• Tidak ada hasil yang ditemukan

Artikel Landasan Pendidikan MENUMBUHKAN (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Artikel Landasan Pendidikan MENUMBUHKAN (1)"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Artikel Landasan Pendidikan

MENUMBUHKAN PERAN SERTA ANAK DIDIK DALAM USAHA MENINGKATKAN PEMAHAMAN TENTANG PENTINGNYA PENDIDIKAN AGAMA HINDU MELALUI

PENDIDIKAN KARAKTER

OLEH :

NAMA: Ni Luh Komang Sri Aryani Dewi, S.Ag

NIM : 17.1.2.5.2.1007

MAGISTER AGAMA HINDU

INSTITUT HINDU DHARMA NEGERI DENPASAR

(2)

MENUMBUHKAN PERAN SERTA ANAK DIDIK DALAM USAHA MENINGKATKAN pendidikan. Penyimpangan tersebut terjadi karena adanya pengaruh-pengaruh negative yang sangat intens terjadi saat sekarang, baik melalui media elektronik, maupun media sosial lainnya Ini sangat berpengaruh terhadap pemikikaran dan pemahaman anak- anak terutama anak – anak remaja yang pada tahap masih mencari jati diriny masing-masing. Dalam upaya meredam adanya pengaruh negative tersebut di lingkungan sekolah diberikan pendidikan karakter.

Pendidikan karakter yang diberikan disini merupakan sebuah inovasi pemerintah dalam upaya meningkatkan kwalitas dan kwantitas pendidikan yang ada di Indonesia. Perubahan dalam bidang kurikulum inilah pemerintah berupaya keras agar pendidikan di Indonesia akan semakin lebih baik dari sebelumnya. Perubahan kurikulum didasari pada kesadaran bahwa perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara di Indonesia.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi didirinya untuk memiliki spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (Anonim, 2005; 11). Dalam upaya untuk meberdayakan perserta didik dengan maksimal agar memiliki spiritual keagamaan yang baik serta memiliki karakter, maka dipandang perlu untuk meningkatkan peran serta anak didik dalam proses pembelajaran, terutama dalam pemblajaran Agama Hindu dan Budi pekerti.

Agama sering dianggap sebagi suatu yang sepele bagi perserta didik karena menganggap bahwa agama hanya sebatas mereka bisa melaksankan persembahyangan saja, bukan merupakan suatu kebutuhan psikis yang penting bagi mereka. Begitu pula dengan budi pekerti anak pada jaman sekarang sudah sangat merosot pemahamnnya, karena adanya pengaruh yang tidak baik. Oleh karena itu oleh penulis menganggap bahwa memberdayakan anak didik secara maksimal dalam upaya menumbuhkan pemahaman peserta didik dalam pendidikan agama hindu melalui pendidikan karakter. Pemahaman tentang agama sangat penulis pandang perlu, dimana melihat perkembangan yang terjadi pada pergaulan anak-anak sekarang sudah sangat memprihatikan.

(3)

merupakan sebuah kebutuhan pokok yang harus mereka pegang sehingga akan membentuk karakter-karakter bangsa yang diharapkan oleh Bangsa Indonesia yaitu karakter manusia yang memiliki kedisiplinan, tanggung jawab dan berbudi pekerti luhur.

BAB I PENDAHULUAN

Perkembangan kehidupan modern cenderung untuk mengesampingkan atau kurang

memperhatikan kehidupan spiritual, mental dan moralitas. Masyarakat cenderung

berlomba-lomba untuk mencari dan menikmati kehidupan duniawi. Orientasi pada kesenangan dan

kenikmatan menjadikan masyarakat cenderung berlomba-lomba untuk mendapatkan harta benda

dengan melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak berdasarkan dengan Dharma. Masyarakat

cenderung anarkis, perkelahian dan tawuran antar pelajar terjadi dimana-mana dan bahkan antar

kelompok masyarakat yang dipicu oleh hal-hal yang sangat kecil dan tampak sepele. Demikian

pula kehidupan remaja di beberapa kota besar dan bahkan menjalar ke beberapa desa, termasuk

di Bali, beberapa remaja melakukan tindakan penyalahgunaan obat-obatan psikotropika

(narkoba) dan cenderung untuk meninggalkan nilai-nilai luhur ajaran agama yang dianutnya.

