• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Pada Materi Sistem Persamaan Linear Satu Variabel Dengan Penerapan Model Pembelajaran Think Talk Write (Ttw)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Pada Materi Sistem Persamaan Linear Satu Variabel Dengan Penerapan Model Pembelajaran Think Talk Write (Ttw)"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Lentera Vol. 15. No. 13. Juni 2015

86

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS

SISWA PADA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR

SATU VARIABEL DENGAN PENERAPAN MODEL

PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE (TTW)

Husnidar

Dosen Program Studi M atematika FKIP Universitas Almuslim

ABSTRAK

Kenyataan yang terjadi di SMP Negeri 3 Peusangan berdasarkan hasil observasi peneliti dengan salah seorang guru pelajaran matematika, menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis matematis siswa pada materi sistem persamaan linear satu variabel masih rendah. Adapun salah satu model pembelajaran yang melibatkan peran aktif siswa untuk berpikir kritis matematis adalah dengan menerapkan model pembelajaran Think Talk Write (TTW). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran TTW dengan siswa yang diajarkan secara konvensional pada materi sistem persamaan linear satu variabel di kelas VII SMP Negeri 3 Peusangan. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan penelitian kuantitatif. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen dengan model nonequivalent control group design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 3 Peusangan, sampel diambil dua kelas secara purposive sampling dari seluruh kelas di SMP Negeri 3 peusangan yang dipilih oleh pihak sekolah agar tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar di SMP tersebut yaitu kelas VII1 dan kelas VII2. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan tes dan. Data yang telah terkumpul selanjutnya diolah dengan menggunakan statistik uji-t. Setelah dilakukan pengolahan data, diperoleh

PD EPQJC>PP=>AH yaitu 5,13 > 1,67 yang berarti *0 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa nilai siswa yang memperoleh pembelajaran TTW lebih baik daripada nilai siswa yang memperoleh pembelajaran Konvensional pada materi sistem persamaan linear satu variabel siswa kelas VII SMP Negeri 3 Peusangan.

Kata Kunci: Model Pembelajaran TTW, Kemampuan Berpikir Kritis Matematis, Si stem Persamaan Linear Satu Variabel.

PENDAHULUAN

Pendidikan me rupakan usaha mengubah tingkah laku siswa menjadi manusia dewasa yang ma mpu h idup mandiri dan sebagai anggota masyarakat di lingkungan ala m sekitarnya. Pendid ikan me megang peranan penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, oleh karena itu setiap individu yang terlibat dala m pendidikan dituntut berperan secara ma ksima l guna men ingkatkan mutu pendidikan. Pendid ikan yang baik haruslah berusaha me mikirkan perke mbangan keperibadian peserta didik dan kehidupan, tetapi pendidik juga adalah pribadi, dan me rupakan bagian dari proses pendidikan. Sebagai suatu lembaga, pendidikan seringkali mengarah pada kristalisasi yang me mpe rtahankan apa yang telah ada,

dibanding me mikirkan pertu mbuhan anak dan kehidupan.

Peningkatkan mutu pendidikan dan pencapaian pemahaman tentang kehidupan salah satunya adalah dalam bidang mate mat ika . Matemat ika sebagai salah satu mata pe laja ran di sekolah yang me megang peranan sangat penting dalam me mbentuk siswa yang berkualitas, karena mate matika me rupakan suatu sarana berpikir untuk mengka ji sesuatu secara logis dan sistematis. Salah satu peningkatan yang diperlukan dala m pendidikan mate matika adalah peningkatan kema mpuan berpikir kritis siswa dala m me mecahkan berbagai permasalahan mate matika di sekolah. Ke ma mpuan berpikir krit is mate mat is mendukung pencapaian dalam pe mecahan masalah. Ty ler (Sugiyarti, 2005:13) berpendapat bahwa pengalaman atau

(2)

Lentera Vol. 15. No. 13. Juni 2015

87

pembela jaran yang me mberikan kesempatan

kepada siswa untuk me mperoleh ketera mpilan dala m pemecahan masalah dapat merangsang keterampilan berpikir kritis siswa.

