• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemanfaatan Gerabah Dan Limbah Cair Tempe Sebagai Sumber Energi Alternatif Berbasis Microbial Fuel Cell

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pemanfaatan Gerabah Dan Limbah Cair Tempe Sebagai Sumber Energi Alternatif Berbasis Microbial Fuel Cell"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

44

Jurnal Inovasi dan Pengelolaan Laboratorium │ Pemanfaatan Gerabah Dan Limbah Cair………

Pemanfaatan Gerabah Dan Limbah Cair

Tempe Sebagai Sumber Energi Alternatif

Berbasis Microbial Fuel Cell (MFC)

Andika1, Sudarlin1*

1Program Studi Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Jl. Marsda Adisucipto Yogyakarta 55281 Telp. +62-274-540971

*Email: sudarlin@uin-suka.ac.id

Abstract-Study on the utilization of earthenware and tempe liquid waste as an alternative energy source based on Microbial Fuel Cell (MFC) has been conducted. This study aims to determine the effect of the utilization of earthenware as an anode chamber as well as a membrane on the MFC system. The parameters used are the power density (mWm-2) and the reduction value of Chemical Oxygen Demand (COD) of the waste. MFC dual

chamber with salt bridge as cation exchanger is used as a comparison. The anode chamber was filled with tempe liquid waste substrate and the cathode chamber was filled with KMnO4 0.1 M. The results of this study for 48

hours of operating time showed earthenware can be used as a cation exchange membrane for MFC. The maximum power density for MFC earthenware is 2197.343 mWm-2 while for MFC salt bridges is 195.523 mWm -2. The reduction value of COD parameter of waste in earthenware MFCs was 27.69% while in salt bridge MFCs

was 16.15%.

Keywords: substrate, membrane, power density, chemical oxygen demand (COD).

Abstrak-Penelitian tentang pemanfaatan gerabah dan limbah cair tempe sebagai sumber energi alternatif berbasis Microbial Fuel Cell (MFC) telah dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan gerabah sebagai ruang anoda sekaligus sebagai membran pada sistem MFC. Parameter yang digunakan adalah power density (mWm-2) yang dihasilkan serta penurunan nilai Chemical Oxygen Demand

(COD) limbah. MFC dual chamber dengan penukar kation berupa jembatan garam digunakan sebagai pembanding. Ruang anoda berisi substrat limbah cair tempe dan ruang katoda berisi larutan KMnO4 0.1 M.

Hasil penelitian selama 48 jam waktu pengoperasian menunjukkan gerabah dapat digunakan sebagai membran penukar kation. Power density maksimum untuk MFC gerabah sebesar 2197,343 mWm-2 sedangkan untuk

MFC jembatan garam sebesar 195,523 mWm-2. Penurunan nilai COD limbah pada MFC gerabah sebesar

27,69% sedangkan pada MFC jembatan garam sebesar 16,15%.

Kata kunci:, substrat, membran, power density, chemical oxygen demand (COD)

I. PENDAHULUAN

Perkembangan penduduk dan industrialisasi berbagai sektor berdampak pada peningkatan kebutuhan energi, terutama energi listrik. Di Indonesia, sumber energi listrik utama berasal dari bahan bakar fosil yang merupakan energi tak terbarukan sehingga cadangan energi dari jenis ini semakin menipis. Kondisi ini dapat memicu terjadinya krisis energi. Untuk mengatasinya, pengembangan energi listrik dari sumber bahan bakar non fosil sangat dibutuhkan. Pemanfaatan

mikroorganisme berbasis sel elektrokimia sebagai penghasil energi listrik merupakan salah satu cara untuk menghasilkan energi listrik yang ramah lingkungan. Sistem yang dapat digunakan adalah

Microbial Fuel Cell (MFC) (Du et al., 2007).

