• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Perilaku Sisiwi SMA dalam Upaya Mendapatkan Berat Badan Ideal di SMA Negeri 1 Babalan Pangkalan Berandan Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Perilaku Sisiwi SMA dalam Upaya Mendapatkan Berat Badan Ideal di SMA Negeri 1 Babalan Pangkalan Berandan Tahun 2016"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku

2.1.1 Defenisi Perilaku

Dipandang dari aspek biologis perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme atau makhluk hidup yang bisa dilihat, sedangkan perilaku manusia pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain berjalan, berbicara, menangis, tertawa, membaca dan sebagainya, sehingga dapat disimpulkan bahwa perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2010)

Setiap manusia akan bertindak dan bertingkah laku untuk berinteraksi dengan makhluk lain, hakikat manusia sebagai makhluk sosial akan selalu membutuhkan orang lain dalam kehidupannya. Perilaku manusia ditujukan sebagai tanda pengenal dirinya sebagai makhluk sosial yang senantiasa ingin berhubungan dengan orang lain. Perilaku manusia yang satu dengan yang lainnya tidak bisa disamakan, karena pribadi manusia merupakan hal yang sangat unik dan berkembang sesuai dengan bakat dan potensinya masing-masing.

(2)

seorang ibu memeriksakan kehamilannya atau membawa anggotanya ke Puskesmas untuk diimunisasi, atau seseorang yang melakukan konsultasi dietnya kepada seora petugas gizi kesehatan, dan sebagainya.

Notoatmodjo (2012) menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati bahkan dapat dipelajari. Perilaku ini tidak sama dengan sikap. Sikap adalah suatu kecenderungan untuk mengadakan tindakan terhadap suatu objek, dengan suatu cara yang menyatakan adanya tanda-tanda untuk menyenangi atau tidak menyenangi obyek tersebut. Sikap hanyalah sebagian dari perilaku manusia. Perilaku manusia sangatlah kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, Bloom dalam Notoatmodjo (2012), membagi perilaku ke dalam tiga domain, yaitu 1) kognitif, 2) afektif, dan 3) psikomotor. Untuk memudahkan pengukuran, maka tiga domain ini diukur dari pengetahuan dan sikap.

1. Pengetahuan

(3)

orang mengadopsi perilaku baru, dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni:

a. Awareness (kesadaran), di mana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Di sini sikap subjek sudah mulai timbul.

c. Evaluation (menimbang), terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

d. Trial, di mana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

e. Adoption, di mana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Namun demikian, dari penelitian selanjutnya Rogers dalam Notoatmodjo (2012), menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap tersebut. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini, di mana didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng. Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran akan tidak berlangsung lama.

2. Sikap

Sikap adalah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri, orang lain, obyek atau isue. Sikap juga merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek.

(4)

a. Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan stereotype yang dimiliki individu mengenai sesuatu dapat disamakan penanganan (opini) terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem yang kontroversial.

b. Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah mengubah sikap seseorang komponen afektif disamakan dengan perasaan yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu.

c. Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Dan berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak/bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu. Dan berkaitan dengan objek yang dihadapinya adalah logis untuk mengharapkan bahwa sikap seseorang adalah dicerminkan dalam bentuk tendensi perilaku.

Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yakni (Notoatmodjo, 2012):

a. Menerima (receiving); Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek).

(5)

c. Menghargai (valuing); Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga, misalnya seorang mengajak ibu yang lain (tetangga, saudaranya, dsb) untuk menimbang anaknya ke posyandu atau mendiskusikan tentang gizi adalah suatu bukti bahwa si ibu telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak. d. Bertanggung jawab (responsible); Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang

telah dipilihnya dengan segala resiko adalah mempunyai sikap yang paling tinggi. Misalnya seorang ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun mendapatkan tantangan dari mertua atau orang tuanya sendiri.

3. Tindakan

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas dan faktor dukungan (support) praktik ini mempunyai beberapa tingkatan :

1. Persepsi (perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.

2. Respon terpimpin (guide response)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat kedua.

(6)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mancapai praktik tingkat tiga.

4. Adopsi (adoption)

Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut (Notoatmodjo, 2012).

Faktor-faktor yang mempengaruhi tindakan seseorang antara lain: 1. Imitasi

Tindakan manusia untuk meniru tingkah pekerti orang lain yang berada di sekitarnya.

2. Sugesti

Seseorang menerima suatu cara penglihatan atau pedoman-pedoman tingkah laku dari orang lain tanpa kritik terlebih dahulu.

Faktor-faktor yang mempengaruhi sugesti:

Hambatan berfikir orang yang memberikan sugesti bersikap over pandangan, pihak penerima tidak diberi pertimbangan-pertimbangan atau berfikir kritis. Keadaan pikiran yang terpecah-pecah seseorang pikirannya mengalami kelelahan/kebingungan karena mengahadapi kesulitan-kesulitan sehingga ia tidak bisa berfikir.

(7)

Mayoritas seseorang menerima saja suatu sikap atau pandangan karena di dukung atau di sokong oleh orang banyak (mayoritas).

Will of Believe sikap menerima pandangan atau sikap orang lain karena sebelumnya di dalam dirinya telah ada sikap atau pandangan yang sama.

Faktor yang mempengaruhi sikap seseorang antara lain : 1. Identifikasi

Seseorang ketika ia mulai sadar bahwa di dalam kehidupan ini ada peraturan-peraturan yang harus di penuhi,di pelajari atau di taatinya.

2. Simpati

Faktor tertariknya seseorang atau sekelompok orang terhadap seseorang atau kelompok orang lain.

2.1.2 Determinan Perilaku

Meskipun perilaku adalah bentuk respons atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Hal ini berarti bahwa meskipun stimulusnya sama bagi beberapa orang, namun respons terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Determinan perilaku ini dapat dibedakan menjadi dua, yakni :

1. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan, yang bersifat given atau bawaan, misalnya : tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.

(8)

merupakan faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2012).

Bloom (1998) sebagaimana dikutip oleh Notoatmodjo (2012) seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku manusia itu kedalam 3 karakteristik, ranah atau kawasan yakni kognitif, afektif, dan psikomotor.

