A. Pengertian, Ruang Lingkup dan Sumber Hukum Kekayaan Intelektual.
1. Pengertian Hak Kekayaan Intelektual
Hak kekayaan intelektual adalah suatu sistem yang melekat pada tata
kehidupan modern 18 . Hak Kekayaan Intelektual diterjemahkan menjadi
Intellectual Property. Selain istilah Intellectual Property, juga dikenal dengan
istilah intangible property creative property dan incorporeal property.19
Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual didalam buku panduan HKI menjelaskan bahwa hak kekayaan intelektual, atau disingkat “HKI” atau akronim “HaKI”, adalah padanan kata yang biasa digunakan untuk Intellectual Property
Rights “(IPR), yakni hak yang timbul bagi hasil olah pikir otak yang
menghasilkan suatu produk atau proses yang berguna untuk manusia.20 Istilah
tersebut terdiri dari tiga kata kunci, yaitu Hak, Kekayaan, dan Intelektual.
Kekayaan merupakan abstraksi yang dapat dimiliki, dialihkan, dibeli, maupun
dijual. HKI dikategorikan sebagai hak atas kekayaan mengingat HKI pada
akhirnya menghasilkan karya-karya intelektual berupa pengetahuan, seni, sastra,
teknologi, di mana dalam mewujudkannya membutuhkan pengorbanan tenaga,
waktu, biaya dan pikiran.21 Terakhir, Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI)
Muhammad Djumahana dan R. Djubaedillah, Op.Cit., hal. 20.
20
Tomi Suryo Utomo, Op.Cit., hal.2.
21
merupakan hak-hak (wewenang/kekuasaan) untuk berbuat sesuatu atas kekayaan
intelektual tersebut, yang diatur oleh norma-norma atau hukum-hukum yang
berlaku.22
Hak kekayaan intelektual sebenarnya merupakan bagian dari benda, yaitu
benda tidak berwujud (benda Immateril).23 Dalam Burgerlijk Wetboek (BW),
pengaturan mengenai benda dapat dilihat dalam Buku II. Dalam sistem hukum
perdata Barat (BW) yang berlaku di Indonesia, pengertian zaak (benda) sebagai
objek hukum tidak hanya meliputi “benda yang berwujud” yang ditangkap panca indra, akan tetapi juga “benda yang tidak berwujud” , yakni hak-hak atas barang
yang berwujud.24 Dilihat dalam pasal 499 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,
dinyatakan bahwa menurut paham Undang-Undang yang dinamika kebendaan
ialah tiap-tiap barang dan tiap-tiap hak yang dikuasai hak milik.25 Berdasarkan
ketentuan Pasal 499 KUH Perdata tersebut benda tak berwujud itu disebut hak.
Jika disederhanakan dalam bentuk skema, uraian di atas dapat digambarkan sebagai berikut :
22
Adrian Sutedi, Hak Atas Kekayaan Intelektual, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hal.38.
23
SKEMA I
Barang
Sumber : Skema OK.Saidin, Aspek Hukum Hak Milik Intelektual (Intellectual
Property Rights), PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2015, hal.14.
Hal ini sejalan dengan pendapat Abdulkadir Muhammad yang
mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan barang (tangilable good) adalah
benda material yang ada wujudnya karena dapat dilihat dan diraba, misalnya
kendaraan, sedangkan yang dimaksud dengan hak ( intangible good) adalah benda
immaterial yang ada, tidak ada wujudnya karena tidak dapat dilihat dan diraba,
misalnya Hak kekayaan intelektual. 26 Baik benda berwujud maupun tidak
berwujud (hak) dapat menjadi objek hak . Hak atas benda berwujud disebut hak
absolut atas suatu benda, sedangkan hak atas benda tak berwujud disebut hak
absolut atas suatu hak, dalam hal ini adalah Hak kekayaan intelektual.27
Benda Immateril atau benda tidak berwujud yang berupa hak itu dapatlah
kita contohkan seperti hak tagih, hak atas bunga uang, hak sewa, hak guna
bangunan, hak guna usaha, hak atas benda berupa jaminan, hak atas kekayaan
intelektual (intellectual property rights) dan lain sebagainya. Selanjutnya
mengenai hal ini Pitlo, sebagaimana dikutip oleh Prof. Mahadi mengatakan,
26
Abdulkadir Muhammad, Hukum Harta Kekayaan, Bandung, Citra Aditya Bakti, 1994, hal. 75.
27
serupa dengan hak tagih, hak immaterial itu tidak mempunyai benda (berwujud)
sebagai obyeknya. Hak milik immaterial termasuk ke dalam hak-hak yang disebut
pasal 499 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Oleh karena itu hak milik
immaterial itu sendiri dapat menjadi obyek dari suatu hak benda. Selanjutnya
dikatakannya pula bahwa, hak benda adalah hak absolute atas sesuatu benda
berwujud, tetapi ada hak absolute yang obyeknya bukan benda berwujud. Itulah
yang disebut dengan nama hak atas kekayaan intelektual (intellectual property
rights).28
2. Ruang Lingkup Hak Kekayaan Intelektual
Didalam bidang kekayaan intelektual (Intellectual Property) ada bidang yang
khusus berkenaan dengan bidang industry dan pengetahuan, bidang ini sering
disebut sebagai Hak Milik Perindustrian (Industrial Property). Dalam bidang
tersebut yang diutamakannya yaitu bahwa hasil penemuan atau karyanya dapat
dipergunakan untuk maksud-maksud industri. Penggunaan bidang industri inilah
yang merupakan aspek terpenting dari Hak Milik Perindustrian. Menurut W.R.
Cornish :29
“Milik Intelektual melindungi pemakaian idea, dan informasi yang
mempunyai nilai komersil atau nilai ekonomi”.30
Menurut Abdulkadir Muhammad, jika ditelusuri lebih mendalam konsep HKI
meliputi: 31
28
OK. Saidin, Op.Cit, hal. 13-14.
29
Muhammad Djumahana dan R. Djubaedillah, Op.Cit., hal. 21.
30
a. Hak milik hasil pemikiran (intelektual), melekat pada pemiliknya, bersifat tetap
dan eksklusif.
b. Hak yang diperoleh pihak lain atas ijin dari pemilik dan bersifat sementara.
Disamping itu, untuk mengetahui ruang lingkup HKI maka harus diketahui
terlebih dahulu mengenai jenis-jenis benda. Terdapat tiga jenis benda yang dapat
dijadikan kekayaan atau hak milik, yaitu: 32
a. Benda bergerak, seperti emas, perak, kopi, teh, alat-alat elektronik, peralatan
telekomunikasi dan informasi dan sebagainya;
b. Benda tidak bergerak, seperti tanah, rumah, toko dan pabrik;
c. Benda tidak berwujud seperti paten, merek, dan hak cipta.
Menurut World Intellectual Property Organization (WIPO), hak kekayaan
intelektual diklasifikasikan sebagai berikut :33
a. Hak Cipta dan Hak Terkait (Copyright and Related Right)
b. Paten (Patents)
c. Rahasia dagang (Trademarks)
d. Desain Industri dan Sirkuit Terpadu (Industrial Design and Integrated Circuits)
e. Indikasi geografis (Geographical Indications)
f. Perlindungan terhadap persaingan usaha tidak sehat (Protection Against Unfair
Competition)
31
, Abdulkadir Muhammad, Op,Cit,,hal.1.
32
Sanusi Bintang dan Dahlan, Pokok-Pokok Hukum Ekonomi dan Bisnis, Bandung , PT. Citra Aditya Bhakti, 2000, hal 10
33
Kemudian menurut para pakar hukum HKI ada yang harus ditambahkan
yaitu), Merek Jasa (Service Mark). TRIP‟s (Trade Related Aspects of Intellectual
Property Right menambah satu bidang lagi ke dalam kelompok hak-hak diatas,
SKEMA II
Sumber : Skema OK.Saidin, Aspek Hukum Hak Milik Intelektual (Intellectual
Property Rights), PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2015, hal.19.
3. Sumber Hukum Hak Kekayaan Intelektual
Untuk memberikan perlindungan terhadap Hak Kekayaan Intelektual,
maka Hak Kekayaan Intelektual (HKI) tersebut diatur dengan Undang-Undang
a. Hak Cipta (Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014).
b. Paten (Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001).
c. Merek (Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001).
d. Varietas Tanaman (Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000).
e. Rahasia Dagang (Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000).
f. Desain Industri (Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000).
g. Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu (Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2000).
Selain dari peraturan perundang-undangan nasional diatas, Indonesia juga
telah meratifikasi beberapa konvensi atau traktat internasional antara lain
Konvensi Paris yang diratifikasi melalui Keppres No. 15 Tahun 1997, Patent
Cooperation Treaty yang diratifikasi melalui Keppres No. 16 Tahun 1997, Trade Mark Law Treaty Ratifikasi melalui Keppres No. 17 Tahun 1997, Konvensi Bern
yang diratifikasi melalui Keppres No. 18 Tahun 1997 serta WIPO Copyrights
Treaty yang diratifikasi melalui Keppres No. 19 Tahun 1997.
B. Tinjauan Umum tentang Hak Cipta
1. Pengertian Hak Cipta
Istilah Hak Cipta diusulkan pertama kali oleh Sutan Muhammad Syah
pada Kongres Kebudayaan di Bandung pada tahun 1951 ( yang kemudian
diterima oleh Kongres tersebut) sebagai pengganti istilah hak pengarang yang
dianggap kurang luas cakupan pengertiannya, karena istilah hak pengarang itu
hanyalah hak dari pengarang saja, padahal tidak demikian. Istilah hak pengarang
itu sendiri merupakan terjemahan dari istilah bahasa Belanda Auteurs Rechts.34
Istilah hak cipta ini merupakan pengganti Auters Recht atau copyrights
yang kandungan artinya lebih tepat dan luas, dibandingkan jika menggunakan
istilah hak pengarang. Secara yuridis, istilah hak cipta telah dipergunakan dalam
Undang-Undang Hak Cipta (1982) sebagai pengganti istilah hak pengarang yang
dipergunakan dalam Auteurswet 1912.35
Hak cipta adalah hak eksklusif atau yang hanya dimiliki si Pencipta atau
Pemegang Hak Cipta untuk mengatur penggunaan hasil karya atau hasil olah
gagasan atau informasi tertentu. Pada dasarnya, hak cipta merupakan "hak untuk
menyalin suatu ciptaan" atau hak untuk menikmati suatu karya. Hak cipta juga
sekaligus memungkinkan pemegang hak tersebut untuk membatasi pemanfaatan,
dan mencegah pemanfaatan secara tidak sah atas suatu ciptaan. Mengingat hak
eksklusif itu mengandung nilai ekonomis yang tidak semua orang bisa
membayarnya, maka untuk adilnya hak eksklusif dalam hak cipta memiliki masa
berlaku tertentu yang terbatas.36
Dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang
Hak cipta mengandung pengertian dan sifat hak cipta, yakni:37
34
Usman Rachmadi, Hukum Hak atas Kekayaan Intelektual; Perlindungan dan Dimensi Hukum di Indonesia, Bandung, PT Alumni, 2003, hal. 85
35
Ibid, hal. 85-86
36
Harris Munandar dan Sally Sitanggang, Mengenal HAKI (Hak Kekayaan Intelektual : Hak Cipta, Paten, Merek dan Seluk- beluknya)., hal.14.
37
a. Hak cipta itu merupakan hak yang bersifat khusus istimewa atau eksklusif
yang diberikan kepada pencipta atau pemegang hak cipta. Dengan hak yang
bersifat khusus ini berarti tidak ada orang lain yang boleh menggunakan hak
tersebut terkecuali dengan izin pencipta atau pemegang hak cipta yang
bersangkutan.
b. Hak yang bersifat khusus, tunggal, atau monopoli tadi meliputi hak pencipta
atau pemegang hak cipta untuk mengumumkan ciptaanya, memperbanyak
ciptaannyadan memberi izin kepada orang lain untuk mengumumkan atau
memperbanyak hasil ciptaaanya tersebut.
c. Dalam melaksanakan hak yang bersifat khusus ini, baik pencipta, pemegang
hak cipta, maupun orang lain yang telah diberi izin untuk mengumumkan atau
memperbanyak ciptaan tadi harus dilakukan menurut peraturan perundang
-undangan yang berlaku, yang merupakan pembatasan-pembatasan tertentu.
d. Hak cipta tersebut dianggap sebagai benda bergerak yang bersifat immaterial
yang dapat beralih atau dialihkan kepada orang lain baik untuk seluruh
maupun sebagian.
Memperhatikan pada pengertian hak cipta yang diberikan Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2014 dapat ditentukan unsur-unsur dari hak cipta, yakni :38
a. Hak cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau pemegang hak cipta ;
b. Untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaan ;
c. Timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan ;
d. Tanpa mengurangi pembatasan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
38
2. Prinsip-Prinsip Dasar dalam Hak Cipta
Dalam kerangka ciptaan yang mendapatkan hak cipta setidaknya harus
memperhatikan beberapa prinsip-prinsip dasar hak cipta, yakni :39
a. Yang dilindungi hak cipta adalah ide yang telah berwujud dan asli.
Salah satu prinsip yang paling fundamental dari perlindungan hak cipta
adalah konsep bahwa hak cipta hanya berkenaan dengan bentuk perwujudan
dari suatu ciptaan, sehingga tidak berkenaan atau tidak berurusan dengan
substansinya. Dari prinsip dasar ini telah melahirkan dua subprinsip, yaitu :
1) Suatu ciptaan harus mempunyai keaslian (orisinil) untuk dapat menikmati
hak-hak yang diberikan undang-undang keaslian, sangat erat hubungannya
dengan bentuk perwujudan suatu ciptaan.
2) Suatu ciptaan, mempunyai hak cipta jika ciptaan yang bersangkutan
diwujudkan dalam bentuk tertulis atau bentuk material yang lain. Ini
berarti bahwa suatu ide atau suatu pikiran atau suatu gagasan atau cita-cita
belum merupakan suatu ciptaan.
b. Hak cipta timbul dengan sendirinya (otomatis).
Suatu hak cipta eksis pada saat seorang pencipta mewujudkan idenya dalam
suatu bentuk yang berwujud idenya. Dengan adanya wujud dari suatu ide,
suatu ciptaan lahir. Ciptaan yang dilahirkan dapat diumumkan (to make
public / openbaarmaken). Suatu ciptaan yang tidak diumumkan, hak ciptanya tetap ada pada pencipta.
39
Budi Agus Riswandi dan M.Syamsudin, Hak Keka yaan Intelektual dan Budaya Hukum,
c. Suatu ciptaan tidak perlu diumumkan untuk memperoleh hak cipta.
Suatu ciptaan yang diumumkan maupun yang tidak diumumkan
(published/unpublished work) kedua-duanya dapat memperoleh hak cipta.
d. Hak cipta suatu ciptaan merupakan suatu hak yang diakui hukum (legal right)
yang harus dipisahkan dan harus dibedakan dari penguasaan fisik suatu
ciptaan.
e. Hak cipta bukan hak mutlak (absolut).
Hak cipta bukan suatu monopoli mutlak melainkan hanya suatu limited
monopoly. Hal ini dapat terjadi karena hak cipta secara konseptual tidak mengenal konsep monopoli penuh, sehingga mungkin saja seorang pencipta
menciptakan suatu ciptaan yang sama dengan ciptaan yang telah tercipta
terlebih dahulu.
Subjek dan Objek Hak Cipta
1. Subjek Hak Cipta
Dalam menciptakan suatu karya cipta, tentu ada subjek atau orang yang
membuat atau menciptakan karya cipta tersebut. Menurut Vollmar, setiap
makhluk hidup mempunyai apa yang disebut wewenang berhak yaitu kewenangan
untuk membezit (mempunyai) hak-hak dan setiap hak tentu ada subjek haknya
sebagai pendukung hak tersebut. 40 Setiap ada hak tentu ada kewajiban. Setiap
pendukung hak dan kewajiban disebut subjek hukum yang terdiri atas manusia
40
(natuurlijk person) dan badan hukum (rechtspersoon).41 Jika dikaitkan dengan hak cipta, maka subjeknya ialah pemegang hak yaitu pencipta atau orang atau
badan hukum yang secara sah memperoleh hak untuk itu. 42
Dalam Undang-Undang Hak Cipta menyatakan bahwa yang dimaksud
dengan Pemegang Hak Cipta adalah Pencipta sebagai pemilik Hak Cipta, pihak
yang menerima hak tersebut secara sah dari Pencipta, atau pihak lain yang
menerima lebih lanjut hak dari pihak yang menerima hak tersebut secara sah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 Angka 4 Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2014 tentang Hak Cipta. Dalam Pasal 1 Angka 2 Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2014 tentang Hak Cipta menyatakan yang dimaksud dengan Pencipta
adalah seorang atau beberapa orang yang secara sendiri-sendiri atau
bersama-sama menghasilkan suatu ciptaan yang bersifat khas dan pribadi.
Dari pengertian pencipta dan pemegang hak cipta dalam Undang-Undang
Hak Cipta, maka dapat dilihat adanya perbedaan antara pencipta dan pemegang
hak cipta. Seorang pencipta otomatis menjadi pemegang hak cipta yang
merupakan pemilik dari hak cipta, sedangkan pemegang hak cipta belum tentu
merupakan pencipta. Hal ini dimungkinkan karena pemegang hak cipta mungkin
saja menerima pengalihan hak dari pencipta atau membeli hak cipta dari pencipta.
