ABSTRAK
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 SUKOYOSO SUKOHARJO
KABUPATEN PRINGSEWU
Oleh LISRINAHATI
Dalam proses pembelajaran sering kita jumpai gurunya yang lebih aktif, seharusnya yang aktif siswanya. Hal ini dikarenakan guru kurang menguasai metode dan model-model pembelajaran. Guru masih dominan menggunakan metode ceramah, pembelajaran yang demikian kurang memotivasi belajar siswa. Hal ini menyebabkan siswa tidak kreatif, kurang berminat dalam pembelajaran. Siswa kurang bisa bekerja dalam kelompok diskusi. Mereka cenderung belajar sendiri-sendiri. Pengetahuan yang didapat bukan dibangun sendiri secara bertahap oleh siswa atas dasar pemahaman sendiri.
Perumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini adalah : “Bagaimana Peningkatan Aktivitas dan Prestasi Belajar IPS Melalui Model Cooperative Learning Tipe Make A Match pada Siswa Kelas IV SD NegeriI 2 Sukoyoso Sukoharjo Kabupaten Pringsewu?”.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan peningkatan aktivitas dan prestasi belajar siswa dalam mata pembelajaran IPS kelas IV SDN 2 Sukoyoso Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata presentase aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan, siklus I sebesar 57,20% dan pada siklus II menjadi 72,00%, dengan rata-rata prestasi belajar siswa mengalami peningkatan, siklus I sebesar 67,50 dan pada siklus II menjadi 75,00.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam proses pembelajaran sering kita jumpai gurunya yang lebih aktif,
seharusnya yang aktif siswanya. Hal ini dikarenakan guru kurang menguasai
metode dan model-model pembelajaran. Guru masih dominan menggunakan
metode ceramah, pembelajaran yang demikian kurang memotivasi belajar
siswa. Hal ini menyebabkan siswa tidak kreatif, kurang berminat dalam
pembelajaran. Siswa kurang bisa bekerja dalam kelompok diskusi. Mereka
cenderung belajar sendiri-sendiri. Pengetahuan yang didapat bukan dibangun
sendiri secara bertahap oleh siswa atas dasar pemahaman sendiri. Hal ini
disebabkan karena siswa jarang menemukan jawaban atas permasalahan atau
konsep yang dipelajari. Untuk mengatasi permasalahan tentang suasana
belajar di kelas perlu dikembangkan kerjasama antar siswa dengan
menggunakan model pembelajaran yang sesuai. Salah satu model
pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa
adalah dengan model Cooperative Learning tipe Make A Match (mencari
pasangan). Model ini lebih menekankan pada kerjasama antar siswa, sehingga
melatih siswa dalam ketelitian, ketepatan, dan kecepatan.
Dalam proses belajar mengajar penilaian merupakan salah satu kegiatan yang
dilakukan untuk mengukur dan menilai tingkat pencapaian kurikulum,
Minimal (KKM) di SD Negeri 2 Sukoyoso Sukoharjo Kabupaten Pringsewu
kelas IV pada mata pelajaran IPS yaitu 63.
Berdasarkan hasil prasurvey yang dilakukan di kelas IV SD Negeri 2
Sukoyoso Sukoharjo Kabupaten Pringsewu menunjukan bahwa siswa yang
telah mencapai KKM sebanyak 10 orang siswa (35,71%) dan 18 orang siswa
(64,29%) yang belum mencapai KKM dari jumlah siswa 28 siswa.
Rendahnya pencapaian prestasi belajar siswa ini, menjadi indikasi bahwa
pembelajaran yang dilakukan selama ini belum efektif. Untuk memperbaiki
hal tersebut perlu menggunakan pendekatan pembelajaran yang lebih
komprehensip dan dapat mengaitkan materi atau teori dengan kenyataan yang
ada di lingkungan sekitarnya. Atas dasar ini peneliti menerapkan model
Cooperative Learning dengan tipe make a match untuk memperbaiki
pembelajaran.
Dari uraian di atas penulis mencoba untuk mengadakan penelitian yang
berjudul tentang: Peningkatan Aktivitas dan Prestasi Belajar IPS Melalui
model Cooperative Learning Tipe Make A Match pada Siswa Kelas IV SD
NegeriI 2 Sukoyoso Sukoharjo Kabupaten Pringsewu.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka identifikasi masalah
penelitian ini adalah:
1. Masih kurangnya aktivitas siswa dalam pembelajaran
2. Guru selalu menggunakan metode ceramah.
4.Guru belum menggunakan model yang sesuai dengan proses pembelajaran.
