• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA DAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A METCH PADA SISWA KELAS 1 SD NEGERI MUARA PUTIH KECAMATAN NATAR TAHUN AJARAN 2013/2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA DAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A METCH PADA SISWA KELAS 1 SD NEGERI MUARA PUTIH KECAMATAN NATAR TAHUN AJARAN 2013/2014"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA DAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN COOPERATIVE

LEARNING TIPE MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS 1 SD NEGERI MUARA PUTIH KECAMATAN NATAR

TAHUN AJARAN 2013/2014 Oleh

Sri Astuti

Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahnya aktivitas kemampuan membaca dan hasil belajar yang masih dibawah KKM 65, siswa tuntas mencapai 30%. Adapun tujuan penelitian untuk meningkatkan kemampuan membaca dan hasil belajar siswa dengan menggunakan Metode Pembelajaran Cooperative Learning tipe Make A Match.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas ini, terdiri atas dua siklus, dimana setiap siklusnya terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi dan tes. Pengumpulan data menggunakan instrumen berupa lembar pengamatan aktivitas siswa, kinerja guru dan hasil belajar dalam proses pembelajaran.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran menggunakan metode Cooperative Learning tipe Make A Match, dapat meningkatkan kemampuan membaca dan hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukkan berdasarkan peningkatan persentase kemampuan membaca dan hasil belajar. Pada siklus I kema mpuan me mbaca siswa mencapai 66.7% dan rata-rata 2.66, pada sik lus II meningkat menjadi 74.8% dan rata-rata 2.99 berart i mengala mi peningkatan ketuntasan sebesar 8.1%. Demik ian juga hasil bela jar siswa, pada sik lus I mencapai rata-rata 62 dan ketuntasan 60% pada sik lus II mencapai rata-rata 70 dan ketuntasan 80% berart i mengala mi peningkatan rata-rata hasil be lajar siswa sebesar 8 dan ketuntasa n bela jar sebesar 20%.

Kata kunci: Kemampuan membaca, hasil belajar, dan metode Cooperative Learning tipe Make A Match.

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

RIWAYAT HIDUP

Saya Sri Astuti dilahirkan di Desa Rejosari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan pada tanggal 15 September 1982 dari pasangan Bapak Agus Weni dan Ibu Sulastri, yang merupakan putri pertama dari tiga bersaudara. Pada tahun 1989 sampai 1995 penulis mengawali pendidikan formal di SD Negeri 3 Rejosari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan, dan tahun 1995 penulis melanjutan pendidikan di SLTP Swadhipa 1 Natar lulus tahun 1998. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Natar lulus pada tahun 2001. Setelah lulus dari SMA penulis di tahun yang sama melanjutkan ke pendidikan Diploma 1 Startech Computer lulus tahun 2002.

Pada tahun 2010 penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan pada Jurusan Ilmu Pendidikan Program Studi S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) SKGJ ( Sarjana Kependidikan Guru dalam Jabatan) Universitas Lampung.

Bandar Lampung, 28 Agustus 2014 Penulis

(7)

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya sederhana ini sebagai ungkapan rasa cinta, kasih sayang dan perwujudan rasa hormat dan baktiku yang tulus kepada:

Ayahanda Agus Weni dan Ibunda Sulastri, yang telah membesarkanku dengan penuh kasih sayang yang tak pernah lekang ditelan oleh waktu, yang selalu

mendoakan, memberikan motivasi, bimbingan dan kasih sayang dengan tulus ikhlas,serta selalu mendukung dan menuntun setiap langkahku. Suamiku tercinta Mediansyah dan anakku tersayang Vanesyah Calista yang selalu

memberikan motivasi, dukungan serta semangat untuk pantang menyerah dalam menyelesaikan pendidikan ini.

FKIP Universitas Lampung

(8)

MOTO

“Sesungguhnya sesudah kesulitan akan datang kemudahan, maka kerjakanlah urusanmu dengan sungguh-sungguh dan hanya kepada Allah kamu berharap”.

(QS. Al-Insyirah, 6-8)

“Ilmu itu lebih dari pada harta. Ilmu menjaga engkau dan engkau menjaga harta. Ilmu itu penghukum (hakim) dan harta terhukum. Harta itu kurang apabila dibelanjakan

tapi ilmu bertambah bila dibelanjakan” ( Saidina Ali bin Abi Talib)

Ilmu itu teman teman dalam kesepian, sahabat dalam keterasingan, pengawas Dalam kesendirian, penunjuk jalan ke arah yang benar, penolong di saat sulit, dan

(9)

i SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dalam pelaksanaan kegiatan skripsi penulis telah menerima banyak bantuan dari semua pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S., selaku Rektor Universitas Lampung yang telah membantu penulis dalam perkuliahan.

2. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si, selaku Dekan FKIP Unila.

3. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan.

4. Bapak Dr. Hi. Darsono, M.Pd, selaku Ketua Program Studi S1 PGSD yang telah banyak memberikan pengarahan dalam pembuatan skripsi.

5. Bapak Drs. Siswantoro, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan ilmu dan arahan dalam pembuatan skripsi.

6. Bapak Drs. Mugiadi, M.Pd, selaku Pembahas yang telah memberikan pengarahan dalam pembuatan penelitian tindakan kelas, sehingga skripsi ini selesai.

7. Bapak/Ibu Dosen FKIP Unila yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama penulis mengikuti perkuliahan.

(10)

ii 9. Suami dan anak-anakku tercinta yang telah memberikan kasih sayang serta perhatiannya dengan tulus dan ikhlas serta selalu memberikan motivasi demi keberhasilan penulis.

10. Teman-teman S1 PGSD SKGJ yang telah memberikan dukungan moral. 11. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian studi ini yang tidak

dapat disebutkan satu persatu, hanya penulis dapat menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya.

Penulis berharap semoga penelitian ini bermanfaat bagi kemajuan pendidikan. Akhir kata semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita, amin.

Bandar Lampung, 28 Agustus 2014 Penulis,

(11)
(12)
(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Skor aktivitas siswa ... 27

3.2 Analisis aktivitas siswa ... 27

3.3 Skor presentase guru ... 28

3.4 Skor nilai guru... 28

3.5 Penilain kemampuan membaca ... 28

3.6 Rubrik penilain kemampuan membaca ... 28

4.1 Aktivitas siswa siklus I ... 48

4.2 Distribusi frekuensi kinerja guru siklus I ... 48

4.3 Distribusi frekuensi kemampuan membaca siswa siklus I ... 50

4.4 Distribusi frekuensi nilai siswa siklus I ... 51

4.5 Aktivitas siswa siklus II ... 61

4.6 Distribusi frekuensi kinerja guru siklus II ... 62

4.7 Distribusi frekuensi kemampuan membaca siswa siklus II ... 63

4.8 Distribusi frekuensi Hasil Belajar siswa siklus II ... 64

4.9 Data keaktivan siswa observasi siklus I ... 66

4.10 Data keaktivan siswa observasi siklus II ... 66

4.11 Data keaktivan siswa siklus I sampai siklus II ... 67

4.12 Data kemampuan membaca siswa siklus I ... 68

4.13 Data kemampuan membaca siswa siklus II ... 69

4.14 Data kemampuan membaca siklus I sampai siklus II ... 69

4.15 Distribusi frekuensi nilai tes siklus I ... 71

4.16 Frekuensi data nilai tes siklus II ... 71

(14)

