A. LATAR BELAKANG MASALAH
Era globalisasi datang begitu cepat seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi (Sulistiyarini, 2013). Perkembangan teknologi, khususnya di bidang teknologi informasi dan komunikasi yang demikian pesat telah mentransformasi aktivitas kehidupan manusia dalam berbagai bidang (Sulistiyarini, 2013).
Begitu banyaknya media komunikasi yang ada, televisi dianggap paling berpengaruh dalam kehidupan manusia (Hanim, 2010). Masyarakat Peduli Penyiaran Indonesia (Masppindo) mencatat data pengguna televisi di Indonesia tahun 2012 sekitar 40 juta-50 juta rumah (Maulani, 2012). Penonton televisi mencapai 85% dari jumlah penduduk (Maulani, 2012). Menurut Metro TV yang mengutip dari sebuah sumber konsultan rating, ada sekitar 55 juta pemirsa TV di Indonesia setiap harinya (Syuhud, 2007). Hasil survei Media Index yang dilakukan oleh Nielsen Media Survei pada responden Indonesia, menunjukkan pembaca koran konvensional menurun dan pengguna internet mengalami kenaikan yang cukup signifikan, sementara penonton televisi relatif stabil di angka 94% (Nielsen, 2011).
(kompas.com, 2013). Seiring berjalannya waktu, kebutuhan masyarakat semakin meningkat (Sulistiyarini, 2013). Hal ini menyebabkan para pengembang televisi semakin berlomba – lomba untuk membuat suatu inovasi baru yang mampu memenuhi kebutuhan dan meningkatkan produktivitas masyarakat (Soeprajitno, 2013).
Transisi dari pesawat televisi analog menjadi pesawat televisi digital membutuhkan penggantian perangkat pemancar televisi dan penerima siaran televisi (Maulani, 2012). Agar dapat menerima penyiaran digital, diperlukan pesawat TV digital (Maulani, 2012). TV digital memiliki kualitas gambar yang lebih jernih, suara jauh lebih akurat dan beresolusi tinggi dibandingkan siaran televisi analog dengan daya lebih rendah (Maulani, 2012). Smart TV adalah sebuah TV digital digital dengan kemampuan built-in, one-touch access ke berbagai fitur berbasis internet tanpa membutuhkan perangkat komputer (Caswell, 2013). Fitur-fitur yang dimaksud seperti video streaming (Netflix, YouTube), media sosial, permainan, dan berbagai aplikasi lainnya (Caswell, 2013).
Smart TV yang baru ada pada tahun 2011 ini masih dinilai cukup baru bagi
masyarakat, hanya kurang dari 25% rumah memilikinya, namun angka ini diyakini akan terus meningkat seiring dengan bertambah banyaknya pengguna internet di Indonesia terutama di kota Medan (Wolf, 2013; Barus, 2013). Perusahaan seperti LG, Samsung, Panasonic, dan Sony terus mengembangkan platform smart TV mereka sendiri agar tampak berbeda dengan kompetitor lainnya, seperti menambahkan beberapa hardware dan software untuk memperkaya pengalaman para konsumen (Tarr, 2013).
mudah, seperti Apps, Social, dan Photos, Videos & Music, yang disebut dengan Smart Hub 2013. Selain itu, kemampuan voice control dan gesture control juga menjadi lebih baik di tahun 2013 ini. Keunggulan lain Samsung smart TV sehingga membuatnya berbeda dengan smart TV lainnya adalah kemampuan convergence, yang terdiri dari smart view untuk mengalirkan konten yang sedang
tertampil di TV ke tablet atau smartphone sehingga konsumen dapat melanjutkan tontonan melalui smartphone apabila hendak berpisah dengan TV, screen mirroring untuk menampilkan apa yang ada di layar tablet atau smartphone ke dalam TV. Samsung smart TV juga dapat dikontrol dengan perangkat Apple yang sudah menggunakan iOS (iPad, iPhone, dan iPod Touch) dan perangkat Samsung (smartphone dan tablet) dengan Samsung TV Remote (Samsung, 2013).
(behavior intention) ditentukan oleh attitude (sikap), subjective norm (norma subjektif), dan perceived behavioral control (persepsi kontrol perilaku).
Sikap adalah keyakinan positif atau negatif untuk menampilkan suatu perilaku tertentu. Keyakinan-keyakinan atau beliefs ini disebut dengan behavorial beliefs. Seseorang individu akan berniat untuk membeli smart TV ketika ia menilainya secara positif. Sikap ditentukan oleh keyakinan-keyakinan individu mengenai konsekuensi dari menampilkan suatu perilaku (behavioral beliefs), ditimbang berdasarkan hasil evaluasi terhadap konsekuensinya (outcome evaluation). Sikap-sikap tersebut dipercaya memiliki pengaruh langsung terhadap
intensi pembelian smart TV dan dihubungkan dengan norma subektif dan persepsi kontrol perilaku.