Microbial Fuel Cell merupakan sistem energi alternatif yang memanfaatkan bakteri untuk menghasilkan listrik dari senyawa organik dan non organik. MFC umumnya terdiri dari ruang anoda, katoda dan penukar ion. Bakteri mengoksidasi senyawa organik sehingga menghasilkan proton

(2)

45

Jurnal Inovasi dan Pengelolaan Laboratorium │ Pemanfaatan Gerabah Dan Limbah Cair………

dan elektron. Elektron-elektron yang dihasilkan kemudian ditransfer melalui sirkuit dari anoda ke katoda menghasilkan listrik. Proton bermigrasi ke katoda melalui membran. Di katoda, proton dan elektron bergabung dengan oksigen membentuk air (H2O) (Santoro et al., 2017).

Teknologi MFC telah dikembangkan pada aplikasi pengolah limbah cair yang memberikan keuntungan selain sebagai penghasil listrik, sekaligus sebagai alternatif pengolahan limbah (Rinaldi et al., 2014). Modifikasi sistem MFC perlu dilakukan untuk meningkatkan kinerja MFC. Pada aplikasinya, membran yang umum digunakan adalah proton exchange membrane (PEM) seperti Nafion dan Ultrex. Akan tetapi, harga PEM yang relatif mahal serta keberadaan air di dalam bejana anoda menyebabkan PEM menjadi tidak efisien karena air akan menghantarkan proton ke katoda. Di sisi lain, penghilangan PEM dari sistem MFC juga mempunyai kelemahan karena tanpa membran, oksigen akan berdifusi ke bejana anoda. Oksigen yang berdifusi ke bejana anoda akan mempengaruhi kuat listrik yang dihasilkan. Hal tersebut dikarenakan peningkatan transfer oksigen ke anoda. Oksigen pada bejana anoda mengakibatkan penurunan potensial pada substrat karena reaksi oksidasi aerobik bakteri (Kim et al., 2016).

Berbagai upaya dilakukan untuk mengganti PEM konvensional dengan material yang lebih baik. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan gerabah sebagai membran. Gerabah atau keramik tradisional merupakan kerajinan yang terbuat dari tanah liat (lempung) yang telah mengalami proses pengerasan melalui pembakaran pada suhu tinggi (Jone et al., 2015). Pada MFC, gerabah dapat digunakan sebagai bahan struktural, media pertukaran ion, dan sebagai elektroda (Winfield et al., 2016).

Penelitian ini memanfaatkan gerabah sebagai membran sekaligus sebagai ruang anoda dalam pemanfaatan air limbah tempe sebagai substrat MFC. Penggunaan gerabah sebagai pengganti PEM konvensional bertujuan untuk mengetahui kinerja gerabah dalam sistem MFC. Kinerja MFC berbasis membran gerabah akan dibandingkan dengan MFC berbasis jembatan garam. Parameter yang digunakan untuk mengetahui kinerja kedua MFC tersebut adalah pengukuran kuat arus (I), tegangan (V), power density (W), dan Chemical Oxygen Demand (COD). Dalam penelitian ini, larutan elektrolit KMnO4 yang digunakan adalah KMnO4 0,1 M merujuk pada penelitian Hermayanti (Hermayanti dan Nugraha, 2014).

II. METODE

A. Preparasi Jembatan Garam

Sebanyak 5 gram Nutrient Agar (NA) ditambahkan ke dalam larutan NaCl 0,1 M kemudian dididihkan. Setelah homogen larutan dituang ke dalam pipa yang telah disiapkan dan didiamkan hingga agar mengeras.

B. Preparasi Elektroda

Elektroda grafit direndam dalam larutan HCl 1 M selama 24 jam kemudian dibilas dengan akuades. Selanjutnya, elektroda grafit direndam dalam larutan NaOH 1 M selama 24 jam kemudian dibilas dengan akuades hingga pH netral. Elektroda disimpan dalam akuades hingga saat akan digunakan.

