PENGARUH TOLERANSI ANTAR UMAT
BERAGAMA TERHADAP PERKEMBANGAN ISLAM
DI DUSUN MARGOSARI DESA NGADIROJO
KECAMATAN AMPEL
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
ARIEF YULIYANTO
NIM 11110037
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
PENGARUH TOLERANSI ANTAR UMAT
BERAGAMA TERHADAP PERKEMBANGAN ISLAM
DI DUSUN MARGOSARI DESA NGADIROJO
KECAMATAN AMPEL
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
ARIEF YULIYANTO
NIM 11110037
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
KEMENTERIAN AGAMA RI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
Jl. Tentara Pelajar 02 Telp. 323706 Fax.323433 Kode Pos. 50721 Salatiga http//www.salatiga.ac.id e-mail:akademik@stainsalatiga.ac.id PERSETUJUAN PEMBIMBING
Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi Saudara:
Nama : Arief Yuliyanto
NIM : 11110037
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Judul : PENGARUH TOLERANSI ANTAR UMAT
BERAGAMA TERHADAP PERKEMBANGAN
ISLAM DI DUSUN MARGOSARI DESA
NGADIROJO KECAMATAN AMPEL
telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.
Salatiga, 14 Maret 2015
Pembimbing
Mufiq, S.Ag., M.Phil.
SKRIPSI
TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERKEMBANGAN ISLAM DI DUSUN MARGOSARI DESA
NGADIROJOKECAMATAN AMPEL
DISUSUN OLEH
ARIEF YULIYANTO
NIM: 111 10 037
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 6 April 2015 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam
Susunan Panitia Penguji
Ketua Penguji : Fatchurrohman, S.Ag., M.Pd.
Sekretaris Penguji : Mufiq, S.Ag., M.Phil.
Penguji I : Siti Rukhayati, M.Ag.
Penguji II : Muna Erawati, S.Psi., M.Si.
Salatiga, 06 April 2015
Dekan
FTIK IAIN Salatiga
Suwardi, M.Pd.
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Arief Yuliyanto
NIM : 11110037
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan
orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode
etik ilmiah.
Salatiga, 14 Maret 2015
Yang menyatakan,
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“Barangsiapa yang bersungguh-sungguh, maka sesungguhnya kesungguhannya
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk kedua orang tuaku yang tercinta, keluargaku,
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Illahi Robbi yang telah
memberikan taufik, hidayah dan pertolongan-Nya kepada penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam penulis curahkan
kepada Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan para
pengikutnya.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis mendapat bantuan dan bimbingan
dari semua pihak. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
yang terhormat :
1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan IAIN Salatiga.
3. Bapak Mufiq, S.Ag., M.Phil. selaku dosen pembimbing.
4. Bapak Haryoko selaku Kepala Desa Ngadirojo yang telah mengijinkan
untuk mengadakan penelitian di dusun Margosari.
5. Kedua orang tua yang telah memberikan materi untuk menyelesaikan
skripsi ini.
6. Teman-teman yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini.
Semoga Allah SWT membalas amal kebaikan yang telah diperbuat
Bapak/Ibu/ saudara/saudari. Amiin.
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, kritik dan
saran sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangsih
terhadap kemajuan civitas akademika IAIN Salatiga.
Salatiga, 14 Maret 2015 Penulis
ABSTRAK
Yuliyanto, Arief. 2015. Pengaruh Toleransi Antar Umat Beragama Terhadap Perkembangan Islam di Dusun Margosari Desa Ngadirojo Kecamatan Ampel. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Mufiq, S.Ag., M.Phil.
Kata kunci: Toleransi dan perkembangan.
Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui toleransi antar umat beragama dan juga perkembangan Islam di Dusun Margosari Desa Ngadirojo Kecamatan Ampel. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) Bagaimana toleransi antar umat beragama di Dusun Margosari Desa Ngadirojo Kecamatan Ampel?, (2) Bagaimana perkembangan Islam di Dusun Margosari Desa Ngadirojo Kecamatan Ampel?, dan (3) Apakah terdapat pengaruh antara toleransi antar umat beragama terhadap perkembangan Islam di Dusun Margosari Desa Ngadirojo Kecamatan Ampel?. Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif.
Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa toleransi di Dusun Margosari pada kategori yang tinggi, yaitu 70% dan ada 28 responden dari 40 responden yang diteliti. Artinya bahwa masyarakat di dusun Margosari meskipun warganya mempunyai kepercayaan yang berbeda namun mereka sangat menjunjung tinggi kerukunan antar warganya, saling menghormati satu sama lain, saling tolong menolong, dan dapat bergaul dengan baik.
Perkembangan Islam di Dusun Margosari pada kategori yang tinggi, yaitu 50% dan ada 20 responden dari 40 responden yang diteliti. Dan juga dengan adanya berbagai macam kegiatan-kegiatan yang bersifat keagamaan yang sudah berjalan sejak dulu. Seperti kegiatan Tahlilan, pengajian tingkat kelurahan, Yasinan, dan lain sebagainya. Kegiatan-kegiatan tersebut menjadi cerminan mengenai keadaan Islam di dusun Margosari.
Berdasarkan analisis dari data yang diperoleh di lapangan, menunjukkan bahwa Rxy hitung sebesar 0,48949 > 0,312. Rxy tabel sebesar 0,312 artinya bahwa ada pengaruh yang signifikan antara toleransi antar umat beragama dengan perkembangan Islam di Dusun Margosari Desa Ngadirojo Kecamatan Ampel.
HALAMAN JUDUL...i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...ii
HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN...iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN...iv
ABSTRAK...v
KATA PENGANTAR...vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN...vii
DAFTAR ISI...viii
DAFTAR TABEL...xi
DAFTAR LAMPIRAN...xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...1
B. Rumusan Masalah...7
C. Tujuan Penelitian...8
D. Hipotesis Penelitian...8
E. Kegunaan Penelitian...9
F. Definisi Operasional...9
G. Metode Penelitian...11
2. Lokasi dan Waktu Penelitian...12
3. Populasi dan Sampel...12
4. Metode Pengumpulan data...13
5. Analisis Data...14
H. Sistematika Penulisan...15
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Toleransi Antar Umat Beragama...17
1. Toleransi Menuju Kerukunan...17
2. Menumbuhkan Sikap Toleransi...22
B. Perkembangan Islam...25
1. Sejarah Masuknya Islam di Indonesia...25
2. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Islam...26
3. Hambatan dan Peluang terhadap Perkembangan Islam...28
BAB III HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian...33
B. Laporan Hasil Penelitian...35
BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Data...45
B. Pengujian Hipotesis...54
C. Pembahasan...58
A. Penutup...59
B. Saran...60
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Tabel mata pencaharian penduduk Dusun Margosari tahun 2014...34
Tabel 3.2 Tabel toleransi antar umat beragama di Dusun Margosari...35
Tabel 3.3 Tabel perkembangan Islam di Dusun Margosari...41
Tabel 4.1 Tabel skore toleransi antar umat beragama...45
Tabel 4.2 Tabel prosentase toleransi antar umat beragama...48
Tabel 4.3 Tabel nilai interval toleransi antar umat beragama...49
Tabel 4.4 Tabel skore perkembangan Islam...50
Tabel 4.5 Tabel prosentase perkembangan Islam...53
Tabel 4.6 Tabel nilai interval perkembangan Islam...54
DAFTAR LAMPIRAN
Angket Penelitian
Pedoman wawancara
Surat Keterangan Penelitian
Surat Keterangan Kegiatan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang masalah
Toleransi dalam pergaulan antar umat beragama berpangkal dari
penghayatan ajaran agama masing-masing. Demi memelihara
kerukunan beragama sikap toleransi harus dikembangkan untuk
menghindari konflik. Biasanya konflik antar umat beragama
disebabkan oleh sikap merasa paling benar dengan cara mengeliminasi
kebenaran orang lain.
Sikap kaum muslim kepada penganut agama lain jelas,
sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur’an, yaitu berbuat baik kepada
mereka dan tidak menjadikan perbedaan agama sebagai alasan untuk
tidak menjalankan hubungan kerjasama dengan mereka, lebih-lebih
mengambil sikap tidak toleran dengan mereka. Islam sama sekali tidak
melarang orang Islam memberikan bantuan kepada siapapun selama
mereka tidak memusuhi orang Islam, tidak melecehkan simbol-simbol
keagamaan mereka atau mengusir kaum muslimin dari negeri mereka.
