• Tidak ada hasil yang ditemukan

pengaruh khawarij syiah dan sunni terhad

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "pengaruh khawarij syiah dan sunni terhad"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Makalah Kelompok VI

COVER

PENGARUH KHAWARIJ, SYI’AH DAN SUNNI TERHADAP PERKEMBANGAN TASYRI’

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas

Mata Kuliah :Tarikh Tasyri’ Dosen :Drs. Surya Sukti, M.Ag.

Disusun Oleh

Dwi Nur Rochman

NIM: 1302120234

Deti Kurniasih

NIM: 13021202043

Wahyuni

NIM: 13021202076

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA JURUSAN SYARI’AH

(2)

MOTO

“AN ACTION IS THE

FOUNDATION OF A SUCCESS”

(SEBUAH TINDAKAN ADALAH

(3)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.

Segala Puji bagi Allah Swt,Tuhan semesta alam.Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Atas berkat, rahmat dan karunia-Nya lah kita diberi kesehatan dan nikmat yang takkan pernah bisa ternilai.

Shalawat serta salam kita haturkan kepada Nabi Muhammad Saw. beserta keluarga, sahabat dan pengikut-pengikut beliau hingga akhir zaman. Karna dengan perjuangan beliau dan para sahabatya, kita mampu menikmati indahnya hidup bernuansa Islami,InsyaAllah.

Pada kesempatan kali ini kami akan membahas makalah yang berjudul “Pengaruh Khawarij, Syi’ah dan Sunni terhadap Perkembangan Tasyri” untuk memenuhi tugas Tarikh Tasyri. Serta menambah wawasan pembaca tentang aliran Khawarij, Syi’ah dan Sunni secara lebih mendalam.

Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada orang tua penulis karena telah memberi kami kesempatan untuk dapat menjalankan aktifitas kuliah di STAIN PALANGKARAYA dan terima kasih kepada dosen pengajar Drs. Surya Sukti, M.A yang telah berjasa dalam membimbing dan memotivasi kami untuk terus belajar, dan mengajarkan arti sebuah Akhlak mulia dan juga telah

mengarahkan kami untuk hidup lebih mandiri dalam menambah wawasan ilmu pengetahuan.

Akhirnya, Semoga yang penulis bahas dapat bemanfaat bagi pembaca. WassalamualaikumWr.Wb

Pangkaraya, April 2014

(4)

DAFTAR ISI

COVER...i

MOTO...ii

KATA PENGANTAR...iii

DAFTAR ISI...iv

BAB I 1 A. Latar Belakang Masalah...1

B. Rumusan Masalah...1

C. Tujuan Penulisan...1

D. Metode Penulisan...2

BAB II...3

A. Latar Belakang Munculnya aliran-aliran...3

B. Karakteristik Berpikir Aliran-aliran...7

C. Pengaruh Aliran Terhadap Perkembangan Tasyri’...10

BAB III...13

A. Kesimpulan...13

DAFTAR PUSTAKA...15

A. Buku...15

B. Internet...15

(5)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejak masa khulafaur rasyidin berakhir, fase selanjutnya dikenal dengan tabi’in atau sahabat yang pemerintahannya dipimpin oleh Bani Umayah. Pemerintahan Bani Umayah menggunakan sistem monarki yang menggantikan sistem pemerintahan sebelumnya, yang bersifat kekhalifahan.

Umat Islam pada saat itu terpecah menjadi tiga kelompok; Khawarij sebagai penentang Ali, Syi’ah sebagai pendukung Ali, dan kelompok mayoritas (jumhur). Munculnya kelompok-kelompok itu berpengaruh besar dalam mewarnai proses perkembangan hukum Islam.

Pada fase ini perkembangan hukum Islam ditandai dengan munculnya aliran-aliran politik yang secara implisit mendorong terbentuknya aliran-aliran hukum. Walaupun panasnya suasana politik yang dipengaruhi oleh golongan-golongan pemberontak yakni golongan Khawarij dan Syi’ah mewarnai pada periode ini, akan tetapi fase-fase ini disebut juga masa keemasan Islam yang mana tumbuh banyak perkembangan-perkembangan keilmuan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja latar belakang munculnya aliran Khawarij, Sy’iah dan Sunni ? 2. Bagaimana karakteristik berpikir aliran-aliran tersebut ?

