan ini dilaksanakan setiap hari minggu legi pukul

14.00 WIB.

d. Arisan bapak-bapak

Kegiatan arisan ini dilaksanakan setiap hari jum’at pon pukul 19.00

(53)

3. Data tentang perkembangan Islam

a. Sejarah tentang Islam di Dusun Margosari

Menurut pernyataan warga di Dusun Margosari, bahwa

pada mulanya seluruh penduduk Dusun Margosari adalah

beragama Islam. Namun, dengan berjalannya waktu sebagian dari

warga Margosari berpindah keyakinan dengan memeluk agama

Kristen. Hingga saat ini jumlah pemeluk Kristen yaitu 33 orang.

b. Kegiatan-kegiatan keagamaan di Dusun Margosari

1) Kegiatan agama Islam di Dusun Margosari

Data tentang kegiatan agama Islam diperoleh dari hasil

wawancara kepada salah satu pemuka agama yang ada di

Dusun Margosari, yaitu Bapak Slamet Yuwono. Adapun data

tentang kegiatan agama Islam adalah sebagai berikut:

a) Tahlilan

Tahlilan merupakan suatu kegiatan dzikir bersama untuk

mendo’akan ahli waris yang sudah meninggal dengan perantara

membaca kalimat-kalimat thoyyibah. Seperti, Membaca

al-Fatihah, Istighfar, Shalawat, dan lain sebaginya.

Di Dusun Margosari kegiatan tahlilan sudah berlangsung

sejak dulu turun-temurun hingga saat ini masih berjalan. Waktu

pelaksanaannya setiap hari kamis pukul 18.00 WIB . Tempat

pelaksaksanaan tahlilan secara bergiliran di rumah-rumah

(54)

b) Yasinan

Yasinan merupakan kegiatan keagamaan dengan membaca

surat Yasin. Di Dusun Margosari kegiatan Yasinan sudah

berlangsung sejak dulu. Kegiatan Yasinan dilakukan pada hari

Minggu pukul 19.00 WIB. Tempat pelaksanaannya secara

bergiliran di rumah-rumah warga.

c) Barzanji

Barzanji merupakan suatu kegiatan dengan membaca

puji-pujian yang menceritakan tentang riwayat dari Rasulullah

SAW. Di Dusun Margosari kegiatan Barzanji sudah

berlangsung sejak dulu hingga saat ini. Kegiatan Barzanji

dilakukan pada hari Jum’at pukul 13.00 WIB. Tempatnya

secara bergiliran di rumah-rumah warga.

d) TPA

Di Dusun Margosari kegiatan TPA sudah ada sejak dulu

secara turun-temurun sampai saat ini. Pengasuh dari TPA di

Dusun Margosari adalah bapak Slamet Yuwono. Jumlah

pesertanya ± 25 orang yang merupakan anak-anak dari warga

margosari. Kegiatan TPA dilaksanakan di Masjid yang berada

di Dusun Margosari. Waktu pelaksanakannya sehabis sholat

(55)

e) BKPRMI (Badan Koordinasi Remaja Masjid Indonesia)

BKPRMI berdiri sejak tahun 1994. Peserta kegiatan ini

bukan hanya warga Margosari melainkan seluruh Desa

Ngadirojo, jumlah pesertanya ± 250 orang. Kegiatan ini

dilaksanakan setiap hari Minggu Legi pukul 13.00 siang.

Tempat pelaksanaannya secara bergiliran setiap dusun yang

ada di Kelurahan Ngadirojo. Acara dalam kegiatan ini yaitu

mengkaji kitab Bulughul Maram. Adapun susunan pengurus

kegiatan ini sebagai berkikut:

Ketua : Bapak Supar

Wakil Ketua : Bapak Slamet Yuwono

Sekretaris : Bapak Jaswadi dan Bapak Jumarno

Bendahara : Bapak Tarno

f) Pengajian Minggu Pon

Pengajian Minggu Pon adalah kegiatan pengajian yang

pesertanya seluruh masyarakat Ngadirojo. Kegiatan ini

berlangsung tahun sejak 1994 hingga sekarang. Pengasuh

kegiatan ini adalah dari pihak kelurahan. Tempatnya dilakukan

secara bergantian setiap dusun. Biasanya mereka mengundang

penceramah untuk bisa mengisi acara pengajian. Waktu

(56)
(57)