Kaum muslimin diwajibkan oleh Al-Qur’an melindungi rumah ibadah
yang telah dibangun oleh orang-orang non-muslim sebagaimana
“(yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka
tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka berkata: "Tuhan Kami hanyalah Allah". dan Sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang Yahudi dan masjid- masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha kuat lagi Maha perkasa,” (Q.S Al-Hajj: 40)
Kerjasama yang baik antara muslim dan non-muslim itu telah
dibuktikan dan ditulis dalam sejarah dengan sangat jelas. Nabi
Muhammad SAW dan para sahabat melakukan hubungan sosial
dengan non-muslim seperti Waroqah bin Naufal yang beragama
Nasrani, Abdullah bin Salam yang sebelumnya beragama Yahudi,
bahkan Nabi sendiri pernah meminta suaka politik dengan menyuruh
sahabat untuk berhijrah meminta perlindungan kepada Raja Najasyi
(Nigos) dari Habsyah yang beragama Nasrani. Imam Bukhari
menceritakan dari Anas: “ketika Nabi wafat, baju beliau masih
digadaikan pada orang Yahudi guna membiayai keluarganya, padahal
beliau bisa meminjam dari para sahabatnya. Akan tetapi, hal itu
dengan orang-orang non-muslim adalah sikap dan pandangan Islam.
Yusuf Qaradhawi lebih lanjut menceritakan bahwa Nabi menerima
hadiah-hadiah dari orang-orang non-muslim, meminta pertolongan dari
mereka baik dalam situasi aman maupun perang melawan musuh,
sepanjang hal itu dilakukan dalam kerangka semata-mata membantu
dan bukan untuk tujuan lain yang merugikan dan membahayakan.
Kemudian berkelanjutan pada masa sesudah beliau selama
berabad-abad lamanya, tanpa ada perasaan risih dan beban psikologis
sedikitpun, dan menemui masa suram setelah terjadinya Perang Salib
sampai dewasa ini dengan terjadinya konflik antar agama yang
seharusnya tidak terjadi.
Seperti kita ketahui bahwa fenomena keberagamaan masyarakat
muslim akhir-akhir ini memperlihatkan citra anti keragaman dan anti
kebebasan. Mereka menyudutkan dan menuduh sekelompok
masyarakat muslim lain yang tengah memperjuangkan kebebasan dan
toleransi sebagaimana yang diajarkan Islam. Mereka menganggapnya
sebagai kaum sekularis dan agen Barat yang kafir.
Meskipun Islam adalah agama misi, namun tetap menekankan
sikap toleran dan persebaran Islam. Islam melarang sikap permusuhan
dan menebar kebencian di antara manusia. Cara-cara kekerasan dan
kebatilan dalam berdakwah justru akan merendahkan citra Islam
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Q.S An-Nahl: 125)
Sikap toleransi dan menghormati agama lain akan
menghindarkan kekerasan dalam beragama. Kekerasan adalah sebuah
tindakan membahayakan umat manusia. Kekerasan akan menimbulkan
prasangka, kekakuan, dan kebekuan. Kekerasan merupakan awal
perpecahan umat manusia, dan menggiring pada perselisihan internal
dan eksternal. Untuk itu, Islam menolak kekerasan dan mengajak pada
prinsip-prinsip Islam seperti tasamuh (toleransi), i‟tidal (Moderasi),
adalah (keadilan).
Di negara kita, meskipun mayoritas bangsa kita beragama Islam,
namun sikap toleransi tetap menjadi agenda utama. Pemerintah
mencanangkan “tri kerukunan umat beragama”, yaitu kerukunan
internal umat beragama, kerukunan umat beragama, dan kerukunan
antar umat beragama dengan pemerintah. Tiap-tiap warga negara
diberi kebebasan untuk memeluk agama sesuai keyakinan
masing-masing, yang penting tetap menjaga kerukunan umat beragama
Pada dasarnya agama Islam bisa berkembang di tengah-tengah
agama yang lain, hidup saling berdampingan pada satu wilayah,
sebagaimana yang terjadi di Tiongkok. Islam bisa masuk di Tiongkok
melalui jalur darat dan laut pada abad ke-7 pada masa khalifah Usman
bin Affan. Perjalanan darat ialah dari Arab sampai ke bagian barat laut
Tiongkok dengan melewati Persia dan Afghanistan. Jalan ini terkenal
dengan sebutan jalur sutra. Sedangkan perjalanan laut ialah dari Teluk
Persia dan Laut Arab sampai ke pelabuhan-pelabuhan di Tiongkok.
Pada abad ke-7 dan ke-8 hubungan antara Tiongkok dengan
Arab sangat baik. Kerajaan Arab telah 37 kali mengirim utusan
muhibahnya ke Tiongkok selama 147 tahun (651-798). Para pedagang
Arab dan Persia yang berniaga ke Tiongkok umumnya orang Islam
yang datang perorangan dan kemudian menikah dengan wanita
setempat. Keturunan mereka dari generasi ke generasi memeluk agama
Islam dan menjadi penduduk Tiongkok.
Pada permulaan abad ke-13 banyak orang Islam di Asia Tengah
dan Asia Barat menjadi tentara Mongol dalam ekspedisi ke Barat yang
dipimpin oleh Genghis Khan. Mereka sebagian besar terdiri atas
prajurit, tukang kayu, pandai besi, dan sebagainya ikut ke Tiongkok
bersama tentara Mongol. Umumnya mereka berasal dari bangsa Se
Mu. Sebagaimana diketahui, pada masa Dinasti Han (206 SM-220 M)
XiYu mengacu pada Xinjiang (bagian barat Laut Tiongkok), Asia
Meng Guan (Provinsi Ganshu). Pada masa Dinasti Yuan (1206-1368)
berbagai bangsa di Xi Yu disebut sebagai bangsa Se Mu. Pada waktu
itu bangsa Se Mu mempunyai kedudukan sosial yang lebih tinggi
daripada bangsa Han, akan tetapi di bawah status bangsa Mongol.
Dengan ditempatkannya banyak prajurit yang muslim dan
dibangunnya masjid di berbagai tempat oleh penguasa Dinasti Yuan,
agama Islam mulai tersebar luas di Tiongkok. Diantara bangsa
Tionghoa yang berjumlah kurang lebih 1,2 miliar terdiri atas mayoritas
bangsa Han (92%) dan 55 bangsa minoritas (8%). Demikian menurut
Kantor Pemberitaan Dewan Negara dalam brosur Keadaan Hak Asasi
Manusia di Cina (1991). Sepuluh dari 55 bangsa minoritas tersebut
beragama Islam. Mereka adalah bangsa Hui, Uigur, Kazak, Tatar,
Tajik, Uzbek, Kirgiz, Tungsiang, Sala, dan Pauan. Kaum muslimnya
merupakan 18% dari penduduk bangsa minoritas atau 1,4% dari
jumlah keseluruhan rakyat Tiongkok (Kong Yuanzhi, 2007: 277).
Dusun Margosari merupakan suatu daerah yang terdapat di Desa
Ngadirojo Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali. Masyarakat
Margosari menganut dua kepercayaan, yaitu agama Islam dan agama
Kristen. Di sana terdapat masjid dan juga gereja yang letaknya tidak
berjauhan. Meskipun masyarakat Margosari menganut dua
kepercayaan, namun mereka dalam kehidupan keseharian dapat
menjaga kerukunan satu sama lain. Hal itu dapat terlihat ketika ada
menengok dan ketika melaksanakan ibadah tetap menghormati. Ketika
sebagian masyarakat yang menganut agama Islam merayakan hari raya
Islam, maka sebagian yang meenganut agama Kristen tetap
menghormati bahkan ikut merayakannya meskipun bukan hari raya
agamanya.
Masyarakat Margosari sangat memegang erat tali persaudaraan
dan kerukunan dengan tetangga-tetangganya. Dalam kegiatan
masyarakat antara pemeluk agama Islam dan Kristen tetap menjadi
satu kelompok, mereka tidak mempermasalahkan mengenai keyakinan
ketika dalam bermasyarakat. Sehingga masyarakat Margosari terlihat
harmonis meskipun masyarakatnya menganut kepercayaan yang
berbeda.