Perilaku manusia menurut Purwanto (2009) terdapat banyak macamnya yaitu: 1) Perilaku refleks

Perilaku refleks merupakan perilaku yang dilakukan manusia secara otomatik. Contohnya : mengecilkan kelopak mata, menaikkan bahu ketika bernafas, menganggukan kepala ketika menandakan persetujuan, dan menggelengkan kepala ketika menunjukkan penolakan.

2) Perilaku refleks bersyarat

Merupakan perilaku yang muncul karena adanya rangsangan tertentu. 3) Perilaku yang mempunyai tujuan

Disebut juga perilaku naluri.

Usaha yang dapat dilakukan untuk menanggulangi perilaku negatif seseorang dapat dilakukan dengan :

1. Peningkatan peranan keluarga terhadap perkembangan dari kecil hingga dewasa.

2. Peningkatan status sosial ekonomi keluarga. 3. Menjaga keutuhan keluarga.

(9)

5. Pendidikan keluarga yang disesuaikan dengan status anggota keluarga baik itu anggota tunggal, anggota tiri, dan lain-lain.

Menurut Skinner seorang ahli psikologi yang dikutip Notoatmodjo (2010) merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsang dari luar). Dalam teori Skinner ada 2 (dua) respon, yaitu:

1. Respondent respon atau flexive, yakni respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus tertentu). Stimulus semacam ini disebut eleciting stimulation karena menimbulkan respon-respon yang relatif tetap.

2. Operant respons atau instrumental respons, yakni respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Perangsang ini disebut reinforcing stimulation atau reinforcer karena memperkuat respon.

2.1.3 Domain Perilaku

Lawrence Green dalam Mandy (2010) menganalisis bahwa perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yaitu:

a. Faktor Predisposisi (Predisposing Factors)

Faktor-faktor yang mempermudah terjadinya perilaku seseorang, antara lain sikap, pengetahuan, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai tradisi, persepsi berkenaan dengan motivasi seseorang untuk bertindak.

b. Faktor Pemungkin (Enabling Factors)

(10)

yang hampir sama. Faktor pemungkin ini juga menyangkut keterjangkauan berbagai sumber daya, biaya, jarak, ketersediaan transportasi, jam buka dan sebagainya.

c. Faktor Penguat/Pendorong (Reinforcing Factors)

Faktor penguat adalah faktor yang menentukan apakah tindakan memperoleh dukungan atau tidak. Sumber penguat tentu saja bergantung pada tujuan dan jenis program atau kegiatan yang dilakukan. Di dalam pendidikan pasien, penguat berasal dari perawat, dokter, pasien lain, dan sebagainya. Apakah penguat itu positif atau negatif bergantung pada sikap dan perilaku orang lain yang berkaitan. Misalnya pada pendidikan kesehatan sekolah di tingkat sekolah lanjutan tingkat atas, yang penguatnya datang dari teman sebaya, guru, dan pejabat sekolah. Penelitian tentang perilaku remaja menunjukkan bahwa perilaku penggunaan obat di kalangan remaja sangat dipengaruhi oleh dorongan teman-teman, terutama teman dekat. Begitupun dengan anggota komunitas perilaku yang mudah ditiru ialah perilaku dari orang terdekat, seperti anggota komunitas yang lain, teman sebaya, dan sebagainya.

Cara mengukur perilaku ada 2 cara (Notoatmodjo, 2010) yaitu:

1. Perilaku dapat diukur secara langsung yakni wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu (recall). 2. Perilaku yang diukur secara tidak langsung, yakni dengan mengobservasi

(11)

2.1.4 Pembentukan Perilaku

Pembentukan perilaku menurut Ircham (2005) ada beberapa cara, diantaranya: 1. Kebiasaan (Conditioning)

Salah satu cara pembentukan perilaku dapat ditempuh dengan conditioning atau kebiasaan. Dengan cara membiasakan diri untuk berperilaku seperti yang diharapkan akhirnya akan terbentuklah perilaku.

2. Pengertian (Insight)

Pembentukan perilaku yang didasarkan atas teori belajar kognitif yaitu belajar disertai dengan adanya pengertian.

3. Menggunakan Model

Cara ini menjelaskan bahwa domain pembentukan perilaku pemimpin dijadikan model atau contoh oleh yang dipimpinnya. Cara ini didasarkan atas teori belajar sosial (social learning theory) atau observational learning theory oleh Bandura (1977).

Secara lebih operasional perilaku dapat diartikan suatu respons organisme atau seseorang terhadap rangsangan (stimulus) dari luar subjek tersebut. Respon ini berbentuk 2 macam (Dewi, 2010) yakni:

1. Bentuk Pasif

(12)

2. Bentuk Aktif

Perilaku itu jelas dapat diobservasi secara langsung, oleh karena perilaku mereka ini sudah tampak dalam bentuk tindakan nyata disebut overt behavior.

2.1.5 Teori Terjadinya Perilaku

Perilaku manusia tidak dapat lepas dari keadaan individu itu sendiri dan lingkungan dimana individu itu berada. Perilaku manusia didorong oleh motif tertentu sehingga manusia berperilaku (Ircham, 2005).

Teori perilaku menurut Ircham, antara lain: 1. Teori Insting

Menurut Mc Dougal (2008) perilaku itu disebabkan karena insting. Insting merupakan perilaku yang innate atau perilaku bawaan dan akan mengalami perubahan karena pengalaman.

2. Teori Dorongan (Drive Theory)

Teori ini bertitik tolak pada pada pandangan bahwa organisme itu mempunyai dorongan-dorongan atau drive tertentu. Dorongan-dorongan itu berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan organisme yang mendorong organisme berperilaku.

3. Teori Insentif (Incentive Theory)

(13)

4. Teori Atribusi

Teori ini menjelaskan tentang sebab-sebab perilaku seseorang. Apakah itu disebabkan oleh disposisi internal (misal motif, sikap) atau oleh keadaan eksternal.

Banyak teori-teori yang berkaitan dengan perubahan perilaku seseorang dalam keseharian. Diantaranya menurut teori Anderson dalam Muzaham (2005) yang dikutip oleh Ari (2009). yaitu ada tiga faktor yang mempengaruhi pembentukan perilaku pada seseorang :

a) Mudahnya menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan (karakteristik predisposisi).

b) Adanya faktor-faktor yang menjamin terhadap pelayanan kesehatan yang ada (karakteristik pendukung).

c) Adanya kebutuhan pelayanan kesehatan (karakteristik kebutuhan). 5. Theory of Reasoned Action (TRA)

Pertama kali diperkenalkan pada tahun 1967 untuk melihat hubungan keyakinan, sikap, niat dan perilaku. Fishbein, 1967 mengembangkan TRA ini dengan sebuah usaha untuk melihat perubahan hubungan sikap dan perilaku (Glanz, 2002).