Tugas utama guru dala m pe mbe laja ran mate mat ika salah satunya adalah berusaha menggunakan model pembe laja ran yang bervariasi, art inya seorang pendidik dapat menge mbangkan model pe mbela jaran yang kreatif dan inovatif sehingga siswa lebih aktif pe mbela jaran tersebut. Siswa akan me rasa senang dan tidak merasa bosan dala m mengikuti pe mbela jaran, sehingga siswa dapat menyelesaikan semua permasalahan yang muncul selama proses belajar mengajar berlangsung.

Kenyataan yang terjadi di SMPN. 3 Peusangan berdasarkan hasil observasi peneliti dengan salah seorang guru pelajaran mate mat ika , menunjukkan bahwa ke ma mpuan berpikir kritis mate matis siswa pada materi sistem persamaan linear satu variabel masih rendah, hal ini disebabkan karena masih banyak siswa yang belum ma mpu menyelesaikan permasalahan yang ada pada sistem persamaan linear satu variabel. Hal in i disebabkan karena siswa kurang menyenangi mate matika dan me rasa bosan dengan model yang digunakan untuk mencari h impunan penyelesaian dari sistem persamaan linear satu variabel dan juga dala m mengubah bentuk soal cerita keda la m model mate matika.

Melihat feno mena tersebut maka guru dituntut untuk lebih profesional dalam menerap kan suatu model pe mbela jaran yang me libatkan siswa secara aktif dala m kegiatan belajar mengajar, sehingga ke ma mpuan berpikir kritis mate matis siswa dapat ditingkatkan. Seperti yang dike mu kakan oleh San jaya (2007:14)

³VHRUDQJ JXUX SHUOX PH PLOLNL NH PD PSXDQ

me rancang dan mengimple mentasikan berbagai strategi pembela jaran yang dianggap cocok dengan minat dan bakat serta sesuai dengan taraf perkembangan siswa termasuk di dalamnya me manfaatkan berbagai sumber med ia pe mbela jaran untuk

PHQ MD PLQ HIHNW LILWDV SHPEHOD MDUDQ´ +D O LQ L

berarti guru harus me miliki ke ma mpuan khusus, yaitu suatu kema mpuan yang tidak

mungkin dimiliki oleh seorang yang bukan guru.

Penelit ian yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu yang relevan dengan penelitian yang penulis lakukan, diantaranya penelitian oleh Nurcahyati tahun 2006, menyimpulkan bahwa hasil belajar siswa pada materi trigonometri yang diajarkan dengan menggunakan model pembela jaran TTW lebih ba ik dari pada hasil bela jar siswa yang dia jar dengan menggunakan metode ekpositori. Hal in i berarti pe mbela jaran dengan menggunakan model pe mbela jaran TTW me mberikan pengaruh yang baik.

Berdasarkan latar belakang di atas, ma ka teliti terta rik untuk mela ksanakan

VXDWX SHQHOLWLDQ \DQJ EHUMXGXO ³3HQHUDSDQ

model pe mbelaja ran Think Talk Write (TTW) untuk peningkatan ke ma mpuan berpikir kritis mate matis siswa pada materi sistem persamaan linear satu variabel d i kelas 9,, 603 1HJHUL 3HXVDQJDQ´ METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Metode penelitian in i dila kukan untuk mengetahui perbedaan peningkatan ke ma mpuan berpikir kritis mate matis siswa yang diajarkan dengan model pembela jaran TTW. Peningkatan pe mbela jaran dilihat dengan cara me mbandingkan ke ma mpuan berpikir krit is mate mat is siswa pada kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Pada kelas eksperimen diberi pe mbela jaran dengan model pembela jaran TTW, sedangkan kelas kontrol dia jarkan secara konvensional.

