• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Keluhan Muskuloskeltal Pada Anak Pengguna Tas Punggung di SD Islam Terpadu Nurul ‘Azizi Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Keluhan Muskuloskeltal Pada Anak Pengguna Tas Punggung di SD Islam Terpadu Nurul ‘Azizi Medan"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tas Punggung

2.1.1 Definisi tas punggung

Tas punggung adalah wadah atau kemasan berbentuk persegi yang biasanya bertali yang berfungsi untuk menaruh, menyimpan, atau membawa sesuatu yang dibawa dengan cara digendong. Roman (2003) mendefenisikan tas punggung sebagai tas yang memilik dua tali untuk dikenakan di kedua bahu sehingga dapat membawa barang-barang di punggung.

(2)

2.1.2 Batasan Berat tas punggung yang baik

Illinois State Board of Education (2006), American Occupational Therapy Association, American Chiropratic Association, American Physical Therapy Association and American Academy of Orthopedic Surgeons memiliki saran yang mirip terkait batasan berat tas punggung terhadap 15% berat anak yaitu:

Berat individu (Pon = Kg) Berat tas punggung maksimal (Pon = Kg)

Tabel 2.1 Perbandingan berat tas dan berat badan individu pengguna tas punggung.

(3)

didasarkan pada fakta bahwa hal itu dapat mempengaruhi postur tulang belakang, bentuk kaki dan gaya berjalan mereka (Katarzyna, et al., 2015).

2.1.3 Peran orang tua dalam penggunaan tas punggung

Ada beberapa syarat berat beban tas punggung anak, yaitu bahwa seharusnya tidak lebih dari 10% dari berat badan mereka. Artinya disini adalah bahwa anak yang beratnya 100 pon seharusnya tidak memakai tas punggung sekolah yang lebih berat dari 10 pon; kedua adalah barang yang lebih berat paling dekat dengan bahu anak; yang ketiga yaitu susun buku- buku dan barang sehingga barang- barang mereka akan tersusun rapi dan teratur di dalam tas punggung mereka. Keempat adalah periksa barang yang dibawa ke sekolah dan dibawa pulang. Pastikan bahwa barang yang dibawa adalah kebutuhan untuk kegiatan di sekolah; kelima adalah jika tas punggung terlalu berat atau terlalu ketat, siswa dapat memegang buku atau membawa barang yang lain di sisi lain tas punggung, dan yang terakhir yaitu jika tas punggung terlalu berat dari yang seharusnya, pertimbangkan untuk menggunakan tas beroda jika sekolah mengijinkan (American Occupational Therapy Association/AOTA).

2.1.4 Karakterisitik tas punggung yang baik (Backpack Safety)

(4)

punggung yang baik seharusnya memiliki 2 tali bahu; memiliki bantalan tali bahu yang luas; bantalan tali punggung untuk mengurangi tekanan pada area punggung; tali bahu dan tali ketiak untuk meningkatkan kenyamanan; tali pengikat pada dada dan pinggul untuk membagi berat tas dari punggung dan bahu ke pinggul dan ke seluruh tubuh; memiliki banyak ruang untuk mendistribusikan berat tas punggung; pastikan keamanan barang dan anak juga dapat mengambil isi tas dengan mudah; reflektor untuk meningkatkan jarak penglihatan anak saat malam; dan tas punggung yang bergelombang.

Penting diingat bahwa jika telah membeli tas punggung untuk anak- anak, ukuran tas punggung yang mereka gunakan saat ini ukurannya tidak akan baik bagi mereka jika lebih dari satu tahun. Karena masa anak- anak mengalami pertambahan tinggi yang cepat sehingga ukuran tas punggung yang baik sebelumnya tidak akan bertahan lebih dari satu tahun pada usia mereka sekarang (American Academy of Orthopaedic Surgeon/AAOS; Illinois State Board of Education, 2006).

2.1.5 Cara penggunaan tas punggung yang baik

Menghindari cedera akibat penggunaan tas punggung dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:

(5)

anak miring ke salah satu sisi, pembengkokan tulang belakang dan menyebabkan nyeri ataupun ketidaknyamanan.

b) Melepas dan memakai tas punggung dengan hati- hati. Pertahankan bentuk tubuh stabil dan hindari gerakan memutar berlebihan.

c) Letakkan tas punggung pada otot punggung tengah terkuat. Berikan perhatian lebih pada posisi tas punggung di punggung. Tas punggung seharusnya berada pada bagian tengah punggung. Tali pada bahu seharusnya diatur agar mempermudah anak untuk melepas dan memakai tas punggung tanpa kesulitan dan memungkinkan lengan dapat bergerak dengan bebas.

d) Mengurangi beban. Pertahankan muatan pada sebesar 10 – 15 % BB atau kurang dari berat badan anak. Hanya membawa barang yang dibutuhkan untuk hari itu saja. Setiap malam mengeluarkan barang yang dapat ditinggalkan di rumah. Susun isi tas punggung dengan meletakkan barang terberat paling dekat ke punggung untuk mengurangi desakan kinetik yang menyebabkan ketidaksejajaran postur dan kerja berlebih otot (Illionis State Board of Education, 2006).

(6)

terlalu besar tekanan yang diterima; yang ketiga adalah mengatur posisi tali bahu sehingga tas terletak pada posisi yang tepat pada punggung anak. Tas punggung yang bergantung bebas pada bahu dapat membuat anak tertarik ke belakang dan ototnya tegang.

Cara keempat adalah menggunakan tali pengikat pada pinggang jika tas punggung memilikinya. Ini membantu mendistribusikan berat tas punggung secara merata; kelima adalah bagian bawah tas seharusnya terletak di punggung bawah. Tas punggung seharusnya tidak boleh lebih dari 4 inchi dari garis pinggang anak. Dan terakhir yaitu ukuran tas punggung sekolah berbeda pada tiap usia. Pilih ukuran tas punggung yang benar sesuai usia anak dengan ruang yang cukup untuk barang- barang kebutuhan sekolah.

Matlabi, et al (2014) juga mengemukakan beberapa cara ataupun tindakan yang dapat dilakukan beberapa pihak untuk mengatasi masalah tas punggung dan tas tangan yang berat antara lain :

a. Institusi pendidikan

(7)

tas punggung untuk keluarga dan menyediakan brosur yang diberikan pada kedua orang tua mereka; melakukan pemeriksaan bentuk tubuh siswa secara berkala oleh dokter atau tenaga medis profesional; membagi topik pelajaran semester pertama dan semester dua menjadi buku yang berbeda; menyesuaikan pelajaran yang membutuhkan buku tambahan dan buku catatan dengan jadwal pelajaran olahraga.

b. Keluarga

Orang tua seharusnya mempertimbangkan untuk membeli jenis tas terbaik untuk siswa; orang tua seharusnya mengawasi siswa agar tidak membawa buku dan barang- barang yang tidak perlu ke sekolah sehingga tas punggung mereka tidak berat.

c. Siswa

(8)

2.1.6 Dampak penggunaan tas punggung

Whittifield, et al (2005) meneliti hubungan antara berat tas dengan prevalensi keluhan muskuloskeletal pada siswa kelas 3- 6 dengan rata- rata usia 13,6- 17,1 tahun. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi keluhan muskuloskeletal pada siswa sangat tinggi dan Whittifield, et al (2005) meyakini bahwa berat tas itu menjadi faktor yang berkontribusi dalam menyebabkan keluhan muskuloskeletal. Menurut Dianat et al, (2011) sebanyak 86% anak yang menggunakan tas punggung dengan berat 10% lebih dari berat badan mereka, mengalami beberapa jenis keluhan pada beberapa muskuloskeletal mereka yaitu pada bahu, pergelangan tangan, dan pinggang.