(14)

sikap dan tindakan yang positif pula. Sebaliknya jika seseorang tidak yakin akan akibat dari perilaku yang dilakukan dengan positif akan menghasilkan sikap yang dan tindakan negatif (Glanz, 2002). Niat seseorang untuk berperilaku juga dapat dipengaruhi oleh norma individu dan motivasi untuk mengikuti. Norma individu dapat dipengaruhi oleh norma-norma atau kepercayaan dimasyarakat.

2.2 Perilaku Kesehatan

2.2.1 Defenisi Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, minuman dan serta lingkungan. Karakteristik perilaku kesehatan dibedakan menjadi 3 kelompok yaitu perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintenance), perilaku perencanaan dan penggunaan sistem atau fasilitas kesehatan, dan perilaku kesehatan lingkungan. Perilaku pemeliharaan kesehatan adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk mendapatkan penyembuhan bilamana sakit. Oleh karena sebab itu perilaku pemeliharaan kesehataan ini terdiri dari 3 (tiga) aspek yaitu perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit, pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit, serta perilaku peningkatan kesehatan apabila seseorang dalam keadaan sehat, dan perilaku gizi (makanan) dan minuman (Notoatmodjo, 2010).

2.2.2 Klasifikasi Perilaku Kesehatan

(15)

1. Perilaku Kesehatan (Health Behavior)

Hal-hal yang berkaitan dengan tindakan atau kegiatan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Termasuk tindakan mencegah penyakit, kebersihan perorangan dan sebagainya.

2. Perilaku Sakit (Illness Behavior)

Tindakan atau kegiatan yang dilakukan seseorang individu yang merasa sakit untuk merasakan dan mengenal keadaan kesehatannya atau rasa sakit, termasuk kemampuan individu untuk mengidentifikasi penyakit, penyebab sakit, serta usaha mencegah penyakit tersebut.

3. Perilaku Peran Sakit (The Sick Role Behavior)

Tindakan atau kegiatan yang dilakukan individu yang sedang sakit untuk memperoleh kesembuhan.

Perilaku yang mempengaruhi kesehatan dapat digolongkan dalam dua kategori (Dewi, 2010), yaitu:

1) Perilaku yang terwujud secara sengaja dan sadar.

2) Perilaku yang terwujud secara tidak sengaja atau tidak sadar.

(16)

a.) Perilaku sadar yang menguntungkan kesehatan

Mencakup perilaku yang secara sadar oleh seseorang yang berdampak menguntungkan kesehatan. Golongan perilaku ini langsung berhubungan dengan kegiatan-kegiatan pencegahan penyakit serta penyembuhan penyakit yang dijalankan secara sadar atas dasar pengetahuan bagi diri seseorang.

b.) Perilaku sadar yang merugikan kesehatan

Perilaku sadar yang dijalankan secara sadar diketahui bila perilaku tersebut tidak menguntungkan kesehatan terdapat pula dikalangan orang berpendidikan atau professional, atau secara umum pada masyarakat yang sudah maju.

c.) Perilaku tidak sadar yang merugikan kesehatan

Golongan masalah ini paling banyak dipelajari, terutama karena penanggulangannya merupakan salah satu tujuan utama berbagai program pembangunan kesehatan masyarakat.

d.) Perilaku tidak sadar yang menguntungkan kesehatan

Golongan perilaku ini menunjukkan bahwa tanpa sadar pengetahuan seseorang dapat menjalankan kegiatan-kegiatan tertentu yang secara langsung atau tidak langsung memberi dampak positif terhadap derajat kesehatan mereka.

2.3 Remaja

2.3.1 Defenisi Remaja

(17)

dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, yang ditandai dengan adanya perkembangan fisik yang cepat, mental, emosi, dan sosial. Umumnya usia remaja berkisar antara 12-20 tahun. Masa remaja merupakan saat terjadinya perubahan-perubahan cepat dalam proses pertumbuhan fisik, kognitif dan psikologi/tingkah laku. Khusus pada remaja puteri, masa ini juga merupakan masa persiapan menjadi calon ibu. Keadaan gizi pada masa masa remaja puteri dapat berpengaruh terhadap kehamilannya kelak, juga terhadap keadaan bayi yang akan dilahirkannya (Sayogo, 2006).

Pada masa remaja terjadi kematangan seksual dan tercapainya bentuk dewasa karena pematangan fungsi endokrin. Ovarium/indung telur menghasilkan hormon estrogen dan progresteron dan sejumlah kecil androgen. Pubertas merupakan satu titik dalam masa remaja yaitu pada saat seorang anak perempuan mampu mengalami pembuahan/konsepsi yaitu dengan terjadinya haid pertama. Pada masa tersebut terjadi perkembangan seks sekunder, dan berlangsung antara 2 sampai 3 tahun. Hormon- hormon steroid adrenal, estrogen dan androgen mempunyai peran penting dalam perubahan-perubahan yang terjadi dalam masa tersebut. Estrogen dan progesteron menyokong tersedianya deposisi lemak. Dalam proses pematangan fisik, juga terjadi perubahan komposisi tubuh. Dalam periode prepubertas, proporsi lemak dan otot pada anak perempuan cenderung serupa dengan anak laki-laki, yaitu lemak tubuh Universitas Sumatera Utara

(18)

2.3.2 Karakteristik Perkembangan Remaja

1. Karakteristik Perkembangan Fisik

Selama masa remaja terjadi perubahan fisik yang diakibatkan pengaruh hormonal. Pertumbuhan ditinjau dari tinggi dan berat badan bersifat akselerasi tinggi mendahului masa pubertas dan kemudian menjadi semakin lambat sampai berhentinya pertumbuhan tulang. Fase pertumbuhan yang tercepat pada masa remaja ini dikenal sebagai growth spurs dan titik tertinggi dari growth spurs disebut masa puncak/peak. Pada masa tersebut proporsi dan ukuran tubuh menyerupai dewasa muda serta peningkatan tinggi badan (Sayogo, 2006).