Cara memperoleh suatu hak, bisa dengan pewarisan, hibah, wasiat atau pihak lain
Subjek yang dianggap sebagai pencipta dapat dilihat dalam Pasal 31
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 yang menyatakan bahwa yang menjadi
pencipta, yaitu orang yang namanya :
a. disebut dalam Ciptaan;
b. dinyatakan sebagai Pencipta pada suatu Ciptaan;
c. disebutkan dalam surat pencatatan Ciptaan; dan/atau
d. tercantum dalam daftar umum Ciptaan sebagai Pencipta.
Selain penjelasan diatas, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang
Hak Cipta juga menyatakan siapa saja yang dimaksud sebagai pencipta dan
pemegang hak cipta, yaitu :
1. Pencipta adalah Orang yang melakukan ceramah yang tidak menggunakan
bahan tertulis dan tidak ada pemberitahuan siapa pencipta ceramah tersebut.43
2. Pencipta adalah orang yang memimpin penyelesaian seluruh ciptaan atau
apabila tidak ada yang memimpin maka yang menjadi pencipta adalah orang
yang menghimpunnya dengan tidak mengurangi hak cipta masing-masing
bagiannya, ini berlaku terhadap suatu ciptaan yang terdiri dari beberapa
bagian tersendiri yang diciptakan oleh dua orang atau lebih.44
3. Pencipta dapat diartikan sebagai orang yang merancang suatu ciptaan,
walaupun seseorang yang sudah merancang suatu ciptaan namun dia
43
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, Lembaran Negara Tahun 2014 Nomor 266, tanggal 16 Oktober 2014, Pasal 32 .
44
menyuruh orang lain untuk mengerjakannya, maka pencipta tetaplah orang
yang merancang ciptaan tersebut.45
4. Pemegang hak pencipta adalah pihak yang untuk dinasnya ciptaan itu
dikerjakan atau orang yang memesan suatu ciptaan dalam hubungan dinas
kecuali diperjanjikan lain. Jadi apabila seseorang menciptakan suatu ciptaan
dalam hal untuk kepentingan dinas atau tugasnya yang terikat dengan suatu
perusahaan atau badan-badan lainnya maka yang memegang hak cipta adalah
pihak yang menyuruh atau memesan suatu ciptaan tersebut.46
5. Pencipta atau pihak yang membuat ciptaan adalah ciptaan yang dibuat dalam
hubungan kerja atau berdasarkan pesanan.47
6. Dalam hal badan hukum melakukan pengumuman, pendistribusian atau
komunikasi atas ciptaan yang berasal dari badan hukum tersebut, dengan
tanpa menyebut seseorang sebagai pencipta, yang dianggap sebagai pencipta
yaitu badan hukum.48
Dalam kaitannya dengan hak cipta di bidang musik atau lagu, pemegang
hak cipta sebagai subjek hak cipta adalah termasuk :49
1. Pencipta melodi lagu (Komposer), yaitu orang yang menciptakan melodi dari
suatu lagu atau musik.
2. Pencipta lirik lagu (lirikus), yaitu orang yang menciptakan teks atau lirik dari
suatu lagu atau musik.
45
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, Op.Cit.,Pasal 34.
3. Penata musik (arranger) yaitu orang yang mengubah lagu atau musik ciptaan orang lain sampai ke tingkat tertentu atau menambah sedemikian rupa
sehingga dengan kontribusi kreatifnya karya lagu atau musik tersebut
diwarnai dimensi yang khas dan bersifat pribadi.
4. Pengadaptasi lirik (sub-lirikus), yaitu orang yang menciptakan teks atau lirik
baru atau menterjemahkan lirik asli dari suatu karya musik yang diterbitkan
kembali di wilayah Indonesia.
5. Publisher dan sub publisher , badan hukum yang diberi kuasa oleh pencipta untuk menjadi pemegang hak cipta dan oleh sebab itu memiliki kepentingan
terhadap seluruh karya lagu atau musik tersebut.
Pada ciptaan yang telah diterbitkan tapi tidak diketahui nama penciptanya
atau hanya tertera nama samaran, dalam hal ini, hak cipta atas ciptaan tersebut
dipegang oleh Negara untuk kepentingan penciptanya. Hal ini dinyatakan dalam
Pasal 38 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014.
2. Objek Hak Cipta
Objek Hak Cipta merupakan suatu ciptaan yang dilindungi oleh hak cipta.
Ciptaan biasa disebut sebagai objek hak cipta atau Pencipta itu sendiri. Yang
dimaksud dengan Ciptaan dapat dilihat dalam ketentuan Pasal 1 angka (3)
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta yang berbunyi :
“Ciptaan adalah setiap hasil karya cipta di bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra yang dihasilkan atas inspirasi, kemampuan, pikiran, imajinasi,
Bentuk yang khas artinya bentuk yang lain dari ciptaan yang sudah ada.
Menunjukkan keaslian artinya bukan tiruan atau jiplakan dari ciptaan orang lain.
Ciptaan itu bersifat pribadi artinya berasal dari kemampuan intelektual yang
menyatu dengan diri pencipta. Setiap ciptaan digolongkan dalam bidang ilmu
pengetahuan , seni, dan sastra. Walaupun berasal dari kemampuan intelektual,
suatu penemuan tidak termasuk bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra,
melainkan termasuk bidang teknologi.50
Berdasarkan Penciptanya, ciptaan diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Ciptaan warga Negara, penduduk, dan badan hukum Indonesia.
b. Ciptaan bukan warga Negara Indonesia, bukan penduduk, bukan badan
hukum Indonesia, atau diumumkan di Indonesia dalam jangka waktu 30 (tiga
puluh) hari sejak ciptaan itu diumumkan untuk pertama kali di Indonesia.
c. Ciptaan bukan warga Negara,bukan penduduk, bukan badan hukum Indonesia
dengan ketentuan :
1) Negara mempunyai perjanjian bilateral mengenai perlindungan hak cipta
dan hak-hak yang berkaitan dengan hak cipta dengan Negara Republik
Indonesia.
2) Negaranya dan Negara Republik Indonesia merupakan pihak atau peserta
dalam suatu perjanjian multilateral yang sama mengenai perlindungan
hak cipta dan hak lain yang berkaitan dengan hak cipta.51
50
Abdulkadir Muhammad, 2001, Op.Cit., hal.112. 51
Dalam Undang-Undang Hak Cipta dapat dilihat jenis ciptaan yang
menjadi objek hak cipta antara lain yang meliputii ciptaan dalam bidang ilmu
pengetahuan, seni, dan sastra, yaitu:52
a. buku, pamflet, perwajahan karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil
karya tulis lainnya;
b. ceramah, kuliah, pidato, dan Ciptaan sejenis lainnya;
c. alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan;
d. lagu dan/atau musik dengan atau tanpa teks;
e. drama, drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim;
f. karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran, kaligrafi,
seni pahat, patung, atau kolase;
g. karya seni terapan;
h. karya arsitektur;
i. peta;
j. karya seni batik atau seni motif lain;
k. karya fotografi;
l. Potret;
m. karya sinematografi;
n. terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi, aransemen,
modifikasi dan karya lain dari hasil transformasi;
o. terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi, atau modifikasi ekspresi
budaya tradisional;
52
p. kompilasi Ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca dengan
Program Komputer maupun media lainnya;
q. kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi tersebut merupakan
karya yang asli;
r. permainan video; dan
s. Program Komputer.
Pengelompokan jenis ciptaan tersebut tetap dipakai karena ketentuan
tersebut merupakan ketentuan yang universal. Pengelompokan jenis ciptaan
inipun sangat penting, dalam kaitannya dengan ketentuan lamanya perlindungan.
Di Indonesia, perlindungan antara Hak Cipta yang asli (original) dengan yang
turunan (derivatif) tidaklah sama. Perlindungannya dibedakan jangka waktunya,
tetapi diakui sebagai ciptaan tersendiri dengan tidak mengurangi hak cipta atas
ciptaan aslinya. Selain itu, karya cipta yang tidak atau belum diumumkan akan
tetapi sudah merupakan bentuk kesatuan yang nyata yang memungkinkan
perbanyakan hal karya itu juga dilindungi.53
Dalam Pasal 41 dan 42 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang
Hak Cipta,ada beberapa jenis hak cipta yang tidak diberikan hak ciptanya, antara
lain:
a. Hasil rapat terbuka lembaga Negara;
b. Peraturan perundang-undangan;
c. Pidato kenegaraan atau pidato pejabat pemerintah;
d. Putusan pengadilan atau penetapan hakim; dan
53
e. Kitab suci atau symbol keagamaan.
Fungsi dan Sifat Hak Cipta
Hukum yang mengatur mengenai hak cipta dibuat, bertujuan untuk
melindungi karya-karya ciptaan dari para pencipta. Pencipta terdiri dari pengarang,
artis, musisi, dramawan, pemahat, programmer komputer dan sebagainya. Hak
pencipta harus dilindungi dari penjiplakan, pembajakan dan lainnya.
Hak pencipta dihormati dan dilindungi dalam Undang-Undang Hak Cipta
sepanjang tidak bertentang dengan kepentingan umum. Ajip Rosidi pernah
mengemukakan bahwa lebih dari hak milik yang manapun juga, suatu ciptaan
menjalankan fungsi sosialnya melalui penyebarannya dalam masyarakat dan
selama masyarakat masih memerlukannya, selama itulah hak cipta menjalankan
fungsi sosialnya.54 Maka dapat diartikan bahwa seorang pencipta harus sanggup
mengorbankan hak ciptanya bila kepentingan umum menghendaki.
Fungsi sosial hak cipta memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk
memanfaatkan ciptaan seseorang untuk kepentingan pendidikan, ilmu
pengetahuan, bahan pemecah masalah, pembela perkara di pengadilan, bahan
ceramah, dengan tetap mencantumkan sumbernya secara lengkap.55
54
Ajip Rosidi, Undang-Undang Hak Cipta 1982, Pandangan Seorang Awam, Jakarta, Djambatan, 1984, hal.12.
55
Hak Cipta memiliki sifat-sifat yang melekat padanya. Otto Hasibuan
mengemukakan beberapa sifat dasar yang melekat pada Hak Cipta (The Nature of
Copyrights) adalah :56
1. Hak Cipta adalah hak milik (property right) ;
Dalam hubungan kepemilikan terhadap Hak Cipta, hukum menjamin
pencipta untuk menguasai dan menikmati secara eksklusif hasil karyanya itu dan
penghargaan terhadap hasil kreasi dari pekerjaan manusia yang memakai
kemampuan intelektualnya, maka pribadi yang menghasilkannya mendapatkan
kepemilikannya berupa hak milik dan tidak seorang pun bisa mempunyai hak atas
apa yang dihasilkannya. Lahirnya ciptaan baru atau ciptaan yang sudah ada
sebelumnya harus didukung dan dilindungi oleh hukum. Wujud perlindungan itu
dikukuhkan dalam undang-undang dengan menempatkan sanksi pidana terhadap
orang yang melanggar hak cipta dengan cara melawan hukum.57
2. Hak Cipta adalah hak yang terbatas waktunya (limited duration);
Perlindungan Hukum Hak Cipta diberikan untuk memberikan kepastian
hukum sampai kapan suatu ciptaan atau karya intelektual tersebut dapat dijamin
perlindungannya dan dapat diberi tindakan atas pelanggaran yang dilakukan
terhadap ciptaan tersebut. Adanya jangka waktu perlindungan, diharapkan
mampu memberikan rasa aman untuk pencipta sebagai pemilik karya cipta agar
dapat terus menciptakan karya-karya cipta yang baru. Batas-batas waktu tersebut
menentukan berlaku dan berakhirnya masa perlindungan suatu ciptaan. Oleh
56
Hulman Panjaitan dan Wetmen Sinaga, Op.Cit., hal.72.
57
karena itu, dengan berakhirnya jangka waktu pemilikan tersebut, maka jadilah
karya cipta itu sebagai karya milik umum (public domain). Pembatasan jangka
waktu yang ada dalam Undang-Undang Hak Cipta di Indonesia bukanlah
satu-satunya peraturan hak cipta yang memberikan batasan.58 Pengaturan mengenai
jangka waktu suatu ciptaan dapat dilihat dalam pasal 57 sampai dengan pasal 63
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang hak cipta.
Mengenai jangka waktu perlindungan hak cipta, Undang-Undang Hak
Cipta Indonesia dan Konvensi Internasional membedakan pula jangka waktu
perlindungan hak cipta yang didasarkan pada bentuk dan sifat ciptaan.59
Khusus untuk ciptaan :60
g. Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi, aransemen,
modifikasi dan karya lain dari hasil transformasi;
h. Terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi atau modifikasi ekspresi
budaya tradisional;
58
Stewart S.M, Stewart, S.M., International Copyright and Neighbouring Rights, 2nd Edition, Buuterworths & Co (Publisher) Ltd, London, 1989 dalam Henry Soelistyo, hal.111.
59
OK.Saidin, Op.Cit., hal. 220.
60
i. Kompilasi ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca dengan
Program Komputer atau media lainnya; dan
j. Kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi tersebut merupakan
karya yang asli.
Pada ciptaan yang disebutkan diatas, masa berlaku nya adalah berlaku
selama 50 (lima puluh) tahun sejak pertama kali dilakukan Pengumuman.
Demikian juga terhadap perlindungan Hak Cipta atas ciptaan berupa karya seni
terapan berlaku selama 25 (dua puluh lima) tahun sejak pertama kali dilakukan
Pengumuman.61
Pada hak cipta atas ekspresi budaya tradisional yang dipegang oleh Negara,
masa berlaku nya adalah tanpa batas.62 Hak Cipta atas ciptaan yang penciptanya
tidak diketahui yang dipegang oleh Negara berlaku selama 50 (lima puluh) tahun
sejak ciptaan tersebut pertama kali dilakukan Pengumuman. Begitupula dengan
Hak Cipta yang dilaksanakan oleh pihak yang melakukan Pengumuman berlaku
selama 50 (lima puluh) tahun sejak ciptaan tersebut pertama kali dilakukan
Pengumuman.63
Masa berlaku perlindungan Hak Cipta atas Ciptaan yang dilakukan
Pengumuman bagian per bagian dihitung sejak tanggal Pengumuman bagian yang
terakhir. Dalam menentukan masa berlaku perlindungan Hak Cipta atas ciptaan
61
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014, Op.Cit., Pasal 59.
62
Ibid, Pasal 60 ayat (1) jo Pasal 38 ayat (1). 63
terdiri atas 2 (dua) jilid atau lebih yang dilakukan Pengumuman secara berkala
dan tidak bersamaan waktunya, setiap jilid Ciptaan dianggap ciptaan tersendiri.64
3. Hak Cipta adalah sebuah hak yang bersifat eksklusif (exclusive right); dan
Ketentuan dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014
tentang Hak Cipta, Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima
hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin
untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Dalam hal ini dimaksudkan dengan
mengumumkan atau memperbanyak termasuk dalam kegiatan menerjemahkan,
menjiplak , melakukan pengubahan baik dalam sebagian ataupun seluruhnya,
mempertunjukkan kepada publik, menyiarkan, merekam dan mengkomunikasikan
ciptaan kepada publik melalui sarana apapun.65 Dapat juga dilihat dalam Pasal 4
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, yang menyatakan
bahwa hak cipta merupakan hak eksklusif yang terdiri dari hak moral dan hak
ekonomi.
Beberapa eksklusif yang umumnya diberikan kepada pemegang hak cipta
adalah hak untuk :
a. Membuat salinan atau reproduksi ciptaan dan menjual hasil salinan tersebut
(termasuk, pada umumnya, salinan elektronik) ;
b. Mengimpor dan mengekspor ciptaan ;
64
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014, Op.Cit., Pasal 61.
65
c. Menciptakan karya turunan atau derivativatif suatu ciptaan (mengadaptasi
ciptaan) ;
d. Menampilkan atau memamerkan ciptaan di depan umum ;
e. Menjual atau mengalihkan hak eksklusif tersebut kepada orang atau pihak
lain.
4. Hak Cipta adalah sebuah kumpulan hak di dalam sebuah karya (a multiple
right, a bundle of rights in the work).
Dalam suatu ciptaan terkandung hak-hak yang dimiliki oleh Pencipta. Ada
2 hak yang terkandung dalam hak cipta yaitu hak moral dan hak ekonomi.
Hak-Hak Pencipta : Hak Moral (Moral Right) dan Hak Ekonomi (Economic
Right)
Hak pencipta secara umum dibagi menjadi dua yaitu hak moral (Moral
Right) dan hak ekonomi (Economic Right). Hak Pencipta ini dilindungi pula
melalui The Universal Declaration of Human Rights (1948) 66, dinyatakan dalam
Pasal 27 :
(1). Everyone has the right freely to participate in the cultural life of the community, to enjoy the art and to share in scientific advancement and its
benefit.
(2). Everyone has the right to the protection of the moral and material interest
resulting for many scientific, literary or artistic production of which he is the author.
66
Dari ketentuan diatas dapat disimpulkan bahwa setiap orang memiliki
hak untuk mendapatkan perlindungan moral dan material atas hasil ciptaannya
tersebut. Dan hak dari pencipta tersebut dilindungi secara moral dan material
(ekonomis) atas hasil ciptaannya, baik dalam bidang ilmu pengetahuan, seni atau
karya lainnya yang mana orang tersebut adalah pencipta aslinya.
SKEMA III
Sumber : Skema Eddy Damian, Hukum Hak Cipta, Bandung, PT. Alumni, 2009,
hal. 57.
Hak Moral (Moral Rights)
Hak moral merupakan hak yang melekat secara abadi pada diri pencipta untuk: 67
67
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014, Op.Cit., Pasal 5.
a. Tetap mencantumkan atau tidak mencantumkan namanya pada salinan
sehubungan dengan pemakaian Ciptaannya untuk umum;
b. Menggunakan nama aliasnya atau samaran;
c. Mengubah ciptaannya sesuai dengan kepatutan dalam masyarakat;
d. Mengubah judul dan anak judul ciptaan; dan
e. Mempertahankan haknya dalam hal terjadi distorsi Ciptaan, mutilasi ciptaan,
modifikasi Ciptaan, atau hal yang bersifat merugikan kehormatan diri atau
reputasinya. (Distorsi ciptaan adalah tindakan pemutarbalikan suatu fakta atau
identitas ciptaan. Mutilasi ciptaan adalah proses atau tindakan menghilangkan
sebagian ciptaan. Modifikasi ciptaan adalah pengubahan atas ciptaan).
Hak moral merupakan hak yang khusus serta kekal yang dimiliki si
pencipta atas hasil ciptaannya dan hak itu tidak dipisahkan dari penciptanya. Hak
moral ini mempunyai tiga dasar yaitu untuk mengumumkan (the right of
publication), hak peterniti (the right of paternity) dan hak integritas (the right of integrity). Sedangkan Komen dan Verkade menyatakan bahwa hak moral yang dimiliki oleh seorang pencipta itu, meliputi larangan mengadakan perubahan
dalam ciptaannya, larangan mengubah judul, larangan mengubah penentuan
pencipta, dan hak untuk mengadakan perubahan.68
Ketentuan mengenai hak moral berakar pada ketentuan Berne Convention
yaitu pada revisi Roma 1929,69dinyatakan dalam Pasal 6 bis :70
“Article 6 bis (1)
68
Muhammad Djumhana dan R. Djubaedillah, Op.Cit., hal.74.
69
Ibid.
70
Independently of the author’s economic rights, and even after the transfer of the
said rights, the author shall have the right to claim authorship of the work and to object to any distortion, mutilation or other modification of, or other derogatory
action in relation to, the said work, which would be prejudicial to his honor or reputation.
“Article 6 bis (2)
The rights granted to the author in accordance with the preceeding paragraph shall, after his death, be maintained, at least until the expiry of the economic
rights, and shall be exercisable by the persons or institutions authorized by the legislation of the country where the protection is claimed. However, those
countries whose legislation, at the moment of their ratification of or accession to this Act, does not provide for the protection after the death of the author of all the rights set out in the preceeding paragraph may provide that some of these rights
may, after his death, cease to be maintained.”
Article 6 bis (3)
The means of redress for safeguarding the rights granted by this Article shall be governed by the legislation of the country where protection is claimed.
Sesuai rumusan diatas, substansi Hak Moral meliputi :71
71
(1). The right to claim authorship; yaitu hak untuk mendapatkan pengakuan sebagai pencipta. Hal ini dilakukan antara lain dengan menyebutkan atau
mencantumkan nama pencipta dalam ciptaan.
(2). The right to object to any distortion, mutilation, or other modification of the
work; yaitu hak pencipta untuk menolak tindakan yang dapat mendistorsi, memotong atau menghilangkan sebagian dari ciptaan ataupun memodifikasi
ciptaan secara sedemikian rupa sehingga merusak atau merugikan reputasi
dan kehormatan pencipta.
(3).The right to object other derogatory action in relation to the said work; yaitu
hak pencipta untuk menolak segala bentuk tindakan atau perlakuan yang dapat
mengganggu atau merendahkan kehormatan dan reputasi pencipta.
Dengan demikian sekalipun hak moral itu sudah diserahkan baik
seluruhnya maupun sebagian kepada pihak lain, namun Penciptanya atau ahli
warisnya tetap mempunyai hak untuk menggugat seseorang yang tanpa
persetujuannya: 72
a. Meniadakan nama pencipta yang tercantum dalam ciptaan;
b. Mencantumkan nama pencipta pada ciptaannya;
c. Mengganti atau mengubah judul ciptaan; dan
d. Mengubah isi ciptaan.
Hak moral tidak dapat dialihkan selama pencipta masih hidup, tetapi
pelaksanaan hak tersebut dapat dialihkan dengan wasiat atau sebab lain sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan setelah pencipta meninggal
72
dunia. 73 Dalam hal pengalihan pelaksanaan hak moral, penerima dapat
melepaskan atau menolak pelaksanaan haknya dengan syarat pelepasan atau
penolakan pelaksanaan hak tersebut dinyatakan secara tertulis.74
Hak moral pencipta berlaku tanpa batas waktu dalam hal :75
a. Tetap mencantumkan atau tidak mencantumkan namanya pada salinan
sehubungan dengan pemakaian Ciptaannya untuk umum;
b. Menggunakan nama aliasnya atau samaran;
c. Mempertahankan haknya dalam hal terjadi distorsi Ciptaan, mutilasi ciptaan,
modifikasi Ciptaan, atau hal yang bersifat
Hak moral pencipta berlaku selama berlangsungnya jangka waktu hak
cipta atas ciptaan yang bersangkutan, yaitu dalam hal :76
a. Mengubah ciptaannya sesuai dengan kepatutan dalam masyarakat;
b. Mengubah judul dan anak judul ciptaan.
Sesuai dengan uraian diatas, maka dapat dinyatakan bahwa konsepsi hak
moral adalah :77
1. The Right of Paternity (Hak Atribusi)
adalah hak pencipta untuk menuntut namanya dicantumkan dalam ciptaan.
2. The Right of Integrity (Hak Integritas)
adalah hak pencipta untuk melindungi reputasinya dengan menjaga martabat
dan keutuhan ciptaannya.
73
3. The Right of Publication / Divulge
adalah hak pencipta untuk menentukan ciptaannya mau diumumkan atau
tidak.
4. The Right of Withdraw
adalah hak pencipta untuk menarik ciptaan dari peredaran.
Hak Ekonomi (Economic Rights)
Hak ekonomi diperhitungkan karena hak kekayaan intelektual dapat
digunakan atau dimanfaatkan oleh pihak lain dalam perindustrian atau
perdagangan yang mendatangkan keuntungan.78
Hak ekonomi adalah hak yang dimiliki oleh seorang pencipta untuk
mendapatkan keuntungan atas ciptaannya.79 Hak cipta sebagai hak ekonomi dapat
dilihat dari penerapan hak eksklusif, seorang pencipta/pemegang hak cipta
melakukan perbanyakan ciptaan kemudian dijual di pasaran, maka ia memperoleh
keuntungan materi dari perbanyakan ciptaan tersebut. Demikian pula dengan
memberi izin kepada pihak lain untuk memproduksi, memperbanyak dan menjual
hasil copy-an ciptaan adalah bukan semata-mata karena perbuatan memberi izin
saja melainkan pencipta/pemegang hak cipta juga bertujuan untuk memperoleh
keuntungan dari perbuatan tersebut. Hal ini memang wajar, pencipta/pemegang
78
Abdulkadir Muhammad, Op.Cit., hal. 19.
79
hak cipta ikut serta mendapat bagian keuntungan, karena pihak yang diberi izin
mendapatkan keuntungan dari penerimaan izin tersebut.80
Berne Convention menetapkan hak ekonomi (economic right )yang
mencakup hal-hal sebagai berikut :81
a. Article 8 : right of translation (hak penerjemahan). b. Article 9 : right of reproduction (hak perbanyakan).
c. Article 11, 11bis, 11ter : right of public performance and wireless broadcasting and cabling of works (hak untuk penampilan di muka umum dan penyiaran kembali tanpa kabel serta perlengkapan ciptaan).
d. Article 12 : right of adaptation (hak adaptasi).
e. Article 14 : (1) (i) : the right of authorizing the cinematographic adaptation
and reproduction of work and the distribution of the work thus adopted or reproduced (hak untuk memberikan hak bagi pihak lain untuk adaptasi dan perbanyakan ciptaan termasuk pendistribusiannya).
f. Article 14: (1) (ii) : right of pulic performance and communication by wire of
cinematographic adaptations and reproductions of work (hak untuk penunjukan di muka umum dan pengomunikasian dengan kabel dari adaptasi
ciptaan film dan perbanyakan ciptaan).
g. Article 14 ter(1) : artist resale right subject to reprocity test art (hak
penjualan kembali seniman yang tunduk pada tes timbal balik).
80
Gatot Supramono, Hak Cipta dan Aspek-Aspek Hukumnya, Bandung : Penerbit Rineka Cipta, 2010, hal. 45.
