• Tidak ada hasil yang ditemukan

this PDF file PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMEGANG POLIS ASURANSI PASCA PAILIT (STUDI KASUS PT ASURANSI BUMI ASIH JAYA) | Ishak | Legal Opinion 1 PB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "this PDF file PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMEGANG POLIS ASURANSI PASCA PAILIT (STUDI KASUS PT ASURANSI BUMI ASIH JAYA) | Ishak | Legal Opinion 1 PB"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

137

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMEGANG POLIS

ASURANSI PASCA PAILIT (STUDI KASUS PT ASURANSI BUMI ASIH

JAYA)

Winyharti Ishak Nursiah Moh. Yunus

Moh Rusli Ayyub

ABSTRAK

Penulisan skripsi ini membahas mengenai pencabutan izin usaha asuransi Bumi Asih Jaya karena tidak mampu lagi memenuhi ketentuan terkait kesehatan keuangan, namun Asuransi

Bumi Asih Jaya tidak melaksanakan penyelesaian kewajiban kepada seluruh pemegang polis,

sehingga Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengajukan gugatan pailit kepada PT Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya melalui Pengadilan Niaga Jakarta Pusat, Melalui keputusan Mahkamah Agung Nomor 408 K/Pdt.Sus-Pailit/2015 atas permohonan pernyataan pailit yang diajukan oleh OJK terhadap PT Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya yang menyatakan bahwa permohonan pailit dari Pemohon Pailit dikabulkan serta menyatakan PT Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya Pailit. Rumusan masalah dalam skripsi ini yaitu Bagaimana Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Polis Asuransi Pasca Asuransi Bumi Asih Jaya Pailit dan mekanisme penyeleseaian tagihan yang diajukan para pemegang polis. Dengan penelitian empiris.berdasarkan dari penelit Kesimpulan hasil penelitian ini diketahui sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku dalam Pasal 15 Ayat (1) Undang-Undang Kepailitan dan PKPU, dalam putusan pernyataan pailit, harus diangkat Kurator dan seorang Hakim

Pengawas yang ditunjuk dari hakim pengadilan dan berdasarkan Pasal 52 Ayat (1)

Undang-Undang Perasuransian kedudukan Pemegang Polis Asuransi lebih tinggi daripada kreditor lainnya, tetapi nyatanya berbeda dengan yang terjadi dilapangan adanya kesenjangan antara Undang-Undang dan hasil penelitian bahwa sampai dengan April 2017 belum ada nasabah yang mendapatkan pengembalian premi oleh kurator yang telah ditunjuk oleh pengadilan. Disarankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai lembaga penga was lebih memperhatikan perlindungan terhadap nasabah asuransi, dan OJK sebagai lembaga perlindungan Konsumen yang ber wenang untuk terus mengawasi sampai dimana proses likuidasi perusahaan Bumi Asih Jaya agar hak-hak pemegang polis bisa terlindungi dan mendapatkan pengembalian klaim sesuai dengan perjanjian.

Kata Kunci : Asuransi Bumi Asih Jaya, Kepailitan, Kurator, OJK

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia tidak dapat meramalkan apa yang akan terjadi diwaktu yang akan datang secara sempurna, terkadang dalam kehidupan manusia dihadapkan pada suatu

(2)

138 berusaha, tetapi Tuhan Yang Maha Kuasa

yang menentukan. Oleh karena itu, setiap insan tanpa kecuali di alam fana ini selalu menghadapi berbagai resiko yang merupakan sifat hakiki manusia yang menunjukkan ketidak berdayaannya dibandingkan Sang Maha Pencipta. Kemungkinan menderita kerugian yang dimaksud disebut risiko1

“Timbulnya suatu risiko menjadi kenyataan merupakan suatu yang belum pasti, sementara kemungkinan bagi seseorang akan mengalami kerugian atau kehilangan yang dihadapi oleh setiap manusia merupakan suatu hal yang tidak diinginkan. Oleh karena itu, kemungkinan timbulnya suatu risiko menjadi kenyataan, adalah suatu hal yang diusahakan untuk tidak terjadi”2

tetapi saat terjadi suatu hal yang tidak diinginkan dan mengalami suatu kerugian akibat kejadian tersebut, tentu saja manusia akan menanggung kerugian tersebut. Jika kerugian tersebut dalam jumlah yang kecil mungkin saja kerugian dapat ditutupi dengan uang tabungan yang ada, tetapi saat terjadi suatu kerugian yang besar seperti seseorang yang rumahnya terbakar habis, akan kehilangan tempat kediamannya, orang yang barang-barang pakaiannya dicuri

