• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengrajin Gerabah (Studi Etnografi Usaha Pengrajin Gerabah dalam Menghadapi Perubahan Teknologi)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengrajin Gerabah (Studi Etnografi Usaha Pengrajin Gerabah dalam Menghadapi Perubahan Teknologi)"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penelitian ini mengkaji tentang strategi bertahan hidup pengrajin gerabah di Jorong Galogandang Nagari III Koto, Kecamatan Rambatan, Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat. Pemilihan tema penelitian ini berdasarkan ketertarikan peneliti terhadap pengrajin yang dilihat dari segi cara-cara yang dikembangkan para pengrajin gerabah dalam bertahan hidup pada zaman modern, sehingga pengrajin masih bisa memproduksi gerabah dengan cara tradisional.

Gerabah merupakan suatu hasil karya seni ciptaan manusia yang menghasilkan suatu benda yang memiliki kegunaan atau nilai yang tinggi, sehingga dapat digunakan di dalam kehidupan sehari-hari. Kerajinan gerabah di Galogandang menghasilkan alat-alat kebutuhan rumah tangga seperti periuk, wajan, dan piring yang terbuat dari olahan tanah liat.

(2)

Proses pembuatan gerabah membutuhkan waktu yang lumayan lama. Untuk menghasilkan satu produk gerabah siap pakai dibutuhkan waktu minimal sepuluh hari. Hal ini dikarenakan untuk memproduksi gerabah mulai dari pengolahan tanah liat, mencetak, menjemur sampai dengan membakar menggunakan teknik dan alat yang sangat sederhana atau tradisional. Walaupun demikian, kerajinan yang dihasilkan memiliki kualitas yang bagus untuk dipasarkan. Hasil kerajinan ini akan dipasarkan ke masyarakat luas, tidak hanya di wilayah Kabupaten Tanah Datar tetapi juga di wilayah Sumatera lainnya seperti Jambi, Bengkulu, Riau, dan Medan.

Seiring perkembangan zaman dan teknologi, timbullah berbagai macam peralatan yang lebih canggih dari gerabah. Banyak perusahaan-perusahan atau pabrik-pabrik yang mengolah bahan-bahan seperti stainless, logam, aluminium dan tembaga menjadi alat-alat kebutuhan rumah tangga yang lebih berkualitas dari pada gerabah, sehingga menghimpit perkembangan dan pemasaran gerabah di masyarakat. Sebagian masyarakat berpindah menggunakan alat-alat yang lebih modern dan meninggalkan gerabah. Masyarakat beralasan bahwa penggunaan alat yang modern lebih berkualitas, praktis, bersih dan memiliki tren tersendiri.

(3)

hanya kepada pemesan gerabah saja. Banyak di antara penjual gerabah yang sudah tidak berjualan lagi di pasar-pasar.

Masyarakat pengrajin gerabah mulai berpikir bagaimana cara menyikapi perubahan teknologi tersebut. Pengrajin melakukan modifikasi-modifikasi untuk hasil kerajinan mereka, seperti pengrajin mulai memikirkan dan memproduksi alat-alat baru selain dari hasil kerajinan mereka yang biasanya. Selain itu, untuk pemasaran keliling kampung biasanya dengan berjalan kaki namun sekarang sudah mulai menggunakan kendaraan bermotor. Dari segi pemasaran lainnya masyarakat menjual hasil kerajinannya ke tengkulak-tengkulak atau agen. Hal ini akan membutuhkan modal yang cukup besar untuk biaya akomodasi dalam bidang pemasaran.

1.2. Tinjauan Pustaka

Berbagai kajian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya mengenai kerajinan gerabah. Kajiansebelumnya oleh Azmi (2012), menjelaskan bahwa produk kerajinan gerabah Maron Jaya Art Shop berjenis keramik gerabah benda hias/souvenir. Produk kerajinan gerabah ini mempunyai karakter yang dapat memenuhi keinginan konsumen dan harganya relatif murah sehingga dapat bertahan lama. Menariknya bentuk dan antiknya keramik gerabah masih dilirik masyarakat sebagai souvenir. Bapak Ngadiono sebagai pengrajin dapat melihat hal ini dan memberikan hal tersebut pada produk keramik gerabah yang dihasilkannya.

