• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perlindungan Hak Pencipta Terhadap Pengubahan Aransemen Musik Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta (Studi di Kota Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perlindungan Hak Pencipta Terhadap Pengubahan Aransemen Musik Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta (Studi di Kota Medan)"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta memberikan penjelasan pada alinea pertama dan kedua, yaitu Indonesia sebagai salah satu Negara kepulauan memiliki keanekaragaman seni dan budaya yang sangat beragam dan dengan adanya keanekaragaman ini dijadikan sebagai salah satu andalan Indonesia untuk meningkatkan ekonomi kreatif di Indonesia yang didukung dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang pesat. Keberagaman tersebut diikuti pula dengan kemajuan teknologi yang semakin memberikan kemudahan dalam berinteraksi dengan antarmanusia tanpa kendala jarak dan waktu. Melalui radio, televisi dan kemudian internet, orang bisa menyaksikan kejadian yang terjadi dibelahan bumi lain. Berkembangnya teknologi di Indonesia menyebabkan meningkatnya kebutuhan manusia akan gaya hidup, diantaranya adalah meningkatnya minat masyarakat di bidang hiburan, khususnya meningkatnya minat masyarakat dalam hal bermusik.

(2)

tersebut harus diikuti pula dengan pengorbanan yang tidak sedikit, diantaranya pengorbanan terhadap waktu, tenaga, pengeluaran biaya yang tentunya tidak sedikit. Pengorbanan itulah yang membuat karya tersebut memiliki nilai. Seperti contohnya pada kelahiran suatu karya cipta lagu. Seorang pencipta lagu harus menguras energi dan tenaga untuk menghasilkan suatu karya cipta lagu. Dimulai dari pencipta harus mencari inspirasi dari lagu yang akan dibuatnya, mencari genre lagu yang akan dibuat, membuat lirik lagu, struktur lagu, menentukan nada atau kunci dasar sampai dengan membuat nada awal sampai akhir. Terlihat bahwa tidak mudah untuk melahirkan suatu karya cipta. Untuk itulah , sangat pantas diterbitkan rumusan property rights yang bersifat eksklusif dan diberi penghargaan yang setinggi-tingginya, dalam wujud perlindungan hukum.

Property rights yang bersifat eksklusif dimaksudkan sebagai penciptalah yang memiliki hak untuk memiliki atau memanfaatkan karya cipta tersebut dan pihak lain tidak boleh memilikinya, kecuali ada izin dari pemilik karya cipta tersebut.

Dalam hal perlindungan atas karya cipta, haruslah dituangkan dalam wujud nyata. Hak kekayaan intelektual itu adalah hak kebendaan, hak atas sesuatu benda yang bersumber dari hasil kerja otak, hasil kerja rasio. Hasil dari pekerjaan rasio manusia yang menalar. Hasil kerja itu berupa benda immaterial. Benda tidak berwujud , misalnya karya cipta lagu. Untuk menciptakan alunan nada (irama) diperlukan pekerjaan otak.1

1

(3)

Pada masa sekarang, permasalahan yang dihadapi adalah marak sekali pelanggaran yang terjadi pada bidang seni terutama pada karya cipta lagu. Industri musik pada saat sekarang memang sangatlah memprihatinkan karena diikuti dengan kerugian yang akan diterima oleh pencipta. Mulai dari pembajakan , penjiplakan sampai dengan pengubahan nada lagu tanpa adanya izin dari pencipta. Itu menyebabkan orang memanfaatkan hal tersebut tanpa mengeluarkan biaya sepeserpun. Tentunya hal ini sangat merugikan pencipta lagu. Hal ini disebabkan oleh kecanggihan teknologi yang semakin meningkat sehingga sangat memberikan kesempatan bagi semua orang untuk melakukan penggandaan karya cipta lagunya, mengunduh lagu secara ilegal atau mengubah instrumen musiknya menjadi musik dengan instrumen yang berbeda. Oleh karena itu, apabila karya cipta tidak dihargai dan dijiplak terus menerus oleh pihak lain tanpa adanya izin dari pemegang hak cipta, maka hal tersebut akan membuat pemegang hak cipta tidak ingin menghasilkan karya cipta apapun lagi dan pastinya akan menghentikan daya kreasi dari anak-anak bangsa. Kondisi ini sering dimanfaatkan oleh orang yang tidak menghargai hasil karya orang lain dan hanya mementingkan kepentingan pribadi. Hal ini tidak hanya menyangkut kepentingan tentang kepentingan pencipta sebagai pemegang hak atas kekayaan intelektual yang bersangkutan lebih jauh karena menyangkut aspek penegakan hukumnya yang kian hari semakin longgar yang dibuktikan dengan banyaknya pembajakan dan pengubahan lagu tanpa izin.