1

A. Junaedy Ganie, Hukum Asuransi Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2011 hlm. 1

2 Ibid

semua akan hampir telanjang, orang yang tanamannya musnah akibat banjir, akan jatuh miskin3

Menurut Pasal 1774 pengertian asuransi adalah : “suatu perjanjian untung -untungan adalah suatu perbuatan yang hasilnya, mengenai untung ruginnya, baik bagi semua pihak, maupun bagi sementara pihak, bergantung pada suatu kejadian yang belum tentu4

Asuransi atau pertanggungan kerugian timbul karena kebutuhan manusia, Asuransi merupakan salah satu bentuk pengalihan risiko. Pertimbangan yang timbul dalam pengambilan keputusan terhadap bentuk penanganan risiko didasarkan pada apakah risiko yang berhasil diidentifikasi karena ketidak pastian tersebut dapat dicegah, dihindari, ditanggung sendiri atau harus dialihkan kepada pihak lain. Perjanjian anatara penanggung dan tertanggung sebagai suatu perjanjian asuransi atas kejadian yang dicatumkan dalam perjanjian yang timbul tidak dapat dipastikan, ini tidak membatasi kejadian yang diperjanjikan. Oleh karena itu, diperlukan kejelasan tentang risiko yang dihadapi oleh tertanggung yang akan diambil alih oleh penanggung dengan imbalan pembayaran premi.

3

Djoko Prakoso, Hukum Asuransi Indonesia, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2000 hlm. 14

4

(3)

139 Tuntutan kebutuhan terhadap

pertanggungan asuransi terus berkembang mengikuti tingkat kompleksitas risiko yang timbul dan mengancam pribadi maupun dunia usaha. Perlindungan jasa asuransi dalam mengatasi risiko telah melahirkan usaha perasuransian sebagai suatu bisnis. Industri asuransi dapat memegang peranan penting bagi perekonomian suatu bangsa dalam bentuk penyediaan jasa pengambil alihan risiko, sehingga memungkinkan pribadi atau pelaku usaha membuat suatu perancanaan yang baik untuk perlindungan mereka terhadap resiko yang timbul dari ketidak pastian.

Undang – Undang No. 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian menyebutkan bahwa usaha perasuransian hanya dapat dilakukan oleh Perseroan Terbatas, Koperasi, Usaha Bersama yang telah ada pada saat Undang-Undang ini diundangkan.Tentunya di dalam menjalankan kegiatan usahanya perusahaan- perusahaan tersebut dapat mengalami resiko yaitu seperti resiko mengalami pailit, dibalik perlindungan akan rasa aman yang diberikan dari jasa asuransi, perusahaan asuransi seperti halnya perusahaan lainnya tidak terlepas dari ancaman pailit. Perusahaan asuransi tidak selalu berjalan dengan mulus. Perusahaan asuransi bisa pailit kapan saja apabila manajemen perusahaan asuransi tidak berjalan dengan baik. Untuk itu

diperlukan sebuah manajemen yang dapat mengelola atau mengolah harta kekayaan perusahaan asuransi dengan baik.

Kepailitan pada sebuah perusahaan dapat terjadi karena ketidak mampuan perusahaan asuransi tersebut dalam melunasi klaim dari nasabah yang sudah jatuh tempo, maka saat terjadi perusahaan asuransi pailit pihak yang dirugikan adalah nasabah karena tidak dapat meminta pembayaran klaim, sesuai Pasal 50 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian (“UU Perasuransian”) menyatakan Permohonan pernyataan pailit terhadap Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, Perusahaan Reasuransi, atau Perusahaan Reasuransi Syariah berdasarkan Undang-Undang ini hanya dapat diajukan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). “ Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 memuat kewenangan ekslusif yang dimiliki OJK, apabila seorang ingin mengajukan pailit, jika menyangkut perusahaan asuransi maka kewenangan boleh atau tidaknya ada pada OJK yang dulu ada pada Menteri Keuangan”5

Bulan Oktober Tahun 2013, OJK telah mencabut izin Perusahaan Asuransi Bumi Asih Jaya. Pencabutan itu dilakukan lantaran perusahaan dikabarkan memiliki

5

(4)