iii DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Pemetaan ... ... 77

2. Silabus Pembelajaran ... 81

3. Rencana Pelaksanan Pembelajaran Siklus I ... 89

4. Rencana Pelaksanan Pembelajaran Siklus II ... 98

5. Lembar Kerja Siswa Siklus I ... 108

6. Lembar Kerja Siswa Siklus II ... 113

7. Kunci Jawaban LKS Siklus I ... 120

8. Kunci Jawaban LKS Siklus II... 121

9. Lembar Observasi Guru Siklus I ... 122

10. Lembar Observasi Guru Siklus 2 ... 125

11. Lembar Observasi Aktivitas Siswa siklus 1 ... 128

12. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ... 130

13. Hasil Belajar siklus 1 ... 134

14. Hasil Belajar Siklus II ... 136

15. Tes Kemampuan Membaca Siklus 1 ... 138

16. Tes Kemampuan Membaca Siklus 2 ... 140

17. Dokumentasi Siklus 1 ... 141

(15)

DAFTAR GAMBAR

(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Pendidikan memegang peranan penting dalam kemajuan suatu bangsa, didasarkan pada Pancasila dan Undang – Undang Dasar 1945. Pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan. Dalam Undang –Undang No. 20 tahun 2003, Bab II pasal 3 disebutkan bahwa; Pendidikan Nasioamal berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokrasi serta bertanggung jawab.

(17)

2

Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, dan berkepribadian luhur. (2) Berilmu, cakap, kritis, kreatif, dan inovatif. (3) Sehat, mandiri dan percaya diri serta (4) Toleransi, peka sosial, demokratis, dan bertanggung jawab. Sesuai dengan tujuan Kurikulum 2013.

Pembelajaran tematik di kelas I, tidak dapat dipisahkan dari proses dan hasil belajar. pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru (Pengajar) dan siswa (Pembelajar). Menurut Skinner (Dimyati dan Mudjiono, (2002:9) bahwa “belajar adalah suatu perubahan perilaku” Menurut Gagne,dkk dan Wager (1992:1.19) menyatakan pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. Pembelajaran adalah upaya mengorganisir lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar bagi peserta didik.

Dari pengertian–pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah setiap upaya yang sistematis dan sengaja yang dilakukan oleh pendidik untuk menciptakan kondisi agar peserta didik dapat melakukan belajar. Kegiatan pembelajaran ini akan menjadi lebih bermakna bagi anak jika dilakukan dalam lingkungan yang nyaman dan memberikan rasa aman bagi anak.

(18)

3

disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis.pendapat tersebut juga dikemukakan oleh Nurhadi (1987) bahwa membaca adalah aktivitas yang kompleks dengan mengarahkan sejumlah besar tindakan yang terpisah-pisah. Berdasarkan uraian-uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa membaca pada hakikatnya adalah suatu keterampilan berbasaha yang tidak hanya melibatkan tulisan saja, tetapi melibatkan aktifitas visual, berfikir, psikolinguitik dan metakognitif.

Berdasarkan pengamatan pra penelitian menunjukan kemampuan membaca dan hasil belajar tematik di kelas 1 SD Negeri Muara Putih masih rendah, dari hasil pengamatan pra penelitian terlihat nilai yang diperoleh siswa masih di bawah kreteria ketuntasan minimal yang ditentukan yaitu 65 dan rata-rata 70, dari jumlah siswa 30 orang hanya 9 orang (30%) tuntas belajar, 21 orang (70%) belum tuntas. Data lengkap terlihat pada tabel berikut:

Table 1.1 Data Nilai Tes Formatif Tahun 2013

No Nilai (f) Jumlah Siswa (x) f.x Persentase (%) Kategori

1 45 2 90 6.7 Belum tuntas

2 50 5 250 16.6 Belum tuntas

3 55 9 495 30 Belum tuntas

4 60 5 300 16.6 Belum tuntas

5 65 4 260 13.3 Tuntas

6 70 3 210 10 Tuntas

7 80 1 80 3.3 Tuntas

8 90 1 90 3.3 Tuntas

Jumlah 30 1775 100

Rata-rata 59.2

(19)

4

Rendahnya kemampuan membaca dan hasil belajar siswa kelas 1 SD Negeri Muara Putih, hal ini disebabkan (1) Guru belum maksimal menggunakan alat peraga yang bisa membatu siswa untuk mempermudah mengenal huruf, kata maupun kalimat. (2) Media dan metode pembelajaran kurang bervarias, (3) Pembelajaran masih dilakukan secara terpisah-pisah pada pembelajaran tematik di kelas 1 SD Negeri Muara Putih. Akibatnya siswa mengalami kesulitan khususnya belajar membaca dengan kondisi tersebut yang berlangsung terus menerus akan berdampak menurunnya kemampuan membaca dan hasil belajar yang diperoleh siswa dalam pembelajaran.

(20)

5

Menurut Miftahul Huda (2011) Metode Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Make A Match merupakan metode pembelajaran yang dapat memupuk kerja sama siswa dalam menjawab pertanyaan dengan mencocokan kartu yang ada ditangan meraka, proses pembelajaran lebih menarik dan nampak sebagian besar siswa lebih antuasias mengikuti proses pembelajaran dan keaktifan siswa tampak sekali pada saat siswa mencari pasangan kartunya masing – masing, metode make a match dapat membangkitkan keingintahuan dan kerjasama antar siswa serta mampu menciptakan kondisi yang menyenangkan. Teknik ini digunakan untuk memahami suatu konsep atau informasi tertentu yang harus ditemukan siswa. Keunggulannya adalah siswa dapat mencari pasangannya sambil belajar mencari konsep atau tema dalam suasana yang menyenangkan. Teknik ini dapat diterapkan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkat usia anak.

Dengan demikian judul penelitian ini adalah, “Peningkatan Kemampuan

Membaca dan Hasil Belajar dengan menggunakan Metode Pembelajaran

Cooperative Learning tipe Make A Match pada Siswa Kelas I SD Negeri Muara Putih Kecamatan Natar “

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan yang dapat dikemukakan sebagai berikut :

1. Guru belum maksimal menggunakan alat peraga dalam pembelajaran. 2. Kemampuan Membaca siswa masih rendah karena media dan metode

(21)

6

3. Pembelajaran di kelas 1 masih dikakukan secara terpisah-pisah. 4. Media dan metode pembelajaran kurang bervarias.

5. Hasil belajar tematik di kelas 1 SD Negeri Muara Putih masih rendah yaitu hanya 9 siswa (30%) yang tuntas belajar, selebihnya 21 siswa (70%) belum mencapai KKM (65).

1.3Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang identifikasi masalah tersebut di atas, diajukan rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana meningkatkan kemampuan membaca siswa dengan menggunakan Metode Pembelajaran Cooperative Learning tipe Make A Match bagi siswa kelas 1 SD Negeri Muara Putih Kecamatan Natar.

2. Apakah Metode pembelajaran Cooperative Learning tipe Make A Match

dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas 1 SD Negeri Muara Putih Kecamatan Natar.