Tumbuh kembang remaja dibagi 3 tahap yaitu masa remaja awal, menengah, dan lanjut. Masa remaja awal pada anak perempuan terjadi pada usia 10-11 tahun, berlangsung 6 bulan sampai 1 tahun. Masa remaja menengah terjadi pada usia 12-14 tahun dan berlangsung antara 2-3 tahun, sedangkan masa remaja lanjut perempuan rata-rata tercapai pada usia antara 15-17 tahun (Sayogo, 2006).

2. Perkembangan Perkembangan Psikososial dan Kognitif

(19)

Tahap remaja awal memiliki karakteristik antara lain kekhawatiran pada body image (suatu konsep mental pribadi yang berhubungan dengan laju pertumbuhan dan perubahan komposisi tubuh), mempercayai dan menghargai orang dewasa, kekhawatiran tentang teman sebaya, dan sebagainya. Tahap remaja menengah memiliki beberapa karakteristik yaitu sangat dipengaruhi oleh teman sebaya, kehilangan kepercayaan pada orang dewasa, mencoba mandiri dan sebagainya. Pada masa ini remaja lebih mendengarkan teman sebayanya daripada orang tuanya atau orang dewasa lainnya. Keinginan untuk mandiri sering tampak dalam bentuk penolakan terhadap pola makan keluarga. Pada masa remaja lanjut karakteristik yang tampak antara lain merencanakan masa depan dan bersifat lebih mandiri. Selain itu, pada masa ini remaja telah mempunyai persepsi terhadap body image atau berat badan ideal (Sayogo,2006).

2.4 Berat Badan Ideal

2.4.1 Defenisi Berat Badan Ideal

Menurut Thomas dkk (2008) Berat badan ideal merupakan dambaan dari setiap manusia baik tua maupun muda, karena baik dari segi penampilan fisik maupun dari segi kesehatan. Terutama kaum muda yang lebih banyak mendambakan karena dengan berat badan yang ideal penampilan fisik akan menjadi lebih menarik.

(20)

tubuh yang ideal adalah impian. Oleh karena itu, untuk mewujudkan impian mereka tersebut mereka berusaha keras untuk menjadikan ukuran tubuh mereka ideal (Insitos dalam Bani, 2002).

2.4.2 Upaya Mendapatkan Berat Badan Ideal

Seorang dikatakan mempunyai tubuh ideal apabila bentuk tubuhnya tidak terlalu kurus atau tidak terlalu gemuk dan kelihatan serasi antara berat badan dan tinggi badannya. Agar bentuk tubuhnya ideal, lemak dalam tubuh harus selalu dalam keadaan normal. Lemak memang harus selalu ada didalam tubuh, tetapi jangan sampai kekurangan atau kelebihan. Untuk menunjang kehidupan setidaknya seseorang harus memiliki lemak minimal 3% dari berat badannya (Wirakusumah, 2011).

Sebenarnya berat badan ideal bisa diwujudkan dengan mengkonsumsi energi sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan. Sehingga tidak terjadi penimbunan energi dalam tubuh dalam bentuk lemak, atau sebaliknya penggunaan lemak tubuh sebagai sumber energi kurang (Purwati, 2009).

Berat badan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti kerangka tubuh, faktor keturunan, pengaruh hormon penyakit yang pernah diderita, kecepatan metabolisme tubuh, daya serap tubuh terhadap zat gizi dari makanan, aktivitas sehari-hari dan konsumsi makanan (Suharto, 2003).

2.4.3 Mengatur Berat Badan Ideal

(21)

promosi-promosi yang disampaikan baik melalui media cetak maupun media elektronik (Suharto, 2003).

Pengaturan berat badan bukan hanya sekedar menghitung kalori yang akan kita makan. Bila diumpamakan sebuah mesin maka badan kita merupakan mesin yang sangat rumit dan makanan merupakan bahan bakar (Anonim, 2007).

Tentunya kita memerlukan sejumlah makanan tertentu setiap hari untuk menyiapkan energi yang diperlukan. Ketika kita mengkonsumsi makanan secara berlebihan, maka makanan terebut akan menumpuk membentuk lemak didalam tubuh. Alat atau organ yang diperlukan bukan hanya mulut dan perut tetapi juga otot, yang bukan hanya membakar bahan bakar pada saat aktif, tetapi juga memperkuat pembakaran pada saat istirahat. Emosi, sikap dan nilai mempengaruhi apa yang akan kita makan, berapa banyak yang akan dimakan serta kapan dimakan. Perlu antisipasi, mengetahui kapan energi diperlukan meningkat dan kapan menurun, dan dapat direncanakan. Oleh karena itu ada 4 keteraampilan yang diperlukan dalam mengatur perilaku hidup sehat yaitu :

- Latihan yang cukup dan teratur - Memilih makanan yang bergizi - Emosi, sikap dan norma

- Mengantisipasi apa yang diperlukan

(22)

masalah-masalah lain khususnya pada saat operasi. Sekarang banyak para ahli yang mengatakan bahwa menurunkan berat badan dengan berbagai cara yang ada saat ini cukup berbahaya. Jik ingin menurunkan berat badan lakukanlah sebagai program jangka panjang, sekurang-kurangnya ½-1 kg perminggu, dan selalu diupayakan penurunannya tidak drastic (Purwati, 1999).

Dalam penghitungan kecukupan gizi yang dianjurkan, pada umumnya sudah diperhitungkan faktor variasi kebutuhan individual, namun untuk mengetahui gambaran umum mengenai kecukupan gizi seseorang, maka kita dapat menggunakan tolak ukur tinggi badan dan berat badan sebagai upaya untuk mengatur berat badan ideal (Suharto, 2003).