140 utang klaim kepada nasabah yang belum

dibayar. Dengan dicabutnya izin usaha perusahaan, maka PT Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya dilarang melakukan kegiatan usaha di bidang asuransi jiwa dan diwajibkan menurunkan papan nama, serta menyelesaikan utang dan kewajibannya

Pencabutan izin usaha Perusahaan Asuransi Bumi Asih Jaya tentu saja nasabah/pemegang polis menjadi pihak yang dirugikan karena tidak bisa meminta claim ataupun pengembalian premi dari perusahaan tersebut, hal ini sungguh mencederai nilai-nilai yang terkandung dalam prinsip Utmost Good Faith (itikad baik) dalam asuransi.6

Dewan Komisioner OJK

mengeluarkan keputusan Nomor: KEP-112/D.05/2013 pada 18 Oktober 2013 untuk mencabut izin usaha Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya. Berdasarkan keputusan pencabutan izin usaha tersebut, perusahaan asuransi ini seharusnya melaksanakan penyelesaian kewajiban kepada seluruh pemegang polis. Akan tetapi, PT Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya belum melaksanakan keputusan tersebut sehingga OJK mengajukan gugatan pailit kepada PT Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya melalui Pengadilan Niaga Jakarta Pusat, sesuai dengan Undang-Undang No 40 Tahun

6

Man Suparman Sastrawidjadja, Hukum Asuransi: Perlindungan Tertanggung, Asuransi Deposito, Usaha Perasuransian. PT Alumni, Bandung, 2004 hlm 56

2014 Pasal 51 Ayat (1), Kreditor menyampaikan permohonan kepada OJK untuk mengajukan permohonan pernyataan pailit kepada pengadilan niaga. Kemudian dalam Pasal 51 Ayat (2) menyebutkan, OJK menyetujui atau menolak permohonan yang disampaikan oleh kreditor sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak permohonan diterima secara lengkap.

Mahkamah Agung mengeluarkan keputusan Nomor 408 K/Pdt.Sus-Pailit/2015 mengenai permohonan pernyataan pailit terhadap PT Asuransi Bumi Asih Jaya (PT AJ BAJ) oleh OJK sebagai pemohon pailit. Dalam Putusan tersebut dinyatakan bahwa permohonan pailit dari Pemohon Pailit dikabulkan serta menyatakan PT Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya Pailit. Dengan pailitnya suatu perusahaan bukan berarti menghilangkan kewajiban Perusahaan untuk mengembalikan premi yang telah dibayarkan oleh pemegang polis karena hal tersebut akan merugikan para pemegang polis.

berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, penulis tertarik untuk melakukan penelitian serta dituangkan dalam suatu penulisan hukum (skripsi) dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Polis Asuransi

(5)

141 B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Polis dari PT Asuransi Bumi Asih Jaya Palu ?

2. Bagaimana Mekanisme Penyelesaian Tagihan yang diajukan oleh Para Pemegang Polis?

II. PEMBAHASAN

A. Perlindungan Hukum Terhadap

Pemegang Polis Asuransi Pasca

Pailit Bumi Asih Jaya Palu

OJK mencabut izin usaha perasuransian dari PT Asuransi Bumi Asih Jaya melalui Surat Keputusan Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) No.KEP-112/D.05/2013 tanggal 18 Oktober 2013 tentang Pencabutan Izin Usaha dibidang Asuransi Jiwa atas PT Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya. Pencabutan izin usahai disebabkan Bumi Asih tidak mampu lagi memenuhi ketentuan terkait kesehatan keuangan. Asuransi Bumi Asih Jaya tidak mampu memenuhi ketentuan kesehatan keuangan baik risk bases capital, dan rasio perimbangan investasi terhadap cadangan teknis dan utang klaim. Sebelumnya OJK telah memberikan kesempatan untuk memenuhi ketentuan tersebut. Meski demikian, aturan yang kesempatan yang diberikan OJK tersebut nampaknya tidak dapat dilaksanakan dengan baik.