(4)

kerajinan gerabah yang berkembang di Desa Banyumulek memiliki rentetan sejarah cukup panjang, serta dapat memberikan andil terhadap perekonomian masyarakat. Berkat adanya pembinaan dan pelatihan dalam pengembangan desain baik struktur maupun dekoratif, pengolahan bahan, serta manajemen produksi yang dilakukan Desperindag setempat, tenaga ahli baik dalam maupun luar negeri membawa produksi gerabah Banyumulek makin dikenal. Selain itu, dengan berkembangnya pariwisata di daerah Senggigi dan Gilitrawangan Lombok Barat membawa dampak sangat positif terhadap perkembangan gerabah Banyumulek. Walaupun dengan sistem produksi yang dikelola secara kelompok dan individu dibawah naungan kelompok pengrajin partikelir, kerajinan ini tetap eksis hingga kini.

Demikian juga halnya oleh Suharyanto (2014), yang mengkaji gerabah Mambang-Jombang, beliau menjelaskan bahwa tradisi prasejarah yang berlangsung sampai sekarang sebagai wujud enkulturasi. Tujuan dari penilitian ini antara lain adalah untuk mengetahui teknik pembuatan gerabah tradisional Mambang-Jombang, mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan gerabah tradisional Mambang-Jombang masih dapat bertahan sampai sekarang, dan menjelaskan proses enkulturasi pada pembuatan gerabah tradisional Mambang-Jombang. Hasil dari penelitian ini adalah teknik pembuatan gerabah di Mambang menggunakan metode roda putar. Alat-alat yang digunakan, yaitu perbot, tetep,

watu, kerik, dan dalim. Faktor-faktor yang mempengaruhi gerabah Mambang

(5)

waktu luang, dan respon pasar yang baik. Sedangkan proses enkulturasi terlihat ketika anak dikenalkan bahan-bahan, alat pembuatan dan pewarnaan, proses penjemuran, dan proses pembakaran.

Penelitian yang akan saya lakukan mengenai studi tentang strategi bertahan hidup pengrajin gerabah dalam menghadapi perubahan teknologi di Jorong Galogandang Nagari III Koto, Kecamatan Rambatan, Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat. Adanya perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya. Penelitian sebelumnya membahas tentang produk kerajinan gerabah, tinjauan budaya mengenai gerabah, teknik pembuatan gerabah dan faktor-faktor yang mempengaruhi gerabah yang masih bertahan sampai sekarang. Penelitian sebelumnya juga menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi gerabah masih bertahan sampai sekarang adalah karena perubahan fungsi gerabah, tidak boleh kerja jauh, tingkat pendidikan rendah dan tidak ada pekerjaan lain. Sedangkan dalam penelitian ini, peneliti akan membahas mengenai strategi atau cara-cara bertahan usaha pengrajin gerabah dalam perubahan teknologi. Strategi ini mengacu pada, bagaimana cara pengrajin menghadapi perubahan teknologi di era modern, sehingga pengrajin masih bisa menjadikan gerabah sebagai sumber mata pencaharian mereka untuk bertahan hidup.

(6)

manusia sejak zaman neolitikum ketika manusia purba mulai hidup menetap, bercocok tanam dan mengenal api.

