• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSTRUKSI MODEL AKAD WADI AH YAD ADH-DHAMANAH DALAM MENGEMBANGKAN ISLAMIC SOCIOPRENEURSHIP DI BANK SAMPAH MANFA AT, DESA BOLOREJO, KABUPATEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KONSTRUKSI MODEL AKAD WADI AH YAD ADH-DHAMANAH DALAM MENGEMBANGKAN ISLAMIC SOCIOPRENEURSHIP DI BANK SAMPAH MANFA AT, DESA BOLOREJO, KABUPATEN"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

KONSTRUKSI MODEL AKAD WADI’AH YAD ADH-DHAMANAH

DALAM MENGEMBANGKAN ISLAMIC SOCIOPRENEURSHIP DI

BANK SAMPAH MANFA’AT, DESA BOLOREJO, KABUPATEN

TULUNGAGUNG

SKRIPSI

Oleh :

ANAK AGUNG AYU WIDYA SRIKANDI NIM: G74215129

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

SURABAYA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Skripsi yang berjudul “Konstruksi Model Akad Wadi’ah Yad Adhdhamanah Dalam Mengembangkan Sociopreneurship Di Bank Sampah Manfa’at, Desa Bolorejo, Kabupaten Tulungagung” ini merupakan hasil penelitian kualitatif ANP (Analytic Network Process) yang bertujuan menjawab pertanyaan tentang bagaimana konstruksi model akad wadi’ah yad adh-dhamanah dalam mengembangkan Islamic sociopreneurship di Bank Sampah Manfa’at, Desa Bolorejo Kabupaten Tulungagung.

Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, dan dokumentasi. Kemudian diolah melalui editing, organizing, dan penemuan hasil untuk memperoleh kesimpulan.

Hasil penelitian yang dilakukan di Bank Sampah Manfa’at menunjukkan implementasi simpanan sampah di Bank Sampah Manfa’at Desa Bolorejo belum menggunakan akad syariah. Selain itu proses input simpanan masih dilakukan secara konvensional sehingga dibutuhkan suatu informasi yang terdigitalisasi untuk membantu memudahkan proses penghitungan simpanan sampah. Akad yang dapat digunakan adalah akad wadi’ah yad adh-dhamanah dimana pihak pengelola dana diperbolehkan untuk menggunakan dana titipan untuk mengembangkan aktifitas Islamic sociopreneurship yang ada di Bank Sampah Manfaat, Desa Bolorejo.

Kata Kunci: Konstruksi Model, Akad wadi’ah yad adh-dhamanah, bank sampah, Islamic sociopreneurship

(7)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ...ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ...iii

PENGESAHAN SKRIPSI...iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TRANSLITERASI ...xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 9 C. Batasan Masalah ...9 D. Rumusan Masalah ...10 E. Kajian Pustaka ...10 F. Tujuan Penelitian ...17 G. Kegunaan Penelitian ...18 H. Definisi Operasional ...19 I. Metode Penelitian ...23 J. Sistematika Pembahasan ...25

BAB II SIMPANAN WADI’AH YAD ADH-DHAMANAH DAN

(8)

A. Simpanan Wadi’ah Yad Adh-Dhamanah ...27

B. Sociopreneurship ...34

C. Islamic Ethics ...46

BAB III KONSTRUKSI MODEL AKAD WADI’AH YAD ADHDHAMANAH DALAM MENGEMBANGKAN SOCIOPRENEURSHIP DI BANK SAMPAH MANFA’AT DESA BOLOREJO, KABUPATEN TULUNGAGUNG A. Sejarah Bank Sampah di Indonesia ...54

B. Profil Umum Bank Sampah Manfa’at ...55

C. Simpanan Sampah dan Sociopreneurship ...64

D. Dukungan dan Kendala ...70

BAB IV ANALISIS DATA A. Konstruksi Model Akad Wadi’ah Yad Adh-Dhamanah dalam Mengembangkan Islamic Sociopreneurship...73