1.4Tujuan Penelitian

1. Meningkatkan kemampuan membaca dengan menggunakan Metode Pembelajaran Cooperative Learning tipe Make A Match pada siswa kelas 1 SD Negeri Muara Putih Kecamatan Natar Tahun 2013/2014/

2. Meningkatkan hasil belajar siswa dengan Metode Pembelajaran

(22)

7

1.5 Manfaat dan Kegunaan Penelitian

Penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat bagi: 1. Siswa

(1) Pembelajaran dengan Metode Cooperative Learning tipe Make A Match diharapkan dapat meningkatkan kemampuan membaca

(2) Pembelajaran dengan Metode Cooperative Learning tipe Make A Match diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Guru

(1) Guru dapat menggunakan Metode Cooperative Learning tipe Make A Match sebagai alternatif dalam kegiatan pembelajaran tematik di kelas1.

(2) Metode Cooperative Learning tipe Make A Match dapat meningkatkan kompetensi professional guru dalam proses pembelajaran tematik.

3. Sekolah

(1) Memberikan masukan terhadap sekolah dalam usaha meningkatkan mutu pembelajaran, untuk mengambil kebijakan yang tepat dalam kegiatan pengajaran dengan memanfaatkan Metode Cooperative Learning tipe Make A Match dalam pemebelajaran tematik

(23)

BAB II

KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

2.1 Belajar, Pembelajaran, Aktivitas Belajar, dan Hasil Belajar

2.1.1 Pengertian Belajar

Pengertian tentang belajar beraneka ragam, belajar merupakan kegiatan yang dilakukan orang sehari-hari dalam belajar biasanya ditandai dengan adanya perubahan dalam diri seseorang, menurut Siddiq dkk, (2009: 1-30) belajar adalah suatu aktivitas yang disengaja dilakukan oleh individu agar terjadi perubahan kemampuan diri, dengan belajar anak yang tadinya tidak mampu melakukan sesuatu, menjadi mampu melakukan sesuatu itu, atau anak yang tadinya tidak terampil menjadi terampil. Sementara Hamalik (2008: 27) menyatakan belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman ( Learning Difined as the modification or strengthening of behavior through experience).

Dengan demikian belajar adalah suatu system yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal.

2.1.2 Pengertian Pembelajaran

(24)

9

tersusun meliputi unsur-unsur manusia, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pelajaran, ( Hamalik, 2008: 57). Sedangkan Siddiq mendefinisikan pembelajaran adalah suatu upaya yang dilakukan oleh seseorang (guru atau yang lain) untuk membelajarkan siswa yang belajar (M. Djauhar Siddiq dkk, 2009: 1-9).

Dengan demikian pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi yang mendukung terjadinya prose belajar siswa yang bersifat internal. Kegiatan pembelajaran akan lebih bermakna bagi anak jika dilakukan dalam lingkungan yang nyaman dan memberikan rasa aman bagi anak.

2.1.3 Teori Belajar

Setiap diri peserta didik dalam proses belajar pasti ada kendala yang muncul dalam belajar di kelas. Salah satu teori awal tentang belajar adalah teori: Behaviorisme, Kognitivisme, Kontruktivisme.

Menurut lapono, (2010: 1-34) teori yang mempengaruhi yaitu teori belajar

Behaviorisme, Kognitivisme, Kontruktivisme. a.Teori Behaviorisme

Teori belajar Behaviorisme adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gagne dan Berliner (1984) tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Kajian konsep dasar belajar dalam teori behaviroisme didasarkan pada pemikira bahwa belajar merupakan salah satu jenis perilaku individu atau peserta didik yang dilakukan secara sadar. Individu berprilaku apabila ada rangsangan (stimulus).

b.Teori Kognitivisme

(25)

10

c. Teori Konstruktivisme

Piaget yang dikenal sebagai konstruktivis pertama (Dahar, 1989: 159) kontruktivisme mempunyai pemahaman tentang belajar yang lebih menekankan pada proses dari pada hasil. Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa pembelajaran kontruktivisme merupakan satu teknik pembelajaran yang melibatkan peserta didik untuk membina sendiri secara aktif pengetahuan dengan menggunakan pengetahuan yang telah ada dalam diri mereka masing –masing.

Dari ketiga teori tersebut di atas, sehubungan dengan penelitian yang dilakukan penulis menggunakan teori Kontruktivisme mengingat bahwa melalui pembelajaran membaca melalui Model Pembelajaran Make a Match pada pembelajaran Tema Peristiwa Alam siswa dapat mengkomunikasikan pemahaman tentang ejaan huruf dengan menggunakan media atau alat peraga.

2.2 Aktivitas Belajar

2.2.1 Pengertian Aktivitas Belajar

Aktivitas siswa banyak dilakukan dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut. Menurut Rousseuau (dalam Sardiman 2004: 96) memberikan penjelasan bahwa “

segala pengetahuan itu harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, pemyelidikan sendiri menyelidiki sendiri dengan bekerja sendiri baik secara rohani maupun teknis, tanpa ada aktivitas proses belajar tidak mungkin

terjadi belajar bukanlah proses kehampaan”. Sedangkan menurut Ahmad

Rohani (2004: 4) Aktivitas belajar dilakukan oleh aktivitas fisik dan Psikis.

(26)

11

Siswa mendengarkan, mengamati, menyelidiki, mengingat menguraikan dan sebagainya.

Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa Aktivitas belajar merupakan serangkaian kegiatan pembelajaran yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran. Dengan melakukan berbagai aktivitas dalam kegiatan pembelajaran diharapkan siswa dapat membangun pengetahuan.

2.2.2 Macam-macam Aktivitas Belajar

Jenis-jenis aktivitas siswa yaitu meningkatkan jumlah siswa yang terlibat aktif belajar, meningkatkan jumlah siswa yang bertanya dan menjawab, meningkatkan jumlah siswa yang saling berinteraksi membahas materi pembelajaran.

Beberapa aktivitas belajar menurut Djamarah (2000: 8) sebagai berikut: a. Mendengar

Mendengar adalah salah satu aktivitas belajar. Setiap orang yang belajar disekolah pasti ada aktivitas mendengar. Ketika seorang guru menggunakan metode ceramah, maka setiap siswa diharuskan mendengarkan apa yang guru sampaikan.

b. Membaca

Aktivitas membaca adalah aktivitas yang paling banyak dilakukan selama belajar disekolah atau diperguruan tinggi, membaca disini tidak mesti membaca buku belaka, tetapi juga membaca majalah, dan lain-lain. c. Menulis atau Mencatat

Menulis atau mencatat merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dari aktivitas belajar. Dalam pendidikan tradisional kegiatan mencatat merupakan aktivitas yang sering dilakukan. Walaupun pada waktu tertentu seseorang harus mendengarkan isi ceramah, namun dia tidak bisa mengabaikan masalah mencatat hal-hal yang dianggap penting.

d. Memandang

(27)

12

2.3 Hasil Belajar

2.3.1 Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar diperoleh individu setelah proses belajar berlangsung yang dapat memberikan perubahan tingkah laku baik pengetahuan, pemahaman, sikap dan keterampilan, hasil belajar menurut Sudjana (2000: 38) merupakan “suatu kompetensi atau kecakapan yang dapat dicapai oleh siswa setelah

melalui kegiatan pembelajaran yang dirancang/dilaksanakan oleh guru di sekolah dan kelas tertentu”.