Kondisi tersebut berkembang di lingkungan pembelajaran dan menjadi tantangan para

guru termasuk guru Agama Hindu. Menghadapi tantangan yang demikian berat, guru Agama

Hindu harus benar-benar tangguh, kreatif dan inovatif dalam proses pembelajaran. Tugas utama

para guru Agama Hindu tidaklah hanya sebagai pengajar, melainkan sebagai pendidik yang dapat

mentransformasikan nilai-nilai pendidikan Agama Hindu kepada setiap anak didiknya. Untuk itu

melalui tulisan ini diharapkan setiap guru Agama Hindu harus menjadiseorang guru yang

profesional dan mampu menjadi contoh peserta didik dan menjadi contoh dalam lingkungan

(4)

Peserta didik yang memiliki berbagai macam karakter yang berbeda satu dengan yang

lainnya juga merupakan suatu tantangan bagi guru untuk dapat memahami karakteristik anak

didiknya. Mereka yang datang dari berbagai macam latar belakang, dan juga latar sosial yang

berbeda – beda menjadikan keaneka ragaman sifat dan perilaku dari masing-masing anak didik

tersebut, sehingga mampu memberikan warna dalam perjalanan proses belajar dan mengajar

selanjutnya. Dalam proses pembelajaran yang terjadi terutama dalam proses pembelajaran

Agama Hindu hendaknya mampu untuk menumbuhkan sikap dan perilaku peserta didik yang

baik, sopan dan bertanggung jawab, serta mampu menumbuhkan keinginan peserta anak didik

untuk mau lebih memahami dan mendalami agama secara lebih baik lagi.

Menumbuhkan sikap dan perilaku dalam karakter anak perlu diperhatikan mengingat

adanya perbedaan latar belakang peserta didik yang berbagai macam. Pendidikan Agama hindu

mempunyai tujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :

1. Menumbuh kembangkan dan meningkatkan kualitas Sradha dan Bhakti melalui

pemberian, pemupukan, penghayatan dan pengamalan ajaran agama.

2. Membangun insane Hindu yang dapat newujudkan nilai-nilai Moksartham Jagathita

dalam kehidupannya.

Dari uraian di atas jelaslah bahwa Pendidikan Agama Hindu bukan hanya sekedar

pelengkap, akan tetapi merupakan sebuah kebutuhan pokok yang harus dipahami oleh peserta

didik, sehingga mampu menumbuhkan sikap dan perilaku peseta didik yang berkarakter Bangsa

(5)

BAB II

PEMBAHASAN

Pendidikan yang merupakan salah satu sub sektor pembangunan nasional memiliki

peranan penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Hal ini sesuai dengan arah

kebijakan yang tercantum dalam GBHN (1999;24) bidang pendidikan yaitu mengupayakan

perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yaitu mengupayakan perluasan

dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu tinggi bagi seluruh rakyat

Indonesia menuju terciptanya manusia Indonesia berkualitas tinggi dengan peningkatan anggaran

pendidikan secara berarti. Pendidikan yang dimaksud diwujudkan baik melalui jalur pendidikan

sekolah maupun pendidikan luar sekolah (UU Nomor 2 Tahun 1989;75). Kedua jalur pendidikan

itu adalah sebagai suatu sistem pendidikan nasional (faisal, 1981;37). Melalui pendidikan upaya

peningkatan kualitas sumber daya manusia dapat ditempuh dengan berbagai cara seperti

bimbingan, pengajaran atau pelatihan. Sejalan dengan pendapat ini Simanjuntak (1992;24)

menyatakan peningkatan kualitas manusia dapat diupayakan mulai dari program keluarga

berencana, pendidikan formal, latihan kerja serta pengembangan diri di tempat kerja.

Dalam pengembangan diri ini dan mengingat manusia sebagai makhluk sosial supaya

menjadi manusia yang susila, yang berorientasi pada asas akhlak dan moralitas maka dipandang

perlu untuk diberikan pendidikan agama termasuk agama hindu atau pendidikan humaniora.

Dilihat dari fungsinya pendidikan agama hindu memberikan tendensi konstruktif bagi

pemberdayaan manusia menjadi humanistik (manusia yang berperikemanusiaan). Kurikulum

pendidikan agama menekankan bahwa fungsi pendidikan agama antara lain sebagai berikut : (1)

Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan siswa kepada Sang Hyang Widhi

(6)

agama agar bakat tersebut berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk

dirinya sendiri dan orang lain, (3) sumber nilai, yaitu memberikan pedoman untuk mencapai

kebahagiaan didunia dan di akhirat, lahir dan bathin. Lebih lanjut tujuan utama dari

pembelajaran pendidikan agama hindu adalah membentuk manusia berbudi luhur, susila, dan

bijaksana, yaitu manusia dapat menghayati hakikat dari kehidupan yang penuh dengan tantangan

dan penderitaan, manusia yang benar-banar mengetahui sebab akibat sampai terjadinya

penderitaan dan yakin bahwa betapapun bentuk penderitaan itu akan dapat dilenyapkan, karena

telah diketahui jalan dapat membebaskan manusia dari penderitaan (Kurikulum Pendidikan

Agama Hindu SLTA, 1990).

Pendidikan keagamaan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional pada Bab IV bagian kesembilan pasal 30 dijelaskan sebagai

berikut : (1) Pendidikan keagamaan diselenggarakan oleh pemerintah dan/atau kelompok

masyarakat yang dari pemeluk agama, sesuai dengan peraturan perundang-undangan, (2)

Pendidikan keagamaan berfungsi mempersipakan peserta didik menjadi anggota masyarakat

yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan/atau menjadi Ahli Ilmu

Agama, (3) Pendidikan keagamaan dapat diselenggarakan pada jalan pendidikan formal, non

formal dan informal, (4) Pendidikan keagamaan berbentuk pendidikian diniyah, pesantren,

pasraman, dan bentuk lain yang sejenis. (Tim Penyusun, 2005;13).

2.1 PERUBAHAN TINGKAH LAKU

Istilah watak dan kepribadian (karakter) sering digunakan secara bertukar-tukar, secara

tradisional kata watak mengisyaratkan norma tingkah laku tertentu atas dasar mana

individu-individu atau perbuatan – perbuatannya dinilai. Menurut Allport (dalam Hall 1995;24-25)

(7)

mengemukakan kepribadian adalah organisasi dinamik dalam individu atau sistem-sistem

psikofisis yang menentukan penyesuaian dirinya dengan khas terhadap lingkungan.

Menurut Allport perubahan tingkah laku dapat dilihat dari perkembangan kepribadian

dari sejak lahir sampai anak pada masa dewasa. Allport mengemukakan bahwa anak yang baru

lahir (neonates) sebagai makhluk yang eksistensinya nyaris semata-mata berupa Hereditas,

dorongan primitive dan reflex, Neonatus belum memiliki sifat-sifat khusus, yang baru akan

muncul kemudian sebagai akibat dari dari transaksi-transaksi dengan lingkungannya sehingga

anak akan memiliki kepribadian dimana kepribadian itu akan terbentuk setelah adanya

pemenuhan proses pertumbuhan dan pematangan. Dalam proses untuk bertransaksi dengan

lingkungannya maka dengan keadaan seperti ini bagaimana anak dapat digerakkan atau

diberikan motivasi agar proses pertumbuhan dan pematangannya dapat terpenuhi. Pada tahap ini

seorang anak sebagian besar merupakan makhluk yang terdiri atas tegangan-tegangan dan

perasaan. Sehingga perubahan tingkah laku semata-mata bersandar pada pentingnya hadiah,

hukum akibat, atau prinsip-prinsip kenikmatan, akan sangat cocok dijadikan pegangan untuk

menerangkan tingkah laku anak selama tahun-tahun paling awal dalam kehidupan.

Menurut Sheldon (dalam Hall, 1995;88) menyatakan bahwa; faktor-faktor genetic dan

faktor-faktor biologis lainnya memainkan peranan yang menentukan perkembangan individu.

Sheldon yakin bahwa ada kemungkinan untuk memperoleh sekedar gambaran tentang

faktor-faktor melalui serangkaian pengukuran yang yang didasari pada jasmani Sheldon menyatakan

bahwa terdapat banyak dimensi lahiriah yang dapat dipakai untuk menggambarkan tingkah laku

dan menganggap pentingnya faktor-faktor biologis yang mendasari jasmani luar yang bisa

(8)

2.2 NILAI PENDIDIKAN AGAMA HINDU

Kamus umum bahasa Indonesia menyebutkan nilai berarti keseragaman konsep penghargaan

tertinggi yang diberikan oleh warga masyarakat kepada beberapa masalah pokok dalam

kehidupan keagamaan bagi warga masyarakat (Poerwadarminta, 1984;690).

Kamus besar Bahasa Indonesia menyebutkan nilai berarti: sifat-sifat atau hal – hal yang

penting atau berguna bagi kemanusiaan (Tim penyususn , 2005;783).

Dari uraian diatas maka yang dimaksud dengan nilai adalah suatu penghargaan tertinggi

diberikan atas penilaian dan pertimbangan dalam kehidupan bermasyarakat dan beragama

sehingga tercipta kehidupan yang harmonis. Sedangkan pendidikan proses interaksi pendidik

dengan peserta didik yang memiliki tujuan tertentu adalah Pendidikan sebagai proses pada

dasarnya membimbing peserta didik menuju pada tahapan kedewasaan dengan melalui program

pendidikan sekolah ataupun pendidikan luar sekolah, termasuk didalamnya pendidikan keluarga

serta lingkungan. Sujana, (2002;60) menyebutkan pendidikan dengan teori andragogi

mengatakan seni dan ilmu dalam membantu peserta didikmenjadi orang yang dewasa. Seseorang

disebut dewasa apabila ia telah melakukan peran-peran sosial yang baiasanya dibebankan pada

orang dewasa. Secara psikologis orang dikatakan dewasa apabila ia telah memiliki tanggung

jawab terhadap kehidupan dan keputusan yang diambil. Katz dan Kahn dalam buku Dasar-dasar

pendidikan mengemukakan bahwa “pendidikan merupakan sistem yang memperoleh maksud

dari lingkungan dan memberikan hasil transformasinya kepada lingkungan” ( Katz dan Kahn

dalam Mudyaharjo dan Rasyidin, 1994;3). Dari pendapat-pendapat di atas mengenai pendidikan

di atas dinyatakan bahwa pendidikan adalah suatu proses interaksi pendidik dengan peserta didik

untuk membuat peserta didik mau dan dapat belajar atas dorongan dirinya sendiri untuk

mengembangkan bakat secara optimal kearah yang positif serta bertanggung jawab atas

(9)

Dalam pendidikan perlu dilihat adanya unsur-unsur pendidikan yang meliputi beberapa

unsur pendidikan yaitu,1) subyek yang dibimbing (peserta didik) yang berstatus sebagai subyek

didik,2) orang yang membimbing (pendidik) ialah orang yang bertanggung jawab terhadap

pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik, 3) interaksiantara peserta didik dengan

pendidik (interaksi edukatif), 4) tujuan pendidikan bersifat abstrak karena memuat nilai-nilai

yang bersifat abstrak, 5) pengaruh yang diberikan dalam bimbingan (materi pendidikan), 6) cara

yang digunakan dalam bimbingan (alat dan metode), 7) tempat peristiwa bimbingan berlangsung

(lingkungan pendidikan).

Selanjutnya pendidikan dalam Agama Hindu dilandasi denan konsep catur asrama yang

menganut sistem pendidikan “aguron=guron atau Asewaka guru” (Puniatmaja, 1976;17).

Aguron-guron atau Asewaka guru merupakan ttingkatan brahmacari asrama yang mengutamakan

pendidikan berkepribadian atau watak siswa, ilmu pengetahuan tentang kitab suci dan

membentuk pribadi yang mulia yang berlandaskan Dharma sebagai pedoman hidupnya.

Demikian halnya pengertian pendidikan menurut buku petunjuk pelaksanaan kegiatan belajar

mengajar mata pelajaran pendidikan agama hindu di sekolah menengah pertama menyatakan

pendidikan agama hindu adalah usaha sadar untuk memberikan bimbingan kepada siswa untuk

memahami, meyakini, meghayati, dan mengamalkan ajaran Agama Hindu dalam kehidupannya

sehari-hari yang dicerminkan dengan sikap taqwa kepada Sang Hyang Widhi Wasa, berbudi

pekerti yang luhur dan berperilaku sesuai dengan ajaran Agama Hindu ( Djausak,1995:1).

Jadi dari uraian di atas yang dimaksudkan dengan pendidikan Agama Hindu adalah upaya

pembinaan jiwa, membentuk sikap dan pribadi anak didik yang berbudi luhur sesesuai dengan

ajaran Agama Hindu.

(10)

tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia, Insane Kamil (Samani dan Hariyanto), 2011:46). Sedangkan Wibowo (2012:36) mendefinisikan pendidikan karakter dengan pendidikan yang menanamkan dan mengembangkan karakter-karakter luhur kepada anak didik, sehingga mereka memiliki karakter luhur itu, menerapkan dan mempraktikkan dalam kehidupannya baik di keluarga, masyarakat dan Negara.

Penguatan revolusi karakter bangsa melalui budi pekerti dan pembangunan karakter peseta didik

sebagai bagian dari revolusi mental. Untuk mewujudkan generasi yang berkepribadian dalam

kebudayaan, serta untuk memperkuat niali-nilai moral, akhlak dan kepribadian peserta didik

dengan memperkuat pendidikan karakter yang terintegrasi ke dalam mata pelajaran. Dalam

Permendikbud No. 22 tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah

disebutkan bahwa salah satu prinsip pembelajaran yang penting dalam Kurikulum 2013 adalah

peserta didik mencari tahu bukan diberi tahu. Prinsip ini merujuk pada konsep pembelajaran

yang berpusat pada peserta didik (student active learning). Peserta didik adalah subyek yang

memiliki kemampuan untuk active mencari, mengolah, mengontruksi dan menggunakan

pengetahuan. Agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, peserta didik

perlu didorong untuk bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatau untuk dirinya,

dan berupaya keras mewujudkan ide-idenya.

Melihat pendapat di atas mengenai pendidikan karakter dapat disimpulkan bahwa

pendidikan karakter merupakan usaha membangun karakter peseta didik sebagai bagian dari

revolusi mental, untuk mewujudkan generasi yang berkepribadian dalam kebudayaan, serta

untuk memperkuat niali-nilai moral, akhlak dan kepribadian peserta didik.

Agama sering dianggap sebagi suatu hal yang sepele bagi perserta didik karena

menganggap bahwa agama hanya sebatas mereka bisa melaksankan persembahyangan saja,

(11)

pekerti anak pada jaman sekarang sudah sangat merosot pemahamnnya, karena adanya pengaruh

yang tidak baik. Oleh karena itu oleh penulis menganggap bahwa memberdayakan anak didik

secara maksimal dalam upaya menumbuhkan pemahaman peserta didik dalam pendidikan

Agama Hindu melalui pendidikan karakter. Pemahaman tentang agama sangat dipandang perlu,

dimana melihat perkembangan yang terjadi pada pergaulan anak-anak sekarang sudah sangat

memprihatikan.

Pemberdayaan anak didik untuk membangun rasa keingin tahuan tentang agama perlu

ditingkatkan lagi agar para pserta didik mampu dan dapat memahami dengan jelas bahwa Agama

merupakan sebuah kebutuhan pokok yang harus mereka pegang sehingga akan membentuk

karakter-karakter bangsa yang diharapkan oleh Bangsa Indonesia yaitu karakter manusia yang

memiliki kedisiplinan, tanggung jawab dan berbudi pekerti luhur.

Pemberdayaan peserta didik dalam pembelajaran Agama Hindu bukan hanya semata-mata

memberdayakan anak didik dengan tujuan untuk memaksa mereka memahami pendidikan

Agama Hindu, akan tetapi suatu usaha untuk membangun rasa memiliki dalam jiwa peserta

didik, bahwa Agama Hindu bukan hanya sekedar sebuah wacana yang hanya memiliki

pengertian Agama Hindu adalah Agama status saja, tetapi melainkan bahwa Agama Hindu

adalah sebuah identitas diri yang mesti dipahami secra lebih mendalam, apa itu Agama Hindu,

mengapa kita beragama Hindu, untuk apa kita beragama.

Melalui pendidikan karakter yang diberikan akan mampu menumbuhkan peran serta dalam

upaya untuk pemberdayaan anak didik dalam pembelajaran Pendidikan Agama Hindu, yang

nantinya diharapkan akan memicu peserta didik untuk mulai dapat memberikan semangat dan

memberikan pemahaman terhadap Agama Hindu itu sendiri. Sering seorang pendidik lupa jika

(12)

sehingga menyebabkan peserta didik pun tidak memahami Agamanya sendiri. Dalam usaha

untuk memberikan pemahaman terhadapa Pendidikan Agama Hindu kepada anak didik, peran

serta seorang guru sangatlah penting agar dapat mencapai tujuan tersebut. Pendidikan karakter

yang digalakkan pemerintah saat ini sangatlah membatu dalam usaha untuk memberikan

pendalaman materi Pendidikan Agama sehingga dapat mempermudah dalam melakukan

pembelajaran.

BAB III KESIMPULAN

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi didirinya untuk

memiliki spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta

(13)

Dalam upaya untuk meberdayakan perserta didik dengan maksimal agar memiliki spiritual

keagamaan yang baik serta memiliki karakter, maka dipandang perlu untuk meningkatkan peran

serta anak didik dalam proses pembelajaran, terutama dalam pemblajaran Agama Hindu dan

Budi pekerti.

Dalam pendidikan perlu dilihat adanya unsur-unsur pendidikan yang meliputi beberapa

unsur pendidikan yaitu,1) subyek yang dibimbing (peserta didik) yang berstatus sebagai subyek

didik,2) orang yang membimbing (pendidik) ialah orang yang bertanggung jawab terhadap

pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik, 3) interaksi antara peserta didik dengan

pendidik (interaksi edukatif), 4) tujuan pendidikan bersifat abstrak karena memuat nilai-nilai

yang bersifat abstrak, 5) pengaruh yang diberikan dalam bimbingan (materi pendidikan), 6) cara

yang digunakan dalam bimbingan (alat dan metode), 7) tempat peristiwa bimbingan berlangsung

(lingkungan pendidikan).

Interaksi yang timbul antara peserta didik dan pendidik sangatlah penting untuk dapat

mencapai tujuan pembelajaran, Adanya keberagaman latar belakang siswa yang dapat

memberikan suasana beragam dalam proses pembelajaran merupakan sebuah tantangan yang

perlu dihadapi seorang pendidik. Berbagai karakter yang timbul karena keberagaman latar

belakang peserta didik juga dapat menimbulkan suatu hal yang baik untuk dipersatukan. Dalam

proses pembelajaran Pendidikan Agama Hindu sering seorang pendidik lupa untuk lebih

menekankan upaya untuk memberikan peluang yang luas kepada anak didik untuk

meberdayakan dirinya aktif dalam pelajaran. Pemahaman yang kurang dari peserta didik pun

mempengaruhi proses pembelajaran yang berlangsung, peserta didik hanya mampu memahami

tentang agama hanya melalui wacana-wacana saja tanpa mau untuk lebih mendalami Agama itu

(14)

Adanya sifat malas pada anak sangatlah berpengaruh dalam usaha untuk memberikan

pemahaman lebih jauh tentang Agama Hindu kepada peserta didik, mereka hanya menganggap

bahwa Agama hanyalah sebuah pelajaran yang tidak perlu untuk dipahami lebih jauh lagi.

Mereka tidak menganggap bahwa pendidikan Agama Hindu itu sebagai sebuah kebutuhan pokok

yang mampu untuk merubah karakter dirinya sehingga menjadi manusia-manusia yang lebih

berkarakter sesuai dengan harapan Pemerintah untuk membentuk manusia yang berbudi pekerti

luhur.

Untuk dapat menumbuhkan pemahaman terhadap Pendidikan Agama Hindu melalui

pendidikan karakter tersebut di atas dapat disimpulkan sebagai berikut ;

1. Pendidik harus mampu untuk merangsang siswa untuk mau mebaca literatur tentang

agama melalui buku-buku agama yang relevan

2. Mengarahkan siswa untuk mau mencari sumber-sumber tentang Agama Hindu

3. Meningkatkan karakter siswa melalui pendidikan karakter yang diberikan di sekolah,

terutama dalam bidang keaktifan siswa dalam usaha memahami Pendidikan Agama

Hindu.

4. Memberikan peluang yang lebih luas kepada siswa untuk memberikan kreatifitasnya

dalam usaha pemahamnnya terhadan Pendidikan Agama Hindu

5. Sekolah harus mampu menyediakan sarana dan prasarana ynag menunjang untuk dapat

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan,2005 kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta:Balai Pustaka

Sura, I Gede. 1985. Pengendalian Diri dan Etika Dalam Ajaran Agama Hindu Jakarta : Penerbit Hanuman Sakti.

---, 1991. Agama Hindu sebuah pengantar. Denpasar : Penerbit : CV. Kayu Mas Agung.

---, 1994, bahan pendidikan dan Pengajaran Agama Hindu kelas II, Denpasar : Depdikbud.

Tim penyusun, 1999 Penuntun penyuluh agama hindu Denpasar, kantor Kementrian Agama

(16)

Tim penyusun, 2015 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, nomor

23 tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi pekerti

Undang-undang Republik Indonesia nomor 20, Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional

Referensi

Dokumen terkait

Dapat dilihat bahwa ODHA dalam film ini ditampilkan sebagai sosok yang positif yang bisa memberikan semangat hidup pada orang lain, bukan seperti kecenderungan

Dampak psikologis yang mengikuti penyandang cacat fisik tersebut, menurut Senra (2011), antara lain: (1)depresi, yaitu dirasakannya berbagai kesulitan dalam menggunakan

Fungsi Pemberantasan Buta Aksara adalah untuk membangun keaksaraan penduduk remaja dan dewasa yang belum bisa membaca, menulis atau berhitung dan berkomunikasi dalam

RQD didefinisikan sebagai persentasi dari perolehan inti bor (core) yang secara tidak langsung didasarkan pada jumlah bidang lemah dan jumlah bagian yang lunak dari massa batuan

Amanat pembukaan undang-undang di atas yakni mencerdaskan kehidupan bangsa, kemudian dijelmakan menjadi kewajiban konstitusi sebagaimana termaktub dalam UUD 1945

Simpulan penelitian ini adalah: angka kejadian diare di Sekolah Dasar Negeri 1, 2, dan 3 Cempaka sebagian besar dikategorikan menderita diare 65,5%;

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) faktor sosial berpengaruh terhadap kinerja individual karyawan, Karena hasil kuesioner menunjukkan bahwa responden merasa

Sistem Informasi yang menggunakan komputer dan teknologi komunikasi untuk melakukan tugas-tugas yang diinginkan.... Pengenalan Teknologi Informasi