Oleh karena itu, dengan memperhatikan kondisi masyarakat
yang dapat hidup rukun meskipun didalamnya terdapat dua
kepercayaan, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian di
Dusun Margosari dengan mengangkat judul “PENGARUH
TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA TERHADAP
PERKEMBANGAN ISLAM DI DUSUN MARGOSARI DESA
NGADIROJO KECAMATAN AMPEL”.
B. Rumusan masalah
Untuk menghindari meluasnya masalah yang dibahas, maka
1. Bagaimana toleransi antar umat beragama di Dusun Margosari
Desa Ngadirojo Kecamatan Ampel?
2. Bagaimana perkembangan Islam di Dusun Margosari Desa
Ngadirojo Kecamatan Ampel?
3. Apakah terdapat pengaruh antara toleransi antar umat beragama
terhadap perkembangan Islam di Dusun Margosari Desa Ngadirojo
Kecamatan Ampel?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh titik
terang mengenai toleransi antar umat beragama dan pengaruhnya
terhadap perkembangan Islam. Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui toleransi antar umat beragama di Dusun
Margosari Desa Ngadirojo Kecamatan Ampel.
2. Untuk mengetahui perkembangan Islam di Dusun Margosari
Desa Ngadirojo Kecamatan Ampel.
3. Untuk mengetahui pengaruh toleransi antar umat beragama
terhadap perkembangan Islam di Dusun Margosari Desa
Ngadirojo Kecamatan Ampel.
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah: Ada pengaruh antara
toleransi antar umat beragama terhadap perkembangan Islam di Dusun
E. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis:
Diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran
tentang toleransi antar umat beragama dan pengaruhnya
terhadap perkembangan Islam.
2. Manfaat Praktis:
a. Dapat memberikan pelajaran betapa pentingnya toleransi
antar umat beragama.
b. Dapat memberi pengetahuan tentang bagaimana pengaruh
toleransi antar umat beragama terhadap perkembangan Islam.
F. Definisi Operasional
1. Toleransi antar umat beragama
Kata toleransi berasal dari bahasa Inggris, yaitu ”tolerance”
berarti sikap membiarkan, mengakui, dan menghormati keyakinan
orang lain tanpa memerlukan persetujuan. Bahasa Arab
menterjemahkan kata toleransi dengan “tasamuh” yang berarti
saling mengizinkan dan saling memudahkan.
Dalam kamus filsafat dijelaskan toleransi adalah sikap
seseorang yang bersabar terhadap keyakinan filosofis dan moral
keliru. Dengan sikap itu juga tidak mencoba menghapuskan
ungkapan-ungkapan yang sah dari keyakinan-keyakinan orang lain
tersebut. Sikap semacam ini tidak berarti setuju terhadap setuju
dengan keyakinan-keyakinan tersebut. Selain itu, tidak juga berarti
acuh tak acuh terhadap kebenaran dan dan kebaikan, dan tidak
harus didasarkan atas pemahaman ada tidaknya Tuhan
(agnotisisme), atau skeptisisme (paham keraguan), melainkan lebih
pada sikap hormat terhadap martabat manusia yang bebas
(Humaidy Abdussami dan Masnun Tahir, 115).
Agama adalah segenap kepercayaan kepada Tuhan (W. J. S.
Poerwadarminta, 2006: 16).
Yang penulis maksud dengan toleransi antar umat beragama
dalam penelitian ini adalah:
a. Memenuhi undangan dari agama lain.
b. Membantu jika diperlukan.
c. Menjenguk bila tetangga mendapat musibah.
d. Datang ketika ada kegiatan kemasyarakatan.
e. Membantu tetangga beda agama.
f. Menghormati tetangga beda agama yang sedang beribadah.
g. Menerima bantuan tetangga beda agama.
h. Dapat berkomunikasi dengan baik kepada tetangga beda
i. Memberi kesempatan terhadap orang lain untuk melaksanakan
ajaran yang diyakininya.
j. Menghormati pemimpin beda agama.
k. Tidak menghina tetangga beda agama.
l. Memelihara hubungan baik.
m. Memupuk rasa persatuan dan kesatuan walaupun beda agama.
n. Memelihara kebersamaan.
o. Menjunjung tinggi agama masing-masing.
2. Perkembangan Islam
Islam adalah agama yang dapat menyelamatkan manusia atau
umat dari kehidupan didunia diwahyukan oleh Allah melalui
Rasul-Nya menjadi pegangan hidup manusia agar memperoleh
kebahagiaan hidup didunia maupun diakhirat (Abdul Mujib dan
Yusuf Mudzakkir, 2008: xii).
Yang penulis maksud tahapan perkembangan Islam dalam
penelitian ini adalah:
a. Intensitas ibadah masyarakat.
b. Kegiatan-kegiatan keagamaan di masyarakat.
G. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
lapangan. Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui pengaruh
toleransi antar umat beragama terhadap perkembangan Islam di
Dusun Margosari Desa Ngadirojo Kecamatan Ampel.
2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian yaitu di Dusun Margosari Desa Ngadirojo
Kecamatan Ampel. Lokasi penelitian merupakan merupakan suatu
pedesaan yang masih asri, hawanya sejuk. Mayoritas masyarakat
Dusun Margosari bekerja sebagai petani, namun ada juga sebagian
anggota masyarakat yang bekerja sebagai karyawan yang
merupakan para pemuda-pemudi di Dusun Margosari. Masyarakat
Dusun Margosari menganut 2 (dua) kepercayaan yaitu agama
Islam dan Kristen. Atas dasar inilah peneliti mempunyai
ketertarikan untuk melakukan penelitian di Dusun Margosari Desa
Ngadirojo Kecamatan Ampel. Dalam penelitian ini, penulis
memulai penelitian dari tanggal 26 November 2014 s/d 12 Januari
2015.
3. Populasi dan Sampel a. Populasi
Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin
baik hasil menghitung ataupun pengukuran, kuantitatif
maupun kualitatif dari karakteristik tertentu mengenai
sekumpulan objek yang lengkap dan jelas yang ingin
penelitian ini berjumlah 305 orang. Sedangkan yang
menganut agama Islam berjumlah 272 orang dan yang
menganut agama Kristen berjumlah 33 orang.
b. Sampel
Arikunto (2005: 117) mengatakan bahwa sampel adalah
bagian dari populasi. Sampel penelitian adalah sebagian
dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat
mewakili seluruh populasi. Selanjutnya jika subyeknya
besar dapat diambil antara 10% - 15% atau 20% - 25%.
Dalam penelitian ini peneliti mengambil sampel 40 orang
yang diperoleh dari 13,2% dari 305 orang.
4. Metode Pengumpulan Data
Nasir (2003: 328) mengatakan bahwa metode pengumpulan
data merupakan alat-alat ukur yang diperlukan dalam
melaksanakan suatu penelitian. Data yang akan dikumpulkan dapat
berupa angka-angka, keterangan tertulis, informasi lisan, dan
beragam fakta yang berkaitan dengan fokus penelitian yang akan
diteliti.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode pengumpulan
data dengan:
a. Interview
Yaitu metode yang berusaha mendapatkan
dengan cara bertatap muka (Koenjaraningrat, 1989: 129).
Dalam penelitian ini metode interview digunakan sebagai
metode untuk menggali data tentang gambaran umum lokasi
penelitian, kegiatan kemasyarakatan dan untuk melengkapi
data tentang perkembangan Islam di Dusun Margosari.
b. Angket
Metode ini penulis gunakan untuk mendapatkan data
mengenai toleransi antar umat beragama dan perkembangan
Islam di Dusun Margosari Desa Ngadirojo Kecamatan Ampel.
5. Analisis Data
a. Analisis pendahuluan
Untuk menghitung skor dari masing-masing variabel
penulis menggunakan rumus:
Untuk menguji hipotesis penulis menggunakan rumus:
(∑ x) (∑ y)
Rxy = ∑ xy - N
√{∑ x2 –(∑ x)2} √{∑ y2 –(∑ y)2}
Keterangan:
R xy : koefisien korelasi antara variabel
N : Jumlah responden
Berisi tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan
Penelitian, Hipotesis Penelitian, Kegunaan Penelitian, Definisi
Operasional, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
Bab II Kajian Pustaka:
Berisi tentang Toleransi antar umat beragama dan Perkembangan
Islam.
Bab III Hasil Penelitian:
Berisi tentang gambaran umum lokasi penelitian dan penyajian data.
