• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sepatagung, Inovasi Alat Tanam Jagung Terintegrasi dengan Sepatu Kerja Petani

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Sepatagung, Inovasi Alat Tanam Jagung Terintegrasi dengan Sepatu Kerja Petani"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

SEPATAGUNG, INOVASI ALAT TANAM JAGUNG TERINTEGRASI DENGAN SEPATU KERJA PETANI

Muhamad Shopia Ramdhan1), Bayu Wicaksana2), Via Mardiana3), Yusuf Faizal4), Nurmagfiroh ATD5).

1) Departeman Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Email:

ramdhan.tmb48@gmail.com

2) Departeman Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Email:

wicaksanatmb48@gmail.com 3)

Departeman Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Email:

engineersukasastra@gmail.com

4) Departeman Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Email:

yusuf.faizhal@gmail.com

5) Departeman Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Email:

aprilia.tunggal.dewi@gmail.com

Abstract

Corn ( Zea Mays L ) is the main food source of the world after rice and wheat. The demand for these commodities experienced thus increasing production of maize to the attention of many people. In Indonesia, the planting of the seed corn is still done traditionally caused due to mismatch condition of land with modern technology that has been made, besides the price factor for a mechanical corn cropping tool less attractive to farmers. So farmers still use traditional cropping tool which impact on the length of time required when planting. Sepatagung present provide appropriate solutions. Corn planting tool in the form of semi-mechanical drill is suitable for use by Indonesian farmers because agriculture in accordance with Indonesian culture, in addition to a more ergonomic, use sepatagung also has a working capacity which is almost equal to the mechanical planting equipment. The method used is to make a direct cropping tool that has been integrated with the shoes and make modifications to the shoe. The results achieved are generated mechanical spring corn planting tool that has a great working capacity with affordable price, easy operated and more ergonomic.

Keyword : SEPATAGUNG, Zea mays L, Planter, Semi-mechanical, Tugal

1. PENDAHULUAN

Jagung ( Zea mays L.) sangat

diniminati oleh masyarakat dunia. Saat ini kebutuhan jagung dunia mencapai 770 juta ton/tahun, dengan 42% diantaranya merupakan kebutuhan masyarakat di benua Amerika (Sugiarto, 2008). Di Indonesia, jagung menjadi komoditas

penting karena merupakan tanaman

pangan alternative setelah jagung. Bahkan di beberapa daerah di Indonesia jagung telah menjadi bahan pangan utama, selain itu jagung juga telah banyak digunakan untuk bahan pakan ternak dan industry.

Saat ini kebutuhan jagung untuk pakan sudah lebih dari 50% kebutuhan nasional. Hal ini mengharuskan adanya

pembagian yang jelas mengenai

pembagian jagung untuk bahan pangan juga untuk bahan pakan, sehingga

diperlukan upaya-upaya peningkatan

produktifitas tanaman jagung untuk

memenuhi permintaan masyarakat.

Semakin banyaknya minat masyarakat

terhadap jagung, budidaya tanaman

jagung pun mulai banyak diperhatikan banyak orang. Pasalnya, budidaya yang baik akan menghasilkan kualitas jagung yang baik pula.

Namun, dalam proses

budidayanya terdapat permasalahan

seperti cara penanaman benih jagung itu

sendiri. Sebenarnya sudah dibuat

teknologi-teknologi modern yang

ditujukan untuk membantu para petani jagung dalam proses penanaman benih jagung, namun, pada pelaksanaannya teknologi modern yang telah dibuat tidak digunakan oleh petani karena terjadi ketidaksesuaian budaya pertanian petani itu sendiri, selain itu biaya operasi yang mahal menyebabkan para petani urung niat menggunakan alat tanam yang sebenarnya dapat meningkatkan hasil penanaman atau kapasitas kerja. Alat tanam mekanis yang telah dibuat seperti

(2)

CO seeder memang sudah sederhana tetapi harga yang ditetapkan kurang dapat dijangkau oleh petani kecil di pedesaan.

Selain itu, luas lahan yang dipunyai oleh petani jagung di Indonesia tidak begitu luas sehingga untuk solusinya para petani lebih memilih menggunakan alat tanam tradisonal yang berpengaruh terhadap lamanya waktu kerja yang dibutuhkan. Sehingga, sangat diperlukan sebuah alat yang membantu petani jagung yang bertujuan meningkatkan kapasitas kerja, biaya operasional yang murah serta dapat digunakan dilahan yang sempit. Oleh karena itu, inovasi-inovasi yang dilakukan terhadap alat tanam mekanis untuk penanaman jagung atau biji-biji lainnya gencar dilakukan, salahsatunya adalah pembuatan SEPATAGUNG yang

dapat diklaim dapat meningkatkan

kapasitas kerja serta lebih ergonomis. Alat tanam yang biasa digunakan para petani adalah semacam tugal yang dibuat untuk melubangi lahan yang selanjutnya secara

manual dimasukkan beberapa benih

jagung oleh petani kedalam lubang yang telah dilubangi.