Pe milihan sampel tidak dilaku kan secara acak menurut ke las, na mun berdasarkan pertimbangan dari kepala sekolah. Desain yang digunakan dalam

SHQHOLWLDQ LQ L DGDODK ³nonequivalent control JURXS GHVDLQ´ Menurut (Sugiyono, 2005) desain ini diga mbarkan seperti berikut: O X O

O O Keterangan:

O: Tes ke ma mpuan berpikir krit is mate mat is

X: Perlakuan (pe mbela jaran mate matika dengan TTW)

(3)

Lentera Vol. 15. No. 13. Juni 2015

88

Lokasi

Penelit ian in i di la ksanakan di SMP Negeri 3 Peusangan. Alasan peneliti me milih lo kasi tersebut adalah sebagai berikut:

a. Sekolah ini sangat terbuka untuk pelaksanaan penelitian

b. Be lu m pernah diterapkan model pembela jaran TTW pada materi sistem persamaan linear satu variabel di ke las VII SMP Negeri 3 Peusangan.

c. Pe milihan lokasi juga didasarkan atas pertimbangan letak gedung SMP Negeri 3 Peusangan yang sangat strategis sehingga mudah dijangkau.

Populasi dan Sampel

Populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006:130). Maka yang men jadi populasi dalam penelit ian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 3 Peusangan. Sa mpel ada lah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2006:131). Pengamb ilan sa mpel da la m penelitian ini dila kukan dengan teknik purposive sample (sampel bertujuan) yaitu dengan mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah, tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu (Arikunto, 2006:139). Tekn ik ini b iasanya dila kukan karena beberapa pertimbangan, misalnya alasan keterbatasan waktu, tenaga, dan dana sehingga harus disesuaikan dengan keadaan. Berdasarkan teknik tersebut, maka yang men jadi sampel da la m penelitian in i adalah dua kelas dari seluruh kelas 1 di SMP Negeri 3 peusangan yang dipilih o leh pihak seko lah berdasarkan pertimbangan agar tidak mengganggu kegiatan belaja r mengaja r di SM P tersebut.

Teknik Pengumpulan Data

Data diku mpulkan mela lui tes akhir yang dilakukan pada dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Penulis mengaja rkan materi sistem persa maan linear satu variabel dengan model pe mbela jaran TTW pada kelas eksperimen dan pembela jaran konvensional pada kelas kontrol. Ke mudian penulis me mberikan tes

kepada kedua kelas tersebut dengan soal yang sama dengan bentuk tes essay yang terdiri dari 5 soal.

Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data me rupakan sesuatu teknik yang digunakan untuk menganalisis data hasil penelit ian dala m rangka untuk me mbu ktikan hipotesis yang telah ditetapkan. Sebelu m data dianalisis lebih lanjut, terlebih dahulu data yang telah diku mpulkan ditabulasikan kedala m daftar distibusi frekuensi. Ke mud ian dianalisis dengan menggunakan ru mus -rumus berikut: 1. Mencari nila i rata-rata siswa (Sudjana, 2005: 70) dengan rumus:

2. Mencari standar varians siswa (Sudjana, 2005: 95) dengan rumus:

1

2 2 2

¦

¦

n

n

fixi

fixi

n

S

3. Untuk menguji kenormalan sa mpel (Sudjana, 2005: 273) dengan rumus:

¦

k l i

Ei

Ei

Oi

x

2 2

4. Untuk menguji homogenitas (Sudjana, 2005: 249) dengan rumus: 2 2 2 1

S

S

F

hitung

5. Mencari penenuan varian gabungan (Sudjana, 2005: 239) dengan rumus:

1

1

1

2 1 2 2 1 2 1 1 2

n

n

S

n

S

n

S

6. Untuk mencari t (Sudjana, 2005: 239) menggunakan rumus: 2 1 2 1

1

1

n

n

S

x

x

T

hitung

¦

¦

fi

fixi

x

(4)