Selain itu Sudjana (2000: 39-40) mengemukakan bahwa: “hasil belajar siswa dipengaruhi oleh 2 (dua) faktor yaitu : 1) faktor intern, dan 2) faktor ekstern. Faktor intern meliputi : motivasi belajar, minat dan perhatian siswa terhadap mata pelajaran tersebut, sikap dan kebiasaan dalam belajar, ketekunan belajar, keadaan sosial ekonomi orang tua, faktor fisik dan faktor psikis siswa. Sedangkan faktor ekstern mencakup aspek kualitas pembelajaran yang meliputi faktor kemampuan guru, karakteristik kelas dan karakteristik sekolah”.

Hasil belajar dapat ditingkatkan dengan jalan mengaktifkan semua aspek indera pada diri manusia. Menurut Wiriaatmadja, (1983:99) “seseorang yang

sedang belajar memperoleh hasil belajarnya sebagai berikut : Melalui indera pengecap sebesar 1%, indera peraba sebesar 1,5%, indera penciuman sebesar 3,5%, indera pendengaran sebesar 11% dan indera penglihatan sebesar

83%”. Dari ketiga pendapat di atas, ternyata untuk meningkatkan hasil

(28)

13

faktor-faktor yang mempengaruhinya, baik faktor dari dalam individu maupun faktor dari luar individu yang sengaja dirancang untuk meningkatkan hasil belajar.

Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu factor dari dalam diri siswa dan factor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Menurut Slameto (2003:54-72), faktor –faktor yang mempengaruhi belajar adalah :

1. Faktor-faktor internal

a. Jasmania (kesehatan, cacat tubuh).

b. Psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan).

c. Kelelahan

2. Faktor-faktor Eksternal

a. Keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan).

b. Sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran diatas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah).

c. Masyarakat ( kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan suatu hasil yang telah dicapai oleh siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar. Hasil belajar tersebut diwujudkan dalam bentuk nilai angka maupun huruf yang di tulis dalam buku laporan nilai.

2.4 Kinerja Guru

(29)

14

dalam meraih mutu pendidikan yang baik sangat dipengaruhi kinerja guru dalam melaksanakan kerjanya sehingga kinerja guru menjadi tuntutan penting untuk mencapai keberhasilan pendidikan. Secara umum pendidikan yang baik menjadi tolak ukur bagi keberhasilan kinerja yang ditunjukan oleh guru. Adapun empat kompetensi guru berdasarkan Permendiknas No. 16 tahun 2007 yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah (1) Pedagogik, (2) Akademik, (3) Kepribadian dan (4) Profesional.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia kinerja adalah cara, perilaku dan kemampuan kerja, sedangkan guru adalah orang yang pekerjaannya mengajar, jadi dapat disimpulkan kinerja guru adalah kempuan yang ditunjukan oleh guru dalam melaksanakan tugas pembelajaran. WJS. Poerwadarminto (2007:598). Sedangkan menurut Moh. Uzer Usman (2003:9) peran dalam kompetensi guru dalam proses belajar mengajar meliputi banyak hal, namun yang akan dikemukakan disini adalah peranan yang dianggap paling dominan dan diklasifikasikan sebagai berikut: (1) Guru sebagai demonstrator (2) Guru sebagai pengelola kelas (3) Guru sebagai mediator dan fasilitator.

(30)

15

2.5 Kemampuan Membaca

2.5.1 Pengertian Kemampuan Membaca

Kemampuan membaca sangat penting bagi anak untuk memperoleh informasi serta pemahaman. Menurut Henny Guntur Tarigan (1985: 2) membaca adalah proses perolehan pesan yang disampaikan oleh seorang penulis melalui tulisan. Klein dalam Fraida (2004: 56) mengemukakan bahwa membaca merupakan suatu proses dimaksudkan informasi dari teks dan pengetahuan yang dimilki oleh pembaca mempunyai peran yang utama dalam membentuk makna. Sedangkan Merrie Jay (1992: 98) membaca diartikan sebagai peroleh pesan, aktifitas, memecahkan masalah dimana pertumbuhan kekuatan dan fleksibilitasnya, semakin banyak dengan di praktekan.

Berdasarkan uraian uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa membaca pada hakikatnya adalah suatu yang tidak hanya melibatkan tulisan saja, tetapi melibatkan aktifitas visual, berfikir, psikolinguitik dan metakognitif.

Penekanan pembelajaran membaca di kelas rendah adalah melatih kemampuan membaca siswa dalam membaca, teknik atau membaca nyaring. Membaca nyaring merupakan kegiatan membaca yang dilakukan dengan vokalisasi. Membaca nyaring sangat penting dilakukan di kelas rendah karena bertujuan untuk melatih peserta didik menyimak, berbicara dan menulis.

(31)

16

Pengajaran membaca dapat diawali dengan diajarkan sistem bunyi-bunyian yang terdapat dalam bahasa, pola tata bahasa sederhana, kosa kata, makna kata yang berhubungan dengan kalimat maupun wacana.

2.6 Pengertian Metode Pembelajaran Cooperative Learning

Falsafat yang mendasari metode pembelajaran Cooperative Learning bahwa manusia adalah makhluk sosial. Kerjasama merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia, tanpa kerja sama kehidupan manusia akan terganggu, karena manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan dan kerjasama dengan orang lain.

Meurut Miftahul Huda (2011: 30) Cooperative Learning atau sering disebut dengan kooperasi, adalah suatu pendekatan pembelajaran yang berisi serangkaian aktivitas yang diorganisasikan, pembelajaran tersebut difokuskan pada pertukaran informasi tersetruktur antar siswa dalam kelompok yang bersifat sosial dan pembelajaran bertanggung jawab atas tugasnya masing-masing

2.6.1Tipe-tipe Metode Pembelajaran Cooperative Learning

Menurut Miftahul Huda ( 2011: 34 ) dalam pembelajaran sangat diperlukan suatu metode yang tepat untuk mendapatkan hasil belajar yang bagus, dalam model pembelajaran Cooperative Learning ada beberapa tipe model yang berbeda antara lain: (1) Picture and Picture, (2) Numbered Heads Together

(32)

17

(9) Mind Mapping, (10) Make A Match atau mencri pasangan, (11) Think Pair and Share, (12) Debate, (13) Role Playing, (14) Group Investigation, (15) Talking Stick, (16) Bertukar Pasangan, (17) Snowball Throwing, (18)

Student Facilitator and Explaining, (19) Course Review Horay, (20) Explisit Intruction, (21) Cooperative Integreted Reading and Composition ( CIRC), (22) Inside-Outside-Circle atau lingkaran kecil-lingkaran besar, (23) Tebak Kata, (24) Word Square, (25) Scramble, (26) Tike and Give, (27) Consep Sentence, (28) Complette Sentence, (29) Time Tuken Arends 1998, (30) Pair Cheks Spencer Kagen 1993, (31) Keliling Kelompok, dan (32) Two Stay Two Stay.

2.6.2 Pengertian Metode Pembelajaran Cooperative Learning tipe

Make A Match.