81
Hak ekonomi pada setiap undang-undang selalu berbeda, baik
terminologinya, jenis hak yang diliputinya, ruang lingkup dari tiap jenis hak
ekonomi tersebut. Secara umumnya, setiap Negara minimal mengenal dan
mengatur hak ekonomi tersebut meliputi jenis hak :82
a. Hak Reproduksi atau Penggandaan (Reproduction Right)
- Memperbanyak secara mekanis (Mechanical Reproduction);
- Memperbanyak secara cetak/tertulis (Printing Reproduction)
b. Hak Adaptasi (Adaptation Right)
Hak untuk mengadakan adaptasi, dapat berupa penerjemahan dari bahasa satu
ke bahasa lain, aransemen musik, dramatisasi dari nondramatik, mengubah
menjadi cerita fiksi dari karangan nonfiksi, atau sebaliknya. Hak ini diatur
baik dalam Konvensi Berne maupun Konvensi Universal (Universal
Copyright Convention).83
c. Hak Distribusi (Distribution Right)
Hak distribusi adalah hak yang dimiliki pencipta untuk menyebarkan kepada
masyarakat setiap hasil ciptaannya. Penyebaran tersebut dapat berupa bentuk
penjualan, penyewaan, atau bentuk lain yang maksudnya agar ciptaan tersebut
dikenal oleh masyarakat. Dari hak distribusi itu dapat dimungkinkan timbul
hak baru berupa foreign right, yaitu suatu hak yang dilindungi di luar
negaranya. 84
d. Hak Pertunjukan (Public Performance Right)
82
Muhammad Djumhana dan R. Djubaedillah, Op.Cit., hal. 67.
83
Budi Agus Riswandi dan M. Syamsuddin, Op.Cit., hal.5.
84
Setiap orang atau badan yang menampilkan, atau mempertunjukkan sesuatu
karya cipta, harus meminta izin dari si pemilik hak performing tersebut.
e. Hak Penyiaran (Broadcasting Right)
Hak untuk menyiarkan bentuknya berupa mentransmisikan suatu ciptaan oleh
peralatan kabel. Hak penyiaran ini meliputi penyiaran ulang dan
mentransmisikan ulang.
f. Hak Program Kabel (Cablecasting Right)
Hak ini hampir sama dengan hak penyiaran hanya saja mentransmisikan
melalui kabel. Badan penyiaran televise mempunyai suatu studio tertentu,
dari sana disiarkan program-program melalui kabel kepada pesawat para
pelanggan. Jadi siaran sudah pasti bersifat komersial.
g. Droit de Suite
adalah hak pencipta.Hak ini mulai diatur dalam Pasal 14 bis Konvensi Berne
revisi Brussel 1948, yang kemudian ditambah lagi dengan Pasal 14 ter hasil,
revisi Stockholm 1967. Ketentuan Droit de Suite ini menurut petunjuk dari
WIPO yang tercantum dalam buku Guide to the Berne Convention,
merupakan hak tambahan. Hak ini bersifat kebendaan.
h. Hak Pinjam Masyarakat (Public Landing Right)
Hak ini dimiliki oleh pencipta yang karyanya tersimpan di perpustakaan,
yaitu dia berhak atas suatu pembayaran dari pihak tertentu karena karya yang
diciptakannya sering dipinjam oleh masyarakat dari perpustakaan milik
Bagi manusia yang menghasilkan karya cipta tersebut memang
memberikan kepuasan, tetapi dari segi yang lain karya cipta tersebut sebenarnya
juga memiliki arti ekonomi. Hal ini rasanya perlu dipahami dan tidak sekedar
menganggapnya semata-mata sebagai karya yang memberikan kepuasan batiniah,
bersifat universal dan dapat dinikmati oleh siapapun, dimanapun dan kapanpun
juga, apalagi dengan sikap bahwa sepantasnya hak itu dapat diperoleh secara
cuma-cuma.
Mengenai hak ekonomi, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014
mengaturnya dalam pasal 8 sampai dengan 11, yaitu :
1. Pencipta atau Pemegang Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
memiliki hak ekonomi untuk melakukan :85
a. Penerbitan Ciptaan;
b. Penggandaan Ciptaan dalam segala bentuknya;www.hukumonline.com
c. Penerjemahan Ciptaan;
d. Pengadaptasian, pengaransemenan, atau pentransformasian Ciptaan;
e. Pendistribusian Ciptaan atau salinannya;
f. Pertunjukan Ciptaan;
g. Pengumuman Ciptaan;
h. Komunikasi Ciptaan; dan
i. Penyewaan Ciptaan.
2. Setiap orang yang melaksanakan hak ekonomi wajib mendapatkan izin
Pencipta atau Pemegang Hak Cipta.86
85
3. Setiap orang yang tanpa izin Pencipta atau Pemegang Hak Cipta dilarang
melakukan Penggandaan dan/atau Penggunaan secara komersial Ciptaan.87
Tabel I
Ruang Lingkup Hak Ekonomi Pencipta Menurut Undang-Undang Hak Cipta88
Hak Mengumumkan Hak Memperbanyak
Hak Membacakan Hak menambah jumlah
(menggandakan)
Hak Menyiarkan Hak mengalihwujudkan
Hak Memamerkan
Hak Menjual
Hak Mengedarkan
Hak Menyebarkan
3. Pendaftaran Hak Cipta
Secara umum, pendaftaran merupakan salah satu syarat kekayaan
intelektual yang dihasilkan oleh seseorang. Hal ini mendasari semua
Undang-Undang Hak Kekayaan Intelektual yang ada di seluruh dunia dan membawa
konsekuensi bahwa pemilik kekayaan intelektual yang tidak melakukan
86
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014, Op.Cit., Pasal 9 ayat (2). 87
Ibid, Pasal 9 ayat (3). 88
pendaftaran tidak dapat menuntut seseorang yang dianggap telah menggunakan
kekayaannya secara melawan hukum.
Secara umum, dikenal dua sistem pendaftaran Hak Kekayaan Intelektual,
yaitu:
1) First To File System, berdasarkan pada pendaftar pertama. Artinya, jika ada dua orang yang mendaftarkan kekayaan intelektual pada hari yang sama
dengan objek yang sama, pihak yang mendaftar terlebih dahululah yang
diprioritaskan untuk diproses.
2) First To Use System, berdasarkan pada pengguna pertama. Artinya, pemilik
kekayaan intelektual yang akan didaftar adalah orang pertama yang
menggunakan kekayaan intelektual tersebut.
Sistem yang dianut Hak Cipta dalam Undang-Undang Hak Cipta adalah
sistem first to use system, dimana tidak mewajibkan dilakukan pendaftaran. Hal
ini dapat dilihat pada Pasal 64 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang
Hak Cipta yang menyatakan bahwa Pencatatan Ciptaan dan produk Hak Terkait
bukan merupakan syarat untuk mendapatkan Hak Cipta dan Hak Terkait. Ini
berarti suatu ciptaan, baik yang terdaftar maupun tidak terdaftar tetaplah
dilindungi.
Pada hak cipta berlaku pendaftaran secara sukarela (voluntary
registration), artinya apabila pencipta ingin mendaftarkan ciptaannya, dia dapat melakukan pendaftaran dengan persyaratan dan tata cara yang telah diatur dengan
Undang-Undang. Pendaftaran ciptaan tidak bermaksud untuk mengesahkan hak
mengenai hak cipta. Ciptaan yang tidak terdaftar atau didaftarkan akan lebih sulit
pembuktiannya apabila ada pelanggaran hak cipta jika dibandingkan dengan hak
cipta yang didaftarkan.
Pencatatan ciptaan tidak dapat dilakukan terhadap seni lukis yang berupa
logo atau tanda pembeda yang digunakan sebagai merek dalam perdagangan
barang / jasa atau digunakan sebagai lambing organisasi, badan usaha, atau badan
hukum.89
Tujuan untuk dilakukannya pendaftaran diharapkan dapat memberikan
kepastian hukum serta memudahkan dalam proses pengalihan haknya. Seperti
yang dinyatakan oleh Prof. Mariam Darus, pendaftaran itu tidak hanya
semata-mata mengandung arti untuk memberikan alat bukti yang kuat, akan tetapi juga
menciptakan hak kebendaan. Hak kebendaan atas suatu benda untuk umum terjadi
pada saat pendaftaran itu dilakukan. Selama pendaftaran belum terjadi, hak hanya
mempunyai arti terhadap para pihak pribadi dan umum dianggap belum “mengetahui” perubahan status hukum atas hak yang dimaksudkan. Pengakuan
dari masyarakat baru terjadi pada saat hak tersebut (milik) didaftarkan.90
Pencatatan ciptaan dan produk Hak Terkait diajukan dengan Permohonan
secara tertulis dalam bahasa Indonesia oleh pencipta, pemegang hak cipta, pemilik
Hak Terkait, atau Kuasanya kepada Menteri .91 Permohonan tersebut dilakukan
secara elektronik dan/atau non elektronik dengan :
a. Menyertakan contoh ciptaan, produk Hak Terkait, atau penggantinya;
89
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014, Op.Cit., Pasal 65. 90
Ibid, hal. 248. 91
b. Melampirkan surat pernyataan kepemilikan ciptaan dan Hak Terkait, dan
c. Membayar biaya.