B. Analisis Islamic Sociopreneurship di Bank Sampah Manfa’at...78

C. Digitalisasi Simpanan Sampah di Bank Sampah Manfa’at...83

BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan ...93

B. Saran ...94

DAFTAR PUSTAKA...95

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Perbandingan Sistem Syariah dan Sistem Konvensional ...7 Tabel 2.1 Perbedaan Kewirausahaan Sosial dan Kewirausahaan Komersial ... 33 Tabel 3.1 Deskripsi Tugas Satuan Kerja Bank Sampah Manfa’at...60 Tabel 4.1 Perbandingan Kondisi Existing dan Kondisi yang diharapkan Pasca Penerapan Akad dan Sistem Informasi...92

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Alur Menabung Sampah di Bank Sampah Jogodalu...11

Gambar 1.2 Alur Model Akad Wadi’ah Yad Adh-Dhamanah dalam Mengembangkan Islamic Sociopreneurship...20

Gambar 2.1 Skema Akad Wadi’ah Yad Adh-Dhamanah ...32

Gambar 3.1 Skema Struktur Organisasi Bank Sampah Manfa’at...59

Gambar 3.2 Proses Penyetoran Sampah di Bank Sampah Manfa’at...66

Gambar 3.3 Proses Penyetoran Sampah Melalui Layanan Jemput Sampah...67

Gambar 4.1 Input Manual Setoran Sampah ...74

Gambar 4.2 Buku Rekening Nasabah Bank Sampah Manfa’at ...75

Gambar 4.3 Bagan Konstruksi Model Akad Wadi’ah Yad Adh-Dhamanah...76

Gambar 4.4 Alur Model Akad Wadi’ah Yad Adh-Dhamanah dalam Mengembangkan Islamic Sociopreneurship...77

Gambar 4.5 Skema Akad Wadi’ah Yad Adh-Dhamanah ...85

Gambar 4.6 Contoh Sistem Informasi Bank Sampah Manfa’at ...86

Gambar 4.7 Daftar Nama Anggota Bank Sampah Manfa’at Manual ...79

Gambar 4.8 Daftar Nama Anggota Bank Sampah Manfa’at Sistem Informasi ...88

Gambar 4.9 Daftar Harga Jual dan Beli Sampah yang ditulis manual ...88

Gambar 4.10 Daftar Harga Jual dan Beli Sampah dalam Sistem Informasi ...89

Gambar 4.11 Nominal Setoran Sampah yang Ditulis Manual ... 89

Gambar 4.12 Nominal Setoran Sampah dalam Sistem Informasi ...90

Gambar 4.13 Contoh Salah Satu Rekening Simpanan Nasabah Atas Nama Nurin dalam Sistem Informasi ...91

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Undang-Undang Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah beserta Peraturan Pemerintah Nomor 81 tahun 2018 mengamanatkan perlunya perubahan paradigma masyarakat mengenai pengelolaan sampah.1 Hingga dewasa ini, masyarakat Indonesia masih memiliki budaya membuang sampah yang sembarangan. Selain itu, pengolahan sampah di tanah air masih cenderung sangat buruk. Masyarakat masih sering melakukan metode pembuangan “kumpul-angkut-buang atau bakar” yang masih sulit untuk dihilangkan. Selain itu, turut campur pemerintah dalam pengelolaan sampah masih banyak yang harus dibenahi dimana proses pembuangan sampah di Indonesia masih terkumpul dalam satu titik sehingga pengelolaan sampah menjadi belum maksimal. Hal ini tentunya akan memiliki efek bom waktu dimana hal itu akan menimbulkan dampak kekacauan yang luar biasa di kemudian hari apabila tidak segera ditangani.

Indonesia merupakan negara yang padat penduduk dan memiliki kecenderungan untuk terus meningkat dari tahun ke tahun. Dilansir dari Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan penduduk Indonesia dalam 30 tahun terakhir hampir mencapai dua kali lipat yakni 147.490.298 pada tahun 1980 meningkat

(12)

2

menjadi 179.378.946 pada tahun 1990, dan terus meningkat menjadi 237.641.326 pada tahun 20102. Peningkatan jumlah penduduk yang signifikan ini tentunya juga akan berdampak pada volume sampah yang dihasilkan dari jumlah konsumsi penduduk setiap tahunnya. Hal ini dapat dibuktikan dari data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik, dimana data tersebut menyebutkan volume sampah yang terangkut per hari di 10 kota di Indonesia selalu meningkat setiap tahunnya. 10 kota tersebut yaitu Aceh, Medan, DKI Jakarta, Bandung, Daerah Istimewa Yogyakarta, Denpasar, Semarang, Samarinda, Makassar, dan Surabaya. Pada tahun 2013, volume sampah yang terangkut mencapai 25.323,64 m3 per hari3, meningkat menjadi 27.283,76 m3 di tahun 20144, lalu menjadi 28.043,45 m3 pada tahun 20155, dan dipenghujung tahun 2016 volume sampah yang terangkut per hari di 10 kota di Indonesia mencapai 29.633,4 m36.

