• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA POWER POINT KELAS VA SD NEGERI SIDOSARI TAHUN PELAJARAN 2012/2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA POWER POINT KELAS VA SD NEGERI SIDOSARI TAHUN PELAJARAN 2012/2013"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL

BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS VB SD NEGERI 1 METRO BARAT

TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh Titik Hariyani

Latar belakang penelitian ini, didasarkan hasil observasi dan wawancara terhadap guru kelas VB SD Negeri 1 Metro Barat. Guru belum menerapkan model cooperative learning tipe two stay two stray. Pada saat pembelajaran siswa masih banyak yang tidak memperhatikan penjelasan guru. Hal tersebut mengakibatkan rendahnya aktivitas siswa. Hasil belajar siswa belum mencapai kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan oleh sekolah yaitu 70. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dengan menerapkan model cooperative learning tipe two stay two stray.

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang melalui empat tahapan yaitu; perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), observasi (observing) dan refleksi (reflecting). Prosedur penelitian ini dilaksanakan melalui tiga siklus. Alat pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan lembar observasi aktivitas siswa dan kinerja guru serta tes hasil belajar siswa.

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa pada setiap siklusnya. Rata-rata aktivitas siswa pada siklus I sebesar 54,32 “cukup”, pada siklus II sebesar 72,71 “aktif” dan pada siklus III sebesar 79,93 “aktif”. Dengan demikian terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 18,39 dan dari siklus II ke siklus III sebesar 7,22. Rata-rata nilai hasil belajar siswa pada siklus I sebesar (64,74), siklus II sebesar (69,74) dan siklus III sebesar (77,37). Dengan demikian terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 5 dan dari siklus II ke siklus III sebesar 7,63.

(2)
(3)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan proses pengubahan sikap seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan dan akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU No.20 Tahun 2003, Bab I, Pasal 1).

Menurut Ihsan (2008: 2) menyatakan bahwa pendidikan bagi umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil suatu kelompok manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera dan bahagia menurut konsep pandangan hidup mereka.

(4)

Upaya untuk mewujudkan tujuan pendidikan tersebut peran PKn sangat penting. Menurut Winataputra (dalam Ruminiati, 2007: 1.26) Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah pendidikan yang menyangkut status formal warganegara yang pada awalnya diatur dalam Undang-undang No. 2 Tahun 1949. Undang-undang ini berisi tentang diri kewarganegaraan dan peraturan tentang naturalisasi atau pemerolehan status sebagai warga negara Indonesia. Pembelajaran PKn merupakan salah satu pelajaran yang berkaitan langsung dengan kehidupan masyarakat dan cenderung pada pendidikan afektif. Sedangkan sikap seseorang khususnya anak-anak banyak dipengaruhi oleh lingkungan, baik lingkungan keluarga maupun lingkungan bermain anak.

Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, mata pelajaran PKn bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut: (1) berpikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan, (2) berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta anti-korupsi, (3) berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya, (4) berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Berdasarkan uraian di atas peneliti menyimpulkan bahwa tujuan mata pelajaran PKn di SD adalah untuk membentuk siswa menjadi warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, kreatif, bertanggungjawab, terampil dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

(5)

siswa kurang tertarik pada pembelajaran PKn serta kurangnya interaksi antara guru dengan siswa. Pada saat mengikuti proses pembelajaran siswa masih banyak yang tidak memperhatikan penjelasan guru saat guru mengajar. Guru belum menerapkan model cooperative learning tipe two stay two stray dalam pembelajaran PKn. Masih banyak siswa yang tidak dapat menjawab pertanyaan guru. Rendahnya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran juga berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa. Hasil belajar PKn siswa masih banyak yang mendapat nilai di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum), yaitu 70. Seperti yang terjadi pada nilai Mid Semester kelas VB SD Negeri 1 Metro Barat, dari 19 siswa terdapat 14 siswa (73,68%) yang nilainya kurang dari KKM dan hanya 5 siswa (26,32%) yang mendapat nilai lebih dari KKM.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka diperlukan suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dan termotivasi dalam kegiatan pembelajaran, sehingga aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn akan meningkat. Salah satu model yang dapat digunakan dalam mata pelajaran PKn yaitu model cooperative learning tipe two stay two stray.

Menurut Lie 2000 (dalam Isjoni 2007: 16) menyatakan cooperative learning dengan istilah pembelajaran gotong royong yaitu sistem pembelajaran

(6)

Suyatno (dalam http://yusiriza.wordpress.com) menyatakan model cooperative learning terdiri dari beberapa tipe, diantaranya Student Teams Achievement Division (STAD), Numbered Heads Together (NHT), Jigsaw, Think Pairs Share (TPS), Teams Games Turnament (TGT), Group Investigation (GI), Teams Assisted Individualy (TAI), dan Two Stay Two Stray

(TSTS).

Salah satu model cooperative learning yang dapat diterapkan adalah model cooperative learning tipe two stay two stray. Isjoni (2007: 79) model cooperative learning tipe two stay two stray adalah teknik yang dikembangkan Spencer Kagan dan bisa digunakan dengan teknik kepala bernomor. Teknik ini memberi kesempatan kepada siswa untuk membagikan hasil informasi dengan kelompok lain. Oleh karena itu pembelajaran menggunakan model cooperative learning tipe two stay two stray dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar

siswa.