Banyak alat tanam mekanis yang telah beredar dipasaran namun tetap saja terdapat permasalahan yang dialami oleh para petani, seperti ketidaknyaman para petani menggunakan alat tanam tersebut

yang membuat petani tidak cocok

sehingga kembali pada cara tanam tradisional yang membutuhkan waktu yang lama. Sehingga selain ketiga tujuan yakni memperoleh alat tanam semi

mekanis yang biaya operasionalnya

murah, kapasitas kerja yang tinggi, serta dapat digunakan dilahan yang sempit ternyata aspek ergonomis dari suatu alat tanam mekanis juga sangat diperhatikan oleh para petani. Kenyamanan yang dirasakan petani saat menggunakan alat

tanam akan berpengaruh terhadap

kapasitas kerja yang dhasilkan. Tingkat keefisienan waktu pun akan meningkatkan kapasitas kerja seperti pengalihan waktu

untuk mobilisasi penanaman ditiadakan yang digantikan oleh waktu untuk melubangi lahan dan memasukan benih dalam waktu yang hamper bersamaan.

 

2. METODE

Pelaksanaan program ini

dilakukan pada bulan April sampai Juli 2014 di bengkel Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian. Survei dilakukan di petani mitra di kawasan Ciampea, Bogor pada bulan Maret dan dilanjutkan dengan

identifikasi permasalahan-permasalahan

yang ada pada petani mitra pada bulan April . Dilanjutkan dengan merumuskan

ide awal rancangan fungsional,

menyempurnakan ide rancangan

struktural, konsultasi rancangan dengan

dosen pembimbing, lalu dilanjutkan

dengan pemilihan elemen alat yang sesuai dengan alat yang akan dibuat, analisis gambar teknik , serta proses pabrikasi. Selanjutnya dilakukan pengujian alat di Desa Balerejo, Lampung Timur tepatnya

di Kelompok Tani Mulyo Utomo.

Pengukuran yang dilakukan meliputi pengukuran waktu tempuh jalan, jumlah benih yang jatuh, lebar olah tanah, kedalaman injakan dengan menggunakan SEPATAGUNG sehingga dihasilkan nilai kapasitas lapang efektif dan kapasitas

lapang teoritis sehingga dihasilkan

efisiensi alat .

Metode yang dilakukan adalah dengan membuat alat tanam jagung semi mekanis dengan melakukan modifikasi

dengan memanfaatkan injakan kaki

operator adalah pada bagian sepatu untuk

melubangi tanah, hal tersebut

dihubungkan dengan karakter ergonomika

dari sifat tubuh manusia dalam

menggunakan alat atau mesinSetelah dilakukan pengujian dilakukan analisis perhitungan, analisis desain, pembuatan

prototype, uji laboratorium, serta

sosialisasi pada mitra Ketika uji

(3)

beberapa bagan sehingga dilakukan

redesign serta dilakukan perhitungan ulang.

A. Gambaran Alat

Gambar 1. Desain alat yang diterapkan

Gambar 2. Desain Alas Tugal yang diterapkan

Gambar 3. Desain Hopper yang

diterapkan

B. Perancangan alat

Perancangan teknologi dilakukan berdasarkan pada hasil kunjungan lapang anggota kelompok ke wilayah kerja mitra jetani Jagung di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor dan studi pustaka. Perancangan mempertimbangkan beberapa aspek ergonomika, aspek desain dan karakter utama dari jenis benih yang digunakan dalam

penanaman jagung dan

karakteristik alat yang digunakan dalam proses penanaman benih jagung. Karakter utama dalam penentuan bentuk dan ukuran alat diantaranya:

- Dimensi, ukuran dan jenis benih jagung yang digunakan mitra, - Bentuk fisiologis benih jagung

yang digunakan mitra,

- Sifat fisik dan kimia benih jagung, - Mekanisme kerja alat tanam semi-mekanis yang sudah digunakan mitra,

- Dimensi alat tanam semi-mekanis yang sudah digunakan mitra, dan - Analisis aspek ergonomika pada

alat tanam jagung yang telah digunakan.