3. Apa pengaruh aliran-aliran tersebut terhadap perkembangan Tasyri’ ?

C. Tujuan Penulisan

Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan makalah ini agar mahasiswa: 1. Mengetahui dan menjelaskan latar belakang munculnya aliran-aliran

seperti Khawarij, Syi’ah dan Sunni.

2. Memahami dan menjelaskan karakteristik berpikir aliran-aliran seperti Khawarij, Syi’ah dan Sunni.

(6)

2

D. Metode Penulisan

Adapun metode yang kami gunakan dalam pembuatan makalah sederhana ini yaitu:

(7)

BAB II PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Munculnya aliran-aliran 1. Khawarij

Secara etimologis kata khawarij berasal dari bahasa Arab, yaitu kharaja yang berarti keluar, muncul, timbul, atau memberontak. Ini yang mendasari Syahrastani untuk menyebut khawarij terhadap orangvyang memberontak imam yang sah. Berdasarkan pengertian etimologi khawarij berarti setiap muslim yang ingin keluar dari kesatuan umat Islam.1

Asal mulanya kaum khawarij adalah orang-orang yang mendukung Sayyidinna Ali. Akan tetapi, akhirnya mereka membencinya karena dianggap lemah dalam menegakkan kebenaran, mau menerima tahkim yang sangat mengecewaka, sebagaimana mereka juga membenci Mu’awiyah karena melawan Sayyidina Ali khalifah yang sah. Mereka menuntut agar Sayyidina Ali mengakui kesalahannya, karena mau menerima tahkim. Bila Sayyidina Ali mau bertobat, maka mereka mau bersedia lagi bergabung dengannya untuk menghadapi Mu’awiyah. Tetapi bila dia tidak bersedia bertobat, maka orang-orang Khawarij menyatakan perang terhadapnya, sekaligus juga menyatakan perang terhadap Mu’awiyah.2

Tetapi Ali membatalkan syarat-syarat yang diikatnya bersama

Mu’awiyah. Namun Ali tidak menggapai hal itu, kelakuan mereka ketika Ali khutbah di masjid atau berkumpul di majlis Ali selalu melontarkan ucapannya “Tidak ada hukum selai hukum Allah”. Dan mereka telah putus asa mengajak Ali agar mengikuti pendapatnya, dan Ali mengkhutbahi mereka dengan mengajaknya agar lebih berpegang teguh dengan prinsip yang dianutnya serta menyarankan mereka agar keluar dari Kufah yang penduduknya aniaya menuju sebuah

1Rosihon Anwar dan Abdul Rozak, Ilmu Kalam, Bandung: Pustaka Setia, 2001, h.49.

(8)

4

kampung yang tidak terlalu jauh yang disebut Harura. Maka mereka menuruti seruan tersebut, sejak hari itu kelompok ini disebut Haruriah sebagaimana disebut Khawarij karena mereka keluar dari barisan Ali atau karena mereka keluar menuju jalan Allah sebagaimana pandangan mereka, seperti demikian. Dan kaum ini juga disebut Al-Muhakkimah karena mereka berpegang teguh dengan kata “La Hukm Illa Lillah” (tidak ada hukum selai humu islam).3

2. Syi’ah

Syi’ah dilihat dari bahasa berarti pengikut, pendukung, partai, atau kelompok, sedangkan secara terminologis adalah sebagian kaum muslimin yang dalam bidang spiritual dan keagamaannya selalu merujuk kepada keturunan Nabi Muhammad saw. atau orang yang disebut sebagai ahl al-bait.

Menurut Thabathbai, istilah Syi’ah untuk pertama kalinya ditujukan pada para pengikut Ali (Syi’ah Ali), pemimpin pertama ahl al-bait pada masa Nabi Muhammad saw. para pengikut Ali yang disebut Syi’ah itu di anratanya adalah Abu Dzar Al-Ghiffari, Miqadi bin Al-Aswad, dan Ammar bin Yasir.4

Syi’ah adalah segolongan dari umat Islam yang sangat mencintai Ali bin Abi Thalib dan keturunannya secara berlebih-lebihan. Golongan syi’ah

berpendapat bahwa yang paling berhak memangku jabatan khalifah adalah Ali bin Abi Thalib dan keturunannya, sebab dialah yang diwasiatkan oleh Nabi SAW untuk menjadi khalifah setelah beliau wafat.5