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan perbaikan proses pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model pembelajaran sehingga peneliti mengangkat judul ”Penerapan model

cooperative learning tipe two stay two stray untuk meningkatkan aktivitas dan

(7)

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi beberapa masalah diantaranya:

1. Guru cenderung menggunakan metode ceramah dan tanya jawab dalam proses pembelajaran.

2. Rendahnya aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran PKn siswa kelas VB SD Negeri 1 Metro Barat.

3. Rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn siswa kelas VB SD Negeri 1 Metro Barat.

4. Guru belum menggunakan atau memakai model cooperative learning tipe two stay two stray yang dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar

siswa.

C.Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah penerapan model cooperative learning tipe two stay two stray pada mata pelajaran PKn dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa

kelas VB SD Negeri 1 Metro Barat Tahun Pelajaran 2012/2013?

(8)

D.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah sebagaimana telah dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian adalah untuk:

1. Meningkatkan aktivitas belajar siswa Kelas VB SD Negeri 1 Metro Barat Tahun Pelajaran 2012/2013 dalam mata pelajaran PKn dengan menerapkan model cooperative learning tipe two stay two stray.

2. Meningkatkan hasil belajar siswa Kelas VB SD Negeri 1 Metro Barat Tahun Pelajaran 2012/2013 dalam mata pelajaran PKn dengan menerapkan model cooperative learning tipe two stay two stray.

E.Manfaat Penelitian 1. Bagi Siswa

Dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn di SD Negeri 1 Metro Barat.

2. Bagi Guru

Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di kelasnya serta menambah dan mengembangkan kemampuan guru dalam menerapkan model cooperative learning tipe two stay two stray secara tepat. 3. Bagi Sekolah

Merupakan bahan masukan bagi sekolah dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan yang lebih baik, efektif dan efisien melalui penerapan model cooperative learning tipe two stay two stray.

4. Bagi Peneliti

(9)
(10)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Aktivitas dan Hasil Belajar 1. Pengertian Belajar

(11)

yaitu guru tidak hanya memberikan pengetahuan kepada siswa, melainkan siswa harus membangun sendiri pengetahuan didalam dirinya.

Slameto (2003: 2) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. KBBI (2007: 121) belajar adalah berusaha (berlatih) supaya mendapat suatu kepandaian. Definisi ini memiliki pengertian bahwa belajar merupakan suatu kegiatan dalam mencapai kepandaian atau ilmu. Sukiyadi (2006: 143) menyatakan bahwa belajar pada hakekatnya adalah proses aktif dimana seseorang melakukan kegiatan secara sadar untuk mengubah suatu perilaku, terjadi kegiatan merespon terhadap setiap pembelajaran. Seseorang yang belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain, belajar hanya akan mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri. Sedangkan Sutikno (dalam Fathurrohman, 2007: 5) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

(12)

2. Pengertian Aktivitas Belajar

Aktivitas belajar siswa merupakan salah satu faktor penting dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini mengingatkan bahwa kegiatan pembelajaran diadakan dalam rangka memberikan pengalaman-pengalaman belajar pada siswa. KBBI (2007: 20) aktivitas berarti kegiatan atau kesibukan. Jadi aktivitas belajar adalah kegiatan-kegiatan siswa yang menunjang keberhasilan belajar. Menurut Kunandar (2010: 277) aktivitas belajar adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses pembelajaran dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut. Sedangkan Sardiman (2011: 100) aktivitas belajar itu adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Dalam kegiatan belajar kedua aktivitas itu harus selalu berkait yaitu aktivitas antara anggota tubuh selalu berhubungan dengan pikiran atau mental siswa.

(13)

3. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Dimyati dan Mudjiono (2002: 3) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tidak mengajar dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pembelajaran. Menurut Suprijono (2012: 7) berpendapat bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Sedangkan Nasution (dalam http://ppg-pgsd.blogspot.com) hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar mengajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru. Kunandar (2010: 277) menyatakan bahwa hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa dengan mengikuti suatu materi tertentu dari mata pelajaran yang berupa data kualitatif maupun kuantitatif.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan apa saja yang diperoleh siswa setelah melakukan proses pembelajaran. Hasil belajar biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru.

B.Model Cooperative Learning

1. Pengertian Model Cooperative Learning

(14)

bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Asbullah (dalam http://ifzanul.blogspot.com) menyatakan bahwa cooperative learning adalah belajar bersama-sama saling membantu antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya dalam belajar dan memastikan bahwa setiap orang dalam kelompok mencapai tujuan atau tugas yang telah ditentukan sebelumnya.

Menurut Isjoni (2007: 6) menyatakan bahwa cooperative learning adalah belajar bersama-sama, saling membantu antara satu dengan yang lain dalam belajar dan memastikan bahwa setiap orang dalam kelompok mencapai tujuan atau tugas yang telah ditentukan sebelumnya. Sedangkan, menurut Suprijono (2012: 54) cooperative learning adalah suatu konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru.