5. Sebagaian besar prestasi belajar siswa di bawah KKM.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang dikemukakan di atas,
maka perumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini adalah :
Peningkatan Aktivitas dan Prestasi Belajar IPS Melalui Model
Cooperative LearningTipeMake A Match pada Siswa Kelas IV SD NegeriI 2
Sukoyoso Sukoharjo Kabupaten Pringsewu? .
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dalam penelitian tindakan kelas ini adalah:
1. Untuk meningkatkan aktivitas belajar IPS Melalui Model Cooperative
LearningTipeMake A Match pada Siswa Kelas IV SD NegeriI 2 Sukoyoso
Sukoharjo Kabupaten Pringsewu.
2. Untuk meningkatkan prestasi belajar IPS Melalui Model Cooperative
LearningTipeMake A Matchpada Siswa Kelas IV SD NegeriI 2 Sukoyoso
Sukoharjo Kabupaten Pringsewu.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian dalam penelitian tindakan kelas ini diperuntukan:
1. Bagi siswa, dengan menggunakan model Cooperative Learning tipe
Make A Match dapat melatih siswa dalam hal ketelitian, kecermatan,
2. Bagi Guru, penelitian ini dapat memperbaiki cara mengajar mata
pelajaran IPS dengan menggunakan model Cooperative Learning tipe
Make A Match.
3. Bagi Sekolah:
a. Dengan penelitian ini dapat dimanfaatkan sekolah untuk
menciptakan suasana pembelajaran yang aktif dan dapat
meningkatkan mutu pendidikan.
b. Memiliki gambaran tentang pembelajaran IPS yang efektif
c. Dipergunakan untuk menyusun program peningkatan efektivitas
pembelajaran IPS pada tahap berikutnya.
F. Hipotesis Tindakan
Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian adalah aktivitas dan prestasi
belajar siswa akan meningkat dengan signifikan apabila menggunakan model
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Belajar
Belajar merupakan peristiwa yang terjadi di dalam proses pembelajaran baik di
dalam kelas maupun luar kelas. Belajar merupakan hal yang komplek,
kompleksitas belajar tersebut dapat dipandang dari dua subyek, yaitu dari siswa
dan dari guru. Menurut Sadiman (1994 : 34) belajar merupakan suatu proses
yang komplek yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup,
sejak ia masih bayi hingga ke liang lahat nanti. Salah satu pertanda bahwa
seseorang telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya,
perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat
pengetahuan (kognitif) dan ketrampilan (psikomotor), maupun yang
menyangkut nilai dan sikap (afektif). Sedangkan menurut Slameto (dalam
Rofiqoh, 2007: 5) bahwa belajar merupakan proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan tersebut akan
nyata dalam tingkah laku. Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat
disimpulkan bahwa belajar merupakan proses perubahan tingkah laku sebagai
interaksi dalam lingkungan dengan perubahan baru tanpa mengenal batas usia.
Keberhasilan proses pemebelajaran yang dilakukan di dalam kelas ditandai
dengan adanya aktivitas belajar. Hal ini sejalan dengan pendapat Hamalik
(2004: 99) menyatakan bahwa aktivitas dalam proses belajar mengajar
merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi keaktifan siswa dalam mengikuti
pelajaran, bertanya hal yang belum jelas, mencatat, mendengar, berfikir,
membaca, dan segala kegiatan yang dilakukan, yang dapat menunjang prestasi
belajar. Sedangakan menurut Sardiman (1994: 95) bahwa di dalam belajar
diperlukan aktivitas, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat, berbuat
untuk mengubah tingkah laku. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas.
Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di
dalam interaksi belajar mengajar.
Berdasarkan kedua pendapat tersebut di atas, keberhasilan kegiatan
pembelajaran ditentukan aktivitas siswa dalam pembelajaran. Semakin banyak
aktivitas belajar yang dilakukan siswa dalam kegiatan pembelajaran, maka
semakin ingat anak akan pentingnya pembelajaran itu, dan tujuan pembelajaran
akan lebih cepat tercapai.
