• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tafsir Qs al Baqarah ayat 256 257 (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Tafsir Qs al Baqarah ayat 256 257 (1)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

5 KAJIAN TAFSIR TAHLILI QS. AL-BAQARAH AYAT 256-257

TIDAK ADA PAKSAAN UNTUK MASUK AGAMA ISLAM

























































































































































































































Tarjamah

256. Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. karena itu Barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang Amat kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.

257. Allah pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah Thoghut, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.

Mufrodat

هاﺮﻛا

(ikhrah) secara etimologis berarti paksaan, terbentuk dari kata

akraha-yukhrihu, yang memiliki makna memaksa. Akar katanya (هﺮﻛ), artinya

(2)

6 secara paksa. Pemaksaan adalah pekerjaan yang menyebabkan orang lain tidak senang atau tidak suka. Dengan demikian, maksud tidak ada ikrah dalam ayat ini adalah tidak ada paksaan dalam menganut agama.1 Namun perlu dicatat, bahwa

ketidak ada paksaan tersebut adalah menganut akidahnya. Ini berarti jika seseorang telah memilih satu akidah, katakan saja akidah Islam, maka dia terikat dengan tuntutan-tuntutannya, dia berkewajiban melaksanakan perintah-perintahnya. Dia terancam sanksi bila melanggar ketetapannya. Dia tidak boleh berkata, “Allah telah memberi saya kebebasan untuk shalat atau tidak, berzina atau nikah”. Karena bila dia telah menerima akidahnya, maka dia harus melaksanakan tuntutannya.2

Ayat ini menggunakan kata (

ﺪﺷ

ر

) rusyd yang mengandung makna jalan lurus. Kata ini pada akhirnya bermakna ketepatan mengelola sesuatu serta kemantapan dan kesinambungan dalam ketepatan itu. Ini bertolak belakang dengan (ﻲﻐﻟا) al-ghayy, yang memiliki makna jalan sesat. Jika demikian, yang menelusuri jalan lurus itu pada akhirnya melakukan segala sesuatu dengan tepat, mantap, dan berkesinambungan.3

Kata (تﻮﻏﺎط) thaghut, terambil dari akar kata yang berarti melampaui batas. Biasanya digunakan untuk yang melampaui batas dalam keburukan. Setan, Dajjal, Penyihir, yang menetapkan hukum bertentangan dengan ketentuan Ilahi, tirani, semuanya digelar dengan Thaghut.4

(ﻚﺴﻌﺘﺳا) istamsaka memiliki makna berpegang teguh pada bubul tali yang amat kuat, yakni disertai upaya yang sungguh-sungguh, bukan sekedar berpegang teguh. Kata ini menggunakan huruf sin dan ta’ buka (ﻚﺴﻣ) masaka. Tali yang dipegangnya pun amat kuat, dilanjutkan dengan pernyataan tidak akan putus, sehingga pegangan yang berpegang itu amat kuat, materi tali yang dipegangnya kuat, dan hasil jalinan materi itu tidaak akan putus.5

1 Kementrian Agama, al-Qur’an dan Tafsirnya: Edisi yang disempurnakan, (Jakarta:

Widya Cahaya, jilid 1, 2011), hlm. 380

2 Muhammad Quraish Shihab, Tafsir Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian

al-Qur’an, (Jakarta: Lentera Hati, Vol. 1, Cet. IX, 2007), hlm. 251

(3)

7 Kata (ةوﺮﻋ) ‘urwah yang diterjemahkan dengan gantungan tali adalah tempat tangan memegang tali, seperti yang digunakan pada timba untuk mengambil air di sumur. Ini memberikan kesan bahwa yang berpegang dengan gantungan itu bagaikan menurunkan timba untuk mendapatkan air kehidupan.6

(

ّﻲﻟو

) waliyy pada ayat 257 pada mulana berarti sesuatu yang langsung datang atau berada sesudah sesuatu yang lain, tidak ada perantara antar

keduanya. Jika demikian,









atau Allah merupakan waliyy

orang-orang beriman, sangat dekat kepada mereka, sehingga Dia langsung menolong, melindungi, dan membantunya, apalagi Dia adalah yang terdekat kepada mereka.7

Kata terus-menerus dipahami dari bentuk kata kerja mudhari’ (masa kini dan datang) yang digunakan ayat ini, yang berarti bahwa mereka terus-menerus terpelihara, sehingga bila ada kerancuan yang mereka alami, ada keraguan yang terbetik dalam benak mereka, maka Allah segera akan membimbing dan melenyapkan keraguan dan kerancuan itu.8

(تﺎﻤﻠظ) dzulumat yang diterjemakan dengan aneka kegelapan adalah bentuk jamak dari (ﻢﻠظ) dzulum atau gelap. Jika demikian, ada banyak kegelapan, tetapi kata (رﻮﻧ) nur berbenruk tunggal. Ini karena cahaya keimanan adalah satu dalam hakekat dan substansinya, sedang kekufuran itu beraneka ragam.9

Munasabah

Relasi antara Qs. al-Baqarah ayat 256-557 dengan ayat sebelumnya, yakni ayat 255:

(4)

8

















































































































































































255. Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha besar.

Ayat terdahulu, yakni ayat 255 ini telah menjelaskan siapa Allah dan kewajaran-Nya untuk disembah, serta keharusan mengikuti agama yang ditetapkan-Nya, serta jelas pula bahwa Dia memiliki kekuasaan yang tidak terbendung, maka bisa jadi ada yang menduga bahwa hal tersebut dapat menjadi alasan Allah untuk memaksa makhluk untuk menganut agama-Nya, apalagi dengan kekuasaan-Nya yang tak terkalahkan itu. Untuk menampik dugaan itu datanglah ayat 256 tersebut yang menegaskan tidak ada paksaan untuk masuk agama Islam.10

Selain daripada itu Sayd Quthub dalam tafsirnya berpendapat bahwa seluruh penjelasan Allah terkait kaidah-kaida tasawwur tersebut, yakni kekuasaan Allah dll itu, agar setiap muslim berjalan di jalannya, dan jelas gambarannya terhadap akidahnya. Akidah yang menjadi dasar pijakan seluruh manhaj hidupnya. Kemudian dia berperang di jalan Allah. Bukannya untuk memaksa

(5)

9 manusia kepada akidahnya dan pandangn hidupnya, tetapi untuk menunjukkan jalan yang benar dari jalan yang sesat, dan untuk menghilangkan faktor-faktor fitnah dan kesesatan. Setelah itu, biarlah manusia menentukan urusannya.11

Relasi Qs. al-Baqarah ayat 256-257 dengan ayat setelahnya, yakni ayat 258:



















































































































































258. Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim tentang Tuhannya (Allah) karena Allah telah memberikan kepada orang itu pemerintahan (kekuasaan). ketika Ibrahim mengatakan: "Tuhanku ialah yang menghidupkan dan mematikan," orang itu berkata: "Saya dapat menghidupkan dan mematikan". Ibrahim berkata: "Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, Maka terbitkanlah Dia dari barat," lalu terdiamlah orang kafir itu; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.

Ayat 258 ini berbicara terkait kisah Nabi Ibrahim yang mempertahankan agamanya, yang mana hal tersebut tidak terlepas dari korelasi dengan ayat sebelumnya yang menyatakan bahwa Thalut senantiasa membawa orang-orang kafir dari cahaya keimanan menuju gelapnya kekafiiran.

Asbab Nuzul

Riwayat Abu Daud, Ibnu Hibban, an-Nasa’i dan Ibnu Jarir menyebutkan sebab turunnya ayat 256 ini terkait dengan seorang lelaki Ansar dari kalangan Bani Salim Ibn Auf yang dikenal dengan panggilan al-Husaini. Dia memiliki dua

(6)

10 orang anak lelaki yang memeluk agama Nasrani, sedangkan dia sendiri adalah seorang muslim. Maka ia bertanya kepada Nabi SAW., “Bolehkah aku memaksa keduanya (untuk masuk Islam)?. Karena sesungguhnya keduanya telah membangkang dan tidak mau kecuali hanya agama nasrani”. Berkenaan dengan peristiwa tersebut maka Allah menurunkan ayat ini.12

Disisi lain as-Saddi meriwayatkan hadits yag semakna tetapi dalam riwayatnya ditambahi sebagai berikut: Keduanya telah masuk agama Nasrani di tangan para pedagang yang datang dari negeri Syam membawa Zabib (anggur kering). Ketika keduanya bertekad untuk ikut bersama para pedagang Syam itu, ayah keduanya bermaksud memaksa keduanya (untuk masuk Islam) dan meminta Nabi SAW. agar mengutus dirinya untuk menyusul keduanya agar pulang kembali. Maka turunlah ayat ini.13

Penafsiran Para Mufasir

Sayd Quthb dalam tafsirnya berpendapat bahwa Qs. al-Baqarah ayat 256 ini tidak terlepas dari ayat sebelumnya yakni ayat 255 yang menjelaskan kaidah-kaidah tashawwur islami yang menjadi pijakan tegaknya kaum muslimin. Yaitu penjelasan tentang keesaan Allah dan hidup-Nya, pengurusan-Nya terhadap segala sesuatu dan tegaknya segala sesuatu karena diurusi-Nya, kekuasaan-Nya yang mutlah terhadap segala sesuatu, pengetahuan-Nya yang meliputi segala sesuatu, pemeliharaan-Nya yang sempurna terhadap segala sesuatu, dan kodrat-Nya yang sempurna serta penjagaan-Nya terhadap segala sesuatu. Tidak ada yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya kecuali yang diberi izin oleh-Nya. Hal itu supaya setiap muslim berlajan di jalannya, dan jelas gambarannya terhadap akidahnya. Akidah yang menjadi dasar pijakan seluruh manhaj hidupnya. Disisi lain M. Quraish Shihab berpendapat bahwa ayat 256 ini turun untuk menampik dugaan bahwa dengan semua sifat Allah yang sedemikian rupa tersebut Ia akan memaksa makhluk utuk menganut agama-Nya.

12 Al-Imam Abul Fida Isma’il Ibnu Kasir ad-Dimasyqi, Tafsir Ibnu Kasir dengan judul

asli Tafsir al-Qur’anil ‘Adzim, Penj: Bahrun Abu Bakar, Lc., (Bandung: Sinar Baru Algensindo, Juz 3, Cet. 3, 2006), hlm. 43

(7)

11 Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam);

Mengapa ada paksaan, padahal Dia tidak membutuhkan sesuatu; Mengapa ada paksaan, padahal sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja) (Qs. al-Maidah ayat 48). Perlu dicatat, bahwa yang dimaksud dengan tidak ada paksaan dalam menganut agama adalah menganut akidahnya. Allah menghendaki agar setiap orang merasakan kedamaian.14 Tidak dibenarkan

adanya paksaan untuk menganut agama Islam. Kewajiban kita hanyalah menyampaikan agama Allah kepada manusia dengan cara yang baik dan penuh kebijaksanaan, serta dengan nasihat-nasihat yang wajar, sehingga merek masuk Islam dengan kesadaran dan kemauan sendiri (Qs. an-Nahl ayat 125).15

Dalam prinsip yang demikian ini tampaklah dengan jelas betapa Allah memuliakan manusia, menghormati kehendak, pikiran, dan perasaannya. Juga menyerahkan urusan mereka kepada dirinya sendiri mengenai masalah yang khusus berkaitan dengan petunjuk dan kesesatan dalam iktikad (keberagamaan) dan memikul tanggung jawab atas dirinya sebagai konsekuensi amal perbuatannya. Hal ini cukup berbeda dengan agama sebelumnya, yakni agama masehi. Sebagai agama terakhir sebelum Islam datang, dalam kesejarahannya agama masehi pernah melakukan kekerasan dengan memperlakukan hukum besi dan api, serta bermacam-macam hukuman lain oleh Kerajaan Ramawi hanya karena kaisarnya telah memeluk Kristen.16

Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat.

Pada dasarnya, jika kita menelusuri jalan yang lurus akhirnya kita dapat melakukan segala sesuatu dengan cepat, tepat, mantap, dan berkesinambungan. Iman adalah jalan yang lurus. Sedangkan kekafiran adalah jalan yang sesat.17 Dari

sini Ibnu Kasir mena’wil jalan lurus tersebut dengan surga dan jalan sesat dengan sebaliknya, yaitu neraka.18

14 Muhammad Quraish Shihab, Tafsir Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian

al-Qur’an., 551

15 Kementrian Agama, al-Qur’an dan Tafsirnya: Edisi yang disempurnakan., 381 16 Sayd Quthb, Tafsir fi Dzilalil Qur’an, hlm. 332, Pdf.

17 Muhammad Quraish Shihab, Tafsir Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian

al-Qur’an., 551

(8)

12 karena itu Barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang Amat kuat yang tidak akan putus.

Yang enggan memeluk agama ini pada hahekatnya telah terbawa oleh rayuan Thaghut, sedang yang memeluknya adalah orang yang ingkar dan menolak ajakan Thaghut, dan mereka itu adalah orang-orang yang memiliki pegangan yang kukuh. Karena itu, barang siapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang tegung kepada buhul tali (gantungan tali atau tempat tangan memegang tali seperti yang digunakan pada timba guna mengambil air sumur) amat kuat yang tidak akan putus. Hal ini senada dengan syahadat yang menegaskan bahwa Tiada Tuhan yang berhak disembah, baru segera disusul dengan kecuali Allah. Yang mana menyingkirkan keburukan harus lebih dahulu daripada menghiasi diri dengan keindahan.19

Allah pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah Thoghut, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.

