PENERAPAN MODEL PENDEKATAN POLA GERAK DOMINAN TERHADAP HASIL PEMBELAJARAN STOP-PASSING DALAM
PERMAINAN SEPAKBOLA
(Studi Eksperimen di SMP Negeri 1 Lembang)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Olahraga
Program Studi PJKR
oleh
Indra Santira
NIM 0900157
JURUSAN PENDIDIKAN OLAHRAGA
PRODI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI
FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
PENERAPAN MODEL PENDEKATAN POLA GERAK DOMINAN
TERHADAP HASIL PEMBELAJARAN STOP-PASSING DALAM
PERMAINAN SEPAKBOLA (Studi Eksperimen di SMPN 1 Lembang)
Oleh
INDRA SANTIRA
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
© Indra Santira 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Februari 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
LEMBAR PENGESAHAN
Nama : Indra Santira
NIM : 0900157
Judul : Penerapan Model Pendekatan Pola Gerak Dominan Terhadap Hasil Pembelajaran Stop-Passing Dalam Permainan Sepakbola
Disetujui dan disahkan oleh:
Pembimbing I
Prof. Dr. Beltasar Tarigan, MS, AIFO. NIP. 195603031983031005
Pembibing II
Drs. Sucipto, M.Kes, AIFO. NIP. 196106121987031002
Mengetahui, Ketua Program Studi
Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi
Indra Santira NIM. 0900157. Skripsi : Penerapan Model Pendekatan Pola Gerak Dominan Terhadap Hasil Pembelajaran Stop-Passing Dalam Permainan Sepakbola (Studi Eksperimen di SMPN 1 Lembang). Skripsi ini dibimbing oleh Pembimbing I Prof. Dr. Beltasar Tarigan, Drs, M.S., AIFO. Pembimbing II Drs. Sucipto, M.Kes., AIFO.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penerapan pendekatan pola gerak dominan terhadap hasil pembelajaran stop-passing dalam permainan sepakbola di SMPN 1 Lembang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen. Desain penelitian pretest post posttest control grup desain. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMPN 1 Lembang kelas VIII dengan dengan jumlah 121 orang siswa, sedangkan sampel dalam penelitian ini sebanyak 30 orang siswa yang diambil melalui teknik acak (random sampling). Hasil pengujian data-data tersebut diperoleh angka thitung
2,178 lebih besar dari ttabel pada tingkat kepercayaan atau taraf signifikansi α = 0,05 dengan
dk (n1+n2-2) = 28, harga t1-0,05 (0,95). Dari daftar distribusi t diperoleh 3,809 kriteria
pengujian adalah, tolak Ho jika t > t 1-α. Ternyata, thitung berada pada daerah penolakan, jadi
ABSTRAK ... i
BAB II KERANGKA TEORITIS, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS ... 11
A. Model Pembelajaran ... 11
1. Konsep Model Pembelajaran... 11
2. Manfaat Penggunaan Model ... 12
3. Model-model Pembelajaran ... 13
4. Karakteristik Model Pembelajaran ... 14
5. Unsur-unsur Model Pembelajaran ... 15
B. Hakikat Pola Gerak Dominan... 16
C. Pembelajaran ... 18
1. Pengertian Belajar... 18
2. Hasil Belajar Pendidikan Jasmani ... 20
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 22
D. Hakikat Permainan Sepakbola... 23
E. Modifikasi Pembelajaran ... 27
1. Pengertian Modifikasi ... 27
2. Essensi Modifikasi ... 29
3. Tujuan Modifikasi ... 29
F. Analisis Data ... 45
1. Menghitung Rata-rata ... 45
2. Simpangan Baku... 46
3. Uji Normalitas Data... 46
4. Pengujian Homogenitas ... 47
5. Uji Kesamaan Dua Rata-rata Dua Pihak ... 47
BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS DATA ... 49
A. Hasil Pengolahan Data dan Analisis Data ... 49
1. Hasil Pengamatan Motorik ... 49
2. Hasil Pengamatan Sikap Siswa ... 52
3. Hasil Pengamatan Motorik ... 54
B. Pembahasan ... 55
C. Diskusi Penemuan ... 58
BAB V KESIMPULAN ... 62
A. Kesimpulan ... 62
B. Saran ... 62
Daftar Pustaka ... 63
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan jasmani merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang
memiliki peran penting terhadap perkembangan prilaku siswa seperti aspek
kognitif, afektif, dan aspek psikomotorik. Sebagaimana dikemukakan oleh Lutan
(2000, hlm. 15) bahwa “pendidikan jasmani adalah proses pendidikan melalui
aktivitas jasmani. Tujuan yang ingin dicapai bersifat menyeluruh, mencakup
domain psikomotor, kognitif, dan afektif.”
Di dalam kurikulum pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah,
sepakbola merupakan salah satu materi ajar yang harus diberikan kepada siswa.
Sepakbola merupakan suatu alat yang digunakan untuk mencapai tujuan
pendidikan dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani. Melalui pembelajaran
sepakbola dalam pendidikan jasmani, diharapkan dapat mencapai tujuan-tujuan
yang ada dalam kurikulum tersebut.