C. Preparasi Reaktor MFC Gerabah

Gerabah berbentuk tabung dengan diameter 9 cm, tinggi 16 cm dan tebal 1 cm dimasukkan ke dalam bejana plastik yang memiliki volume 1,8 L. Elektroda yang siap digunakan dirangkai dengan

(3)

46

Jurnal Inovasi dan Pengelolaan Laboratorium │ Pemanfaatan Gerabah Dan Limbah Cair………

kabel dengan elektroda katoda diletakkan di luar ruang gerabah dan elektroda anoda diletakkan di dalam gerabah. Kabel dihubungkan dengan multimeter digital untuk pengukuran tegangan dan kuat arus listrik.

D. Preparasi Reaktor MFC Jembatan

Garam

Dua bejana plastik yang memiliki volume reaktor 800 mL masing-masing dirangkai dengan sambungan pipa. Jembatan garam yang telah disiapkan, dihubungkan dengan dua sambungan pipa tersebut. Kemudian, elektroda yang sudah siap digunakan dirangkai dengan kabel dan dua bejana. Kabel dihubungkan juga pada multimeter digital untuk pengukuran tegangan dan kuat arus listrik.

E. Running MFC

Sampel limbah cair tempe dimasukkan ke dalam ruang anoda, sedangkan larutan elektrolit KMnO4 0,1 M dimasukkan ke dalam ruang katoda. Kuat arus dan tegangan listrik diukur setiap interval 2 jam selama 48 jam waktu pengoperasian. Data yang diperoleh diplotkan membentuk kurva dengan sumbu x ialah waktu (jam) dan sumbu y ialah kuat arus (mA) atau tegangan (mV). Pengukuran COD dilakukan pada limbah cair tempe sebelum dan sesudah pengoperasian.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Desain Reaktor MFC

Penelitian ini menggunakan sistem Microbial Fuel Cell (MFC) dual chamber yang terdiri dari ruang anoda dan ruang katoda. Reaktor MFC gerabah terbuat dari gerabah sebagai ruang anoda dan bejana plastik berkapasitas 1600 mL sebagai ruang katoda sebagaimana ditampilkan pada

Gambar 1 (a).

Gambar 1. Reaktor MFC (a) gerabah dan (b) jembatan garam

Gerabah yang digunakan berbentuk tabung. Pada bagian atas gerabah memiliki penutup yang berbentuk lingkaran. Penutup ini dilengkapi dengan lubang berbentuk lingkaran dengan penyumbat yang berfungsi sebagai tempat untuk memasukkan substrat dan mengambil sampel limbah. Selain sebagai ruang anoda, gerabah juga berfungsi sebagai membran penukar proton. Gerabah ini selanjutnya dimasukkan ke dalam wadah plastik.

Reaktor MFC jembatan garam terdiri atas ruang anoda dan katoda yang masing-masing terbuat dari bejana plastik berkapasitas 800 mL. Kedua ruang tersebut dihubungkan dengan jembatan garam sebagaimana ditampilkan pada Gambar 1 (b). Jembatan garam berfungsi untuk menjaga kenetralan muatan antara ruang anoda dan katoda.

B. Hasil Pengukuran Energi Listrik

Pengukuran kuat arus dan tegangan dilakukan setiap interval 2 jam selama 48 jam pengoperasian. Pengukuran kuat arus dan tegangan ini dilakukan tanpa adanya penambahan beban atau hambatan eksternal seperti resistor atau lampu. Percobaan reaktor MFC gerabah dan MFC jembatan garam dilakukan secara bersamaan. Tegangan dan kuat arus yang dihasilkan dari pengukuran selama 48 jam dapat dilihat pada Gambar 2 dan 3.

Secara umum, tegangan listrik antara reaktor MFC gerabah dan reaktor MFC jembatan garam menghasilkan nilai dengan perbedaan yang cukup kecil. Tegangan listrik yang dihasilkan mengalami kenaikan yang cukup signifikan pada awal

(4)

47

Jurnal Inovasi dan Pengelolaan Laboratorium │ Pemanfaatan Gerabah Dan Limbah Cair………

pengoperasian, kemudian mulai stabil pada jam ke-8 sampai akhir pengoperasian. Nilai tegangan listrik reaktor MFC gerabah stabil pada kisaran 845 mV dengan tegangan maksimum sebesar 1,070 mV, sedangkan pada reaktor MFC jembatan garam rata-rata stabil pada kisaran 941 mV dengan tegangan maksimum sebesar 1,029 mV. Nilai

tegangan yang lebih rendah pada MFC gerabah menunjukkan transfer protonnya berjalan lebih cepat dibandingkan transfer proton pada MFC jembatan garam. Proton yang berpindah lebih cepat akan menurunkan beda potensial antara anoda dan katoda sehingga tegangan yang diperoleh lebih kecil.

Gambar 2. Hasil pengukuran tegangan listrik selama waktu pengoperasian 48 Jam

Gambar 3. Hasil pengukuran kuat arus listrik selama waktu pengoperasian 48 Jam

Transfer proton yang lebih cepat tersebut mendorong arus elektron dari anoda akan lebih cepat juga untuk mendukung reaksi reduksi di katoda. Hal ini menyebabkan kuat arus MFC gerabah lebih tinggi daripada kuat arus MFC jembatan garam sebagaimana disajikan pada

Gambar 3. Nilai kuat arus listrik reaktor MFC

jembatan garam rata-rata stabil pada kisaran 0,069 mA dengan kuat arus maksimum 0,79 mA, sedangkan pada reaktor MFC gerabah kuat arus rata-rata stabil pada kisaran 3,86 mA dengan kuat arus maksimum 9,80 mA.

Kuat arus merupakan banyaknya muatan yang mengalir dalam satuan detik. Semakin banyak

(5)

48

Jurnal Inovasi dan Pengelolaan Laboratorium │ Pemanfaatan Gerabah Dan Limbah Cair………

muatan yang mengalir tiap detik, semakin besar kuat arusnya. Pada sistem MFC, bakteri mengoksidasi substrat dan menghasilkan elektron dan proton di anoda. Elektron akan ditransfer dari anoda ke katoda melalui sirkuit eksternal, sedangkan proton berdifusi melalui membran. Efisiensi transfer proton melewati membran sangat mempengaruhi arus yang dihasilkan. Transfer proton yang lambat akan mempengaruhi kecepatan reaksi di anoda dan katoda. Akumulasi proton akan menekan aktivitas mikroba dalam mengoksidasi substrat di anoda, sedangkan ketersediaan proton yang rendah menurunkan reaksi di katoda (Liu dan Logan, 2004).

Menurut Gil, dkk (2003), pada sistem MFC, kecepatan konsumsi proton di katoda seringkali lebih tinggi daripada kecepatan transfer proton melalui membran. Untuk meningkatkan arus, membran harus memberikan kecepatan transfer proton yang tinggi. Jika elektron dapat tersedia dengan cepat oleh substrat, maka elektron yang mengalir akan banyak dan kuat arus semakin besar (Gil et al., 2003).

Luas permukaan membran juga berpengaruh terhadap kecepatan difusi proton ke katoda. Semakin luas membran, semakin banyak pula proton yang berpindah ke katoda melalui membran sehingga kuat arus yang dihasilkan mengalami peningkatan (Liu et al., 2008). Hal ini juga yang

menyebabkan pada penelitian ini, reaktor MFC gerabah dengan bidang kontak lebih besar dapat menghasilkan arus listrk lebih besar dibandingkan dengan MFC jembatan garam. Pada penelitian ini, membran gerabah sekaligus menjadi ruang anoda sehingga semua sisinya adalah bidang kontak antara anoda dan katoda, berbeda dengan jembatan garam hanya menggunakan pipa ukuran 3,34 cm.

Nilai kuat arus dan tegangan yang diperoleh selanjutnya diolah untuk menentukan nilai power density masing-masing sistem MFC. Power density

adalah daya yang dihasilkan persatuan luas permukaan elektroda. Nilai power density ini dapat mewakili efisiensi listrik yang dihasilkan sistem MFC. Power density yang dihasilkan pada penelitian ini disajikan pada Gambar 4.