(4)

perlindungan untuk melindungi adanya penjiplakan atau pembajakan atas karya seni tersebut. Karena sangat berkembangnya laju perekonomian di Indonesia diikuti juga dengan perkembangan laju teknologi yang mengharuskan adanya perlindungan akan karya seni yang terdapat didalamnya. Teknologi komunikasi telah menciptakan kemudahan dalam berinteraksi antarmanusia tanpa kendala jarak dan waktu. Melalui media radio, televisi, dan kemudian internet, orang bisa menyaksikan kejadian yang terjadi dibelahan bumi lain.

Pertukaran tradisi, kebiasaan, dan adat istiadat antar Negara berlangsung dengan cepat. Gaya hidup, fashion, perkawinan antara ras satu dengan ras yang lain kemudian menciptakan kebudayaan baru yang disebut budaya modern. Indonesia sebagai bagian dari dunia juga tidak bisa lepas dari adanya pengaruh budaya modern. Budaya modern inilah yang mendorong lahirnya perlindungan terhadap hak kekayaan intelektual di Indonesia.2

Untuk memberikan perlindungan hukum kepada pencipta, maka pemerintah mengeluarkan berbagai peraturan perundang-undangan mengenai Hak Kekayaan Intelektual yaitu Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta menggantikan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002. Peraturan ini digunakan untuk memberikan perlindungan hak cipta terhadap kekayaan intelektual yang hadir dari keanekaragaman tersebut, diantaranya di bidang perdagangan, industri dan investasi. Pada bidang tersebut, telah berkembang sangat pesat sehingga diperlukan adanya peningkatan perlindungan bagi Pencipta

2

(5)

karya dan Pemilik Hak Terkait dengan tetap memperhatikan kepentingan masyarakat luas. Peraturan perundang-undangan yang lain adalah Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten, Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek, Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman, Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang, Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri.

Secara historis pengaturan tentang Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia sudah ada sejak zaman kolonial Belanda yaitu sejak tahun 1880-an. Pada tahun 1885, Undang-Undang Merek mulai diberlakukan oleh pemerintah kolonial Belanda di Indonesia dan disusul dengan diberlakukannya Undang-Undang Paten pada tahun 1910. Dua tahun kemudian, diberlakukanlah Undang-Undang Hak Cipta yaitu Auteurswet 1912, staadblad Nomor 600 Tahun 1912 pada tanggal 23 September 1912.3

Setelah Indonesia merdeka, ketentuan perundang-undangan tentang Hak Cipta yang pertama kali berlaku di Indonesia adalah Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta yang diperbaharui dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1987. Kemudian disempurnakan lagi dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1997 yang diundangkan pada tanggal 17 Mei 1997. Terakhir adalah Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta yang berlaku pada tanggal 29 Juli 2003 yang mencabut berlakunya Undang-Undang Nomor 12

3

(6)

Tahun 1999.4 Kemudian dilakuakan perubahan lagi yaitu Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta yang berlaku pada tanggal 16 Oktober 2014.