Sepakbola menurut Sucipto, dkk (2000, hlm. 7) menyatakan bahwa
Sepakbola merupakan permainan beregu, masing-masing regu terdiri dari sebelas pemain, dan salah satunya penjaga gawang. Permainan ini hampir seluruhnya dimainkan dengan menggunakan tungkai, kecuali penjaga gawang yang dibolehkan menggunakan lengannya di daerah tendangan.
Pendapat senada juga dikemukakan oleh ahli lain tentang pengertian
sepakbola. Dalam hal ini, Soejoedi (1999, hlm. 103) menjelaskan, bahwa
Dari pendapat di atas dapat digambarkan bahwa sepakbola merupakan
salah satu olahraga beregu yang mempunyai tujuan untuk memasukkan bola
sebanyak-banyaknya ke gawang lawan dan mempertahankan gawangnya sendiri
untuk tidak kemasukkan dengan cara kerjasama dalam sebuah tim.
Jika diperhatikan, dalam permainan sepakbola terdapat beberapa gerakan
yang dominan selalu dilakukan pemain yang bermain sepakbola. Beberapa
gerakan yang selalu ada dalam permainan sepakbola diantaranya adalah berlari,
menendang, kontrol bola, dan menangkap bola bagi seorang penjaga gawang.
Dari analisis gerakan-gerakan bermain sepakbola terdapat pola gerak yang bersifat
dominan. Pola gerak dominan inilah yang menjadi ciri dari permainan sepakbola.
Seperti gerakan lari ke berbagai arah untuk mengikuti irama permainan, meloncat/
lompat pada waktu menyundul bola, merampas bola dan menangkap bola.
Hal tersebut senada dengan pendapat Sucipto, dkk (2000, hlm. 9) yang
mengemukakan bahwa
Gerakan menendang, menahan, menggiring, menyundul, merampas dan menangkap bola, merupakan pola-pola gerak dominan dalam bermain sepakbola. Pola gerak dominan inilah yang membedakan karakteristik cabang olahraga satu dengan yang lainnya. Akan tetapi ada kalanya cabang-cabang olahraga memiliki pola gerak dominan yang hampir sama.
Pernyataan di atas menegaskan bahwa permainan sepakbola begitu
kompleks untuk dimainkan yang menggunakan hampir seluruh anggota tubuh.
Hal ini yang membuat pola gerak dominan dalam sepakbola begitu banyak. Oleh
karena itu, setiap pemain mutlak harus menguasai pola gerak dominan dalam
permainan sepakbola jika ingin melakukan permainan dengan baik. Karena
apabila pola-pola gerak dominan dalam permainan sepakbola tidak dikuasai oleh
pemain, maka pemain tersebut akan kesulitan dalam memainkan permainan
sepakbola. Kenyataan tersebut sesuai dengan pernyataan Sucipto, dkk (2000, hlm.
Penguasaan pola gerak dominan merupakan syarat mutlak guna terbentuknya keterampilan khas dalam suatu cabang olahraga, termasuk cabang sepakbola. Jika pola gerak dominan tidak dimiliki oleh siswa, maka ia akan menemui kesulitan dalam bermain sepakbola. Contohnya, pemain yang kurang cakap dalam menendang bola, maka pemain tersebut akan menemui kesulitan dalam bermain sepakbola. Untuk itu pola gerak dominan sangat perlu dimiliki oleh siswa sebelum ia bermain sepakbola. Untuk memiliki pola gerak dominan (PGD) cabang olahraga caranya tidak lain yaitu belajar/ berlatih melalui bimbingan guru atau pelatih. Dengan belajar atau berlatih, lambat laun PGD dapat dikuasai, sehingga pada akhirnya dalam bermain sepakbola tidak mengalami kesulitan yang berarti.
Pendapat di atas menegaskan bahwa pola gerak dominan sangat
diperlukan untuk membuat siswa dapat bermain sepakbola. Untuk membiasakan
siswa menguasai pola gerak dominan yang terdapat dalam permainan sepakbola,
haruslah para siswa tersebut membiasakan diri belajar atau berlatih untuk
meningkatkan kemampuan pola gerak dominan tersebut. Menurut Mahendra
(2010, hlm. 49), yang dimaksud dengan pola gerak dominan adalah
Pola gerak yang mendasari terbentuknya keterampilan senam sehingga perannya dianggap dominan. Pola gerak dominan inilah yang menjadi dinding bangunan (building block) untuk terbentuknya keterampilan-keterampilan yang lebih kompleks.
Ada beberapa keuntungan jika guru menerapkan pendekatan pola gerak
dominan dalam proses belajar mengajar. Menurut Mahendra (2010, hlm. 49-50)
beberapa keuntungan tersebut adalah
1) Guru dapat berkonsentrasi pada pola gerak kunci, sehingga mengurangi jumlah kegiatan atau keterampilan yang harus dikuasai murid. Variasi dan tingkat kesulitan kelak ditambahkan setelah “building block” dari setiap PGD dikuasai.