(15)

2. Tujuan Model Cooperative Learning

Model Cooperative Learning memiliki berbagai tujuan dalam setiap proses pembelajaran. Isjoni (2007: 21) menyatakan ada tiga tujuan model cooperative learning yaitu:

a. Penghargaan kelompok

Cooperative Learning menggunakan tujuan kelompok untuk memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok diperoleh jika kelompok mencapai skor di atas kriteria yang ditentukan. Keberhasilan kelompok didasarkan pada penampilan individu sebagai anggota kelompok dalam menciptakan hubungan antar personal yang saling mendukung, saling membantu, dan saling peduli.

b. Pertanggungjawaban Individu

Keberhasilan Kelompok tergantung dari pembelajaran individu dari semua anggota kelompok. Pertanggungjawaban tersebut menitikberatkan pada aktivitas anggota kelompok yang saling membantu dalam belajar. Adanya pertanggungjawaban secara individu juga menjadikan setiap anggota siap untuk menghadapi tes dan tugas lainnya secara mandiri tanpa bantuan teman sekelompoknya.

c. Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan

Cooperative Learning menggunakan metode scoring yang mencakup nilai perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi yang diperoleh siswa dari yang terdahulu. Dengan metode ini siswa memiliki kesempatan yang sama untuk berhasil dan melakukan terbaik buat kelompoknya.

3. Jenis-Jenis Model Cooperative Learning

Cooperative learning memiliki beberapa jenis dalam proses

penerapannya. Suyatno (dalam http://yusiriza.wordpress.com) menyatakan bahwa model cooperative learning terdiri dari beberapa tipe, diantaranya Student Teams Achievement Division (STAD), Numbered Heads Together

(NHT), Jigsaw, Think Pairs Share (TPS), Teams Games Turnament (TGT), Group Investigation (GI), Teams Assisted Individualy (TAI), dan Two Stay

(16)

Berdasarkan pendapat di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa model cooperative learning memiliki banyak tipe model yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran di kelas. Dari beberapa model cooperative learning di atas peneliti memlilih model cooperative learning tipe two stay two stray karena model ini dirasa dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn.

C.Model Cooperative Learning Tipe Two Stay Two Stray

Salah satu tipe model cooperative learning adalah two stay two stray. Isjoni (2007: 79) menyatakan bahwa model cooperative learning tipe two stay two stray adalah teknik yang dikembangkan Spencer Kagan dan bisa digunakan dengan teknik kepala bernomor. Teknik ini memberi kesempatan kepada siswa untuk membagikan hasil informasi dengan kelompok lainnya. Menurut Hanafiah (2009: 56) menyatakan bahwa model cooperative learning tipe dua tinggal dua tamu (two stay two stray) memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lainnya.

Suyatno (dalam http://yusiriza.wordpress.com) menyatakan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray adalah dengan cara siswa berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan kelompok lain. Sintaknya adalah kerja kelompok, dua siswa bertamu ke kelompok lain dan dua siswa lainnya tetap dikelompoknya untuk menerima dua orang dari kelompok lain, saling bertukar informasi, kembali ke kelompok asal dan laporan kelompok.

(17)

kelompok dan saling berbagi informasi, pengetahuan dan pengalaman dengan kelompok lainnya.

D.Kelebihan dan Kelemahan Model Two Stay Two Stray

Model pembelajaran pasti memiliki kekurangan dan kelebihan. Begitu pula dengan model two stay two stray. Menurut Yusrin (dalam http://yusrin-orbyt.blogspot.com) kelebihan dan kelemahan model ini sebagai berikut: 1. Kelebihan dari model two stay two stray:

a. Dapat diterapkan pada semua kelas/tingkatan

b. Kecenderungan belajar siswa menjadi lebih bermakna c. Lebih berorientasi pada keaktifan.

d. Diharapkan siswa akan berani mengungkapkan pendapatnya e. Menambah kekompakan dan rasa percaya diri siswa.

f. Kemampuan berbicara siswa dapat ditingkatkan. g. Membantu meningkatkan minat dan prestasi belajar 2. Kelemahan dari model two stay two stray:

a. Membutuhkan waktu yang lama

b. Siswa cenderung tidak mau belajar dalam kelompok

c. Bagi guru, membutuhkan banyak persiapan (materi, dana dan tenaga) d. Guru cenderung kesulitan dalam pengelolaan kelas.

Miratriani (dalam http://miratriani.blogspot.com) menyatakan bahwa model cooperative learning tipe two stay two stray memiliki kelebihan dan kekurangan sebagai berikut:

1. Kelebihan model two stay two stray:

a. Dapat diterapkan pada semua kelas/tingkatan b. Belajar siswa lebih bermakna

c. Lebih berorientasi pada keaktifan berpikir siswa

d. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat meningkatkan kreatifitas dalam melakukan komunikasi dengan teman sekelompoknya e. Membiasakan siswa untuk bersikap terbuka terhadap temannya

2. Kelemahan model two stay two stray: a. Membutuhkan waktu yang lama

b. Siswa cenderung tidak mau belajar dalam kelompok

(18)

Berdasarkan beberapa kelebihan dan kelemahan model cooperative learning tipe two stay two stray di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa kelebihan model cooperative learning tipe two stay two stray lebih banyak dibandingkan kelemahannya sehingga kelebihan tersebut dapat menutupi kelemahan model two stay two stray ini dan model cooperative learning tipe two stay two stray ini cocok dan efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran

di kelas sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. E.Langkah-langkah Model Two Stay Two Stray

Huda (2011: 140) menyatakan bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran tipe two stay two stray pada siswa melalui beberapa prosedur, yaitu:

1. Siswa bekerja sama kelompok berempat sebagaimana biasa

2. Guru memberikan tugas secara berkelompok untuk didiskusikan dan dikerjakan secara bersama-sama

3. Dua anggota dari masing-masing kelompok diminta meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu kedua anggota kelompok lain 4. Dua orang yang “tinggal” dalam kelompok bertugas bersharing informasi

dan hasil kerja mereka ke tamu mereka

5. “Tamu” mohon diri dan kembali ke kelompok semula dan melaporkan apa

yang mereka temukan dari kelompok lain

6. Setiap kelompok lalu membandingkan dan membahas hasil pekerjaan mereka semua.

Berdasarkan langkah-langkah model cooperative learning tipe two stay two stray di atas, peneliti menyimpulkan bahwa model cooperative learning

(19)

G.Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) SD 1. Pengertian PKn

PKn adalah pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat berpikir kritis dan bertindak demokratis. Soedijarto (dalam http://www.pengertiandefinisi.com) menyatakan bahwa PKn sebagai pendidikan politik yang bertujuan untuk membantu siswa untuk menjadi warga negara yang secara politik dewasa dan ikut serta membangun sistem politik yang demokratis. Menurut Sumarsono (2001: 3) menyatakan bahwa PKn dimaksudkan agar kita memiliki wawasan kesadaran bernegara untuk bela negara dan memiliki pola pikir, pola sikap dan perilaku sebagai pola tindak yang cinta tanah air berdasarkan Pancasila. Semua itu diperlukan demi utuh dan tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia.

(20)

status formal warga negara yang pada awalnya diatur dalam Undang-Undang No. 2 Tahun 1949, tentang diri kewarganegaraan dan peraturan naturalisasi. Kemudian diperbaharui dalam Undang-Undang No. 62 tahun 1985, namun dalam perkembangannya Undang-Undang ini dianggap cukup diskriminatif sehingga diperbaharui lagi menjadi Undang-Undang No. 12 tahun 2006, tentang kewarganegaraan (Winataputra dalam Ruminiati, 2007: 1.25-1.26).

Selaras dengan pengertian PKn di atas Pembukaan UUD 1945 merumuskan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Negara yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan serta dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Berdasarkan beberapa pengertian PKn di atas, mata pelajaran PKn diharapkan dapat mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia serta menjadi warga negara yang cerdas, terampil dan berkarakter.

2. Tujuan PKn SD

PKn merupakan suatu mata pelajaran yang sangat penting untuk

membentuk watak dan mencerdaskan kehidupan warga negara yang

demokratis dan bertanggungjawab. Dalam Permendiknas No.22 Tahun 2006

(21)

a. Mampu berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menangggapi isu kewarganegaraan di negaranya

b. Mau berpartisipasi dalam segala bidang kegiatan. Aktif dan bertanggungjawab, sehingga dapat bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara

c. Berkembang secara positif dan demokratis sehingga mampu berinteraksi, serta mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk membentuk diri berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain

d. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

Terkait dengan tujuan PKn di atas, Atha (dalam

http://athaanakcerdas.blogspot.com) mengemukakan tujuan PKn di SD adalah sebagai berikut:

a. Memberikan pengertian, pengetahuan dan pemahaman tentang Pancasila

yang benar dan sah.

b. Meletakkan dan membentuk pola pikir yang sesuai dengan Pancasila dan

ciri khas serta watak ke-Indonesiaan.

c. Menanamkan nilai-nilai moral Pancasila ke dalam diri siswa.

d. Menggugah kesadaran siswa sebagai warga negara dan warga

masyarakat Indonesia untuk selalu mempertahankan dan melestarikan nilai-nilai moral Pancasila tanpa menutup kemungkinan bagi diakomodasikannya nilai-nilai lain dari luar yang sesuai dan tidak bertentangan dengan nilai-nilai moral Pancasila terutama dalam menghadapi arus globalisasi dan dalam rangka kompetisi dalam pasar bebas dunia.

e. Memberikan motivasi agar dalam setiap langkahnya bertindak dan

berperilaku sesuai dengan nilai, moral dan norma Pancasila.

f. Mempersiapkan siswa untuk menjadi warga negara dan warga

masyarakat Indonesia yang baik dan bertanggung jawab serta mencintai bangsa dan negaranya.

Berdasarkan tujuan PKn SD di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa

tujuan PKn di SD adalah untuk menjadikan siswa sebagai warga negara

yang baik, yaitu warga negara yang mau dan sadar akan hak dan

(22)

baik, cerdas, terampil dan berkarakter serta mengikuti perkembangan

teknologi.

H.Hipotesis Tindakan

(23)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Metode Penelitian

(24)

Adapun siklus penelitian tindakan kelas sebagai berikut:

SIKLUS I

SIKLUS II

SIKLUS III

[image:24.595.167.448.129.486.2]

Dst.

Gambar 1: Alur Penelitian Tindakan Kelas Modifikasi dari Wardhani (2007: 2.4) Keterangan:

Sebelum mahasiswa melakukan penelitian tindakan kelas terlebih dahulu dilakukan sosialisasi tentang PTK kepada guru dan siswa yang ada di SD yang bersangkutan. Hal ini dilakukan agar guru dan siswa tidak kaku bila nanti menjadi subjek penelitian.

Pelaksanaan

Perencanaan Observasi

Refleksi

Pelaksanaan

Perencanaa Observasi

Refleksi

Pelaksanaan Perencanaan

Observasi

(25)

B. Setting Penelitian 1. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah seorang guru dan siswa kelas VB SD Negeri I Metro Barat. Adapun siswa kelas VB SD Negeri 1 Metro Barat Tahun Pelajaran 2012/2013 terdiri dari 19 siswa dengan komposisi 12 siswa laki-laki dan 7 siswa perempuan.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Metro Barat, Kota Metro.