Pada Tahum 2009, Menteri Keuangan telah mengenakan sanksi pembatasan kegiatan usaha pada Asuransi Bumi Asih untuk mencegah bertambahnya pihak- pihak yang kemungkinan dirugikan oleh permasalahan keuangan yang dihadapinya. Sanksi tersebut, dikeluarkan melalui surat nomor S-694/MK.10/2009 30 April 2009 dengan batas waktu mengatasi masalah keuangan selama 12 bulan. Namun hingga empat tahun Asuransi Bumi Asih tidak dapat mengatasi penyebab dikenakannya sanksi, sehingga sesuai Undang-Undang harus ditindak lanjuti dengan pencabutan izin usaha, dengan dicabutnya izin usaha maka menurunkan papan nama, baik di kantor pusat maupun kantor lainnya di luar kantor pusat, menyelesaikan seluruh kewajiban dan melakukan pembubaran badan hukum.

(6)

142 Perusahaan asuransi Bumi Asih Jaya yang

telah diputus pailit pada bulan Agustus tahun 2015. Mahkamah Agung mengeluarkan keputusan Nomor 408 K/Pdt.Sus-Pailit/2015 mengenai pernyataan Pailit terhadap PT Asuransi Bumi Asih Jaya (PT AJ BAJ) oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Dalam Putusan tersebut dinyatakan bahwa permohonan pailit dari Pemohon Pailit dikabulkan serta menyatakan PT Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya Pailit, terhadap putusan tersebut telah dibuat aturan yang menyatakan bahwa pemegang polis akan dilindungi kepentingannya apabila perusahaan asuransi dinyatakan pailit.

Putusan pernyataan pailit yang telah diucapkan oleh hakim pengadilan niaga menimbulkan akibat hukum terhadap perbuatan hukum yang dilakukan oleh debitor, putusan tersebut mengakibatkan seluruh kekayaan debitor serta segala sesuatu yang diperoleh dalam kepailitan berada dalam sitaan umum, sejak putusan pailit diucapkan. Pada Pasal 22 Undang-Undang Nomor 37 tahun 2004 mengatur pengecualian sitaan umum terhadap :

1. Benda, termaksud hewan yang benar-benar dibutuhkan sehubungan dengan pekerjaannya, perlengkapannya, alat-alat medis yang dipergunakan dalam kesehatan, tempat tidur dan perlengkapannya yang dipergunakan oleh debitur dan keluarganya, dan

bahan masakan untuk tiga puluh hari bagi debitur dan keluarganya;

2. Segala sesuatu yang diperoleh debitur dari pekerjaannya sendiri sebagai penggajian suatu jabatan atau jasa, upah, uang tunggu dan uang tunjangan, sejauh yang ditentukan oleh hakim pengawas.

3. Uang diberikan kepada debitur untuk memenuhi kewajibannya memberi nafkah.7

Bumi Asih Jaya juga kehilangan hak untuk melakukan pengurusan dan penguasaan atas bendanya, proses pengurusan, penguasaan harta dan penyelesaian kewajiban kepada para kreditur, pemegang polis dan pihak lain yang berhak dilakukan oleh kurator yang telah ditetapkan Pengadilan. Pasal 69 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang mengatur tentang tugas kurator, yaitu melakukan pengurusan dan/ pemberesan harta pailit. Bumi Asih Jaya yang dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga dengan putusan NOMOR : 04/PDT-SUS-PAILIT /2015/PN.NIAGA.JKT.PST.Jo,

tertanggung diberikan perlindungan hukum berupa penunjukan kurator dan hakim pengawas oleh hakim pengadilan

7

(7)

143 seperti yang disebutkan dalam Pasal 15

Ayat (1) Undang-Undang Kepailitan dan PKPU. Selanjutnya Pasal 16 Ayat (1) Undang-Undang Kepailitan dan PKPU menyatakan bahwa semenjak putusan pailit diucapkan, hak Debitur pailit untuk menguasai dan mengurus kekayaan yang termasuk dalam harta pailit diambil alih oleh kurator.

Perusahaan Asuransi Bumi Asih Jaya yang telah dinyatakan pailit oleh

Mahkamah Agung akibat

ketidakmampuannya memenuhi kewajiban solvabilitas minimal sesuai dengan aturan kesehatan perusahaan asuransi dan reasuransi maka harus memenuhi kewajibannya kepada kreditor sesuai dengan jenis kreditor yang telah diatur berdasarkan Undang-Undang yang berlaku.

Pasal 52 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian memberikan sinyal adanya perlindungan terhadap pemegang polis, pada Pasal itu disebutkan bahwa :

1. Dalam hal perusahaan asuransi, perusahaan asuransi syariah, perusahaan reasuransi atau perusahaan reasuransi syariah dipailitkan atau dilikuidasi, hak pemegang polis, tertanggung atau peserta atas pembagian harta kekayaan mempunyai kedudukan

yang lebih tinggi dari pihak lainnya.