Setiap guru yang tugasnya mengajar harus pandai untuk memilih suatu metode yang tepat dalam pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam kelas agar siswa yang diajar merasa tertari dan senang dalam kegiatan pembelajaran, Menurut Miftahul Huda (2011: 30) metode pembelajaran

(33)

18

mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya demikian seterusnya, guru memberikan konfirmasi tentang kebenaran pasangan kartu – kartu tersebut. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan make a match dapat membuat suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan, peserta didik akan lebih aktif, kreatif dan tertantang sehingga berdampak pada kemampuan membaca dan hasil belajar siswa.

Menurut Miftahul Huda (2011: 41) alasan guru menggunakan metode make a match antara lain sebagai berikut:

1. Dapat Menumbuhkan keberanian pada siswa

2. Dapat memungkinkan siswa belajar secara aktif dan mandiri

3. Dapat mengembangkan sikap dan perilaku kritis, percaya diri dan tanggung jawab.

2.6.3Kelebihan dan Kelemahan Cooperative Learning tipe Make A Macth

Setiap metode pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahan dalam pelaksanaannya begitu juga dengan metode pembelajaran Coperative Learning tipe Make A Match untuk menciptakan pembelajaran yang berkualitas guru harus menciptakan kondisi pembelajaran yang menantang, menyenangkan, dan memberi pengalaman secara langsung.

Menurut Miftahul Huda (2011: 40) Metode Pembelajaran Cooperative Learning tipe Make A Match mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut:

Kelebihan Metode Make a Match

a. Siswa terlibat langsung dalam menjawab soal yang dismpaikan kepada nya melalui kartu.

b. Karena ada unsur permainan, metode ini menyenangkan.

c. Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari. d. Dapat meningkatkan motivasi dan kreatifitas belajar siswa.

(34)

19

Kelemahan Metode Make A Match.

a. Jika guru tidak merancang dengan baik, maka banyak waktu terbuang. b. Pada awal-awal penerapan metode ini, banyak siswa yang malu

berpasangan dengan lawan jenisnya.

c. Jika guru tidak mengarahkan siswa dengan baik, saat presentasi banyak siswa yang kurang memperhatikan.

d. Guru harus hati-hatidan bijaksana saat memberi hukuman pada siswa yang tidak mendapat pasangan, karena mereka bias malu

e. Menggunakan metode ini secara terus menerus akan menimbulkan kebosanan.

2.6.4 Cara Mengatasi Kelemahan Metode Make A Match

Pembelajaran yang berkualitas dapat terwujud apabila guru tepat dalam memilih metode yang akan digunkan dalam kegiatan pembelajaran, guru dituntut untuk menguasai berbagai macam metode pembelajaran. Menurut Miftahul Huda (2011:42) terdapat beberapa cara mengatasi kelemahan metode Make A Match antara lain sebagai berikut:

a. Guru harus menjelaskan secara jelas hasil yang ingin dicapai dengan metode make a match.

b. Guru harus menjelaskan secara jelas prosedur dalam metode make a match.

c. Membimbing pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode make a match dan memberikan bantuan jika siswa mengalami kesulitan.

d. Meminta siswa mempresentasikan hasil pembelajaran make a match

untuk mengetahui kebenaran atau kekeliruan yang mungkin terjadi.

2.6.5 Langkah-Langkah Metode Cooperative Learning tipe Make A

Match

(35)

20

a. Tahap Awal

1. Guru menyiapkan beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review.

2. Guru menyiapkan kertas karton yang berbeda warna untuk membuat kartu soal dan kartu jawaban.

3. Kartu soal dan kartu jawaban dipotong berbentuk segi empat (seukuran kartu remi).

4. Guru menulis pertanyaan pada kartu soal dan jawaban pertanyaan pada kartu jawaban.

5. Kartu soal dan kartu jawaban dibuat dalam jumlah yang sama, agar dapat dipasangkan.

b. Tahap Inti

1. Siswa dibagi menjadi 2 kelompok, satu kelompok mendapat kartu soal dan kelompok lainnya mendapat kartu jawaban.

2. Setiap siswa dibagikan sebuah kartu soal dan kartu jawaban.

3. Setiap siswa yang sudah mendapat sebuah kartu yang bertuliskan soal atau jawaban, emikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang.

4. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. 5. Pasangan siswa yang sudah dapat mencocokkan kartunya,

kemudian saling duduk berdekatan.

6. Siswa yang belum dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu jawaban), berkumpul dalam kelompok sendiri.

7. Guru memberikan konfirmasi tentang kebenaran pasangan kartu-kartu tersebut.

8. Pasangan siswa mempresentasikan topik yang diperolehnya, yang ditanggapi oleh kelompok lain.

9. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya. c. Tahap Akhir

(36)

21

pembelajaran bidang studi yang lain sehingga strategi pembelajarannya harus sesuai.

(37)

22

2.8 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan landasan teori di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

Melalui Model Pembelajaran Cooperative Learning tipe Make A Match

dengan menggunakan langkah-langkah yang tepat maka dapat meningkatkan kemampuan membaca dan hasil belajar siswa kelas 1 SD Negeri Muara Putih Kecamatan Natar.

(38)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1Metode Penelitian

Penelitia tindakan (action research) merupakan penelitian pada upaya pemecahan masalah atau perbaikan yang dirancang menggunakan metode penelitian tindakan kelas (classroom ction research) yang bersifat refleksi dan kolaborati. Prosedur pelaksanaan penelitian tindakan berupa suatu siklus atau daur ulang berbentuk spiral yang setiap langkahnya terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi (Kemmis dkk, dalam Wiriatmadja, 2006: 66).

Proses Penelitian Tidakan Kelas

Siklus 1

Siklus 2

Gambar 3.1 Alur PTK ( Kemmis dalam Wiriaatmadja,(2006: 66) Rencana Tindakan

Refleksi

Observasi

Pelaksanaan Tindakan

Rencana Tindakan Refleksi

Observasi Pelaksanaan

Tindakan

(39)

24

3.2 Setting Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SD Negeri Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan, Sekolah ini merupakan tempat tugas peneliti. Penelitian dilaksanakan selama 4 (empat) bulan yaitu mulai bulan Maret tahun 2014 sampai Juni 2014.

3.2.2 Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian adalah guru dan siswa kelas 1 SD Negeri Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan dengan jumlah siswa 30 orang, terdiri dari laki- laki 13 orang dan perempuan 17 orang

3.2.3Sumber Data

Sumber data pada penelitian tindakan kelas ini ada dua yaitu data yang berasal dari subyek penelitian (primer) siswa dan guru dan dari bukan subyek (skunder) dokumen hasil belajar.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan selama kegiatan pelaksanaan tindakan yaitu dengan menggunakan teknis tes dan nontes.

3.3.1 Teknik Tes

(40)

25

3.3.2 Teknik Nontes

Menurut Poerwanti dkk. (2008: 2.26)” Teknik nontes dapat dilakukan

melalui observasi”. Menurut Kerlinger dalam Aunurrahman, dkk.