Selama sikap manusia senantiasa berpegang pada tali yang kukuh, maka ia tidak sendiri, karena Allah menjadi walinya. Jika demikian, Allah yang merupakan wali orang-orang beriman sangat dengat kepada mereka, sehingga Dia langsung menolong, melindungi, dan membantunya. Karena itu, Allah sebagai wali terus menerus mengeluarkan mereka dari aneka kegelapan menuju cahaya (iman). Adapun orang-orang kafir, wali mereka adalah Thaghut yang senantiasa mengeluarkan mereka dari cahaya (iman) menuju kegelapan (kekafiran). Dan yang demikian ini adalah penghuni neraka dan kekal di dalamnya.20

Apabila orang kafir itu pada suatu ketika mendapatkan sedikit cahaya petunjuk dan iman, maka setan segera beruhasa untuk melenyapkanya, sehingga iman yang mulai bersemi itu menjadi sirna dan mereka kembali kepada

19 Muhammad Quraish Shihab, Tafsir Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian

al-Qur’an.,553

(9)

13 kegelapan. Oleh sebab itu, iman yang telah tertanam dalam hati harus selalu dipelihar, dirawat dan dipipuk dengan baik sehingga ia terus berkembang dan bertambah kuat, dan setan-setan tidak akan dapat merusaknya lagi. Pupuk keimanan adalah ibadah, amal shaleh, dan memperdalam ilmu pengetahuan dan ajaran-ajaran agama Islam.

Kesimpulan

Dari penafsiran Qs. al-Baqarah ayat 256-257 diatas dapat diambil kesimpulan, yakni:

1. Tidak ada paksaan dalam masuk agama Islam. Oleh sebab itu orang Muslim tidak boleh memaksakan kehendaknya atas oarang non Muslim.

2. Orang yang memilih agama Islam sebagai agamanya adalah bagaikan orang yang telah mendapatkan pegangan yang kuat dan kokoh, yang tidak akan putus.

3. Bagi orang yang beriman, Allah adalah walinya. Sedang bagi orang yang kafir, Thaghut adalah walinya.

4. Allah senantiasa mengeluarkan orang beriman dari aneka kegelapan menuju satu cahaya, yakni iman. Sedang Thaghut terus-menerus mengeluarkan manusiadari keimanan menuju gelapnya kekafiran. 5. Sebagai orang yang beriman, haruslah senantiasa menjaga

keimanannya dengan ibadah, amal shaleh dan memperdalam ilmu pengetahuan dan ajaran-ajaran agama.

Daftar Pustaka

Al-Imam Abul Fida Isma’il Ibnu Kasir ad-Dimasyqi, Tafsir Ibnu Kasir dengan judul asli Tafsir al-Qur’anil ‘Adzim, Penj: Bahrun Abu Bakar, Lc., (Bandung: Sinar Baru Algensindo, Juz 3, Cet. 3, 2006)

(10)

14 Muhammad Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-

Qur’an, (Jakarta: Lentera Hati, Vol. 1, Cet. IX, 2007)

Referensi

Dokumen terkait

orang, maka penyertaan pasukan / platun tersebut ditolak. Tiada penggantian anggota ketika pertandingan sedang berjalan. Penggantian hanya boleh dilakukan sebelum pertandingan

Pada hari ini, Rabu tanggal 4 Februari 20L5, saya yang dengan Keputusan Rektor Universitas Negeri Malang Nomor 2.2.39lUN}2lKPl2OL5 tanggal 2 Februari 20t5, dosen yang

Dan barang siapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barang siapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya

Profil komposisi biogas setelah proses adsorpsi menggunakan kolom beradsorben karbon aktif dengan dua variasi berat dapat dilihat pada a Gambar 2 dan 3.. Komposisi

Pathway Genomics has used genomic data to develop a series of genetic tests. to answer

■■ A static method parseClass (where Class is the name of the class, such as Byte or Integer ) that also accepts a string, and an optional radix to parse a string returns the

[r]

Hipotesis yang diajukan adalah terdapat keragaman genetik yang luas pada empat populasi F 2 tomat dan terdapat karakter kuantitatif pada tanaman tomat yang memiliki