Lentera Vol. 15. No. 13. Juni 2015

89

Keterangan:

T = harga t yang dicari

1

x

= rata-rata tes akhir dari ke las eksperimen

2

x

= rata-rata tes akhir dari ke las kontrol

2 1

S

= varian tes akhir dari ke las eksperimen

2 2

S

= varian tes akhir dari ke las kontrol n1 = ju mlah siswa ke las eksperimen n2 = ju mlah siswa ke las kontrol

Pengujian hipotesis dalam penelit ian ini menggunakan uji-t , dengan kriteria pengujian diterima Ho jika t < ttabel dan

ditolak Ho jika W • Wtabel (. = 0,05), ttabel

diperoleh dari dera jat kebebasan untuk daftar distribusi adalah (n1+ n2± 2) dengan peluang (1 ±.).

HAS IL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

Hasil dari penelitian yang dilaksanakan di SMP Negeri 3 Peusangan pada dua kelas, yaitu kelas VII1 yang berju mlah 32 siswa dengan menggunakan model pe mbela jaran TTW dan kelas VII2 yang berjumlah 30 siswa dengan menggunakan model pembela jaran Konvensional.

Uji Nor malitas

Uji norma litas data bertujuan untuk mengetahui apakah data dari masing-masing kelas dala m penelitian ini berd istribusi norma l atau tidak. Jika hasil penelitian berdistribusi norma l, ma ka dapat digunakan uji t. Ke las yang akan di uji adalah 2 kelas, yaitu kelas yang menggunakan model pembela jaran TTW dan ke las yang menggunakan model pe mbela jaran Konvensional. Kriteria pengujian yaitu tola k *0 jika TDEPQJC2 RT

P=>AH

2 dengan taraf signifikansi ( ß= 0,05).

Uji Homogenitas Varians

Uji ho mogenitas varians digunakan untuk mengetahui apakah penelitian in i berasal dari populasi yang homogen atau bukan. Hipotesis yang akan di uji pada taraf signifikan ß = 0,05 yaitu: jika *012= ê22 maka populasi me mpunyai varians yang

homogen, namun jika *=12Mê

22 ma ka populasi tidak me mpunyai varians yang homogen. Menurut Sudjana (2005:251)

³.ULWHULD SHQJXMLDQ DGDODK WRODN *0 jika (D EPQJC R(P=>AH , dala m hal lain*0 di

WHULPD´

Berdasarkan perhitungan data sebelumnya,diperoleh varians dari masing-masing ke las yaitu 512= 97,51 dan 5

22= 122,162, sehingga F dapat di hitung dengan menggunakan rumus yang di kemu kakan Sudjana (2005:251) adalah sebagai berikut: (D QPQJC =51 2 522 (D EPQJC = 122,162 97,51 (D EPQJC = 1,253

Dari tabel d istribusi F di peroleh: (ß(J

1F1 ,J2F1)=(0 ,05:32F1,30F1;

=(0 ,05 (31 ,29) = 1,85

Berdasarkan kriteria pengujian, didapat bahwa (D EPQJC = 1,253 dan (P=>AH = 1,85 yang artinya (D EPQJC <(P=>AH ma ka *0 di terima, sehingga dapat disimpulkan bahwa nila i tes akhir kedua kelas adalah ho mogen.

Pengujian Hi potesis

Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan statistik uji-t dengan taraf signifikan ß = 0,05. Ru musan hipotesis sebagai berikut:

*0:ä1=ä2: Tidak terdapat perbedaan nila i siswa yang me mperoleh pe mbela jaran TTW dengan siswa yang me mperoleh pembela jaran secara konvensional pada materi sistem persamaan linear satu variabel kelas VII SMP Negeri 3 Peusangan.

*=12: Nila i siswa yang me mpe roleh pe mbelaja ran TTW lebih baik daripada nila i siswa yang me mperoleh pembela jaran Konvensional pada materi Bangun datar segi empat siswa kelas VII SMP N 3 Peusangan.