Secara internasional, peraturan di bidang HKI pertama kali terjadi pada tahun 1883 dengan lahirnya Paris Convention untuk masalah paten, merek dagang, dan desain. Pada tahun 1886 terdapat perjanjian Berne Convention untuk masalah hak cipta (copyright). Kedua konvensi tersebut antara lain membahas tentang standarisasi, tukar-menukar informasi, perlindungan minimum dan prosedur mendapatkan hak kekayaan intelektual. Hasil dari kedua konvensi tersebut adalah dibentuknya biro administratif yang bernama The United International Bureau for The Protection of Inttellectual Property yang kemudian dikenal dengan nama

World Intellectual Property Organisation (WIPO). WIPO merupakan organisasi internasional di bawah lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang khusus menangani masalah HKI.5

Peraturan lainnya yang terkait dengan HKI secara internasional adalah hasil dari perundingan di Uruguay yang disebut sebagai Putaran Uruguay (Uruguay Round). Putaran Uruguay yang berlangsung pada tahun 1986 – 1994 membahas tentang tarif dan perdagangan dunia atau General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) yang kemudian membentuk organisasi perdagangan dunia atau World Trade Organisation (WTO). Selain pembentukan WTO, kesepakatan lain yang didapat dalam Putaran Uruguay adalah persetujuan tentang

4

Suyud Margono dan Amir Angkasa, Komersialisasi Aset Intelektual Aspek Hukum Bisnis, Edisi 1 (Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia, 2002), hal.8-9.

5

(7)

aspek-aspek yang berhubungan dengan perdagangan dan hak kekayaan intelektual atau Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights (TRIPs). Pada tahun yang sama, yaitu tahun 1994 Indonesia telah meratifikasi persetujuan WTO tersebut melalui UU No. 7 Tahun 1994.6

Permasalahan Hak Kekayaan Intelektual telah masuk kedalam Agreement Establishing the World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia) yang salah satu bagiannya adalah perumusan mengenai aspek-aspek perdagangan Hak Kekayaan Intelektual yang dikenal sebagai

Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights (Persetujuan tentang Aspek-Aspek Dagang dan Hak-Hak Kekayaan Intelektual) atau TRIP’s

Agreement tahun 1994. Perjanjian TRIP’s di maksudkan untuk menyeragamkan

perlindungan terhadap Hak Kekayaan Intelektual (asing) di suatu Negara.7

Hak cipta adalah suatu hak yang diberikan kepada pemegang suatu karya baik di bidang ilmu pengetahuan, sastra maupun seni, dapat dilihat dalam Pasal 1 ayat (1) UU No. 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta . Dalam Pasal tersebut dapat terlihat jelas hak yang dimiliki oleh seorang pemegang hak yang dikenal dengan hak eksklusif Pencipta, yaitu hak untuk mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Sehubungan dengan adanya hak eksklusif yang dimiliki oleh pemilik hak cipta atas lagu sebagaimana yang telah diuraikan diatas, maka pemilik hak cipta

6

Krisnani Setyowati, Efridani Lubis, Elisa Aggraeni, M.Hendra Wibowo, Loc.Cit. 7

(8)

lagu tersebut dapat memberi izin kepada orang lain untuk memperbanyak atau menggunakan lagu ciptaan nya.Hal ini disebut dengan pemberian lisensi yang ketentuannya telah diatur dalam pasal 80-83 Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.

Hak Cipta tidak hanya melindungi hak pencipta saja namun juga memberikan perlindungan terhadap hak kepada Pelaku pertunjukan, Produser rekaman dan juga lembaga penyiaran. Ide dasar sistem hak cipta adalah untuk melindungi wujud hasil karya yang lahir karena kemampuan intelektualnya.8 Hak Cipta merupakan hak kebendaan yang bersifat absolut dimana sebagai hak absolutdimana sebagai hak absolut maka hak itu pada dasarnya dapat dipertahankan terhadap siapapun, dan yang memegang hak tersebut dapat menuntut tiap pelanggaran yang dilakukan oleh pihak manapun juga.9

Dalam Pasal 40 ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 menetapkan sebagai berikut :

Dalam Undang-Undang ini ciptaan yang dilindungi adalah ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan , seni dan sastra, yang mencakup :

1. Buku, pamflet , perwajahan karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil karya tulis lain ;

2. Ceramah, kuliah, pidato dan Ciptaan lain yang sejenis dengan itu ;

3. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan;

8

Muhammad Djumahana dan R. Djubaedillah, Hak Milik Intelektual (Sejarah, Teori dan Prakteknya di Indonesia), Bandung, PT. Citra Aditya Bakti, 2003, Hal. 55.