Bab IV Analisis Data:
Berisi tentang analisis deskriptif, pengujian hipotesis, dan
Bab V Penutup:
Berisi tentang kesimpulan, saran, daftar rujukan, lampiran-lampiran,
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Toleransi Antar Umat Beragama
1. Toleransi menuju kerukunan
Dalam percakapan sehari-hari seolah-olah tidak ada perbedaan
antara toleransi dengan kerukunan. Antara kedua kata ini, terdapat
perbedaan, namun saling membutuhkan. Kerukunan mempertemukan
unsur-unsur yang berbeda, sedang toleransi merupakan sikap dari
kerukunan. Tanpa kerukunan, toleransi tidak pernah ada, sedangkan
toleransi tidak pernah tercermin bila kerukunan belum terwujud.
Istilah toleransi (Said Agil Husin Al-Munawar, 2003: 13)
berasal dari bahasa Inggris, yaitu: “tolerance” berarti sikap
membiarkan, mengakui dan menghormati keyakinan orang lain tanpa
memerlukan persetujuan. Bahasa Arab menterjemahkan dengan
“tasamuh”, berarti saling mengizinkan, saling memudahkan.
Toleransi dalam pergaulan hidup antar umat beragama, yang
didasarkan kepada: setiap agama menjadi tanggung jawab pemeluk
agama itu sendiri dan mempunyai bentuk ibadah dengan sistem dan
cara tersendiri yang menjadi tanggung jawab pemeluknya, maka
toleransi dalam pergaulan hidup antar umat beragama bukanlah
toleransi dalam masalah-masalah keagamaan, melainkan perwujudan
orang yang tidak seagama, dalam masalah-masalah kemasyarakatan
atau kemaslahatan umum.
Dalam mewujudkan kemaslahatan umum, agama telah
menggariskan dua pola dasar hubungan yang harus dilaksanakan oleh
pemeluknya, yaitu: hubungan secara vertikal dan hubungan secara
horizontal. Yang pertama adalah hubungan pribadi dengan Khaliknya
yang direalisasikan dalam bentuk ibadah sebagaimana telah digariskan
oleh setiap agama. Hubungan ini dilaksanakan secara individual, tetapi
lebih diutamakan secara kolektif atau berjama’ah (shalat dalam agama
Islam). Hubungan kedua adalah hubungan antara manusia dengan
sesamanya. Pada hubungan ini tidak hanya terbatas pada linkungan
suatu agama saja, tetapi juga berlaku untuk orang yang tidak seagama,
yaitu dalam bentuk kerjasama dalam masalah-masalah
kemasyarakatan. Dalam hal inilah berlaku toleransi dalam pergaulan
hidup antara umat beragama. Perwujudan toleransi seperti ini
walaupun tidak berbentuk ibadah, namun bernilai ibadah, karena;
kecuali melakukan suruhan agamanya, juga bila pergaulan antara umat
beragama berlangsung dengan baik, berarti tiap umat beragama telah
memelihara eksistensi agama masing-masing.
Ibadah dalam pengertian luas tidak hanya sebatas hubungan
antara manusia dengan Khaliknya, juga meliputi segala ucapan,
perbuatan dan tindakan yang bernilai baik, seperti membangun
masalah Internasional sebagaimana yang dilakukan oleh
bangsa-bangsa yang tergabung dalam PBB. Hal seperti ini termasuk toleransi
antar umat beragama.
Di Indonesia, kehidupan beragama berkembang dengan subur.
Pelaksanaan upacara-upacara keagamaan baik dalam bentuk ibadah
maupun dalam bentuk peringatan tidak hanya terbatas rumah-rumah
atau tempat-tempat resmi masing-masing agama, tapi juga pada tempat
lain seperti di kantor-kantor dan di sekolah-sekolah. Di sini berlaku
toleransi, yaitu berupa fasilitas atau izin mempergunakan tempat dari
atasan (beragama lain) yang bersangkutan.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal berfungsi
menyiapkan generasi penerus. Dalam menanamkan dan membina sikap
toleransi antara sesama murid, terutama yang tidak seagama hanya
sebatas membantu menyiapkan sarana yang diperlukan untuk upacara
yang dimaksud, dan bukan ikut menghadiri atau melaksanakan upacara
agama tertentu.
Dengan memegang prinsip bahwa; ajaran setiap agama; sikap
toleransi merupakan ciri kepribadian bangsa Indonesia; dorongan
hasrat kolektif untuk bersatu; situasi Indonesia sedang dalam era
pembangunan maka toleransi yang dimaksud dalam pergaulan antar
umat beragamabukanlah toleransi yang statis yang pasif, melainkan
toleransi dinamis yang aktif. Toleransi statis adalah toleransi dingin
hanya dalam bentuk statis, maka kerukunan antar umat beragama
hanya dalam bentuk teoritis. Kerukunan teoritis melahirkan toleransi
semu. Toleransi dinamis adalah toleransi aktif melahirkan kerjasama
untuk tujuan bersama, sehingga kerukunan antar umat beragama bukan
hanya dalam bentuk teoritis, tetapi sebagai refleksi dari kebersamaan
umat beragama sebagai satu bangsa.
Agama tidak pernah berhenti dalam mengatur tata kehidupan
manusia karena itu kerukunan dan toleransi antara umat beragama:
bukan sekedar hidup berdampingan yang pasif saja, akan tetapi lebih
dari itu; untuk berbuat baik, dan berlaku adil antara satu sama lain.
Bagi umat Islam dan agama lainnya seyogianya perbedaan agama
jangan sampai menghalangi untuk berbuat baik dan berlaku adil
terhadap masuia tanpa diskriminasi agama dan kepercayaan. Bagi umat
Islam yang menimbulkan batas pemisah dalam pergaulan hidup
bermasyarakat, bernegara dan antar negara, bukan perbedaan
keyakinan agama atau perbedaan warna kulit, tetapi kadar ketaqwaan
dan pengamalan ajaran agama yang diyakini.
Toleransi dalam pergaulan hidup antar umat beragama
berpangkal dari penghayatan ajaran agama masing-masing. Bila
toleransi dalam pergaulan hidup ditinggalkan, berarti kebenaran ajaran
agama tidak dimanfaatkan sehingga pergaulan dipengaruhi saling
Perwujudan toleransi dalam pergaulan hidup antar umat
beragama direalisasikan dengan cara (Said Agil Husin Al-Munawar,
2003: 16), pertama, setiap penganut agama mengakui eksistensi
agama-agama lain dan menghormati segala hak asasi penganutnya.
Kedua, dalam pergaulan bermasyarakat, setiap golongan umat
beragama menampakkan sikap saling mengerti, menghormati dan
menghargai.
Kerukunan hidup umat beragama adalah sangat penting. Dari
pelajaran sejarah di sepanjang pertemuan antar umat beragama dan
antar bangsa di berbagai belahan dunia , betapa konflik, perang agama
dan etnis telah mengakibatkan korban yang paling dahsyat bagi umat
manusia. Oleh karena itu, panggilan agama-agama dapat berperan
untuk mewujudkan kebenaran, keadilan, persaudaraan sejati dan damai
sejahtera, sehingga kehadiran agama bukan menjadi masalah
melainkan solusi banyak masalah. Sebenarnya kerukunan ini adalah
dambaan setiap orang. Karena dengan rukun tidak ada ketegangan kita
dapat hidup tenang, damai mendidik anak, membangun masyarakat
dan negara dengan baik. Maka jikalau kehadiran agama hanya selalu
memunculkan ketakutan dan kekacauan serta kerusakan, agama-agama
itu akan ditinggalkan oleh pemeluknya. Sebab ternyata tidak menjadi
berkat, melainkan menjadi laknat bagi manusia (M. Zainuddin, 2010:
2. Menumbuhkan sikap toleransi
Manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa lepas dari kehidupan
yang saling berinteraksi untuk mewujudkan segala sesuatu yang
dicita-citakan. Untuk mewujudkan segala sesuatu yang berhubungan dengan
kehidupan tersebut tidak mungkin dikerjakan setiap pribadi semata,
melainkan harus adanya peran serta lingkungan. Selain itu, manusia
adalah komunitas individu yang harus menghargai individu lainnya,
agar tercipta sebuah kerukunan dan kehidupan yang terbuka.