2) Pengajaran PGD dapat lebih disesuaikan dengan taraf pertumbuhan dan perkembangan anak, sehingga anak merasa tugas geraknya tidak terlalu sulit, tetapi tetap menantang dan menyenangkan.
4) Untuk setiap PGD yang dilakukan selalu terdapat persyaratan kemampuan fisik yang perlu dimiliki. Pendekatan PGD, dengan menekankan urutan dari yang sederhana ke yang lebih sulit, memungkinkan guru untuk memperhatikan persyaratan kemampuan fisik untuk setiap kegiatan.
5) Kerangka pendekatan PGD memungkinkan guru merencanakan program yang seimbang. Guru dapat memilih kegiatan-kegiatan yang tepat dari setiap PGD, atau membaginya menurut kebutuhan, misalnya 3 PGD dalam satu pelajaran, dan sisanya pada pelajaran berikutnya.
Dari beberapa keuntungan penggunaan pola gerak dominan yang
dijelaskan oleh Mahendra di atas, maka penulis memilih menggunakan
pendekatan pola gerak dominan untuk melihat hasil pembelajaran stop-passing
siswa yang semoga akan meningkatkan kemampuan pola geraknya dan dapat
melakukan permainan sepakbola dengan mudah dan menyenangkan.
Pada cabang olahraga sepakbola, sebetulnya ada beberapa gerakan yang
perlu dikembangkan pola gerak dominannya, yaitu lari, lompat, dan menendang.
Satu kata terakhir, yaitu menendang adalah pola gerak dasar dominan yang sering
ada dalam permainan sepakbola. Dengan adanya gerakan menendang, permainan
sepakbola menjadi pembeda dengan olahraga permainan lainnya karena ciri
khasnya yang melakukan permainan yang dominan menggunakan kaki. Banyak
pola gerak dasar dalam permainan sepakbola yang dilakukan dengan cara
menendang, diantaranya passing, long passing, shooting, dan juga membuang/ menghalau bola. Seperti yang dikemukakan Sucipto, dkk (2000, hlm. 14) yang
menyatakan bahwa “Menendang bola merupakan salah satu karakteristik
permainan sepakbola yang paling dominan. Pemain yang memiliki teknik
menendang dengan baik, akan dapat bermain secara efisien.” Menendang bola
merupakan suatu keterampilan yang tergolong ke dalam keterampilan diskrit.
Sebagaimana dikemukakan oleh Mahendra (2007, hlm. 12), “Keterampilan diskrit (discrete skill) diartikan sebagai keterampilan yang dapat ditentukan dengan
mudah awal dan akhir dari gerakannya, yang lebih sering berlangsung dalam
waktu singkat, seperti melempar bola, menendang bola...” Gerakan passing
merupakan salah satu teknik dasar yang terdapat dalam permainan sepakbola yang
tersebut senada tentang teknik dasar menurut Luxbacher (1997, hlm. 11) menjelaskan
bahwa "teknik dasar ialah semua gerakan yang mendasari permainan, dan dengan modal
tersebut seseorang dapat bermain dengan baik atau berlatih secara terarah."
Selain kemampuan menendang (passing), penulis juga tertarik untuk meneliti pola gerak dominan menghentikan bola (stoping) siswa dalam permainan sepakbola. Stoping termasuk pola gerak dasar yang harus dikuasai pemain supaya dapat memainkan sepakbola dengan baik dan berirama. Sucipto, dkk (2000, hlm.
23) mengemukakan bahwa
Menghentikan bola merupakan salah satu teknik dasar dalam permainan sepakbola yang penggunaannya bersamaan dengan teknik menendang bola. Tujuan menghentikan bola untuk mengontrol bola, yang termasuk didalamnya untuk mengatur tempo permainan, mengalihkan laju permainan, dan memudahkan untuk passing.
Pengertian tersebut didukung oleh pendapat dari Muhajir (dalam Sulaeman,
2007, hlm. 25), yang mengemukakan bahwa
Menghentikan bola merupakan salah satu teknik dasar dalam permainan sepak bola yang penggunaannya bersamaan dengan teknik menendang bola. Tujuannya menghentikan bola untuk mengontrol bola. Dilihat dari perkenaan bagian badan yang pada umumnya digunakan untuk menghentikan bola adalah kaki, paha, dan dada. Bagian kaki yang biasa digunakan untuk menghentikan bola adalah kaki bagian dalam, kaki bagian luar, punggung kaki, dan telapak kaki.
Dari hasil pengamatan sepintas penulis, siswa kelas VIII di SMPN 1
Lembang memiliki antusias yang tinggi terhadap olahraga permainan sepakbola.
Hal ini terlihat ketika penulis mengaktifkan ekstra kurikuler sepakbola di sekolah
tersebut, ada banyak siswa yang bergabung mengikuti latihan. Namun para siswa
kurang begitu baik dalam melakukan permainan, seringnya kehilangan bola saat
menerima operan dari kawan atau pun salah memberikan operan kepada kawan
menjadi penghambat tidak berkembangnya permainan sepakbola. Sedangkan
dalam permainan sepakbola yang harus dikuasai oleh setiap orang yang
memainkannya.