Firman Allah SWT. dalam surah AL-An’am ayat 159, yaitu:

ش

ش يفف هه مف ت

ش

لل اععيشش

ف ااونهاك

ش وش ههنشيدف ااوقهرلفش نشيذفلل نلإف

ءءءيي

يم ين

يس

يم

ٱ

ن

ش ولهعش يش ااونهاك

يف

ش امشبف مههئهببنشيه ملثه هفللل ىلشإف ههره أش امشنلإف

ٱ

يم يم

١٥٩

“Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agama-Nya dan mereka menjadi bergolongan, tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu kepada mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah terserah kepada Allah, kemudian 3Muahammad Ali As-Sayis, Sejarah Fikih Islam, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2003, h. 96-97. 4Rosihon Anwar dan Abdul Rozak, Ilmu Kalam, h. 89.

(9)

5

Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat” (Q.S Al-An’am: 159)

Dari sini Syi’ah dimaksudkan sebagai suatu golongan dalam Islam yang beranggapan bahwa Sayydina Ali bin Abi Thalib ra. adalah orang yang berhak sebagai khalifah pengganti Nabi, berdasarkan wasiatnya. Sedangkan khalifah-khalifah Abu Bakar as-Shiddiq, Umar bin Khattab, dan Utsman bin Affan adalah penggasab (perampas) kedudukan khalifah.6

Mengenai kemunculan Syi’ah dalam sejarah, terdapat perbedaan pendapat dikalangan para ahli. Menurut Abu Zahrah, Syi’ah mulai muncul pada masa akhir pemerintahan Usman bin Affan kemudian tumbuh dan berkembang pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib. Adapun menurut Watt, Syi’ah baru benar-benar muncul kertika berlangsung peperangan antara Ali dan Mu’awiyah yang dikenal dengan Perang Siffin. Dalam peperangan ini, sebagai respon atas penerimaan Ali terhadap arbitrase yang ditawarkan Mu’awiyah, pasukan Ali diceritakan terpecah menjadi dua, satu kelompok mendukung sikap Ali kelak disebut Syi’ah dan kelompol lain yang menolak sikap Ali, kelak disebut Khawarij.

Kalangan Syi’ah sendiri berpendapat bahwa kemunculan Syi’ah berkaitan dengan masalah pengganti (khalifah) Nabi saw. mereka menolak kekhalifahan Abu Bakar, Umar bin Khattab dan Usman bin Affan karena dalam pandangan mereka hanya Ali bin Abi Thaliblah yang berhak menggantikan Nabi.7

3. Sunni (Ahlus- Sunnah Wal Jama’ah)

Ungkapan Ahlussunnah (sering juga disbut dengan Sunni) dapat dibedakan menjadi dua pengertian, yaitu umum dan khusus. Sunni dalam pengertian umum adalah lawan kelompok Syi’ah. Sunni dalam pengertian khusus adalah mahzab yang berada dalam barisan Asy’ariyah dan merupakan lawan mu’tazilah.8

(10)

6

Secara etimologis, istilah “Ahlus Sunnah Wal Jamaah” berarti golongan yang senantiasa mengikuti jalan hidup Rasulullah Saw. dan jalan hidup para sahabatnya. Atau, golongan yang berpegang teguh pada Sunnah Rasul dan Sunnah para sahabat, lebih khusus lagi, sahabat yang empat, yaitu Abu Bakar As – Siddiq, Umar Bin Khattab, Utsman bin ‘Affwan dan Ali bin Abi Thalib.9

Berdasarkan data sejarah yang ada, setelah terjadinya fitnah pada masa kholifah Utsman bin Affan kemudian aliran-aliran yang menyimpang dari ajaran islam yang murni dan asli bermunculan satu persatu, maka pada periode akhir generasi sahabat Nabi SAW istilah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah mulai diperbincangkan dan dipopulerkan sebagai nama bagi kaum muslimin yang masih setia kepada ajaran islam yang murni dan tidak terpengaruh dengan ajaran-ajaran baru yang keluar dari mainstrem. Hal ini dapat dibuktikan dengan memperhatikan beberapa riwayat yang menyebutkan bahwa istilah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah diriwayatkan dari sahabat Nabi generasi junior (sighor al-shohabah) sepert Ibnu Abbas, Ibnu Umar dan Ibnu Sa’id al-Khurdi. Ibnu Abbas (3SH-68H/619-688) mengatakan:

Ibnu abbas berkata ketika menafsirkan firman Allah: “pada hari yang diwaktu itu ada muka yang putih berseri dan ada pula muka yang hitam”

دلوش ن

ش يذفلل املأ

ش فش وجهوه ددوش تشوش وجهوه ض

د

يش تش مش يش

Artinya : “Pada hari yang di waktu itu ada muka yang putih berseri, dan ada pula muka yang hitam muram. Adapun orang-orang yang hitam muram mukanya (kepada mereka dikatakan): "Kenapa kamu kafir sesudah kamu beriman? Karena itu rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu."10

9 Sahilun A. Nasir, Pemikiran Kalam (Teologi Islam), h. 187.

10 Ahmad Sarwono, Latar Belakang Lahirnya Ahlus Sunnah Wal Jama’ah,

(11)

7

E. Karakteristik Berpikir Aliran-aliran 1. Khawarij

Berikut berapa gagasan Khawarij tentang hukum Islam, di antaranya sebagai berikut.

Pertama, umat Islam yang tergolong jumhur atau Suni percaya bahwa kepemimpinan mesti depegang oleh Quraisy. Sebaliknya menurut Khawarij, pemimpin umat Islam tidak mesti keturunan Quraisy, setiap orang yang beragama Islam berhak menjadi pemimpin, apakah ia berhasil dari kalangan merdeka maupun kalangan budak.

Kedua, dalam Al-Quran terdapat sanksi bagi pelaku zina, yaiti dicambuk (al-jilid) seratus kali (al-Nur: 2). Di samping itu, dalam Sunnah ditentukan bahwa sanksi bagi pelaku zina adalah rajam. Khawarij tidak menerima dan tidak mau melaksanakan tambahan sanksi bagi pelaku zina yang terdapat dalam hadis. Mereka berpendapat bahwa sanksi bagi pelaku zina adalah seratus kali pukulan, tidak tambah dengan rajam.

Ketiga, dalam Al-Qur’an terdapat perempuan yang haram dinikahi. Diantara yang haram dinikahi adalah anak perempuan, banatukum (al-Nisa : 23-24). Khawarij (sekte al-Maimuniyyah) berpendapat bahwa menikahi cucu perempuan adalah boleh (halal atau tidak haram), sebab yang diharamkan dalam Al-Qur’an adalah anak, cucu tidak diharamkan.

Keempat, Khawarij pada umumnya berpendapat bahwa menikah dengan perempuan yang tidak masuk sekte Khawarij tidaklah sah.

Kelima, ketika terjadi perang antara kelompok Khawarij dan umat Islam yang bukan Khawarij, yang boleh dijadikan ghanimah menurut Ibadiyah hanyalah senjata dan kuda. Selain senjata dan kuda tidak halal dijadikan harta rampasan perang.11

(12)

8

4. Syi’ah

Seperti halnya dengan Khawarij, Syi’ah tidak mengakui adanya ijma’ atau qiyas. Qiyas ditolak karena berdasarkan pada akal, bukan nash. Syi’ah hanya mengakui Allah, Rasul-Nya dan Imam sebagai sumber otoritas pembentukan hukum Islam, sehingga pendapat kelompok ini banyak berbeda dengan

pendapat Sunni, baik dalam Ushul atau Furu’. Dalam Ushul misalnya, mereka menolak adanya nasakh dan mansukh, sehingga mereka membolehkan adanya nikah mut’ah sampai hari kiamat kelak.