2.4.4 Penilaian Berat Badan Ideal

Beberapa cara untuk mengetahui apakah seseorang memiliki berat badan ideal antara lain yaitu :

1. Indeks Masa Tubuh (IMT)

Salah satu cara penilaian kondisi fisik tubuh yang digunakan adalah Indeks Masa tubuh (IMT). Hal ini disebabkan penilaian menggunakan IMT telah memperhitungkan unsur kesehatan. Oleh karena tu, IMT sangat cocok diterapkan bagi orang-orang yang ingin mengetahui kondisi berat badannya ditinjau dari segi kesehatan (Purwati, 1999). Untuk menentukan Indeks Masa Tubuh dapat digunakan rumus sebagi berikut :

IMT = BB / (TBxTB) Keterangan :

(23)

TB = Tinggi Badan (m)

Jika nilai IMT sudah didapat, hasilnya dibandingkan dengan ketentuan berikut:

Nilai IMT < 18,5 = Berat badan kurang Nilai IMT 18,5 - 22,9 = Normal

Nilai IMT 23 – 24,9 = Normal Tinggi Nilai IMT 25,0 – 29,9 = Gemuk Nilai IMT > = 30,0 = Sangat Gemuk Sumber : Adaptasi dari Kriteria WHO

2. Tabel Metropolitan Life Insurance

Cara menentukan besar kecilnya perawakan atau postur tubuh adalah dengan rumus :

3. Pengukuran Jaringan Lemak Bawah Kulit

Metoda ini dilakukan dengan alat khusu yang disebut “skinfold capiler”, yang

(24)

4. Rumus Broca

Penilaian status gizi seseorang dengan menggunakan Broca adalah dengan cara menimbang berat badan (BB) dan mengukur tinggi badannya (TB). Adapun rumusnya adalah sebagai berikut :

2.5 Upaya Untuk Mendapatkan Berat Badan Ideal

2.5.1 Diet

Pada dasarnya diet adalah pengaturan pola makan dengan sasarannya adalah mengurangi lemak badan diikuti dengan hilangnya berat badan. Hal ini meliputi diet gizi seimbang rendah kalori dengan menambah aktivitas fisik dan modifikasi kebiasaan untuk mengubah kebiasaan makan seseorang. Sedangkan dalam nutrisi, diet adalah jumlah makanan yang dikonsumsi oleh seseorang atau organisme tertentu (Anonim, 2008).

Dalam perkembangannya, diet dalam konteks upaya mengatur asupan nutrisi dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu :

(25)

2. Meningkatkan berat (massa) badan misalnya bagi olahragawan atau atlet binaraga yang ingin meningkatkan massa otot.

3. Pantang terhadap makanan tertentu misalnya bagi penderita diabetes (rendah karbohidrat dan gula).

Diet sembarang merupakan diet yang sering dijanjikan tetapi tidak realistis. Diet sembarang adalah diet yang rendah kalori karbohidrat, dapat menyebabkan hilangnya/berkurangnya cairan tubuh yang mengindikasikan hilangnya berat badan. Meskipun cairan tubuh berkurang tetapi berat badan akan kembali naik (Purwati, 2009).

Dalam diet ada suatu patokan, dimana zat gizi yang dikonsumsi harus cukup, kecuali dalam hal energi. Zat sumber energi makanan terbesar berasal dan diperoleh dari konsumsi lemak dan hidrat arang seperti gula, nasi, roti, dan sejenisnya. Kecuali lemak dan hidrat arang, zat gizi lain harus tercukupi kebutuhannya (Purwati, 2009).

Program penurunan berat badan perlu dikombinasikan dengan olahraga, sebab dengan diet makan saja ternyata berkurangnya bobot badan tidak semuanya akibat menyusutnya lemak (63%) tetapi juga otot alias daging kita (37%). Kalau jaringan otot makin berkurang, kebutuhan kalori jadi lebih sedikit dan kecepatan metabolisme menjadi lebih rendah sehingga mudah menjadi gemuk kembali. (Anonim, 2008).

Ada beberapa jenis diet yang sering kita dengar, antara lain (Anonim, 2008) yaitu :

1. Zig Zag Diet

(26)

sehari,, tetapi menggantinya dengan makan 6-7 kali sehari porsi lebih kecil dalam jangka waktu yang sama. Makan dalam jangka waktu pendek, 2-3 jam sesudah makan utama, jumlah karbohidrat harus lebih banyak daripada lemak sihingga membuat tubuh terus bermetabolisme daripada lemak sehingga membuat tubuh terus bermetabolisme daripada menyimpan sebagai lemak. Tubuh juga cenderung lebih membakar timbunan lemak daripada otot.

Ketidaksabaran bisa menjadikan diet ini gagal, sebab membutuhkan jangka waktu relatif lama. Penurunan berat badan yang terjadi mungkin tidak signifikan seperti diet konvensional, karena diet ini mempunyai fokus selain membuang lemak yaitu menghidarkan penurunan massa otot.

2. Shangri-La Diet

Shangri-La diet berprinsip menyelipkan makanan berkalori rendah yang berasa ekstrim disela-sela sebelum makan utama, sehingga nafsu makan menjadi berkurang dan tubuh mendapat asupan kalori dalam jumlah tak berlebih. Diet ini sangat signifikan dalam menurunkan berat badan, tetapi dikhawatirkan penurunan berat badan tersebut adalah kemungkinan penurunan massa otot selain penurunan lemak tubuh.

3. Zone Diet

(27)

4. Diet Rendah Kalori Karbohidrat

Hanya boleh mengkonsumsi 800 kalori/hari. Diet seperti ini hanya dapat dilakukan orang yang obesitas, dalam waktu pendek (3-6 bulan) dan harus dibawah pengawasan dokter. Anak-anak, wanita hamil dan menyusui tidak diperbolehkan melakukannya.

5. Diet Golongan Darah

Darah tidak hanya membawa dan menyalurkan makanan ke otak serta seluruh tubuh. Darah juga memerlukan makanan yang tepat agar dapat bekerja lebih baik lagi. Jenis darah yang berbeda mempengaruhi pengeluaran zat-zat tubuh ke pencernaan. Pola diet dibawah ini tidak perlu terlalu kaku/ketat atau harus diikuti 100%. Dengan diikuti 75%-80% saja sebenarnya ssudah cukup untuk memenuhi gizi darah.

Pemiilik satu golongan darah tetap bisa makan makanan dari diet golongan darah lain, hanya saja tidak akan memiliki manfaat yang lebih tinggi ketimbang mengkonsumsi makanan yang dianjurkan sesuai golongan darahnya. Selain itu, pola makan juga didasarkan pada makanan yang baik, alami, segar, dan berkualitas.

6. Diet Atkins

(28)

Diet yang tinggi protein membuat ginjal bekerja ekstra untuk menyaring zat sisa makanan. Diet yang minim karbohidrat juga menyebabkan sesorang lesu dan kurang konsentrasi. Penelitia yang diterbitkan New England Journal Of Medicine dua tahun lalu sudah menyebutkna, jika diet atkins dilakukan dalam jangka panjang bisa mengakibatkan gagal ginjal dan dapat memicu gangguan pada usus.