2. Dalam hal perusahaan asuransi atau perusahaan reasuransi dipailitkan atau dilikuidasi, dana asuransi harus digunakan terlebih dahulu untuk memenuhi kewajiban kepada pemegang polis, tertanggung atau pihak lain yang berhak atas manfaat asuransi.

Berdasarkan pada ketentuan asal tersebut tersebut, dalam kasus perusahaan asuransi mengalami kepailitan, maka kedudukan pemegang polis merupakan kreditor Preferen. Kreditor Preferen merupakan kreditor yang oleh Undang-Undang , semata-mata karena sifat piutangnya, mendapatkan pelunasan terlebih dahulu. Kreditor preferen merupakan kreditor yang mempunyai hak istimewa, yaitu suatu hak yang oleh Undang-Undang diberikan kepada seorang berpiutang sehingga tingkatnya lebih tinggi daripada orang berpiutang lainnya, berdasarkan sifat piutangnya sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1134 Ayat (1) KUHPerdata, peraturan mengenai Kreditor Preferen diatur dalam 1139-1149 KUH Perdata.

(8)

144 Tertanggung atau Peserta Perusahaan

Asuransi sebagai pemegang hak istimewa tidak ditentukan dalam KUH Perdata memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari kreditor pemegang jaminan kebendaan atau kreditor seperatis, selain itu, didalam Pasal 1139 dan Pasal 1149 KUH Perdata menyebutkan piutang-piutang mana saja yang harus didahulukan pembayarannya, tetapi dalam Pasal 1139 dan Pasal 1149 KUH Perdata Pemegang Polis tidak termasuk dalam pasal tersebut sebagai kreditor yang harus didahulukan pembayarannya. Artinya apabila mengacu pada KUH Perdata, kedudukan pemegang polis adalah sebagai kreditor konkuren, dan juga bukan termasuk kreditor pemegang jaminan atau kreditor separatis karena kreditor seperatis adalah pemegang hak jaminan kebendaan, bisa berupa hipotek, gadai, hak tanggungan maupun fidusia.8

Meskipun kedudukan Pemegang Polis tidak diatur dalam KUH Perdata, akan tetapi Undang-Undang Perasuransian bersifat lex specialis dibandingkan dengan KUH Perdata. Artinya Undang-Undang Perasuransian harus dipandang sebagai lex

8

Hilda Fitfulia, Perlindungan Nasabah Asuransi Dalam Kepailitan Perusahaan Asuransi Pasca Lahirnya Undang-Undang OJK, Skripsi, Fakultas Hukum Universitas Airlangga, Surabaya, 2014

specialis terhadap KUHPerdata pada

umumnya karena pada umumnya ketentuan yang tercantum dalam KUHPerdata adalah lex generalis. Selain itu didalam Undang-Undang Kepailitan dan PKPU juga tidak diatur secara khusus kedudukan Pemegang Polis Asuransi sehingga Undang-Undang Kepailitan dan PKPU harus tunduk pada Undang-Undang Perasuransian. Undang-Undang Perasuransian adalah undang-undang yang lebih baru dibandingkan dengan Undang-Undang Kepailitan dan PKPU sehingga berdasarkan asas lex posteriori derogat

legi priori dimana ketentuan peraturan

perundang-undangan yang baru mengesampingkan peraturan perundang-undangan yang lama, maka ketentuan didalam Undang-Undang Kepailitan dan PKPU akan dikesampingkan dan tunduk pada Undang-Undang Perasuransian. Sehingga berdasarkan Pasal 52 Ayat (1) Undang-Undang Perasuransian kedudukan Pemegang Polis Asuransi lebih tinggi daripada kreditor lainnya. Oleh karenanya urutan kreditor yang mendapatkan pelunasan dari debitor pailit (Perusahaan Asuransi) sebagai berikut :

1. Kreditor yang memiliki hak istimewa yaitu nasabah asuransi 2. Kreditor yang memiliki piutang

(9)

145 Bagi para pemegang polis asuransi

adanya hak utama yang diberikan oleh Undang-Undang akan muncul apabila Perusahaan Asuransi tersebut pailit, dan dalam pembagian harta dia akan mendapatkan urutan yang diutamakan. Pemegang Polis Asuransi akan mendapatkan pembagian harta pailit dari Perusahaan Asuransi sesuai dengan haknya, yaitu sebesar premi yang sudah dibayarkan9

Subjek hukum yang sangat perlu dilindungi hak – haknya adalah pihak konsumen jasa asuransi atau pihak tertanggung sebagai kreditur dari perusahaan asuransi, sebab konsumen jasa asuransi merupakan pihak yang memiliki kedudukan yang sangat penting untuk diperhatikan dalam perjanjian asuransi disamping kedudukan pelaku usaha perasuransian itu sendiri.