Diantara contoh pemikiran hukum golongan Syi’ah adalah sebagai berikut: a. Al-Qur’an mempunyai dua arti lahir dan bathin, yang mengetahui keduanya hanyalah Allah, Rasul dan Imam. Imam mengetahui makna bahtin Al-Qur’an, karena para Imam tersebut dianggap maksum oleh mereka dan diberikan ilmu yang setaraf dengan kenabian, masyarakat umum hanya mengetahui dzahirnya saja.

b. Membolehkan nikah mut’ah.

c. Orang syiah mengharamkan seorang muslim menikahi wanita ahli kitab. d. Hadits Nabi yang dianggap shahih oleh kelompok ini hanyalah

hadits-hadits yang diriwayatkan dengan jalur-jalur para imam mereka. Hadits yang diriwayatkan oleh kalangan Ahlus Sunnah, meskipun derajat keshahihannya tinggi tidak akan diterima oleh mereka. Demikian pula dalam masalah furu’ dan ushul mereka akan menerima jika disetujui oleh Imam mereka.

e. Dalam kalimat azan “Hayya ‘Alal Falah” dalam pandangan Syi’ah ditambah satu kalimat lagi yaitu “Hayya ‘Ala Khairil Amal”.

f. Masalah warisan bagi perempuan, perempuan hanya mendapatkan benda bergerak saja, tidak seluruh jenis harta.

g. Waktu shalat hanya tiga, dzuhur dan ashar (Dhuluqi syamsi), Magrib dan Isya (Ghosyaqillaili) dan subuh (Qur’anal Fajri).

h. Dalam sujud tidak menggunakan alas tempat sujud yang dibuat tangan. Biasanya mereka menggunakan tanah atau batu dari karbala.12

(13)

9

5. Sunni (Ahlus- Sunnah Wal Jama’ah)

Diantara pemikiran hukum Islam Ahlussunnah wal jama'ah adalah :

a. Penolakan terhadap keabsahan nikah mut'ah. Bagi Jumhur, nikah mut'ah haram dilakukan.

b. Jumhur menggunakan konsep aul dalam pembagian harta pusaka. c. Nabi Muhammad saw tidak dapat mewariskan harta.

d. Jumlah perempuan yang boleh dipoligami dalam satu periode adalah 4 orang (penafsiran terhadap surat An Nisa ayat 3 dan hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim).

e. Persaudaraan iman masih tetap berlaku dan dibenarkan meskipun mereka bermaksiat.

f. Orang-orang fasik tidak berarti kehilangan iman secara keseluruhan, dan mereka tidak kekal dalam neraka, dan masih tergolong beriman atau bisa juga dikatakan beriman tidak secara mutlak.

g. Para sahabat itu dimaafkan Allah, baik mereka yang melakukan ijtihad dengan hasil yang benar maupun yang salah. Akan tetapi mereka tidak meyakini bahwa para sahabat itu ma'sum dari dosa-dosa besar dan kecil.13

F. Pengaruh Aliran Terhadap Perkembangan Tasyri’ 1. Khawarij

Pemahaman Khawarij ini berimlpikasi terhadap pemahaman fiqih. Beberapa pendapat mereka yang dapat dikemukakan diantaranya adalah masalah thaharah. Sebagaimana disebutkan oleh Manna Al-Qatthan, kaum Khawarij salah satu kelompok Islam yang paling ekstrim dalam melihat sesuatu, baik itu dalam iman atau kekafiran.

Khawarij hanya mengakui Al-Qur’an sebagai satu-satunya sumber Tasyri’ sehingga mereka tak mengakui adanya sunnah, ijma’ atau yang lainnya. Akibatnya adalah mereka selalu menentang dan tidak sependapat ketika salah satu paham

13Mufy World, Pengaruh aliran-aliran politik (syiah, khawarij dan sunni terhadap

(14)

10

berbeda dengan Al-Qur’an. Hal ini terlihat ketika mereka menilai bagaimana para sahabat atau tabi’in menggunakan sunnah dan ijma’.14

6. Syi’ah

Lantaran kesendirian Syi’ah dalam kehendak dan buruk sangkanya terhadap orang yang berbeda dengannya, itu membawa pengaruh dalam terhadap fikih Islam di antara mereka. Dan hal itu terjadi karena fikih menurut mereka, meskipun bersandar pada Al-Qur’an dan Sunnah, tetap saja

menyalahi fikih ahli sunnah dalam beberapa segi.

Pertama, Syi’ah menafsirkan Al-Qur’an dengan penafsiran yang sesuai prinsip yang dianutnya dan tidak menerima tafsir dan tidak menerima tafsir yang bersandar pada hadis yang bukan dari imamnya.

Kedua, mereka tidak menerima berbagai hadis, kaidah-kaidah dasar fikih dan masalah furu, yang berasal dari Ahli Sunnah apapun jua tingkat

keshahihhannya.