Untuk menanggulangi masalah yang disebutkan di atas, maka diperlukan pengelolaan sampah dari hulu ke hilir yang sistematis dan terencana serta diperlukan kesadaran masyarakat untuk melakukan penerapan membuang sampah pada tempatnya sesuai dengan jenis sampah supaya memudahkan dan efisien dalam pengelolaan sampah. Selain kesadaran masyarakat, tentu kita perlu menyadari juga bahwa pengelolaan sampah dalam skala besar membutuhkan biaya sangat besar pula. Oleh karena itu peran pemerintah juga sangat

2 Badan Pusat Statistik, Penduduk Indonesia menurut Provinsi 1971, 1980, 1990, 1995, 2000 dan

2010, dalam https://www.bps.go.id diakses pada tanggal 7 Desember 2018

3 Badan Pusat Statistik, Statistik Lingkungan Hidup Indonesia 2014. (e-book), 141-142 4 Badan Pusat Statistik, Statistik Lingkungan Hidup Indonesia 2015, (e-book). 175-176 5 Badan Pusat Statistik, Statistik Lingkungan Hidup Indonesia 2016, (e-book), 165-166 6 Badan Pusat Statistik, Statistik Lingkungan Hidup Indonesia 2017, (e-book), 206-207

(13)

3

dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah tersebut seperti pola pemrosesan sampah lanjutan yang sudah terencana dan terprogram dengan jelas. Selain itu kelompok masyarakat atau masyarakat itu sendiri sangat dibutuhkan perannya dalam pengelolaan sampah yang inovatif dan kreatif salah satunya melalui bank sampah.

Bank Sampah adalah suatu sistem pengelolaan sampah secara kolektif yang mendorong masyarakat untuk berperan serta aktif di dalamnya. Sistem ini mampu bekerja menampung, memilah dan menyalurkan sampah bernilai ekonomi pada pasar sehingga masyarakat mendapat keuntungan ekonomi dari menabung sampah.7 Program bank sampah di Indonesia pada mulanya dipelopori oleh Bank Sampah Gemah Ripah di Badegan, Bantul, Yogyakarta, yang digagas oleh Bapak Bambang Suwerda selaku dosen Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Yogyakarta pada tahun 2008.8 Melalui inisiasi tersebut,

kini Bank Sampah Indonesia telah mengalami perkembangan yang sangat baik. Data menyebutkan, pada tahun 2017 terdapat 5.244 bank sampah yang tersebar di 34 provinsi atau 219 kabupaten/kota. Pendapatan bank sampahpun mengalami kenaikan yang sangat baik. Pada tahun 2015 bank sampah mampu meraih omzet Rp 1,01 miliar yang naik menjadi Rp 1,14 miliar di tahun 2016. Sedangkan di tahun 2017 pendapatan bank sampah telah naik sebesar 29% dari tahun sebelumnya menjadi Rp 1,48 miliar.9

7 Andjar Prasetyo dan Mohamad Zaenal Arifin, Analisis Biaya Pengelolaan Limbah Makanan

Restoran, (Jakarta: Indocamp 2017), 78

8 Prihtiyani. 2008 “Masyarakat Bandegan Dirikan Bank Sampah”

9 Siti Nur Azzura, “Sebanyak 5.244 Bank Sampah Raup Pendapatan Capai Rp 1,48 Miliar di 2017”, dalam https://www.merdeka.com/uang/2017-5244-bank-sampah-raup-pendapatan-capai-rp-148-miliar.html , diakses pada 9 Desember 2018

(14)

4

Tidak seperti bank pada umumnya, apabila di bank umum masyarakat menabung uang akan mendapatkan uang, di bank sampah ini nantinya masyarakat dapat menabung sampah dan mendapatkan uang dari sampah tersebut. Melalui program ini, bank sampah nantinya dapat menjadi sebuah organisasi yang berhasil mengentaskan kemiskinan sekaligus juga sebagai suatu upaya dalam menyelesaikan persoalan sampah di tanah air.