9

(9)

4. Lagu dan/atau musik dengan atau tanpa teks ;

5. Drama atau drama musikal, tari, koreografi, pewayangan dan pantomin ; 6. Karya seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukisan, gambar, ukiran,

kaligrafi, seni pahat, patung, atau kolase; 7. Karya seni terapan;

8. Karya arsitektur ; 9. Peta ;

10. Karya seni batik atau seni motif lain; 11. Karya fotografi ;

12. Potret;

13. Karya sinematografi ;

14. Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, database ,adaptasi, aransemen, modifikasi dan karya lain dari hasil transformasi;

15. Terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi, atau modifikasi ekspresi budaya tradisional;

16. Kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi tersebut merupakan karya asli;

17. Permainan video; dan 18. Program Komputer.

(10)

Hak Cipta terdiri atas hak ekonomi (economic rights) dan hak moral

(moral rights). Hak ekonomi adalah hak untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas ciptaan serta produk Hak Terkait. Hak moral adalah hak yang melekat pada diri Pencipta atau pelaku yang tidak dapat dihilangkan atau dihapus tanpa alasan apapun, walaupun Hak Cipta atau Hak Terkait telah dialihkan.10

Pelanggaran Hak Cipta dengan berbagai bentuk memberikan bukti bahwa orang tidak bisa menghargai hasil karya orang lain dan hanya memanfaatkan hasil ciptaan yang telah dilindungi oleh Undang-Undang untuk kepentingan pribadi. Seperti contohnya di Kota Medan, pengubahan lagu, salah satunya yaitu pengubahan lagu remix sangat diminati oleh warga di Kota Medan dan dijadikan sebagai sumber keuntungan yang besar oleh penjual. Lagu remix adalah suatu bentuk lagu alternatif yang telah diubah ke genre yang berbeda dengan lagu aslinya dengan memasukkan unsur-unsur elektro musiknya kedalam lagu tersebut.11 Lagu –lagu remix tersebut dijual dalam bentuk CD (Compact Disc)

atau VCD ( Video Compact Disc). Dari pengertian diatas, dapat dilihat bahwa pengubahan aransemen lagu tersebut telah melanggar hak eksklusif dari pencipta lagu tersebut Selain melanggar hak eksklusif, orang tersebut juga melanggar hak moral (moral right) serta hak ekonomi (economic right) yang sudah sangat jelas hanya merupakan hak dari pencipta karya.

Persoalan ini haruslah diteliti secara mendalam. Persoalan penegakan hukum di Indonesia setelah beberapa kali dilakukan perubahan terhadap peraturan

10

OK. Saidin.,Op.Cit.,hal.170. 11

(11)

perundang-undangan hak cipta belum memperlihatkan perkembangan yang signifikan. Pelanggaran pengubahan lagu dinilai termasuk dalam pelanggaran hak cipta yang berat tanpa disadari. Dimulai dengan pengerjaan lagu remix sampai dengan dimasukkannya lagu tersebut dalam suatu kaset atau Compact.Karena perkembangan teknologi pada masa sekarang, telah dibuat banyak aplikasi yang sangat memudahkan orang untuk membuat sendiri lagu remix. Lagu remix tersebut merupakan lagu atau musik hasil aransemen yang tentunya tidak didasarkan dengan persetujuan dari pencipta-pencipta lagu yang bersangkutan. Apabila dijual lagu-lagu remix tersebut, maka akan sangat menguntungkan dari segi ekonomi, karena dengan lagu remix tersebut dapat memberikan keuntungan yang cukup banyak.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas menurut Penulis perlu kiranya diteliti lebih jauh mengenai Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2014 mengatur hak moral terhadap pengubahan aransemen musik. Oleh karena itu, Penulis

menulis kajian ilmiah akademis dengan judul “ PERLINDUNGAN HAK

PENCIPTA TERHADAP PENGUBAHAN ARANSEMEN MUSIK

BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014

TENTANG HAK CIPTA (STUDI DI KOTA MEDAN) ”.