Tumbuhnya sikap toleransi menjadi simbol yang sangat kuat
untuk mencerminkan masyarakat yang pluralistik, dan menjadikan
pluralisme mengakar dalam diri mereka. Kebersamaan dalam
perbedaan sudah menjadi kata kunci masyarakat. Mereka yakin
perbedaan tidak akan hilang, akan tetapi jika perbedaan tersebut tidak
dijadikan segalanya maka tidak mungkin menyebabkan perpecahan.
Bagaimana sikap orang-orang Muslim atau agama lain
bersandingan dalam satu pola kehidupan, yang harus melakukan
interaksi setiap saat karena mereka bertetangga dan selalu
membutuhkan pertolongan. Begitu juga halnya dengan umat Kristiani,
mereka benar-benar tidak bisa terlepas dari proses interaksi tersebut.
Penumbuhan sikap toleransi dalam masyarakat umumnya dapat
dilakukan dengan berbagai cara. Hal ini dapat dilakukan baik lewat
sarana formal maupun informal. Salah satu wilayah formal yang
dan sikap toleransi dalam diri setiap orang adalah lewat pendidikan.
Pendidikan mulai dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah
(SMP-SMA), maupun Universitas atau Perguruan-perguruan Tinggi,
diharapkan memberi penekanan tentang perlunya mempunyai sikap
saling menghormati dan toleransi dalam lingkungan pendidikan
maupun masyarakat. Kesadaran tentang pentingnya toleransi yang
sudah tumbuh dalam lingkungan pendidikan ini menjadi penting ketika
anak-anak didik tersebut terjun langsung dalam masyarakat. Inilah
peran penting lembaga pendidikan yang diperlukan.
Wilayah lain yang juga sangat potensial untuk menumbuhkan
kesadaran dan sikap toleransi ini adalah keluarga. Keluarga, sebagai
wilayah pendidikan informal, sangat membantu para anggotanya dalam
memunculkan sikap toleransi. Hal ini sangat penting karena dalam
keluargalah seorang individu pertama kali berinteraksi. Jika dalam
keluarga sendiri sudah ditekankan tentang pentingnya sikap saling
menghormati dan toleransi, maka kesadaran seorang individu mau
tidak mau akan tumbuh sesuai dengan apa yang ada dalam
keluarganya. Demikianlah pentingnya orang tua sebagai pendidik
pertama dari sorang individu.
Selain itu, peran pesantren juga sangat diharapkan. Pesantren
sebagai lembaga pendidikan alternatif, mempunyai potensi dan peran
yang sangat signifikan dalam menumbuhkan sikap dan kesadaran
banyak yang secara non-formal terdidik di pesantren. Oleh karena itu,
sangatlah penting menumbuhkan budaya toleransi di lingkungan
pesantren. Peran pesantren sebagai lembaga pendidikan juga cukup
dipercaya masyarakat, selain interaksi dan dan dialog antar penghuni
pesantren juga interaksi dengan lingkungan luar. Misalnya terjadinya
kerjasama dalam sebuah kegiatan keagamaan yang melibatkan agama
non-Islam.
Cara lain untuk menumbuhkan sikap tersebut dalam masyarakat
dan di antara pemeluk agama adalah dengan seringnya melakukan
kerjasama, baik secara individual maupun kolektif. Intensitas
kerjasama antar pemeluk agama ini menjadi penting karena dengan
demikian akan muncul suatu kesadaran bahwa dari keberagaman
agama dapat muncul suatu manfaat yang sangat besar dalam
kerjasama. Sebagai contoh, rata-rata masyarakat, baik Islam, Kristen,
maupun agama lainnya, bersedia jika diundang dalam acara
pernikahan, gotong royong, atau lainnya yang diselenggarakan oleh
pemeluk agama lain. Mereka bahkan siap memberi bantuan baik dari
segi materi maupun tenaga. Dengan demikian dari seringnya kerjasama
ini akan muncul sikap saling menghargai dan bertoleransi (Mukti Ali,
B. Perkembangan Islam
1. Sejarah masuknya Islam di Indonesia
Kedatangan Islam abad VII sampai abad XII di beberapa daerah
Asia Tenggara dapat dikatakan baru pada tahap awal pembentukan
komunitas Muslim yang terutama terdiri dari para pedagang. Abad
XIII sampai abad XVI, terutama dengan munculnya kerajaan bercorak
Islam, merupakan kelanjutan penyebaran Islam (Abdullah, Jilid 5,
2002: 28).
Perlu ada pembentukan yang tegas antara tahap kedatangan,
penyebaran dan pembentukan struktur pemerintahan atau kerajaan.
Ketiga tahap tersebut memerlukan waktu dan proses panjang,
tergantung pada situasi dan kondisi masyarakat yang dihadapi Islam.
Apabila pada gelombang pertama hanya menghasilkan komunitas
Muslim yang terutama dari para pedagang Muslim dengan penyebaran
Islam yang sangat terbatas, maka pada gelombang kedua sejak abad
XIII, penyebaran Islam lebih mantap dan meluas karena sejak saat itu
di pesisir Aceh Utara di daerah Lhokseumawe muncul kerajaan Islam
yang pertama di Asia Tenggara, dikenal dengan Kerajaan Samudra
Pasai. Berdirinya kerajaan Islam ini berimbas pada kelancaran
perdagangan yang dilakukan orang-orang Islam dari Arab, Persia, Irak
dan India Selatan. Hal ini juga berpengaruh pada kedekatan hubungan
Kerajaan Samudra Pasai dengan Semenanjung Malaka, yang kemudian
Pada abad XIV-XV, perkembangan Islam di daerah pesisir Jawa
juga semekin jelas, bahkan Islam berkembang bukan hanya di Bandar,
tetapi juga masuk ke pusat Kerajaan Majapahit di Trowulan dan
Troloyo. Pada abad XIV Kerajaan Majapahit tengah mencapai puncak
kejayaannya, tetapi dengan toleran menerima para pedagang Muslim
memasuki ibukotanya dan membolehkan mereka membentuk
komunitasnya sendiri. Para pedagang tersebut diterima oleh
masyarakat dan pihak kerajaan karena sikapnya yang akomodarif, hal
ini dibuktikan dengan mengajarkan ilmu kanuragan kepada
masyarakat, sehingga menambah kekuatan keamanan Majapahit, selain
itu juga sikapnya yang mudah membantu terhadap masyarakat yang
terkena musibah, dengan demikian, Islam secara kultural dapat
berangsur-angsur diterima oleh masyarakat lokal saat itu (Karim, 2003,
IV: 45-51)
2. Faktor yang mempengaruhi perkembangan Islam
Penyebaran Islam di bumi Indonesia sama sekali tidak melalui
proses kekerasan atau pemaksaan. Tetapi Islam diterima oleh
masyarakat Indonesia karena ajaran-ajarannya yang memihak pada
pada persamaan dan keadilan, termasuk dalam kehidupan sosial,
politik, ekonomi dan lain-lain. Sebagai contoh adalah yang dialami
oleh masyarakat Hindu Paria (kasta terendah) yang dipekerjakan oleh
memiliki kemerdekaan apapun, sehingga pada akhirnya mereka
tertarik untuk memeluk Islam karena tidak membedakan kelompok.
Ajaran ketuhanan yang membingungkan mereka, benar-benar
dirasakan tidak rasional, yaitu ajaran tentang Trimurti yang membagi
kekuasaan Tuhan menjadi tiga; Brahma, Wisnu, dan Siwa, maka pada
saat mereka mendengar ajaran Islam tentang Tauhid, mereka lebih
tertarik, karena baik penciptaan ataupun pemeliharaan, dan
pembinasaan berada di satu kekuasaan (Aden Wijdan SZ dkk, 2007:
48).
Masyarakat Indonesia tertarik dengan kebiasaan hidup yang baik
umat Islam, yang senantiasa memelihara kebersihan, hidup
hormat-menghormati, suka tolong-menolong, hidup bermasyarakat,
menyayangi alam tumbuh-tumbuhan dan binatang, memahami makna
dan arti alam sekitar, melaksanakan kewajiban-kewajiban yang harus
dilaksanakan pada Pencipta alam semesta, serta melakukan amal baik
dan menghindari perbuatan jahat, agar mereka mendapat kebahagiaan
dalam alam kehidupan yang abadi dikampung akhirat.