(2009:8-20)“ Secara sederhana, observasi dapat diartikan sebagai prodsedur sistematis dan buku untuk memperoleh data“. Observasi digunakan untuk mengetahui apakah dengan model Cooperative Learning

tipe Make A Match pembelajaran dikelas I akan lebih efektif dan apakah ada pengaruhnya. Observasi dilakukan oleh Observer terhadap aktivitas siswa maupun guru, serta dilakukan penilaian kinerja terhadap kemampuan membaca siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

3.4 Alat Pengumpulan Data

3.4.1 Lembar Panduan Observasi Aktivitas Siswa dan Guru

Instrumen Penilaian adalah alat yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya lebih baik Alat yang digunakan oleh peneliti sebagai alat pengumpulan data adalah lembar observasi, tes tertulis dan dokumentasi. Jenis tes yang dikembangkan oleh peneliti menggunakan soal-soal tes buatan guru. Menurut Sugiyono, (2002: 268) Reliabilitas Instrumen merupakan syarat utama untuk menguji validitas instrimen, karena instrumen yang reliable belum tentu valid, tetapi jika instrument valid sudah pasti reliable, namun demikian perlu juga diuji reliabilitasnya.

3.4.2 Tes Hasil Belajara Siswa

(41)

26

laku baik pengetahuan, pemahaman, sikap dan keterampilan siswa sehingga menjadi lebih baik dari sebelumnya. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Hamalik (2001: 48) “ bahwa hasil belajar adalah

perubahan tingkah laku subjek yang meliputi kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor dalam situasi tertentu berkat pengalamannya berulang-ulang”.

3.4.3 Dokumen Tes

Dokumen tes digunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar kondisi awal siswa yaitu berupa daftar nilai/laporan penilaian, pengolahan dan analisis hasil belajar siswa.

3.4.4 Lembar Performen

Pengamatan menggunakan lembar penilaian kinerja yaitu untuk mengetahui kemampuan membaca siswa berupa: 1) Membaca nyaring (didengar siswa), 2) Membaca nyaring kalimat sederhana dengan lafal dan intonasi yang tepat. 3) Mengenali huruf – huruf dan membacanya sebagai suku kata, kata –kata dan kalimat sederhana.

3.5. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian harus dilakukan oleh peneliti dari tahap persiapan sampai proses hasil pembelajaran untuk mendapatan kan hasil yang baik. Menurut Anurrahman dkk. (2009: 9-1) “ Analisis data adalah suatu kegiatan untuk mencermati setiap langkah yang dibuat, mulai dari tahap persiapan, proses sampai hasil pekerjaan atau pembelajaran”. Analisis PTK

(42)

27

apakah semua aspek pembelajaran yang terlibat didalamnya sudah sesuai dengan kapasitasnya. Teknik analisis data yang dilakukan adalah:

3.5.1 Analisis Kualitatif

Penelitian ini mengguanakan teknik deskriptif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat memaparkan secara jelas yang sesuai dengan data dan fakta yang ada, dengan tujuan untuk mengetahui aktivitas siswa dan kinerja guru terhadap kegiatan pembelajaran serta kegiatan siswa. Analisis data kualitatif digunakan teknik statistik sederhana sebagai berikut:

1. Analisis Aktivitas Siswa

Skor perolehan (Adaptasi dari Purwanto, 2008:102) Tabel; 3.2 Rubrik analisis aktivitas siswa

No Skor Aspek yang diamati

1 5 Aspek yang dilakukan dengan benar dan cepat 2 4 Aspek yang dilakukan dengan benar tapi lama 3 3 Aspek yang dilakukan selesai tapi salah

4 2 Dilakukan tapi tidak selesai 5 1 Bila tidak ada usaha sama sekali

(43)

28 (Adaptasi dari Purwanto, 2008:102) Tabel; 3.4 Rubrik analisis kinerja guru:

No Skor Aspek yang diamati

1 5 Aspek dilaksanakan dengan tepat

2 4 Aspek dilaksanakan dengan kurang tepat 3 3 Aspek dilaksanakan kurang sistematis 4 2 Dilaksankan tidak selesai

5 1 Tidak dilaksanakan 3. Penilaian kinerja ( Tugas praktek ) Skor Perolehan (Adaptasi dari Purwanto, 2008:102)

Tabel: 3.6 Rubrik penilaian kemampuan membaca

No Skor Aspek yang diamati

1 5 Aspek yang dilakukan dengan benar dan cepat 2 4 Aspek yang dilakukan dengan benar tapi lama 3 3 Aspek yang dilakukan selesai tapi salah

(44)

29

3.5.2 Analisis Kuantitatif

Analisis kuantitatif digunakan untuk mendeskripsikan hasil pembelajaran siswa dalam hubungannya dengan penguasaan materi yang diajarkan guru.

a. Penilaian Ketuntasan Belajar

Penilaian ini menggunakan dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara individu dan klasikal. Ketuntasan belajar individu didapat dari KKM mata pelajaran yang telah ditetapkan yaitu siswa dinyatakan tuntas belajarnya jika telah mendapatkan nilai ≥65. ketuntasan belajar secara klasikal yaitu mengukur tingkat keberhasilan ketuntasan belajar siswa menyeluruh,

1. Rumus ketuntasan belajar siswa secara individu

Skor perolehan

Nilai siswa = x 100

Skor maksimal

2. Penilaian ketuntasan belajar secara klasikal Jumlah siswa tuntas

Nilai Siswa = x 100% Jumlah siswa

(Aqib dkk, 2009: 205)

(45)

30

b. Penilaian Kemampuan Membaca

Penilaian menunjukan nilai yang diperoleh siswa, selanjunya dibagi dengan jumlah siswa yang mengikuti tes sehingga diperoleh nilai rata-rata.

Skor perolehan

Nilai siswa = x 100

Skor maksimal

3.6 Urutan Tindakan Penelitian

Penelitian ini dilakukan sampai berhasil, dengan berbagai kemungkinan perubahan yang dianggap perlu. Setiap siklus terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.

Siklus 1

1. Perencanaan Tindakan

Rencana tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini antara lain :

a. Menyiapkan silabus, rencana perbaikan pembelajaran, dan bahan ajara. b. Menyiapkan instrument penelitian terdiri dari lembar observasi untuk

kegiatan guru dan siswa, lembar kerja siswa dan alat evaluasi.

c. Memilih materi dan menentukan metode model Cooperative Learning

tipe Make A Match yang akan digunakan.

2. Pelaksanaan Tidakan Siklus I

Pertemuan pertama

(46)

31

1. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang suatu yang berhubungan dengan peristiwa alam sebagai apersepsi untuk membimbing pemikiran dan kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran tentang peristiwa alam. 2. Membentuk dua kelompok belajar

3. Guru menginformasikan tema yang akan dipelajari

4. Guru mengajak siswa bernyanyi bersama-sama lagu yang berhubungan

dengan peristiwa alam yang berjudul “Hujan”

5. Guru menunjukan gambar peristiwa alam saat hujan turun dan saat cuaca panas.

6. Guru menjelaskan materi tentang peristiwa alam saat hujan dan saat cuaca panas.

7. Guru menunjukan dua macam kartu yang berbeda satu kartu berisi gambar-gambar dan kartu yang satu lagi berisi kata atau kalimat.