Kerajianan gerabah menghasilkan berbagai macam peralatan rumah tangga, seperti periuk, wajan, dan piring. Sejak zaman dahulu sampai sekarang kerajinan gerabah masih ada. Proses pembuatan gerabah di Galogandang dimulai dari pengambilan tanah liat di sawah, tanah liat yang terletak dibagian bawah. Kemudian tanah tersebut dicampur dengan pasir sungai agar hasil yang diperoleh lebih padat dan memiliki tekstur yang bagus. Setelah itu campuran tanah liat dengan pasir yang dipijak-pijak sambil ditambahkan air supaya campuran tersebut lebih mudah untuk dicetak. Setelah proses tersebut bahan dicetak dengan menggunakan tangan. Proses selanjutnya hasil cetakan dijemur telebih dahulu menggunakan sinar matahari sampai kering. Pada proses akhir gerabah dibakar kemudian gerabah siap untuk dipasarkan. Sebagaimana diketahui bahwa gerabah merupakan suatu wujud kebudayaan. Kebudayaan merupakan keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar (Koentjaraningrat, 2009:144)1

1 Koentjaningrat, 2009:144.

(7)

Salah satu perubahan budaya yang terjadi yaitu perubahan teknologi yang semakin canggih. Sebagai hasil dan penerapan ilmu, teknologi adalah cara kerja manusia. Teknonologi manusia secara intensif berhubungan dengan alam dan membangun kebudayaan dunia sekunder yang berbeda dengan dunia primer (alam). Dewasa ini teknologi mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap manusia, tidak hanya terhadap cara hidup manusia tetapi juga menentukan teknologi berikutnya. Hal ini dapat dilihat bahwa teknologi merupakan perubahan budaya yang terjadi pada masyarakat sedikit atau banyak pasti memberikan pengaruh pada masyarakat Galogandang itu sendiri dalam memproduksi kerajinan gerabah, karena teknologi yang berkembang dapat mengurangi minat konsumen untuk memakai alat-alat memasak dari gerabah. Oleh karena itu dibutuhkan strategi-strategi dan pemikiran-pemikiran kreatif dan inovatif untuk tetap bertahan hidup dan mempertahankan hasil karya kerajinan geraba

Mengutip Marzali, Nasution (2014) mengatakan bahwa strategi adaptasi merupakan perilaku manusia dalam mengalokasikan sumber daya yang mereka miliki dalam menghadapi masalah-masalah sebagai pilihan-pilihan tindakan yang tepat guna sebagai lingkungan sosial, kultural, ekonomi, dan ekologis di tempat dimana mereka hidup. Cara beradaptasi dan berstrategi dalam berprilaku, anggota-anggota kultur membentuk dan menciptakan kultur baru secara kontiniu. Mengutip Soekanto, ada beberapa batasan pengertian dari strategi adaptasi sosial, yakni :

a. Proses mengatasi halangan-halangan dari lingkungan.

(8)

d. Mengubah agar sesuai dengan kondisi yang diciptakan.

e. Memanfaatkan sumber-sumber yang terbatas untuk kepentingan lingkungan dan sistem.

f. Penyesuian budaya dan aspek lainnya sebagai hasil seleksi alamiah. Begitu juga dengan gerabah hasil kerajinan masyarakat Galogandang, dalam proses produksi gerabah mereka terdapat berbagai masalah yang mereka hadapi, salah satunya yaitu perubahan budaya yang ada pada saat sekarang ini, apakah masyarakat tersebut akan tetap bertahan untuk melakukan usaha mereka atau hanya menjadikan sebagai usaha sampingan atau bisa juga memilih usaha yang lain selain membuat gerabah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Oleh karena itu, diperlukan strategi masyarakat Galogandang dalam mempertahankan hasil kerajinan yang asli dari daerah tersebut di tengah-tengah perubahan saat ini.

(9)

diproduksi sejak dahulu yaitu zaman nenek moyang hingga sekarang yang sudah menciptakan inovasi-inovasi yang baru.