25 Hafidz Huda A B B A A B C B

A. Menandakan pemahaman Islam yang baik.

B. Menandakan pemahaman Islam yang kurang baik.

C. Menandakan pemahaman Islam yang tidak baik.

2) Kegiatan agama Kristen di Dusun Margosari

Data tentang kegiatan agama Kristen diperoleh berdasarkan

hasil wawancara kepada salah satu warga yang beragama

Kristen, yaitu Bapak Yono. Adapun data tentang kegiatan

(58)

a) Kebaktian

Kebaktian merupakan kegiatan keagamaan yang rutin

dilaksanakan bagi umat Kristen di setiap hari minggu. Di

gereja dusun Margosari kegiatan kebaktian dimulai pada

pukul 07.00 WIB. Jama’ah di gereja dusun Margosari

bukan hanya berasal dari penduduk Margosari, melainkan

juga berasal dari daerah-daerah lain di sekitar dusun

Margosari.

b) Ibadah Rumah Tangga

Ibadah rumah tangga merupakan kegiatan keagamaan

bagi umat Kristen yang dilakukan di rumah-rumah warga

secara bergiliran. Waktu pelaksanaannya setiap hari sabtu

pukul 19.00 WIB. Peserta kegiatan ini bukan hanya warga

Margosari melainkan juga warga di dusun lain yang

menjadi jama’ah di Gereja Margosari.

c) Ibadah minggu wage

Ibadah minggu wage merupakan kegiatan keagamaan

umat Kristen yang ada di dusun Margosari yang

dilaksanakan setiap hari minggu wage pukul 15.00 WIB

d) Ibadah remaja

Ibadah remaja adalah perkumpulan remaja umat

Kristen yang merupakan jama’ah di Gereja Margosari yang

(59)

ini dilaksanakan di gereja, mereka berlatih musik untuk

(60)

BAB IV

ANALISIS DATA

A. Analisis data

Setelah melakukan pengumpulan data, maka selanjutnya adalah

melakukan analisis data tiap variabel sebagai berikut ini:

1. Toleransi antar umat beragama

Untuk mengetahui jawaban-jawaban dari pertanyaan angket yang

terdiri dari item pertanyaan yang masing-masing pertanyaan

disediakan alternatif jawaban dengan rincian bobot sebagai berikut:

a. Alternatif jawaban A, memiliki bobot nilai 3

b. Alternatif jawaban B, memiliki bobot nilai 2

c. Alternatif jawaban C, memiliki bobot nilai 1

Dalam mencari nominal yang didasarkan pada jumlah nilai yang

diperoleh dari hasil angket, nilai yang diperoleh kemudian

diklasifikasikan untuk mengetahui tingkat toleransi antar umat

beragama.

Tabel 4.1

Toleransi antar umat beragama

No Nama responden Jawaban soal Score Jumlah

A B C 3 2 1

1 Warsimi 15 0 0 45 0 0 45

(61)
(62)
(63)

A. Ada 28 responden pada kategori tinggi.

P = 28 x 100% 40

= 70%

B. Ada 8 responden pada kategori sedang.

P = 8 x 100% 40

= 17,391%

C. Ada 4 responden pada kategori rendah.

P = 4 x 100% 40

= 8,695%

Jadi, variabel toleransi antar umat beragama tergolong pada

kategori tinggi yaitu 70% dan ada 28 responden.

(64)

39 2 5% 78

∑ 40 100% 1729

Sedangkan mencari range (r) dengan menggunakan rumus:

R = nilai tertinggi - nilai terendah + 1 3

Keterangan:

Nilai tertinggi: 45

Nilai terendah: 39

R = 45 – 39 + 1 = 2,3 3

Dari hasil diatas dapat diperoleh nilai 2,3 dan dibulatkan menjadi 2.

