1. Pengertian Neighboring Rights
Disamping memunculkan hak moral dan hak ekonomi, hak cipta juga
menghasilkan hak terkait (Neighboring Rights). Hak ini lebih ditujukan kepada
bukan penciptanya, namun kepatda pihak-pihak yang ikut andil dalam publikasi
ciptaan tersebut. Dalam hal ini adalah pelaku (performer), produser rekaman suara
(producer of phonogram), dan organisasi penyiaran (broadcasting organization).109
Definisi Neighboring Rights (Hak Terkait) terdapat dalam Pasal 1 Angka
(5) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 yang menyatakan bahwa hak terkait
adalah hak yang berkaitan dengan Hak Cipta110 yang merupakan hak eksklusif
yang meliputi:111
a. Hak moral Pelaku Pertunjukan;
109
Rahmi Jened, Hukum Hak Cipta (copyright’s law), PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2014, hal 204.
110
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014, Op.Cit., Pasal 1 angka (5).
111
b. Hak ekonomi Pelaku Pertunjukan;
c. Hak ekonomi Produser Fonogram; dan
d. Hak ekonomi Lembaga Penyiaran.
2. Ruang Lingkup Neighboring Rights
Ada 3 (tiga) hak yang termasuk dalam lingkup hak terkait, yaitu :112
a. Hak pelaku pertunjukan
Pelaku pertunjukan adalah seorang atau beberapa orang yang secara sendiri-sendiri atau bersama-sama menampilkan dan mempertunjukkan suatu
Ciptaan.113 Hal ini juga mencakup pementasan langsung dari sebuah karya
seni, drama atau musik yang sudah ada sebelumnya, atau pembacaan karya-karya sastra yang sudah ada sebelumnya. Karya-karya-karya yang ditampilkan tidak harus dimuat didalam suatu media atau bentuk publikasi yang tetap dan
merupakan public domain atau yang sudah dilindungi oleh hak cipta.
Pertunjukan dapat pula dalam bentuk improvisasi apakah improvisasi dari
karya asli atau berdasarkan karya-karya yang sudah ada.114
b. Hak produser fonogram
Produser Fonogram adalah orang atau badan hukum yang pertama kali merekam dan memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan perekaman suara atau perekaman bunyi, baik perekaman pertunjukan maupun perekaman
112
OK.Saidin, Op.Cit., hal.303.
113
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014, Op.Cit., Pasal 1 angka (6).
114
World Intellectual Property Organization (WIPO) ,Ekspresi Kreatif Pengantar Hak Cipta dan Hak Terkait untuk Usaha Kecil dan Menengah (Intellectual Property for Business Series Number:4), Jakarta, Kamar Dagang dan Industri Indonesia, 2008, hal.4.
suara atau bunyi lain.115 Selain hak mengawasi perekaman, hak produser Fonogram juga mempunyai hak untuk menerima pembayaran setimpal jika rekaman suara tersebut (ada pada waktu yang diinginkan oleh anggota masyarakat) dan hak untuk mengkomunikasi kepada publik.
c. Hak lembaga penyiaran
Lembaga Penyiaran adalah penyelenggara Penyiaran, baik lembaga Penyiaran publik, lembaga Penyiaran swasta, lembaga Penyiaran komunitas maupun lembaga Penyiaran berlangganan yang dalam melaksanakan tugas, fungsi, dan tanggung jawabnya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.116
Hak ekonomi Pelaku Pertunjukan meliputi hak melaksanakan sendiri, memberikan izin, atau melarang pihak lain untuk melakukan:
a. Penyiaran atau Komunikasi atas pertunjukan Pelaku Pertunjukan;
b. Fiksasi dari pertunjukannya yang belum difiksasi;
c. Penggandaan atas Fiksasi pertunjukannya dengan cara atau bentuk apapun;
d. Pendistribusian atas Fiksasi pertunjukan atau salinannya;
e. Penyewaan atas Fiksasi pertunjukan atau salinannya kepada publik;dan
f. Penyediaan atas Fiksasi pertunjukan yang dapat diakses publik.
Penyiaran atau komunikasi tidak berlaku terhadap :117
a. Hasil fiksasi pertunjukan yang telah diberi izin oleh Pelaku Pertunjukan; atau
115
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014, Op.Cit.,Pasal 1 angka (7).
116
Ibid,Pasal 1 angka (8).
117
b. Penyiaran atau Komunikasi kembali yang telah diberi izin oleh Lembaga Penyiaran yang pertama kali mendapatkan izin pertunjukan.
Pendistribusian tidak berlaku terhadap karya pertunjukan yang telah
difiksasi, dijual atau dialihkan. 118Setiap orang yang dapat melakukan penggunaan
secara komersial ciptaan dalam suatu pertunjukan tanpa meminta izin terlebih dahulu kepada Pencipta dengan membayar imbalam kepada Pencipta melalui
Lembaga Manajemen Kolektif.119
Produser Fonogram memiliki hak ekonomi.120 Hak ekonomi produser
fonogram terdapat dalam Pasal 24 ayat (2). Hak ekonomi Produser Fonogram meliputi hak melaksanakan sendiri, memberikan izin, atau melarang pihak lain untuk melakukan:
a. Penggandaan atas Fonogram dengan cara atau bentuk apapun;
b. Pendistribusian atas Fonogram asli atau salinannya;
c. Penyewaan kepada publik atas salinan Fonogram;dan
d. Penyediaan atas Fonogram dengan atau tanpa kabel yang dapat diakses publik.