Bank sampah merupakan salah satu aktivitas sociopreneurship di Indonesia. Sociopreneurship adalah sebuah usaha untuk memberikan solusi kepada problematika sosial seperti pengentasan kemiskinan, peningkatan kesejahteraan, dan pelestarian lingkungan dengan tujuan untuk mencapai kemaslahatan sosial.10 Berdasarkan definisi tersebut, sociopreneurship merupakan konsep kewirausahaan yang menggabungkan antara kegiatan ekonomi yang tidak hanya berorientasi pada profit, melainkan juga pada tujuan sosial (social value).

Dewasa ini sociopreneurship telah mengambil peran penting dalam menyelesaikan berbagai permasalahan sosial di masyarakat. Sociopreneurship melihat sebuah masalah sebagai sebuah model bisnis baru yang memberikan dampak positif untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di masyarakat. Salah satu tokoh yang disebut sebagai sosok pelaku sociopreneurship adalah Mother Theresa11. Selain itu, beberapa pelaku sociopreneurship yang telah

sukses dalam mengembangkan usahanya adalah Muhammad Yunus (pendiri

10 David Bornstein and Susan Davis, Social Entrepreneurship: What Everyone Needs To Know (Newyork: Oxford University Press, 2010), 1

11Jill Kickul & Sophie Bacq, Patterns in Social Entrepreneurship Research (UK: Edward Elgar

(15)

5

Grameen Bank), Bill Drayton (pendiri Ashoka Foundation), dan Blake Mycoskie (TOMS social brand). Pendiri Grameen Bank, yakni Muhammad Yunus juga disebut telah dianugerahi Nobel Perdamaian pada tahun 2006 karena usahanya dalam pengentasan kemiskinan di Bangladesh melalui institusinya yang menyediakan pinjaman dalam jumlah kecil bagi masyarakat yang membutuhkan modal usaha.12 Indonesia yang masih memiliki tantangan untuk mengendalikan volume sampah tentunya akan sangat terbantu melalui aktivitas sociopreneurship.

Aktivitas sociopreneurship yang menarik untuk diulas adalah aktivitas sociopreneurship yang sesuai dengan etika Islam di mana dalam etika Islam, nilai kewirausahaan yang harus dicapai adalah kewirausahaan yang mengedepankan nilai keislaman dalam implementasi usahanya seperti tidak adanya unsur maysir, gharar, riba, tadlis, dan ba’i an-najasy. Adapun kajian ini menarik untuk diulas karena belum banyaknya literatur atau referensi mengenai islamic sociopreneurship dan belum berkembang baik di masyarakat.

Salah satu bank sampah yang telah sukses dalam melaksanakan program kerjanya dan berhasil dalam melakukan aktivitas sociopreneurship adalah Bank Sampah Manfa’at yang berada di Desa Bolorejo Kabupaten Tulungagung. Melalui sosialisasi dan edukasi yang dilakukan secara konsisten, bank sampah ini telah berhasil mengajak masyarakat sekitar untuk mengelola sampah melalui prinsip 3R (Reuse, Reduce, Recycle). Tidak hanya program pengelolaan sampah,

12 European Youth Foundation and the Council of Europe, “The Social Entrepreneurship Guide”,

(16)

6

bank sampah ini juga memiliki perpustakaan, area bermain dan belajar, dan kantin yang diperuntukkan bagi masyarakat sekitar.

Program kerja yang masih berhubungan dengan aktivitas sociopreneurship dan tidak kalah penting yang dimiliki oleh organisasi ini adalah kegiatan menabung sampah.