Menurut Al Fageeh, et al (2009) yang meneliti hubungan antara berat tas anak sekolah dengan kapasitas vital paru- paru, potensi nyeri punggung, dan masalah postur menyatakan bahwa saat anak sekolah membawa beban yang berlebih, kapasitas vital paru berkurang, gerakan flexi dan ekstensi berkurang, dan terjadi pembungkukan ke kiri dan ke kanan.

(9)

anak yang membawa tas punggung 15% BB, seluruh sudut postural mereka berubah.

2.2 Keluhan Muskuloskeletal

2.2.1 Definisi Keluhan Muskuloskeletal

Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian otot rangka yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon. Keluhan hingga kerusakan ini biasanya diistilahkan dengan keluhan muskuloskeletal disorder atau cedera pada sistem muskuloskeletal.

Secara garis besar keluhan otot dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:

1. Keluhan Sementara (Reversibel). Keluhan sementara yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat otot menerima beban statis, namun demikian keluhan tersebut akan segera hilang apabila pembenanan dihentikan. 2. Keluhan menetap (Persistent). Keluhan menetap yaitu keluhan otot yang

bersifat menetap. Walaupun pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot masih terus berlanjut.

(10)

akibat pemberian beban kerja yang terlalu berat dengan durasi pembebanan yang panjang. Sebaliknya keluhan otot kemungkinan tidak terjadi apabila kontraksi otot hanya berkisar antara 15 – 20% dari kekukatan otot maksimum. Namun apabila kontraksi otot melebihi 20%, maka peredaran darah ke otot berkurang menurut tingkat kontraksi yang dipengaruhi oleh besarnya tenaga yang diperlukan. Suplai oksigen ke otot menurun, proses metabolisme karbohidrat terhambat dan sebagai akibatnya terjadi penimbunan asam laktat yang menyebabkan timbulnya rasa nyeri otot.

2.2.2. Penyebab Keluhan Muskuloskeletal

Peter Vi (2000 dalam Tarwaka, 2015) menjelaskan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya keluhan otot skeletal, yaitu :

1. Peregangan Otot yang Berlebihan

(11)

2. Aktivitas Berulang

Aktivitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara terus- menerus seperti pekerjaan mencangkul, membelah kayu besar, angkat- angkut dan lain- lain. Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban kerja secara terus- menerus tanpa memperoleh kesempatan untuk relaksasi.

3. Sikap Kerja tidak Alamiah

Sikap kerja yang tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah misalnya pergerakan tangan terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepala terangkat dan sebagainya. Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh, maka akan semakin tinggi pula resiko terjadinya keluhan otot skeletal. Sikap kerja tidak alamiah ini pada umunya karena karakteristik tuntutan tugas, alat kerja dan stasiun kerja tidak sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan pekerja.

(12)

darah tidak lancar, penimbunan asam laktat meningkat dan akhirnya timbul nyeri otot.

Ketiga adalah mikroklimat, paparan suhu dingin yang berlebihan dapat menurunkan kelincahan, kepekaan dan kekuatan pekerja sehingga gerakan pekerja menjadi lamban, sulit bergerak yang disertai dengan menurunnya kekuatan otot. Demikian juga dengan paparan udara yang panas. Beda suhu lingkungan dengan suhu tubuh yang terlampau besar menyebabkan sebagian energi yang ada dalam tubuh akan termanfaatkan oleh tubuh untuk beradaptasi dengan lingkungan tersebut. Apabila hal ini tidak diimbangi dengan pasokan energi yang cukup, maka akan terjadi kekurangan suplai energi ke otot. Sebagai akibatnya, peredaran darah kurang lancar, suplai oksigen ke otot menurun, proses metabolisme karbohidrat terhambat dan terjadi penimbunan asam laktat yang dapat menimbulkan rasa nyeri otot. Keempat adalah penyebab kombinasi. Risiko terjadinya keluhan sistem muskuloskeletal akan semakin meningkat apabila dalam melakukan tugasnya, pekerja dihadapkan pada beberapa faktor risiko dalam waktu yang bersamaan.