Inovasi-inovasi baru yang diciptakan oleh pengrajin dapat meningkatkan produksi gerabah. Peningkatan produksi gerabah akan sejalan dengan peningkatan sistem ekonomi kreatif. Istilah ekonomi kreatif di dengungkan oleh John Howkins (dalam Badaruddin, Ibnu Hajar, dkk 2009:500) penulis buku “Creative Economy,

How People Make Money from Ideas”. Menurutnya, ekonomi kreatif disebut

ketika input dan output adalah gagasan. Fenomena yang ada dalam masyarakat dapat menjadi sebuah peluang usaha dalam ekonomi kreatif, dengan memanfaatkan situasi dan mengembangkan kreatifitas, ide dan inovasi yang dimiliki seseorang. Menurut Suryana (2013:76) menjelaskan bahwa, terdapat model-model penciptaan nilai tambah dalam ekonomi kreatif, untuk mengembangkan kreasi dan gagasan dapat dilakukan dengan mengadaptasi dan mengembangkan sesuatu untuk menghasilkan nilai tambah baru diatas rata-rata. Ada beberapa macam cara berkreasi dan menghasilkan gagasan untuk meningkatkan nilai tambah, yaitu mencakup hal-hal sebagai berikut.

1. Kreasi dan gagasan untuk mengembangkan usaha dan peluang usaha baru. Dapat dilakukan dengan cara menciptakan relung-relung usaha yang belum digarap oleh orang lain atau menciptakan sendiri relung-relung pasar dengan menciptakan kegunaan dan kemudahan-kemudahan produk-produk baru.

(10)

produk, standar produk, kualitas produk, dan kegunaan produk sehingga muncul kebaruan dari produk-produk tersebut.

3. Kreasi dan gagasan untuk mengembangkan dan mengombinasikan input (bahan baku). Pada bagian sebelumnya, sudah dikemukakan bahwa nilai tambah bisa diciptakan pada input (bahan baku) dengan cara mengombinasikan, menambahkan, dan menyintesiskan sehingga muncul bahan baku baru dengan nama baru.

4. Kreasi dan gagasan untuk mengembangkan sumber permodalan baru. Ingat bahwa modal pada ekonomi kreatif bukan hanya modal uang (material) sebagai modal dasar, tetapi juga modal intelektual.

5. Kreasi dan gagasan untuk mengembangkan teknologi atau metode atau cara baru. Barang boleh yang lama, tetapi dengan cara-cara baru yang lebih efisien dan efektif.

6. Kreasi dan gagasan untuk mengembangkan desain, ukuran, kualitas, kemasan, corak, keistimewaan barang dan jasa serta pelayanan yang akan diberikan. Produk baru mengandung kualitas baru dan nilai tambah baru. 7. Kreasi dan gagasan untuk mengembangkan dan memperluas saluran,

lembaga distribusi, dan wilayah pemasaran baru. Misalnya, dengan membuka jaringan pemasaran baru (seperti Alfamart, Yomart, Circle K) dan mengembangkan agen-agen di beberapa daerah pemasaran.

(11)

Sistem ekonomi kreatif merupakan serangkaian kegiatan produksi dan distribusi barang maupun jasa yang dikembangkan melalui penguasaan di bidang informasi, pengetahuan dan kreativitas. Sistem ekonomi kreatif dapat dikatakan sebagai sistem transaksi penawaran dan permintaan yang bersumber pada kegiatan ekonomi dari industri kreatif. Gerabah juga bisa disebut sebagai ekonomi kreatif, karena proses produksi gerabah mencakup bidang pengetahuan dan kreativitas yang dilakukan oleh masyarakat di daerah Galogandang. Hasil kreativitas tersebut, berupa kerajinan gerabah yang merupakan suatu karya seni yang dapat bernilai tinggi dan unik serta hanya dapat kita temui di daerah-daerah tertentu. Selain itu gerabah juga dijadikan sebagai mata pencaharian masyarakat sekitar yang bisa meningkatkan status ekonominya. Dalam menjalankan usahanya, para pengrajin gerabah memasarkan produk-produknya kepada para pelanggan. Menurut Sunarto, pemasaran adalah proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang dibutuhkan dan diinginkan dengan menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain2

Dalam hal produksi, produksi gerabah dapat meningkatkan nilai ekonomi di masyarakat. Hal ini dapat dilihat dalam kajian ilmu ekonomi moderen. Firth menjelaskan bahwa kegiatan ekonomi pada intinya berpusat pada kegiatan produksi barang, distribusi (menyalurkan barang pada konsumen) dan akhirnya pada proses konsumsi (menghabiskan atau memakai barang dan jasa). Semua ini juga terjadi dalam kehidupan ekonomi masyarakat tradisional, walaupun tidak mendapatkan perhatian dari ahli ekonomi karena lebih

.