Proses simpanan sampah di Bank Sampah Manfa’at dapat dikatakan masih manual dan belum ada kejelasan akad. Pencatatan masih dilakukan dengan cara menuliskan sejumlah nominal di sebuah kertas. Cara ini dinilai belum efektif dan efisien. Di jaman yang serba digital seperti saat ini, organisasi yang memiliki perputaran uang semestinya dapat melakukan pencatatan melalui sistem informasi. Melalui sistem informasi, tentunya pencatatan simpanan menjadi lebih tertata, lebih transparan, dan memudahkan kegiatan menabung sampah. Selain itu, system database yang terdapat di dalam sistem informasi simpanan juga akan memudahkan pencarian data sehingga resiko kehilangan data manual, atau kesalahan pencatatan keuangan dapat diantisipasi melalui sistem informasi.

Simpanan sampah di Bank Sampah Manfa’at masih menggunakan produk simpanan konvensional. Melihat mayoritas penduduk di sekitar Bank Sampah Manfa’at merupakan penduduk beragama Islam, maka produk simpanan syari’ah dirasa lebih baik. Terdapat beberapa keuntungan dalam menggunakan prinsip syariah sebagaimana yang dijelaskan dalam tabel berikut:

(17)

7

Tabel 1.1

Perbandingan Sistem Syariah dan Sistem Konvensional

Sistem Syariah Sistem Konvensional

Melakukan investasi yang halal saja Investasi yang halal dan haram Berdasarkan prinsip bagi hasil, jual

beli, dan sewa

Memakai perangkat bunga yang berindikasi terhadap riba

Menghindari praktik riba, maysir dan gharar

Investasi berpotensi praktek riba, maysir dan gharar

Profit dan falah oriented Profit oriented Hubungan dengan nasabah dalam

bentuk hubungan kemitraan

Hubungan dengan nasabah dalam bentuk hubungan debitur-kreditur Penghimpunan dan penyaluran dana

harus sesuai dengan fatwa DSN-MUI

Tidak terdapat fatwa sejenis Sumber: Nur Rianto Al Arif (2015)13

Terdapat beberapa akad penghimpunan dana yang dapat digunakan dalam penyimpanan kekayaan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat, salah satunya adalah akad wadi’ah. Akad wadi’ah dibagi dalam dua jenis, yakni akad wadi’ah yad-al amanah dan akad wadi’ah yad-adh dhamanah. Terdapat perbedaan mendasar di dalam kedua jenis akad wadi’ah ini. Dalam akad wadi’ah yad-al amanah, pihak pengelola dana titipan tidak diperkenankan untuk menggunakan titipan tersebut sehingga pihak pengelola titipan tidak memiliki kewajiban untuk bertanggungjawab atas kehilangan dan kerusakan barang selama hal tersebut bukan merupakan kelalaian pengelola. Sementara dalam akad wadi’ah yad-adh dhamanah pihak pengelola dana titipan diperbolehkan untuk menggunakan barang titipan nasabah sehingga segala kerusakan atau

13 M. Nur Rianto Al Arif, Pengantar Ekonomi Syariah: Teori dan Praktik (Bandung: CV Pustaka Setia, 2015) 328

(18)

8

kehilangan barang menjadi tanggung jawab pengelola.14 Landasan syar’i yang menjadi sumber hukum wadi’ah adalah:

َب َنِمَأ ْنِإَف

ٌٌۖةَضوُبْقَّم ٌناَه ِرَف اًبِتاَك اوُد ِجَت ْمَلَو ٍرَفَس ٰىَلَع ْمُتنُك نِإَو

مُكُضْع

نَم َو ََۚةَداَهَّشلا اوُمُتْكَت َلَ َو ُُۗهَّب َر َ َّاللَّ ِقَّتَيْل َو ُهَتَناَمَأ َنِمُتْؤا يِذَّلا ِ دَؤُيْلَف اًضْعَب

ْمُتْكَي

( ٌميِلَع َنوُلَمْعَت اَمِب ُ َّاللَّ َو ُُۗهُبْلَق ٌمِثآ ُهَّنِإَف اَه

٢٨٣

)

15

“Jika kamu dalam perjalanan sedang kamu tidak mendapatkan seorang penulis, maka hendaklah ada barang jaminan yang dipegang. Tetapi, jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah dia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu menyembunyikan kesaksian, karena barang siapa menyembunyikannya, sungguh, hatinya kotor (berdosa). Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”16

Penggunaan akad wadi’ah yad-adh dhamanah dinilai lebih tepat untuk diterapkan di Bank Sampah Manfa’at. Dengan menggunakan akad wadi’ah yad-adh dhamanah, maka akad dalam simpanan sampah menjadi lebih jelas karena pihak pengelola dapat menggunakan dana yang dititipkan untuk aktivitas ekonomi sosial lainnya, sehingga nilai usaha kemasyarakatan di Bank Sampah Manfa’at dapat lebih meningkat yang tentunya akan memberikan dampak positif bagi kesejahteraan umum.