Pada saat peneliti melakukan observasi ke sekolah dengan memperhatikan
siswa kelas VIII yang sedang melakukan pembelajaran sepakbola, penulis melihat
antusias siswa sangat tinggi terhadap materi olahraga permainan tersebut. Hal itu
terlihat dari semangat siswa saat menyiapkan sarana belajar. Namun ketika masuk
pada materi inti, proses pembelajaran yang penulis amati terlihat monoton. Guru
memberikan materi ajar mirip seperti pendekatan teknis yang membariskan siswa
untuk bergantian melakukan passing. Masih banyak siswa yang terlihat pasif karena harus menunggu giliran menendang. Hal ini tentu membuat gerak siswa
kurang begitu banyak untuk melakukan passing dan stoping dalam pembelajaran sepakbola.
Dari fakta di atas dapat digambarkan bahwa hal ini masih menunjukkan
lemahnya model pendekatan yang diterapkan oleh guru, sehingga penulis ingin
menerapkan pendekatan pola gerak dominan dalam upaya meningkatkan pola
gerak dominan stop-passing siswa dalam permainan sepakbola.
Sehingga, dari latar belakang di atas maka penulis memilih judul
“Penerapan Model Pendekatan Pola Gerak Dominan Terhadap Hasil
Pembelajaran Stop-Passing Dalam Permainan Sepakbola”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah yang telah diuraikan, penulis
merasa jika masalah yang akan penulis teliti harus dirumuskan terlebih dahulu.
Hal ini untuk memudahkan dan menspesifikasikan masalah utama yang akan
diteliti, supaya masalah tersebut tidak keluar dari fokus masalah. Karena jika
permasalahan yang akan diteliti terlalu luas dan umum akan menyulitkan peneliti
dalam melakukan penelitian. Oleh sebab itu, perumusan masalah dalam suatu
penelitian sangat diperlukan.
Maka, untuk memudahkan pembahasan peneltian ini, masalah tersebut
1. Seberapa besar pengaruh pendekatan pola gerak dominan terhadap hasil
pembelajaran kemampuan stop-passing siswa dalam permainan sepakbola?
2. Seberapa besar pengaruh pendekatan pola gerak dominan terhadap
kerjasama, toleransi, percaya diri, keberanian, menghargai lawan, serta
mau bergantian memakai sarana dan pra sarana belajar siswa dalam
permainan sepakbola?
3. Seberapa besar pengaruh pendekatan pola gerak dominan terhadap
pemahaman materi siswa dalam permainan sepakbola?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan fokus masalah yang telah diungkapkan di atas, maka secara
umum penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui seberapa besar pengaruh pendekatan pola gerak dominan
terhadap hasil pembelajaran stop-passing siswa dalam permainan sepakbola?
2. Mengetahui seberapa besar pengaruh pendekatan pola gerak dominan
terhadap kerjasama, toleransi, percaya diri, keberanian, menghargai lawan,
serta mau bergantian memakai sarana dan pra sarana belajar siswa dalam
permainan sepakbola?
3. Mengetahui seberapa besar pengaruh pendekatan pola gerak dominan
terhadap pemahaman materi siswa dalam permainan sepakbola?
D. Manfaat Penelitian
Diharapkan ketika adanya hasil penelitian tentang model pendekatan pola
gerak dominan terhadap hasil pembelajaran stop-passing dalam permainan
sepakbola akan dapat dijadikan bahan masukan untuk meningkatkan pola gerak
1. Secara teoritis, penelitian ini dapat menjadi sumbangan keilmuan tentang
model pendekatan pola gerak dominan untuk meningkatkan pola gerak
dominan stop-passing siswa, peningkatan kerjasama, toleransi, percaya diri, keberanian, menghargai lawan, serta mau bergantian memakai sarana dan
pra sarana belajar dan pemahaman materi siswa dalam permainan sepakbola
selama mengikuti pembelajaran penjas.
2. Secara praktis, penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan penting dan
untuk memperluas wawasan pada para guru penjas atau pun lembaga
sekolah tentang pemakaian pendekatan pola gerak dominan untuk
diterapkan dalam pembelajaran penjas, khususnya permainan sepakbola di
sekolah.
E. Batasan Penelitian
Agar pokok permasalahan yang akan diteliti tidak terlalu luas dan umum,
maka permasalahan dibatasi sebagai berikut :
1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pendekatan pola
gerak dominan.
2. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah sikap, pemahaman materi,
dan pola gerak dominan stop-passing siswa dalam pembelajaran sepakbola.
3. Penelitiannya menggunakan penelitian Eksperimen.
4. Populasi
Seperti yang dijelaskan oleh Arikunto (2007, hlm. 20) yang
mengungkapkan bahwa “populasi adalah keseluruhan objek yang akan diteliti.” Sedangkan menurut Sugiyono (2012, hlm. 80) “Populasi
adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas; obyek/ subyek yang
mempnyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk mempelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.
Berdasarkan pemaparan tersebut maka yang menjadi populasi peneliti
siswa dan sampel adalah siswa kelas VIII SMPN 1 Lembang yang
berjumlah 30 orang siswa.