Faktor lain yang mempengaruhi pesatnya perkembangan Islam
adalah peran para wali dalam menyebarkan Islam terutama di pulau
Jawa. Para wali berkelana dari dusun ke dusun, memberikan ajaran
moral keagamaan yang secara tidak langsung membantu pemeliharaan
keamanan. Karena itu, mereka selalu dihormati dan dibantu oleh raja.
Tugasnya sebagai Da’i mereka harus siap menghadapi ancaman
-ancaman yang mengancam jiwa dan raga. Oleh karena itu, mereka juga
diajari olah kanuragan. Dengan kemampuan itu, mereka disegani olah
para penyamun, perampok, serta penjahat-penjahat lainnya. Kerajaan
Demak atau Mataram II membentuk ekspedisi-ekspedisi ke perbatasan
untuk menangkap para penjahat, agar keamanan dapat dipelihara.
Ekspedisi itu diperkuat oleh ahli-ahli agama, para murid dari wali
sanga, bertindak sebagai penasehat militer yang sekarang hampir sama
dengan imam tentara. Ternyata berkat gemblengan dan tempaan
guru-guru mereka, mereka menjadi penasehat yang ampuh dan sekaligus
sebagai pemelihara mental bala tentara sehingga ekspedisi-ekspedisi
itu berhasil dengan baik. Kepercayaan masyarakat pun pada agama
Islam semakin meningkat dan rakyat pun banyak yang memeluk Islam
(M. Abdul karim, 2007: 327-330).
3. Hambatan dan peluang terhadap perkembangan Islam
a. Tantangan yang dihadapi
Problematika dakwah dari masa ke masa, dari generasi ke
generasi, bahkan dari abad ke abad, tentu sangat variatif. Tiap-tiap
masa dan era memiliki tantangannya sendiri-sendiri. Karena itu,
dinamika agama (Islam) di manapun ia berada sangat ditentukan
oleh gerakan-gerakan dakwah yang dilakukan oleh umatnya.
Pada zaman Nabi SAW, problematika dakwah diperhadapkan
memeluk agama selain agama Islam, bahkan berbagai perubahan
sebagai akibat banyaknya ummat Islam yang hijrah ke Madinah
sekaligus merubah sistem ekonomi, sosial budaya dan bahkan
status sosial.
Sepeninggal Nabi SAW, problematika dakwah tetap muncul
ke permukaan. Adanya sebagian umat Islam yang enggan
mensosialisasikan ajaran agama, misalnya tidak mengeluarkan
zakat, termasuk problematika yang tak terbantahkan. Di
masa-masa berikutnya, perpecahan umat Islam ke dalam berbagai aliran
yang berdampak pada renggangnya solidaritas dan ukhuwah
islāmiyah, juga merupakan problematika abadi yang dihadapi oleh
umat Islam sepanjang sejarahnya.
Untuk zaman modern ini, problematika dakwah dihadang
oleh kecanggihan teknologi informasi dan komunikasi yang
semakin mempermantap terjadinya globalisasi dalam segala bidang
kehidupan.
Dampak yang ditimbulkan oleh globalisasi tersebut bisa
berbentuk positif, tapi juga negatif. Segi positifnya antara lain
adalah mempermudah penyampaian dakwah melalui
jaringan-jaringan alat komunikasi canggih (seperti, telepon, radio, televisi,
internet dan lain sebagainya). Segi negatifnya antara lain semakin
meningkat berbagai jenis kejahatan dan akibatnya adalah semakin
Contoh kasus; banyak di antara mereka yang terlambat
melaksanakan shalat, bahkan ada yang meninggalkan shalat, karena
terlena duduk berlama-lama di depan televisi atau internet dan
semacamnya. Pada kasus lain, khususnya yang banyak menerpa
generasi muda sekarang ini adalah terbiusnya mereka dengan
obat-obat terlarang, misalnya, ganja, narkoba dan semacamnya
(http://www.artikelbagus.com/2011/04/problematika-dakwah-
dalam-men-sosialisasikan-ajaran-islam-di-kalangan-generasi-muda-di-kec-paleteang-kab-pinrang.html#ixzz3MblcSPi4 di akses
pada tanggal: 22 Desember 2014 pukul: 14:32 WIB).
b. Peluang terhadap perkembangan Islam
Jika kita memperhatikan potensi Islam baik dalam vitalitas,
totalitas, dan universalitas Islam dibutuhkan masyarakat manusia
sekarang dan masa mendatang, kiranya ada harapan terang dalam
cakrawala dunia Islam. Sistem yang dimiliki oleh Islam dapat
diharapkan menjadi alternatif paling baik dari lainnya yang sudah
terasa dalam kepengapan. Hal ini dapat ditambah lagi dengan letak
strategis kawasan Islam mulai selat Bosporus sampai Kepulauan
Indonesia dalam lintasan geo-politik yang dapat ikut mendukung
peranan Islam sebagai sistem sosio-kultural yang diharapkan.
Masih ditambah lagi, dengan kekayaan sumber daya alam
dinegara-negara yang mayoritas penduduknya adalah Islam, atau
kebutuhan dunia, termasuk bagi negara-negara maju. Islam pada
masa sekarang dan mendatang mendapatkan peluang untuk tampil
sebagai agama yang dapat memberikan konsep-konsep pemecahan
kemelut global dunia modern ini (Muhammad Tholchah Hasan,
2000: 1).
Di Indonesia dalam dasawarsa terakhir ini ada gejala baru
yang menarik dan menggembirakan, yaitu tumbuhnya semangat
dan kesadaran beragama (Islam) di kalangan:
Pertama :Masyarakat kampus.
Besarnya minat mahasiswa di kampus-kampus PTN
(Perguruan Tinggi Negeri) atau PTS (Perguruan Tinggi
Swasta) terlibat dalam studi tentang Islam, dalam LDK
(Lembaga Dakwah Kampus) atau lain sebagainya, di
samping lembaga-lembaga ke-Islaman seperti Masjid,
pusat-pusat studi Islaman dan diskusi-diskusi
ke-Islaman.
Kedua : Masyarakat birokrat.
Bersemangatnya para birokrat dan pejabat pemerintahan
dalam menampilkan diri dengan identifikasi Muslim,
sepeti adanya Tarawih keliling, BAZIS (Badan Amal,
Zakat, Infaq, dan Shadaqah), MTQ (Musabaqah Tilawatil
Pemerintahan, adanya minat untuk terlibat dalam kegiatan
ke-Islaman.
Ketiga :Masyarakat bisnis.
Munculnya beberapa pengusaha eksekutif muda yang
trampil dengan wajah Muslim. Banyaknya kegiatan
ke-Islaman di pusat-pusat industri, hotel-hotel berbintang, dan
keterlibatan dalam event-event strategis yang bersifat
Nasional maupun Internasional.
Fenomena-fenomena tersebut akan memberikan dampak
yang baik terhadap eksistensi Islam di tengah arus globalisasi,
meskipun tidak jarang mengundang kesalahpahaman dan
BAB III
LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Gambaran umum lokasi penelitian
Gambaran umum diperoleh berdasarkan dari hasil wawancara kepada
salah satu tokoh masyarakat yang ada di Dusun Margosari, yaitu Bapak
Yuwono. Adapun hasil dari wawancara adalah sebagai berikut:
1. Keadaan geografis Dusun Margosari
Dusun Margosari terletak di Kelurahan Ngadirojo Kecamatan
Ampel Kabupaten Boyolali. Jarak dengan kelurahan ± 500 m, jarak
dengan kecamatan ± 6 km dan jarak dengan kabupaten ± 20 km.
a. Batas wilayah Dusun Margosari
Dusun Margosari berbatasan dengan dusun lain yaitu:
Sebelah utara : Dusun Tomo
Sebelah Selatan : Dusun Kadang
Sebelah barat : Dusun Ngadirojo
Sebelah timur : Dusun Kembang
b. Luas wilayah
Luas wilayah Dusun Margosari ± 210.000 m²
c. Monografis Dusun Margosari
Jumlah penduduk Dusun Margosari 305 jiwa terbagi dalam 2 RT.
Mata pencaharian warga masyarakat Dusun Margosari adalah
wiraswasta. Berdasarkan data dari Dusun Margosari diperoleh
rincian mata pencaharian sebagai berikut:
Tabel 3.1
Tabel mata pencaharian penduduk
Dusun Margosari tahun 2014
No Pekerjaan Jumlah
1. Wiraswasta 90%
2. Petani 5%
3. Lain-lain 5%
2) Kondisi agama
Kondisi agama di Dusun Margosari 272 jiwa beragama
Muslim sedangkan yang memeluk agama Kristen berjumlah 33
jiwa. Di Dusun Margosari toleransi berjalan dengan baik
antara tetangga beda agama yang ditunjukkan dengan adanya
B.