14 H. Muhammad Yazid, Fiqh Muamalah Ekonomi Islam (Surabaya: Imtiyaz, 2017), 140-141. 15 Al-Qur’an, 02:283.

16 Departemen Agama RI, An-Nisa’ Al-Qur’an For Ladies & Fiqih Wanita (Bekasi: PT Surya Prima Selaras, 2013), 49.

(19)

9

Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan di atas, maka dalam penelitian ini peneliti akan mencoba menkonstruksi model simpanan yang syar’i, dan terdigitalisasi guna mengembangkan Islamic sociopreneurship di Bank Sampah Manfa’at Desa Bolorejo, Kabupaten Tulungagung.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti mengidentifikasi beberapa masalah yang akan dijadikan bahan penelitian sebagai berikut:

1. Pengelolaan sampah yang belum syar’i

2. Pengelolaan simpanan bank sampah yang masih konvensional 3. Pengelolaan sampah yang belum terdigitalisasi

4. Efektivitas alur simpan pinjam di Bank Sampah Manfa’at Desa Bolorejo, Kabupaten Tulungagung

5. Penerapan sociopreneurship yang masih konvensionaldi Bank Sampah Manfa’at Desa Bolorejo, Kabupaten Tulungagung

6. Proses menabung sampah di Bank Sampah Manfa’at Desa Bolorejo, Kabupaten Tulungagung

7. Peluang Islamic sociopreneurship di Bank Sampah Manfa’at

C. Batasan Masalah

Agar lebih terarah dan fokus dalam penelitian ini, maka peneliti memberi batasan penelitian sebagaimana berikut:

(20)

10

1. Pengelolaan simpanan bank sampah yang masih manual dan konvensional

2. Peluang Islamic sociopreneurship di Bank Sampah Manfa’at 3. Pengelolaan sampah yang belum terdigitalisasi

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis jelaskan di atas, maka berikut ini adalah rumusan masalah yang akan dirumuskan oleh penulis untuk membatasi kepenulisan dan memfokuskan titik bahasan.

1. Bagaimanakah konstruksi model akad wadi’ah di Bank Sampah Manfa’at Desa Bolorejo, Kabupaten Tulungagung?

2. Bagaimanakah peluang islamic sociopreneur di Bank Sampah Manfa’at Desa Bolorejo, Kabupaten Tulungagung?

3. Bagaimanakah pengembangan digitalisasi di Bank Sampah Manfa’at Desa Bolorejo, Kabupaten Tulungagung?

E. Kajian Pustaka

Dalam penulisan skripsi ini peneliti menggali informasi dari penelitian sebelumnya sebagai bahan dasar untuk melakukan perbandingan. Tujuan dalam melaksanakan perbandingan terhadap karya tulis sebelumnya tidak lain untuk menghindari praktek plagiasi. Karya tulis yang peniliti gunakan sebagai perbandingan literatur berasal dari jurnal, skripsi, dan thesis yang berkaitan dengan objek penelitian.