8. Guru membagi kartu yang berisi gambar kekelompok yang pertama dan kartu yang berisi kata atau kalimat kekelompok yang kedua

9. Masing masing siswa mencari pasangan dari kartu yang mereka dapat 10.Bagi siswa yang sudah mendapat pasangan kartu mereka sebelum batas

waktu yang ditentukan mereka mendapatkan poin, kemudian mereka duduk berdekatan.

11.Siswa yang belum dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu jawaban), berkumpul dalam kelompok sendiri.

(47)

32

13.Pasangan siswa mempresentasikan topik yang diperolehnya, yang ditanggapi oleh kelompok lain.

14.Setelah satu babak selesai, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.

15. Tahap Akhir Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran.

16.Guru memberikan kesempatan bertanya kepada siswa yang kurang memahami materi pelajaran.

3. Tahap Pengamatan/Observasi

Dalam kegiatan tahap ini, peneliti meminta bantuan pada teman sejawat untuk mengadakan pengamatan pada saat pelaksanaan pembelajaran.

4. Tahap Refleksi

Hal-hal yang dilakukan dalam kegiatan refleksi adalah membahas hal-hal yang terjadi dalam siklus I yang dilakukan oleh peneliti. Bila terdapat kelemahan atau kekurangan, maka akan dilakukan perbaikan pada perencanaan tindakan untuk siklus I, dan siklus II.

Pertemuan kedua

Perencanaan Tindakan:

Pada tahap perencanaan akan ditetapkan hal-hal sebagai berikut:

a. Menyiapkan silabus, rencana perbaikan pembelajaran, dan bahan ajara. b. Menyiapkan instrument penelitian terdiri dari lembar observasi untuk

(48)

33

c. Memilih dan menentukan metode pembelajaran Cooperative Learning

tipe Make A Match yang akan digunakan.

d. Menentukan materi.

Pelaksanaan Tidakan

Menyiapkan materi pembelajaran sebagai berikut:

a) Menyiapakan pertanyaan berkisar materi yang telah dibahas sebelumnya untuk mengetahui daya ingat siswa tentang materi yang telah dipelajari sebelumnya.

b) Memotivasi siswa dan mengingatkan siswa tentang peristiwa alam dengan menyanyikan lagu pelangi.

c) Mengemukakan tujuan pembelajaran tematik yang temanya masih sama dengan pertemuan sebelumnya yaitu peristiwa alam pada pertemuan kedua tentang peristiwa alam serta dampaknya bagi manusia.

d) Guna membimbing anak untuk dapat memasangkan kartu dengan tepat. e) Menjelaskan bagaimana menulis kalimat sederhana yang bena,

kemudian membimbing siswa dalam menulis kalimat sederhana.

f) Guru mengemukakan kelanjutan materi tentang peristiwa alam yaitu mengenai dampak peristiwa alam bagi manusia.

g) Melakukan evaluasi hasil belajar.

(49)

34

5. Tahap Pengamatan/observer

Dalam kegiatan tahap ini peneliti meminta bantuan kepada teman sejawat untuk mengadakan pengamatan pada saat pelaksanaan pembelajaran.

6. Tahap refleksi

Hal-hal yang dilakukan dalam kegiatan refleksi adalah membahas hal-hal yang terjadi dalam siklus I yang dilakukan oleh peneliti. Bila terdapat kelemahan atau kekurangan, maka akan dilakukan perbaikan pada perencanaan, tindakan untuk siklus II. Sedangkan kelebihan yang sudah dilakukan pada siklus I, dipertahankan untuk siklus II.

Siklus II

1. Perencanaan Tindakan:

Pada tahap perencanaan akan diterapkan hal-hal sebagai berikut:

a. Menyiapkan silabus, rencana perbaikan pembelajaran, dan bahan ajara. b. Menyiapkan instrument penelitian terdiri dari lembar observasi untuk c. kegiatan guru dan siswa, lembar kerja siswa dan alat evaluasi

d. Memilih dan menentukan metode pembelajaran Cooperative Learning

e. tipe Make A Match yang akan digunakan. f. Menentukan materi

2. Pelaksanaan Tindakan Siklus II

Menyampaikan materi pembelajaran dalam siklus II adalah sebagai berikut: Pertemuan Pertama

(50)

35

a. Mengemukakan tujuan pembelajaran

b. Guru membimbing anak untuk dapat membedakan benda yang c. berbentuk lingkaran, segi tiga, dan persegi.

d. Guru menunjukan gambar lingkaran, segi tiga dan persegi.

e. Guru menunjukan beberapa kartu huruf yang bertuliskan benda yang ada pada gambar

f. Guru membagikan gambar-gambar tersebut pada beberapa anak, beberapa siswa lagi diberikan kartu yang bertuliskan benda-benda tersebut. Kemudian mereka diminta untuk memasangkan kartu mereka dengan gambar yang ada pada teman mereka.

g. Setelah satu babak selesai guru mengulang kembali membagikan kartu kepada siswa yang lain begitu seterusnya sampai semua siswa

mendapat giliran memasangkan kartu.

h. Guru memberikan konfirmasi tentang kebenaran dari pasangan kartu mereka.

i. Guru mengulas kembali materi yang telah disampaikan, untuk memantapkan pemahaman siswa tentang materi yang telah dipelajari.

j. Melakukan evaluasi hasil belajar dengan bentuk soal tes tulis untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam menerima materi pembelajaran.

Pertemuan Kedua

(51)

36

b. Mengemukakan tujuan pembelajaran dan pokok masalah agar proses pembelajaran berlangsung efektif dan efisien sesuai dengan harapan. c. Guru mengemukakan inti materi yang merupakan kelanjutan dari

pertemuan pertama dengan tema benda disekitar mu. Matematika tentang penghitungan lokal, sedangkan Bahasa Indonesia menulis nama benda yang ada disekitar mu dengan tegak bersambung

d. Guru menunjukan kartu angka dan meminta siswa untuk menyebutkan satu persatu.

e. Setiap angka yang ditunjukan oleh guru ditulis dengan mengguanakan kartu huruf. Misalnya angka 3 ditulis menjadi tiga.

f. Guru membimbing anak untuk menyanyikan lagu sayang semua.

g. Guru memotivasi anak yang pasif dan belajar dengan menyuh untuk maju kedepan kelas untuk memimpin lagu.

h. Guru melakukan evaluasi belajar dengan menunjukan kartu yang bertuliskan angka-angka secara acak, kemudian siswa dituntuk untuk menuliskan pada buku tugas.

i. Pemberian tugas untuk memperdalam pemahaman anak mengenai materi yang telah dipelajari.

3. Tahap Observasi

Observasi dilaksanakan selama pelaksanaan pembelajaran untuk mengetahui peningkatan berfikir kreatif siswa dalam menyelesaikan masalah. Guru mengamati apakah penggunaan model Cooperative Learning

(52)

37

4. Refleksi

Pada kegiatan inti penelitian menemukan presentase keberhasilan siswa secara klasikal dan tingkat serap siswa sebagai bahan perbandingan di siklus ke dua. Tujuannya untuk mengetahui efektivitas, keberhasilan dan hambatan dari proses pembelajaran tematik . kemudian melakukan perbaikan berdasarkan evaluasi pemantauan. Dalam mengadakan refleksi dan evaluasi dari kegitan 1 bila hasil refleksi dan evaliasi siklus I menunjukan adanya peningkatan kemampuan membaca dan hasil belajar siswa kelas 1 tidak perlu dilanjutkan dengan menggunakan siklus II. Namun apabila belum memperlihatkan adanya peningkatan kemampuan membaca dan hasil belajar siswa maka dibuat siklus II yang meliputi tahap perencanaan tindakan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap observasi dan seterusnya sampai tercapai hasil sesuai KKM (65).