7. Diet Rendah Lemak (Low Fat Diet)

Komposisi dari diet ini adalah banyak sayur, buah dan nasi. Tidak perlu berhenti makan makanan dengan kandungan lemak tinggi, tetapi hanya dikurangi jumlahnya atau diimbangi dengan mengkonsumsi makanan yang kandungan lemaknya rendah.

8. Food Combining

Food combining adalah salah satu pola diet koreksi yang banyak digunakan oleh para dokter naturopati untuk penyembuhan. Namun, sekarang maih terjadi perdebatan mengenai manfaat diet ini.

Diet ini dikenalkan oleh Dr. William Howard Hay, yang mempunyai prinsip dasar sebagai berikut :

a) Makanan yang mengandung protein tinggi, misal daging, ikan, telur dan keju. b) Makanan pembentuk basa, misal buah-buahan dan sayuran.

c) Makanan yang mengandung karbohidrat tinggi, misal gandum, beras, roti, pasta dan gula.

(29)

beberapa pihak yang menganggap diet ini adalah diet yang tidak berguna atau omong kosong belaka, sedangkan ada beberapa pihak yang benar-benar mengakui manfaat dari diet ini.

Melakukan diet, bukan tidak menimbulkan dampak bagi seseorang. Beberapa dampak diet antara lain (Wirakususmah, 2011) :

Jika diet yang dilakukan tergesa-gesa atau ingin menurunkan berat badan secara drastis dalam waktu yang singkat, ini dapat menimbulkan dampak pusing, anemia, ketidakseimbangan elektrolit, dan tekanan darah rendah. Jika diet yang dilakukan adalah diet rendah protein dan tinggi lemak, ini dapat menyebabkan efek samping seperti sakit kepala, mual, asidosis, bisa menyebabkan koma bahkan meninggal dunia. Selain itu dampak yang diakibatkan oleh diet ini yaitu sering kencing, sehingga dapat merusak kerja ginjal serta meningkatkan kadar kolesterol dan trigliserida serta terjadi kekurangan vitamin dan mineral.

Pola diet yang salah akan menimbulkan dampak negatif pada tubuh, termasuk diet yang dilakukan oleh remaja puteri. Diet yang salh tersebut yaitu :

1. Diet Tinggi Karbohidrat

(30)

dalam lemak. Selain itu rendahnya asupan lemak akan menyebabkan gangguan saraf dan psikis (Saraswati, 2006).

Diet tinggi karbohidrat bisa menurunkan berat badan, tetapi dengan syarat tidak berlebihan mengkonsumsinya. Sebab, kemampuan tubuh dalam menyimpan karbohidrat sangat terbatas, sehingga kelebihannya akan diubah dan disimpan dalam bentuk lemak (Saraswati, 2006). Departemen kesehatan RI menganjurkan konsumsi lemak dibatasi tidak melebihi 25% dari total energi perhari, atau paling banyak 3 sendok makan minyak goreng untuk memasak makanan sehari. Pada hakekatnya cukup makan makanan yang digoreng atau biasa yang disebut gorengan 1 potong setiap kali makan (Ronal, 2006).

(31)

2. Diet tinggi protein

Jenis diet ini dapat menghilangkan berat badan secara drastis dalam sekejap, yaitu dengan mengurangi asupan karbohidrat dan membebaskan asupan protein dan lemak (Saraswati, 2006). Asumsi yang mendasari diet ini adalah dengan menekan asupan karbohidrat, gula darah menurun dan insulin yang dihasilkan pankreas akan berkurang. Dengan begitu, tubuh tidak dapat memproses dan mengubah lemak atau protein dari makanan menjadi gula. Tubuh pun akan memaksa membakar persediaan lemak tubuh (Saraswati, 2006).

Berat badan bisa hilang dalam sekejap, karena saat mengkonsumsi lemak, tubuh akan cepat merasa kenyang, sehingga mengurangi keinginan untuk makan dan asupan kalori berkurang. Namun, berkurangnya asupan kalori bukan satu-satunya alasan turunnya berat badan. Alasan utamanya, tingginya asupan protein akan meningkatkan frekuensi urine yang menyebabkan tubuh banyak kehilangan air. Biasanya bisa sampai 70% air hilang selama satu minggu pertama berdiet tinggi protein (Saraswati, 2006).

Konsumsi lemak yang berlebihan, kurang menguntungkan bagi remaja karena dapat mengakibatkan timbunan lemak yang mengakibatkan kegemukan ataupun dapat terjadi sumbatan pada saluran pembuluh darah jantung. Kondisi ini sangat mengganggu kesehatan jantung. Untuk itu, diet tinggi protein ini sangat berbahaya bagi remaja puteri (Saraswati, 2006).

3. Diet Anti Karbohidrat

(32)

berkarbohidrat, produksi insulin akan berkurang dan tubuh bakal menggunakan cadangan lemak. Dengan minimnya asupan karbohidrat, jumlah kalori akan turun dan otomatis berat badan akan berkurang (Saraswati, 2006).

Program diet ini membuat orang cepat kurus, mengingat asupan karbohidrat dibatasi. Biasanya hanya dianjurkan hanya mengkonsumsi buah dan sayur, sehingga asupan kalori sangat minim dan tubuh pun banyak kehilangan air dan sudah tentu berat badan ikut turun (Saraswati, 2006).

Sebaiknya karbohidrat jangan dipantangkan secara berlebihan. Karena sumber energi kita untuk bisa beraktivitas sehari-hari dan berkonsentrasi dalam belajar ada didalam karbohidrat. Jika ingin melakukan diet anti karbohidrat ini, pilihlah karbohidrat kompleks, misalnya yang berasal dari beras tumbuk, beras merah,sereal, dan sebagainya. Kelebihan dari nasi tumbuk yaitu terdapat pada kulit arinya yang mengandung vitamin B, besi, seng, kalsium, selenium, magnesium, dan kromium (baik untuk keseimbangan gula darah) juga mengandung serat (Saraswati, 2006).

Porsi terbesar kebutuhan kalori tubuh dipenuhi oleh karbohidrat, yang juga merupakan komponen zat gizi / nutrien terbanyak dalam makanan sehari-hari dan terjangkau oleh masyarakat luas. Dalam diet seimbang di Indonesia, dianjurkan 50- 60% kebutuhan kalori berasal dari karbohidrat. Kegunaan utama dari karbohidrat adalah sebagai sumber utama energi, kegunaan lainnya adalah sebagai energi cadangan, komponen struktur sel, dan sumber serat (Sayogo, 2006).

(33)

kembali naik, melebihi sebelum melakukan diet / yoyo syndrome(turun naiknya berat badan). Untuk itu diet anti karbohidrat sangat berbahaya bagi remaja puteri (Saraswati, 2006).

2.5.2 Olahraga

Menurut Sadoso Sumosardjuno, pakar kesehatan olahraga dan pimpinan Manggala Health Screening Center, Jakarta, cara menurunkan berat badan secara sehat yang terbaik adalah dengan mengatur makanan disertai olahraga. Selain itu olahraga juga merupakan aktivitas untuk melatih tubuh, tidak hanya secara jasmani tetapi juga rohani (Anonim, 2008).

Menurut Ginanjar dalam akbar (2014), olahraga pada dasarnya berisi kegiatan yang berorientasi pada gerak dan pelaksanaannya tergantung pada kemampuan dan tujuan apa yang hendak dicapai oleh pelakunya. Hal ini mengindikasikan bahwa kegiatan olahraga secara teratur menunjang kehidupan manusia sehari-hari. Berbagai manfaat olahraga bagi manusia dalam kehidupan sehari-hari yaitu meningkatkan kesehatan, meningkatkan kebugaran serta daya tahan otot, dapat mengatur berat badan, dan lain-lain.

(34)

dan lain-lain dapat diketahui dari denyut nadi. Dengan menghitung denyut nadi, dapat diketahui apakah intensitas latihan sudah cukup atau masih kurang (Azwar, 2004).

Denyut nadi dapat dihitung dengan meraba pergelangan tangan menggunakan jari telunjuk dan jari tengah. Denyut nadi maksimal yang boleh dicapat adalah 220 minus umur (dalam tahun). Sebaiknya kita berlatih sampai denyut nadi antara 70-85% dari denyut nadi maksimal (idealnya 72-87%). Bilangan antara 70-70-85% denyut nadi ini disebut target zone atau zona latihan. Kalau berlatih dengan intensitas dibawah 70% dari denyut nadi maksimal, akan kurang tampak manfaatnya. Biasanya kita malah akan menjadi gemuk karena rangsangan nafsu makan akan besar. Berlatih melampaui 85% denyut nadi maksimal tidak dibolehkan (Azwar, 2004).

Agar latihan ada pengaruhnya terhadap jantung dan peredaran darah, sebaiknya latihan dilakukan hingga mencapai zona latihan dan terus diusahakan berada dalam zona itu paling sedikit 20-45 menit. Frekuensi latihan paling sedikit tiga hari seminggu. Bagi yang kegemukan bisa 5-6 hari seminggu. Menurut Sadoso, jalan kaki merupakan salah satu olahraga yang teraman, membakar cukup banyak kalori, mudah dan murah (Anonim, 2008).

2.5.3 Obat Pelangsing

(35)

membuang lemak di dalam tubuh dan menekan selera makan. Dalam dunia kedokteran, ada beberapa macam obat pelangsing yang memiliki sifat dan cara kerjanya bermacam-macam. Ada yang menekan nafsu makan, mempercepat rasa kenyang, meningkatkan absorpsi lemak, dan bulk fillers (pengganjal perut) (Wirakusumah, 2001).

Sebenarnya mengkonsumsi obat pelangsing tidak dilarang, asalkan kita mau mengikuti segala pengarahan dan petunjuk dokter. Namun sebelum memutuskan untuk menggunakan obat pelangsing, ada hal yang perlu dipahami, yaitu bahwa obat pelangsing tidak akan pernah bisa menurunkan berat badan apabila tidak disertai dengan pola makan yang benar dan olahraga yang rutin (Anonim, 2008).

Ada banyak jenis obat pelangsing yang ditawarkan dipasaran, antara lain : 1. Obat pencahar yang bersifat laksatif atau menguras perut kerap digunakan untuk

menurunkan berat badan. Padahal, jika digunakan tidak tepat akan berbahaya karena dapat mengakibatkan infeksi pencernaan hingga dehidrasi.

2. Obat diuretik adalah obat yang menimbulkan keinginan seseorang untuk sering berkemih. Berat badan anda memang turun sesuai keinginan. Namun cairan tubuh yang keluar berlebih. Ancamannya, tidak hanya dehidrasi, elektrolit tubuh juga akan hilang sehingga mengakibatkan kerja ginjal dan jantung terganggu.

(36)

4. Obat antispasmodik, membuat perut kembung seakan kenyang dan malas makan. Membuat tubuh lemas dan tidak berernegi sehingga membuat anda malas beraktivitas.

Perlu diperhatikan penggunaan semua obat pelangsing harus berdasarkan resep dokter karena penggunaannya untuk setiap individu berbeda-beda. Dipasaran, sangat banyak tersedia berbagai merek obat pelangsing. Obat-obatan tersebut umunya telah melalui uji klinis sehingga aman untuk dikonsumsi sesuai dengan aturan pemakaian dan anjuran dokter. Namun, diantara obat-obatan tersebut ada pula yang kandungannya berbahaya bagi tubuh (Wirakuumah, 2001).

Untuk mengetahui apakah obat diet yang dikonsumsi dapat dianggap relatif aman (ginjal normal) atau tidak dapat dilihat pada efek pengurangan berat badan yang timbul. Efek pengurangan berat badan yang normal setelah mengkonsumsi obat diet adalah 3-4 kg per bulan. Namun juka penurunan berat badan lebih dari 4 kg dari sebulan, obat yang digunakan umumnya tidak baik bagi tubuh dan perlu diwaspadai. Namun jika sudah tertarik dan terburu-buru, konsumen biasanya lupa mempertimbangkan kepentingan kesehatan. Obat yang ditawarkan pun dipakai secara berlebihan, tanpa memperhatikan efek sampingnya yang dapat membahayakan tubuh (Sumanto, 2009).

(37)

lebih aktif menyerap makanan. Sehingga membuat makanan yang dikonsumsi cepat dibuang sebelum diserap. Akibatnya, bila konsumsi obat itu dihentikan, tubuh makin bertambah gemuk karena usus jadi lebih efisien dalam menyerap makanan. Obat yang bersifat diuretik menyebabkan tubuh mengalami kekurangan cairan. Bila berlangsung lama, akan menyebabkan gangguan ginjal. Obat-obatan yang bersifat memacu pembakaran kalori dapat merangsang jantung. Detak jantung terpacu cepat sehingga menimbulkan gangguan pada jantung (Anonim 2008).