(21)

11

Berikut ini adalah beberapa karya penelitian terdahulu yang berkaitan dengan aktivitas sociopreneurship dan kegiatan menabung di beberapa bank sampah:

1. Danang Prasetyo, Aditya Bagus Purnomo, Teda Irene Rahayaan

Penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Universitas PGRI Adi Buana Surabaya ini berjudul “Pelaksanaan Program Bank Sampah Dalam Sistem Pengelolahan Sampah di Jogodalu Desa Benjeng Kabupaten Gresik”. Dalam penelitian ini disebutkan mengenai pengelolaan sampah dan manajemen Bank Sampah di Jogodalu. Pada manajemen bank sampah terdapat alur menabung di bank sampah Jogodalu yang dijelaskan oleh peneliti. Berikut ini adalah gambaran umum menabung sampah di bank sampah Jogodalu:

Gambar 1.1

Alur Menabung Sampah di Bank Sampah Jogodalu

Nasabah mendaftarkan diri

Pengelola memberikan buku tabungan sampah

Nasabah memilah sampah sesuai ketentuan Bank Sampah

Nasabah membawa sampah yang telah dipilah ke Bank Sampah Petugas teller akan

menimbang dan mencatat sejumlah nominal di buku tabungan sampah Nasabah dapat mencairkan uangnya sesuai ketentuan yang telah disepakati bersama

Petugas Bank Sampah akan membawa sampah

ke TPA untuk diproses lebih lanjut

(22)

12

Dalam jurnal ini, peneliti juga memberikan saran kepada bank sampah setempat untuk memberlakukan dua manajemen dalam program bank sampah. Dalam saran tersebut dituliskan perihal manajemen bank sampah yang semestinya memiliki sumber daya manusia yang bekerja sesuai job description-nya. Seperti teller bank, bendahara, pengelola sampah non organic menjadi kerajinan dan pengelola sampah organik.17

Terdapat kemiripan subjek penelitian antara jurnal ini dan penelitian skripsi penulis, yaitu kritik terhadap manajemen pengelolaan bank sampah. Jurnal yang dirilis oleh Universitas PGRI Adi Bhuana Surabaya mengkritik manajemen pengelolaan bank sampah dari segi pembagian job-description. Berbeda halnya dengan subjek penelitian dalam skripsi ini yang akan mengkritik manajemen pengelolaan bank sampah dari segi operasionalisasi simpanan bank sampah yang belum syar’i dan terdigitalisasi.

2. Resti Ramayanti

Skripsinya yang berjudul “Sistem Operasional Bank Sampah dalam Perspektif Hukum Islam. Studi Kasus: Bank Sampah Cangkir Hijau Metro” ini membahas mengenai Bank Sampah Cangkir Hijau yang menjalankan proses menabung sampah menggunakan prinsip social entrepreneur. Bank Sampah Cangkir Hijau menyediakan beberapa produk simpanan seperti Simpanan Pendidikan dan Simpanan Hari Raya. Selain itu, Bank Sampah

17 Danang Prastyo, Aditya Bagus Purnomo, Teda Irene Rahayaan. “Pelaksanaan Program Bank Sampah Dalam Sistem Pengelolahan Sampah di Desa Jogodalu Kecamatan Benjeng Kabupaten Gresik”, Jurnal Penamas Adi Buana Vol. 01, No. 1, (Juli 2017), 10

(23)

13

Cangkir Hijau juga melayani pembelian dan pembelian PPOB dengan sampah, Ngaji Bayar Sampah, Print Bayar Sampah, Sedekah Dengan Sampah, dan Jual Beli Sampah.18

Skripsi ini juga menjelaskan alur menabung di Bank Sampah Cangkir Hijau yang sedikit berbeda dari alur menabung di bank sampah pada umumnya.19 Selanjutnya, Resti dalam penelitiannya tersebut menganalisa sistem operasional yang dilakukan Bank Sampah Cangkir Hijau Metro yang ditinjau dari Hukum Islam. Ia menyebutkan bahwa berdasarkan analisa perspektif kaidah fiqih hukum praktek bank sampah pada umumnya tidak masalah, karena sejauh ini belum ada dalil yang mengharamkannya. Akan tetapi, dalam transaksi muamalah ada ketentuan rukun dan syarat yang harus dipenuhi yang berpengaruh dengan sah atau tidaknya suatu transaksi.20 Kesimpulan skripsi ini menyampaikan bahwa

praktek bank sampah diperbolehkan dalam Islam karena dapat memelihara lingkungan dan dapat mencegah terjadinya pencemaran lingkungan akibat sampah21

Persamaan yang dimiliki antara jurnal penelitian Resti Ramayanti dengan penelitian skripsi ini terletak pada topik penelitannya. Persamaan antara jurnal yang ditulis oleh Resti Ramayanti dan penelitian skripsi ini

18 Resti Ramayanti, “Sistem Operasional Bank Sampah dalam Perspektif Hukum Islam. Studi Kasus di bank Sampah Cangkir Hijau Metro”, Skripsi Ilmu Syari’ah dan Hukum, (2017), 71 19 Ibid., 69-70

20 Ibid., 85-88 21 Ibid., 91

(24)

14

membahas mengenai prinsip social entrepreneur dan sistem operasionalisasi yang ditinjau dari fiqh muamalah.