B. Rumusan Masalah

(12)

2. Apa faktor yang menyebabkan timbulnya pengubahan aransemen musik yang sudah ada?

3. Bagaimana peran pemerintah Kota Medan dalam melindungi hak pencipta lagu dalam pengubahan aransemen musik?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan yang telah dirumuskan di atas maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian hukum ini :

1. Untuk mengetahui pengaturan perlindungan hukum yang akan diberikan kepada pencipta terhadap pengubahan aransemen musik berdasarkan Undang-Undang Hak Cipta.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya pengubahan aransemen musik yang sudah ada.

3. Untuk mengetahui peran pemerintah Kota Medan dalam melindungi hak pencipta lagu dalam pengubahan aransemen musik.

D. Manfaat penelitian

1. Manfaat praktis

a. Skripsi ini bermanfaat untuk para Pencipta Lagu supaya mengetahui hak-hak yang dimilikinya sebagai pemegang hak cipta.

(13)

2. Manfaat Teoritis

a. Skripsi ini diharapkan berguna sebagai bahan untuk pengembangan wawasan dan kajian lebih lanjut bagi yang ingin mengetahui dan memperdalam tentang masalah pengaturan perlindungan hak pencipta terhadap pengubahan aransemen musik.

b. Skripsi ini bermanfaat untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syaratnya untuk mencapai gelar sarjana hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang merupakan kewajiban bagi setiap mahasiswa untuk menyelesaikan pendidikannya di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

E. Metode Penelitian

Menurut Soerjono Soekanto, penelitian dimulai ketika seseorang berusaha untuk memecahkan masalah yang dihadapi secara sistematis dengan metode dan teknik tertentu yang bersifat ilmiah, artinya bahwa metode atau teknik yang digunakan tersebut bertujuan untuk satu atau beberapa gejala dengan jalan menganalisanya dan dengan mengadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta tersebut untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas masalah-masalah yang ditimbulkan faktor tersebut.12

12

(14)

Metode penelitian hukum adalah prosedur atau cara yang dilakukan dalam melakukan penelitian hukum.13

Dalam pengumpulan data dan informasi untuk penulisan skripsi ini, penulis telah mengumpulkan data-data yang diperlukan untuk dapat mendukung penulisan skripsi ini dan hasil yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Untuk memperkuat argumentasi dari penulisan skripsi ini, perlu didukung oleh data-data yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, karena data-data ini merupakan suatu hal yang sangat penting untuk mendukung kebenaran ilmiah dari skripsi ini.

1. Jenis Penelitian

Ada 2 (dua) jenis penelitian yaitu penelitian hukum normatif dan penelitian hukum sosiologis atau empiris. Soerjono Soekanto memberi pendapat mengenai penelitian hukum :

“Penelitian hukum itu berdasarkan tujuannya terdiri atas yang pertama, Penelitian

hukum normatif, yang mencakup penelitian terhadap asas-asas hukum, penelitian terhadap sistematika hukum, penelitian terhadap taraf sinkronisasi hukum, penelitian sejarah hukum, dan penelitian perbandingan hukum. Kedua, Penelitian

13

(15)

hukum sosiologis atau empiris, yang mencakup penelitian terhadap identifikasi

hukum dan penelitian efektivitas hukum.”14

Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian hukum normatif dan penelitian hukum sosiologis (empiris). Penelitian hukum normatif adalah penelitian hukum yang meletakkan hukum sebagai sebuah bangunan sistem norma. Sistem norma yang dimaksud adalah mengenai asas-asas, norma, kaidah dari peraturan perundang-undangan, analisa kasus, perjanjian serta doktrin (ajaran).15Jenis penelitian ini juga mengandalkan data dan informasi tentang hukum, baik bahan hukum primer, badan hukum sekunder maupun badan hukum tersier.

Penelitian hukum sosiologis atau empiris adalah penelitian yang dilakukan di lapangan secara langsung pada objek yang diteliti dengan mengandalkan data khusus melalui pengumpulan fakta, gagasan atau pendapat dari masyarakat yang kemudian data yang dikumpulkan tersebut dipergunakan untuk menguji kebenaran dari suatu peraturan perundang-undangan, teori dan konsep melalui kenyataan di dalam praktek. Penelitian ini juga bertujuan untuk memberikan gamabaran secara jelas, lengkap, dan teliti dengan cara mengumpulkan, menyusun, mengklarifikasikannya, menganalisa serta menginterprestasikan data yang didapat guna memecahkan masalah yang dihadapi.

2. Sumber Data

14

Fajar Mukti dan Achmad Yulianto, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2010, Hal. 153.

15

(16)

Dalam penelitian, 2 (dua) jenis data yang digunakan, yaitu data primer dan data sekunder.

Pada penelitian ini, digunakan penelitian hukum sosiologis atau empiris dan penelitian hukum normatif. Penelitian hukum sosiologis atau empiris dilakukan dengan meneliti perilaku hukum dari warga masyarakat secara langsung, sehingga data yang digunakan adalah data primer. Penelitian normatif dilakukan dengan batasan studi dokumen atau bahan pustaka saja yaitu berupa data sekunder.

Didalam penulisan skripsi ini, data sekunder yang digunakan antara lain : a. Bahan Hukum Primer

Yaitu berupa norma dasar, peraturan dasar, Undang-Undang dan peraturan-peraturan yang terkait dengan objek penelitian, bahan hukum yang tidak dikodifikasikan dan bahan hukum dari zaman penjajahan hingga kini masih berlaku, antara lain Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta dan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

b. Bahan Hukum Sekunder

Yaitu bahan yang memberikan penjelasan tentang bahan hukum primer antara lain: buku, makalah, pendapat para ahli dan hasil penelitian yang berkaitan dengan objek penelitian ini.

c. Bahan Hukum Tersier

(17)

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam menulis skripsi ini, penulis menggunakan 2 (dua) teknik pengumpulan data yaitu penelitian kepustakaan (library research) dan penelitian lapangan (field research). Penelitian kepustakaan dilakukan untuk meneliti data sekunder yang berkaitan dengan penelitian skripsi ini, yaitu bahan hukum primer,antara lain peraturan-peraturan mengenai Hak Kekayaan Intelektual khususnya Hak Cipta, dan bahan hukum sekunder, antara lain jurnal, buku dan lainnya.

Penelitan lapangan (field research) dilakukan untuk memperoleh data primer yang dilakukan dengan wawancara dengan pegawai Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Sumatera Utara dan Penyidik dari Kepolisian di Kota Medan.

a. Dalam penelitian Hukum Normatif dilakukan dengan studi pustaka terhadap bahan hukum primer16 yaitu Undang-Undang dan peraturan lainnya, yang akan diinventarisasi dan atau disinkronisasi. Selain itu juga dilakukan studi pustaka terhadap badan hukum sekunder yaitu buku, jurnal, pendapat ahli yang akan dikembangkan untuk membentuk pandangan yang tegas dalam persoalan yang berkaitan dengan judul skripsi ini.

b. Dalam penelitian Hukum Sosiologis atau Empiris dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara yang akan disesuaikan dengan topik dari skripsi ini.Dan dari hasil wawancara tersebut, akan diuraikan secara naratif guna mendapatkan gambaran umum mengenai persoalan yang dikaji dalam skripsi ini.

4. Analisa Data

16

(18)

Analisis data merupakan proses pengorganisasian dan pengurutan data dalam pola, kategori dan uraian dasar, sehingga akan ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.17

Penelitian pada penulisan skripsi ini menggunakan analisa data kualitatif, yaitu penelitian yang mengarah pada norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan judul skripsi ini serta norma-norma hidup dan berkembang dalam masyarakat yang akan diinventarisir dan atau disinkronisasi. Teknik analisa data kualitatif ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data sekunder baik bahan hukum primer,misalnya Undang-Undang dan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan topik skripsi ini, dan juga bahan hukum sekunder yaitu berupa tulisan-tulisan hukum yang akan dikembangkan untuk membentuk pandangan yang tegas dalam persoalan ini. Data sekunder tersebut akan diambil dari hasil wawancara yang akan disusun sesuai dengan topic yang selanjutnya akan diuraikan secara naratif untuk mendapatkan gambara umum persoalan yang dikaji.