5. Lokasi penelitian akan dilaksanakan di kampus SMPN 1 Lembang di
Jalan Raya Lembang No 357 Lembang.
F. Definisi Istilah
Untuk menghindari salah penafsiran terhadap istilah yang digunakan
dalam penelitian ini, maka peneliti menjelaskan istilah – istilah dalam penelitian
ini, yaitu:
1. Sepakbola merupakan permainan beregu, masing-masing regu terdiri
dari sebelas pemain, dan salah satunya penjaga gawang (Sucipto, dkk,
2000, hlm. 7).
2. Pola gerak dominan adalah pola gerak yang mendasari terbentuknya
keterampilan dasar sehingga perannya dianggap dominan. PGD inilah
yang menjadi dinding bangunan (building block) untuk terbentuknya keterampilan-keterampilan yang lebih kompleks (Mahendra, 2010,
hlm. 49).
3. Passing adalah seni memindahkan momentum bola dari satu pemain ke pemain lain (Danny Mielke, 2007, hlm. 20).
4. Menghentikan bola (stopping) merupakan salah satu teknik dasar dalam permainan sepakbola yang penggunaannya bersamaan dengan
teknik menendang bola. tujuan menghentikan bola untuk mengontrol
bola, yang termasuk didalamnya untuk mengatur teempo permainan,
mengalihkan laju permainan, dan memudahkan untuk passing
(Sucipto, dkk, 2000, hlm. 23)
5. Domain Kognitif
Domain kognitif mencakup kemampuan intelektual mengenal
lingkungan terdiri atas enam macam kemampuan yang disusun secara
hierarkis dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks,
yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan
6. Domain Afektif
Domain afektif mencakup kemampuan-kemampuan emosional dalam
mengalami dan menghayati sesuatu hal yang meliputi lima macam
kemampuan emosional yang disusun secara hierarkis, yaitu kesadaran,
partisipasi, penghayatan nilai, pengorganisasian nilai, dan karakterisasi
diri. (Sagala, 2010, hlm. 33)
7. Domain Psikomotor
Domain psikomotor, yaitu kemampuan-kemampuan motorik
menggiatkan dan mengkoordinasikan gerakan yang terdiri dari gerakan
refleks, gerakan dasar, kemampuan perseptual, kemampuan jasmani,
gerakan-gerakan terlatih, dan komunikasi nondiskursif. (Sagala, 2010,
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Suatu penelitian membutuhkan suatu metode yang sesuai untuk dapat
membantu mengungkapkan suatu permasalahan yang akan diteliti, karena metode
penelitian mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam pelaksanaan
pengumpulan dan analisis data. Menurut Arikunto (2007, hlm. 151) yaitu: ”Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitian.”
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Menurut Sugiyono (2012, hlm. 107) yang dimaksud dengan metode penelitian eksperimen adalah, “Sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan.”
Sedangkan Arikunto (2007, hlm. 207) menjelaskan sebagai berikut:
Penelitian eksperimen merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari ”sesuatu” yang dikenakan pada subjek selidik. Dengan kata lain penelitian eksperimen mencoba meneliti ada tidaknya hubungan sebab akibat.
Penelitian eksperimen merupakan suatu penelitian dengan tujuan untuk
menentukan apakah ada atau tidak hubungan sebab akibat dari variabel-variabel
yang akan di teliti. Dalam penelitian ini peneliti ingin meneliti ada tidaknya
pengaruh penerapan model pendekatan pola gerak dominan terhadap hasil
pembelajaran stop-passing dalam permainan sepakbola.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi merupakan bagian yang penting keberadaannya. Pelaksanaan
penelitian tidak akan lepas dari objek yang akan diteliti karena melalui objek yang
dalam penelitian dan diperoleh suatu pemecahan masalah yang akan menunjang
keberhasilan penelitian, menurut Sugiyono (2012, hlm. 80) populasi adalah :
Wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek, yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya, jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dari benda-benda alam yang lain.
Dalam penelitian ini, populasi yang diambil adalah siswa kelas VIII di
SMP Negeri 1 Lembang.
2. Sampel
Setelah menentukan populasi, terdapat bagian lain yang lebih khusus
untuk mendapat perlakuan dalam suatu penelitian, yaitu sampel. Sampel menurut
Sugiyono (2012, hlm. 118) adalah “Bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.” Populasi yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Lembang yang berjumlah 121 orang
siswa. Populasi tersebut akan dijadikan sampel sebanyak 30 siswa dengan
perhitungan 25% dari seluruh populasi yang ada. Pengambilan sampel tersebut
mengacu pada pendapat Arikunto (2007, hlm. 134) yang mengemukakan, bahwa “.... jika subyeknya banyak (lebih dari 100 orang), sampel dapat diambil 10-15%, atau 20-25% atau lebih.”
Sampel untuk penelitian ditentukan menggunakan teknik simple random
sampling (sampel acak). Adapun penjelasan mengenai simple random sampling
(sampel acak) menurut Sugiyono (2012, hlm. 120) adalah “Dikatakan simple
karena sederhana, karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan
secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Cara
demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen”. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 30 orang siswa laki-laki kelas VIII SMPN 1 Lembang.