Ketiga, mereka tidak mengakui Ijma’ seperti pokok-pokok syara’ dan mereka juga tidak menerima Qiyas (analogi).

Dari penjelasan ini, terlihat bahwa sikap mereka dalam lingkaran isi terlalu sempit hingga membuat fiqih itu kaku tidak lentur karena banyak

permasalahan yang berjalan bersama dalil-dalil bukan dari mereka dan banyak hadis-hadis kuat dan pendapat-pendapat yang benar. Perbedaan mereka dalam masalah pokok ini berpengaruh terhadap perbedaan dalam furu’ cabang diantaranya:

a. Mereka berpendapat bahwa nikah mut’ah (kawin kontrak) itu boleh sampai hari kiamat, bahkan mereka memandangnya sebagai ibadah kepada Allah. Dalam hal ini mereka bersandar dengan ayat: “Maka isteri-isteri yang telah kamu nikmati (campuri) di antara mereka, berikanlah kepada mereka maharnya.”(An-Nisa: 24). Dan sebagian imam mereka berkata : tidak termasuk golongan kami orang yang tidak menghalalkan mut’ah kami.

(15)

11

b. Syi’ah tidak memperbolehkan seorang muslim menikah dengan ahli kitab baik Yahudi maupun Nasrani. Dengan bersandarkan pada ayat : “Dan janganlah kamu berpegang pada tali (perkawinan) denagan perempuan-perempuan kafir.”(Al-Mumtahnah: 10)

c. Syi’ah banyak berbeda dalam masalah waris. Mereka tidak memberi waris kepada kaum wanita baik tanah maupun benda tak bergerak, tetapi hanya mendapat benda bergerak saja, dan mereka melihat bahwa para nabi memberikan waris dan mereka juga mendahulukan anak paman sekandung dari pada paman sebapak.15

7. Sunni (Ahlus- Sunnah Wal Jama’ah)

Golongan ini adalah orang-orang yang bersikap abstain (apolitis) dan tidak ikut-ikutan terjun kedalam pergolakan politik. Mereka tidak mau bergabung dengan pasukan Ali dan para lawan politiknya. Kelompok ini menempuh jalur ilmu yang benar dan manhaj yang lurus serta kajian yang tepat dalam memahami agama Allah, memahami secara teliti terhadap ajaran syari’at berdasarkan penjelasan Al-Qur’an dan Sunnah yang suci serta riwayat-riwayat dari para sahabat, serta menghindari segala pengaruh fitnah yang terjadi diantara sahabat diakhir khalifah Ali bin Abi Thalib.16

Metode yang dipakai golongan ini pada akhirnya melahirkan dua aliran dalam mengistinbat hukum Syari’at:

a. Kelompok yang berpegang pada dzahirnya nash-nash saja dan pengikut aliran ini dinamakan ahli hadits.

b. Kelompok yang mencari ilat-ilat hukum dan hikmahnya dari nash-nash baik Al-Qur’a dan sunnah dan kelompok ini dinamakan ahlul ra’yi.17

15 Muahammad Ali As-Sayis, Sejarah Fikih Islam, h. 101-103.

16Mufy World, Pengaruh aliran-aliran politik (syiah, khawarij dan sunni terhadap

perkembangan hukumislam), http://mufeecrf.blogspot.com/2011/08/pengaruh-aliran-aliran-politik-syiah.html, diakses pada tanggal 08 Mar. 14 pukul 22:57 WIB.

(16)

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

1. Asal mulanya kaum khawarij adalah orang-orang yang mendukung Sayyidinna Ali. Akan tetapi, akhirnya mereka membencinya karena dianggap lemah dalam menegakkan kebenaran.

Syi’ah mulai muncul pada masa akhir pemerintahan Usman bin Affan kemudian tumbuh dan berkembang pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib.

Sunni mulai mucul akibat karena banyaknya aliran-aliran yang menyimpang dari ajaran Islam. Itulah yang melatarbelakangi sliran Sunni itu timbul.

2. Khawarij hanya mengakui Al-Qur’an sebagai satu-satunya sumber Tasyri’ sehingga mereka tak mengakui adanya sunnah, ijma’ atau yang lainnya. Akibatnya adalah mereka selalu menentang dan tidak sependapat ketika salah satu paham berbeda dengan Al-Qur’an.