C. Alat dan bahan

Adapun alat dan bahan yang

digunakan pada proses pembuatan alat tanam jagung semi mekanis tersebut adaah sebagai berikut :

- Alat

• Mesin bor listrik

• Mesin bubut • Gerinda • Toolbox • Rivet • Gergaji besi • Las listrik

(4)

- Bahan

• Sepatu

• Besi silinder

• Selang atau saluran benih

• Besi plat

• Mur,baut

• Tangki atau hopper

• Kawat baja

• Pegas

• Sabuk gendong

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Spesifikasi teknologi

Gambar 4. Hasil Perancangan SEPATAGUNG

Keterangan :

1. Hopper : Penampung benih

jagung

2. Tuas : untuk menggerakkan

metering device (Sistem penjatah)

3. Alas Sepatu : tempat

menempelnya tugal

4. Selang/pipa : menyalurkan benih

ke lubang pengeluaran

b. Hasil pengujian alat

Proses menanam jagung pada umumnya dilakukan secara manual dan mekanis, hal tersebut bergantung pada luas lahan yang akan ditanami . Untuk lahan yang relatif besar dapat menggunakan tenaga mekanis tetapi diperlukan biaya yang cukup besar pula serta keterbatasan traktor untuk mengerjakan lahan yang miring atau sudah ditanami. Sedangkan untuk penanaman manual dibutuhkan tenaga yang cukup besar serta waktu penanaman yang relatif lama. Alat tanam yang paling efektif digunakan dalam lahan yang sempit adalah tipe semi mekanis.

Peralatan semi mekanis hasil pengembangan teknologi dari SEPATAGUNG berupa modifikasi model penanaman yang awalnya manual dijadikan semi mekanis. Alat semi mekanis yang pada

umumnya menempatkan tempat benih (hopper) di ujung alat dan di bebani ke tangan dipindahkan ke punggung, dimana punggung merupakan bagian tubuh yang dapat menopang beban yang cukup besar. Selain itu mata tugal yang biasanya dibebankan ke tangan saat melubangi atau mobilisasi dipindahkan ke ujung tumit. Ujung tumit merupakan bagian tubuh yang berfungsi menopang seluruh bagian tubuh, sehingga gaya tekannya yang cukup besar digunakan untuk melubangi lahan. Dasar-dasar desain disesuaikan dengan kaedah yang ada untuk mendapatkan desain yang baik guna kenyamanan dan kemudahan dalam bekerja. Aspek ergonomika dan keselamatan kerja sangat diperhatikan. Pemanfaatan energi yang terdapat dalam tubuh manusia serta kebiasaan petani

1 1   2  11   1   3 4 1  

(5)

dalam bekerja menjadi landasan dalam membuat desai protype alat ini. Sehingga tujuan dan target dapat tercapai. Dari hasil prototype maka diperoleh efisiensi kerja lebih tinggi dibandingkan alat tanam semi mekanis lainnya karena waktu efektif untuk mobilisasi penanam ditiadakan dimana waktu penanam digunakan untuk melubangi lahan. Penjatah benih digerakkan oleh gerakan tangan naik dan turun seirama dengan mobilisasi penanam.

Hasil pengujian yang dilakukan dengan menggunakan

SEPATAGUNG dalam proses penanaman terhadap 100 lubang tanam yang ditanami, didapatkan rata-rata hasil pemberian benih sebanyak 72 lubang yang tertanam satu biji benih per lubang, 13 lubang yang tertanam dua biji benih atau lebih perlubang, 3.4 lubang yang tertanam benih rusak dan 11.6 lubang yang tidak tertanam benih atau benih tidak masuk ke dalam lubang penananaman. Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan sebanyak lima kali, maka didapatkan data sebagai berikut : Tabel 1. Hasil Pengujian

Efektifitas SEPATAGUNG No Tertanam satu biji Tertanam dua atau lebih Rusak Tidak masuk ke lubang atau tidak tertanam 1 72 15 2 11 2 71 12 5 12 3 72 13 3 12 4 70 15 6 9 5 75 10 1 14 Rata-Rata 72 13 3.4 11.6

1. Perhitungan Efisiensi Lapang : Kapasitas Lapang Teoritis (KLT) penanaman manual

Kecepatan berjalan manusia normal = 3 km/ jam = 50 m/menit/orang

Luas Lahan 100 m x 100 m = 1 hektare

Jarak tanam = 50 cm x 30 cm Jumlah alur tanam = 200 alur Jarak tempuh = 200 alur x 100 m = 20.000 m

Waktu tempuh tanam = 20.000 m / 50 m/menit/ orang = 400 menit/orang =

6,7 jam/orang

Tiga orang / jalur ( Melubang, Menaruh benih, Memberi pupuk dan menutup lubang) = 6,7 jam x 3 = 20 jam/ orang (apabila dikerjakan sendiri)

Kapasitas Lapang Teoritis (KLT) SEPATAGUNG

Luas Lahan 100 m x 100 m = 1 hektare

Jarak tanam (Jajar Legowo) = (20cm + 50 cm) x 15 cm

Jumlah alur tanam = 100 m : 70 cm = 143 alur

Jarak tempuh = 143 alur x 100 m = 14.300 m

Waktu tempuh tanam = 14.300 m / 50 m/menit/ orang = 286 menit/orang =

4,7 jam/orang

Dua orang/jalur (Melubang sekaligus menaruh benih, dan menutup lubang) = 4,7jam x 2 = 9,4 jam/orang (apabila dikerjakan sendiri)

(6)

Kapasitas Lapang Efektif (KLE) penanaman manual

Luas Lahan 100 m x 100 m = 1 hektare

Jarak tanam = 50 cm x 30 cm Jumlah alur tanam = 200 alur Jarak tempuh = 200 alur x 100 m = 20.000 m

Waktu pengukuran = 37.800 detik = 630 menit

Waktu tempuh tanam = 20.000 m / 630 menit = 31,7 m/ menit = 10,5 jam/orang

Tiga orang / jalur ( Melubang, Menaruh benih, Memberi pupuk dan menutup lubang) = 10,5 jam x 3 = 31,5 jam/ orang (apabila dikerjakan sendiri)

Kapasitas Lapang Efektif (KLE) SEPATAGUNG

Luas Lahan = 100 m x 100 m Jarak tanam = (20cm + 50cm) x 15cm

Jumlah alur tanam = 143 alur Waktu pengukuran = 20.428,6 detik = 340,476 menit

Kecepatan maju pengukuran = 14300m/ 340,476 menit = 42 m/menit = 5,95 jam/orang

Dua orang/jalur (Melubang sekaligus menaruh benih, dan menutup lubang) = 5,95 jam x 2 = 11,916 jam/orang (apabila dikerjakan sendiri)

Efisiensi Lapang = KLE/KLT - Efisiens lapang SEPATAGUNG

KLE = 11,9 jam/ha = 0,08 ha/jam KLT = 9,4 jam/ha = 0,1 ha/jam Efektivitas Lapang = 0,08 ha/jam / 0,1 ha/jam x 100% = 75,2 % - Efisiensi lapang tugal manual

KLE = 31,5 jam/ha = 0,03 ha/jam

KLT = 20 jam/ha = 0,05 ha/jam Efektifitas Lapang = 0,03 ha/jam / 0,05 ha/jam x 100% = 60 % 2. Perhitungan kebutuhan benih :

Jarak tanam = 50 x 30 cm Berat 100 butir = 265 gram Luas Lahan = 30 x 5 m

Berat Jenis Jagung = 0,75 kg/L Berat 100 butir benih = 265 gram (sumber : www.jualbenih.com) Kebutuhan benih/alur = 30 m / (0,3m/alur) = 100 butir

Banyak alur / Luas lahan = 5 m / (0,5/alur) = 10 alur / luas lahan Kebutuhan butir benih jagung / lahan = 100 butir/alur x 10 alur/luas lahan x 100 butir/ 265 gram = 2,65 kg

Volume Hopper keseluruhan = Volume bagian atas + 2x prisma tegak trapesium = 30cm x 10cm x 20cm + 2x ( ½ x ((15+5)/2)cm x 13cm x 10cm) = 6000 cm2 + 1300 cm2 = 4500 cm2 = 7,3 Liter

Kapasitas Hopper = 4,5 Liter x 0,75 kg/liter

= 5,4 kg

Kebutuhan Benih (2,7 kg) < (5,4 kg) Kapasitas Hopper

3. Analisis Kemampuan Tugal : Berat badan (m) = 45 kg

D = 5mm (diukur pada ujung tugal) Gravitasi (g) = 10 N/kg A = ¼π D2 = ¼ x 3,14 x ( 5 x 10 -3 m)2 = 19,625 x 10-6 m2 P = F/A ; F= m.g F = 45 kg x 10 N/kg = 450 N

(7)

P = 450 N / 19,625 x 10-6 m2 = 22.929.936,31 N/m2 (Pa) = 22,9 Mpa

Dapat disimpulkan bahwa dengan tekanan terimplementasi ujung tugal sebesar 22,9 Mpa merupakan tekanan yang besar untuk membuat sebuah lubang. 4. Analisis Ergonomika dalam beban

kerja :