Permohonan pendaftaran hak cipta dapat diajukan oleh :92
a. Beberapa orang yang secara bersama-sama berhak atas suatu Ciptaan atau
produk Hak Terkait, Permohonan dilampiri keterangan tertulis yang
membuktikan hak tersebut, atau
b. Badan hukum, Permohonan dilampiri salinan resmi akta pendirian badan
hukum yang telah disahkan oleh pejabat berwenang.
Permohonan diajukan oleh beberapa orang, nama pemohon harus
dituliskan semua dengan menetapkan satu alamat pemohon yang terpilih.93
Permohonan diajukan oleh pemohon yang berasal dari luar wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia, Permohonan wajib dilakukan melalui konsultan
kekayaan intelektual yang terdaftar sebagai Kuasa.94
Yang melakukan pemeriksaan atas permohonan pencatatan hak yang telah
diajukan itu adalah Kementerian Hukum dan HAM dan digunakan sebagai bahan
pertimbangan untuk menerima atau menolak permohonan pencatatan tersebut.95
Mengenai pendaftaran Hak Cipta, Menteri Kehakiman Republik Indonesia telah
mengeluarkan suatu peraturan, yaitu Peraturan Menteri Kehakiman Nomor
M.01-HC,03,01 tentang Pendaftaran ciptaan. Dalam peraturan tersebut, dinyatakan
secara tegas bahwa prosedur permohonan pendaftaran ciptaan dapat diajukan
92
kepada Menteri Kehakiman Republik Indonesia melalui Direktur Hak Cipta,
dengan syarat sebagai berikut :
1. Dengan surat rangkap dua ;
2. Ditulis dalam bahasa Indonesia ;
3. Diketik di atas kertas folio berganda ;
4. Lembar pertama dibubuhi Materai Rp. 6000,-;
5. Ditanda tangani oleh pemohon atau pemohon-pemohon atau kuasanya.
Surat permohonan pendaftaran ciptaan tersebut berisi sebagai berikut :
1. Nama, kewarganegaraan dan alamat pencipta;
2. Nama, kewarganegaraan dan alamat pemegang Hak Cipta;
3. Nama, kewarganegaraan dan alamat kuasa;
4. Jenis dan judul ciptaan yang dimohonkan;
5. Tanggal dan tempat ciptaan diumumkan untuk pertama kali di wilayah
Indonesia atau diluar wilayah Indonesia;
6. Uraian ciptaan;
Dalam permohonan tersebut Menteri melakukan pemeriksaan terhadap
permohonan yang telah memenuhi syarat, menteri memberikan keputusan
menerima atau menolak permohonan dalam waktu paling lama 9 (Sembilan)
bulan terhitung sejak tanggal di terimanya permohonan.96
Pendaftaran ciptaan dikenakan biaya.Hal ini mengacu pada Peraturan
Pemerintah Nomor 45 Tahun 2014 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan
Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian Hukum dan Hak Asasi
96
Manusia dalam Lembaran Negara No. 125 Tahun 2014 dan Tambahan Negara
Republik Indonesia Nomor 5541. Besarnya biaya pencatatan ciptaan tergantung
pada jenis permohonan yang diajukan, yaitu sebagai berikut :
Tabel II.
Tarif Permohonan Pendaftaran Ciptaan
No. Jenis Pendaftaran Satuan Tarif (Rp.)
1.
ciptaan yang terdaftar dalam
daftar umum ciptaan
Per Nomor Daftar 150.000,-
4.
Permohonan perubahan nama
dan alamat suatu ciptaan yang
terdaftar dalam daftar umum
ciptaan
Per Nomor Daftar 100.000,-
5. Permohonan petikan tiap
pendaftaran ciptaan dalam
daftar umum ciptaan
6.
Permohonan salinan surat
pendaftaran hak cipta
Per Nomor Daftar 100.000,-
7. Pencatatan lisensi hak cipta Per Nomor Daftar 100.000,-
8.
ciptaan atas kesalahan data
permohonan pendaftaran ciptaan
- Tabel OK.Saidin, Aspek Hukum Hak Milik Intelektual (Intellectual
Property Rights), PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2015, hal. 271.
- Buku Panduan Kekayaan Intelektual 2016 , hal.26.
4. Pengalihan Hak Cipta
Pengaturan mengenai pengalihan hak dan hukum hak cipta dapat dilihat
dalam Pasal 16 ayat (2) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak
Cipta, bahwa hak cipta dianggap sebagai benda bergerak maka hak ciptanya dapat
dipindahtangankan, dilisensikan, dialihkan, dijualbelikan oleh pemilik atas
pemegang haknya, baik secara keseluruhan ataupun hanya sebagian melalui
pewarisan, hibah, wasiat ataupun melalui suatu perjanjian seperti perjanjian jual
beli, sewa menyewa atau lisensi.97 Hak Cipta beralih atau dialihkan, baik secara
keseluruhan ataupun hanya sebagian melalui pewarisan, hibah, perjanjian tertulis
dan sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-undang yang
berlaku di Indonesia.
Perlu juga dipahami bahwa yang dapat beralih atau dialihkan hanya hak
ekonomi, sedangkan hak moral tetap melekat pada diri Pencipta. Pengalihan Hak
Cipta harus dilakukan secara jelas dan tertulis baik dengan atau tanpa akta
notaris.98 Persetujuan yang dilakukan secara lisan tidak diakui oleh
Undang-Undang Hak Cipta. Dalam hal ini dalam pengubahan aransemen lagu, tidak
meminta persetujuan baik secara lisan ataupun tulisan kepada pemegang hak cipta,
tentu saja pihak yang melakukan pengubahan aransemen lagu tersebut tidak
memiliki hak untuk melakukan pengubahan aransemen. Persetujuan secara tertulis
dibutuhkan untuk memberikan kepastian hukum dan kejelasan daripada
persetujuan secara lisan, apalagi persetujuan yang dilakukan tanpa diketahui pihak
manapun, Hal ini mengingat banyaknya kepentingan yang tersangkut dalam
97
Eddy Damian, Op.Cit, hal.19.
98
persoalan-persoalan hak cipta di kemudian hari. Di bagian akhir redaksi Pasal 1
butir 1 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 disebutkan bahwa tanpa
mengurangi pembatasan-pembatasan sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku. Dengan kata lain, cara penggunaannya (fungsi) atau cara
pemindahannya harus sesuai dengan ketentuan-ketentun yang berlaku, tidak
mengurangi hak-hak orang lain dan tidak menimbulkan kerugian bagi pihak
ketiga. Ini adalah konsekuensi logis dari keberadaan hak atas kekayaan yang
dalam penggunaannya harus menghormati hak orang lain. Setiap sisi dari hak,
berpadanan dengan itu terdapat kewajiban. Hukum berperan untuk
menyeimbangkannya. Abus de droit , atau misbruik van rechts adalah
pelanggaran hak atau penyalah-gunaan yang menyebabkan orang lain dirampas
haknya. 99
Tidak hanya benda bergerak saja, tetapi juga hak cipta dapat beralih
maupun dialihkan, baik sebagian maupun dalam keseluruhannya. Pengalihan
dalam hak cipta ini dikenal dengan dua macam cara, yaitu :
a. „transfer’ : merupakan pengalihan hak cipta yang berupa pelepasan hak kepada pihak/ orang lain, misalnya dalam pewarisan, hibah, wasiat, perjanjian
tertulis, dan sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan
perundang-undangan.
b. „assignment’ : merupakan pengalihan hak cipta dari suatu pihak kepada pihak lain berupa pemberian izin/ persetujuan untuk pemanfaatan hak cipta dalam
jangka waktu tertentu, misalnya perjanjian lisensi.
99
Hak cipta dapat beralih baik seluruhnya maupun sebagian melalui
pewarisan, hibah, wasiat, dan dijadikan milik negara. Hak-hak eksploitasi dari
pemegang hak cipta, misalnya hak reproduksi, hak mempertunjukkan, hak
mengadaptasi, dan hak menerjemahkan dapat dialihkan secara keseluruhan, dapat
juga secara satu persatu atau sebagian saja, bahkan dapat juga hanya dalam bentuk
tertentu saja, antara lain sebagai berikut : 100
a. Bidang hak reproduksi, yang dialihkan hanyalah hak reproduksi/ menerbitkan
ciptaan itu dalam bentuk buku, bukan dalam majalah, bukan dalam surat
kabar, dan sebagainya;
b. Bidang hak mempertunjukkan/ memainkan, yang dialihkan hanyalah hak
untuk memainkan musik tertentu;
c. Bidang hak adaptasi, yang dialihkan adalah hak untuk membuat film dari
ciptaan yang bersangkutan bukan untuk disandiwarakan;
d. Bidang hak terjemahan, yang dialihkan adalah hak untuk menerjemahkan
karangan yang bersangkutan.