Selanjutnya akan di hitung varians gabungan berdasarkan perhitungan yang telah dila kukan sebelumnya yaitu pada kelas TTW T§1= 72,69, J1 = 32, dan 512= 97,51 sedangkan pada kelas Konvensional diperoleh T§2= 59,1, J2 = 30, dan 522= 122,162.

(5)

Lentera Vol. 15. No. 13. Juni 2015

90

Jadi varians gabungan adalah:

52= :J1F1;512 + (J 2 F1)522 J1+J2F2 52= :32F1;97,51 + :30 F1;122 ,162 32 + 30F2 52=3022 ,81 + 3542,698 60 52=6565 ,508 60 52= 109,43 5= 10,46 PD EPQJC = T§1FT§2 5§J1 1 +J1 2 PD EPQJC = 72,69F59,1 10,46§1 32+ 1 30 PD EPQJC = 13,59 10,46¾0,031 + 0,033 PD EPQJC = 13,59 10,46¾0,064 PD EPQJC = 5,13

Harga PP=>AH dengan taraf signifikan ß

= 0,05 dan derajat kebebasan dk = J1+ J2F2, ma ka dipero leh:

P:1Fß;(J

1+J2F2)=P:1F0,05;(32+30F2)

=P0,95 (60) = 1,67

Berdasarkan perhitungan di atas diperolehPD EPQJC = 5,13 dan PP=>AH =

1,67, ma ka *0 ditolak. Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai siswa yang me mpe roleh pembe laja ran TTW lebih baik daripada nila i siswa yang me mperoleh pembela jaran Konvensional pada materi sistem persamaan linear satu variabel siswa kelas VII SMP N 3 Peusangan.

Pembahasan

Berdasarkan hasil dari pengolahan data dengan menggunakan statistik uji-t, diperoleh T§1= 72,69, 512= 97,51, T

§2= 59,1, 522= 122,162 hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nila i siswa ke las TTW dengan siswa ke las Konvensional, sedangkan untuk uji kesamaan dua varians diperoleh (D EPQJC =

1,253 dan (P=>AH = 1,85 sehingga (D EPQJC < (P=>AH. Ha l in i menunjukkan bahwa antara kelas TTW dan kelas Konvensional pada tes

akhirnya me mpunyai varians yang homogen. Dike las TTW TDEPQJC2 = 5,6881 dan TP=>AH2 = 7,81, sedangkan di kelas Konvensional TDEPQJC2 = 3,6937 dan TP=>AH2 = 7,81, ma ka kedua kelas me mpunyai TD EPQJC2 <T

P=>AH

2 , jadi data dari siswa kelas TTW dan siswa kelas Konvensional sebarannya mengikuti distribusi normal. Sela in itu, hasil pengujian uji-t diperoleh PD EPQJC >PP=>AH yaitu 5,13 > 1,67 yang berarti *0 ditolak. Ha l ini menunjukkan bahwa nila i siswa yang me mpe roleh pe mbela jaran TT lebih baik daripada nila i siswa yang me mperoleh pembela jaran Konvensional pada materi sistem persamaan linear satu variabel siswa kelas VII SMP Negeri 3 Peusangan.

Dengan demikian dapat dikata kan bahwa model pe mbela jaran TTW dapat men ingkatkan hasil belajar siswa khususnya pada materi sistem persamaan linear satu variabel siswa kelas VII SMP Negeri 3 Peusangan. Setiap model pe mbela jaran ma mpunyai ke lebihan dan kekurangan, oleh sebab itu tidak se mua materi dapat diaja rkan dengan TTW, sehingga di sini d ituntut keahlian dan kema mpuan guru dalam me milih model pe mbela jaran yang tepat dan sesuai sehingga dapat diperoleh hasil belaja r siswa sesuai dengan tuntutan kurikulu m.