Berdasarkan data pada gambar tersebut, nilai

power density MFC gerabah lebih besar dari MFC jembatan garam. Nilai power density MFC gerabah rata-rata 1012,799 mWm-2 dengan nilai maksimum 2197,343 mWm-2 sedangkan power density MFC jembatan garam rata-rata sebesar 17,966 mWm-2 dengan nilai maksimum sebesar 195,523 mWm-2. Perbedaan nilai ini cukup signifikan disebabkan perbedaan kuat arus yang dihasilkan oleh kedua sistem MFC sebagai telah dijelaskan di atas. Dari data ini dapat diketahui bahwa power density yang dihasilkan MFC gerabah lebih baik daripada MFC

(6)

49

Jurnal Inovasi dan Pengelolaan Laboratorium │ Pemanfaatan Gerabah Dan Limbah Cair……… Gambar 4. Hasil power density selama waktu pengoperasian 48 Jam

C. Hasil Uji Parameter COD

Parameter limbah yang diujikan pada penelitian ini adalah Chemical Oxygen Demand (COD). COD menunjukkan jumlah oksigen yang diperlukan untuk mengoksidasi secara kimia limbah organik dan anorganik yang ada dalam air dengan satuan mg/L. Angka COD merupakan ukuran bagi bahan pencemar air oleh zat-zat organik yang secara alamiah dapat dioksidasi melalui proses mikrobiologis dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut dalam air. Semakin tinggi nilai COD menunjukkan semakin tinggi bahan pencemar yang terdapat dalam air tersebut. Hasil pengukuran COD pada penelitian ini disajikan pada Tabel 1.

TABEL 1. HASIL UJI PARAMETER COD

Reaktor Nilai COD (mg/L) Persentase Penurunan Sebelum Running Sesudah Running MFC Gerabah 53040.0 38352.0 27.69 % MFC Jembatan Garam 53040.0 44472.0 16.15 %

Hasil uji menunjukkan penurunan nilai COD sebesar 27,69 % untuk MFC gerabah lebih besar

dibandingkan penurunan nilai COD pada MFC jembatan garam sebesar 16,15%. Hasil ini menunjukkan bahwa MFC gerabah mampu mendegradasi limbah lebih baik daripada MFC jembatan garam. Penurunan nilai COD ini disebabkan karena senyawa organik yang terdapat pada limbah cair telah terdegradasi sebagian selama proses pengoperasian MFC. Senyawa organik terdegradasi teroksidasi oleh metabolisme bakteri yang terdapat dalam limbah. Bakteri menggunakan senyawa organik sebagai substrat dan menghasilkan elektron sebagai sisa metabolismenya (Hermayanti dan Nugraha, 2014).

IV. KESIMPULAN

Gerabah dapat digunakan sebagai membran pada sistem MFC dengan power density mencapai 2197,343 mWm-2. Hasilnya lebih baik dari power

density MFC jembatan garam yang hanya mencapai 195,523 mWm-2. Selain itu, MFC berbasis membran gerabah mampu menurunkan nilai Chemical Oxygen Demand (COD) limbah cair tempe sebesar 27,69 % lebih baik dari MFC jembatan garam yang hanya sebesar 16,15%.

(7)

50

Jurnal Inovasi dan Pengelolaan Laboratorium │ Pemanfaatan Gerabah Dan Limbah Cair……… DAFTAR RUJUKAN

Du, Z., Li, H., Gu, T., 2007. A state of the art review on microbial fuel cells: A promising technology for wastewater treatment and bioenergy. Biotechnol. Adv. 25, 464–482. https://doi.org/10.1016/j.biotechadv.2007.05.0 04

Gil, G.-C., Chang, I.-S., Kim, B.-H., Kim, M., Jang, J.-K., Park, H.S., Kim, H.-J., 2003. Operational parameters affecting the performannce of a mediator-less microbial fuel cell. Biosens Bioelectron 18, 327–334. https://doi.org/10.1016/s0956-5663(02)00110-0

Hermayanti, A., Nugraha, I., 2014. The potency of obtaining electrical energy from tofu industry liquid waste using salt bridge microbial fuel cell method. Jurnal Sains Dasar 3. https://doi.org/10.21831/jsd.v3i2.4142 Jone, Y., Utamakno, L., Cahyono, Y.D.G., 2015.