B. Mekanisme Penyelesaian

Tagihan yang diajukan oleh

Pemegang Polis

Sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku, proses penyelesaian kewajiban kepada para kreditur, pemegang polis dan pihak lain yang berhak dilakukan oleh kurator yang telah ditetapkan Pengadilan. Kurator yang telah ditetapkan Pengadilan untuk melaksanakan proses

9 Ali Sofian “Kepailitan Perusahaan Asuransi”, Tesis, Fakultas Hukum Universitas Airlangga, Surabaya, 2003, hlm. 78.

penyelesaian kewajiban PT Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya (Dalam Pailit), pemegang polis dapat menghubungi kurator berikut:

1. Raymond Bongard Pardede. Telepon 08161858734. Email:

timkuratorbaj@gmail.com

2. Lukman Sembada. Telepon 08179926268/081299230909. Email: timkurator_baj@yahoo.com

(10)

146 Nasabah Asuransi Bumi Asih Jaya yang

berada di Kota Palu untuk menklaim10 Pihak Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meminta para pemegang polis Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya segera mendaftarkan tagihan terhadap asuransi itu kepada kurator yang sudah ditunjuk setelah resmi dinyatakan pailit, Awalnya para kurator yang ditunjuk OJK menargetkan para kreditor dan pemegang polis mendaftarkan tagihannya paling lambat pada 30 Agustus lalu. Akan tetapi setelah dirasa masih banyak kreditor dan pemegang polis belum rampung melakukan pendaftaran, maka batas akhir pendaftaran diundur hingga 3 Oktober 2016. Dijelaskan keputusan pembubaran bumi asih dimulai setelah Otoritas Jasa Keuangan menerima Salinan Putusan Mahkamah Agung Nomor 408/2015. Dalam putusan tersebut Asuransi Bumi Asih telah dinyatakan pailit.

“Dengan ini diumumkan bahwa batas akhir pengajuan tagihan kreditor PT Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya (dalam pailit) yang semula pada tanggal 30 Agustus 2016 diundur menjadi 3 Oktober 2016”

Tim Kurator juga mengumumkan pra verifikasi tagihan akan dilakukan mulai 4 Oktober 2016 s/d 9 November

10

Wawancara bersama Ibu fita, Kepala sub bagian Administrasi OJK, Pada tanggal 13 Mei 2017

2016. Sedangkan pelaksanaan verifikasi tagihan kreditor dilakukan pada 15 November 2016. Tim Kurator Bumi Asih Jaya datang ke Kota Palu selama 3 hari untuk mengadakan Rapat pencocokan (verifikasi) dengan para pemegang polis di Kota Palu dan pertemuannya bertempat di Kantor OJK Kota Palu dijalan Basuki Rahmat, Palu Selatan. Berkas-berkas yang harus disiapkan dalam mengajukan tagihan diantaranya seperti surat tagihan kepada kurator PT Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya, fotocopy polis asuransi, fotocopy KTP pemegang polis, surat kuasa jika pemegang polis memberikan kuasa kepada orang lain yang disertai dengan fotocopy KTP penerima kuasa, fotocopy surat pernyataan klaim, fotocopy tanda terima dokumen dari perusahaan asuransi tersebut, fotocopy kwitansi dari Bumi Asih Jaya, dan beberapa dokumen pendukung lainnya, agar mempermudah kurator dalam memverifikasi11

Sampai dengan tanggal 3 Oktober Tahun 2016 hanya sekitar 200-300 pemegang polis yang datang mendaftarkan tagihannya, sedangkan jumlah nasabah Asuransi Bumi Asih Jaya di Kota Palu diperkirakan kurang lebih sekitar 1000 pemegang polis yang terbagi di beberapa kabupaten, termasuk Poso, Ampana dan

11

(11)