Perbandingan beban kerja menggendong Berat beban 10 kg = 3,6 Kkal/menit Berat beban 30 kg = 5,3 Kkal/menit Berat beban 50 kg = 8,1 Kkal/menit

Berat hopper terisi benih penuh = 6 kg = 6/10 * 3,6 Kkal/menit = 2.16 Kkal/menit

Sumber : (Herodian dkk, 1995)

Hasil pengujian

SEPATAGUNG di dapatkan nilai efisiensi yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan menggunakan peralatan manual yang dimiliki oleh mitra. Untuk menghasilkan data efisiensi kerja dilakukan dengan pengukuran kapasitas kerja lapangan secara manual di lahan. Namun, data pengukuran kapasitas lapang di lahan tidak berada pada kondisi stabil. Perbedaan kondisi lingkungan lahan antara wilayah satu dengan wilayah lain menjadi salah satu faktor ketidakstabilan data pengukuran

kapasitas. Pengujian alat ini baru dilakukan di bengkel industri alat dan mesin pertanian sekalipun telah dilakukan pengujian bersama mitra.

Dalam desain alat terjadi banyak perubahan desain prototipe dikarenakan ketidaksesuaian desain dengan kondisi lapang yang ada serta permasalahan yang timbul ketika prototipe diuji coba. Pemilihan bahan dan pabrikasi prototype yang baik menghasilkan desain yang optimal. Perubahan desain paling banyak adalah pada penjatah benih dimana banyaknya permasalahan serta karakteristik jagung manis yang getas.

(8)

4. KESIMPULAN

Berdasarkan pada hasil pengujian dan terciptanya teknologi sepatagung yakni alat anam jagung semi mekanis yang telah dimodifikasi pada bagian sepatu dengan memanfaatkan keergonomisan operator maka daat disimpulkan bahwa telah tercipta teknologi tepat guna yang mampu membantu para petani jagung dalam proses penananaman benih jagung sehigga dihasilkan alat tanam yang emunyai kapasitas kerja yang lebih tinggi dibandingkan dengan alat tanam semi mekanis yang telah beredar sebelumnya. Selain itu, penggunaan sepatagung juga sesuai dengan budaya pertanian di Indonesia karena disesuaikan dengan keergnomisan operator yang notabene merupakan masyarakat Indonesia. Biaya operasional yang murah serta dapat digunakan dilahan yang sempit menjadikan sepatagung dapat dijadikan solusi untuk menghadapi ermasalahan yang terjadi pada saat penanaman benih jagung.

5. UCAPAN TERIMAKASIH

Dalam melaksanakan program kreativitas mahasiswa yang meliputi kegiatan awal seperti proses pembuatan proposal sampai proses pembuatan laporan akhir yang didalamnya terdapat kegiatan perancangan alat serta uji-uji yang telah dilakukan, kami mengucapkan terimakasih kepada :

a. Dr. Ir I Dewa Made Subrata, M.Agr,

selaku dosen pembimbing atas

bimbingan dan arahan yang telah diberikan kepada tim,

b. Dr. Ir. Desrial, M.Eng, selaku Ketua

Jurusan Teknik Mesin dan Biosistem,

c. Bapak Samin selaku Ketua Kelompok

Tani Tanaman jagung di Ciampea Bogor,

d. Bapak Sukirin selaku Petani Jagung di

desa Balerejo, Lampung Timur,

e. Bapak Solikin selaku Ketua

Gabungan Kelompok Tani Tanaman

jagung DesaBalerejo, Lampung

Timur,

f. Bapak Suparno selaku kepala desa

Balarejo , Lampung Timur.

g. Serta Gabungan kelompok tani Mulyo

Utomo yang telah membantu tim ketika proses pengujian alat.

6. DAFTAR PUSTAKA

Henkei & Pense.2002. Structure Ana

Properties of Engineering

Materials Fifth Edition. New

York : McGraw-Hill

Companies.

Scaffer, et la. 1999. The Sccience And

Design of Engineering

Materials Second Edition. New

York : McGraw-Hill

Companies.

Sukria, Heri Ahmad dan Krisnan, Rantan. 2009. Sumber dan

Ketersediaan Bahan Baku

Pakan di Indonesia. Bogor : IPB Press.

Sugiarto, 2008. Peningkatan produksi

dan mutu jagung. Makalah

Seminar Mekanisasi

Pertanian: Peran Strategis Mekanisasi Pertanian dalam Pengembangan

(9)

Referensi

Dokumen terkait

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,