3. Waktu Penelitian

Waktu pelaksanan penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013 dan dilaksanakan selama kurang lebih tiga bulan, dimulai dari bulan Februari sampai bulan April tahun 2013.

C. Teknik Pengumpulan Data

(26)

D. Alat Pengumpul Data

Pada penelitian ini peneliti menggunakan instrumen sebagai berikut:

1. Lembar observasi, instrumen ini digunakan untuk mengamati dan mengumpulkan data mengenai kinerja guru dan aktivitas belajar siswa selama penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran PKn dengan menerapkan model cooperative learning tipe two stay two stray.

2. Tes hasil belajar siswa, instrumen ini digunakan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa khususnya mengenai penguasaan materi pembelajaran PKn dengan menerapkan model cooperative learning tipe two stay two stray.

E. Teknik Analisis Data 1. Teknik Kualitatif

Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis data aktivitas siswa dan kinerja guru selama pembelajaran berlangsung. Data diperoleh dengan mengadakan pengamatan secara langsung terhadap aktivitas siswa dengan menggunakan lembar observasi. Data aktivitas diperoleh dari perilaku yang relevan dengan menerapkan model pembelajaran cooperative learning tipe two stay two stray.

a. Nilai aktivitas siswa secara individu menggunakan rumus:

Nilai = Jumlah skor perolehan

Jumlah skor maksimal x100

(27)

b. Rata-rata nilai aktivitas siswa diperoleh dengan rumus:

X= ��

Keterangan:

X = Nilai rata-rata kelas

∑Xi = Total nilai yang diperoleh siswa

N = Jumlah siswa

(Herrhyanto, dkk., 2009: 4.2)

c. Nilai kinerja guru diperoleh dengan rumus:

Nilai = Jumlah skor yang diperoleh

Jumlah aspek yang dinilai x100 Diadaptasi dari Purwanto (2009: 112)

[image:27.595.146.462.476.570.2]

Rata-rata nilai aktivitas siswa dan kinerja guru memiliki kriteria keberhasilan sebagai berikut:

Tabel 1. Kriteria Keberhasilan Aktivitas Siswa dan Kinerja Guru Tingkat Keberhasilan Aktivitas Siswa Kinerja Guru

>80 Sangat Aktif Sangat Tinggi

60 - 79 Aktif Tinggi

40 - 59 Cukup Sedang

20 - 39 Kurang Rendah

<20 Sangat Kurang Sangat Rendah (sumber: Aqib, dkk., 2009: 41)

2. Teknik Kuantitatif

Analisis kuantitatif digunakan untuk mendeskripsikan kemampuan belajar siswa dalam hubungannya dengan penguasaan materi yang diajarkan guru.

(28)

S = R

Nx100 Keterangan:

S = Nilai yang diharapkan

R = Jumlah skor/item yang dijawab benar N = Skor maksimum dari tes

100 = Bilangan tetap

Diadaptasi dari Purwanto (2009: 112).

b. Untuk menghitung nilai rata- rata seluruh siswa menggunakan rumus:

X = ��

Keterangan:

X = Nilai rata-rata kelas

∑Xi = Total nilai yang diperoleh siswa

N = Jumlah siswa

(Herrhyanto, dkk., 2009: 4.2)

c. Untuk menghitung presentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal dengan rumus:

Ketuntasan Klasikal = �≥70

� � 100 %

Keterangan:

S ≥ 70 = Jumlah siswa yang mendapat nilai lebih besar atau sama dengan 70

N = Banyak siswa 100 % = Bilangan tetap

(29)

Analisis ini dilakukan pada saat tahapan refleksi. Hasil analisis ini digunakan untuk melakukan perencanaan lanjut dalam siklus selanjutnya, sebagai bahan refleksi dalam memperbaiki rancangan pembelajaran (Aqib,dkk., 2009: 41).

F. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan pada penelitian ini “ada peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa pada setiap siklusnya”.

G. Urutan penelitian Tindakan Kelas

Penelitian Tindakan Kelas ini terdiri dari tiga siklus dan setiap siklus memiliki empat tahapan kegiatan, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Adapun siklus tersebut antara lain:

Siklus I

Kegiatan pada siklus pertama diawali dengan pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran secara kolaboratif partisipatif antara guru dengan peneliti, kemudian rencana kegiatan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning tipe two stay two stray meliputi beberapa tahap antara lain:

1. Perencanaan

(30)

menyiapkan lembar panduan observasi yang berisi tentang instrumen-instrumen yang akan diteliti.

2. Pelaksanaan

Melaksanakan pembelajaran dengan materi “Organisasi di Lingkungan Sekolah dan Masyarakat” dengan rincian kegiatan:

a. Kegiatan Awal

1) Guru mengkondisikan kelas untuk memulai kegiatan pembelajaran 2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

3) Guru menyampaikan apersepsi, bertanya tentang siapa yang dapat menyebutkan salah satu contoh bentuk oraganisasi di sekolah? b. Kegiatan Inti

Eksplorasi

1) Guru menjelaskan materi tentang bentuk organisasi dengan memasangkan gambar bentuk-bentuk organisasi di sekolah.

