II-1
BAB II
EVALUASI
HASIL
PELAKSANAAN
RKPD
TAHUN
LALU
DAN
CAPAIAN
KINERJA
PENYELENGGARAAN
PEMERINTAHAN
2.1. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
2.1.1 Aspek Geografi dan Demografi
Provinsi Gorontalo merupakan daerah/provinsi pemekaran dari Sulawesi Utara
yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 38 Tahun 2000 tentang
Pembentukan Provinsi Gorontalo dimana pada awal terbentuknya Provinsi
Gorontalo baru memiliki 2 kabupaten dan 1 kota, yaitu Kabupaten Gorontalo,
Kabupaten Boalemo dan Kota Gorontalo. Seiring dengan perkembangan daerah
dan berdasarkan aspirasi masyarakat, maka di Provinsi Gorontalo kemudian
terbentuk 2 kabupaten baru yakni Kabupaten Pohuwato dan Kabupaten Bone
Bolango berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 6 Tahun 2003. Akhirnya pada
tahun 2007 berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun 2007 disahkan
pembentukan satu kabupaten lagi yaitu Kabupaten Gorontalo Utara. Dengan
demikian hingga saat ini Provinsi Gorontalo terdiri dari 5 kabupaten dan 1 kota.
Wilayah Gorontalo terletak di antara 0°19’ – 1°15’ Lintang Utara dan 121°23’ -
123°43’ Bujur Timur. Dari posisi tersebut wilayah ini berbatasan langsung dengan
dua Provinsi yaitu Provinsi Sulawesi Tengah di sebelah Barat dan Provinsi Sulawesi
Utara di sebelah Timur. Sedangkan di sebelah Utara berhadapan langsung dengan
Laut Sulawesi dan di sebelah Selatan dibatasi oleh Teluk Tomini. Peta Provinsi
Gorontalo dapat dilihat pada Gambar 2.1
Gambar 2.1 Peta Provinsi Gorontalo
Sumber : RTRW Provinsi Gorontalo 2010-2030.
Luas wilayah Provinsi Gorontalo 12.215,44 km2, jika dibandingkan dengan Wilayah
II-2
memiliki 6 (enam) wilayah pemerintahan yakni 5 (lima) Kabupaten dan 1 (satu)
Kota yang terdiri dari Kota Gorontalo dengan luas wilayah 66,25 km2, Kabupaten
Gorontalo dengan luas wilayah 2.207,58 km2, Kabupaten Boalemo dengan luas
wilayah 2.517,36 km2, Kabupaten Pohuwato dengan luas wilayah 4.244,31 km2,
Kabupaten Bone Bolango dengan luas wilayah 1.889,04 km2 dan Kabupaten
Gorontalo Utara dengan luas wilayah 1.676,15 km2. Dari keenam wilayah ini
Kabupaten Pohuwato memiliki luas wilayah terbesar diikuti oleh Kab. Boalemo,
sedangkan Kota Gorontalo memiliki luas wilayah terkecil sebesar 0,54% dari total
luas wilayah Gorontalo. Didalam pengembangan wilayah sampai dengan tahun
2017 direncanakan Provinsi Gorontalo akan memiliki 8 Kabupaten dan 2 kota.
Tabel 2.1
Luas Wilayah Provinsi Gorontalo dan Kabupaten/Kota
No. Wilayah
Luas Wilayah
(Km2)
Persentase
(%) Sumber Data
01 Kabupaten
Gorontalo
2.207,58 18,07 UU No. 29 Thn 1959, UU No. 50
Thn 1999 , UU No. 6 Thn 2003
dan UU No. 11 Thn 2007
02 Kabupaten
Boalemo
2.517,36 20,61 UU No. 50 Thn 1999 dan
UU No. 6 Thn 2003
03 Kabupaten
Pohuwato
4.244,31 34,75 UU No. 6 Thn 2003
04 Kabupaten
Bone Bolango
1.889,04 15,46 UU No. 6 Thn 2003
05 Kabupaten
Gorontalo Utara
1.676,15 13,72 UU No. 11 Thn 2007
06 Kota Gorontalo 66,25 0,54 UU No. 29 Thn 1959 dan
UU No. 22 Thn 1999
Provinsi Gorontalo 12.215,44 100 UU No. 38 Thn 2000
Sumber : Bappeda Provinsi Gorontalo, (Hasil Olahan), Dirjen PUM Kemendagri
Jumlah Penduduk Provinsi Gorontalo tahun 2014 adalah sebanyak 1.115.633 jiwa.
Dari tabel dibawah dapat dilihat bahwa Kabupaten Gorontalo merupakan
kabupaten yang jumlah penduduknya lebih banyak. Untuk tahun 2014 penduduk
Kabupaten Gorontalo sebesar 31,41 persen dari jumlah keseluruhan penduduk
Provinsi, sedangkan Kabupaten Gorontalo Utara merupakan wilayah yang terendah
II-3
Tabel. 2.2
Jumlah Penduduk Provinsi Gorontalo, 2011 - 2014
No Nama
Kabupaten/Kota
Tahun
2011 2012 2013 2014
01 Kab. Gorontalo 363.763 368.053 365.781 368.149
02 Kab. Boalemo 132.076 136.269 141.547 145.580
03 Kab. Pohuwato 131.560 135.338 139.675 143.338
04 Kab. Bone Bolango 145.015 147.692 148.971 151.094
05 Kab. Gorontalo Utara 106.407 108.079 108.324 109.502
06 Kota Gorontalo 184.062 188.761 193.692 197.970
Provinsi Gorontalo 1.062.883 1.084.192 1.097.990 1.115.633 Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Gorontalo
Dan jika dibandingkan dengan luas wilayah yang ada, maka Kota Gorontalo yang
hanya punya wilayah seluas 66,25 Km2 memiliki penduduk yang cukup besar, hal
ini menunjukkan bahwa Kota Gorontalo adalah wilayah terpadat penduduknya di
Provinsi Gorontalo. Kepadatan penduduk Kota Gorontalo rata-rata yaitu 197.970
jiwa/66,2Km2 atau sama dengan 2.989 jiwa/Km2. Untuk rata-rata kepadatan
penduduk Provinsi Gorontalo yaitu 91 jiwa/km2. Laju pertumbuhan penduduk
mencapai 2,89 %, sedangkan sex ratio sebesar 100,38 yang berarti dalam setiap
100 penduduk perempuan terdapat 100,38 penduduk laki-laki.
Tabel 2.3
Kondisi Demografi Provinsi Gorontalo 2011 - 2014
Indikator Satuan 2011 2012 2013 2014
Jumlah Penduduk Jiwa 1.062.883 1.084.192 1.097.990 1.115.633
- Laki – Laki Jiwa 534.027 543.086 550.004 558.862
- Perempuan Jiwa 528.856 541.106 547.986 556.771
Laju Pertumbuhan Penduduk
% 2,18 2,09 1.27 2.89
Kepadatan Penduduk Org/Km2 85 87 88 91
Sex Ratio % 100,98 100,36 100.37 100.38
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Gorontalo.
2.1.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat
a. Kondisi Umum Kesejahteraan Masyarakat
Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Gorontalo sebagai indikator pencapaian
pembangunan telah mengalami peningkatan dari tahun ketahun. Pada Tahun 2013
mencapai point 71,77 lebih tinggi dari tahun 2012 yang berada pada point 71,31.
Peningkatan IPM tersebut merupakan dampak dari meningkatnya
komponen-komponen pembentuk IPM yakni angka melek huruf, angka harapan hidup,
II-4
Sekalipun trend IPM menunjukkan peningkatan periode 2012-2013 sebagaimana
tergambarkan pada tabel 2.4 dibawah ini, namun nilai IPM Provinsi Gorontalo
masih jauh dari nilai IPM maksimum yaitu 100 dan nilai IPM Nasional tahun 2012
yaitu sebesar 73,81. Sedangkan dibandingkan dengan provinsi yang lain, IPM
Provinsi Gorontalo berada pada posisi bawah dengan peringkat 25 pada tahun
2013.
Tabel 2.4
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Gorontalo Tahun 2012 - 2013
tertinggi adalah kota Gorontalo dengan nilai IPM sebesar 74.71, disusul kabupaten
Bone Bolango dengan nilai IPM sebesar 73.24, kemudian Kabupaten Gorontalo
dengan nilai IPM sebesar 71.45, kabupaten Pohuwato dengan nilai IPM sebesar
71.32, kabupaten Gorontalo Utara dengan nilai IPM sebesar 70.81, sedangkan
kabupaten Boalemo menjadi kabupaten yang paling rendah capaian IPM-nya yaitu
sebesar 69.78 point.
Dari sisi capaian ketenagakerjaan, berdasarkan data BPS Provinsi Gorontalo jumlah
angkatan kerja pada Agustus 2014 mencapai 500.056 orang, berkurang 20.587
orang dari keadaan Februari Tahun 2014 sebesar 520.643 orang, atau bertambah
21.243 orang dari keadaan Agustus 2013 sebesar 478.813 orang. Peningkatan
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dari Agustus 2013 – Agustus 2014 ini
disebabkan proporsi penduduk usia kerja yang masuk pasar kerja mengalami
kenaikan. Namun jika dilihat dari sisi penyerapan tenaga kerja, peningkatan TPAK
ini belum cukup diimbangi penyerapan tenaga kerja. Pada Agustus 2014 jumlah
penduduk yang bekerja sebesar 479.137 orang, berkurang 28.802 orang dari
keadaan Februari 2014 sebesar 507.939 orang, namun bertambah 20.207 orang
dari keadaan Agustus 2013 yang sebesar 458.930 orang. Sedangkan jumlah
II-5
dari keadaan Februari 2014 yang sebesar 12.704 orang, atau berkurang 1.036
orang dari keadaan Agustus 2013 sebesar 19.883 orang.
Tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Provinsi Gorontalo pada Agustus 2014
mencapai 4,18 persen (dari angkatan kerja), mengalami kenaikan dibandingkan
TPT Februari 2014 sebesar 2,44 persen atau TPT Agustus 2013 sebesar 4,15
persen. Sementara jumlah penduduk berumur 15 tahun keatas yang bekerja pada
Agustus 2014 sebesar 479.137 orang, mengalami penurunan sebesar 28.802 orang
dari keadaan Februari 2013 sebesar 507.939, namun mengalami peningkatan
sebesar 49.009 orang dari Agustus 2013. Uraian jelas mengenai pengangguran di
Provinsi Gorontalo digambarkan dalam tabel 2.5 dibawah ini.
Tabel 2.5
Penduduk usia 15 tahun keatas menurut Jenis kegiatan
Kegiatan Utama 2013 2014
Februari Agustus Februari Agustus
Bekerja 459.689 449.104 507.939 479.137
Pengangguran 20.693 19.276 12.704 20.919
Angkatan Kerja 480.382 468.380 520.643 500.056
Sekolah 73.199 71.153 80.375 84.448
Mengurus Rmah Tangga 165.787 177.437 148.680 174.438
Lainnya 27.330 38.525 36.225 36.875
Bukan Angkatan Kerja 266.316 287.115 265.280 295.761
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 64,33 62,00 66,25 62,84
Tingkat Pengangguran Terbuka 4,31 4,12 2,44 4,18
Total Penduduk Berumur 15 Tahun ke atas
746.698 755.495 785.923 795.817
Sumber: BPS Provinsi Gorontalo
Jika dilihat dari lapangan usaha, maka sebagian besar penduduk Gorontalo bekerja
di sektor pertanian. Pada bulan Agustus 2014, tercatat penduduk 15 tahun keatas
yang bekerja di sektor pertanian sebanyak 39,24 persen atau 188.033 jiwa dari
total penduduk yang bekerja. Sedangkan 60,76 persen lainnya terdistribusi ke
sektor industri 8,59 persen atau 41.165 jiwa, di sektor perdagangan 17,56 persen
atau sebesar 84.147 jiwa, sektor jasa kemasyarakatan 17,76 persen 85.080 jiwa
dan sektor lainnya 16,85 persen atau 80.712 jiwa. Uraian jelas mengenai
penduduk berumur 15 tahun ke atas yang bekerja menurut lapangan pekerjaan
utama di Provinsi Gorontalo digambarkan dalam tabel 2.6 dibawah ini.
Tabel. 2.6
Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama 2013-2014
Kegiatan Utama Februari 2013 Agustus 2013 Februari 2014 Agustus 2014
Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen
Pertanian 161.467 35,13 161.467 35,13 169.345 33,34 188.033 39,24
Industri 24.092 5,24 24.092 5,24 19.196 3,78 41.165 8,59
Perdagangan 80.068 17,42 80.068 17,42 104.106 20,50 84.147 17,56 Jasa
Kemasyarakatan 105.067 22,86 105.067 22,86 104.443 20,56 85.080 17,76
Lainnya 88.995 19,36 88.995 19,36 110.849 21,82 80.712 16,85
Total 448.489 100,00 445.729 100,00 507.939 100.00 479.137 100,00
II-6
Secara sederhana kegiatan formal dan informal dari penduduk yang bekerja dapat
diidentifikasi berdasarkan status pekerjaan. Dari tujuh kategori status pekerjaan
utama, pekerja formal mencakup kategori berusaha dengan dibantu buruh tetap
dan kategori buruh/karyawan, sisanya termasuk pekerja informal, Berdasarkan
identifikasi ini, maka pada Agustus 2014 tercatat 160.122 orang (33.42 persen)
pekerja di Gorontalo bekerja pada kegiatan formal dan 319.015 orang (6.58
persen) bekerja pada kegiatan informal.
Dari orang yang bekerja pada Agustus 2014, status pekerjaan utama yang
terbanyak adalah buruh/karyawan, yaitu 143.806 orang (30,01 persen), diikuti
berusaha sendiri sejumlah 114.649 orang (23,93 persen), dan berusaha dibantu
buruh tidak tetap sebanyak 79.911 orang (16,68 persen), sedangkan yang terkecil
adalah berusaha dibantu buruh tetap sebesar 16.316 orang (3,41 persen).
Tabel 2.7
Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Status Pekerjaan Utama 2013-2014
Status Pekerjaan Utama
Februari 2013 Agustus 2013 Februari 2014 Agustus 2014 Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen
Berusaha Sendiri 107.903 23,47 120.921 26,35 133.799 26,34 114.649 23.93 Berusaha dibantu buruh
tdk tetap/Buruh tdk dibayar
81.123 17,65 74.299 16,19 73.686 14,51 79.911 16,68
Berusaha dibantu buruh tetap
15.205 4,47 15.509 3,38 15.205 2,99 16.316 3,41
Buruh/Karyawan/Pegawai 152.899 33,26 147.435 32,13 175.493 34,55 143.806 30,01 Pekerja bebas 42.414 9,23 42,667 9.29 49,187 9.68 58,755 12.27 Pekerja keluarga tidak
dibayar
54.779 11,92 58.099 12,66 60.569 11,92 65.700 13,71
Total 459.689 100,00 458.930 100,00 507.939 100,00 479.137 100,00
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Gorontalo
Sementara itu pada Agustus 2014, pekerja dengan jumlah jam kerja kurang dari 8
jam perminggu sebesar 6.389 orang, berkurang 4.709 orang dari keadaan Februari
2014 sebesar 11.098 orang, atau berkurang 2.867 orang dari keadaan Agustus
2013 sebesar 9.256 orang. Sementara itu penduduk yang dianggap sebagai
pekerja penuh waktu (
full time worker
), yaitu pekerja pada kelompok 35 jamkeatas jumlahnya 340.246 orang, berkurang 15.665 orang dari keadaan Februari
2014 sebesar 355.911 orang, atau bertambah 33.446 orang dari keadaan Agustus
2013 sebesar 306.800 orang.
Tabel 2.8
Penduduk yang bekerja Menurut Jumlah Jam per Minggu 2013-2014 Jam Kerja Seluruh
Pekerjaan Gorontalo
Agustus 2013 Februari 2014 Agustus 2014
Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen
1 – 7 9.256 2,02 11.098 2,18 6.389 1,33
8 – 14 22.566 4,92 26.579 5,23 19.115 3,99
II-7
25 – 34 60.566 13,20 67.743 13,34 59.624 12.44
35 + *) 306.800 66,85 355.911 70,07 340.246 71,01
Total 458.930 100,00 507.939 100,00 479.137 100,00
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Gorontalo
Pada Agustus 2014, pekerja pada jenjang pendidikan SD ke bawah masih tetap
tinggi yaitu sekitar 300.343 orang (62,68 persen), sedangkan jumlah pekerja
dengan pendidikan tinggi masih relatif kecil. Pekerja dengan pendidikan SMP-SMU
hanya sebesar 132.851 orang (27,73 persen) dan pekerja dengan pendidikan
Diploma-Universitas hanya sebesar 45.943 orang (9,59 persen).
Tabel 2.9
Penduduk yang bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan 2013-2014
Pendidikan Tertinggi yg Ditamatkan
Agustus 2013 Februari 2014 Agustus 2014
Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen
SD ke Bawah 281.336 61,30 311.270 61,28 300.343 62,68
SMP – SMU 134.075 29,21 142.556 28,07 132.851 27,73
Universitas 43.519 9,48 54.113 10.65 45.943 9,59
Total 458.930 100.00 507.939 100.00 479.137 100,00
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Gorontalo
Jumlah pengangguran pada Agustus 2014 mencapai 20.919 orang, dengan Tingkat
Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 4,18 persen. Jika dipilah menurut
pendidikan, TPT untuk pendidikan SD ke bawah 1,70 persen, pendidikan
menengah (SMP-SMU) 8,38 persen dan pendidikan Diploma-Universitas menempati
posisi teratas, yaitu sebesar 7,19 persen.
Jika dibandingkan keadaan Agustus 2013, maka TPT pendidikan
Diploma-Universitas sedikit mengalami penurunan, sedangkan TPT SMU kebawah
mengalami peningkatan.
Tabel 2.10
Tingkat Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan 2013-2014 Pendidikan Tertinggi
yg Ditamatkan Agustus 2013 Februari 2014 Agustus 2014
SD ke Bawah 1,43 0,90 1,70
SMP – SMU 7,81 5,06 8,38
Universitas 9,25 4,04 7,19
Total 4,15 2,44 4,18
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Gorontalo
Pendekatan yang dilakukan BPS dalam mengukur kemiskinan adalah kemampuan
dalam memenuhi kebutuhan dasar, artinya kemiskinan dipandang sebagai
ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan
dan non makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Kemiskinan di Gorontalo
II-8
Gorontalo sebesar 17,41 persen. Angka ini turun sebesar 0,03 persen dibandingkan
persentase penduduk miskin Maret 2013 yaitu 17,44 persen, dan bila
dibandingkan dengan angka persentase penduduk miskin pada september 2013
yang berada pada angka 18,01 persen terjadi penurunan angka kemiskinan di
Gorontalo sebesar 0,6 persen. Pencapaian dalam penurunan angka kemiskinan
tersebut belum memenuhi target dalam RPJMD 2012 - 2017 untuk tahun 2014
yang diprediksi berada pada kisaran 16 – 15 persen.
Jumlah penduduk miskin hingga September 2014 di Provinsi Gorontalo sebanyak
195.096 jiwa sementara jumlah penduduk miskin Maret 2014 sebanyak 194.169
jiwa. Dengan demikian jumlah penduduk Miskin di Provinsi Gorontalo selama
periode Maret 2014-September 2014 bertambah sebanyak 927 Jiwa. Hal tersebut
dipengaruhi oleh adanya kenaikan kebutuhan bahan makanan pokok yang
ditunjukkan dengan inflasi sebesar 6,14 persen.
Garis Kemiskinan sangat menentukan besar kecil penduduk miskin, karena
penduduk miskin adalah mereka yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita
per bulan di bawah Garis Kemiskinan. Garis Kemiskinan (GK) itu sendiri terdiri dari
Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan yang
disebut Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM). Garis Kemiskinan Provinsi
Gorontalo pada Maret 2014 sebesar Rp. 243.547,- per kapita per bulan meningkat
pada bulan September 2014 menjadi Rp. 247.611,- per kapita per bulan, ini berarti
mengalami kenaikan sebesar Rp. 4.064,- per kapita per bulan, atau naik sebesar
1,67 persen.
b. Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi
Secara Nasional perhitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) telah
mengalami perubahan tahun dasar yang sebelumnya menggunakan perhitungan
tahun dasar 2000 menjadi tahun dasar 2010 berbasis System of National Account
(SNA) 2008. Perubahan tahun dasar ini merupakan rekomendasi yang dibuat oleh
PBB bagi seluruh Negara agar memperbaharui tata cara dan teknik perhitungan
PDB maupun PDRB dengan interval 5 atau 10 tahun sekali. Perubahan ini
mencakup konsep, cakupan, klasifikasi, dan metodologi sesuai rekomendasi SNA
2008. Implikasi dari perubahan tahun dasar ini adalah meningkatnya nominal
PDRB, perubahan indikator makro seperti pertumbuhan ekonomi, rasio pajak,
investasi, dan menyebabkan perubahan input data untuk
modeling
danforecasting
karena struktur PDRB mengalami perubahan dimana pada perhitungan tahun dasar
2000 hanya mencakup 9 sektor, sedangkan untuk perhitungan PDRB tahun dasar
baru 2010 menjadi 17 sektor.
Sejalan dengan hal tersebut, untuk perhitungan PDRB Provinsi Gorontalo tahun
II-9
tahun dasar 2010. Perekonomian Provinsi Gorontalo tahun 2014 yang diukur
berdasarkan PDRB atas dasar harga berlaku dengan perhitungan tahun dasar 2010
mencapai Rp. 25.201,10 Milyar mengalami peningkatan dibanding tahun 2014
sebesar Rp. 22.128,08 Milar. Dari hasil perhitungan PDRB atas dasar harga
berlaku, maka PDRB perkapita Provinsi Gorontalo tahun 2014 mencapai Rp. 22,6
Juta. Bila dilihat dari Nilai PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010, untuk tahun 2014
mencapai Rp. 20.781,31 Milyar meningkat dibanding tahun 2013 sebesar
19.369,15 Milyar.
Meskipun nilai PDRB mengalami peningkatan, namun tidak demikian dengan
Pertumbuhan Ekonomi tahun 2014 yang tumbuh sebesar 7,29 persen, mengalami
pelambatan dibanding tahun 2013 sebesar 7,68 persen (Perhitungan Tahun Dasar
2010). Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi terjadi di sektor lapangan usaha
jasa pendidikan dan pengadaan listrik dan gas yang tumbuh masing-masing
sebesar 13,55 persen dan 10,44 persen, sedangkan sektor yang mengalami
pertumbuhan terrendah masih pada sektor pertambangan dan penggalian yang
tumbuh sebesar 3,36 persen. Namun demikian, meskipun tidak mengalami
pertumbuhan yang berarti, sektor primer yaitu Pertanian, kehutanan dan perikanan
masih memberikan kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi
Gorontalo sebesar 37,04 persen dari nilai PDRB ADHK 2010. Untuk lebih
lengkapnya dapat dilihat dari table 2.11
Tabel 2.11
Nilai PDRB dan Laju Pertumbuhan Ekonomi Menurut Lapangan Usaha Tahun 2013 & 2014 (Tahun Dasar 2010)
II-10
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Gorontalo
Jika dibandingkan PDRB dengan menggunakan perhitungan tahun dasar 2000, nilai
PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2014 sebesar Rp. 13.377,95 Milyar
meningkat dibanding tahun 2013 sebesar Rp. 11.752,20 Milyar. Sedangkan Nilai
PDRB ADHK 2000 untuk tahun 2014 sebesar Rp. 3.928,79 Milyar, lebih besar
dibandingkan tahun 2013 sebesar Rp. 3.646,55 Milyar. Untuk PDRB perkapita
ADHB sebesar Rp. 11,99 Juta lebih besar dibanding tahun 2013 sebesar Rp. 10,70
Juta.
Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Gorontalo jika dihitung menggunakan perhitungan
PDRB tahun dasar 2000, untuk tahun 2014 sebesar 7,74 persen mengalami
pelambatan dibanding tahun 2013 sebesar 7,76 persen. Namun pencapaian ini
masih memenuhi target RPJMD 2012-2017 untuk tahun 2014 dengan interval 7,6 –
8 persen. Secara detail dapat dilihat pada table 2.12 :
Tabel 2.12
Nilai PDRB dan Laju Pertumbuhan Ekonomi Menurut Lapangan Usaha Tahun 2013 & 2014 (Tahun Dasar 2000)
LAPANGAN USAHA
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Gorontalo
Dari table diatas dapat dilihat bahwa sektor-sektor ekonomi yang nilai nominalnya
besar memiliki kecenderungan menjadi penyumbang terbesar bagi pertumbuhan,
walaupun pertumbuhan sektor bersangkutan relatif kecil. Seperti halnya sektor
Pertanian yang meliputi tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan,
peternakan, kehutanan dan perikanan masih menjadi penyumbang terbesar dalam
struktur PDRB yaitu sebesar 26,66 persen dari total PDRB, meskipun dari tahun ke
II-11
alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan pemukiman dan faktor lainnya yang
berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Namun tidak demikian dengan
sektor perdagangan, hotel, dan restoran, meskipun kontribusi sektor perdagangan
terhadap PDRB hanya sebesar 16,15 persen dari total PDRB, namun sektor ini
terus mengalami pertumbuhan yang signifikan dari tahun ketahun, untuk tahun
2014 laju pertumbuhan sektor perdagangan mencapai 11,21 persen.
c. Kesejahteraan Sosial
Pembangunan Kesejahteraan Sosial dilakukan melalui pemberdayaan terhadap
masyarakat miskin dan KAT, penanganan masyarakat Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial (PMKS) serta perlindungan dan jaminan kesejahteraan sosial.
Penanganan dilakukan melalui pembinaan, pelayanan, rehabilitasi, pemberdayaan,
pemberian bantuan dan perlindungan sosial.
Pada tahun 2014 penanganan Masyarakat Penyandang Masalah kesejahteraan
Sosial (PMKS) kepada 211 orang PMKS yang dibagi menjadi masing-masing
kegiatan yaitu pemberian pelayanan kepada penyandang cacat, perindungan sosial
kepada anak terlantar, pemberian pelayanan bagi lansia, rehabilitasi sosial kepada
penyandang tuna sosial. Disamping itu adanya bantuan 5 unit sarana dan
Prasarana bagi Komunitas Adat Terpencil (KAT), serta peningkatan kelembagaan
kesejahteraan sosial masyarakat bagi 20 lembaga sosial masyarakat.
Sebagai wujud perhatian pemerintah kepada jasa kepahlawanan, Keperintisan dan
Kesetiakawanan Sosial maka diberikan santunan bagi keluarga pahlawan/pejuang
sebanyak 83 orang serta dalam meningkatkan layanan atas perlindungan dan
jaminan kesejahteraan sosial telah diberikan bantuan sosial kepada 175 Kepala
Keluarga, 35 Kelompok Usaha Bersama (KUBE) dan 65 warga miskin.
Upaya penanggulangan kemiskinan juga terus dilakukan melalui
kebijakan-kebijakan pembangunan yang dilakukan melalui upaya-upaya prefentif seperti
program pendidikan gratis, kesehatan gratis, perlindungan sosial bagi PMKS,
pengembangan KUKM, pembangunan infrastruktur dengan metode padat karya
serta program-program lainnya. Kemudian upaya-upaya kuratif seperti
pembangunan mahyani, penciptaan wirausaha baru, bantuan sosial, beasiswa
miskin dan lain sebagainya.
d. Pemuda dan Olahraga
Dalam urusan Kepemudaan dan olahraga diupayakan melalui perwujudan
masyarakat gemar berolahraga, kreatif dan inovatif dengan melakukan penataan
dan menyempurnakan sistem pembinaan dan pengembangan pemberdayaan
olahraga, membangun keserasian dan keharmonisasian program, mekanisme dan
II-12
mengembangkan jaringan serta akses kemitraan disektor olahraga tingkat provinsi
sampai kabupaten/kota. Sampai dengan tahun 2014, jumlah organisasi pemuda di
Provinsi Gorontalo sebanyak 28 kelompok, sedangkan jumlah organisasi olahraga
sebanyak 23 kelompok. Disamping itu juga prestasi olahraga dalam berbagai event
sudah cukup baik, pada tahun 2014 berbagai prestasi Tingkat Nasional diperoleh
dalam berbagai bidang olahraga, diantaranya untuk Cabang Tenis Meja Putri
meraih Medali Emas dan Cabang Pencak Silat meraih medali perak pada Olimpiade
Olahraga Siswa Nasional (O2SN) di Jakarta, Untuk cabang Sepak Takraw Juara II
Kejuaraan Nasional PPLP di Palu, Asean Beach Games di Thailand, Asian University
Games di Palembang, dan Asean School Games di Vietnam, dan meraih medali
perunggu pada kejuaraan Asean School Games di Philipina, Asean Games di Korea,
dan Kejurnas Super Series di Myanmar. Sementara untuk bidang olahraga Karate
memperoleh 3 Medali Perak dan 5 Medali Perunggu pada Kejuaraan Nasional PPLP
di Medan, Untuk Bidang Olahraga Renang memperoleh 2 Medali Perak dan 1Medali
Perunggu pada Kejuaraan Nasional PPLP di Musi Banyuasin dan untuk Tenis
Lapangan meraih 1 Medali Perunggu. Hasil tersebut cukup menggembirakan, untuk
itu perlu terus dilakukan peningkatan kesadaran berolahraga di kalangan
masyarakat luas, pembibitan olahraga dan peningkatan jumlah ruang publik untuk
olahraga yang bisa dimanfaatkan oleh lembaga pendidikan dan masyarakat luas.
Diharapkan dengan peningkatan ruang publik untuk olahraga, pembibitan olahraga
dan pemasyarakatan olahraga akan memudahkan pencarian dan penemuan bibit
unggul daerah di bidang olahraga dan bisa membudayakan olahraga di
masyarakat.
2.1.3. Aspek Pelayanan Umum a. Pendidikan
Pencapaian sasaran urusan pendidikan, selain dilaksanakan melalui program
pendidikan formal dilakukan juga melalui program pendidikan non formal beberapa
diantaranya adalah, Program PAUD, program pendidikan dasar, program
pendidikan menengah, program pendidikan untuk kesetaraan, masyarakat, kursus
dan kelembagaan dan program pendidikan khusus serta pemberian beasiswa bagi
masyarakat miskin.
Disamping itu pemerintah Provinsi Gorontalo berupaya mempercepat keberhasilan
program wajib belajar 9 tahun dan 12 tahun melalui program pendidikan untuk
rakyat (PRODIRA). Pada tahun 2014 beberapa capaian cukup baik, namun ada
juga beberapa indikator yang menurun capaiannya atas implikasi dari mulai
membaiknya mekanisme pengumpulan data.
Capaian pembangunan di sektor pendidikan dapat dilihat dari indikator Angka
Partisipasi Kasar (APK) pada tahun 2014, untuk SD/MI sebesar 114,64 persen,
II-13
dibandingkan tahun 2013, APK SD/MI sebesar 114,29, APK SMP/MTs sebesar 97,06
dan SMA/MA/SMK sebesar 85,18. Hal ini menunjukkan peningkatan Angka
Partisipasi Kasar untuk berarti mengalami peningkatan untuk SD/MI sebesar 0,35
persen, SMP/MTs sebesar 0.76 persen dan SMA/MA/SMK sebesar 3 persen.
Angka Partisipasi Murni pada tahun 2014 untuk SD/MI sebesar 100,97 persen,
SMP/ MTs sebesar 73,06 persen dan SMA/MA/SMK sebesar 65,87 persen.
Pencapaian tersebut lebih baik dibandingkan dengan capaian Angka Partisipasi
Murni tahun 2013 yaitu untuk SD/MI sebesar 98,65 persen, SMP/ MTs sebesar
71,95 persen dan SMA/MA/SMK sebesar 64,75 persen. Pencapaian APM telah
memenuhi target RPJMD (2012-2017) untuk tahun 2014.
Sementara itu, melalui program peningkatan pendidikan non formal diperoleh
capaian peningkatan angka melek huruf pada tahun 2014 menjadi 99,68 persen,
capaian tersebut lebih baik dari tahun 2013 yang mencapai 99,50 persen. Dalam
kebijakan penerapan pendidikan gratis atau lebih dikenal dengan Program
Pendidikan untuk Rakyat (PRODIRA) di tahun 2014 telah mengakomodir siswa
SMA/MA/SMK sederajat sebanyak 47.124 siswa yang memperoleh bantuan
operasional sekolah, jumlah tersebut terdiri dari SMA Negeri dan Swasta sebanyak
26.893 siswa, untuk SMK Negeri dan Swasta sebanyak 18.287 siswa, untuk MA
Negeri sebanyak 1.784 siswa dan untuk SMALB sebanyak 160 siswa. Disamping itu
melalui program yang sama diberikan insentif untuk peningkatan kesejahteraan
pendidik dan tenaga kependidikan PAUD sebanyak 9.000 orang, insentif untuk
tenaga pendidik PKLK sebanyak 59 orang, insentif tenaga kependidikan PKLK
sebanyak 9 orang, insentif guru daerah terpencil sebanyak 405 orang dan insentif
untuk guru kontrak sebanyak 120 orang.
Capaian bidang perpustakaan dalam pengembangan budaya baca dan pembinaan
perpustakaan, terus dilakukan melalui pengembangan gedung perpustakaan dan
peningkatan layanan serta sarananya, peningkatan SDM Pustakawan dan Tenaga
Teknis Perpustakaan, juga terus dilakukan pembinaan dan pengembangan
perpustakaan Kabupaten/Kota sampai dengan tingkat desa, peningkatan jumlah
dan ragam bahan perpustakaan serta pengelolaan mobilisasi perpustakaan keliling
hingga ke Kabupaten/Kota. Dari upaya - upaya tersebut pada tahun 2014 jumlah
pengunjung mencapai 10.069 orang telah melebihi target yang tetapkan sebesar
5.000 orang, untuk jumlah buku ditahun 2014 sebanyak 4.136 Eksemplar dengan
judul sebanyak 1.580 judul, sedangkan koleksi buku dan judul terbitan daerah
sebanyak 30 judul. Pada tahun 2014 jumlah pustakawan berjumlah 2 orang dan
tenaga teknis perpustakaan berjumlah 15 orang yang bertugas dalam pengolahan
buku, pemegang klas bahan pustaka dan IT perpustakaan. Dalam rangka
peningkatan kompetensi SDM dalam hal kearsipan Kantor Perpustakaan dan Arsip
II-14
khususnya pelatihan dan diklat pustakawan/tenaga teknis perpustakaan kepada 50
orang tenaga pengelola kearsipan sehingga peningkatan kualitas pelayanan
perpustakaan terhadap pemustaka (masyarakat) dapat dilaksanakan sebaik
mungkin.
b. Kesehatan
Capaian kinerja urusan kesehatan Provinsi Gorontalo saat ini dapat ditunjukkan
dengan indikator kinerja urusan kesehatan, yaitu Angka Usia Harapan Hidup (UHH)
yang mengalami peningkatan, yang semula 67 tahun pada Tahun 2013 menjadi
67,54 tahun pada Tahun 2014. Capaian untuk angka kematian Ibu (AKI) tahun
2014 telah menunjukkan trend positif. Hal ini ditunjukkan dengan AKI tahun 2014
sebesar 194,8 per 100.000 kelahiran hidup lebih rendah dari tahun sebelumnya
sebesar 251,7 per 100.000 kelahiran hidup. Namun angka ini masih belum
mencapai target RPJMD Tahun 2014, untuk itu diperlukan upaya keras untuk
mencapai target RPJMD 2012-2017 di tahun 2014 yaitu 159,1 per 100.000
kelahiran hidup dan target MDGs pada tahun 2015 yakni sebesar 102 per 100.000
kelahiran hidup. Sedangkan untuk capaian Angka Kematian Bayi (AKB) mengalami
trend yang negative artinya terjadi kenaikan pada tahun 2014 sebesar 13,9 per
1.000 kelahiran hidup dibanding tahun 2013 sebesar 13,3 per 1.000 kelahiran
hidup. Namun pencapaian ini telah mencapai target RPJMD 2012-2017 di 2014
yaitu 16 per 1.000 kelahiran hidup, dan target MDGs yakni 23 per 1.000 kelahiran
hidup tahun 2015. Untuk capaian Angka Kematian Balita (AKABA) pada tahun 2014
sebesar 15,3 per 1.000 kelahiran hidup artinya meningkat jika dibandingkan tahun
2013 sebesar 15 per 1.000 kelahiran hidup. Namun demikian capaian ini telah
melampaui target RPJMD 2012-2017 untuk tahun 2014 sebesar 18,50 persen per
1.000 kelahiran hidup dan juga target MDGs sudah terlampaui yakni 32 per 1.000
kelahiran hidup tahun 2015.
Pencapaian cakupan prevalensi gizi kurang mengalami kenaikan dimana pada
tahun 2013 sebesar 100,3 persen meningkat menjadi 10,86 persen ditahun 2014.
Meskipun demikian, pencapaian ini telah melampaui target RPJMD 2012-2017
untuk tahun 2014 sebesar 14,00 persen dan target MDGs yakni 15,5 persen tahun
2015.
Capaian lainnya yang terkait dengan target MDGs adalah Pengendalian HIV/AIDS,
dimana jumlah penderita HIV/AIDS di Provinsi Gorontalo mengalami penurunan
dari tahun 2013 sebanyak 34 orang menjadi 26 orang pada tahun 2014.
Sementara itu, untuk melihat tingkat kelayakan hidup penduduk yang sehat dapat
dilihat dari akses air bersih dan kelayakan sanitasi. Tercatat bahwa pada tahun
2014 di Provinsi Gorontalo hanya 42,5 persen rumah tangga yang memiliki akses
berkelanjutan terhadap air bersih menurun dibanding tahun sebelumnya sebesar
II-15
2014 sebesar 67%. Sedangkan persentase penduduk yang memiliki akses sanitasi
layak seperti jamban sehat hanya sebesar 46,55 persen, mengalami penurunan
dibanding tahun sebelumnya sebesar 52,8 persen. Angka ini belum mencapai
target tahun 2014 sebesar 61%. Sedangkan persentase rumah tangga yang
melaksanakan perilaku Hidup Bersih dan Sehat sebesar 63,55 persen, mengalami
penurunan dibanding tahun sebelumnya sebesar 69,37 persen Capaian PHBS
tahun 2014 ini belum mencapai target yakni 70%. Hal ini perlu terus diupayakan
peningkatan tingkat kelayakan hidup penduduk yang memenuhi kriteria sehat.
Dan dalam upaya peningkatan kesehatan bagi masyarakat berpenghasilan rendah,
pemerintah provinsi melalui program Jamkesta telah membantu pelayanan
kesehatan gratis sesuai UU RI Nomor 40 tahun 2004. Untuk tahun 2014,
Pemerintah Provinsi Gorontalo telah memberikan jamkes kepada 235.058 jiwa dari
280.884 kepesertaan Jamkesta. Jumlah ini berkurang dibanding tahun 2013, yang
telah memberikan pelayanan kesehatan kepada 272.071 jiwa warga miskin dari
325.236 kepesertaan Jamkesta.
Tahun 2014 tenaga kesehatan di Provinsi Gorontalo terdiri dari dokter spesialis
sebanyak 58 orang, dokter gigi sebanyak 45 orang, dokter umum sebanyak 273
orang, perawat sebanyak 1.645 orang, bidan sebanyak 1010 orang, apoteker
sebanyak 68 orang, sanitarian sebanyak 249 orang, tenaga gizi sejumlah 243
orang, fisiotherapi sejumlah 16 orang, sarjana kesehatan masyarakat berjumlah
485 orang dan tenaga farmasi berjumlah 94 Orang. Tenaga kesehatan tersebut
belum tersebar merata di seluruh kabupaten/kota. Sarana pelayanan kesehatan di
Provinsi Gorontalo tahun 2014 terdiri dari RSUD sebanyak 9, RS Swasta 3,
Puskesmas 93, Puskesmas pembantu 242, Puskesmas keliling 86, Posyandu
sebanyak 1304, Desa Siaga aktif sebanyak 525. Untuk Rumah Sakit Umum Provinsi
Gorontalo yang telah beroperasi sejak tahun 2014, akan dilakukan pengembangan
dan menjadi salah satu prioritas pembangunan Provinsi Gorontalo.
c. Lingkungan Hidup
Aspek yang menjadi ukuran keberhasilan pembangunan lingkungan hidup di
Provinsi Gorontalo ditandai dengan capaian peningkatan indeks kualitas lingkungan
hidup. Dimana menurut data yang dirilis oleh Kementerian Lingkungan Hidup
bahwa indeks kualitas lingkungan hidup Provinsi Gorontalo mencapai 97,43 % di
tahun 2014, meningkat dibanding capaian tahun 2013 sebesar 95,01 point. Di
samping itu tingkat ketaatan pemrakarsa terhadap pelaksanaan dokumen
lingkungan juga mengalami peningkatan dari sebesar 77 persen di tahun 2013
meningkat menjadi 84 persen di tahun 2014. Pencapaian tersebut diperoleh dari
II-16
terus dilaksanakannya upaya pembinaan teknis dalam sistem manajemen kegiatan
pengelolaan dan pengendalian dampak lingkungan hidup.
Isu - isu yang menjadi perhatian dalam bidang lingkungan hidup di provinsi
Gorontalo adalah kerusakan Danau Limboto, penurunan kualitas air Danau
Limboto, pencemaran air sungai, kerusakan mangrove dan terumbu karang,
tingkat ketaataan pemrakarsa kegiatan dalam pengelolaan lingkungan hidup masih
rendah.
Sementara itu, kualitas air di beberapa sungai di Provinsi Gorontalo kualitasnya
rendah, dari hasil pemantauan kualitas air pada tahun 2014 menunjukkan
beberapa parameter sudah melebihi nilai ambang batas yang dipersyaratkan.
Gambaran Status Mutu air Sungai yaitu Sungai Bone : Cemar Ringan – Sedang,
Sungai Biyonga : Cemar Ringan – Sedang, Sungai Paguyaman : cemar ringan –
sedang Sungai Buladu : Cemar Sedang – Berat, Sungai Taluduyunu : Cemar
Ringan – Cemar Sedang, Sungai Andagile Atinggola : Cemar Ringan – Sedang, dan
Sungai Randangan Pohuwato : Cemar Ringan – Sedang. Sementara itu kondisi
kualitas udara ambiet di Kab/Kota masih baik.
Dalam pengembangan bidang lingkungan hidup beberapa upaya telah dilakukan
diantaranya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, pengembangan data
dan informasi lingkungan hidup dan peningkatan kinerja pemerintah Kabupaten
dan kota dalam pengelolaan SDA dan lingkungan hidup. Tahun 2014 mulai
diupayakan revitalisasi danau limboto, untuk tahap awal dilakukan pengerukan
danau limboto, pembersihan enceng gondok, dan pembangunan tanggul pencegah
banjir.
2.1.4. Aspek Daya Saing Daerah 2.1.4.1. Kemampuan Ekonomi Daerah
Kemampuan ekonomi daerah dapat ditunjukkkan dengan peningkatan kinerja
dalam pembangunan ekonomi lainnya, yaitu pembangunan sektoral yang
difokuskan pada lingkup pertanian, perindustrian dan perdagangan, KUMKM dan
pariwisata. Kemampuan ekonomi tersebut di dukung oleh beberapa sektor sebagai
berikut :
a. Sektor Pertanian
Prioritas Pembangunan di bidang pertanian diarahkan pada peningkatan luas
panen komoditi tanaman pangan dan hortikultura, peningkatan produktivitas dan
produksi komoditi tanaman pangan dan hortikultura, peningkatan infrastruktur,
sarana dan prasarana lahan dan air dan peningkatan ketahanan pangan. Dari
prioritas pengembangan tersebut, pencapaian kinerja sektor pertanian di tahun
2014 dapat dilihat dari: Peningkatan produksi jagung tahun 2014 (ASEM) sebesar
II-17
persen dibandingkan produksi tahun 2013 sebesar 669.094 ton (ATAP). Kenaikan
produksi tersebut disebabkan adanya peningkatan luas panen sebesar 8.393 Ha
(5,64 persen) dan kenaikan produktivitas sebesar 0,72 Kwintal/hektar (1,48
persen). Namun pencapaian ini belum dapat mencapai target RPJMD untuk tahun
2014 sebesar 789.512 ton, karena disebabkan antara lain petani/masyarakat belum
menerapkan teknologi budidaya yang benar dan kurangnya faktor pemupukan,
selain itu faktor pola subsidi benih yang mulai diterapkan Tahun 2013 dan 2014 ini
varietas benih yang disubsidi oleh pemerintah tidak diminati oleh petani, hal ini
didasari oleh realisasi penyerapan subsidi benih jagung untuk provinsi Gorontalo
hanya kurang lebih sebesar 25 persen sampai dengan akhir tahun 2014.
Dukungan dana APBD melalui bantuan benih jagung hibrida mengalami
peningkatan yang cukup significant melalui tambahan anggaran APBD Pergeseran
dan APBD-Perubahan namun hasil produksinya baru akan dipanen pada bulan
Januari dan Februari 2015 sehingga tidak memberikan pengaruh pada capaian
produksi tahun 2014.
Berdasarkan angka Sementara (ASEM) produksi padi tahun 2014 sebesar 314.703
ton Gabah Kering Giling (GKG), meningkat sebesar 18.791 ton atau 5,97 persen
dibandingkan angka tetap tahun 2013 sebesar 295.912 ton Gabah Kering Giling
(GKG). Capaian produksi padi untuk tahun 2014 telah melampaui target yang
ditetapkan sebesar 308.896 ton. Peningkatan produksi utamanya juga disebabkan
oleh peningkatan luas panen tahun 2014 sebesar 62.690 Ha, meningkat
dibandingkan tahun 2013 sebesar 56.894 Ha atau mengalami peningkatan sebesar
5.796 Ha atau 9,25 % dari tahun 2013. Peningkatan produksi ini berbanding
terbalik dengan peningkatan produktivitas padi yang hanya sebesar 50,20 Ku/Ha
(ASEM), mengalami penurunan dibanding angka tetap tahun 2013 sebesar 52,01
Ku/Ha atau menurun sebesar 1,81 kw/Ha (-3,61 persen) dan belum mencapai
sasaran yang ditetapkan sebesar 55.63 Kw/Ha.
Produksi kedelai sesuai asem 2014 sebesar 4.273 ton biji kering, mengalami
penurunan dibanding angka tetap tahun 2013 sebesar 4.410 ton. Penurunan
produksi terjadi utamanya karena menurunnya luas panen sebesar 137 hektar
(-3,21 persen) dari 3.367 Ha tahun 2013 menjadi 2.842 Ha tahun 2014. Namun
pencapaian ditahun 2014, telah melampaui sasaran yang ditetapkan dalam RPJMD
sebesar 2.407 ton. Pencapaian ini disebabkan adanya dukungan bantuan benih
dari APBD Kabupaten Pohuwato, minat masyarakat tani melalui swadaya serta
adanya dukungan bantuan benih kedelai 60 Ha melalui program SLPTT. Penurunan
produksi dan produktivitas kedelai disebabkan karena penurunan luas panen dari
angka tetap tahun 2013 sebesar 3.367 Ha menjadi 2.842 Ha tahun 2014.
Untuk capaian kinerja komoditi utama hortikultura (cabe) terjadi penurunan pada
II-18
atau mengalami penurunan sebesar 9,75 persen. Penurunan yang signifikan
berpengaruh terhadap produksi cabe, dimana pada tahun 2013 produksi cabe
mencapai 12.159 ton, sedangkan pada tahun 2014 menurun menjadi 11.526 ton.
Capaian ini juga belum mencapai target yang telah ditetapkan untuk tahun 2014
karena selama tahun 2014 banyak tanaman cabe yang terserang penyakit
sehingga produksinya mengalami penurunan.
Ketahanan Pangan, berdasarkan hasil analisis pola produksi padi angka Sementara (ASEM) 2014 diperoleh angka produksi padi di provinsi Gorontalo
mencapai 314.703 ton gabah kering giiling (GKG) meningkat sebesar 18.791 ton
(5,97 persen) dibanding Angka Tetap (ATAP) tahun 2013. Dengan konversi gabah
ke beras tersedia untuk konsumsi langsung sebesar 58,16 persen, maka
ketersediaan beras tahun 2014 mencapai 183.031 ton, maka provinsi Gorontalo
mengalami surplus beras sebesar 82.989 ton pada tahun 2014.
Implikasi dari pencapaian kinerja sektor pertanian tersebut terlihat berdasarkan
Nilai Tukar Petani (NTP) yang merupakan perbandingan indeks harga yang
diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani. NTP (NTP Umum)
Provinsi Gorontalo tahun 2014 sebesar 100,62 menurun dibandingkan tahun 2013
sebesar 101,07. NTP masing-masing subsektor tercatat subsektor tercatat sebesar
96,31 untuk Subsektor Tanaman Pangan (NTP-P), 121,14 untuk Subsektor
Hortikultura H), 92,80 untuk Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat
(NTP-R), 100,12 untuk Subsektor Peternakan (NTP-T) dan 97,50 untuk Subsektor
Perikanan (NTN). Penurunan NTP pada Desember 2014 untuk semua subsektor
disebabkan adanya indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah
tangga maupun untuk keperluan produksi pertanian yang lebih besar jika
dibandingkan dengan kenakan indeks harga hasil produksi pertanian.
Pengembangan pertanian juga dilaksanakan melalui peningkatan kompetensi dan
pemberdayaan penyuluh, di tahun 2014 mutu penyelenggaraan penyuluh
ditingkatkan dengan penyediaan demplot Balai Penyuluh Pertanian, Perikanan dan
Kehutanan (BP3K) sebanyak 45 unit dan sebanyak 77 Unit lembaga penyuluh
difasilitasi dan dikembangkan, serta peningkatan kelas kemampuan kelompok
sebanyak 123 kelompok. Kemudian dilakukan juga peningkatan kapasitas penyuluh
PPK melalui diklat fungsional sebanyak 31 orang dan diklat teknis bagi 50 penyuluh
serta diklat teknis pelaku utama dan pelaku usaha sebanyak 50 orang.
Dari sisi pola konsumsi pangan ditunjukkan dengan peningkatan skor pola
pangan harapan (PPH) yang terbagi atas Skor Pola Pangan Harapan (PPH)
Ketersediaan dan Skor Pola Pangan Harapan Konsumsi. Skor PPH Ketersediaan
menggambarkan perbandingan antara kebutuhan kalori (pangan) masyarakat
II-19
menunjukkan bahwa Skor PPH Ketersediaan untuk tahun 2014 sebesar 62,81,
masih jauh dibawah target yang ditetapkan untuk tahun 2014 yakni sebesar 82,8.
Demikian halnya dengan skor PPH Konsumsi merupakan parameter yang
digunakan untuk menilai tingkat keanekaragaman dan mutu gizi ketersediaan dan
konsumsi pangan penduduk. Indikator ini menunjukkan bahwa semakin tinggi
skor PPH Konsumsi maka konsumsi pangan semakin beragam. Hasil analisa yang
ditunjukkan bahwa pola konsumsi pangan tahun 2014 sebesar 72,8, juga masih
dibawah target yang telah ditetapkan dalam RPJMD untuk tahun 2014 sebesar
77,4, dan belum mencapai Standar Pelayanan Minimal 90 serta skor PPH ideal 100
point. Dari hasil analisa juga menunjukkan bahwa Skor PPH diwilayah perkotaan
sebesar 77,1 lebih tinggi dibandingkan wilayah pedesaan yang hanya sebesar 73,8.
Hal ini mengindikasikan bahwa konsumsi pangan diwilayah perkotaan lebih
beragam dan komposisi gizi antar kelompok lebih berimbang dibandingkan dengan
konsumsi pangan diwilayah pedesaan.
Upaya menjadikan Provinsi Gorontalo sebagai lumbung ternak telah diupayakan
dengan mengembangkan usaha peternakan dalam peningkatan populasi ternak
sapi. Dari upaya tersebut populasi ternak sapi mengalami peningkatan dari
174.858 ekor tahun 2013 menjadi 189.203 ekor ditahun 2014. Hal ini menunjukkan
populasi sapi hanya mencapai 3,65 persen dari yang ditargetkan 4 persen. Dari
data Dinas Perternakan dan Perkebunan target populasi sebanyak 206.826, namun
ditahun 2014 pemotongan sapi mencapai 15.337 ekor dan pengeluaran ternak
keluar dari Provinsi Gorontalo sebanyak 9.500 ekor. Untuk populasi kambing pada
tahun 2014 sebesar 83.839 ekor mengalami peningkatan dibanding tahun 2013
sebesar 83.512 ekor. Populasi ternak ayam buras di tahun 2014 juga mengalami
peningkatan menjadi 1.397.921 ekor dibanding tahun 2013 yang populasinya
sebesar 1.374.185 ekor dan untuk populasi ternak itik mengalami peningkatan di
tahun 2014 sebesar 49.463 ekor dibanding tahun 2013 sebesar 48.560 ekor.
Kinerja Sektor Peternakan lainnya ditunjukkan melalui produksi hasil peternakan.
Untuk produksi daging sapi tahun 2014 sebesar 3.011.474 Kg mengalami
penurunan dibandingkan produksi tahun 2013 sebesar 3.617.458 Kg. Demikian
halnya dengan produksi daging kambing juga mengalami penurunan dari 177.910
Kg tahun 2013 menjadi 176.524 Kg tahun 2014. Untuk produksi daging ayam
buras juga mengalami penurunan dari tahun 2013 sebesar 1.513.115 Kg turun
menjadi 1.397.921 Kilogram di tahun 2014, sedangkan untuk ayam ras pedaging
mengalami kenaikan dari 577.320 Kg menjadi 582.457 Kg. Penurunan produksi
daging sapi, daging kambing maupun daging ayam buras dapat disebabkan karena
kenaikan harga daging yang cukup tinggi maupun tingkat konsumsi daging yang
II-20
Di samping peningkatan populasi ternak dan produksi daging kinerja pembangunan
di bidang peternakan ini di upayakan juga melalui Pemeriksaan Produk Hasil
Pangan ASUH (PMSR-CM) di Laboratorium Kesmavet sebanyak 570 sampel,
Pengendalian dan pengobatan penyakit hewan menular strategis (PMHS) tahun
2014 sebanyak 12.460 ekor dari yang ditargetkan 11.660 ekor. Pengembangan
Kelompok Ternak Sapi sebanyak 269 kelompok, Pengembangan Kelompok Ternak
Kambing sebanyak 12 kelompok serta Pengembangan Kelompok Ternak Ayam
Buras sebanyak 196 kelompok ditahun 2014. Peningkatan juga terlihat dari asupan
protein hewani dari jumlah konsumsi daging ditahun 2014 sebesar 2,77
kg/kapita/thn, artinya mengalami peningkatan tingkat konsumsi sebesar 1,73
persen dari yang ditargetkan sebesar 2%/tahun.
Dari kinerja perkebunan tahun 2014 perluasan areal kelapa dalam tahun 2014
mencapai 66.899 Ha, dengan peningkatan produksi kelapa dalam menjadi 66.793
ton ditahun 2014 dari 66.345 ton di tahun 2013, sedangkan produksi kakao di
tahun 2014 tidak mengalami perubahan dibanding tahun 2013 yaitu sebesar 5.043
ton. Untuk produksi cengkeh di tahun 2014 sebesar 775 ton mengalami
peningkatan dibanding tahun 2013 sebesar 755 ton, untuk produksi tebu
mengalami peningkatan dari tahun 2013 sebesar 32.274 ton menjadi 32.521 ton
pada tahun 2014. Pencapaian sektor perkebunan ini di hasilkan dari upaya
revitalisasi usaha agribisnis yang difokuskan pada 4 (empat) komoditi perwilayahan
di Provinsi Gorontalo yang meliputi kelapa, kakao, cengkeh dan tebu dan
revitalisasi pemberdayaan masyarakat perkebunan melalui pola sistem
kebersamaan ekonomi. Dalam meningkatkan kinerjanya di sektor peternakan dan
perkebunan serta membangun sinergi dengan pemerintah Kabupaten/kota dan
masyarakat Dinas Peternakan dan Perkebunan menjadi leading sektor dalam
pengembangan pertanian secara terpadu yang dilakukan dengan pembagian
kluster pada wilayah-wilayah potensial.
Dari Sasaran/fokus pembangunan daerah sektor perikanan dan kelautan, Provinsi
Gorontalo mempunyai potensi perikanan tangkap yang besar yang dibagi
berdasarkan wilayah pengelolaan dan pemanfaatan (WPP) yaitu WPP Teluk Tomini
sampai dengan laut seram potensinya mencapai 595.630 Ton/Tahun, dan WPP
Laut Sulawesi sampai Samudera Pasifik potensinya mencapai 630.470 Ton/Tahun.
Sedangkan untuk perikanan Budidaya mencakup budidaya perikanan laut,
perikanan payau, dan perikanan tawar potensinya sebesar 339.268 Ton per tahun.
Dari potensi tersebut, realisasi produksi perikanan tangkap tahun 2014 mencapai
103.017,80 Ton meningkat dibandingkan produksi tahun 2013 yang hanya
mencapai 92.171,3 Ton atau naik sebesar 10,53%, sedangkan untuk produksi
perikanan Budidaya mengalami penurunan dari 115.300,9 Ton tahun 2013 turun
II-21
dengan capaian tahun 2014 sebesar 32.457 Ton, dan rumput laut dengan jumlah
produksi 24.935,30 ton.
Tabel 2.13
Perkembangan Produksi Perikanan Provinsi Gorontalo Tahun 2007 – 2014
No. Uraian
Produksi Hasil Perikanan (Ton)
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 1. Perikanan
Tangkap 49.962 62.921 66.717 72.325 76.369 85.815 92.171,3 103.017,80 2. Perikanan
Budidaya 71.000 78.800 85.653 93.659 129.858 133.340 115.300,9 57.392,30 Jumlah (Ton) 120.962 141.721 152.370 165.984 206.227 219.155 207.472,2 160.410,10 Sumber : Dinas Perikanan kelautan provinsi Gorontalo
Sedangkan dilihat dari hubungan target dan realisasi pada tahun 2014, produksi
perikanan tangkap mencapai 105,84 persen telah melebihi target tahun 2014
sebesar 97.331 ton, realisasi produksi mencapai 103.017,80 ton. Untuk Produksi
Perikanan Budidaya tidak mencapai target yang ditetapkan. Dari target produksi
perikanan budidaya yang ditetapkan tahun 2014 sebesar 156.248 ton, realisasi
produksi hanya mencapai 57.392,30 Ton atau persentase capaiannya hanya
sebesar 36,73 persen. Hal ini disebabkan oleh karena produksi rumput laut pada
pada tahun 2014 secara nasional rata-rata mengalami penurunan produksi rumput
laut, akibat perubahan iklim yang sulit diprediksi, di Provinsi Gorontalo mengalami
penurunan produksi atau hanya 24.935,30 ton yang diakibatkan oleh cuaca ekstrim
serta tingkat curah hujan yang tinggi menyebabkan penurunan kualitas air laut di
daerah pesisir antara lain (terjadi peningkatan kekurangan air dan tingkat
menurunnya salinitas air laut). Produksi jenis ikan yang turun produksinya adalah
ikan bandeng dan nila. Penurunan ini disebabkan oleh mahalnya pakan ikan di
tingkat pembudidaya hal ini dipengaruhi oleh terjadinya inflasi di daerah perdesaan
di Provinsi Gorontalo mencapai 7.15 persen tahun 2014.
Tabel 2.14
Hubungan Target dan Realisasi Produksi Perikanan Provinsi Gorontalo Tahun 2007 - 2014
No. Tahun
Perikanan Tangkap (Ton) Perikanan Budidaya (Ton) Target Realisasi
Tingkat Capaian
(%)
Target Realisasi
Tingkat Capaian
(%)
1 2007 53.035 49.962 94,21 75.565 71.000 93,96
2 2008 58.334 62.921 107,86 80.000 78.800 98,50
3 2009 64.166 66.717 103,98 86.295 85.653 99,26
4 2010 70.597 72.325 102,45 101.775 93.659 92,03
5 2011 77.648 76.369 98,35 151.845 129.858 85,52
6 2012 85.815 85.816 100,00 133.340 133.340 100,00
7 2013 90.964 92.171 101,33 144.007 115.301 80,07
8 2014 97.331 103.017,8 105,84 156.248 57.392,3 36,73
II-22
Sementara itu produksi perikanan oleh kelompok nelayan dan pembudidaya pada
tahun 2014 adalah sebesar 90.847 ton atau 101,01 persen meiningkat dibanding
hasil produksi tahun 2013 sebesar 82.203 ton dan telah melebihi target yang
ditetapkan sebesar 89.935 Ton. Produksi perikanan ini adalah produksi perikanan
laut dan produksi perikanan budidaya.
Dari capaian produksi perikanan baik produksi perikanan tangkap maupun
perikanan budidaya tahun 2014 ini memberikan konstribusi pendapatan rata-rata
bagi pembudidaya dan nelayan sebesar Rp. 2.286.000 per bulannya. Nilai ini
didapat dari penjumlahan rata-rata pendapatan pembudidaya sebesar Rp.
1.975.000 per bulannya dan pendapatan rata-rata nelayan sebesar Rp. 2.597.000
per bulannya. Capaian rata-rata pendapatan pembudidaya pada tahun 2014
melebihi target yang ditetapkan yaitu Rp. 1.910.442 pada tahun 2014 atau sebesar
103,38 persen. Sedangkan untuk realisasi rata-rata pendapatan nelayan juga
mengalami peningkatan dari target yang ditetapkan yaitu Rp. 2.234.901 naik atau
sebesar 116,20 persen. Selain itu, tingkat capaian konsumsi ikan pada tahun 2014
mencapai 46,81 kg/kapita/thn. Capaian ini sudah mendekati target yang ditetapkan
sebesar 91,78 persen yaitu dari target 51 kg/kapita/thn.
Dalam rangka peningkatkan produksi perikanan dan peningkatan kehidupan
nelayan (PKN) di Provinsi Gorontalo, Pemerintah Provinsi melalui Kepemimpinan
Bapak Rusli Habibie dan Idris Rahim mengupayakan beberapa terobosan yaitu
dengan melakukan Restrukturisasi Armada Perikanan Tangkap, melalui Bantuan
Sarana Produksi Perikanan Tangkap berupa Kapal Inkamina > 30 GT beserta alat
tangkapnya. Langkah ini diambil oleh Pemerintah Provinsi Gorontalo sebagai
jawaban untuk mengatasi berbagai permasalahan dalam pengembangan perikanan
tangkap di Provinsi Gorontalo yaitu masih tingginya (97,67 persen) armada
tangkap di Provinsi Gorontalo masih berstatus dibawah > 30 GT (perahu tanpa
motor dan motor tempel) dan kesemuanya dimiliki oleh nelayan kecil (nelayan
tradisional). Dengan kondisi tersebut, nelayan tentu saja tidak akan mampu
menghasilkan produksi yang optimal. Apalagi para nelayan juga masih tergantung
pada kondisi musim, dan cuaca, yang artinya bisa dipastikan jika mereka tanpa
peralatan dan kapal yang memadai dan modern, maka sulit bagi nelayan untuk
bisa meningkatkan hasil produksinya, dan produktivitas.
Upaya pengembangan restrukturisasi Armada perikanan tangkap melalui
pembangunan dan penyediaan kapal Inkamina Kapasitas diatas 30 GT di Provinsi
Gorontalo merupakan upaya dan solusi Pemerintah Provinsi Gorontalo untuk
membangun suatu perikanan tangkap yang modern di Provinsi Gorontalo yang
berbasis pada Blue Economy. Keseriusan Pemerintah Provinsi Gorontalo dalam
pengembangan perikanan tangkap melalui Restrukturisasi Armada Tangkap Kapal
II-23
untuk membangun dan menyediaan kapal Inkamina >30 GT dari tahun 2010
sampai dengan tahun ini 2014, dan semuanya untuk disalurkan kepada kelompok
nelayan yang memenuhi kriteria dan persyaratan, khususnya untuk kegiatan
operasionalnya. Sebagai informasi dari tahun 2010 sampai tahun 2014 ini,
Pemerintah Provinsi Gorontalo melalui anggaran APBN dan APBD sudah
mengalokasikan pembangunan dan penyediaan kapal Inkamina > 30 GT sebanyak
45 unit, dengan nilai total sebesar Rp. 59.250.431.000,-. Disamping penyediaan
kapal, bantuan bagi perikanan tangkap lainnya adalah sarana Produksi untuk
penguatan system rantai dingin dan pengolahan ikan dari proses penangkapan
sampai pasca produksi.
Pelaksanaan kegiatan pada Bidang Perikanan Budidaya di Provinsi Gorontalo
tahun 2013 dan tahun 2014 ini diarahkan untuk membangun kesiapan masyarakat
pembudidaya ikan dalam menghadapi tantangan, mengatasi permasalahan
pembangunan perikanan budidaya dan mendayagunakan potensi sumberdaya
lahan budidaya untuk mendorong dan menghidupkan kegiatan produksi perikanan
berbasis ekonomi rakyat, mendorong dan meningkatkan perolehan devisa negara,
serta mempercepat pembangunan ekonomi masyarakat pembudidaya di pedesaan.
Melalui dana APBD Provinsi Gorontalo TA. 2014 melaksanakan Program
Pengembangan Budidaya Perikanan diimplementasikan kedalam tiga kegiatan yang
mengacu pada pengembangan tiga kawasan perikanan budidaya yaitu (1).
Pengembangan kawasan budidaya air tawar ; (2). Pengembangan Kawasan
budidaya air payau dan : (3). Pengembangan kawasan budidaya air payau.
Dari beberapa program perikanan budidaya yang dilaksanakan oleh Pemerintah
Provinsi Gorontalo, ada tiga program/kegiatan perikanan budidaya yang menjadi
fokus utama Pemerintah Provinsi Gorontalo yaitu (1). Pengembangan Sistem
Perbenihan Ikan Laut/Payau dan Operasional UPTD Balai Pengembangan Benih
Ikan Laut dan Payau (BPBLP) melalui Penyediaan Benih ikan, bibit rumput laut dan
pakan ikan) bagi Pembudidaya kecil, pembudidaya pemula dan Unit Pembenihan
Rakyat (UPR); (2). Memberikan sertifikasi Cara Budidaya Ikan Yang Baik bagi
pembudidaya yang sudah mampu melaksanakan kegiatan budidaya sesuai dengan
standart CBIB. Sampai dengan tahun 2014 Provinsi Gorontalo telah ditargetkan
oleh pusat sebanyak 100 kelompok pembudidaya yang disertifikasi. Target ini
berhasil dilampaui dengan capaian 105 % atau 105 usaha budidaya yang telah
disertifikasi.; (3). Melaksanakan program PUMP perikanan budidaya. Program ini
bertujuan untuk Pengembangan Sistem Usaha Perikanan Budidaya yaitu
terpenuhinya kebutuhan modal kerja guna berkembangnya usaha perikanan
budidaya yang mandiri.
