• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Karakteristik Pasangan Usia Subur Dan Kualitas Pelayanan Kb Terhadap Utilisasi Alat Kontrasepsi Di Kecamatan Sibolga Selatan Kota Sibolga Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Karakteristik Pasangan Usia Subur Dan Kualitas Pelayanan Kb Terhadap Utilisasi Alat Kontrasepsi Di Kecamatan Sibolga Selatan Kota Sibolga Tahun 2015"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN TEORITIS

2.1. Konsep Keluarga Berencana 2.1.1. Definisi Keluarga Berencana

Menurut WHO (World Health Organization) Expert Commite 1970, keluarga

berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari

kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang sangat

diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran

dalam hubungan dengan umur istri serta menentukan jumlah anak dalam keluarga.

Keluarga Berencana (KB) dapat diartikan sebagai suatu usaha yang mengatur

banyaknya kehamilan sedemikian rupa sehingga berdampak positif bagi ibu, bayi,

ayah serta keluarganya yang bersangkutan tidak akan menimbulkan kerugian sebagai

akibat langsung dari kehamilan tersebut (Suratun, dkk, 2008 ). KB adalah tindakan

yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk menghindari kelahiran yang

tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval

diantara kelahiran (Hartanto, 2004; 27).

2.1.2. Sejarah Keluarga Berencana (KB) di Indonesia

Pelopor gerakan Keluarga Berencana di Indonesia adalah Perkumpulan

Keluarga Berencana Indonesia atau PKBI yang didirikan di Jakarta tanggal 23

Desember 1957 dan diikuti sebagai badan hukum oleh Depkes tahun 1967 yang

(2)

memerlukan bantuan secara sukarela, usaha Keluarga Berencana terus meningkat

terutama setelah pidato pemimpin negara pada tanggal 16 Agustus 1967 dimana

gerakan Keluarga Berencana di Indonesia memasuki era peralihan jika selama orde

lama program gerakan Keluarga Berencana dilakukan oleh sekelompok tenaga

sukarela yang beroperasi secara diam-diam karena pimpinan negara pada waktu itu

anti kepada Keluarga Berencana maka dalam masa orde baru gerakan Keluarga

Berencana diakui dan dimasukkan dalam program pemerintah. Sebelum 1957–

Pembatasan

wisuh/ bilas lia

memulai di poliklinik bagia

Palembang, Medan).

Struktur organisasi program gerakan Keluarga Berencana juga mengalami

perubahan tanggal 17 Oktober 1968 didirikanlah LKBN yaitu Lembaga Keluarga

Berencana Nasional sebagai semi Pemerintah, terbentuk LKBN (Lembaga

Berencanan Nasional) yang mempunyai tugas pokok mewujudkan kesejahteraan

sosial,

BKKBN atau Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional yang merupakan

badan resmi pemerintah dan departemen dan bertanggung jawab penuh terhadap

(3)

sehingga mulai diselenggarakan latihan untuk PLKB (Petugas Lapanga

2.1.3. Tujuan, Sasaran dan Strategi Gerakan Keluarga Berencana

1. Tujuan gerakan KB nasional

Tujuan utama program KB Nasional adalah untuk mewujudkan keluarga kecil

bahagia sejahtera yang menjadi dasar bagi terwujudnya masyarakat yang sejahtera

dengan memenuhi permintaan masyarakat akan pelayanan KB dan kesehatan

reproduksi yang berkualitas, menurunkan angka kematian ibu dan bayi serta

penanggulangan masalah kesehatan reproduksi.

2. Sasaran gerakan keluarga berencana

Untuk mewujudkan NKKBS maka Sasaran program KB dibagi menjadi 2 yaitu

sasaran langsung dan sasaran tidak langsung, tergantung dari tujuan yang ingin

dicapai. Sasaran langsungnya adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yaitu pasangan

suami istri yang hidup bersama dimana istrinya berusia 15-45 tahun yang harus

dimotivasi terus-menerus yang bertujuan untuk menurunkan tingkat kelahiran

dengan cara penggunaan kontrasepsi secara berkelanjutan. Sedangkan sasaran

tidak langsungnya adalah Non PUS yaitu pelaksana dan pengelola KB, anak

sekolah, orang yang belum menikah, pasangan di atas 45 tahun, tokoh

masyarakat). Institusional, yaitu berbagai organisasi, lembaga masyarakat,

pemerintah dan swasta. dengan tujuan menurunkan tingkat kelahiran melalui

pendekatan kebijaksanaan kependudukan terpadu dalam rangka mencapai

(4)

3. Strategi gerakan KB nasional

Strategi Gerakan KB Nasional dibagi 2 yaitu : Strategi dasar dan Strategi

operasional,

a. Strategi dasar

Lima grand strategi (strategi dasar) yang merupakan program utama dalam

mensukseskan Keluarga Berencana Nasional guna mewujudkan keluarga kecil

bahagia sejahtera.

1) Menggerakkan dan memberdayakan seluruh masyarakat dalam program

KB

2) Menata kembali pengelolaan KB

3) Memperkuat sumber daya manusia operasional program KB

4) Meningkatkan ketahanan dan kesejahteraan keluarga melalui pelayanan

KB

5) Meningkatkan pembiayaan program KB.