F. Keaslian Penulisan

Sepanjang pengetahuan penulis, penulisan tentang perlindungan hak pencipta terhadap pengubahan aransemen musik menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 (Studi di Kota Medan) belum pernah diteliti.

Hal yang dikaji dalam tulisan ini adalah perlindungan hak pencipta terhadap pengubahan aransemen musik menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014

17

(19)

(Studi di Kota Medan). Penulisan ini berdasarkan literatur-literatur yang berkaitan dengan Hukum Hak atas Kekayaan Intelektual di Indonesia dan juga dengan hasil wawancara. Oleh karena itu tulisan ini merupakan sebuah karya asli dan sesuai dengan asas-asas keilmuan yang jujur , rasional, objektif dan terbuka. Semua ini merupakan implikasi etis dari proses menemukan kebenaran ilmiah, sehingga tulisan ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

G. Sistematika Penulisan

Suatu gambaran dari isi skripsi ini, di sini dapatlah dikemukakan sistematika penulisan dari skripsi ini yang meliputi:

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis akan membahas mengenai Latar Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penulisan, Metode Penelitian, Keaslian Penulisan dan Sistematika Penulisan.

BAB II: TINJAUAN UMUM MENGENAI HAK KEKAYAAN

INTELEKTUAL (HKI)

Pada bab ini akan dibahas tentang pengertian hak kekayaan intelektual, ruang lingkup hak kekayaan intelektual, sumber hukum hak kekayaan intelektual, pengertian hak cipta, prinsip-prinsip dasar dalam hak cipta, pendaftaran hak cipta, pengalihan hak cipta, lisensi hak cipta, pengertian neighboring rights, ruang lingkup

(20)

BAB III : TINJAUAN UMUM MENGENAI MUSIK DAN ARANSEMEN Pada bab ini akan dibahas tentang pengertian musik, instrument-instrumen musik, , jenis aliran musik, pengertian aransemen, jenis-jenis aransemen ,struktur menyusun aransemen dan perkembangan pengubahan aransemen musik di Indonesia.

BAB IV : PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENCIPTA LAGU Pada bab ini akan dibahas tentang pengaturan perlindungan hukum yang diberikan oleh Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 kepada pencipta lagu, faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya pengubahan aransemen musik serta peran pemerintah Kota Medan dalam melindungi hak pencipta lagu dalam pengubahan aransemen musik.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, karena “...data penelitian berupa angka- angka yang diolah menggunakan metode statistik...” (Sutedi, 2011, hlm. Penelitian

Variabel Credit Risk (CR) atau yang biasa disebut dengan rasio Non Performing Financing (NPF), variabel ini memiliki nilai koefisien 0.0843 dengan nilai t-Stat

Dengan semakin banyaknya kombinasi yang digunakan, maka dengan 15 Ants Eksperimen itu diperoleh hasil optimal, namun dengan semakin banyaknya iterasi tidak berarti hasil

Pertama-tama air disaring menggunakan Saringan Pasir Cepat (SPC). Air hasil penyaringan tersebut dan kemudian hasilnya disaring kembali menggunakan Saringan Pasir

Ketiga, penerapan Asas Unus Testis Nullus Testis dalam perkara Nomor 48/Pid.Sus/2017/PN.Plg yang terbagi dengan deskripsi perkara nomor 48/Pid.Sus/2017/PN.Plg yang di

Syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan proposal skripsi

Pengaturan hukum mengenai hak ekonomi menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta menunjukkan hak ekonomi merupakan hak eksklusif pencipta atau pemegang hak

Hasil kegiatan dari tahun 2010 menunjukkan bahwa: (1) Pemberian pupuk urea di Serang dan Cianjur secara umum menyebabkan peningkatan populasi bakteri pelarut P dan K , (2)