Selanjutnya Hamalik (2004: 175-176) mengungkapkan bahwa penggunaan
asas aktivitas besar nilainya bagi pengajaran pada siswa karena:
1. Para siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri
2. Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara
integral
3. Memupuk kerjasama yang harmonis di kalangan siswa
5. Memupuk disiplin kelas secara wajar dan suasana belajar menjadi
demokratis
6. Mempererat hubungan sekolah, masyarakat dan orang tua dengan guru
7. Pengajaran diselenggarakan secara realistis dan konkrit sehingga
mengembangkan pemahaman dan berfikir kritis serta menghindarkan
verbalitas
8. Pengajaran di sekolah menjadi lebih hidup sebagaimana aktivitas dalam
kehidupan masyarakat
Sedangkan Diedrich (dalam Sardiman 1994: 100) membuat suatu daftar yang
berisi 177 macam kegiatan siswa yang digolongkan kedalam 8 kelompok, yaitu
1. Visual activities, yang termasuk didalamnya misalnya, membaca,
memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain
2. Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran,
mengeluarkan pendapat, mengadakan, wawancara, diskusi, interupsi
3. Listening activities, sebagai contoh, mendengarkan: uraian, percakapan,
diskusi, musik, pidato
4. Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan laporan, angket,
menyalin
5. Drawing activities, misal: menggambar, membuat grafik, peta, diagram
6. Motor activities, yang termasuk didalamnya antara lain: melakukan
percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun,
beternak
7. Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggap, mengingat,
8. Emotional activities, seperti misalnya, menaruh minat, merasa bosan,
gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup
Dari beberapa jenis aktivitas yang dijelaskan tersebut, aktivitas yang diamati
selama kegiatan pembelajaran lebih spesifik adalah memperhatikan penjelasan
guru, berdiskusi/bertanya antar siswa dengan guru, berdiskusi dalam
kelompok/mengerjakan LKS, mempresentasikan/memperhatikan hasil diskusi,
memberikan tanggapan terhadap presentasi dan menyimpulkan materi
pelajaran.
C. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai dari kegiatan siswa yang
mengalami pendidikan dalam beberapa waktu tertentu yang telah ditentukan
sebelumnya yang kemudian dituangkan dalam suatu angka sebagai wakilnya
dari hasil belajar. Proses belajar mengajar dikatakan efektif apabila terjadi
transfer yaitu materi pelajaran yang disajikan oleh guru dapat diserap kedalam
struktur kognitif Siswa. Siswa dapat menguasai materi tersebut tidak hanya
terbatas pada ingatan tanpa pengertian tetapi bahan pelajaran dapat diserap
secara bermakna. Menurut Mudjiono (20 prestasi
belajar merupakan Prestasi belajar tersebut
terjadi terutama berkat evaluasi guru. Hasil belajar dapat berupa dampak
pengajaran dan dampak pengiring, kedua dampak tersebut bermanfaat bagi
guru dan siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat Abu Ahmadi (dalam Sadia
usaha belajar, sedangkan belajar merupakan usaha untuk mengadakan
perubahan dalam mencapai tujuan .
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi
belajar yaitu kemampuan yang dimiliki oleh siswa dalam menangkap dan
memahami konsep yang telah diberikan oleh guru dengan kata lain prestasi
belajar adalah hasil pengukuran mengenai kemampuan, kesanggupan dan
penguasaan Siswa tentang materi.
D. Model Cooperative Learning Tipe Make A Match
1.Model Cooperative Learning,merupakan suatu model pembelajaran dimana
siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil, saling membantu untuk
memahami materi, memeriksa dan memperbaiki jawaban teman, serta kegiatan
lainnya dengan tujuan mencapai prestasi belajar. Cooperative Learningberasal
dari kata Cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama
dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok, sedangkan
Learningartinya belajar atau proses belajar mengajar.
Model Cooperative Learning memberi kesempatan kepada siswa untuk
bersama-sama dengan guru dan siswa lain mengkonstruksikan pengetahuan
mereka sendiri. Roger (dalam Lie 2002 : 37
Cooperative Learning memberikan kesempatan kepada siswa untuk
Model pembelajaran kooperatif didasarkan atas falsafah homo homini socius,
falsafah ini menekankan bahwa manusia adalah mahluk sosial Lie (2002: 27).
Sedangkan menurut Ibrahim (2000: 2) model pembelajaran kooperatif
merupakan model pembelajaran yang membantu siswa mempelajari isi
akademik dan hubungan sosial. Ciri khusus pembelajaran kooperatif mencakup
lima unsur yang harus diterapkan, yang meliputi; saling ketergantungan positif,
tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota dan
evaluasi proses kelompok Lie (2003: 30), lima unsur model pembelajaran
Cooperative Learningyang harus diterapkan yaitu:
a. Ketergantungan positif, Kebehasilan kelompok sangat tergantung pada setiap
anggotanya. Guru memberikan soal kepada siswa, soal tersebut berkaitan
dengan soal teman sekelompoknya dan tugas kelompok. Tugas satu dengan
lainnya tetapi saling berkaitan, setiap siswa harus menyelesaikan tugasnya
sendiri, selanjutnya siswa berkumpul dan bertukar informasi untuk
menyelesaikan tugas kelompok dan tugas guru memberikan evaluasi dengan
tugas individu dan kelompok, yang masing-masing mempunyai nilai
tersendiri.
b. Tanggungjawab perseorangan, Guru memberi tugas individu kepada seluruh
siswa, sehingga masing-masing siswa harus melaksanakan tanggung
jawabnya sendiri, sehingga terbentuk tanggung jawab perseorangan, karena
tugas yang diberikan berbeda maka akan mudah diketahui siapa yang tidak
melaksanakan tugasnya.
c. Tatap muka, Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu
muka dan berdiskusi. Kegiatan ini akan memberikan siswa untuk
menghargai perbedaan, memanfatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan
masing-masing siswa.
d. Komunikasi antar anggota, Komunikasi antar siswa menghendaki agar guru
dibekali dengan berbagai ketrampilan berkomunikasi. Untuk itu guru
memberitahukan secara eksplisit cara cara berkomunikasi. Karena
keberhasilan suatu kelompok bergantung pada kesediaan para anggota
kelompok untuk saling mendengarkan dan mengutarakan pendapat.
e. Evaluasi proses kelompok
Guru perlu menjadwal khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses
kerja kelompok dan hasil kerjasama mereka agar selanjutnya dapat
berkerjasama dengan lebih efektif.
Model pembelajaran kooperatif bukanlah hal yang sama sekali baru bagi guru.
Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang
mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam
kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang
dan rendah) dan jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras,
budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender. Model
pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan
permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka
mencapai tujuan pembelajaran. Pelaksanakaan model Cooperative Learning
membutuhkan partisipasi dan kerja sama kelompok pembelajaran. Tujuan
utama dalam penerapan model pembelajaranCooperative Learningadalah agar
peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama temannya dengan cara
saling menghargai pendapat dan menyampaikan pendapat mereka secara
2. Pembelajaran TipeMake A Match
Kegiatan yang dilakukan guru merupakan upaya guru untuk menarik
perhatian sehingga pada akhirnya dapat menciptakan keaktifan dan motivasi
siswa dalam diskusi. Hal ini sejalan dengan pendapat Hamalik (2004: 116),
yang dapat dilakukan dengan strategi pembelajaran tertentu dan motivasi
belajar dapat ditujukan ke arah kegiatan-kegiatan kreatif. Apabila motivasi
yang dimiliki oleh siswa diberi berbagai tantangan, akan tumbuh kegiatan
Cooperative Learning Make A Match
diharapkan dapat membangkitkan keingintahuan dan kerja sama diantara
siswa serta mampu menciptakan kondisi yang menyenangkan. Hal ini sesuai
dengan tuntutan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
bahwa pelaksanaan proses pembelajaran mengikuti standar kompetensi,
yaitu: berpusat pada siswa; mengembangkan keingintahunan dan imajinasi;
memiliki semangat mandiri, bekerja sama, dan kompetensi; menciptakan
kondisi yang menyenangkan; mengembangkan beragam kemampuan dan
pengalaman belajar; karakteristik mata pelajaran.
Guna meningkatkan motivasi dan keaktifan siswa dalam kelas, penulis
menerapkan model Cooperative Learning Make A match. Metode Make A
Match atau mencari pasangan merupakan salah satu alternatif yang dapat
diterapkan kepada siswa. Penerapan metode ini dimulai dari teknik yaitu
siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal
sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi
Teknik modelCooperative Learning Make A Matchatau mencari pasangan
dikembangkan oleh Lorna Curran (dalam Faiq, 2009). Salah satu
keunggulan tehnik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar
mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan.
Langkah-langkah penerapan model Cooperative Learning Make A Match
sebagai berikut:
1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik
yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya
kartu jawaban.
2. Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal/jawaban.
3. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.
4. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya.
Misalnya: pemegang kartu yang bertuliskan nama tumbuhan dalam
bahasa Indonesia akan berpasangan dengan nama tumbuhan dalam
bahasa latin (ilmiah).
5. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu
diberi poin.
6. Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya
(tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan
mendapatkan hukuman, yang telah disepakati bersama.
7. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu
yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.
8. Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang
9. Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi
pelajaran.
Keunggulan Tipe Make A Match dari Cooperative yaitu: mampu menciptakan
suasana belajar aktif dan menyenangkan, materi yang disampaikan lebih menarik
perhatian siswa dan mampu melatih siswa untuk meningkatkan ketelitian,
kecermatan, kecepatan dan ketepatan dalam menjawab soal. Sehingga prestasi
belajar siswa pun akan lebih meningkat. Disamping itu Cooperative Learning
TipeMake AMatch juga memiliki sedikit kelemahan yaitu: diperlukan bimbingan
dari guru untuk melakukan kegiatan dan perlu pembatasan waktu agar siswa tidak
terlalu banyak bermain-main dalam proses pembelajaran.
E. Ilmu Pengetahuan Sosial
Menurut Zainal Aqib (2006 : 85) IPS adalah salah satu mata pelajaran di SD
yang terdiri atas dua bahan kajian pokok; pengetahuan sosial dan sejarah.
Pengetahuan social mencakup antropologi, sosiologi, geografi, ekonomi dan
tata negara. Bahan kajian sejarah meliputi perkembangan masyarakat
Indonesia sejak masa lalu hingga masa kini. Agar pelaksanaan pembelajaran
IPS tersebut menjadi Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan
(PAKEM), salah satu solusinya adalah dengan pembelajaran Cooperative
LearnningtipeMake A Match.Di bawah ini Menurut Zainal Aqib (2006: 85)
ada beberapa hal penting yang berhubungan dengan IPS di SD, yaitu sebagai
berikut:
1. Fungsi, IPS di Sekolah Dasar berfungsi untuk mengembangkan
sosial yang dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan
pengajaran sejarah berfungsi menumbuhkan rasa kebangsaan dan bangga
terhadap perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa lalu hingga
masa kini
2. Tujuan, IPS di Sekolah Dasar bertujuan agar siswa mampu
mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan dasar yang berguna bagi
dirinya dalam kehidupan sehari-hari. Pengajaran sejarah bertujuan agar
siswa mampu mengembangkan pemahaman tentang perlembangan
masyarakat Indonesia sejak masa lalu hingga masa kini, sehingga siswa
memiliki kebanggaan sebagai bangsa Indonesia dan cinta tanah air.
3. Pendekatan dan Metode Pembelajaran IPS, dalam pelaksanaan belajar
mengajar guru dapat memilih dan menentukan pendekatan dan metode
yang disesuaikan. Beberapa pendekatan dan metode pembelajaran IPS
adalah pembelajaran melelui Lingkungan, Penemuan (inquiry),
Induktif-Deduktif dan Pendekatan Nilai seperti pendekatan nilai moral, nilai
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
1. Tempat dan Waktu
Tempat penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 2 Sukoyoso
Sukoharjo Kabupaten Pringsewu. Waktu penelitian dilaksanakan dari
bulan Maret sampai Mei 2012.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas IV SD Negeri 2 Sukoyoso
Sukoharjo Kabupaten Pringsewu tahun pelajaran 2011/2012 yang
berjumlah 28 orang siswa, yang terdiri laki-laki 18 orang siswa dan
perempuan 10 orang siswa.
B. Alat Pengumpulan Data
1. Pedoman wawancara, instrumen ini juga dirancang oleh peneliti
berkolaborasi dengan guru mitra. Pedoman ini digunakan untuk menjaring
data berkaitan dengan rencana pelaksanaan tindakan, pandangan dan
pendapat tim serta siswa terhadapcooperative learningtipemake a match.
2. Soal tes, instumen ini digunakan untuk menjaring data mengenai
peningkatan prestasi belajar siswa khususnya mengenai penguasaan
cooperative learning tipe make a match. Tes prestasi belajar yang
digunakan adalah berbentuk esai (uraian).
3. Lembar observasi, untuk menjaring data mengenai peningkatan aktivitas
belajar.
C. Teknik Analisis Data
1. Analisis Data Hasil Belajar
Data prestasi belajar yang bersifat kuantitatif diperoleh dari hasil tes
formatif dari setiap akhir siklus. Hal ini dilakukan untuk mengetahui
peningkatan prestasi belajar siswa.
a. Analisis
maka hasil belajar siswa tersebut
dikatakan baik dan sudah mencapai KKM.
Untuk menghitung presentase
digunakan rumus:
S
S
X
%
x 100%Keterangan:
X % = Presentase siswa yang mendapatkan 3
S = Jumlah s 3
S = Jumlah seluruh siswa.
Data kuantitatif data penelitian ini didapatkan dengan menghitung nilai
Xi = total nilai yang diperoleh siswa n = banyak siswa
3. Analisis Data Aktivitas Siswa.
Data aktivitas pembelajaran bersifat kualitatif diperoleh dari hasil
pengamatan dari setiap siklus. Hal ini dilakukan untuk mengetahui
peningkatan aktivitas siswa.
Rumus penilaian dengan persen dari aktivitas siswa dan guru sebagai berikut:
Keterangan :
NP = Nilai persen yang dicari atau diharapkan R = Skor mentah yang diperloleh
SM = Skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan 100 = Bilangan tetap
Tabel 1
Kriteria Skor Aktivitas Siswa dan Guru
Aktivitas Siswa ( persen ) Predikat
1. 76% - 100% Baik
2. 56% - 75% Cukup
3. 55% Kurang
Sumber: Diadopsi dari Muncarno (2001 : 32)
D. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang difokuskan kepada
situasi kelas atau yang lazim dikenal denganclassroom action research yang
dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan
tujuan untuk memperbaiki kinerjannya sebagai guru, sehingga prestasi belajar
siswa menjadi meningkat Hal ini didasarkan atas masalah dan tujuan
penelitian yang menuntut sejumlah informasi dan tindak lanjut yang terjadi di
lapangan, dan hasilnya akan dikaji dan ditindak lanjuti secara reflektif,
kolaboratif, dan partisipatif.
E. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, masing-masing siklus dengan
tahapan perencanaan-tindakan-observasi-refleksi, dan dilaksanakan dengan
kolaborasi partisipatif antara peneliti dengan guru, prosedur penelitian yang
akan ditempuh adalah suatu bentuk proses pengkajian berdaur siklus yang
terdiri dari 4 tahapan dasar yang saling terkait dan berkesinambungan yaitu
(1) Perencanaan(planning),
(2) Pelaksanaan (acting),
(3) Pengamatan(observing),
(4) Refleksi(reflecting).
Adapun urutan kegiatan secara garis besar dapat dilihat pada skema berikut :
Gambar 3.1. Skema Tahap Pelaksanaan Tindakan (Dimyati dan Mulyono, 2002:124).
Prosedur penelitian seperti tergambar di atas di terjemahkan sebagai berikut :
1. Perencanaan, yaitu merupakan langkah pertama dalam setiap kegiatan.
Rencana akan menjadi acuan dalam melaksanakan tindakan. Menyusun
rencana tindakan yang hendak diselenggarakan di dalam pembelajaran
dengan menyiapkan RPP, alat peraga, LKS, lembar observasi dan soal tes.
2. Pelaksanaan, sebagai langkah ke dua merupakan realisasi dari rencana
yang kita buat. Praktek pembelajaran berdasarkan rencana tindakan yang
telah disusun bersama-sama sebelumnya dengan menggunakan model
cooperative learning tipe make a match.
3. Observasi, yaitu merupakan kegiatan melakukan pengamatan terhadap
pelaksanaan tindakan. Berdasarkan pengamatan ini kita akan dapat
menentukan apakah ada hal-hal yang perlu segera diperbaiki agar dapat
observasi dan soal tes.
4. Refleksi, yaitu merupakan kegiatan yang dilakukan setelah tindakan
berahir. Pada kegiatan ini kita akan mencoba melihat atau merenungkan
kembali apa yang telah kita lakukan dan apa dampaknya bagi proses
belajar siswa.
F. Urutan Penelitian Tindakan Kelas
Pada penelitian tindakan kelas ini direncanakan dengan dua siklus, dan setiap
siklus mencakup empat tahapan yaitu :
a. Tahap Perencanaan
b. Tahap pelaksanaan
c. Tahap observasi
d. Refleksi
Siklus I
a) Tahap Perencanaan
1. Menganalisis pokok bahasan/sub pokok bahasan yang akan dituangkan
dalam pembelajaran dengan pemecahan masalah.
2. Membuat Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
3. Media pembelajaran, dan alat evaluasi.
4. Membuat lembar instrumen atau alat observasi selama pembelajaran.
b) Tahap Pelaksanaan
Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan skenario pembelajaran yang
termuat dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Guru melaksanakan tes
materi diberikan. Pada Siklus I
sumber daya alam, kegiatan ekonomi, dan kemajuan teknologi di
transportasi serta pengala
alam pelaksanaan pembelajaran guru
menggunakan model cooperative learning tipe make a match dengan
memperhatikan langkah-langkah atau tahapan-tahapan dengan tepat.
Langkah-langakah yang harus ditempuh dalam pembelajaran IPS adalah :
(1) Membuat rencana penyelesaian, dengan cara menentukan strategi
pemecahan yang didasarkan pada jenis masalah atau soal. Strategi
tersebut diantaranya adalah membuat tabel, membuat gambar, menduga,
menggunakan penalaran, menggunakan rumus, dan lain-lain.
(2) Melaksanakan perencanan pemecahan dengan menggunakan pendekatan
cooperative learning tipe make a match.
(3) Penijauan kembali hasil pemecahan masalah, yaitu dengan mengecek
hasil penghitungan dan permasalahannya serta mengevaluasi
langkah-langkah secara keseluruhan.
c) Tahap Observasi
Tahap ini dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan dengan
menggunakan lembar observasi dan soal tes. Sebagai observer adalah guru
mitra yang telah ditunjuk dan siswa sebagai subjek belajar. Dari tahap ini
akan diperoleh komentar langsung dari guru mitra secara lisan mengenai
kekurangan dalam proses pembelajaran, menganalisis keadaan siswa untuk
pembelajaran, mencatat pada lembar observasi setiap kegiatan dan
perubahan yang terjadi pada saat pembelajaran berlangsung.
d) Refleksi
Kegiatan menganalisis informasi yang terkumpul dan dicari kaitan antara
satu dengan lainnya serta membandingkan dengan sebelumnya. Guru
merefleksikan kegiatan pembelajaran yang berlansung dengan membuat
kesimpulan, hasil refleksi digunakan untuk menentukan langkah-langkah
lebih lanjut dalam rangka mencapai tujuan PTK. Apabila masalah PTK
dirasa belum tuntas atau indikator belum tercapai maka PTK akan
dilanjutkan pada siklus berikutnnya.
Siklus II
Pada dasarnya tahap demi tahap pembelajaran pada Siklus II sama seperti
pada siklus pertama, hanya saja dalam pelaksanaan siklus II ini akan diawali
dengan perbaikan dari rekomendasi yang dihasilkan pada kegiatan refleksi
siklus I. Pada akhir siklus, dilakukan refleksi oleh tim peneliti untuk mengkaji
proses pembelajaran yang dilakukan guru dan mengkaji hasil belajar siswa,
sebagai acuan dalam membuat rencana tindakan pembelajaran baru pada
siklus-siklus berikutnya.
G. Indikator Keberhasilan
Pembelajaran dalam penelitian ini dikatakan berhasil jika:
1. Persentase aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran yang memperoleh
skor dengan kreteria aktif minimal 75%
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model
Cooperative Learning Tipe Make A Match dan pembahasan yang telah
dipaparkan di atas, maka peneliti dapat mengambil kesimpulan sebagai
berikut:
Pembelajaran dengan model Cooperative Learning Tipe Make A Match
dapat meningkatkan aktivitas sampai 57% pada siklus I dan 72% pada siklus
II. Sedangkan rata-rata prestasi belajar siswa sampai dengan ketuntasan
sebesar 67,50 pada siklus I dan 75,00 pada siklus II.