Cara pengambilan sampel dilakukan secara acak berdasarkan absen siswa laki-laki
kelas VIII A – VIII I dengan kelipatan 4 dari setiap nomor absen siswa laki-laki.
Setelah didapat 30 orang sampel, kemudian dibagi menjadi 15 orang untuk
R O1 X O2
R O3 O4
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan setelah tes awal dan
seluruh sampel telah memiliki nilai tes awal tersebut. Untuk lebih jelasnya,
pembagian kelompok eksperimen dan kelompok kontrol terdapat di data lampiran.
C. Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan rancangan tentang cara menyimpulkan dan
menganalisis data agar dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan penelitian.
Mengenai desain penelitian, Sugiyono (2004, hlm. 40) mengatakan bahwa “Desain penelitian merupakan suatu rencana tentang cara mengumpulkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan penelitian.”
Desain penelitian yang digunakan adalah pretest-postest control group design menurut Sugiyono (2012, hlm. 112). Dalam desain penelitian ini terdiri dari satu variabel bebas dan satu variabel terikat.
Gambar 3.1
pretest-postest control group design
Keterangan :
R : Random (sampel dipilih secara acak) O1 : Tes awal untuk kelompok eksperimen O2 : Tes akhir untuk kelompok eksperimen X : Perlakuan (treatment)
O3 : Tes awal kelompok kontrol O4 : Tes akhir kelompok kontrol
Dalam penelitian ini menggunakan desain penelitian Pretest-Postest Control Group Desain dan terdiri dari satu kelompok eksperimen dan satu kelompok kontrol. Dalam penelitian yang menggunakan Pretest-Postest Control Group Desain ini dilakukan tes awal untuk mengetahui kemampuan awal siswa kemudian diberi perlakuan atau treatment, setelah diberi perlakuan selama 14 kali pertemuan selanjutnya dilakukan tes akhir. Setelah data terkumpul kemudian
dilakukan pengolahan dan analisis data yang hasilnya digunakan sebagai dasar
Untuk memberikan gambaran mengenai penelitian yang dilakukan maka
diperlukan langkah-langkah penelitian sebagai rencana kerja. Dalam penelitian ini
penulis menggambarkan langkah penelitian sebagai berikut.
Populasi
Tes Awal
Sampel
Bagan 3.2 Langkah-langkah Penelitian
D. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian untuk mengumpulkan data dari sampel penelitian
diperlukan alat yang disebut instrumen. Menurut Arikunto (2007, hlm. 126) menjelaskan, bahwa “Instrumen adalah alat pada waktu peneliti menggunakan metode.” Dalam pengumpulan data ini penulis menggunakan tes, sebagaimana yang dijelaskan olah Nurhasan (2007, hlm. 3) bahwa tes adalah “Suatu alat ukur
Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol
Tes Akhir
Analisis data
yang dapat digunakan untuk memperoleh data yang objektif tentang hasil belajar siswa.”
Data tersebut diperoleh pada awal eksperimen sebagai data awal dan pada
akhir eksperimen sebagai data akhir. Tujuannya agar dapat mengetahui pengaruh
hasil perlakuan dan perbedaannya yang merupakan tujuan akhir dari eksperimen.
Tes yang dilakukan adalah tes kemampuan passing dan stoping yang akan diberikan peneliti pada testee. Ada pun uraiannya adalah sebagai berikut:
1. Tujuan tes : Mengukur gerak kaki dalam menyepak dan menahan bola.
2. Alat yang digunakan :
a. Bola 2 buah
b. Stop watch
c. Bangku swedia 4 buah (papan ukuran 3m x 60 cm sebanyak 2 buah)
d. Kapur.
3. Petunjuk Pelaksanaan:
a. Testee berdiri di belakang garis tembak yang berjarak 4 meter dari
sasaran/papan, boleh dengan posisi kaki kanan siap menembak ataupun
sebaliknya.
b. Pada aba-aba “Ya”, testee mulai menyepak bola ke sasaran/papan dan
menahannya kembali dengan kaki di belakang garis tembak yang akan
menyepak bola berikutnya yang arahnya berlawanan dengan sepakan
pertama.
c. Lakukan kegiatan ini bergantian antara kaki kiri dan kanan selama 30
detik
d. Apabila gagal ke luar dari daerah sepak, maka testee menggunakan bola
cadangan yang telah disediakan.
4. Gerakan tersebut dinyatakan gagal bila :
a. Bola ditahan dan disepak di depan garis sepak yang akan menyepak bola
b. Hanya menahan dan menyepak bola dengan satu kaki.
5. Cara menskor :
Jumlah menyepak dan menangkis bola yang sah, selama 30 detik. Hitungan 1,
Untuk lebih jelasnya format penilaian stop-passing penulis tampilkan ke dalam bentuk gambar sebagai berikut.