2) Guru menjelaskan langkah-langkah penerapan model cooperative learning tipe two stay two stray kepada siswa

3) Siswa memperhatikan penjelasan dari guru. Elaborasi

1) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok, tiap kelompok terdiri dari 4 siswa dan membagikan kartu bernomor untuk memudahkan guru dalam mengamati aktivitas siswa.

(31)

3) Setelah itu, dua anggota dari masing-masing kelompok diminta untuk meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu kedua anggota dari kelompok lain.

4) Dua orang yang “tinggal“ dalam kelompok bertugas bersharing informasi dari hasil kerja mereka ke tamu mereka.

5) “Tamu” mohon diri dan kembali ke kelompok semula dan

melaporkan apa yang mereka temukan dari kelompok lain.

6) Setiap kelompok lalu membandingkan dan membahas hasil pekerjaan mereka semula.

7) Guru bersama siswa membahas hasil kerja tiap kelompok

8) Guru memberikan penilaian dan penguatan terhadap hasil kerja tiap kelompok.

Konfirmasi

1) Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya mengenai materi yang belum jelas.

c. Kegiatan Akhir

1) Guru memberikan tes hasil belajar kepada siswa untuk mendapatkan

skor akhir dan melihat tingkat penguasaan materi pelajaran PKn

yang sudah diajarkan.

2) Guru bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran yang telah dipelajari.

3) Guru memberikan tugas rumah (PR) kepada siswa untuk lebih mendalami materi yang telah diajarkan.

(32)

3. Observasi

Peneliti mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung yaitu keaktifan dan keantusiasan siswa, termasuk saat siswa melakukan kegiatan diskusi serta kinerja guru selama proses pembelajaran. Aktivitas siswa dan kinerja guru diamati dengan memberikan skor pada lembar observasi.

4. Refleksi

Pada akhir siklus, refleksi dilakukan oleh tim peneliti guna mengkaji aktivitas siswa dan kinerja guru. Tahap ini dilakukan untuk membuat rencana perbaikan pada siklus berikutnya. Adapun refleksi yang digunakan adalah melihat kelebihan dan kekurangan selama proses pembelajaran berlangsung. Apabila terdapat kelebihan, maka harus dipertahankan. Sebaliknya, jika terdapat kekurangan, maka akan dilakukan perbaikan pada perencanaan tindakan untuk siklus selanjutnya. Karena pada dasarnya refleksi merupakan bagian yang paling penting untuk memahami dan memberikan makna terhadap proses dan hasil belajar.

Siklus II

(33)

1. Perencanaan

Dalam kegiatan perencanaan, langkah-langkah yang harus dilakukan oleh peneliti bersama guru bidang studi adalah mendata kendala yang dihadapi pada proses pembelajaran pada siklus I. Merancang perbaikan untuk proses pembelajaran pada siklus II berdasarkan refleksi dari siklus I. Berdiskusi untuk menyiapkan pemetaan, silabus, membuat rencana pembelajaran sesuai dengan SK dan KD. Kemudian dilanjutkan dengan menyiapkan media pembelajaran, soal dan tes unjuk kerja serta penilaiannya. Disamping menyiapkan perangkat pembelajaran peneliti juga menyiapkan lembar panduan observasi yang berisi tentang instrumen-instrumen yang akan diteliti.

2. Pelaksanaan

Melaksanakan pembelajaran dengan materi ”Kebebasan Organisasi dan Peran Serta Dalam Memilih Organisasi” dengan rincian kegiatan: a. Kegiatan Awal

1) Guru mengkondisikan kelas untuk memulai kegiatan pembelajaran 2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

3) Guru menyampaikan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan siapa yang ingin menjadi anggota dalam suatu organisasi?

b. Kegiatan Inti Eksplorasi

(34)

2) Guru menjelaskan materi tentang kebebasan berorganisasi dan peran serta dalam memilih orgnisasi

3) Siswa memperhatikan penjelasan guru. Elaborasi

1) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok, tiap kelompok terdiri dari 4 siswa dan membagikan kartu bernomor untuk memudahkan guru dalam mengamati aktivitas siswa..

2) Tiap kelompok diberikan Lembar Tugas Kelompok (LTK) untuk didiskusikan dan dikerjakan secara bersama-sama.

3) Setelah itu, dua anggota dari masing-masing kelompok diminta untuk meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu kedua anggota dari kelompok lain.

4) Dua orang yang “tinggal“ dalam kelompok bertugas bersharing informasi dari hasil kerja mereka ke tamu mereka.

5) “Tamu” mohon diri dan kembali ke kelompok semula dan

melaporkan apa yang mereka temukan dari kelompok lain.

6) Setiap kelompok lalu membandingkan dan membahas hasil pekerjaan mereka semula.

7) Guru bersama siswa membahas hasil kerja tiap kelompok

8) Guru memberikan penilaian dan penguatan terhadap hasil kerja tiap kelompok.

Konfirmasi

(35)

c. Kegiatan Akhir

1) Guru memberikan tes hasil belajar kepada siswa untuk mendapatkan

skor akhir dan melihat tingkat penguasaan materi pelajaran PKn

yang sudah diajarkan.

2) Guru bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran yang telah dipelajari.

3) Guru memberikan tugas rumah (PR) kepada siswa untuk lebih mendalami materi yang telah diajarkan.