Norma subjektif juga diasumsikan sebagai suatu fungsi dari beliefs yang secara spesifik seseorang setuju atau tidak setuju untuk menampilkan suatu perilaku. Keyakinan-keyakinan yang termasuk dalam norma subjektif disebut juga keyakinan normatif (normative beliefs). Seseorang individu akan berniat membeli smart TV jika ia mempersepsikan bahwa orang lain yang penting berpikir ia seharusnya membelinya. Orang lain yang penting tersebut bisa pasangan, sahabat, dokter, dsb. Hal ini diketahui dengan cara menanyai responden untuk menilai apakah orang lain yang penting tersebut cenderung akan setuju atau tidak setuju jika ia membeli smart TV.
dibawah pengendaliannya. Orang cenderung tidak akan membentuk suatu intensi yang kuat untuk menampilkan suatu perilaku tertentu jika ia percaya bahwa ia tidak memiliki sumber atau kesempatan untuk melakukannya meskipun ia memiliki sikap positif dan ia percaya bahwa orang lain yang penting baginya akan menyetujuinya. Keyakinan pada persepsi kontrol perilaku disebut juga dengan keyakinan kontrol (control beliefs). Persepsi kontrol perilaku dapat mempengaruhi pembelian smart TV secara langsung atau tidak langsung melalui intensi. Jalur langsung dari persepsi kontrol perilaku ke perilaku diharapkan muncul ketika terdapat keselarasan antara persepsi mengenai kendali dan kendali yang aktual dari seseorang atas suatu perilaku.
Dalam Theory of Planned Behavior, sikap dan norma subjektif terhadap perilaku membeli smart TV dinyatakan mempengaruhi minat dan memasukkan unsur pengendalian persepsi perilaku sebagai faktor tambahan yang mempengaruhi perilaku sebagai faktor yang mempengaruhi minat konsumen membeli smart TV. Dipercaya bahwa semakin besar intensi seseorang untuk menampilkan suatu perilaku tertentu, diharapkan semakin berhasil ia melakukannya. Theory of Planned Behavior menunjukkan bahwa tindakan manusia diarahkan oleh ketiga keyakinan-keyakinan tersebut, yaitu behavior beliefs (keyakinan perilaku), normative beliefs (kepercayan normatif), dan control
beliefs (keyakinan kontrol).
yaitu sikap, norma subjektif, dan persepsi kontrol perilaku. Ketiga variabel tersebut sikap, norma subjektif, dan persepsi kontrol perilaku yang mempengaruhi intensi pembelian smart TV merek Samsung.
B.RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “sejauh mana peran sikap, norma subjektif, dan persepsi kontrol perilaku dalam intensi pembelian Samsung smart TV?”
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mendeskripsikan subjek penelitian dalam hal jenis kelamin, usia, dan penghasilan.
2. Untuk mengetahui sejauh mana peran sikap, norma subjektif, dan persepsi kontrol perilaku dalam intensi pembelian Samsung smart TV.
3. Untuk mengetahui aspek manakah yang paling berperan dalam intensi pembelian Samsung smart TV.
D. MANFAAT PENELITIAN
1.Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu psikologi di bidang Psikologi Industri dan Organisasi, khususnya di bidang perilaku konsumen dan memperkaya penelitian yang telah ada, serta dapat memberikan gambaran mengenai peranan antara sikap, norma subjektif, dan persepsi kontrol perilaku dalam intensi pembelian Samsung smart TV.
2.Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai data empiris bagi pemasar untuk mempengaruhi keputusan membeli konsumen dalam situasi yang berbeda.
b.Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada konsumen mengenai agar dapat mengevaluasi ketiga aspek secara spesifik sebelum memutuskan untuk membeli sesuatu.
c. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti lebih lanjut mengenai intensi pembelian dengan teori Planned Behavior (Ajzen, 2005).
E.SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari latar belakang masalah mengenai produk Smart TV dan bagaimana penerimaan konsumen terhadap perkembangan teknologi digital yang baru, perumusan masalah karena hadirnya teknologi baru tersebut, tujuan penelitian adalah untuk untuk mengetahui sejauh mana peran sikap, norma subjektif, dan persepsi kontrol perilaku dengan intensi pembelian Samsung smart TV. Selain itu, dalam bab ini berisi manfaat penelitian ini serta sistematika penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI
Bab ini menguraikan teori yang mendasari masalah yang menjadi variabel dalam penelitian. Teori-teori yang dimuat adalah teori Planned Behavior oleh Ajzen (2005) yang menjelaskan
mengenai intensi membeli. Bab ini juga menguraikan hubungan antar variabel dan hipotesis penelitian.
BAB III : METODE PENELITIAN
teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah teknik incidental sampling, alat ukur yang digunakan yaitu skala
sikap sikap terhadap Samsung smart TV, skala norma subjektif terhadap Samsung smart TV, skala persepsi kontrol perilaku terhadap Samsung smart TV, dan skala intensi pembelian Samsung smart TV. Pada bab ini juga berisi validitas dan reliabilitas alat ukur yang digunakan, hasil uji coba alat ukur, prosedur pelaksanaan penelitian, serta regresi linear berganda sebagai pendekatan dalam penelitian ini.
BAB IV : ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dipaparkan mengenai gambaran umum subjek penelitian, serta bagaimana analisa data dilakukan dengan menggunakan analisis statistik serta interpretasi data yang didapatkan dari penelitian dan pembahasan dengan teori yang ada.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN