• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan kadar total padatan tersuspensi ( TSS ) dan sulfida ( S2- ) dari air limbah inlet dan outlet PT. Toba Pulp Lestari, Tbk Porsea

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penentuan kadar total padatan tersuspensi ( TSS ) dan sulfida ( S2- ) dari air limbah inlet dan outlet PT. Toba Pulp Lestari, Tbk Porsea"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Umum

Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang

banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta

makhluk hidup yang lain. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara bijaksana, dengan memperhitungkan kepentingan generasi sekarang maupun generasi mendatang. Aspek pengamatan dan pelestarian sumber

daya air harus ditanamkan pada segenap pengguna air ( Effendi, 2003).

Saat ini, masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya meliputi

kuantitas air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan kualitas air untuk keperluan domestik ynag semakin menurun. Kegiatan industri, domestik dan kegiatan lain yang berdampak negatif terhadap sumber

daya air antara lain menyebabkan penurunan kualitas air. Kondisi dapat menimbulkan gangguan, kerusakan dan bahaya bagi makhluk hidup yang

bergantung pada sumber air. Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan dan perlindungan sumber daya air secara seksama.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 20 tahun 1990 TENTANG

(2)

1. Air, meliputi semua air yang terdapat di dalam atau berasal dari sumber air yang terdapat diatas permukaan tanah. Air yang terdapat di bawah

permukaan tanah dan air laut tidak termasuk dalam pengertian ini

2. Kualitas air, yaitu sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat, energi atau komponen lain didalam air (kualitas air dinyatakan dengan beberapa

parameter) yaitu parameter fisika (suhu, kekeruhan, padatan terlarut dan sebagainya) parameter kimia (pH, oksigen terlarut, BOD, COD, kadar

logam dan lain sebagainya)

3. Pencemar air, yaitu masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain kedalam air oleh kegiatan manusia sehingga

kualitas air menurun sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan tidak lagi berfungsi sesuai dengan peruntukannya

4. Baku mutu air, yaitu batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi atau komponen lain yang ada atau harus ada dan atau unsur pencemaran yang dapat ditenggang dalam sumber air tertentu, sesuai dengan

peruntukkannya

5. Baku mutu limbah cair, yaitu batas kadar jumlah unsur pencemar yang

dapat ditenggang keberadaannya didalam limbah cair dari suatu jenis kegiatan tertentu yang akan dibuang.

6. Beban pencemaran, yaitu jumlah suatu parameter pencemaran yang

terkandung dalam sejumlah air atau limbah.

7. Daya tampung beban pencemaran, yaitu kemampuan air dalam sumber air

(3)

penurunan kualitas air sehingga melewati baku mutu air yang ditetapkan sesuai peruntukkannya

8. Pengendalian, yaitu upaya pencegahan dan penanggulangan dan pemulihan.

Adapun penggolongan air menurut peruntukannya adalah sebagai berikut : 1. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara

langsung, tanpa pengolahan terlebih dahulu

2. Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum 3. Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan

dan peternakan

4. Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian,

usaha perkotaaan, industri dan pembangkit tenaga listrik air (Effendi, 2003).

2.2. Limbah Cair

Limbah cair merupakan gabungan atau campuran dari air dan dan bahan – bahan

pencemar yang terbawa oleh air, baik dalam keadaan terlarut maupun tersuspensi yang terbuang dari sumber domestik, sumber industri, dan pada saat tertentu tercampur dengan air tanah, air permukaan, atau air hujan (Soeparman, 2001).

Limbah cair bersumber dari pabrik yang biasanya banyak menggunakan air dalam sistem prosesnya. Di samping itu bahan baku mengandung air sehingga

(4)

bahan sebelum diproses lanjut. Air ditambah bahan kimia tertentu kemudian di proses dan setelah itu dibuang (Gintings, 1992).

Adanya benda – benda asing yang mengakibatkan air tersebut tidak dapat digunakan sesuai dengan peruntukannya secara normal disebut dengan pencemaran air. Karena kebutuhan makhluk hidup akan air sangat bervariasi,

maka batas pencemaran untuk berbagai jenis air juga berbeda (Kristanto,2004). Air dari pabrik membawa sejumlah padatan dan partikel baik yang larut

maupun mengendap. Bahan ini ada yang kasar dan halus. Air yangmengandung senyawa kimia beracun dan berbahaya mempunyai sifat tersendiri. Air limbah yang telah tercemar memberikan ciri yang dapat diidentifikasi secara visual dapat

diketahui dari kekeruhan, warna air, rasa, bau yang ditimbulkan. Sedangkan identifikasi secara laboratorium, ditandai dengan perubahan sifat kimia air dimana

air telah mengandung bahan kima beracun dan berbahaya dalam konsentrasi yang melebihi batas yang dianjurkan.

Jenis industri menghasilkan limbah cair diantaranya adalah industri –

industri pulp dan rayon, minyak kelapa sawit,minyak goreng, kertas, tepung tapioka dan tekstil. Dimana jumlah limbah yang dikeluarkan masing – masing

industri ini tergantung pada banyaknya produksi yang dihasilkan serta jenis produksinya. Industri pulp dan rayon menghasilkan limbah air sebanyak 30 m3 setiap ton pulp yang diproduksi (Gintings,1992).

Karakteristik limbah cair dapat diketahui menurut sifat – sifat dan karakteristik fisika, kimia dan biologis. Studi karakteristik limbah perlu dilakukan

(5)

Dalam menentukan karakteristik limbah maka ada 3 jenis sifat yang harus diketahui yaitu :

 Sifat fisik  Sifat kimia  Sifat biologis

2.2.1 Sifat fisik

Perubahan yang ditimbulkan parameter fisika dalam air limbah yaitu; padatan, kekeruhan, bau, temperatur, daya hantar listrik dan warna.

a. Padatan

Padatan terdiri dari bahan padat organik maupun anorganik yang larut.mengendap maupun suspensi. Bahan ini akan mengendap pada dasar air

yang lama kelamaan menimbulkan pendangkalan pada dasar badan penerima. Akibat lain dari padatan ini menimbulkan tumbuhnya tanaman air tertentu dan dapat menjadi racun bagi makhluk lain. Banyak padatan menunjukkan

banyaknya lumpur terkandung dalam air. b. Kekeruhan

Kekeruhan menunjukkan sifat optis air yang menyebabkan pembiasan cahaya ke dalam air. Kekeruhan membatasi pencahayaan ke dalam air.Sekalipun ada pengaruh padatan terlarut atau partikel yang melayang dalam air namun

penyerapan cahaya ini dipengaruhi juga bentuk dan ukurannya. Kekeruhan ini terjadi karena adanya bahan yang terapung dan terurainya zat tertentu seperti

(6)

ataupun terapung dan sangat halus sekali. Semakin keruh air semakin tinggi daya hantar listrik dan semakin banyak pula padatannya.

c. Bau

Bau timbul karena adanya kegiatan mikroorganik yang menguraikan zat organik menghasilkan gas tertentu. Di samping itu, bau juga timbul karena

terjadinya reaksi kimia yang menimbulkan gas.Kuat tidaknya bau yang dihasilkan limbah tergantung pada jenis dan banyak gas yang ditimbulkan.

d. Temperatur

Temperatur air limbah mempengaruhi badan penerima bila terdapat perbedaan suhu yang cukup besar. Temperatur air limbah akan

mempengaruhi kecepatan reaksi kimia serta tata kehidupan dalam air. Perubahan suhu memperlihatkan aktivitas kimiawi biologis pada benda padat

dan gas dalam air. Pembusukkan terjadi pada suhu yang tinggi dan tingkatan oksidasi zat organik jauh lebih besar pada suhu tinggi.

e. Daya hantar listrik

Daya hantar listrik adalah kemampuan air untuk mengalirkan arus listrik dan kemampuan tercermin dari kadar padatan total dalam air dan suhu pada saat

pengukuran. Konduktivitas arus listrik mengalirkan arusnya tergantung pada mobilitas ion dan kadar yang terlarut. Senyawa anorganik merupakan konduktor kuat dibandingkan dengan senyawa organik. Pengukuran daya

(7)

f. Warna

Warna ditimbulkan akibat suatu bahan terlarut atau tersuspensi dalam air, di samping adanya bahan pewarna tertentu yang kemungkinan mengandung logam berat. Bau disebabkan karena adanya campuran dari nitrogen, fospor,

protein, sulfur, amoniak, hydrogen sulfida, karbon sulfida dan zat organik lain. Kecuali bau yang disebabkan bahan beracun, jarang merusak kesehatan

manusia tapi mengganggu ketenangan bekerja.

2.2.2 Sifat Kimia

Kandungan bahan kimia yang ada dalam air limbah dapat merugikan lingkungan

melalui berbagai cara. Bahan organik terlarut dapat menghabiskan oksigen dalam limbah serta akan menimbulkan rasa dan bau yang tidak sedap pada penyediaan

air bersih. Akan lebih berbahaya apabila bahan tersebut merupakan bahan yang beracun. Adapun bahan kimia yang penting yang ada di dalam air limbah pada umumnya dapat ditentukan oleh:

a. Keasaman Air

Keasaman ditetapkan berdasarkan tinggi rendahnya konsentrasi ion hidrogen

dalam air.Air buangan yang mempunyai pH tinggi atau rendah menjadikan air steril dan sebagai akibatnya membunuh mikroorganisme air yang diperlukan. Air yang mempunyai pH rendah membuat air menjadi korosif terhadap bahan

(8)

Buangan yang bersifat alkalis (basa) bersumber dari buangan mengandung bahan anorganik seperti senyawa karbonat, bikarbonat dan hidroksida.

Buangan asam berasal dari bahan kimia yang bersifat asam misalnya buangan mengandung asam klorida dan asam sulfat.

b. Alkalinitas

Tinggi rendahnya alkalinitas air ditentukan senyawa karbonat, bikarbonat, garam hidroksida, kalium, magnesium dan natrium dalam air. Semakin tinggi

kesadahan suatu air semakin sulit air membuih.

c. Besi dan Mangan

Besi dan mangan yang teroksidasi dalam air berwarna kecoklatan dan tidak

larut, menyebabkan penggunaan air menjadi terbatas.Air yang mengandung banyak padatan mempunyai sifat menghantarkan listrik yang dapat

mempercepat terjadinya korosi.

d. Phosphat

Kandungan phosphat yang tinggi menyebabkan suburnya algae dan

organisme lainnya. Pengukuran kandunga phosphate dalam air limbah berfungsi untuk mencegah tingginya kadar phosphate sehingga tidak

(9)

e. Sulfur

Sulfat dalam jumlah besar akan menaikkan keasaman air. Ion sulfat dapat

terjadi secara proses alamiah. Sulfur dioksida dibutuhkan pada sintesa. Ion sulfat oleh bakteri direduksi menjadi sulfida pada kondisi anaerob dan selanjutnya sulfida diubah menjadi hydrogen sulfida.Dalam suasana aerob

hydrogen sulfida teroksidasi secara bakteriologis menjadi sulfat.Dalam bentuk H2S bersifat racun dan berbau busuk. Pada proses digester lumpur gas

H2S yang bercampur dengan metan CH4 dan CO2 akan bersifat korosif. H2S akan menghitamkan air dan lumpur yang bila terikat dengan senyawa besi membentuk Fe2S.

f. Nitrogen

Nitrogen dalam air limbah pada umumnya terdapat dalam bentuk organik dan

oleh bakteri berubah menjadi amoniak.Dalam kondisi aerobic dan dalam waktu tertentu bakteri dapat mengoksidasi amoniak menjadi nirit dan nitrat. Nitrat dapat digunakan oleh algae dan tumbuh – tumbuhan lain untuk

membentuk protein tanaman dan oleh hewan untuk membentuk protein hewan. Nitrit menunjukkan jumlah zat nitrogen yang teroksidasi.Nitrit

merupakan hasil reaksi dan menjadi amoniak atau dioksidasi menjadi nitrit.

g. Logam berat dan Beracun

Logam berat pada umumnya seperti; coprum (tembaga), perak, seng,

cadmium, air raksa, timah, besi dan nikel. Metal lain yang termasuk metal berat adalah arsen, selenium, cobalt, mangan dan aluminium. Dalam

(10)

h. Fenol

Fenol dengan konsentrasi 0.005/liter dalam air minum menciptakan rasa dan

bau apabila bereaksi dengan chlor membentuk chlorophenol.

i. Biochemical Oxigen Demand (BOD)

Pengukuran terhadap nilai Biochemical Oxigen Demand (BOD) adalah

kebutuhan oksigen yang terlarut dalam air buangan yang dipergunakan untuk menguraikan senyawa organik dengan bantuan mikroorganisme pada kondisi

tertentu. Pada umumnya proses penguraian terjadi secara baik yaitu pada temperatur 200C dalam waktu 5 hari dengan satuan dinyatakan dalam mg/l.

j. Lemak dan Minyak

Lemak dan minyak ditemukan mengapung di atas permukaan air meskipun seebagian terdapat di bawah permukaan air.Lemak dan minyak tersusun dari

unsur karbon (C), hydrogen (H) dsn oksigen (O).Lemak sukar diuraikan bakteri tapi dapat dihidrolisa oleh alkali sehingga membentuk senyawa sabun yang mudah larut.adanya minyak dan lemak di atas permukaan air merintangi

proses biologi dalam air sehingga tidak terjadinya fotosintesa.

k. Karbohidrat dan Protein

Karbohidrat dalam air buangan diperoleh dalam bentuk sellulosa dan kanji yang terdiri dari senyawa karbon, hidrogen dan oksigen baik larut dalam air maupun tidak larut.baik protein maupun karbohidrat mudah rusak oleh

(11)

l. Zat warna dan Surfaktan

Timbulnya dalam air buangan adalah karena adanya senyawa organik yang

larut dalam air.Zat aktif (surfaktan) sangat sukar berurai oleh aktivitas mokroorganisme.Zat warna yang senyawa aromatik sukar berurai.Diantara zat warna yang mengandung logam berat, seperti; chrom atau tembaga

(Gintings, P. 1992 ).

2.2.3 Sifat Biologi

Pemeriksaan biologis di dalam air dan air limbah untuk memisahkan apakah adanya bakteri – bakteri patogen berada dalam air limbah. Keterangan biologis

ini diperlukan untuk mengukur kualitas air terutama bagi air yang dipergunakan sebagai air minum serta untuk menaksir tingkat kekotoran air limbah sebelum

dibuang ke badan air (Sugiharto,1987)

2.3. Pengolahan Limbah Cair Pulp

Perlakuan awal limbah pada umumnya adalah pemisahan padatan yang berukuran besar dan serpihan namun demikian padatan yang tersuspensi yang terdapat pada

(12)

2.3.1. Pengolahan Awal Limbah Cair Pulp (Tahap Persiapan)

Pengolahan awal limbah cair PT. Toba Pulp Lestari, Tbk dimulai dengan

bercampurnya semua influent dari sumber – sumbernya melalui junctionbox dari

Inlet Primary Clarifier. Pada padatan ini sebelum limbah cair baku ( influent ) masuk ke bak penjernih pertama ( Primary Clarifier ) terlebih dahulu dikontrol

pH dengan menggunakan kapur tohor ( burn clarifier ) kemudian disaring melalui saringan berputar (traveling screen) untuk menghindari sampah-sampah atau

benda-benda besar ukurannya masuk ke Primary Clarifier sehingga nantinya mengganggu kinerja atau operasional unit tersebut, misalnya pompa. Selanjutnya influent ini masuk melalui bak pembagi (spliter box) untuk menyamakan aliran

yang masuk ke setiap Primary Clarifier.Tahap selanjutnya influent mengalir ke

primary Clarifier. Pada tahapan ini influent diendapkan untuk memisahkan influent dari padatan tersuspensinya (Total Supended Solid = TSS) karena TSS yang terkandung dalam influent tidak dapat diolah oleh mikroorganisme pada proses penguraiannya. Adapun cara kerjanya adalah padatan yang terkandung

dalam influent yang lebih besar dari massa jenis limbah cair akan mengendap secara gravitasi dengan adanya waktu tinggal (retention time) dalam Primary

Clarifier tersebut. Selanjutnya influent yang jernih meluap melalui pelimpah celah ukur (weir) dan menuju ke menara pendingin (Cooling Tower). Padatan yang mengendap ke dasar Primary Clarifier yang kita namakan lumpur Primary

(Primary Sludge) selanjutnya disapu ke rake tengah dan diarahkan ke lobang isapan pompa kemudian dipompakan ke Thickener Clarifier untuk diolah lebih

(13)

2.3.2. Sistem Pendingin Limbah Cair Pulp (Cooling System)

Sistem pendingin limber cair PT. Toba Pulp Lestari, Tbk adalah dengan

menggunakan menara pendingin (Cooling Tower). Hal ini diperlukan untuk menjaga suhu yang sesuai dengan mikroorganisme untuk mengolah limbah cair dalam bak aerasi sehingga penguraian limbah cair akan berlangsung dengan baik.

Adapun parameter yang perlu dijaga untuk unit ini adalah :

1. Temperatur limbah cair yang keluar dari unit ini dijaga dibawah 380C,

karena temperatur limbah cair yang baik bagi mikroorganisme berada pada kisaran 33-370C

2. Agar tercapai temperatur tersebut maka dipastikan :.

 Spray Nozzle (sebuah pipa penyemprot) dalam keadaan bersih,

tidaktersumbat dengan benda apapun agar limbah cair yang kontak

denganudara luar diusahakan setipis mungkin.

 Mist Eliminator (membran) beserta sekat-sekatnya dalam keadaan

bersihdan tidak tersumbat dengan lumut atau kotoran apapun, agar

kontak antar audara luar dengan limbah cair selalu terjaga.

2.3.3. Tahap Utama Pengolahan Limbah Cair Pulp

Setelah tahap persiapan yang dimulai dari primaryClarifier sampai ke Coolling

(14)

dalamnya dan tentunya mikroorganisme juga ada reaksi yang terjadi pada tahapan ini adalah :

Mikroorganisme Aerobik + Organik Terurai + O2 + Nutrient CO2 + H2O + NH3 + Mikroorganisme yang baru.

2.3.4. Tahap Penyempurnaan

Pada tahap ini disebut juga sebagai tahap pengendapan akhir dimana jumlah

lumpur aktif yang bercampur dengan limbah cair dalam instalasi pengolahan air limbah yaitu berupa padatan tersuspensi yang keluar dari Deep Tank dialirkan ke

Secondary Clarifier melalui bak pembagi ( Spiliter Box ) agar aliran yang masuk ke setiap Clarifier dapat diatur dengan merata.

Lumpur yang dihasilkan dalam instalasi pengolahan limbah cair PT.Toba

Pulp Lestari, Tbk terbagi atas 2, yaitu :

1. Lumpur Primary (Primary Sludge)

Merupakan lumpur yang dihasilkan dari pengendapan limbah cair oleh

Primary Clarifier. Lumpur ini didominasi oleh serat (fiber) sisa pengolahan

pulp.

2. Lumpur Biologi (Waste Activated Sludge)

Lumpur ini merupakan Lumpur aktif (activated sluge) yang harus dibuang dari Secondary Clarifier, dimana kegunaannya untuk menjaga campuran

(15)

berkembangbiak setelah memakan organik terurai dalam limbah cair sehingga mikroorganisme ini perlu dibuang.

Penampungan lumpur dilakukan dengan bantuan flocculent (polymer) untuk membantu peningkatan dan pengendapan antara lumpur biologi dan lumpur primari.

Kegunaan utama dari tahap penyempurnaan ini adalah untuk memisahkan lumpur aktif dari limbah cair yang telah diolah sehingga limbah cair

yang dibuang ke badan sungai penerima diharapkan sejernih mungkin (Training and Development Center PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2003).

2.4. Pencemaran Air

Definisi pencemaran air menurut Surat Keputusan Menteri Negara Kependudukan

dan Lingkungan Hidup Nomor : KEP-02/MENKLH/I/1988 Tentang Penetapan Baku Mutu Lingkungan adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air dan atau berubahnya tatanan air oleh

kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air menjadi kurang atau sudah tidak berfungsi

lagi sesuai dengan peruntukkannya ( Achmad, 2004 ).

Apabila hasil pengujian limbah menujukkan data yang melanggar peraturan, maka limbah tersebut harus diolah sebelum digunakan atau dibuang ke

(16)

digunakan kembali dan apabila dibuang ke lingkungan umumpun tidak membahayakan bagi kehidupan ( Sunu, 2001 ).

Pencemaran air dapat meyebabkan berkurangnya keanekaragaman atau punahnya populasi mikroorganisme perairan seperti benthos, perifiton dan plankton. Dengan menurunya atau punahnya organisme tersebut maka sistem

ekologis perairan dapat terganggu system ekologis perairan ( ekosistem ) mempunyai kempuan untuk memurnikan kembali lingkungan yang telah tercemar

sejauh beban pencemaran masih berada dalam batas daya dukung lingkungan yang bersangkutan. Apabila beban pencemaran melebihi daya dukung lingkunganya maka kemampuan itu tidak dapat dipergunakan lagi.

Pencemaran air selain menyebabkan dampak lingkungan yang buruk, seperti timbulnya bau, menurutnya keanekaragaman dan menggangu estetika juga

berdampak negative bagi kesehatan makhluk hidup, karena di dalam air yang tercemar selain mengandung mikroorganisme patogen, juga mengandung banyak komponen-komponen beracun ( Nugroho, 2006 )

Dampak pencemaran air dibagi ke dalam 3 (tiga) kelompok dampak, yaitu:

 Dampak terhadap kesehatan manusia

Berbagai penyakit dan iritasi dapat ditimbulkan oleh limbah cair  Dampak terhadap keseimbangan ekosistem air

Keseimbangan ekosistem air yang terdiri dari komposisi kimiawi – fisika

(17)

ekosistem ini dapat mempengaruhi kehidupan makhluk hidup air lebih jauh.

 Dampak terhadap pemanfaatan badan air

Berbagai manfaat badan air dalam menunjang sektor transportasi, sektor

pariwisata, sekor budidaya perikanan dan pertanian, dapat terganggu akibat pencemaran limbah cair.

2.5. Padatan Tersuspensi (Total Suspended Solid = TSS)

Padatan yang terkandung di dalam limbah cair memiliki ukuran yang

berbeda-beda. Salah satunya adalah padatan tersuspensi yang merupakan padatan yang dapat terlihat secara kasat mata. Hasil penyaringan dari TSS terdiri atas lumpur

dan pasir halus serta jasad-jasad renik, yang terutama disebabkan oleh kikisan tanah atau erosi tanah yang terbawa ke badan air (Effendi,2003).

Dalam metode analisa zat padat, pengertian padatan total adalah semua zat

- zat yang tersisa sebagai residu dalam suatu bejana, bila sampel air dalam bejana tersebut dikeringkan pada suhu tertentu. Padatan total terdiri dari padatan

tersuspensi yang dapat bersifat organis dan anorganis pada padatan terlarut. Padatan Tersuspensi atau suspended solid (SS) merupakan padatan yang berukuran yang lebih besar dari 1,2 mikrometer (μm) yang terkandung dalam

kolam limbah cair. Padatan tersuspensi = 250 mg/liter berarti dalam 1 liter limbah cair terdapat 250 mg padatan tersuspensi. Besaran padatan tersuspensi diperoleh

(18)

2.5.1. Analisa Padatan Tersuspensi (TSS)

Analisa Padatan Tersuspensi (TSS) menggunakan metode gravimetri. Metode

Gravimetri merupakan metode penentuan suatu kandungan senyawa berdasarkan beratnya setelah dipanaskan dalam suhu tertentu. Besaran padatan tersuspensi menunjukkan banyaknya padatan organik (seperti bakteri) dan padatan anorganik

(seperti tanah liat). Padatan tersuspensi organik disebut juga sebagai padatan tersuspensi dan terurai, sedangkan padatan tersuspensi anorganik disebut juga

padatan tersuspensi dan tak terurai. Besarnya padatan tersuspensi dapat digunakan untuk memperkirakan banyaknya lumpur yang akan membebani suatu unit pengendapan.

Besaran padatan tersuspensi diperoleh dari pengukuran laboratorium dengan menggunakan metode gravimetri. Metode gravimetri merupakan metode

penentuan suatu kandungan senyawa berdasarkan beratnya setelah dipanaskan dalam suhu tertentu (Training and Development Center PT. Toba Pulp Lestari, Tbk 2000).

Analisa gravimetri, atau analisis kuantitatif berdasarkan bobot, adalah proses isolasi serta penimbangan suatu unsur atau suatu senyawa tertentu dari

unsur suatu porsi zat yang sedang diselidiki, yang telah ditimbang. Pengendapan merupakan metode yang mempunyai peranan penting dalam analisis gravimetri. Bahan yang akan ditetapkan diendapkan dari suatu larutan dalam bentuk yang

(19)

Faktor-faktor yang menentukan dalam analisis gravimetri, adalah :

1. Endapan harus begitu tak dapat larut, sehingga tidak akan terjadi

kehilangan yang berarti, bila endapan yang dikumpulkan dengan menyaringnya. Dalam praktek ini, biasanya bahwa jumlah zat itu, yang tetap tinggal dalam larutan, tidak melampaui jumlah minimum yang

terdeteksi oleh neraca analitik biasa yaitu 0,1 mg.

2. Sifat fisika endapan harus sedemikian, sehingga endapan dapat dengan

mudah dipisahkan dari larutan dengan penyaringan, dan dapat dicuci sampai bebas dari zat pengotor yang larut. Kondisi ini menuntut bahwa partikelnya berukuran sedemikian, sehingga tidak lolos melalui medium

penyaring, dan bahwa ukuran partikel tidak terpengaruh (atau sedikitnya atau berkurang oleh proses pencucian).

3. Endapan harus dapat diubah menjadi suatu zat yang murni dengan komposisi kimia tertentu. Ini dapat dicapai dengan pemijaran, atau dengan operasioperasi kimia yang sederhana, seperti penguapan bersama cairan

yang sesuai.

Selama ini dianggap bahwa senyawa yang memisahkan dari lautan

adalah larutan murni kimia, tetapi tidaklah selalu demikian halnya. Kemurnian endapan bergantung antara lain pada zat-zat yang ada dalam larutan,baik sebelum maupun sesetelah penambahan reagensia, dan juga pada kondisi

eksperimen pengendapan yang tepat. Masalah-masalah yang timbul dengan endapan-endapan tertentu, meliputi koagulasi atau flokulasi suatu dispersi

(20)

2.6 Sulfida (sebagai gas H2S)

Sulfida merupakan gas alam belerang. Pada air limbah sulfida merupakan hasil

pembusukan zat organik berupa hidrogen sulfida (H2S). hidrogen sulfida yang diproduksi oleh mikroorganisme pembusuk dari zat – zat organik bersifat racun terhadap ganggang dan mikroorganisme lainnya, tetapi sebaliknya hidrogen

sulfida dapat digunakan oleh bakteri fotosintetik sebagai donor elektron/hidrogen untuk mereduksi karbondioksida (CO2). Hasil pembusukan

zat – zat organik tersebut menimbulkan bau busuk yang tidak menyenangkan pada lingkungan sekitarnya.

Dalam proses industri, keberadaan sulfida dalam bentuk hydrogen

sulfida sangat menganggu karena dapat menyebabkan kerusakan pada beton – beton dan juga menyebabkan berkaratnya logam – logam (pipa penyaluran).

Penetapan sulfida bertujuan untuk menganalisa gas asam belerang dalam air limbah yang terjadi dari proses penguraian zat – zat organik (senyawa belerang) penyebab timbulnya bau busuk pada perairan (Mahida, 1984).

Hidrogen sulfida dihasilkan juga sebagai hasil reduksi dengan kondisi anaerob terhadap sulfat oleh mikroorganisme dan sebagai salah satu bahan

(21)

2.6.1.Analisa Sulfida

Analisa Sulfida (S2) menggunakan metode Spektrofotometri Warna adalah

salah satu kriteria untuk mengidentifikasi suatu objek. Pada analisi spektrokimia, spectrum radiasi elektromagnetik digunakan untuk menganalisis spesies kimia dan menelaah interaksinya dengan radiasi elektromagnetik. Karena tiap spesies kimia

mempunyai tingkat energy radiasi yang berbeda, maka transisi perubahan energinya juga berbeda. Berarti suatu spectrum yang diperoleh dengan memplot

beberapa fungsi terhadap frekuensi radiasi elektromagnetik adalah khas untuk spesies kimia tertentu dan berguna untuk identifikasi.

Pada analisis spektrokimia, frekuensi dari 10 – 10.000 Hz, misalkan

gelombang audio sampai 1022 Hz. Dimana perubahan energi disebabkan oleh transisi rotasi, vibrasi, elektronik dan inti. Dasar analisis spektroskopi adalah

interaksi radiasi dengan spesies kimia. Selama analisis spektrokimia, perlu sekali digunakan cahaya dari suatu panjang gelombang, yaitu radiasi monokromatis (Khopkar, 2003).

Spektrofototometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari spektrofotometer dan fotometer. Spektrofotometer menghasilkan sinar dari

spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorbsi. Jadi spektofotometer digunakan untuk mengukur energi sacara relatif jika energi tersebut

ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang. pada spektrofotometer, panjang gelombang yang benar – benar

(22)

Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak yang kontinyu, monokromator, sel pengabsorpsi untuk larutan sampel atau blangko dan suatu alat

untuk mengukur perbedaan abrorpsi antara sampel dan blangko ataupun pembanding ( Khopkar, 2003 ).

2.6.2.Gangguan Analisa Spektrofotometri

Untuk mendapatkan hasil pengukuran yang akurat didalam analisa

spektrofotometri maka kita harus menghilangkan beberapa gangguan yang mungkin disebabkan oleh sampel adalah:

a. Sianida, nitrit, dan polifosfat yang dapat mengganggu reaksi dalam

pengukuran tersebut dinetralkan melalui pendidihan sampel.

b. Kram dan seng (kalau konsentrasinya 10 kali konsentrasi besi, kobalt

dan tembaga kalau > 5 mg/l) dan nikel (kalau > 2 mg/l) yang biasanya dapat ditemui pada air limbah dan dapat dihilangkan dengan penambahan hidroksilamin

c. Bismut, Cadmium, air raksa dan perak dapat pula mengendapkan fenantrolin, dalam masalah ini maka konsentrasi fenantrolin harus

dinaikkan

d. Warna dan zat organic (kalau > 20 mg/l) juga mengganggu. Cara menghilangkannya yaitu sampel harus diuapkan dengan hati – hati

dalam oven (5500), kemudian didinginkan dan dilarutkan kembali dengan HNO3 (p)

(23)

Gangguan – gangguan lain yang terjadi pada saat pengukuran juga dapat mengganggu hasil analisa adalah:

a. Sidik jari, kotoran padat yang melekat kuat pada sel yang digunakan, sehingga dapat menyerap radiasi dari sinar yang dihasilkan

b. Penempatan sel dalam sinar harus ditiru kembali

c. Gelembung gas tidak boleh ada didalam lintasan optic, karena dapat mengganggu pada saat pembacaan hasil

d. Panjang gelombang, ketidakstabilan pada sirkuit harus diteliti dan diperbaiki (Underwood, 1980)

Referensi

Dokumen terkait

Heading pesawat didapat pada saat pesawat mengalami perpindahan posisi (latitude dan longitude). Sudut dan jarak estimasi dari titik awal ke titik tujuan didapat dari perbedaan

Adapun sediaan salep rnata yang dipakai dalam pene litian ini adalah salep mata yang mengandung ^oxytetra- cyclin1, dari hasil survey pada 10 apotik di kecamatan Rungkut

Berdasarkan bagan diatas, pengembangan destinasi wisata di Desa Bukit Terak memiliki beberapa faktor yang menunjang upaya pengembangan dalam membangun sebuah desa

Unsur-unsur Fe, Na, Mn, dan Zn memiliki bentuk radionuklida dengan umur paruh panjang, hal ini menunjukkan bahwa pengukuran radionuklida yang memiliki waktu paruh

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan lama pencahayaan 6 jam pada malam hari menghasilkan kecernaan protein, retensi nitrogen, rasio efisiensi protein dan

353 14326002710699 MARTINA LELYEMIN SD/MI Guru Kelas SD SD YPPK WILLIBRORDUS I REMU Kota Sorong Sudah UKA.

Dari beberapa pengertian tersebut maka yang dimaksud layanan penguasaan konten adalah proses pemberian bantuan kepada peserta didik baik sendiri maupun kelompok untuk

Memperhatikan kebutuhan bahan ajar interaktif menulis kreatif dan pengembangan gerakan cinta bahasa Indonesia, maka peneliti berusaha untuk