B. Saran
Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan di atas maka peneliti dapat
memberikan saran-saran yang dapat sampaikan untuk peningkatan prestasi
belajar siswa dalam proses pembelajaran IPS adalah sebagai berikut:
1. Bagi siswa, agar lebih meningkatkan aktivitas belajar dengan
2. Bagi guru, khususnya guru IPS dalam proses pembelajaran dengan
menggunakan Cooperative Learning Tipe Make A Macth peneliti
menyarankan sebagai berikut:
a. Mempersiapkan RPP (Rencana Pelaksanakan Pembelajaran).
b. Memanfaatkan waktu sebaik-aiknya sesuai dengan RPP.
c. Mempersiapkan rangkuman materi agar waktu lebih efektif.
d. Mempersiapkan kartu-kartu yang akan digunakan sesuai dengan
materi.
e. Menggunakan kartu yang berwarna agar siswa lebih tertarik.
f. Membuat kartu berpasangan lebih dari 2 kartu agar siswa lebih aktif.
g. Memberikan point pada siswa yang bisa menemukan pasangannya
terlebih dahulu kurang dari waktu yang ditentukan agar siswa lebih
termotivasi.
h. Memberikan hukuman berupa nilai yang lebih kecil bagi siswa yang
tidak dapat menemukan pasangannya lebih dari waktu yang
ditentukan agar siswa mengurangi banyak bermainnya.
3. Bagi Sekolah, karena hasil yang dicapai melalui penelitian tindakan
kelas cukup nyata, maka diharapkan agar kegiatan ini dapat
xi A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 2
B. Pengertian Aktivitas Belajar ... 6
C. Pengertian Prestasi Belajar ... 8
D. Model Cooperative Learning Type Make a Match... 9
E. Ilmu Pengetahuan Sosial ... ... 14
BAB III. METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian ... 16
B. Alat Pengumpulan Data ... 16
C. Teknik Analisis Data ... 17
D. Metode Penelitian ... 19
E. Prosedur Penelitian ... 19
F. Urutan Penelitian Tindakan Kelas ... 21
G. Indikator Keberhasilan ... 24
xii
A. Kesimpulan ... 30 B. Saran ... 30
DAFTAR PUSTAKA
xiii
BAB II. KAJIAN PUSTAKA ... 5
A. Pengertian Belajar ... 5
B. Pengertian Aktivitas Belajar ... 6
C. Pengertian Prestasi Belajar ... 8
D.Cooperative LearningTipeMake A Match ... 8
E. Ilmu Pengetahuan Sosial ... 13
BAB III. METODE PENELITIAN ... 15
A. Setting Penelitian ... 15
B. Alat Pengumpulan Data ... 15
C. Teknik Analisis Data ... 15
D. Metode Penelitian ... 17
E. Prosedur Penelitian ... 17
F. Urutan Penelitian Tindakan Kelas ... 19
G. Indikator Keberhasilan ... 21
Ahmadi, Abu. 1994.Dikdatik Metodik. Semarang. CV Toha Putra
Arikunto, Suharsimi. 1997.Dasar Dasar Evalusi Pendidikan.Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsimi. 1997. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta, 2006. Undang-undang Guru dan Dosen (UU RI No. 14 Tahun 2005)Jakarta: Sinar Grafika
Aqip, Zaenal. 2006.Penelitian Tindakan Kelas.Bandung: CV. Yrama Wijaya.
Faiq. M, 2009. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match (mencari pasanga) langkah langkah pembelajarannya. Makalah dipublikasikan melalui
http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2009/03/model-pembelajaran-kooperatif-tipe-make.html.Diakses pada tanggal 30 maret 2009.
Hamalik, Oemar. 2005.Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Bumi Aksara.
Ibrahim, H. Muslimin. 2000.Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press
Lie, Anita. 2002. Cooperative Learning. Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: PT. Grasindo.
Nurkancana, Wayan. 1996.Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Usaha Nasional.
Sadiman Arief S, Raharjo, Anung Haryono, Rahardjito. 2008. Media Pendidikan (Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya ). Jakarta: Raja Grafindo Persada