Untuk menggerakkan dan memberdayakan seluruh masyarakat dalam

program KB haruslah tokoh masyarakat dan tokoh agama aktif pada setiap

desa serta pelayanan KB berkualitas disetiap desa atau kelurahan

tertinggal dan terpencil serta di perbatasan, memberikan promosi dan

konseling kesehatan reproduksi. Program KB yang terintegrasi dengan

outcome yang jelas, sitem informasi yang up to date, fasilitas, advokasi

dan supervisi dari pusat untuk daerah, jejaring kerja yang aktif dengan

(5)

semua merupakan bentuk menata kembali pengelolaan KB. Memperkuat

SDM operasinal KB dengan mengelola KB untuk setiap kecamatan serta

petugas KB dengan jumlah yang memadai dengan kompetensi yang baik

dan petugas lapangan KB maupun petugas KB terlatih untuk setiap desa

atau kelurahan. Meningkatkan ketahanan dan kesejahteraan keluarga

melalui KB untuk seluruh keluarga dengan balita, aktif jadi anggota badab

KB, pra keluarga sejahtera anggota unit pembinaan dan peningkatan

keluarga sejahtera punya usaha ekonomi produktif, kelompok percontohan

bina keluarha remaja untuk setiap kecamatan serta bina lingkungan

keluarga untuk kabupaten/kota. Sedangkan untuk meningkatkan

pembiayaan program KB dengan memprioritaskan peanggaran dari pusat

ke daerah, sistem pembiayaan terutama bagi rakyat miskin serta alat/obat

kontrasepsi dengan harga terjangkau disetiap kecamatan.

b. Strategi operasional

Dalam operasionalnya program Keluarga Berencana Nasional dapat

dirumuskan dalam suatu strategi yang dinamakan dengan Pancakarya , yaitu :

1) Karya I : Mendorong pasangan usia subur (PUS) yaitu istri yang

belum berusia 30 tahun dan anaknya baru satu orang agar

merasa cukup memiliki 2 orang anak saja.

2) Karya II : Membantu PUS yang berusia lebih dari 30 tahun dan

anaknya lebih dari tiga orang agar tidak menambah anak

(6)

3) Karya III : Mengarahkan generasi muda untuk menghayati dan

menerapkan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera

(NKKBS).

4) Karya IV : Memperkuat proses pelembagaan keluarga berencana

dalam masyarakat sehingga pelayanan keluarga berencana

bukan hanya tugas pemerintah, akan tetapi dari dan untuk

masyarakat sendiri.

5) Karya V : Memperkuat proses pelembagaan dengan dukungan

psikologis, sehingga setiap insan mengadopsi NKKBS dan

ber KB atas kemauan sendiri.

2.1.4. Pelaksanaan Operasional dan Tujuan Akhir Gerakan KB Nasional

1. Pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE)

Pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi dilakukan dengan memberikan

penerangan konseling, advokasi, penerangan kelompok (penyuluhan) dan

penerangan massa melalui media cetak, elektronik. Dengan penerangan, motivasi

diharapkan meningkat sehingga terjadi peningkatan pengetahuan, perubahan

sikap dan perilaku masyarakat dalam berKB, melalui pendewasaan usia

perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan

kesejahteraan keluarga sehingga tercapai Norma Keluarga Kecil Bahagia dan

(7)

2. Pelayanan kontrasepsi dan pengayoman peserta KB

Dikembangkan program reproduksi keluarga sejahtera. Para wanita baik sebagai

calon ibu atau ibu, merupakan anggota keluarga yang paling rentan mempunyai

potensi yang besar untuk mendapatkan KIE dan pelayanan KB yang tepat dan

benar dalam mempertahankan fungsi reproduksi. Reproduksi sehat sejahtera

adalah suatu keadaan sehat baik fisk, mental dan kesejahteraan sosial secara utuh

pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses

reproduksi. Bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit dan kecacatan serta

dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup

spiritual dan material, bertaqwa kepada Tuhan YME, memiliki hubungan yang

serasi, selaras dan seimbang antar anggota dan antara keluarga dengan

lingkungan. Dalam mencapai sasaran reproduksi sehat, dikembangkan 2 gerakan

yaitu: pengembangan gerakan KB yang makin mandiri dan gerakan keluarga

sehat sejahtera dan gerakan keluarga sadar HIV/AIDS. Pengayoman, melalui

program ASKABI (Asuransi Keluarga Berencana Indonesia), tujuan agar merasa

aman dan terlindung apabila terjadi komplikasi dan kegagalan.

3. Peran Serta Masyarakat dan Institusi Pemerintah

Peran Serta Masyarakat (PSM) ditonjolkan pendekatan masyarakat serta kerjasama

institusi pemerintah (Dinas Kesehatan, BKKBN, Depag, RS, Puskesmas).

4. Pendidikan KB.

Melalui jalur pendidikan (sekolah) dan pelatihan, baik petugas KB, bidan, dokter

(8)

5. Tujuan akhir gerakan KB nasional

Tujuan akhir KB adalah terwujudnya keluarga kecil bahagia dan sejahtera, yang

ciri-cirinya adalah: (1) Menikah pada usia yang cukup dewasa, (2) Sebelum

menikah sudah cukup matang kepribadiannya sehingga siap mengahadapi

masalah kehidupan keluarga, (3) Calon suami dan calon istri telah memiliki mata

pencaharian yang biasa menjamin kehidupan dan kebutuhan

ekonomikeluarganya, (4) Suami dan istri bersedia memberikan jarak yang cukup

bagi kehamilan anak kedua agar dapat memberikan waktu dan perhatian yang

cukup untuk membina dan menyusui anaknya yang pertama dengan baik dan

benar, (5) Suami dan istri sepakat untuk mempunyai anak 2 orang saja, (6) Suami

dan istri keduanya secara dini telah mempersiapkan diri secara fisik, mental,

social, dan agama guna menghadapi masalah hari tuanya.