4) Salam penutup. 3. Observasi

Peneliti mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung yaitu keaktifan dan keantusiasan siswa, termasuk saat siswa melakukan kegiatan diskusi serta kinerja guru selama proses pembelajaran. Aktivitas siswa dan kinerja guru diamati dengan memberikan skor pada lembar observasi.

4. Refleksi

(36)

kelas. Hasil analisis digunakan sebagai acuan untuk merencankan perbaikan pada siklus III.

Siklus III

Pada siklus III materi pembelajaran adalah ”Keputusan Bersama”. Siklus III ini dilakukan sebagai usaha peningkatan kemampuan siswa dalam pembelajaran PKn dengan menerapkan model cooperative learning tipe two stay two stray. Hasil pembelajaran pada siklus III ini diharapkan lebih baik dari siklus I dan II. Langkah-langkahnya yaitu sebagai berikut:

1. Perencanaan

Dalam kegiatan perencanaan, langkah-langkah yang harus dilakukan oleh peneliti bersama guru bidang studi adalah mendata kendala yang dihadapi pada proses pembelajaran pada siklus II. Merancang perbaikan untuk proses pembelajaran pada siklus III berdasarkan refleksi dari siklus II. Berdiskusi untuk menyiapkan pemetaan, silabus, membuat rencana pembelajaran sesuai dengan SK dan KD. Kemudian dilanjutkan dengan menyiapkan silabus, media pembelajaran, menyiapkan instrumen tes berupa soal dan non tes berupa tes unjuk kerja serta penilaiannya.

2. Pelaksanaan

Melaksanakan pembelajaran dengan materi ”Bentuk-Bentuk Keputusan Bersama”dengan rincian kegiatan:

a. Kegiatan Awal

(37)

3) Guru menyampaikan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan “Apa yang akan pertama kali kalian lakukan ketika bangun tidur?”

4) Jawaban dari siswa merupakan salah satu bentuk keputusan yaitu keputusan pribadi

b. Kegiatan Inti Eksplorasi

1) Guru bertanya kepada siswa tentang apa yang akan kamu lakukan terhadap tata tertib yang ada di sekolah?

2) Guru menjelaskan materi tentang kebebasan berorganisasi dan peran serta dalam memilih organisasi.

3) Siswa memperhatikan penjelasan guru. Elaborasi

1) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok, tiap kelompok terdiri dari 4 siswa dan membagikan kartu bernomor untuk memudahkan guru dalam mengamati aktivitas siswa.

2) Tiap kelompok diberikan Lembar Tugas Kelompok (LTK) untuk didiskusikan dan dikerjakan secara bersama-sama.

3) Setelah itu, dua anggota dari masing-masing kelompok diminta untuk meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu kedua anggota dari kelompok lain.

4) Dua orang yang “tinggal“ dalam kelompok bertugas bersharing informasi dari hasil kerja mereka ke tamu mereka.

5) “Tamu” mohon diri dan kembali ke kelompok semula dan

(38)

6) Setiap kelompok lalu membandingkan dan membahas hasil pekerjaan mereka semula.

7) Guru bersama siswa membahas hasil kerja tiap kelompok

8) Guru memberikan penilaian dan penguatan terhadap hasil kerja tiap kelompok.

Konfirmasi

1) Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya mengenai materi yang belum jelas.

c. Kegiatan Akhir

1) Guru memberikan tes hasil belajar kepada siswa untuk mendapatkan

skor akhir dan melihat tingkat penguasaan materi pelajaran PKn

yang sudah diajarkan.

2) Guru bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran yang telah dipelajari.

3) Guru memberikan tugas rumah (PR) kepada siswa untuk lebih mendalami materi yang telah diajarkan.

4) Salam penutup. 3. Observasi

(39)

4. Refleksi

(40)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan terhadap siswa VB SD Negeri 1 Metro Barat pada pembelajaran PKn dapat disimpulkan bahwa:

1. Penerapan model cooperative learning tipe two stay two stray pada pembelajaran PKn dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VB SD Negeri 1 Metro Barat. Hal ini sesuai dengan hasil pengamatan observer terhadap aktivitas belajar siswa yang telah dilakukan mulai dari siklus I, II dan III dan terjadi peningkatan pada setiap siklusnya. Rata-rata nilai aktivitas siswa pada siklus I sebesar 54,32 “cukup”, pada siklus II sebesar 72,71 “aktif” dan pada siklus III sebesar 79,93 ”aktif”. Dengan demikian terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 18,39 dan dari siklus II ke siklus III sebesar 7,22.

(41)

dan dari siklus II ke siklus III sebesar 7,63. Presentase ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 42,11%, siklus II sebesar 52,63% dan siklus III sebesar 84,21%. Peningkatan ketuntasan belajar siswa dari siklus I ke siklus II sebesar 10,52% dan dari siklus II ke siklus III sebesar 31,58%.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diuraikan di atas, berikut ini disampaikan saran-saran dalam menerapkan pembelajaran dengan model cooperative learning tipe two stay two stray yaitu:

1. Bagi Siswa

Siswa diharapkan untuk lebih aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran sehingga dapat mempermudah memahami materi pembelajaan. Semangat belajar siswa yang tinggi akan memperkaya ilmu pengetahuan siswa sehingga hasil belajar siswa juga akan meningkat. 2. Bagi Guru

(42)

3. Bagi Sekolah

Hendaknya memberikan fasilitas pembelajaran yang memadai, serta sarana pendukung untuk melaksanakan perbaikan pembelajaran demi meningkatnya mutu pendidikan di sekolah.