(12)

memusatkan pada perekonomian global. Sistem ekonomi ini berkaitan dengan teknologi dalam sistem produksi, sistem distribusi pasar, dan proses konsumsinya. Keterlibatan pihak lain atau anggota keluarga dalam menghasilkan atau dalam proses produksi dan distribusi sangat dibutuhkan. Hal ini dapat meringankan pekerjaan pengrajin. Begitu juga dengan proses produksi kerajinan gerabah oleh pengrajin di Galogandang. Proses produksi dan distribusi ada juga yang dibantu oleh kaum lelaki contohnya dalam mengambil tanah, proses pembakaran gerabah dan proses pemasarannya. Hal ini mencerminkan sistem kekeluargaan dan saling bekerjasama dalam melakukan proses pembuatan gerabah.

Menurut Cook (dalam Sjafri Sairin, Pujo Semedi, Bambang Hudayana 2002: 84-103). Pengrajin gerabah dapat dipahami dari pendekatan substantif dan formalis. Pendekatan subtantif cenderung melihat gejala ekonomi sebagai proses dari gejala sebelumnya dan gejala yang terjadi pada masa sekarang akan mempengaruhi gejala-gejala yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Pendekatan subtantif menganut budaya primitif, masyarakat belum mengenal uang dan pasar. Hasil produksi digunakan untuk konsumsi produsen, tidak didistribusikan, namun apabila membutuhkan produk lain maka masyarakat memakai sistem barter.

(13)

dan mengetahui tentang sistem laba dan memaksimalisasi keuntungan. Pendekatan formalis juga sudah mengenal sistem permintaan dan penawaran.

Penelitian mengenai gerabah yang akan peneliti lakukan dapat mencakup semua aspek dari pendekatan ekonomi subtantif dan formalis karena gerabah yang di produksi oleh pengrajin di Galogandang, selain untuk dipakai oleh pengrajin, gerabah juga didistribusikan ke pasar.

1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang dan tinjauan pustaka sebelumnya, maka rumusan masalah yang dijabarkan dalam penelitian ini adalah bagaimana strategi-strategi yang dilakukan pengrajin gerabah di Galogandang dalam menghadapi perubahan teknologi dan peralatan hidup? Rumusan masalah tersebut dijabarkan ke dalam 5 (lima) pertanyaan penelitian yakni:

1. Bagaimana sejarah awal mula munculnya kerajinan gerabah di Jorong Galogandang?

2. Siapa saja yang terlibat dalam proses pembuatan gerabah di Jorong Galogandang?

3. Bagaimana proses pembuatan gerabah di Jorong Galogandang? 4. Bagaimana perkembangan produk gerabah di Jorong Gelogandang? 5. Hal-hal apa saja yang dilakukan untuk mempertahankan usahanya sebagai

(14)

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan secara mendalam mengenai strategi-strategi yang dilakukan pengrajin gerabah di Galogandang dalam menghadapi perubahan teknologi dan peralatan hidup saat ini. Adapun manfaat penelitian ini secara akademis diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam menambah wawasan keilmuan, khususnya dalam ilmu Antropologi Budaya dan Antropologi Ekonomi, serta dapat menambah pengetahuan pengrajin gerabah mengenai strategi-strategi untuk bertahan hidup dalam perubahan budaya. Secara praktis penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan alternatif pemecahan masalah, khususnya yang berkenaan dengan pengrajin gerabah.

1.5. Metode Penelitian

(15)

perasaan penulis sangat khawatir karena penulis belum tahu pasti alamat serta apakah bisa untuk melakukan penelitian di daerah tersebut.