2.1.5. Pendekatan Baru Program KB

Pendekatan baru program KB dengan mengedepankan dua (2) hal yaitu:

Kesehatan Reproduksi dan Hak Konsumen. Konsep kesehatan reproduksi membuka

wawasan baru bahwa tujuan yang ingin di capai bukan target demografis, tetapi

tercapainya suatu keadaan sehat dari segi kemampuan reproduksi manusia. Yang

ingin dicapai secara khusus adalah peningkatan kontrol perempuan atas tubuh dan

hidupnya (Juliantora D, 2000).

1. Kesehatan Reproduksi menurut defenisi WHO 1992 adalah suatu keadaan

sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau

(9)

serta prosesnya. Penggunanan kontrasepsi bagi PUS bertujuan untuk

mencapai kesehatan reproduksi yang optimal. Departemen Kesehatan

menggariskan kebijakan pelayanan KB berdasarkan azas kafetaria, sukarela,

disesuaikan dengan kebutuhan calon peserta dan menjujung tinggi norma-norma

kehidupan dalam masyarakat sesuai peraturan dan perundangan yang berlaku.

Guna meningkatkan penggunaan pelayanan maka petugas KB harus mempunyai

pengetahuan dan tekhnis media dan manajerial yang memadai. Pemberian

konseling pra dan paska pelayanan menjadi bagian dari pelayanan KB, sedangkan

untuk memberi rasa aman dan nyaman bagi peserta dilakukan pengayoman

terhadap efek samping dan komplikasi, mulai dari tingkat rumah tangga sampai

tingkat pelayanan KB tertinggi.

2. Hak Konsumen kontrasepsi

Pemenuhan hak konsumen kontrasepsi merupakan salah satu upaya meningkatkan

pemanfatan pelayanan KB dan bersifat positif bagi pengembangan pelayanan

kontrasepsi. Dengan kata lain apabila hak konsumen sudah dipenuhi maka

pemanfaatan pelayanan KB dapat terjadi.

Hak konsumen kontrasepsi di Indonesia mengacu pada hak konsumen kontrasepsi

dari International Planned Parenthodd Federation ( IPPF) yaitu :

a. Hak informasi yaitu hak untuk mendapat informasi selengkapnya mungkin

(10)

b. Hak akses layanan kesehatan reproduksi yaitu hak untuk memperoleh

pelayanan kontrasepsi kepada semua konsumen tanpa memandang status

sosial, ekonomi, politik, agama, dan geografis.

c. Hak atas pilihan yaitu hak untuk memutuskan secara bebas metode KB yang

paling tepat bagi dirinya. Pemenuhan hak atas pemberian informasi yang

lengkap akan membantu konsumen dalam pengambilan keputusan untuk

menggunakan jenis kontrasepsi yang akan tepat.

d. Hak keamanan yaitu hak untuk memperoleh pelayanan KB yang aman,

efektif.

e. Hak privasi yaitu hak atas privasi dalam konseling dan pelayanan KB.

f. Hak kerahasiaan yaitu hak atas kerahasiaan pribadi berkaitan dengan hal -hal

yang berhubungan dengan pelayanan ya ng diterima oleh peserta KB tidak

boleh disebarluaskan kepada orang lain.

g. Hak penghargaan yaitu hak atas pelayanan manusiawi dengan penuh

penghargaan dan perhatian oleh pelayanan KB.

h. Hak kenyamanan yaitu hak memperoleh kenyamanan dalam pelayanan.

i. Hak layanan berlanjut hak mendapat jaminan persediaan metode KB secara

lengkap dan pelayanan berkesinambungan selama diperlukan.

j. Hak berpendapat yaitu konsumen berhak untuk memberi pendapat tu

mengajukan usul tentang mutu pelayanan tentang pekayanan yang diterima.

k. Hak ganti rugi yaitu hak untuk memperoleh ganti rugi apabila terjadi kerugian

(11)

2.1.6. Pelaksanaan Program KB

Salah satu cara untuk mewujudkan keluarga yang sakinah adalah mengikuti

program Keluarga Berencana (KB). KB secara prinsipil dapat diterima oleh Islam,

bahkan KB dengan maksud menciptakan keluarga sejahtera yang berkualitas dan

melahirkan keturunan yang tangguh sangat sejalan dengan tujuan syari`at Islam yaitu

mewujudkan kemashlahatan bagi umatnya, KB merupakan salah satu upaya

pemerintah yang dikoordinir oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga

Berencana (BPPKB), dengan program untuk membangun keluarga-keluarga bahagia

dan sejahtera serta menjadikan keluarga yang berkualitas.

KB dapat dipahami juga sebagai suatu program nasional yang dijalankan

pemerintah untuk mengurangi populasi penduduk, karena diasumsikan pertumbuhan

populasi penduduk tidak seimbang dengan ketersediaan barang dan jasa. Pelaksanaan

program tersebut salah satunya adalah dengan cara menganjurkan. setiap keluarga

agar mengatur dan merencanakan kelahiran anak, dengan menggunakan alat

kontrasepsi modern. Sebab, dengan mengatur kelahiran anak, keluarga biasanya akan

lebih mudah menyeimbangkan antara keadaan dan kebutuhan, pendapatan dan

pengeluaran. Dan pada akhirnya dapat lebih mudah membentuk sebuah keluarga

bahagia dan sejahtera. Bila pertumbuhan penduduk dapat ditekan, maka masalah

yang dihadapi tidak seberat menghadapi pertumbuhan penduduk yang tidak

(12)

2.1.7. Definisi Kontrasepsi

Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti ‘mencegah’ atau ‘melawan’ dan

konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sperma yang

mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari / mencegah

terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan

sperma.

Kontrasepsi adalah upaya mencegah kehamilan yang bersifat sementara

ataupun menetap. Kontrasepsi dapat di lakukan tanpa menggunakan alat, secara

mekanis, menggunakan obat/alat, atau dengan operasi (Mansjoer. A, 2009).

2.1.8. Jenis Metode Kontrasepsi

Ada dua pembagian cara kontrasepsi, yaitu cara kontrasepsi sederhana dan

cara kontrasepsi modern (metode efektif).

1. Kontrasepsi sederhana

Kontrasepsi sederhana terbagi lagi atas kontrasepsi tanpa alat dan kontrasepsi

dengan alat/obat. Kontrasepsi sederhana tanpa alat dapat dilakukan dengan

senggama terputus dan pantang berkala. Sedangkan kontrasepsi dengan alat/obat

dapat dilakukan dengan menggunakan kondom, diafragma atau cup, cream, jelly

atau tablet berbusa (vaginal tablet).

2. Cara kontrasepsi modern/metode efektif

Cara kontrasepsi ini dibedakan atas kontrasepsi tidak permanen dan kontrasepsi

permanen. Kontrasepsi tidak permanen dapat dilakukan dengan pil, AKDR (Alat

(13)

permanen dapat dilakukan dengan metode mantap, yaitu dengan operasi

tubektomi (sterilisasi pada wanita) dan vasektomi (sterilisasi pada pria).

2.1.9. Syarat Kontrasepsi Ideal

Sampai saat ini belum tersedia satu metode kontrasepsi yang benar–benar

100% ideal sempurna. Pilihan metode kontrasepsi umumnya dalam bentuk cafeteria

atau supermarket, dimana calon akseptor memilih sendiri metode kontrasepsi yang

diinginkannya (Hartanto, 2003).

Syarat-syarat yang harus di penuhi oleh suatu metode kontrasepsi yang baik

ialah:

1. Dapat dipercaya

2. Tidak menimbulkan efek yang mengganggu kesehatan

3. Daya kerjanya dapat diatur menurut kebutuhan

4. Tidak menimbulkan gangguan sewaktu melakukan coitus

5. Tidak memerlukan motivasi terus-menerus

6. Mudah pelaksanaannya

7. Murah harganya sehingga dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat

8. Dapat diterima penggunaannya oleh pasangan yang bersangkutan

9. Pemakaian jangka lama (Hartanto, 2003)

2.2. Konsep Mutu Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat

(14)

rata-rata penduduk, serta yang penyelengaraannya sesuai dengan kode etik dan

standar pelayanan profesi yang telah ditetapkan (Azwar, 1995).

Ukuran-ukuran pelayanan kesehatan yang bermutu lebih bersifat luas,

karenanya didalamnya tercakup penilaian terhadap kepuasan pasien mengenai :

1. Ketersediaan pelayanan kesehatan (available)

Untuk dapat menimbulkan kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan, maka

syarat yang harus dipenuhi adalah ketersediaan pelayanan kesehatan tersebut.

Sehingga sering disebut, suatu pelayanan kesehatan adalah pelayanan yang

bermutu apabila pelayanan kesehatan tersebut tersedia di masyarakat.

2. Kewajaran pelayanan kesehatan (appropriate)

Pelayanan kesehatan sebagai pelayanan bermutu apabila pelayanan tersebut

bersifat wajar, dalam arti dapat mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi.

3. Kesinambungan pelayanan kesehatan (continue).

Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah apabila pelayanan kesehatan tersebut

bersifat berkesinambungan, dalam arti tersedia setiap saat, baik menurut waktu

atau apapun kebutuhan pemakai jasa pelayanan kesehatan.

4. Penerimaan pelayanan kesehatan (acceptable)

Pelayanan kesehatan tersebut harus dapat diupayakan diterima oleh pemakai jasa.

5. Ketercapaian pelayanan kesehatan (accesible)

Pelayanan kesehatan yang lokasinya tidak terlalu jauh dari daerah tempat tinggal

(15)

6. Keterjangkauan pelayanan kesehatan (affordable)

Pelayanan kesehatan yang terlalu mahal tidak akan dapat dijangkau oleh semua

pemakai jasa pelayanan kesehatan, dan karenanya tidak akan memuaskan pasien.

Sebagai jalan keluarnya, disarankan perlunya mengupayakan pelayanan kesehatan

yang biayanya sesuai dengan kemampuan pemakai jasa pelayanan kesehatan.

Karena keterjangkauan pelayanan kesehatan erat hubungannya dengan kepuasan

pasien, dan kepuasan pasien berhubungan dengan mutu pelayanan, maka suatu

pelayanan kesehatan disebut sebagai pelayanan yang bermutu apabila pelayanan

dapat dijangkau oleh pemakai jasa pelayanan kesehatan.

7. Efisiensi pelayanan kesehatan (Efficient)

Pelayanan kesehatan dapat diselenggarakan secara efisien.

8. Mutu Pelayanan Kesehatan (quality)

Mutu pelayanan kesehatan yang dimaksudkan disini adalah yang menunjuk pada

kesembuhan penyakit serta keamanan tindakan, yang apabila berhasil diwujudkan

pasti akan memuaskan pasien. Bertitik tolak dari pendapat adanya kaitan antara

mutu dengan kepuasan, maka suatu pelayanan kesehatan disebut sebagai

pelayanan yang bermutu apabila pelayanan tersebut dapat menyembuhkan pasien

(16)

2.3. Pelayanan KB

2.3.1. Pelayanan Penggunaan Alat Kontrasepsi

Pelayanan kontrasepsi mempunyai dua tujuan yaitu tujuan umum adalah

pemberian dukungan dan pemantapan penerimaan gagasan KB yaitu di hayatinya

NKKBS dan tujuan pokok adalah penurunan angka kelahiran yang bermakna.

Guna mencapai tujuan tersebut maka ditempuh kebijaksanaan

mengkategorikan tiga fase untuk mencapai sasaran yaitu:

1. Fase menunda perkawinan/kesuburan.

2. Fase menjarangkan kehamilan.

3. Fase menghentikan/mengakhiri kehamilan/kesuburan.

Maksud kebijaksanaan tersebut yaitu untuk menyelamatkan ibu dan anak

akibat melahirkan pada usia muda, jarak kelahiran yang terlalu dekat dan melahirkan

pada usia tua.

1. Fase menunda/mencegah kehamilan:

Fase menunda kehamilan bagi PUS dengan usia istri kurang dari 20 tahun di

anjurkan untuk menunda kehamilannya. Alasan menunda/mencegah kehamilan:

a. Umur di bawah 20 tahun adalah usia yang sebaiknya tidak mempunyai anak

dulu karena berbagai alasan.

b. Prioritas penggunaan kontrasepsi pil-oral karena peserta masih muda.

c. Penggunaan kondom kurang menguntungkan,karena pasangan muda masih

tinggi frekuensi ber-senggamanya, sehingga akan mempunyai kegagalan

(17)

d. Pasangan IUD-Mini bagi yang belum mempunyai anak pada masa ini dapat di

anjurkan, terlebih pada calon peserta dengan kontra-indikasi terhadap pil oral.

Ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan:

a. Reversibilitas yang tinggi, artinya kembalinya kesuburan dapat terjamin

hampir 100%, karena pada masa ini peserta belum mempunyai anak.

b. Efektivitas yang tinggi, karena kegagalan akan menyebabkan terjadinya

kehamilan dengan resiko tinggi dan kegagalan ini merupakan kegagalan

progam.

2. Fase menjarangkan kehamilan:

Periode usia istri antara 20-30/35 tahun merupakan usia yang paling baik untuk

melahirkan, dengan jumlah anak 2 orang dan jarak antara kelahiran adalah 2

sampai 4 tahun. Ini di kenal dengan “Catur Warga”. Alasan menjarangkan

kehamilan:

a. Umur antara 20 sampai 30 tahun merupakan usia yang terbaik untuk

mengandung dan melahirkan.

b. Segera setelah anak pertama lahir, maka di anjurkan untuk memakai IUD

sebagai pilihan utama.

c. Kegagalan yang menyebabkan kehamilan yang cukup tinggi namun di sini

tidak/kurang berbahaya karena yang bersangkutan berada pada usia

mengandung dan melahirkan yang baik.

(18)

Ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan :

a. Efektivitas cukup tinggi.

b. Reversibilitas cukup tinggi karena peserta masih mengharapkan punya anak

lagi

c. Dapat di pakai 2 sampai 4 tahun yaitu sesuai dengan jarak kehamilan anak

yang di rencanakan.

d. Tidak menghambat Air Susu Ibu (ASI), karena ASI adalah makanan terbaik

untuk bayi sampai umur 2 tahun dan akan memengaruhi angkakesakitan dan

kematian anak.

3. Fase menghentikan/mengakhiri kehamilan/kesuburan:

Periode umur istri di atas 30 tahun, terutama di atas 35 tahun,sebaiknya

mengakhiri kesuburan setelah mempunyai 2 orang anak. Alasan mengakhiri

kesuburan:

a. Ibu-ibu dengan usia di atas 30 tahun di anjurkan untuk tidak hamil / tidak

punya anak lagi, karena alasan medis dan alasan lainnya.

b. Pilihan utama adalah kontrasepsi mantap.

c. Pil oral kurang dianjurkan karena usia ibu yang relatif tua dan mempunyai

kemungkinan timbulnya akibat sampingan dan komplikasi.

Ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan :

a. Efektivitas sangat tinggi.

(19)

c. Tidak menambah kelainan yang sudah ada. Pada masa usia tua kelainan

seperti penyakit jantung, darah tinggi, keganasan dan metabolic biasanya

meningkat, oleh karena itu sebaiknya tidak di berikan cara kontrasepsi yang

menambah kelainan tersebut (Hartanto, 2004).

2.3.2. Faktor-faktor dalam Memilih Metode Kontrasepsi

Sebelum menetapkan suatu metode kontrasepsi faktor pasangan-motivasi dan

rehabilitas: umur, gaya hidup, frekwensi senggama, jumlah keluarga yang di

inginkan, pengalaman dengan kontrasepsi yang lalu, faktor kesehatan –

kontraindikasi absolute atau relative : Status kesehatan, riwayat haid, riwayat

keluarga, pemeriksaan fisik, pemeriksaan panggul, faktor metode kontrasepsi –

penerimaan dan pemakaian berkesinambungan: efektifitas, efek samping minor,

kerugian, komplikasi-komplikasi yang potensial, biaya. Dalam hal memilih metode

kontrasepsi, kita harus dapat memandangnya dari dua sudut yaitu: dari pihak calon

akseptor dan pihak medis / petugas KB.

1. Pihak calon akseptor

Dengan belum tersedianya metode kontrasepsi yang benar-benar 100% sempurna,

maka ada dua hal yang sangat penting untuk di ketahui oleh pasangan calon

akseptor, yaitu: efektifitas dan keamanan (Hartanto, 2004).

a. Efektifitas

Petugas KB sering mendapatkan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

Apakah metode ini benar-benar ampuh, Metode apa yang paling efektif,

(20)

bila telah ikut KB. Karena pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak dapat di

jawab secara pasti untuk setiap individu wanita, di anggap paling baik

menjawabnya dengan dua cara yaitu : Angka kegagalan bagi pasangan suami

istri yang memakai metode kontrasepsi secara konsisten dan benar

(theoretical atau biological effectiveness), kegagalan cara (kegagalan metode)

(method failure) dan angka kegagalan bagi pasangan suami istri dalam kondisi

kehidupan sehari-hari/sebenarnya (use effectiveness), kegagalan pemakai

(user failure).

b. Keamanan

Seperti halnya semua kontrasepsi mempunyai kegagalan, maka semua

kontrasepsi juga menimbulkan resiko tertentu pada pemakainya, yaitu: adanya

risiko yang berhubungan dengan metode itu sendiri, misalnya kematian,

hospitalisasi, histerektomi, infeksi dan lain-lain, kemudian adanya risiko yang

potensial dalam bentuk ketidaknyamanan (inconvenience), misalnya

senggama menjadi kurang/tidak menyenangkan, biaya yang tinggi dan

lain-lain.