Pendistribusian tidak berlaku terhadap salinan Fiksasi atas pertunjukan yang telah dijual atau yang telah dialihkan kepemilikannya oleh Produser
Fonogram kepada pihak lain.121 Setiap orang yang melaksanakan hak ekonomi
Produser Fonogram wajib mendapatkan izin dari Produser Fonogram.122
118
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014, Op.Cit.,Pasal 23 ayat (4).
119
Ibid, Pasal 23 ayat (5).
120
Ibid,Pasal 24 ayat (1).
121
Ibid, Pasal 24 ayat (3).
122
Lembaga Penyiaran mempunyai hak ekonomi.123 Dan hak ekonomi lembaga penyiaran terdapat dalam pasal 25 ayat (2). Hak ekonomi Lembaga Penyiaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi hak melaksanakan sendiri, memberikan izin, atau melarang pihak lain untuk melakukan:
a. Penyiaran ulang siaran;
b. Komunikasi siaran;
c. Fiksasi siaran; dan/atau
d. Penggandaan Fiksasi siaran.
Setiap orang dilarang melakukan penyebaran tanpa izin dengan tujuan komersial
atas konten karya siaran Lembaga Penyiaran.124
3. Perlindungan Hukum Neighboring Rights
Perlindungan neighboring rights selain diatur dalam UU Indonesia saat ini
pengaturannya terdapat juga dalam kaedah hukum internasional yakni :125
1. Rome Convention for the Protection of Performers, Producers of Phonograms and Broadcasting Organization (1961)
2. Geneva Convention for the Protection of Producers of Phonograms againts Unauthorized Duplication of Their Phonograms .
3. Brussels Convention Relative to the Distribution of Programme Ca rrying Signal Transmitted by Satellite .
123
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014, Op.Cit., Pasal 25 ayat (1).
124
Ibid, Pasal 25 ayat (3).
125
Rome Convention dan TRIPs Agreement menetapkan masa berlaku hak
terkait berbeda-beda berdasarkan jenis ciptaannya. Dalam Rome Convention telah
ditentukan standar jangka waktu perlindungan rekaman suara (soundrecording)
adalah selama 20 tahun terhitung sejak akhir tahun dibuatnya suatu rekaman, dipertunjukkannya suatu pertunjukan jika pertunjukan tersebut tidak termasuk
dalam suatu rekaman. Sedangkan dibidang penyiaran (broadcasting),
perlindungan hak terkait dimulai sejak penyiaran dilakukan. TRIPs Agreement
memberi perlindungan yang lebih lama atas hak terkait, yaitu selama 50 tahun bagi pertunjukan pelaku.Sedangkan perlindungan hak terkait atas rekaman suara terhitung sejakpertunjukan dan rekaman dibuat. Untuk karyadi bidang penyiaran, jangka waktu perlindungan hak terkait lebih singkat,yaitu selama 20 tahun sejak disiarkan.
Perlindungan Hak Terkait terdapat dalam Pasal 63 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014, yang menyatakan bahwa perlindungan ekonomi bagi :
a. Pelaku Pertunjukan, berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak
pertunjukannya difiksasi dalam Fonogram atau audiovisual;
b. Produser Fonogram, berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak
Fonogramnya difiksasi; dan
c. Lembaga Penyiaran, berlaku selama 20 (dua puluh) tahun sejak karya
siarannya pertama kali disiarkan.
a. Penggunaan kutipan singkat Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait untuk pelaporan peristiwa aktual yang ditujukan hanya untuk keperluan penyediaan informasi aktual;
b. Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait hanya untuk kepentingan
penelitian ilmu pengetahuan;
c. Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait hanya untuk keperluan
pengajaran, kecuali pertunjukan dan Fonogram yang telah dilakukan Pengumuman sebagai bahan ajar; dan
d. Penggunaan untuk kepentingan pendidikan dan pengembangan ilmu
pengetahuan yang memungkinkan suatu Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait dapat digunakan tanpa izin Pelaku Pertunjukan, Produser Fonogram, atau Lembaga Penyiaran.
Pengenaan sanksi terhadap pelanggaran hak-hak ini yaitu hak melarang orang lain tanpa persetujuannya memperbanyak karya rekaman suara atau bunyi, memberi izin atau melarang orang lain yang tanpa persetujuannya membuat, memperbanyak dan menyiarkan ulang karya siarannya melalui transmisi dengan
atau tanpa kabel, atau melalui sistem elektromagnetik lainnya126, disamakan
dengan sanksi pelanggaran Hak Cipta. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa kemungkinan adanya kerugian ekonomis dan lain-lain yang timbul karena pelanggaran terhadap hak-hak ini pada dasarnya sama dengan kerugian pada
pelanggaran Hak Cipta.127
126
Muhammad Djumhana dan R. Djubaedillah, Loc.Cit.
127