2.6 Permasalahan Kesehatan Karena Upaya Mendapatkan Berat Badan Ideal

yang Salah

(38)

2.6.1 Anemia Gizi Besi

Anemia gizi besi adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah. Artinya konsentrasi hemoglobin dalam darah berkurang karena terganggunya pembentukan sel-sel darah merah akibat kurangnya kadar zat besi dalam darah (Ronal, 2006). Remaja puteri rentan mengalami kurang gizi pada periode puncak tumbuh kembang, kurang asupan gizi karena pola makan yang salah, dan pengaruh dari lingkungan (ingin langsing). Remaja puteri yang sedang melakukan diet cenderung tidak mengkonsumsi makanan yang berasal dari hewani sehingga banyak remaja putri yang mengalami anemia gizi besi (Khomsan, 2008).

Bahan makanan yang mengandung Fe yaitu : daging, ikan, unggas, kacang-kacangan, sayuran berwarna hijau (Sayogo, 2006). Gejala-gejala yang timbul karena anemia gizi besi yaitu : lemah, letih, lesu, lunglai, lalai (5L), sering pusing dan mata berkunang-kunang, gejala lebih lanjut kelopak mata, bibir, lidah, kulit, dan telapak tangan menjadi pucat, dada cenderung berdebar-debar karena Hb dibawah normal sehingga jantung dipaksa bekerja ekstra, sesak nafas dan telinga terasa berdengung (Ronal, 2006).

(39)

2.6.2 Bulimia dan Anoreksia Nervosa

Bulimia dan anoreksia nervosa merupakan keadaan buruk akibat ingin kurus, sehingga menolak makan atau memuntahkan kembali makanan yang telah dimakan. Penderita bulimia dan anoreksia lebih banyak diderita oleh remaja puteri. Karena mereka lebih mementingkan body image yang langsing dan cantik daripada kebutuhan makan meeka (Khomsan, 2008).

Bulimia adalah gangguan makan yang ditandai dengan mengkonsumsi makanan yang banyak dalam waktu yang singkat dan kehilangan kendali terhadap makanan disertai tingkah laku unuk menurunkan berat badan seperti merangsang muntah, gerak berlebih, dan puasa berkepanjangan. Penderita bulimia dapat mengkonsumsi makanan sekitar 3000-7000 kkal. Gangguan makan pada penderita bulimia timbul akibat rangsangan emosional seperti depresi, gelisah, marah dan kemudian diikuti oleh puasa yang berkepanjangan (Soetjiningsih, 2004)

Penderita bulimia mempunyai nafsu makan seperti penderita obesitas yaitu ingin makan berlebihan karena pengaruh faktor eksternal (bau, rasa, dan bentuknya) lebih dominan daripada faktor internal (rasa lapar). Karena penderita bulimia tidak ingin memiliki berat badan yang berlebih, maka mereka memuntahkan kembali makanan yang telah di makannya. Penderita bulimia kadang-kadang memilih makanan tertentu yang harus dimuntahkan (biasanya snacks). Jadi makanan utama (pagi, siang, malam) selalu dikonsumsi secara normal. Dampak negatif dari bulimia yaitu kerusakan gigi dan iritasi pada kerongkongan (Khomsan, 2008).

(40)

tidak wajar. Penderita anoreksia makan seperti halnya individu normal tetapi dikeluarkan lagi dengan cara muntah disengaja, dan sering melakukan olah raga berlebihan. Dampak negatif bagi penderita anoreksia nervosa yaitu kehilangan bobot tubuh yang berlebihan sehingga kekurangan gizi, terjadi amenorrhea (menstruasi tidak lancar/terhambat). Anoreksia nervosa dan bulimia keduanya merupakan keadaan buruk karena ingin langsing dan cara yang salah untuk mendapatkan berat badan ideal (Khomsan, 2008).

2.6.3 Kurang Gizi

(41)

2.7 Kerangka Konseptual Penelitian

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual Penelitian

Berdasarkan kerangka konseptual diatas diketahui bahwa karakteristik siswi SMA yang menjadi responden yang akan digambarkan dalam hasil penelitian ini yaitu dilihat dari aspek umur, berat badan dan tinggi badan yang akan dihitung untuk mengetahui ideal atau tidakkah body image yang dimiliki oleh siswi tersebut, serta pola makan, intensitas berolahraga dan aktivitas diet. Aspek lain yang akan digambarkan yaitu mengetahui pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), tindakan (action), keyakinan pada kelompok acuan (conviction) dan niat (intention) untuk mengetahui gambaran perilaku siswi SMA dalam upaya mendapatkan berat badan ideal di SMA Negeri 1 Babalan Pangkalan Berandan tahun 2016.

Gambar

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan Perpres 54 Tahun 2010 , Calon Penyedia kurang dari 3 ( tiga) pada proses Lelang Umum, Maka Lelang dinyatakan gagal dan diulang. Demikian Berita Acara ini dibuat

Sesuai dengan tujuan yang akan dicapai program diklat ini, maka metode diklat yang akan digunakan adalah proses belajar mengajar dengan metode pembelajaran untuk orang dewasa

Pengamatan yang dilakukan khususnya di daerah kecamatan Wanea Kota Manado, nampaknya program pemberian bantuan untuk korban bencana banjir sepertinya tidak

Bahan Bakar Nabati dari nyamplung ( Calophyllum inophyllum Linn dapat digunakan sebagai subsitusi minyak tanah ( biokerosene ) dan substitusi minyak solar ( biodiesel ).

HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil perhitungan teknik Product Moment dengan menggunakan program SPSS 15 for windows dapat di ketahui nilai korelasi (r) sebesar

---,Generasi Muda dan Politik di Indonesia , Makalah yang disampaikan pada seminar tentang wanita, Generasi Muda dan Politik di Indonesia, yang diselenggarakan oleh Dewan

Untuk mengetahui pendapat Hakim Pengadilan Niaga dan Mahkamah Agung dalam memutus sengketa perkara perlindungan merek antara GS Yuasa Corporation dengan GS (Garuda

Berdasarkan pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang terencana, terprogram dan bertujuan untuk mengantarkan