Seperti halnya dengan Khawarij, Syi’ah tidak mengakui adanya ijma’ atau qiyas. Qiyas ditolak karena berdasarkan pada akal, bukan nash. Syi’ah hanya mengakui Allah, Rasul-Nya dan Imam sebagai sumber otoritas pembentukan hukum Islam, sehingga pendapat kelompok ini banyak berbeda dengan pendapat Sunni, baik dalam Ushul atau Furu’

Ahlussunnah wal Jama'ah adalah golongan umat Islam yang tidak mengikuti pendirian Syiah dan Khawarij. Golongan ini tidak berpendapat bahwa jabatan khalifah itu merupakan wasiat yang diberikan kepada seseorang. Tetapi mereka berpendapat bahwa jabatan khalifah itu dipilih dari suku Quraisy yang cakap kalau ada.

3. Kaum Khawarij salah satu kelompok Islam yang paling ekstrim dalam melihat sesuatu, baik itu dalam iman atau kekafiran.

Kaum Syi’ah sikap mereka dalam lingkaran isi terlalu sempit hingga membuat fiqih itu kaku tidak lentur karena banyak permasalahan yang

(17)

14

berjalan bersama dalil-dalil bukan dari mereka dan banyak hadis-hadis kuat dan pendapat-pendapat yang benar.

(18)

DAFTAR PUSTAKA A. Buku

Anwar, Rosihon dan Abdul Rozak, Ilmu Kalam, Bandung: Pustaka Setia, 2001. A.Nasir, Sahilun, Pemikiran Kalam (Teologi Islam), Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada, 2010.

Ali As-Sayis, Muahammad, Sejarah Fikih Islam, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2003.

Khallaf, Abdul Wahab, Sejarah Pembentukan dan Perkembangan Hukum Islam, Jakarta: PT. RajaGrafindo, 2002.

Mubarok, Jaih, Sejarah dan Perkembangan Hukum Islam, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000.

Sopyan, Yayan, Tarikh Tasyri (Sejarah Pembentukan Hukum Islam), Depok: Gramata Publishing, 2010.

Khalil, Rasyad Hasan, Tarikh Tasyi (Sejarah Legsilasi Hukum Islam), Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2009.

B. Internet

Sarwono, Ahmad Latar Belakang Lahirnya Ahlus Sunnah Wal Jama’ah,

http://sarwana09.blogspot.com/2012/11/latar-belakang-lahirnya-ahlus-sunnah.html, diakses pada tanggal 25 April 2014 pukul 23:14 WIB.

World, Mufy, Pengaruh aliran-aliran politik (syiah, khawarij dan sunni terhadap perkembangan hukumislam),

http://mufeecrf.blogspot.com/2011/08/pengaruh-aliran-aliran-politik-syiah.html, diakses pada tanggal 08 Mar. 14 pukul 22:57 WIB.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam ulasan beliau, ditinjau dari segi aspek sumber, tasawuf dikategorikan sebagai salah satu dari ilmu syariah , yakni bersumber dari syariat al- qur’an dan

Model pembelajaran yang telah disesuaikan dengan kebutuhan pengembangan merupakan langkah yang akan diterapkan dalam penelitian Pengembangan Media Video Pembelajaran Materi Gambar

[r]

Seolah-olah, manhaj sekularisme bisa menaikkan derajat beragama lalu dikait-kaitkan pula dengan sekte-sekte yang muncul di era pertengahan semisal

The lesson planned was for pupils to investigate key words in the text related to the theme of friendship as content and schema knowledge and to words that relate to aspects

”Rahasia lain daya tahan merak jawa hijau terletak pada populasi kelompok yang tidak terlampau besar sehingga kelompok-kelompok kecil tersebar hingga bisa mencapai peluang

Penurunan yang lebih jauh dari sekresi insulin dan penambahan dari produksi insulin oleh hepar dapat menyebabkan diabetes dengan hiperglikemi pada saat puasa.. Dan pada

Jumlah optimal order yang harus di pesan kepada backup supplier adalah 0.748 dari permintaan bahan baku original sebesar 18 unit, jadi jumlah optimal order yang harus dipesan 13