60 cm
4 m
4 m
3 m
Gambar 3.3
Diagram Lapangan Tes Sepak Tahan Bola
Selain pemberian tes awal stop-passing yaitu untuk mengukur hasil belajar dalam aspek psikomotor, siswa juga harus diperhatikan proses belajar dari aspek
yang lainnya seperti aspek kognitif dan afektif. Untuk melihat perkembangan
hasil belajar dari aspek kognitif dan afektif harus dilakukan pengamatan langsung
oleh penulis dengan melakukan observasi saat pemberian materi. Baik itu untuk
kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis dalam penelitian ini
adalah berupa ekskperimen yang terdiri dari tes awal, pelaksanaan proses
pembelajaran sepakbola dan diakhiri dengan melakukan tes akhir.
a. Pelaksanaan tes awal dan tes akhir
Pelaksanaan tes awal pada hari Rabu tanggal 6 Oktober 2013 pukul
14.00-16.00 WIB, bertempat di lapangan Guruminda Lembang, Kabupaten Bandung
dominan siswa dalam permainan sepakbola, yaitu gerak dominan passing dan
stoping pada kelompok sampel sebelum diberikan pembelajaran. Sebelum melakukan tes, sampel diberikan penjelasan bahkan diberikan contoh terlebih
dahulu agar siswa mengetahui tentang cara melakukan passing dan stoping
dengan benar serta mengetahui tata cara melakukan tes awal stop-passing.
Pelaksanaan pembelajaran/ latihan dimulai pada pukul 14.00 WIB sampai
dengan pukul 16.00 WIB sesuai dengan jadwal kegiatan ekstrakurikuler. Proses
pembelajaran berlangsung selama enam minggu dengan jumlah pertemuan
sebanyak 16 kali pertemuan. Dalam satu minggu terdapat 3 kali pertemuan, yaitu
pada hari Senin, Rabu, dan Sabtu. Jumlah pertemuan latihan 3 kali seminggu ini
telah diungkapkan oleh Harsono (1988, hlm. 194) yang mengemukakan bahwa “...latihan sebaiknya dilakukan tiga kali dalam seminggu misalnya Senin, Rabu, Jum’at, dan diselingi dengan satu hari istirahat”.
Setelah pembelajaran dilakukan selama 14 pertemuan, maka dilakukan tes
akhir yang pelaksanaannya diadakan pada tanggal 9 November 2013. Pelaksanaan
tes akhir dilakukan pada jam 14.00-16.00 WIB seperti pada saat melakukan tes
awal. Tujuan tes akhir adalah untuk mengetahui kemampuan siswa setelah
diberikan perlakuan yang berbeda dalam melakukan stop-passing dalam permainan sepakbola.
F. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji t. Satu pihak untuk
melakukan uji tersebut, terlebih dahulu mencari persyaratan uji yaitu:
1. Menghitung skor rata-rata kelompok sampel dengan menggunakan
rumus dari Sujana (2002:67) sebagai berikut:
:
: Skor rata-rata yang dicari
∑ : Jumlah skor yang di dapat : Jumlah responden
2. Simpangan Baku
Langkah-langkah penghitungan dengan rumus :
S =√∑( )
Keterangan :
S : Simpangan baku yang dicari
∑( ) : Jumlah skor dikurangi rata-rata yang dikuadratkan
: Jumlah sampel dikurangi satu
3. Uji Normalitas Data
Data Normalitas digunakan melalui pendekatan uji lillifors ( LO ).
Langkah-langkah pengujian normaliotas dengan pendekatan uji lilifors
adalah sebagai berikut :
a. Menyusun data hasil pengamaatan, yang dimulai dari nilai pengamatan
yang paling kecil sampai nilai pengamatan yang paling besar ( Xi ).
b. Tentukan rata-rata ( mean ) dan simpangan baku.
1. Nilai Rata-rata ( Mean )
∑
2. Simpangan baku ( S )
S = √∑( )
c. Untuk semua nilai pengamatan dijadikan angka baku Z dengan
pendekatan Z skor yaitu :
d. Untuk tiap baku angka tersebut dengan bantuan tabel distribusi normal
baku (tabel distribusi Z). kemudian hitung peluang dari masing-masing
nilai Z (Fzi) dengan ketentuan : jika nilai Z negative, maka dalam
menentukan Fzi-nya adalah 0,5 – luas distribusi Z pada tabel.
e. Menentukan proporsi masing-masing nilai Z (Szi) dengan cara melihat
kedudukan nilai Z pada nomor urut sampel yang kemudian dibagi
dengan banyaknya sampel.
f. Hitung selisih antara F(zi) – S(zi) dan tentukan harga mutlaknya.
g. Apabila harga mutlak yang paling besar diantara harga mutlak dari
seluruh sampel yang ada dan berilah symbol Lo.
h. Dengan bantuan tabel nilai kritis L untuk uji lilifors, maka tentukan
nilai L.
i. Bandingkan nilai L tersebut dengan nilai Lo untuk mengetahui
diterima atau ditolak hipotesisnya, dengan kriteria :
- Terima Ho jika Lo < Lα = Normal
- Tolak Ho jika Lo > Lα = Tidak Normal
4. Pengujian Homogenitas
Rumus yang digunakan untuk menghitung homoginetas menurut
Sudjana ( 2002:250 ) adalah sebagai berikut :
F =
- Kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis :
Tolak hipotesis ( ho ) jika F > Fα, dalam hal lain Ho diterima.