Sehingga interval yang diambil bisa kelipatan 2, untuk

mengkategorikan dapat diperoleh interval sebagai berikut:

Tabel 4.3

Nilai interval

Toleransi antar umat beragama

No Interval Kategori Frekuensi Persentase

1. 43-45 Tinggi 28 70%

2. 40-42 Sedang 10 25%

(65)

Tabel 4.4

Perkembangan agama Islam

No Nama

responden

Jawaban soal Score Jumlah

(66)
(67)

Jumlah 135 136 49 405 272 49 723

P = F x 100% N

Keterangan:

P = prosentase

F = frekuensi

N = jumlah frekuensi

A. Ada 20 responden pada kategori tinggi.

P = 20 x 100% 40

= 50%

B. Ada 17 responden pada kategori sedang.

P = 17 x 100% 40

= 42,5%

C. Ada 3 responden pada kategori rendah.

P = 3 x 100% 40

= 7,5%

Jadi, variabel perkembangan Islam tergolong pada kategori tinggi

(68)

Tabel 4.5

Sedangkan mencari range (r) dengan menggunakan rumus:

R = = nilai tertinggi - nilai terendah + 1 3

Keterangan:

Nilai tertinggi: 24

(69)

R = 24 - 11 + 1 3

= 4,66

Dari hasil diatas dapat diperoleh nilai 4,66 dibulatkan menjadi 5.

Sehingga interval yang diambil bisa kelipatan 5, untuk

mengkategorikan dapat diperoleh interval sebagai berikut:

Tabel 4.6

Nilai interval

Perkembangan Islam

No Interval Kategori Frekuensi Persentase

1. 19-24 Baik 20 50%

2. 13-18 Sedang 17 42,5%

3. 7-12 Rendah 3 7,5%

Analisis kedua

Mencari nilai korelasi antara toleransi antar umat beragama dengan

perkembangan Islam di dusun Margosari desa Ngadirojo kecamatan

Ampel akan dokorelasikan dalam bentuk tabel koefisien korelasi

(70)

Tabel 4.7

Tabel pembantu analisis product moment

(71)
(72)

Keterangan:

Dalam melakukan analisis tentang toleransi antar umat beragama di

dusun Margosari desa Ngadirojo kecamatan Ampel, penulis

menggunakan rumus product moment, adapun rumusnya sebagai

(73)

Pembahasan

Setelah data dianalisis dengan menggunakan teknik product

moment dan diperoleh Rxy sebesar 0,48949, kemudian nilai Rxy yang

telah diketahui tersebut akan dikonsultasikan pada r tabel product

moment dengan n = 40 pada taraf signifikansi 5% diperoleh nilai

0,312 dan pada taraf signifikansi 1% diperoleh nilai 0,403.

Dengan ini dapat diketahui bahwa Rxy hitung sebesar 0,48949 >

0,312. Rxy tabel sebesar 0,312 maka dapat disimpulkan bahwa ada

pengaruh yang cukup signifikan antara toleransi antar umat beragama

dengan perkembangan Islam di dusun Margosari desa Ngadirojo

(74)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil analisis data maka penulis dapat menarik kesimpulan

sebagai berikut:

1. Toleransi di Dusun Margosari pada kategori yang tinggi, yaitu 70%

dan ada 28 responden dari 40 responden yang diteliti. Artinya bahwa

masyarakat di Dusun Margosari meskipun warganya mempunyai

kepercayaan yang berbeda namun mereka sangat menjunjung tinggi

kerukunan antar warganya, saling menghormati satu sama lain,

saling tolong menolong, dan dapat bergaul dengan baik.

2. Perkembangan Islam di dusun Margosari pada kategori yang tinggi,

yaitu 50% dan ada 20 responden dari 40 responden yang diteliti.

Juga dengan adanya berbagai macam kegiatan-kegiatan yang bersifat

keagamaan yang sudah berjalan sejak dulu. Seperti kegiatan tahlilan,

pengajian tingkat kelurahan, yasinan, dan lain sebagainya.

Kegiatan-kegiatan tersebut menjadi cerminan mengenai keadaan Islam di

dusun Margosari.

3. Berdasarkan analisis dari data yang diperoleh di lapangan,

menunjukkan bahwa Rxy hitung sebesar 0,48949 > 0,312. Rxy tabel

sebesar 0,312 artinya bahwa ada pengaruh yang signifikan antara

toleransi antar umat beragama dengan perkembangan Islam di dusun

(75)

B. Saran

Setelah memperhatikan kesimpulan diatas, maka penulis

memberikan saran sebagai berikut:

1. Toleransi merupakan suatu perbuatan yang mulia, maka hendaknya

masyarakat Margosari untuk mempertahankan toleransi antar umat

beragama yang sudah berjalan dengan baik.