Disamping kegiatan tersebut, pemerintah provinsi juga mendesain Program
II-24
Nelayan Tangguh (PDNT) yang merupakan Prigram Inovasi Pemerintah untuk
mengatasi permasalahan masyarakat khususnya masyarakat nelayan pesisir.
Program PDNT ini merupakan salah satu program yang sangat penting, sehingga
pada tahun 2012 sampai dengan tahun 2014 program ini sudah menyentuh 28
Desa nelayan dari 77 desa yang ditargetkan. Pada pelaksanaan program PDNT ini,
Pemerintah Provinsi Gorontalo selain memberikan dan mengalokasikan anggaran
untuk pemenuhan sarana produksi perikanan berupa (mesin tempel, mesin
katinting, perahu, alat tangkap, cool box dan peralatan perikanan lainnya) juga
mengalokasikan anggaran untuk pemenuhan Waserda (warung serba ada) bagi
kelompok perempuan pesisir yang merupakan istri-istri para nelayan. Kegiatan ini
juga mengakomodir bahwa program perikanan dan kelautan juga diharapkan
berbasis pada pemenuhan kebutuhan gender. Jumlah nelayan/perempuan pesisir
yang sudah mendapat sarana produksi perikanan melalui program PDNT yaitu
tahun 2012 sejumlah 31 kelompok nelayan atau 403 orang dan tahun 2014 naik
menjadi 40 kelompok dengan jumlah 450 orang.
Selain Program PDNT (Program Pengembangan Desa Nelayan Tangguh),
Pemerintah Provinsi Gorontalo pada program kelautan dan pesisir juga
mengalokasikan anggaran pada kegiatan program usaha garam rakyat (PUGAR)
yang berlokasi di kec, Wonggarasi Kab. Pohuwato.
b. Sektor Kehutanan
Pada sektor kehutanan, pada tahun 2012 telah disusun master plan penataan
hutan Provinsi Gorontalo 2012-2016 dalam upaya untuk melestarikan hutan di
Gorontalo, juga telah dilakukan upaya-upaya dalam penataan kawasan hutan
sesuai peruntukkannya, dengan merehabilitasi hutan dan lahan kritis untuk
mengurangi isu pemanasan global seluas 4500 Ha, dan penanaman tanaman hutan
dengan tanaman produktif seluas 200 Ha, melakukan perlindungan dan konservasi
sumberdaya hutan dan pemanfaatan potensi sumberdaya hutan dengan
melakukan penataan 4 KPH di tahun 2013 serta melaksanakan operasi
pengamanan hutan dan pengendalian kebakaran hutan dalam rangka menurunkan
tingkat pencurian kayu, illegal logging dan perambahan hutan.
Dalam rangka mendukung kegiatan Rehabilitasi Hutan lindung dengan Gerakan
Penanaman 1 Milyar Pohon, Pemerintah Provinsi Gorontalo memberikan kontribusi
melakukan penanaman pohon maupun memberikan bantuan bibit kepada
masyarakat dan kelompok tani berupa bibit tanaman kehutanan, bibit tanaman
Multi Purpose Tree Species (MPTS), bibit tanaman produktif dan bibit tanaman
serbaguna sebanyak 50.482 pohon.
Untuk hasil produksi hutan terdiri dari kayu log dengan nilai produksi pada tahun
II-25
mencapai 21.772,94 M3, sedangkan untuk kayu gergajian produksi mencapai
21.267,61 M3 artinya meningkat dibanding tahun 2013 yang mencapai 1.324,53
Untuk produksi Rotan mencapai 880 ton jauh menurun dibanding tahun 2013
sebesar 960.000 ton.
c. Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah, serta Lembaga Keuangan.
Pengembangan koperasi pada tahun 2014 dilaksanakan melalui sejumlah kegiatan
strategis dalam bentuk pembinaan dan sosialisasi, pengawasan, monitoring dan
evaluasi serta fasilitasi baik kepada koperasi aktif maupun tidak aktif, juga
terhadap kelompok masyarakat atau badan usaha yang hendak membentuk
koperasi baru dan pembentukan koperasi. yang berkualitas sebanyak 15 koperasi,
yang tersebar di 6 kabupaten/kota. Hal itu telah meningkatkan jumlah koperasi,
dengan realisasi peningkatan sebanyak 1.131 koperasi dari target yang ditetapkan
1.060 koperasi. Capaian tersebut meningkat dari tahun 2013 yang masih berjumlah
1.101 koperasi. Sedangkan jumlah koperasi berkualitas sebanyak 15 koperasi
sudah memenuhi target yang ditetapkan sebanyak 15 koperasi. Capaian tersebut
masih sama dengan capaian tahun 2013 sebanyak 15 koperasi.
Dengan terus membaiknya iklim usaha dan iklim investasi di daerah, membaiknya
akses masyarakat terhadap permodalan baik KUR maupun skim kredit lainnya
sebesar Rp. 131.818 M baik yang disediakan oleh perbankan maupun oleh lembaga
non bank, tersedianya informasi pasar baik lokal, regional, nasional maupun
internasional di tahun 2014 telah meningkatkan jumlah UMKM dengan realisasi
70.590 UMKM dari target yang ditetapkan sebesar 65.705 UMKM, meningkat
dibanding tahun 2013 yang sejumlah 63.434 UMKM. Selain itu tahun 2014
Pemerintah Provinsi Gorontalo juga memberikan modal usaha bagi Wira Usaha
Baru (WUB) yang terdiri dari WUB keluarga miskin, WUB mahasiswa dan WUB
Potensial sebanyak 859 UMKM dari target yang ditetapkan sebanyak 650 UMKM.
d. Perdagangan dan Perindustrian.
Dalam penyelenggaraan dan pengembangan urusan perdagangan di tahun 2014
telah dilakukan upaya perlindungan konsumen dan pengamanan perdagangan,
meningkatkan ekspor, melakukan upaya efisiensi perdagangan dalam negeri dan
melakukan upaya dalam meningkatkan standarisasi mutu barang. Sehingga dari
upaya tersebut di tahun 2014 beberapa hasil pencapaiannya dapat ditunjukkan dari
perkembangan ekspor menjadi 83.528,53 ton dari target yang di tetapkan sebesar
68.046 ton, meningkatnya jumlah perdagangan antar pulau menjadi sebesar
810.617 ton dari target 789.492 ton. Selain itu untuk menjamin kualitas komoditi
yang akan diperdagangkan dilakukan pengujian komoditi oleh UPTD Balai
Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) yang mencapai 243 kali pengujian
II-26
Dalam meningkatkan distribusi Barang/Jasa di tahun 2014 telah dilakukan
revitalisasi pasar sebanyak 4 unit 6 pasar tradisional, yaitu Pasar tradisonal Moodu,
Pasar Bululi, Pasar Tanggajaya, dan Pasar Panipi. Disamping itu dari sisi pelayanan
Pemerintah provinsi di tahun 2014 juga membantu penanganan kasus pengaduan
konsumen, yang diindikasikan dengan pemberkasan dan penanganan kasus
pengaduan konsumen terhadap seluruh kasus yang diadukan. Kemudian
dilaksanakan tera dan tera ulang alat Ukuran Takaran, Timbangan dan
Perlengkapannya (UTTP), yang diindikasikan dengan pelaksanaan tera-tera ulang
alat UTTP sebanyak 12.750 UTTP sesuai target yang ditetapkan dalam RPJMD
Provinsi Gorontalo 2012-2017 untuk tahun 2014 sebanyak 12.750 UTTP. Dalam
rangka perlindungan konsumen dan keamanan perdagangan dilaksanakan Pasar
Tertib Ukur, yang diindikasikan dengan tercapainya 2 Pasar Tertib Ukur di Provinsi
Gorontalo, sehingga total pasar Tertib Ukur di Provinsi Gorontalo berjumlah 12
Pasar.
Untuk mengembangkan sektor perindustrian pada tahun 2014 dalam
meningkatkan kualitas dan kuantitas industri kecil dan menengah diupayakan
melalui peningkatan kompetensi sumberdaya manusia, fasilitasi wirausaha baru
IKM, disamping itu pengembangan kompetensi inti One Village One Product
(OVOP) dan kluster industri juga dilakukan dalam meningkatkan produktivitas
produk IKM.
Dari upaya yang dilakukan tersebut telah meningkatkan jumlah Industri Kecil
Menengah (IKM) meningkat menjadi sebanyak 13.688 unit di tahun 2014
dibandingkan dengan jumlah IKM ditahun 2013 yang hanya sebesar 12.842 unit
dan jumlah sentra IKM 289 sentra IKM ditahun 2014. Selain pencapaian tersebut
ditahun 2014 juga dilakukan pembentukan Desa Industri Mandiri (DIM) sebanyak 1
(satu) kluster yang berpusat di Ayula Utara Kecamatan Tapa Kabupaten Bone
Bolango dengan kegiatan Agro Industri Pupuk Pelengkap Cair (PPC).
e. Pariwisata dan Budaya
Dalam penyelenggaraan urusan pariwisata di tahun 2014 di lakukan
pengembangannya melalui upaya pemasaran dan promosi pariwisata dan
melaksanakan Festival Bahari Olele, Festival Karawo, mengikuti pelaksanaan
Kemilau Sulawesi dan Festival kuliner. Upaya lainnya adalah melalui
pengembangan seni dan budaya daerah dengan melaksanakan pemilihan "Nou dan
Uti", pelaksanaan semarak Tumbilatohe, pelaksanaan karapan sapi dan pacuan
kuda. Dalam melestarikan mengembangkan seni dan budaya di Provinsi Gorontalo
di tahun 2014 juga dilaksanakan workshop pelestarian seni dan budaya. Dari upaya
- upaya tersebut diperoleh capaian dalam peningkatan jumlah kunjungan