Tanggal 20 Februari 2016 sekitar jam 08.00 WIB, penulis bersama Delia menuju lokasi tempat penelitian yaitu Daerah Galogandang, survey ini dilakukan untuk mengetahui keberadaan pengrajin. Didalam melakukan survey dilapangan penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Sumber data yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri dari dua kelompok, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari lapangan melalui observasi dan wawancara mendalam sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh dari penelitian kepustakaan. Jenis observasi yang dilakukan adalah observasi partisipasi. Tujuan dari observasi partisipasi ini adalah untuk melihat dan merasakan apa yang dialami pengrajin secara langsung sebagai bentuk kegiatan atau konsep pemikiran informan dalam melakukan suatu pekerajaan. Seorang penulis ikut terjun langsung ke tempat lokasi penelitian serta ikut membantu dalam melakukan tugas yang dilakukan informan, sehingga data dan informasi yang didapat lebih akurat dan tanpa rekayasa.

(16)

ini ditujukan kepada informan pangkal, informan kunci, dan informan biasa. Beberapa pertanyaan yang diobservasi dan di wawancara secara mendalam oleh penulis yakni, bagaimana sejarah Nagari Galogandang, bagaimana proses pembuatannya gerabah di Galogandang, bagaimana perkembangan pengrajin gerabah di Galogandang, bagaimana cara pemasaran gerabah di Galogandang.

Pertanyaan tersebut penulis menemui berbagai informan dilapangan. Informan-informan tersebut adalah informan pangkal, informan kunci dan informan biasa. Perasaan yang khawatir kami melangkah menuju daerah Galogandang. Keyakinan yang kuat untuk menyelesaikan tugas akhir perkuliahan, dengan mencari-cari alamat daerah Galogandang tersebut. Sepanjang perjalanan menuju daerah tersebut kami beberapa kali berhenti untuk menanyakan daerah Galogandang. Perjalanan menuju Galogandang yang melawati perbukitan serta persawahan dan melewati banyak perkampungan sebelum sampai ke daerah tersebut. Penulis dan teman penulis sangat menikmati perjalanan tersebut meskipun untuk menuju kesana sangat sulit diakibatkan belum mengetahui dengan alamatnya.

(17)

gerabah. Hati mulai terasa gembira, kemudian saya langsung menuju tempat tersebut.

Dengan melaju secara perlahan penulis kemudian melihat seorang ibu yang sedang duduk didalam pondok sedang memukul-mukul gerabah. Mengucapkan salam penulis masuk kedalam pondok tersebut dan bertanya kepada ibu tersebut, banyak wawancara yang penulis lakukan dengan ibu tersebut, dengan yang senang hati ibu tersebut menerima punulis. Setelah penulis menjelaskan semua tujuan dan maksud penulis untuk datang ke daerah ini ibu tersebut sangat senang untuk membantu, dia berfikir bahwa jika kita berbuat kebaikan makanya Allah pasti akan membalasnya. Ibu tersebut memiliki tiga anak perempuan yang membuat dia selalu semangat untuk bekerja sebagai pengrajin, jika anaknya nanti menjadi seperti penulis maka kebaikan yang dia berikan maka suatu saat akan diterima juga oleh anak-anaknya. Alasan tersebut yang membuat informan mau memberikan informasi serta pengalaman-pengalaman hidup informan kepada penulis.

(18)

ke Medan. Penulis menjanjikan untuk segera pulang, kemudian datang untuk kembali melakukan penelitian disini.

1.6. Analisis Data

Referensi

Dokumen terkait

Perubahan Pola Produksi dan Gejala Pembentukan Kelas Pedagang Dalam Masyarakat Perajin (Studi Kasus Pengembangan Industri Gerabah Oi Desa Banyurnulek - Lombok

Di dalam internet masih terdapat ruang-ruang siber (cyberspace) yang memungkinkan orang-orang bertemu dan menciptakan diskusi di dalamnya. Salah satunya yakni

Melihat berbagai kondisi yang dialami oleh pengrajin bambu di Desa Muntuk, maka muncul rumusan masalah pada penelitian ini, yakni faktor apa saja yang