Laporan hasil penelitian1. Data tentang toleransi antar umat beragama
22 Riwiyarti A A A A A A A A A A A A A A A
A. Ya (menandakan sikap toleransi yang baik).
B. Kadang-kadang (menandakan sikap toleransi yang kurang baik).
2. Kegiatan kemayarakatan yang ada di Dusun Margosari
Kegiatan kemasyarakatan yang ada di Dusun Margosari merupakan
hasil wawancara yang diperoleh berdasarkan informasi dari Bapak
Yono. Adapun kegiatannya sebagai berikut:
a. Karang Taruna
Karang taruna merupakan kegiatan remaja baik remaja putra
maupun putri. Kegiatan ini dilaksanakan sebulan sekali yaitu setiap
tanggal 10 pukul 19.00 WIB. Kegiatan ini dilaksanakan
dirumah-rumah warga secara bergiliran. Peserta kegiatan ini bukan hanya
dari kalangan remaja yang menganut Islam saja, melainkan juga
dari kalangan remaja yang beragama Kristen.
b. Kerja Bakti
Kerja bakti adalah kegiatan kemasyarakatan yang dilaksanakan
oleh ibu-ibu setiap hari minggu pukul 12.00 WIB. Kegiatannya
yaitu membersihkan jalan di dusun Margosari.
c. Arisan ibu-ibu
Kegiatan arisan ini dilaksanakan setiap hari minggu legi pukul
14.00 WIB.
d. Arisan bapak-bapak
Kegiatan arisan ini dilaksanakan setiap hari jum’at pon pukul 19.00
3. Data tentang perkembangan Islam
a. Sejarah tentang Islam di Dusun Margosari
Menurut pernyataan warga di Dusun Margosari, bahwa
pada mulanya seluruh penduduk Dusun Margosari adalah
beragama Islam. Namun, dengan berjalannya waktu sebagian dari
warga Margosari berpindah keyakinan dengan memeluk agama
Kristen. Hingga saat ini jumlah pemeluk Kristen yaitu 33 orang.
b. Kegiatan-kegiatan keagamaan di Dusun Margosari
1) Kegiatan agama Islam di Dusun Margosari
Data tentang kegiatan agama Islam diperoleh dari hasil
wawancara kepada salah satu pemuka agama yang ada di
Dusun Margosari, yaitu Bapak Slamet Yuwono. Adapun data
tentang kegiatan agama Islam adalah sebagai berikut:
a) Tahlilan
Tahlilan merupakan suatu kegiatan dzikir bersama untuk
mendo’akan ahli waris yang sudah meninggal dengan perantara
membaca kalimat-kalimat thoyyibah. Seperti, Membaca
al-Fatihah, Istighfar, Shalawat, dan lain sebaginya.
Di Dusun Margosari kegiatan tahlilan sudah berlangsung
sejak dulu turun-temurun hingga saat ini masih berjalan. Waktu
pelaksanaannya setiap hari kamis pukul 18.00 WIB . Tempat
pelaksaksanaan tahlilan secara bergiliran di rumah-rumah
b) Yasinan
Yasinan merupakan kegiatan keagamaan dengan membaca
surat Yasin. Di Dusun Margosari kegiatan Yasinan sudah
berlangsung sejak dulu. Kegiatan Yasinan dilakukan pada hari
Minggu pukul 19.00 WIB. Tempat pelaksanaannya secara
bergiliran di rumah-rumah warga.
c) Barzanji
Barzanji merupakan suatu kegiatan dengan membaca
puji-pujian yang menceritakan tentang riwayat dari Rasulullah
SAW. Di Dusun Margosari kegiatan Barzanji sudah
berlangsung sejak dulu hingga saat ini. Kegiatan Barzanji
dilakukan pada hari Jum’at pukul 13.00 WIB. Tempatnya
secara bergiliran di rumah-rumah warga.
d) TPA
Di Dusun Margosari kegiatan TPA sudah ada sejak dulu
secara turun-temurun sampai saat ini. Pengasuh dari TPA di
Dusun Margosari adalah bapak Slamet Yuwono. Jumlah
pesertanya ± 25 orang yang merupakan anak-anak dari warga
margosari. Kegiatan TPA dilaksanakan di Masjid yang berada
di Dusun Margosari. Waktu pelaksanakannya sehabis sholat
e) BKPRMI (Badan Koordinasi Remaja Masjid Indonesia)
BKPRMI berdiri sejak tahun 1994. Peserta kegiatan ini
bukan hanya warga Margosari melainkan seluruh Desa
Ngadirojo, jumlah pesertanya ± 250 orang. Kegiatan ini
dilaksanakan setiap hari Minggu Legi pukul 13.00 siang.
Tempat pelaksanaannya secara bergiliran setiap dusun yang
ada di Kelurahan Ngadirojo. Acara dalam kegiatan ini yaitu
mengkaji kitab Bulughul Maram. Adapun susunan pengurus
kegiatan ini sebagai berkikut:
Ketua : Bapak Supar
Wakil Ketua : Bapak Slamet Yuwono
Sekretaris : Bapak Jaswadi dan Bapak Jumarno
Bendahara : Bapak Tarno
f) Pengajian Minggu Pon
Pengajian Minggu Pon adalah kegiatan pengajian yang
pesertanya seluruh masyarakat Ngadirojo. Kegiatan ini
berlangsung tahun sejak 1994 hingga sekarang. Pengasuh
kegiatan ini adalah dari pihak kelurahan. Tempatnya dilakukan
secara bergantian setiap dusun. Biasanya mereka mengundang
penceramah untuk bisa mengisi acara pengajian. Waktu
25 Hafidz Huda A B B A A B C B
A. Menandakan pemahaman Islam yang baik.
B. Menandakan pemahaman Islam yang kurang baik.
C. Menandakan pemahaman Islam yang tidak baik.
2) Kegiatan agama Kristen di Dusun Margosari
Data tentang kegiatan agama Kristen diperoleh berdasarkan
hasil wawancara kepada salah satu warga yang beragama
Kristen, yaitu Bapak Yono. Adapun data tentang kegiatan
a) Kebaktian
Kebaktian merupakan kegiatan keagamaan yang rutin
dilaksanakan bagi umat Kristen di setiap hari minggu. Di
gereja dusun Margosari kegiatan kebaktian dimulai pada
pukul 07.00 WIB. Jama’ah di gereja dusun Margosari
bukan hanya berasal dari penduduk Margosari, melainkan
juga berasal dari daerah-daerah lain di sekitar dusun
Margosari.
b) Ibadah Rumah Tangga
Ibadah rumah tangga merupakan kegiatan keagamaan
bagi umat Kristen yang dilakukan di rumah-rumah warga
secara bergiliran. Waktu pelaksanaannya setiap hari sabtu
pukul 19.00 WIB. Peserta kegiatan ini bukan hanya warga
Margosari melainkan juga warga di dusun lain yang
menjadi jama’ah di Gereja Margosari.
c) Ibadah minggu wage
Ibadah minggu wage merupakan kegiatan keagamaan
umat Kristen yang ada di dusun Margosari yang
dilaksanakan setiap hari minggu wage pukul 15.00 WIB
d) Ibadah remaja
Ibadah remaja adalah perkumpulan remaja umat
Kristen yang merupakan jama’ah di Gereja Margosari yang
ini dilaksanakan di gereja, mereka berlatih musik untuk
BAB IV
ANALISIS DATA
A. Analisis data
Setelah melakukan pengumpulan data, maka selanjutnya adalah
melakukan analisis data tiap variabel sebagai berikut ini:
1. Toleransi antar umat beragama
Untuk mengetahui jawaban-jawaban dari pertanyaan angket yang
terdiri dari item pertanyaan yang masing-masing pertanyaan
disediakan alternatif jawaban dengan rincian bobot sebagai berikut:
a. Alternatif jawaban A, memiliki bobot nilai 3
b. Alternatif jawaban B, memiliki bobot nilai 2
c. Alternatif jawaban C, memiliki bobot nilai 1
Dalam mencari nominal yang didasarkan pada jumlah nilai yang
diperoleh dari hasil angket, nilai yang diperoleh kemudian
diklasifikasikan untuk mengetahui tingkat toleransi antar umat
beragama.