(13)

a. Umur. Pada anak sekolah sistem muskuloskeletal terus mengalami osteofikasi dan belum matang. Sehingga jika terkena tekanan yang terlalu berat atau mengalami tekanan dalam waktu yang lama, maka akan mudah mengalami cedera. Chaffin (1979) dan Guo et al (1995) menyatakan bahwa pada umumnya kerusakan sistem muskuloskeletal sudah mulai dirasakan pada usia kerja. Hal ini terjadi karena pada umur setengah baya, kekuatan dan ketahanan otot mulai menurun sehingga risiko terjadinya keluhan otot meningkat. Riihimaki, et al (1989) menjelaskan bahwa umur mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan keluhan muskuloskeletal, terutama untuk otot leher dan bahu, bahkan ada beberapa ahli lainnya menyatakan bahwa umur merupakan penyebab utama terjadinya keluhan otot.

(14)

kurang lebih hanya 60% dari kekuatan oto pria, khususnya untuk otot lengan, punggung dan kaki. Dari uraian tersebut diatas, maka jenis kelamin perlu dipertimbangkan dalam mendesain beban tugas. c. Ukuran Tubuh (antropometri). Walaupun pengaruhnya relatif kecil,

(15)

d. Penggunaan tas punggung yang salah. Penggunaan tas punggung yang salah berkontribusi mengakibatkan terjadinya keluhan muskuloskeletal. Anak yang membawa tas punggung dengan berat lebih dari 10% BB, akan mengalami keluhan muskuloskeal. Tas punggung dengan berat 10% BB akan menekan otot, ligamen dan tendon sehingga terjadi ketegangan dan akan menimbulkan nyeri akut pada leher. Nyeri leher yang bertahan selama lebih dari 2 atau sampai 3 bulan, nyeri akan menyebar ke lengan dan dari lengan bisa sampai ke tangan maupun jari, biasanya disebabkan oleh diskus servikal yang herniasi atau stenosis foramen sehingga menekan saraf pada leher (Ullrich, 2009).

2.2.3 Mekanisme nyeri

Mekanisme dasar terjadinya nyeri adalah proses nosisepsi. Nosisepsi adalah proses penyampaian informasi adanya srimuli noksius, di perifer ke sistem saraf pusat. Rangsangan noksius adalah rangsangan yang berpotensi atau merupakan akibat terjadinya cedera jaringan, yang dapat berupa rangsangan mekanik, suhu dan kimia. Deskripsi mekanisme dasar terjadinya nyeri secara klasik dijelaskan dengan empat proses yaitu transduksi, transmisi, modulasi dan persepsi.

1. Proses transduksi

(16)

diterima ujung – ujung saraf perifer (nerve ending) atau organ – organ tubuh (reseptor meisneri, merkel, corpusculum paccini, golgi mazoni). Kerusakn jaringan karena trauma baik trauma pembedahan atau trauma lainnya menyebabkan sintesa prostaglandin, dimana prostaglandin inilah yang akan menyebabkan sensitisasi dari reseptor – reseptor nosiseptif dan dikeluarkannya zat – zat mediator nyeri

seperti histamin, bradikinin, serotin yang akan menimbulkan sensasi nyeri. Keadaan ini dikenal sebagai sensitisasi perifer.