2. Pihak medis/petugas KB

Di samping ke dua hal tersebut di atas,untuk pihak medis/petugas KB masih ada

hal-hal lain yang penting dan perlu di pertimbangkan, yaitu: Upaya melindungi

kesuburan/fertilitas dari akseptor, Keuntungan non kontraseptif, Kontra indikasi,

(21)

untuk calon akseptor pil-oral dan IUD, Menghindari pendekatan dengan poli

farmasi, Kerjasama antara Suami dan istri (Hartanto. H, 2004).

Faktor-faktor yang dapat memengaruhi pemilihan metode/alat kontrasepsi

lainnya adalah:

1. Faktor internal

Faktor internal adalah factor-faktor yang menyangkut bagian dalam diri suami

dari para akseptor KB sendiri (Lukman Ali, 1995). Faktor internal sendiri disini

meliputi pengetahuan yaitu pengetahuan suami dari akseptor KB tentang metode /

alat-alat kontrasepsi (Ayurai, 2009).

a. Pengetahuan

Pengetahuan adalah segala apa yang diketahui berkenan dengan sesuatu hal.

Pengetahuan secara umum berhubungan dengan mengingat pada bahan yang

sudah dipelajari (Sudirman, 1987) (Ayurai, 2009).

b. Motivasi

Motivasi adalah tingkah laku ke arah satu tujuan dengan didasari adanya suatu

kebutuhan (A.Tabrai, Refrigerant. 1996) (Ayurai, 2009). Motivasi adalah

keinginan dalam diri manusia yang menimbulkan, mengarahkan dan

mengorganisasikan tingkah lakunya untuk memenuhi kebutuhannya yang

(22)

2. Faktor eksternal

a. Petugas kesehatan

Petugas kesehatan adalah orang yang berpendidikan serta berpengalaman

khusus dalam bidang kesehatan. Yang dimaksud disini adalah petugas

kesehatan (dokter, bidan, perawat kesehatan) masyarakat yang sudah

mendapat latihan khusus KB (Ayurai, 2009).

b. Sosial budaya

Sosial budaya adalah lingkungan yang memengaruhi kita termasuk cara

pergaulannya, adat istiadatnya, agama dan kepercayaannya (Depkes RI,

1996). Pada tahun 1871 seorang antropolog yaitu E.B Taylor pernah mencoba

memberikan definisi mengenai kebudayaan. Kebudayaan adalah kompleks

yang mencakup pengetahuan, kepercayaan seni, moral, kebiasan yang didapat

dari nenek moyang dan diwariskan oleh masyarakat setempat (Depkes RI,

1996) (Ayurai, 2009).

2.3.3. KIE dalam Pelayanan KB 2.3.3.1. Pengertian KIE

Adalah Suatu proses penyampaian pesan ,informasi yang diberikan kepada

masyarakat tentang program KB baik menggunakan media seperti: Radio,T ,Pers,

Film,Mobil unit penerangan ,penerbitan ,kegiatan promosi , pameran dengan tujuan

utama adlah untuk memecahkan masalah dalam lingkungan masyarakat dalam

(23)

1. Komunikasi

Penyampaian pesan secara langsung ataupun tidak langsung melalui saluran

komunikasi kepada penerima pesan, untuk mendapatkan suatu efek (DEPKES RI,

1984). Menurut Effendy (1998), komunikasi adalah pertukaran pikiran atau

keterangan dalam rangka menciptakan rasa saling mengerti dan saling percaya,

demi terwujudnya hubungan yang baik antara seseorang dengan orang lain.

Komunikasi adalah pertukaran fakta, gagasan, opini atau emosi antara dua orang

atau lebih. Komunikasi kesehatan adalah usaha yang sistematis untuk

memengaruhi secara positif perilaku kesehatan masyarakat, dengan menggunakan

berbagai prinsip dan metode komunikasi, baik menggunakan komunikasi antar

pribadi maupun komunikasi massa (Notoatmodjo, 2003).

2. Informasi

Informasi adalah keterangan, gagasan, maupun kenyataan-kenyataan yang perlu

diketahui oleh masyarakat (BKKBN, 1993). Sedangkan menurut Depkes, 1990

Informasi adalah pesan yang disampaikan. Informasi adalah suatu hal

pemberitahuan / pesan yang diberikan kepada seseorang atau media kepada orang

lain sesuai dengan kebutuhannya.

3. Edukasi

Pendidikan adalah proses perubahan perilaku kearah yang positif (DEPKES RI,

1990). Menurut Effendy (1998), pendidikan kesehatan merupakan salah satu

kompetensi yang dituntut dari tenaga kesehatan, karena merupakan salah satu

(24)

baik itu terhadap individu, keluarga, kelompok ataupun masyarakat. Pengertian

secara khusus edukasi adalah Suatu bentuk atau model pelaksanaan organisasi

soaial masyarakat dalam memecahkan masalah yang dirasakan oleh masyarakat

dengan pokok penekanan sebagai hal berikut: Pemecahan masalah dan proses

pemecahan masalah. Pengembangan Provider merupakan bagian dari proses

pengembangan masyarakat secara keseluruhan.

2.3.3.2. Tujuan KIE dalam Pelayanan KB

Beberapa tujuan KIE dalam Pelayanan KB yaitu sebagai berikut:

1. Meletakkan dasar bagi mekanisme sosio kultural yang dapat menjamin

berlangsungnya proses penerimaan untuk memberikan informasi yang sejelas2nya

tentang aspek medis kontrasepsi kepada calon peserta KB,yang kemudian

mengajak mereka untuk menggunakan cara kontrasepsi yang sesuai dengan

keinginannya.

2. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktek KB sehingga tercapai penambahan

peserta baru.

3. Membina kelestarian peserta KB

4. Mendorong terjadinya proses perubahan perilaku ke arah yang positif,

peningkatan pengetahuan, sikap dan praktik masyarakat (klien) secara wajar

sehingga masyarakat melaksanakannya secara mantap sebagai perilaku yang sehat

(25)

5. Sarana menggunakan metode KB dalam waktu yang cukup lama sehingga

berpengaruh terhadap kelahiran, taraf kesehatan ibu dan keluarga, serta tingkat

kesejahteraan keluarga.

6. Membantu klien dalam mengambil keputusan secara tepat dan cepat

Pedoman untuk memilih metode.

2.3.3.3. Jenis Kegiatan KIE

1. Jenis kegiatan jenis kegiatan KIE

a. Motivasi

Motivasi pada pasien KB meliputi: Berfokus untuk mewujudkan permintaan,

bukan pada kebutuhan individu klien; Menggunakan komunikasi satu arah;

Menggunakan komunikasi individu, kelompok atau massa.

b. Pendidikan KB

Pelayanan KB yang diberikan pada pasien mengandung unsur pendidikan

sebagai berikut: Menyediakan seluruh informasi metode yang tersedia;

Menyediakan informasi terkini dan isu; Menggunakan komunikasi satu arah

atau dua arah; Dapat melalui komunikasi individu, kelompok atau massa;

Menghilangkan rumor dan konsep yang salah.

c. Konseling KB

Konseling KB antara lain: Mendorong klien untuk mengajukan pertanyaan;

Menjadi pendengar aktif; Menjamin klien penuh informasi; Membantu klien

(26)

2. Strategi Kegiatan Dalam Kie

a. KIE Individu

Suatu proses KIE timbul secara langsung antara petugas KIE dengan individu

sasaran program KB.

b. KIE Kelompok

Suatu proses KIE timbul secara langsung antara petugas KIE dengan

kelompok (2-15 orang)

c. KIE Massa

Suatu proses KIE tentang program KB yang dapat dilakukan secara langsung

maupun tidak langsung kepada masyarakat dalam jumlah besar.

Keberhasilan KIE dapat di ukur dengan indicator sebagai berikut:

1. Makin meningkatnya pelayanan/arus KIE sampai kepelosok-pelosok yang semula

belum terjangkau.

2. Makin meningkatnya jumlah-jumlah kelompok masyrakat yang ikut menangani

masalah KIE KB terutama di wilayah atau unit daerah yang tadinya belum

terjangkau Pelayanan KB.

3. Meningkatnya jumlah peserta baru dan peserta lestari/aktif yang mempunyai

pengaru terhadap penurunan tingkat kelahiran.

4. Meningkatnya kesadaran masyarakat dan individu bahwa masalah KB bukan

hanya masalah medis, social dan lain-lainnya, tetapi menyangkut kehidupan

manusia.

(27)

2.4. Konsep Utilisasi Pelayanan Kesehatan 2.4.1. Definisi Utilisasi Pelayanan Kesehatan

Menurut Gunawan Utilisasi berasal dari kata Utilization artinya penggunaan

atau pemanfaatan dan menurut Azwar pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang

diselenggarakan secara sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk

memelihara, meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta

memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat.

2.4.2. Syarat Pokok Pelayanan Kesehatan

Untuk dapat disebut sebagai suatu pelayanan kesehatan yang berkualitas maka

pelayanan kesehatan tersebut harus memiliki persyaratan pokok. Menurut Azwar

(1996), syarat pokok pelayanan kesehatan adalah :

1. Tersedia dan berkesinambungan

Syarat pokok pertama pelayanan kesehatan adalah harus tersedia di masyarkat

serta bersifat berkesinambungan. Arti semua jenis pelayanan kesehatan yang

dibutuhkan oleh masyarakat tidak sulit ditemukan serta keberadaannya dalam

masyarakat ada pada saat masyarakat membutuhkan.

2. Mudah dicapai

Yang dimaksud mudah dicapai dipandang dari segi lokasi artinya pelayanan

kesehatan harus mudah dicapai atau dekat dengan masyarakat.

3. Mudah dijangkau

Maksud mudah dijangkau masyarakat disini dipandang dari segi pembiayaan.

(28)

pelayanan disesuaikan dengan kemampuan ekonomi masyarakat. Diharapkan

pelayanan kesehatan tidak dinikmati oleh golongan masyarakat tertentu saja.

4. Dapat diterima dan wajar

Dapat diterima masyarakat serta bersifat wajar artinya pelayanan kesehatan

tersebut sesuai dengan budaya masyarakat.

5. Bermutu

6. Pengertian bermutu disini menunjukkan pada tingkat kesempurnaan pelayanan

kesehatan yang diselenggarakan, yang disatu pihak dapat memuaskan para

pengguna jasa pelayanan dan dipihak lain tata cara penyelenggaraan sesuai

dengan kode etik serta standar yang telah ditetapkan.

2.4.3. Model Utilisasi Pelayanan Kesehatan

Menurut Anderson, utilisasi pelayanan kesehatan digolongkan menjadi

beberapa model berdasarkan tipe variabel yang digunakan sebagai faktor penentu

1. Model demografi (demografic model)

Variabel yang digunakan dalam model ini adalah umur, jenis kelamin, status

perkawinan dan besarnya keluarga. Perbedaan akan derajat kesehatan, angka

kesakitan dan tingkat penggunaan pelayanan kesehatan diasumsikan akan

berhubungan dengan seluruh variabel diatas. Variabel yang digunakan berasal

dari dalam individu (intrinsik), yang secara langsung akan memengaruhi

(29)

2. Model struktur sosial ( social structure model)

Variabel yang digunakan dalam model ini adalah pendidikan, pekerjaan dan suku

bangsa atau etnis. Penggunaan pelayanan kesehatan adalah suatu aspek gaya

hidup (life style) seseorang yang dipengaruhi oleh lingkungan fisik dan sosial

Psikologisnya. Seseorang yang sedang sakit dengan tingkat pengetahuan dan

pendidikan rendah mencari pertolongan tradisional bila mengalami penyakit

infeksi sedangkan yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi akan merasa

membutuhkan dokter untuk mendapatkan obat anti biotik. Sehingga latar

belakang sosial seseorang berpengaruh pada kebutuhan seseorang dan pada

akhirnya berhubungan dengan tingkat pemanfaatan pelayanan kesehatan.

3. Model sumber daya keluarga ( family resources model)

Variabel yang digunakan dengan menggunakan pendapatan keluarga, cakupan

asuransi keluarga atau sebagai anggota asuransi kesehatan atau pihak – pihak

yang membiayai pelayanan kesehatan keluarga. Variabel ini digunakan untuk

mengukur kemampuan membayar (daya beli) individu atau keluarga untuk

pelayanan kesehatan mereka.

4. Model sumber daya masyarakat (community recources model )

Variabel yang digunakan dalam model ini penyediaan pelayanan kesehatan dan

sumber-sumber dalam masyarakat. Model ini selanjutnya menggambarkan suplai

ekonomis yang berfokus pada keterjangkauan biaya terhadap pelayanan yang ada

(30)

5. Model sosial – psikologis (social psychologis model)

Variabel yang digunakan adalah sikap dan keyakinan (belief) individu.Variabel

social-psikologis pada umumnya terdiri dari 4 kategori,yaitu kerentanan terhadap

penyakit atau sakit yang dirasakan, keseriusan penyakit yang diderita,keuntungan

yang diharapkan dalam mengambil tindakan untuk mengatasi sakit, dan kesiapan

individu.

6. Model organisasi (organization model)

Variabel yang digunakan dalam model yaitu ketersediaan sumber daya, akses

geografis, akses ekonomi untuk penggunaan atau pemanfaatan dari pelayanan

kesehatan.

2.4.4. Penelitian yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Pelayanan KB

Beberapa penelitian yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan KB

antara lain :

1. Menurut Ismay, 2005 menunjukkan bahwa informasi yang diberikan petugas

kepada akseptor tentang metode KBnya masih kurang memadai. Sehingga

akseptor tidak memiliki pengetahuan yang baik tentang kontrasepsi. Hal inilah

yang berdampak pada rendahnya pemanfaatan pelayanan KB.

2. Menurut Kartono, 1999 bahwa PUS tidak memanfaatkan pelayanan KB karena

penyedia pelayanan tidak menydiakan semua metode kontrasepsi. Petugas

cenderung memprioritaskan dan membatasi sauatu metode tertentu karena

(31)

dengan tujuan kontrasepsinya karena alat tidak tersedia sehingga faktor ini akan

berpengaruh pemanfaatan pelayanan KB.

2.5. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian ini menggambarkan faktor-faktor yang diduga

berpengaruh terhadap utilisasi alat kontrasepsi adalah karakteristik PUS di

Kecamatan Sibolga Selatan.

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian

Karakteristik PUS

- Pendidikan

- Pengetahuan

- Pekerjaan

- Penghasilan

Kualitas Pelayanan KB

- Keterjangkauan pelayanan KB

- Kewajaran pelayanan KB

- Kesinambungan pelayanan KB

Gambar

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Demikian berita acara ini dibuat dengan sebenarnya untuk diketahui oleh seluruh calon peserta Lelang Pekerjaan Pengadaan Jasa Konsultansi Perencana

Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, apakah engkau (nabi Muhammad saw.) beri peringatan atau tidak engkau beri peringatan, mereka tidak akan beriman. Allah

Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mendeskripsi model pemantauan SNP selama ini, (2) menghasilkan model pemantauan SNP yang sesuai dengan kebutuhan pengawas sekolah saat ini dan

Buktikan bahwa semua basis dari suatu ruang vektor berdimensi hingga mempunyai Buktikan bahwa semua basis dari suatu ruang vektor berdimensi hingga mempunyai

Zona atraksi wisata yang bersifat terbuka pada tapak diletakkan di sebelah selatan untuk memaksimalkan view dari tapak sungai, serta view dari jalan ke dalam

Bagong yang juga guru besar UNAIR sejak PTN-BH ke-169 akan menyampaikan orasi ilmiah berjudul “Sosiologi Ekonomi: Dinamika Kapitalisme dan Gaya Hidup Masyarakat

Adanya efektifitas pada KUD Ora Et Labora Desa Glagahagung Kecamatan Purwoharjo, maka akan dapat menghasilkan suatu kinerja organisasi yang sesuai

mengembangkan kemahirannya menendang dengan menggunakan kedua belah kakinya. Sebenarnya menendang adalah seni. Teknik ini memerlukan kemampuan mengukur jarak dan arah. Oleh karena