3.7 Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini ditetapkan:

Adanya peningkatan kemampuan membaca dan ketuntasan hasil belajar siswa setiap siklusnya. Pada akhir penelitian adanya peningkatan secara klasikal rata-rata 70 dan KKM 70% dari jumlah siswa 30 anak.

(53)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan kerangka berfikir di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut "Melalui Metode Pembelajaran Cooperative Learning tipe Make A Match dengan menggunakan langkah-langkah yang tepat maka dapat meningkatkan kemampuan membaca dan hasil belajar siswa kelas 1 SD Negeri Muara Putih Kecamatan Natar”. Berdasarkan hipotesis tesebut peneliti menyimpulkan sebagai berikut:

1. Adanya peningkatan kemampuan membaca siswa menggunakan Metode

Cooperative Learning tipe Make A Match. Hal ini ditunjukkan adanya peningkatan kemampuan membaca siswa dengan hasil pada siklus I sebanyak 18 siswa (60%) tuntas dengan persentase 66.7% saat mengikuti pembelajaran dan sisanya 12 siswa (40%) siswa masih terlihat pasif. Pada siklus II terlihat sebanyak 24 siswa (80%) aktif saat mengikuti pembelajaran dengan persentase 74.8% dan sisanya 6 siswa (20%) siswa masih terlihat pasif.

(54)

74

5.2 Saran

5.2.1 Bagi Siswa

Siswa hendaknya dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran, selalu mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru, dan meningkatkan usaha belajarnya sehingga dapat memperoleh hasil belajar yang optimal.

5.2.2 Bagi Guru

Guru hendaknya secara cermat mempersiapkan perangkat pendukung pembelajaran dan fasilitas belajar yang diperlukan, hal ini dikarenakan perangkat pendukung pembelajaran dan fasilitas belajar sangat mempengaruhi efektivitas dan efisiensi pembelajaran yang pada akhirnya berpengaruh pada proses maupun hasil belajar siswa.

5.2.3 Bagi Sekolah

Pihak sekolah hendaknya mengadakan pelatihan bagi guru agar lebih memahami banyaknya metode pembelajaran, Metode Pembelajaran

(55)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Rohani, 2004.Pengelolaan Pengajaran Edisi Revisi. Rineka Cipta: Jakarta Arikunto, 1996, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta:

Jakarta.

Anurrahman, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas, Departemen Pendidikan Nasional: Jakarta.

Anita Lie., 2002. Cooperative Learning memperhatikan Cooperative Learning di ruang kelas. Grasindo: Jakarta.

Aqib. 2009 Penelitian Tindakan Kelas. Departemen Pendidikan Yrama Widya: Bandung.

Depdiknas. 2003 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Sekjen Depdiknas: Jakarta.

Djamara, 2000. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta: Jakarta. Dimyati, 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta: Jakarta

Dimyati, Mujiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta: Jakarta Gagne,Briggs dan Wager. 1992. Principle of Instructional Design. Second.

Edition,Holt, Rinehart and Winston; New York

Gage, Berliner.1984. Educational Psychology. Fourth Edition. USA:. Mifflin Company: Houghton

Henny Guntur Tarigan. 1985. Pengajaran Pemerolehan Bahasa. Depdikbud: Jakarta

Hodgson, dalam Tarigan, 2008:7. Skripsi Indra Rakhman, Pembelajaran Membaca Pemahaman dikelas V SD Bandung, Tidak Diterbitkan.

Klein dalam Fraida, 2004. Strategi Kemampuan Membaca. Grasindo: Jakarta. Lapono, Nabisi dkk. 2010 Belajar dan Pembelajaran. Direktorat Jendral

(56)

76

M Djauhar Sidiq, dkk. 2009. Pengembangan Bahan Pembelajaran SD.

Derektorat Jendral Pendidikan Tinggi: Jakarta.

Merrei Jay, 1992. Macam-Macam Aktivitas Belajar. PT. Bumi Aksara : Jakarta. Miftahul Huda, 2011. Model Cooperative Learning, Grasindo: Jakarta.

Moh. Uzer Usman, 2003. Menjadi Guru Profesional, Cet ke I, Remaja Rosdakarya: Bandung.

Nurhadi, 1987.Membaca Cepat dan Efektif. Sinar Baru: Bandung

Oemar Hamalik. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. PT. Bumi Aksara: Jakarta. Permendiknas, 2007. Empat Kompetensi Guru. Depdiknas: Jakarta.

Poerwanti, dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Departemen Pendidikan Nasional: Jakarta.

Skinner, Dimyati dan Mujiono, 2002. Belajar dan Pembelajaran:Rineka Cipta: Jakarta

Sardiman. (2004). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta: Jakarta

Slaving, Robert. E. 2000. Educational Psychology: Theory Allyn dan Bacon Publishers.

Sudjana, Nana. 1989. Penelitian dan Penelitian Pendidikan, Sinar Baru: Bandung Sudjana, Nana. 2000. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosda

karya: Bandung.

Sugiyono, 2002. Model Penelitian Kualitatif, Alfabeta: Bandung.

Thobroni, Mustofa .2011. Belajar dan Pembelajaran: Pengembang Wacana dan Praktik.

Wiriaatmaja dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas SD. Departemen Pendidikan Nasional: Jakarta.

Gambar

Tabel                                                                                                          Halaman
Table 1.1 Data Nilai Tes Formatif  Tahun 2013
Gambar 3.1 Alur PTK ( Kemmis dalam Wiriaatmadja,(2006: 66)
Tabel : 3.1 Aktivitas Siswa
+2

Referensi

Dokumen terkait

Tipe Make a Match merupakan tipe pembelajaran yang dikembangkan pertama kali pada tahun 1994 oleh Lorna Curran. Adapun ciri utama metode Cooperative Learning tipe Make

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan model Cooperative Learning tipe Make a Match dalam pembelajaran

Penelitian tindakan kelas ini menggunakan metode diskusi dengan model cooperative learning yang memiliki tujuan untuk mengetahui penerapan model cooperative learning

Tujuan penelitian untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa mata pelajaran PKn kelas IVC melalui penerepan model Cooperative Learning tipe Make A Match.. Jenis

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) model pembelajaran cooperative learning tipe make a match berpengaruh posistif terhadap keterampilan sosial siswa SMP dibuktikan

Dari ulasan latar belakang diatas maka peneliti akan mengkaji melalui penelitian tindakan kelas dengan judul “Penerapan Model Cooperative Learning tipe Make a match

Penelitian tindakan kelas dengan judul Peningkatan Keterampilan Membaca Pemahaman melalui Cooperative Learning Model: STAD ini disusun dalam rangka menyemarakkan

Berdasarkan landasan teori dan kerangka berfikir di atas, maka hipotesis penelitian tindakan kelas dirumuskan sebagai berikut: model pembelajaran kooperatif tipe