4. Bagi Peneliti

(43)

DAFTAR PUSTAKA

Andayani, dkk. 2009. Pemantapan Kemampuan Profesional. Universitas Terbuka. Jakarta.

Aqib, Zainal, dkk., 2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB, & TK. Yrama Widya. Bandung.

Arikunto, Suharsimi, dkk., 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta.

Asbullah. 2010. http://ifzanul.blogspot.com/2010/06/cooperative-learning-pembelajaran.html (tanggal akses 6 Desember 2012 pukul 12.00 WIB) Atha. 2011.

http://athaanakcerdas.blogspot.com/2011/12/hakekat-fungsi-dan-tujuan-pkn-di-sd.html (tanggal akses 6 Desember 2012 pukul 12.00 WIB) Dimyati & Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Emildiany,Novi.2008.http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/07/31/cooperati

ve-learning-teknik-jigsaw/ (tanggal akses 6 Desember 2012 pukul 12.00 WIB)

Fathurrohman, Pupuh, dkk., 2007. Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum Dan Konsep Islami. PT. Refika Aditama. Bandung.

Hanafiah, Nanang & Cucu Suhana. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. PT. Rafika Aditama. Bandung.

Herrhyanto, Nar, dkk., 2009. Struktur Dasar. Universitas Terbuka: Jakarta.

Herpratiwi. 2009. Teori Belajar dan Pembelajaran. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning, Teori Dan Aplikasi PAIKEM. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

(44)

Isjoni. 2007. Cooperative Learning Efectifitas Pembelajaran Kelompok. Alfabeta. Bandung.

Kunandar. 2010. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi. PT Rajawali Pers. Jakarta.

Miratriani. 2012. http://miratriani.blogspot.com/2012/07/metode-pembelajaran-group-to-group.html (tanggal akses 10 Desember 2012 pukul 20.00 WIB) Nasution. 2012.

http://ppg-pgsd.blogspot.com/2012/04/pengertian-hasil-belajar.html (tanggal akses 10 Desember 2012 pukul 20.00 WIB)

Purwadarminto. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta. Purwanto, Ngalim. 2009. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.

Rosda. Bandung.

Ruminiati. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan SD. Departemen Pendidikan Nasional. Balai Pustaka. Jakarta.

Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Rajawali Pers. Jakarta. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Rineka

Cipta. Jakarta.

Soedijarto. 2011. http://www.pengertiandefinisi.com/2011/10/pengertian-pkn.html (tanggal akses 6 Desember 2012 pukul 12.00 WIB)

Solihatin, Etin, dkk., 2007. Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Bumi Aksara. Jakarta.

Sowiyah. 2010. Pengembangan Kompetensi Guru SD. Universitas lampung. Bandar Lampung

Sukiyadi, Diki, dkk., 2006. Kurikulum dan Pembelajaran. UPI PRESS. Bandung. Sumarsono, dkk. 2001. Pendidikan Kewarganegaraan. Gramedia Pustaka Utama.

Jakarta.

Suprijono, Agus. 2012. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Suyatno. 2011. http://Yusiriza.Wordpress.Com/2011/07/20/Model-Pembelajaran-Kooperatif-Tipe-Two-Stay-Two-Stray-Tsts/ (tanggal akses 6 Desember 2012 pukul 12.00 WIB

(45)

Tarigan, Henry Guntur. 2006. Kapita Selakta PKn. Bumi Aksara. IKIP Malang. Tim Penyusun. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas)

Tahun 2006 tentang Standar Isi (SI) dan Standar Kelulusan (SKL).

Tim Penyusun. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Tim Penyusun. 2009. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung. Lampung.

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana. Jakarta.

UU No. 20 Tahun. 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2003. Rineka Cipta. Jakarta.

Wardani, I.G.A.K, dkk., 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Terbuka. Jakarta.

Gambar

Gambar 1: Alur Penelitian Tindakan Kelas Modifikasi dari Wardhani (2007: 2.4)
Tabel 1. Kriteria Keberhasilan Aktivitas Siswa dan Kinerja Guru

Referensi

Dokumen terkait

of 802.11 authentication method is used on the client to associate to an Access Point on the Certkiller network. A.Open B.LEAP C.Closed D.EAPTLS

Indonesia terkenal sebagai negara yang kaya akan keragaman seni budaya tradisional. Salah satu warisan seni budaya yang terkenal dan bahkan telah diakui dunia dengan

Pegawai Negeri adalah setiap warga negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu

bahwa untuk lebih meningkatkan kegiatan penanaman modal baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri untuk percepatan pembangunan dengan tetap meningkatkan

saham sebagai bagi an dari perseroan t erhadap ti ndakan at au perbuat an yang. dilakukan ol eh

Dengan mengetahui tentang kepemimpinan kepala sekolah dalam implementasi manajemen berbasis sekolah MTS PAB 2 Sampali penulis sangat berharap bahwa MTs PAB 2

Responden dalam penelitian ini adalah pasien dengan hipertensi pada bulan Februari-Maret 2015 yang berjumlah tujuh responden dengan hasil bahwa 6 dari 7 responden mengalami

Penurunan pH pada larutan dyes (sebagai garam Na) akan menyebabkan proses disosiasi berjalan lebih cepat karena terbentuk garam baru dari sisa asam dengan Na dan membentuk molekul