Penjelasan mengenai cara pengalihan hak tesebut, adalah sebagai berikut :101
a. Pewarisan
Hak Cipta merupakan salah satu harta kekayaan pewaris yang menjadi objek
warisan. Hak cipta dapat diwariskan setelah pencipta atau pemegang hak
masalah dalam menerima warisan karena hak cipta dapat dimiliki oleh
mereka secara bersama-sama.
b. Hibah
Pengalihan hak cipta dengan cara hibah dapat dilakukan dengan cara hibah.
Pemegang hak cipta dapat membuat akta hibah dihadapan seorang notaris.
Apabila tidak paham caranya maka pemegang hak cipta mengutarakan
niatnya kepada notaris yang nantinya langsung dibuatkan akta sehingga yang
bersangkutan tinggal menandatangani akta bersama notaris dan para saksi
yang biasanya pegawai notaris. Dengan dasar akta hibah tersebut penerima
hibah sah sebagai pemegang hak cipta atas suatu ciptaan yang pada akhirnya
berhak menjalankan hak eksklusifnya .
c. Wasiat
Pada dasarnya semua harta kekayaan orang yang meninggal dunia (pewaris)
menurut Undang-Undang adalah milik ahli warisnya namun demikian ada
kekecualiannya mengenai hal tersebut yaitu apabila ada surat wasiat
(testamen) yang dibuat oleh pewaris.
d. Perjanjian Tertulis
Bentuk perjanjian yang dimaksudkan dalam Undang-Undang Hak Cipta,
penulis bukan perjanjian hibah seperti diatas tapi lebih cenderung kepada
perjanjian yang bertimbal balik dimana kedua belah pihak yang melakukan
perjanjian mempunyai hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang saling
bertimbal balik antara satu dengan yang lainnya. Apabila bentuk perjanjian
atau perjanjian tukar menukar. Pemegang hak cipta dapat menjual hak
ciptanya kepada orang lain, atau menukarkan hak ciptanya dengan barang lain.
Kedua perjanjian tersebut berakibat beralihnya hak milik atas suatu benda.
e. Sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan
Apabila mengacu bagaimana cara memperoleh hak suatu benda ada tiga
macam yaitu, karena warisan, perjanjian dan putusan pengadilan. Mengenai
karena warisan dan perjanjian yang berhubungan dengan beralihnya hak cipta
sudah dilakukan pembahasan sebagaimana diatas. Mungkin beralihnya hak
cipta karena sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan
perundang-undangan antara lain dengan putusan pengadilan.
5. Lisensi Hak Cipta
Sejalan dengan hak cipta sebagai hak eksklusif dan hak ekonomi, pihak
pencipta/ pemegang hak cipta mempunyai hak untuk memberi izin kepada pihak
lain untuk melaksanakan hak ekonomi atas ciptaannya dan pemberian izin
tersebut tidak dapat dilepaskan dari masalah keuntungan dari penggunaan hak
cipta. Pemberian izin dari pencipta/ pemegang hak cipta kepada orang lain itulah
yang disebut dengan lisensi.102
Pengertian lisensi menurut Pasal 1 angka (20) Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2014 tentang Hak Cipta adalah izin tertulis yang diberikan oleh Pemegang
Hak Cipta atau Pemilik Hak Terkait kepada pihak lain untuk melaksanakan hak
ekonomi atas Ciptaannya atau produk Hak Terkait dengan syarat tertentu. Jadi
pada dasarnya lisensi hak cipta merupakan suatu bentuk pemberian izin
102
pemanfaatan atau penggunaan hak cipta, yang bukan merupakan pengalihan hak,
yang dimiliki oleh pemberi lisensi kepada penerima lisensi dalam jangka waktu
tertentu, yang pada umumnya disertai dengan imbalan berupa royalti. Adanya izin
dalam lisensi hak cipta tersebut bersifat mutlak dan izin yang diberikan harus
dituangkan dalam bentuk perjanjian. Hal ini membawa konsekuensi bahwa lisensi
harus dibuat secara tertulis antara pihak pemberi lisensi yaitu pemegang hak cipta
dengan pihak penerima lisensi.
Lisensi Karya Cipta Indonesia merupakan izin untuk mengumumkan atau
memperbanyak lagu milik pemegang Hak Cipta Indonesia dan Asing yang
dikelola oleh Karya Cipta milik Indonesia. Sistem ini menghindarkan para
pengguna dari kewajiban mencari, meminta izin, bernegosiasi dan membayar
royalti kepada pemegang Hak Cipta satu persatu. Adapun mekanisme pemberian lisensi hak mengumumkan dilakukan dengan cara “Blanket License” yaitu lisensi
diberikan untuk memutar atau memainkan seluruh repertoire103 yang dikelola
Karya Cipta Indonesia (KCI), yaitu jutaan lagu sedunia dalam satu paket. Izin
tidak diberikan lagu perlagu. Dalam sistem ini royalti dibayar di muka, sesuai
dengan konsep umum perizinan dan pengguna tinggal melaporkan repertoire
yang dipergunakan kepada KCI. Sedangkan mekanisme pemberian lisensi hak memperbanyak dilakukan tidak menggunakan sistem “Blanket License”, melainkan izin untuk per lagu dengan tarif untuk merekam lagu dalam kaset, CD,
VCD, DVD, dan sebagainya dipergunakan presentase dari harga jual dealer.104
103
Repertoire adalah seluruh karya cipta musik yang diserahkan oleh para pemegang hak cipta untuk dikelola baik dalam maupun luar negeri kepada Karya Cipta Indonesia untuk dikelola hak ekonomi pengumuman musiknya.
104
Dari rumusan ketentuan pasal diatas , maka yang menjadi objek lisensi
bukan hanya hak cipta tetapi juga hak lain yang terkait dengan hak cipta. Hak
cipta yang dimaksudkan misalnya hak cipta di bidang lagu atau musik, dimana
lagu berkaitan dengan suara yang dapat direkam sehingga menimbulkan hak di
bidang rekaman. Kemudian apabila ciptaan itu disiarkan kepada masyarakat juga
menimbulkan hak siar. Hak rekam dan hak siar merupakan hak yang menjadi
ruang lingkup objek lisensi.105
Pada dasarnya lisensi di bidang Hak Kekayaan Intelektual tidak semata-
mata hanya sekedar perbuatan pemberian izin saja,akan tetapi perbuatan tersebut
menimbulkan hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang saling bertimbal balik
antara pihak satu dengan pihak lain. Atas hal tersebut maka lisensi merupakan
perjanjian yang mengikat mereka. Dalam ilmu hukum perjanjian yang demikian
disebut perjanjian obligatoire.106
Perjanjian lisensi hak cipta juga merupakan merupakan perjanjian
konsensualise, karena terjadinya perjanjian itu dilandasi dengan sebuah consensus
atau kata sepakat. Kemudian lahirnya perjanjian lisensi hak cipta mengikuti asas
kebebasan berkontrak, bahwa setiap orang dapat membuat perjanjian apa saja,
kapan saja, dan berisi apa saja asal tidak bertentangan dengan hukum, kebiasaan,
dan kepatutan. Batasan-batasan yang diberikan Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2014 tentang Hak Cipta terhadap kebebasan dalam melakukan perjanjian lisensi
adalah seperti yang disebutkan dalam Pasal 82 bahwa perjanjian lisensi dilarang
memuat ketentuan yang mengakibatkan kerugian perekonomian Indonesia; isi
105
Gatot Supramono, Loc.Cit. 106
perjanjian lisensi dilarang bertentangan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perjanjian lisensi dilarang menjadi sarana untuk menghilangkan atau
mengambilalih seluruh hak pencipta atas ciptaanya.
Perjanjian lisensi harus memenuhi syarat yang terdapat dalam Pasal 80
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta disebutkan bahwa
lisensi hak cipta dibuat dengan dasar perjanjian tertulis. Sesuai dengan ketentuan
dalam Pasal 83 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014, maka suatu perjanjian
lisensi wajib dicatatkan pada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual yang
kemudian dimuat dalam Daftar Umum dengan membayar biaya yang besarnya
ditetapkan dengan Keputusan Menteri. Namun, jika perjanjian lisensi tidak
dicatatkan, maka perjanjian lisensi tidak mempunyai akibat hukum terhadap pihak
ketiga.
Pada dasarnya perjanjian yang berbentuk tulisan sengaja dibuat oleh
mereka memang untuk kepentingan pembuktian apabila dikemudian hari timbul
sengketa,akan lebih mudah membuktikan peristiwanya.Tetapi walaupun
Undang-Undang menghendaki demikian, namun keharusan membuat perjanjian lisensi
secara tertulis ternyata tidak diikuti dengan sanksi hukum yang tegas,
sehinggaapabila perjanjiannya dilakukan secara lisan tidak mempunyai akibat
hukum. Perjanjian lisensi secara tidak tertulis tetap sah sepanjang para pihak
melaksanakan perjanjiannya dengan itikad baik.107
Mekanisme lisensi di bidang hak cipta ternyata terdapat perbedaan
mekanisme dalam pelaksanaan pemberian lisensi antara obyek hak cipta yang satu
107