2. Proses transmisi

(17)

3. Proses modulasi

Proses perubahan transmisi nyeri yang terjadi disusunan saraf pusat (medulla spinalis dan otak). Proses terjadinya interaksi antara sistem analgesik endogen yang dihasilkan oleh tubuh kita dengan input nyeri yang masuk ke kornu posterior medullan spinalis merupakan proses ascenden yang dikontrol oleh otak. Analgesik endogen (enkefalin, endorphin, serotonin, noradrenalin) dapat menekan impuls nyeri pada kornu posterior medulla spinalis. Diman kornu posterior sebaga pintu dapat terbuka dan tertutup untuk menyalurkan impuls nyeri untuk analgesik endogen tersebut. Inilah yang menyebabkan persepsi nyeri sangat subjektif pada setiap orang. 4. Persepsi

Hasil akhir dari proses interaksi yang kompleks dari proses transduksi, transmisi dan modulasi yang pada akhirnya akan menghasilkan suatu proses subjektif yang dikenal sebagai persepsi nyeri, yang diperkirakan terjadi pada thalamus dengan korteks sebaga diskriminasi dari sensorik (Turk & Flor, 1999; Davis, 2003).

2.2.4 Metode penilaian tingkat keparahan keluhan sistem muskuloskeletal dengan Nordic Body Map

Nordic Body Map merupakan metode penilaian yang sangat subjektif,

(18)

tergantung dari keahlian dan pengalaman observer yang bersangkutan. Namun demikian, metode ini secara luas telah digunakan oleh para ahli ergonomi untuk menilai tingkat keparahan gangguan pada sistem muskuloskeletal dan kuesioner ini dibuat oleh Kuorinka et al tahun 1987.

Dalam aplikasinya, metode ‘Nordic Body Map’ dengan menggunakan

lembar kerja berupa peta tubuh (body map) merupakan cara yang sangat sederhana, mudah dipahami, murah dan memerlukan waktu yang sangat singkat (± 5 menit) per individu. Observer dapat langsung mewawancarai atau menanyakan kepada responden, pada sistem muskuloskeletal bagian mana saja yang mengalami gangguan kenyerian atau sakit, atau dengan menunjuk langsung pada setiap sistem muskuloskeletal sesuai yang tercantum dalam lembar kerja kuisioner ‘Nordic Body Map’. Nordic Body Map meliputi

28 bagian otot pada sistem muskuloskeletal pada kedua sisi tubuh kanan dan kiri, yang dimulai dari anggota tubuh bagian atas yaitu otot leher sampai dengan bagian paling bawah yaitu otot pada kaki. Melalui kuisioner ‘Nordic

Body Map’ maka akan dapat diketahui bagian otot mana saja yang mengalami gangguan kenyerian atau keluhan dari tingkat rendah (tidak ada keluhan/cedera) sampai dengan keluhan tingkat tinggi (keluhan sangat sakit).

(19)

orang pekerja di dalam kelompok populasi kerja yang besar, maka hasilnya tidak akan valid dan reliabel.

Penilaian dengan menggunakan kuisioner ‘Nordic Body Map’ dapat

dilakukan dengan berbagai cara; misalnya dengan menggunaan 2 jawaban sederhana (data nominal) yaitu ‘YA’ (tidak ada keluhan sakit pada sistem muskuloskeletal) dan ‘TIDAK’ (tidak ada keluhan atau tidak ada rasa sakit

pada sistem muskuloskeletal). Tetapi lebih utama untuk menggunakan desain penilaian dengan skoring (misalnya; 4 skala likert). Apabila digunakan skoring dengan skala likert, maka setiap skor atau nilai haruslah mempunyai definisi operasional yang jelas dan mudah dipahami oleh responden.

Selanjutnya, setelah selesai melakukan wawancara dan pengisian kuisioner, maka langkah berikutnya adalah menghitung total skor individu dari seluruh sistem muskuloskeletal (28 bagian sistem muskuloskeletal) yang diobservasi. Pada desain 4 skala likert ini, maka akan diperoleh skor individu terendah adalah sebesar 0 dan skor tertinggi 84. Dalam banyak penelitian dengan menggunakan uji statistik tertentu yang dimaksudkan untuk menilai tingkat signifikansi hasil penelitian, maka total skor individu tersebut dapat langsung digunakan dalam entri data statistik.