Pemanfaatan Lempung sebagai Bahan Baku Gerabah. Presented at the Seminar Nasional Sains dan Teknologi Terapan III, Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya, p. 12. Kim, T., Kang, S., Sung, J.H., Kang, Y.K., Kim,

Y.H., Jang, J.K., 2016. Characterization of Polyester Cloth as an Alternative Separator to Nafion Membrane in Microbial Fuel Cells for Bioelectricity Generation Using Swine Wastewater. Journal of Microbiology and Biotechnology 26, 2171–2178. https://doi.org/10.4014/jmb.1608.08040 Liu, H., Cheng, S., Huang, L., Logan, B.E., 2008.

Scale-up of membrane-free single-chamber microbial fuel cells. Journal of Power Sources

179, 274–279.

https://doi.org/10.1016/j.jpowsour.2007.12.12 0

Liu, H., Logan, B.E., 2004. Electricity Generation Using an Air-Cathode Single Chamber Microbial Fuel Cell in the Presence and Absence of a Proton Exchange Membrane. Environ. Sci. Technol. 38, 4040–4046. https://doi.org/10.1021/es0499344

Rinaldi, W., Nurdin, Y., Syahiddin, S., Windari, W., Agustina, C.P., 2014. Pengolahan Limbah Cair Organik dengan Microbial Fuel Cell. Jurnal Rekayasa Kimia & Lingkungan 10. https://doi.org/10.23955/rkl.v10i2.2425 Santoro, C., Arbizzani, C., Erable, B., Ieropoulos,

I., 2017. Microbial fuel cells: From fundamentals to applications. A review. Journal of Power Sources 356, 225–244. https://doi.org/10.1016/j.jpowsour.2017.03.10 9

Winfield, J., Gajda, I., Greenman, J., Ieropoulos, I., 2016. A review into the use of ceramics in microbial fuel cells. Bioresource Technology

215, 296–303.

Gambar

Gambar 1. Reaktor MFC (a) gerabah dan (b) jembatan garam
Gambar 3. Hasil pengukuran kuat arus listrik selama waktu pengoperasian 48 Jam
Gambar 4. Hasil power density selama waktu pengoperasian 48 Jam

Referensi

Dokumen terkait

menunjukkan bahwa foreign-owned bank atau kepemilikan bank oleh pihak asing memberikan pengaruh positif signifikan terhadap penyaluran kredit jangka panjang

Bab IV berisi tentang hasil analisis dari data yang telah diperoleh oleh penulis tentang pengaruh menonton video iklan Boss Da Market terhadap sikap tabayun siswa,

Analisis regresi linier berganda adalah salah satu dari banyak analisa yang di gunakan sebagai metode analisa data, dan berdasarkan spesifikasinya maka analisis regresi

Untuk itu perlu diadakan penelitian lebih lanjut untuk memperoleh komposisi campuran sodium silikat dan sodium hidroksida yang tepat agar menghasilkan geopolymer yang

lampiran pedoman praktikum. Penilaian suatu laporan bergantung pada kerapian mengatur data hasil pengamatan. Pembacaan yang sesungguhnya harus dicatat sebelum

Setiap siklus direncanakan mengikuti prosedur perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamtan (observing) dan refleksi (reflecting). Melalui kedua siklus tersebut

a) Amanah manusia terhadap Tuhan, yaitu semua ketentuan Tuhan yang harus dipelihara berupa melaksankan semua perintah Tuhan dan meninggalkan semua