Tabel 4.1
Toleransi antar umat beragama
No Nama responden Jawaban soal Score Jumlah
A B C 3 2 1
1 Warsimi 15 0 0 45 0 0 45
A. Ada 28 responden pada kategori tinggi.
P = 28 x 100% 40
= 70%
B. Ada 8 responden pada kategori sedang.
P = 8 x 100% 40
= 17,391%
C. Ada 4 responden pada kategori rendah.
P = 4 x 100% 40
= 8,695%
Jadi, variabel toleransi antar umat beragama tergolong pada
kategori tinggi yaitu 70% dan ada 28 responden.
39 2 5% 78
∑ 40 100% 1729
Sedangkan mencari range (r) dengan menggunakan rumus:
R = nilai tertinggi - nilai terendah + 1 3
Keterangan:
Nilai tertinggi: 45
Nilai terendah: 39
R = 45 – 39 + 1 = 2,3 3
Dari hasil diatas dapat diperoleh nilai 2,3 dan dibulatkan menjadi 2.
Sehingga interval yang diambil bisa kelipatan 2, untuk
mengkategorikan dapat diperoleh interval sebagai berikut:
Tabel 4.3
Nilai interval
Toleransi antar umat beragama
No Interval Kategori Frekuensi Persentase
1. 43-45 Tinggi 28 70%
2. 40-42 Sedang 10 25%
Tabel 4.4
Perkembangan agama Islam
No Nama
responden
Jawaban soal Score Jumlah
Jumlah 135 136 49 405 272 49 723
P = F x 100% N
Keterangan:
P = prosentase
F = frekuensi
N = jumlah frekuensi
A. Ada 20 responden pada kategori tinggi.
P = 20 x 100% 40
= 50%
B. Ada 17 responden pada kategori sedang.
P = 17 x 100% 40
= 42,5%
C. Ada 3 responden pada kategori rendah.
P = 3 x 100% 40
= 7,5%
Jadi, variabel perkembangan Islam tergolong pada kategori tinggi
Tabel 4.5
Sedangkan mencari range (r) dengan menggunakan rumus:
R = = nilai tertinggi - nilai terendah + 1 3
Keterangan:
Nilai tertinggi: 24
R = 24 - 11 + 1 3
= 4,66
Dari hasil diatas dapat diperoleh nilai 4,66 dibulatkan menjadi 5.
Sehingga interval yang diambil bisa kelipatan 5, untuk
mengkategorikan dapat diperoleh interval sebagai berikut:
Tabel 4.6
Nilai interval
Perkembangan Islam
No Interval Kategori Frekuensi Persentase
1. 19-24 Baik 20 50%
2. 13-18 Sedang 17 42,5%
3. 7-12 Rendah 3 7,5%
Analisis kedua
Mencari nilai korelasi antara toleransi antar umat beragama dengan
perkembangan Islam di dusun Margosari desa Ngadirojo kecamatan
Ampel akan dokorelasikan dalam bentuk tabel koefisien korelasi
Tabel 4.7
Tabel pembantu analisis product moment
Keterangan:
Dalam melakukan analisis tentang toleransi antar umat beragama di
dusun Margosari desa Ngadirojo kecamatan Ampel, penulis
menggunakan rumus product moment, adapun rumusnya sebagai
Pembahasan
Setelah data dianalisis dengan menggunakan teknik product
moment dan diperoleh Rxy sebesar 0,48949, kemudian nilai Rxy yang
telah diketahui tersebut akan dikonsultasikan pada r tabel product
moment dengan n = 40 pada taraf signifikansi 5% diperoleh nilai
0,312 dan pada taraf signifikansi 1% diperoleh nilai 0,403.
Dengan ini dapat diketahui bahwa Rxy hitung sebesar 0,48949 >
0,312. Rxy tabel sebesar 0,312 maka dapat disimpulkan bahwa ada
pengaruh yang cukup signifikan antara toleransi antar umat beragama
dengan perkembangan Islam di dusun Margosari desa Ngadirojo
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil analisis data maka penulis dapat menarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Toleransi di Dusun Margosari pada kategori yang tinggi, yaitu 70%
dan ada 28 responden dari 40 responden yang diteliti. Artinya bahwa
masyarakat di Dusun Margosari meskipun warganya mempunyai
kepercayaan yang berbeda namun mereka sangat menjunjung tinggi
kerukunan antar warganya, saling menghormati satu sama lain,
saling tolong menolong, dan dapat bergaul dengan baik.
2. Perkembangan Islam di dusun Margosari pada kategori yang tinggi,
yaitu 50% dan ada 20 responden dari 40 responden yang diteliti.
Juga dengan adanya berbagai macam kegiatan-kegiatan yang bersifat
keagamaan yang sudah berjalan sejak dulu. Seperti kegiatan tahlilan,
pengajian tingkat kelurahan, yasinan, dan lain sebagainya.
Kegiatan-kegiatan tersebut menjadi cerminan mengenai keadaan Islam di
dusun Margosari.
3. Berdasarkan analisis dari data yang diperoleh di lapangan,
menunjukkan bahwa Rxy hitung sebesar 0,48949 > 0,312. Rxy tabel
sebesar 0,312 artinya bahwa ada pengaruh yang signifikan antara
toleransi antar umat beragama dengan perkembangan Islam di dusun
B. Saran
Setelah memperhatikan kesimpulan diatas, maka penulis
memberikan saran sebagai berikut:
1. Toleransi merupakan suatu perbuatan yang mulia, maka hendaknya
masyarakat Margosari untuk mempertahankan toleransi antar umat
beragama yang sudah berjalan dengan baik.
2. Perkembangan Islam di dusun Margosari cukup baik. Maka hendaknya
untuk senantiasa mempertahankan dan meningkatkan agar agama
DAFTAR PUSTAKA
Abdussami, Humaidy dan Tahir, Masnun, Islam dan Hubungan Antar Agama, Yogyakarta: LKIS
Al-Munawar, Haji Said Agil Husein, 2003, Fikih Hubungan Antar Agama, Jakarta: Ciputat Press.
Hasan, Muhammad Tholchah, 2000, Prospek Islam Dalam Menghadapi
Tantangan Zaman, Jakarta: Lantabora Press
Karim, M. Abdul, 2007, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, Yogyakarta: Pustaka Book Publisher
Koentjaraningrat, 1989, Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Musa, Muhammad Yusuf, 1988, Islam: Suatu kajian Komprehensif, Jakarta: Rajawali
Nasir, 2003, Metode Penelitian, Jakarta Timur: Ghalia Indonesia
Nasution, Harun dan Azra, Azyumardi, 1985, Perkembangan Modern dalam
Islam, Yayasan Obor Indonesia.
Poerwadarminta, 2006, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka
Wijdan SZ, A. Dkk, 2007, Pemikiran dan Peradaban Islam, Yogyakarta: Safiria Insania Press
Yuanzhi, Kong, 2007, Muslim Tionghoa Cheng Ho (Misteri Perjalanan Muhibah
di Nusantara), Jakarta: Pustaka Populer Obor
Zainuddin, 2010, Pluralisme (Pergulatan Dialogis Islam-Kristen di Indonesia), Malang: UIN Maliki Press
http://www.artikelbagus.com: Problematika Dakwah dalam Mensosialisasikan
PEDOMAN WAWANCARA
Jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini dengan jujur dan tepat!
A. Gambaran umum lokasi penelitian
1. Berapa jarak antara Dusun Margosari dengan Balai Desa?
2. Berapa jarak antara Dusun Margosari dengan kantor kecamatan?
3. Berapa jarak antara Dusun Margosari dengan kantor kabupaten?
4. Berapa luas wilayah Dusun Margosari?
5. Bagaimana mata pencaharian penduduk Margosari?
6. Bagaimana kondisi agama di Dusun Margosari?
B. Kegiatan kemasyarakatan
1. Apa saja kegiatan kemasyarakatan yang ada di Dusun margosari?
2. Kapan pelaksanaan kegiatan kemasyarakatan itu?
C. Kegiatan agama Islam
1. Apa saja kegiatan agama Islam yang ada di Dusun Margosari?
2. Kapan pelaksanaan kegiatan tersebut?
D. Kegiatan agama Kristen
1. Apa saja kegiatan agama Kristen yang ada di Dusun margosari?