- Batas krittis penolakan dan penerimaan hipotesis :
dk pembilang = n-1 = 10-1=9
dk penyebut = n-1 = 10-1=9 Dengan α = 0,05.
5. Uji Kesamaan Dua Rata-rata Dua Pihak
Menguji hipotesis, rumus yang digunakan menurut Sudjana (2002,
S2 =
Untuk harga lainnya Ho ditolak, distribusi t dengan tingkat kepercayaan
A. Kesimpulan
Dari hasil pengolahan dan analisis data yang telah dikemukan pada Bab IV, tentang
penerapan pendekatan pola gerak dominan terhadap hasil belajar stop-passing pada pembelajaran sepakbola, maka penulis menyimpulkan sebagai berikut :
1. Pendekatan pola gerak dominan memberikan pengaruh terhadap hasil belajar
stop-passing dalam permainan sepakbola.
2. Pendekatan pola gerak dominan dapat meningkatkan kerjasama, toleransi, percaya diri,
keberanian, menghargai lawan, serta sikap bersedia untuk bergantian menggunakan
sarana dan pra sarana pembelajaran.
3. Pendekatan pola gerak dominan menjadikan pemahaman siswa lebih baik tentang materi
stop-passing dalam permainan sepakbola. B. Saran
1. Untuk meningkatkan kemampuan stop-passing siswa, seyogianya guru penjas menerapkan model pendekatan pola gerak dominan dalam pembelajaran.
2. Untuk meningkatkan kerjasama, toleransi, percaya diri, keberanian, menghargai lawan,
dan sikap bersedia untuk bergantian menggunakan sarana dan pra sarana pembelajaran,
serta untuk menjadikan pemahaman siswa lebih baik tentang materi stop-passing dalam permainan sepakbola, seyogianya guru penjas menerapkan model pendekatan pola gerak
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, T.M. (2007). Prosedur Penelitian. Jakarta : Reinika Cipta
Bahagia, Y. (2010). Media Dan Pembelajaran Penjas. Bandung : Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Indonesia
Dimyati dan Mudjiono. (2006). Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta : PT Rineka Cipta
Eric C. B. (2003). Latihan Sepak Bola Metode Baru. Bandung : CV. Pionir Jaya
Gumilar. (2011). Implementasi Pendekatan Teaching Game For Understanding
(TGFU) Terhadap Hasil Pembelajaran Aktivitas Sepak Bola. Bandung : Tidak diterbitkan.
Hamalik. (1995), Kurikulum Dan Pembelajaran, Bumi Aksara, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Harjanto. (2006). Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Harsono. (1988). Coaching Dan Aspek-aspek Psikologis Dalam Coaching. Jakarta: CV Tanbak Kusuma.
Husdarta, Saputra, Yudha. (2000). Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas Dirjen
Juliantine, Tite dkk. (2010). Belajar Dan Pembelajaran Penjas. Bandung : Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Indonesia.
Komalasari, K. (2010). PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL Konsep Dan Aplikasi. Bandung: PT Radika Aditama
Kosasih, E. (1985). Olahraga Teknik Dan Program Latihan. Jakarta: Akademia Presindo
Lutan, R, (2000). Pengantar Belajar Keterampilan, Pengantar Teori Dan Metode. Jakarta : Depdikbud Dirjen Dikti
Luxbacher.(1997). SEPAKBOLA: Taktik Dan Teknik Bermain. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Mahendra, A. (2010). Pembelajaran Senam Artistik. Bandung : Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universtas Pendidikan Indonesia Bandung
Mielke, Danny, (2007). Dasar-Dasar Bermain Sepak Bola. Bandung : Human Kinetics
Mudhofir. (2003). Prinsip-prinsip Pengelolaan Pusat Sumber Belajar. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Nurhasan. (2007). Tes Dan Pengukuran Keolahragaan. Bandung : Jurusan Pendidikan Kepelatihan Fakultas Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Indonesia.
Sagala. (2010). Konsep Dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta
Slameto. (1995). Belajar Dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Asdi Mahasatya
Soejoedi, I. (1999). Permainan Dan Metodik. Jakarta : Depdikbud
Sucipto. Dkk. (2000). Sepakbola. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Depdiknas
Sudjana. (2004). Hasil Belajar [Online]. Tersedia Dalam Website
http:// aadesanjaya.blogspot.com /2011/03/ pengertian- definisi-hasil-belajar.html
Sugiyono, (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Sukatamsi. (1992). Permainan Besar I Sepakbola. Jakarta: PT Balai Pustaka Indonesia
Sulaeman, C. (2010). Pengaruh Media Audio Visual Terhadap Hasil Belajar
Passing Dalam Pembelajaran Sepakbola di SMP Negeri 3 Lembang. Bandung : Tidak diterbitkan
Syaiful dan Aswan. (2010). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta Mulya
UPI (2013), Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung : UPI Bandung
Winkel. (1999). Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Menengah. Jakarta : PT Gramedia