147 Luwuk sehingga mungkin pemegang polis

yang berada diluar kota Palu belum mendengar kabar dan tidak mengetahui bahwa Asuransi Bumi Asih Jaya telah dinyatakan pailit.12

OJK sampai sekarang masih mengurus pengumpulan surat kuasa nasabah bagi yang dokumennya sudah diverifikasi. Surat kuasa yang dimaksud adalah surat yang berisikan Nama, Alamat, No Polis dan No Rekening Nasabah, Nasabah yang sudah diverifikasi dokumennya oleh kurator telah mendapatkan intruksi melalui sms yang tergolong pembagian pengembalian uang premi tahap satu.13

Pada ada bulan April tahun 2017, pihak kurator mengatakan proses pengembalian premi akan segera dibayarkan dan dilunasi kepada Pemegang Polis yang dokumen-dokumennya telah lengkap dan pemegang polis tersebut masuk dalam pembagian tahap pertama.

Masalah perlindungan konsumen dibidang lembaga keuangan maka sesuai dengan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang OJK menyebutkan bahwa OJK dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan terselenggara secara teratur, adil, transparan, akuntabel dan mampu

12

Wawancara bersama Mbak fita, Kepala sub bagian Administrasi OJK, pada tanggal 13 Mei 2017

13

Wawancara Pak Zulfikar, Bagian Edukasi Perlindungan Konsumen OJK, pada tanggal 13 Mei 2017

(12)

148 III. PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Dari hasil penelitian yang dilakukan penulis sesuai dengan Undang-Undang No 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian pemegang polis mendapatkan kepastian hak utama sebagai kreditur preferen, artinya pemegang polis sudah harus mendapat kepentingan utama saat terjadinya tetapi ternyata berbeda dengan yang terjadi dilapangan sampai dengan bulan April 2017 proses pengembalian dana nasabah belum tuntas dan belum ada nasabah yang mendapatkan pengembalian premi asuransi, adanya kesenjangan antara Undang-Undang Perasuransian yang terkait dan Hal-hal yang terjadi dilapangan sehingga membuat nasib para nasabah Asuransi Bumi Asih Jaya tidak mendapatkan kepastian kapan premi asuransi akan dibayarkan oleh kurator yang berwenang. Kasus ini dianggap sudah terlalu lama dan berlarut-larut tanpa adanya kepastian.

2. Sesuai dengan Pasal 16 Ayat (1) Undang-Undang Kepailitan dan PKPU menyatakan bahwa

semenjak putusan pailit diucapkan, hak Debitur pailit untuk menguasai dan mengurus kekayaan dalam harta pailit diambil alih oleh kurator. Dalam kasus kepailitan Asuransi Bumi Asih Jaya, kurator yang ditunjuk memiliki 2 tugas, yaitu melikuidasi aset-aset bumi asih jaya untuk dibayarkan kepada pemegang polis dan memverifikasi dokumen-dokumen pemegang polis asuransi. Dari hasil penelitian yang didapatkan nasabah yang telah diverifikasi dokumennya masuk pembagian tahap satu tetapi sampai April 2017 belum ada realisasi untuk pengembalian premi.

B. Saran

(13)

149

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

A. Junaedy Ganie, Hukum Asuransi Indonesia, Jakarta, Sinar Grafika, 2011. Djoko Prakoso, Hukum Asuransi Indonesia, Jakarta, PT Rineka Cipta, 2000.

H. Mulyadi Nitisusastro, Asuransi dan Usaha Perasuransian di Indonesia Alfabeta, Bandung, 2013.

Man Suparman Sastrawidjadja, Hukum Asuransi: Perlindungan Tertanggung,

Asuransi Deposito, Usaha Perasuransian. PT Alumni, Bandung, 2004.

Zaeni Asyhadie&Budi Sutrisno, Hukum Perusahaan&Kepailitan, PT Gelora Aksara Pratama, 2012, Jakarta.

B. Undang-Undang

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian. Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 337 Tahun 2014

Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2007 tentang Kepailitan&PenundaanPembayaran Kewajiban Utang. Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2007 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan. Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 111 Tahun 2011

C. Karya Ilmiah

Hilda Fitfulia, Perlindungan Nasabah Asuransi Dalam Kepailitan Perusahaan Asuransi Pasca Lahirnya Undang-Undang OJK, Skripsi, Fakultas Hukum Universitas Airlangga, Surabaya, 2014

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa kedudukan pemegang polis pada perusahaan asuransi yang pailit berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014