(20)

muskuloskeletal mana saja yang mengalami adanya gangguan atau ketidaknyamanan. Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya adalah dengan melihat persentase pada setiap bagian sistem muskuloskeletal dan dengan menggunakan kategori tingkat risiko sistem muskuloskeletal. Berikut ini tabel klasifikasi subjektivitas tingkat risiko sistem muskuloskeletal berdasarkan total skor individu.

Tabel 2.2 Klasifikasi subjektivitas tingkat risiko sistem muskuloskeletal berdasarkan total skor individu

2.2 Keluhan Muskuloskeletal pada Anak

(21)

American Occupational Therapy Assosiation menyatakan bahwa lebih dari

50% siswa berusia 9 – 20 tahun mengalami nyeri punggung kronik akibat muatan tas punggung yang berlebih dan juga penyusunan isi tas punggung yang tidak benar. Saat anak masuk sekolah, tas sekolah menjadi teman yang sangat diperlukan. Tas sekolah adalah hadiah yang selalu diharapkan menjadi hadiah masuk sekolah bagi anak. Bagaimanapun, tas sekolah yang berat tidak hanya berat secara psikologi tetapi juga berat secara fisik pada postur tubuh. Kelas yang lebih rendah memiliki tas yang lebih berat (Rai, Argawal & Bharti, 2013).

Keluhan muskuloskeletal yang dialami oleh perempuan lebih sering pada ekstremitas atas. Dan juga, siswa perempuan mengatakan keluhan pada ekstremitas bawah dan punggung lebih sering daripada yang dialami oleh siswa laki – laki. Walaupun perbedaannya tidak signifikan. Hertzberg (1985, dalam Shamsoddini, et al., 2010) mengatakan bahwa nyeri punggung bawah dan punggung atas lebih sering dialami oleh siswa perempuan daripada siswa laki – laki. Haisman, (1988, dalam Shamsoddini, et al,. 2010) mengatakan alasan kemungkinan mengapa perempuan lebih sering mengalami keluhan pada sistem muskuloskeletalnya yaitu karena kekuatan otot perempuan lebih rendah daripada laki – laki, khususnya di otot lengan atas.

(22)

Gambar

Tabel 2.1 Perbandingan berat tas dan berat badan individu pengguna tas punggung.
Tabel 2.2 Klasifikasi subjektivitas tingkat risiko sistem muskuloskeletal

Referensi

Dokumen terkait

Bentuk kegiatan yang dilakukan dalam revitalisasi tersebut terdiri dari pertemuan dengan narasumber yang pernah terlibat dalam kesenian tradisional tari Jepin

Pada Kode Program 3 mejelaskan tentang Total Processes untuk host BK1 karena spesifikasi yang lebih rendah dari host lain sehingga memerlukan rule yang berbeda bila

Persiapan pembelajaran yang dilakukan guru dengan penggunaan metode proyek dalam mengembangkan kreativitas guru terlebih dahulu membuat Rencana Kegiatan Harian,

, Cosgrove, supra note 28 (arguing that the language of Section Two of the Fourteenth Amendment applies only to male offenders and that the Nineteenth Amendment repealed

Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, maka akan dilakukan penelitian bagaimana membuat suatu jaringan paralel diskless dengan memanfaatkan

Penelitian ini bertujuan untuk mensintesis lapisan tipis material GMR baru berstruktur spin valve yang memiliki karakteristik yang baik (memiliki rasio GMR yang

Pemantauan dilakukan untuk memastikan kualitas pekerjaan setiap bagian dalam pelaksanaan tugas sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan oleh manajemen. Pengendalian

Then the researcher describes it in the form of a scientific work entitled “Error Analysis on The Use of Simple Past Tense in Writing Recount Text of The Eighth Grade Students