2. Perkembangan Islam di dusun Margosari cukup baik. Maka hendaknya

untuk senantiasa mempertahankan dan meningkatkan agar agama

(76)

DAFTAR PUSTAKA

Abdussami, Humaidy dan Tahir, Masnun, Islam dan Hubungan Antar Agama, Yogyakarta: LKIS

Al-Munawar, Haji Said Agil Husein, 2003, Fikih Hubungan Antar Agama, Jakarta: Ciputat Press.

Hasan, Muhammad Tholchah, 2000, Prospek Islam Dalam Menghadapi

Tantangan Zaman, Jakarta: Lantabora Press

Karim, M. Abdul, 2007, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, Yogyakarta: Pustaka Book Publisher

Koentjaraningrat, 1989, Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Musa, Muhammad Yusuf, 1988, Islam: Suatu kajian Komprehensif, Jakarta: Rajawali

Nasir, 2003, Metode Penelitian, Jakarta Timur: Ghalia Indonesia

Nasution, Harun dan Azra, Azyumardi, 1985, Perkembangan Modern dalam

Islam, Yayasan Obor Indonesia.

Poerwadarminta, 2006, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka

Wijdan SZ, A. Dkk, 2007, Pemikiran dan Peradaban Islam, Yogyakarta: Safiria Insania Press

Yuanzhi, Kong, 2007, Muslim Tionghoa Cheng Ho (Misteri Perjalanan Muhibah

di Nusantara), Jakarta: Pustaka Populer Obor

Zainuddin, 2010, Pluralisme (Pergulatan Dialogis Islam-Kristen di Indonesia), Malang: UIN Maliki Press

http://www.artikelbagus.com: Problematika Dakwah dalam Mensosialisasikan

(77)

PEDOMAN WAWANCARA

Jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini dengan jujur dan tepat!

A. Gambaran umum lokasi penelitian

1. Berapa jarak antara Dusun Margosari dengan Balai Desa?

2. Berapa jarak antara Dusun Margosari dengan kantor kecamatan?

3. Berapa jarak antara Dusun Margosari dengan kantor kabupaten?

4. Berapa luas wilayah Dusun Margosari?

5. Bagaimana mata pencaharian penduduk Margosari?

6. Bagaimana kondisi agama di Dusun Margosari?

B. Kegiatan kemasyarakatan

1. Apa saja kegiatan kemasyarakatan yang ada di Dusun margosari?

2. Kapan pelaksanaan kegiatan kemasyarakatan itu?

C. Kegiatan agama Islam

1. Apa saja kegiatan agama Islam yang ada di Dusun Margosari?

2. Kapan pelaksanaan kegiatan tersebut?

D. Kegiatan agama Kristen

1. Apa saja kegiatan agama Kristen yang ada di Dusun margosari?

Gambar

Tabel mata pencaharian penduduk
Tabel 3.2
Tabel 3.3
Tabel 4.1
+5

Referensi

Dokumen terkait

Akses masyarakat pada layanan SPALD aman, terutama untuk MBR dan kawasan prioritas, melalui sistem on-site

eutrofikasi pada tingkat eutrofik sampai hipereutrofik, pencemaran air masih tergolong ringan di daerah budidaya ikan dan waktu konsentrasi P maksimum; budidaya ikan

Sayangnya SPM kesehatan dalam PP No 2 Tahun 2018 maupun turunannya yaitu Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 4 Tahun 2019 tentang Standar Teknis

sampah dengan metode 3R(reduce,reuse,recycle) dirasa masih kurang efektif diterapkan di berbagai tempat,pengelolaan sampah sejak dari sumbernya merupakan salah

Menurut Yule (2014:60) prinsip kerja sama merupakan suatu kerja sama sederhana yang mana pembicara pada umumnya tidak diasumsikan untuk berusaha membingungkan,

Nikmat yang Allah berikan kepada peneliti, karena-nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Perkembangan Industri Batik Gumelem di Desa Gumelem Kecamatan Susukan

butir instrumen variabel komitmen guru yang digunakan dalam penelitian adalah. sebanyak

Dengan ini menyatakan bahwa seluruh materi dalam skripsi saya yang berjudul ANALISIS PRODUCT PLACEMENT DALAM SINETRON TUKANG OJEK PENGKOLAN , adalah hasil karya tulis