PENUTUP Simpulan

Berdasarkan dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa nilai siswa yang me mpe roleh pembe laja ran dengan TTW lebih baik dari pada siswa yang me mperoleh pembela jaran secara k onvensional pada materi sistem persamaan linear satu variabel siswa kelas VII SMP Negeri 3 Peusangan.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan temuan-te muan peneliti sela ma mela kukan penelitian, penelit i me mberikan saran sebagai berikut:

a. Bagi guru-guru bidang studi mate mat ika , TTW dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif dala m pembela jaran mate mat ika untuk men ingkatkan hasil belaja r siswa, khususnya untuk materi sistem

(6)

Lentera Vol. 15. No. 13. Juni 2015

91

persamaan linear satu variabel dan

selanjutnya dapat meningkatkan ju mlah siswa yang dinyatakan tuntas.

b. Untuk peneliti selanjutnya, dapat me la kukan penelitian dengan menggunakan pembela jaran TTW untuk materi pe laja ran yang sama atau pada materi yang berbeda.

DAFTAR PUS TAKA

Afrian i, Dona: Kema mpuan Berpik ir Kritis

dan Kreatif.

http://Wordpress.com/2010/ 02/ 04 /. Diakses Pada Tanggal 10 Maret 2014.

Ansari, Bansu. 2009. Komunik asi Matematik a. Banda Aceh: Yayasan Pena Banda Aceh Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur

Penelitian Suatu Pendek atan Prak tik . Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Meutia. 2013. Merancang Soal Berfik ir Kritis Dalam Pembelajaran Matematik a.

http://meutiaaceh.wordpress.com/ 2013/02/03/. Diakses Pada Tanggal 10 Maret 2014.

Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidik an. Bandung: Kencana.

Sudjana. 2002. Metoda Statistik a. Bandung: Tarsito.

Sugiyarti, Hen ik. (2005). Meningk atkan Keterampilan Berpik ir Kritis dan Hasil Belajar Siswa SMPN 1 Tambak romo Kabupaten Pati Melalui Pembelajaran Matematik a Berbasis Masalah. Skripsi pada Universitas Negeri Se marang. Tidak d iterbit kan. Sugiyono. (2005). Metode Penelitian

Pendidik an (Pendek atan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta. Syafir. 2010. Pe mbelajaran Dengan

Strategi Think Talk Write dalam Kelompok Kecil Menduk ung Pembelajaran Yang Kondusif. (Online). [Http://Www.Syafir. Co m/ Pe mbela jaran-dengan-Strategi-Thin k-Ta lk-Write-dala m-Kelo mpok-Kec

il-Mendukung-Pe mbela jaran-yang-Kondusif]. Diakses 29 Agustus 2014.

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan dari penelitian ini adalah: (1) pendekatan pembelajaran kooperatif TTW menghasilkan hasil belajar matematika siswa yang sama dengan pendekatan pembelajaran TPS

Sehingga dapat disimpulkan bahwa Hasil belajar siswa yang diajar menggunakan strategi Think-Talk-Write (TTW) tidak lebih baik dibandingkan yang diajar menggunakan

Dengan model pembelajaran kooperatif tipe TTW ini maka siswa akan lebih banyak berfikir, baik secara mandiri atau kelompok sehingga diharapkan akan banyak ide penyajian

Pengaruh Model Pembelajaran Think Talk Write (TTW) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Kewirausahaan Kelas X SMK Swasta Jaya Krama Beringin Tahun

Artinya ada pengaruh yang signifikan model pembelajaran Think Talk Write (TTW) terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa dan ada pengaruh model pembelajaran Round Club

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa penerapan strategi Think-Talk-Write (TTW) dapat memperbaiki proses pembelajaran dan meningkatkan

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa rata-rata kemampuan menganalisis materi sejarah kelas eksperimen yang menggunakan model Cooperative Learning Tipe. Think Talk

Selanjutnya, deskripsi peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa dengan menggunakan pengembangkan model pembelajaran Think Talk Write (TTW) Berbasis Adobe