Perbedaan yang mendasar antara kedua penelitian ini, yakni: apabila Resti Ramayanti meneliti prinsip social entrepreneur, maka dalam skripsi ini nantinya akan menganalisa peluang Islamic sociopreneur di Bank Sampah Manfa’at. Selain itu, dari segi operasionalisasi tabungan bank sampah, Resti Ramayanti hanya membahas mengenai tinjauan hukum Islam. Berbeda halnya dengan penelitian skripsi ini yang akan memberikan konstruksi akad wadi’ah yad-adh dhamanah dalam operasionalisasi simpanan sampah di Bank Sampah Manfa’at.

3. Evi Sukmayeti, Vidya Yanti Utami

Jurnal bertajuk “Governansi Publik Model Co-Production oleh Aktor Socio-Preneur (Kasus Setanggor Dan Kawis Krisant” ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Jurnal ini mendiskripsikan sebuah yang desa bernama Desa Setanggor. Desa ini berhasil menjadi desa wisata berkat Ida Wahyuni, seorang socio-preneur. Pada mulanya, Ida yang bergerak melalui Bank Sampah Nusa Tenggara Barat Mandiri (NTBM) mulai berkreasi bersama masyarakat sekitar untuk mengolah sampah menjadi barang yang memiliki nilai guna. Ia juga menciptakan pasar bagi produk bank sampahnya tersebut melalui jaringannya yang dibantu oleh jaringan promosi persatuan travel di Indonesia, seperti PT. ASDP Indonesia Ferry (Persero).

(25)

15

Bermula dari bank Sampah biasa, kini sudah banyak masyarakat yang diberdayakan oleh Ida untuk mengelola sampah yang dapat di daur ulang. Kini bank sampah tersebut telah dinobatkan sebagai desa wisata karena produk olahan bank sampahnya tersebut. Desa wisata ini dikenal dengan nama Kawis Krisan (Kampung Wisata Kreatif Sampah Terpadu). Di tersebut warga diajak berbenah, membersihkan, menyulap dan menjamu tamu dengan pertunjukan seni sederhana yang bisa dipertunjukan oleh warga yang sumber dayanya ia hubungkan dengan bank sampah yang ia rintis. Wisatawan yang datang ke desa ini akan disuguhkan dengan souvenir dari produk olahan sampah. Bahkan ada masa tertentu dimana permintaan barang lebih besar dari ketersediaan bahan bakunya.22

Jurnal dan skripsi ini sama-sama mengkaji konsep dan prinsip sociopreneurship. Namun, dalam skripsi ini nantinya akan lebih mengarah kepada peluang Islamic sociopreneurship pada objek penelitiannya.

Aristian Wibowo, Halim Budi Santoso

Jurnal ini berjudul “Program Bantu Pengelolaan Sampah dan Tabungan Berbasis Web. Studi Kasus: Bank Sampah Gemah Ripah”. Jurnal ini membahas tentang tantangan Bank Sampah Gemah Ripah dalam Proses pengelolaan sampah dan tabungannya yang dilatarbelakangi oleh sistem

22 Evi Sukmayeti, Vidya Yanti Utami, “Governansi Publik Model Co-Production oleh Aktor

Socio-Preneur (Kasus Desa Setanggor dan Kawis Krisant)”, Jurnal Ilmu Pemerintahan Vol. 3 No.2, (Oktober 2018), 9-11

(26)

16

informasi yang belum memadai dan belum sesuai dengan prinsip dan aturan yang ditetapkan oleh Bank Sampah Gemah Ripah. Selain itu, cara penjualan yang kurang praktis seringkali menyebabkan nasabah menjadi kurang antusias untuk menjual sampah. Peneliti menyebutkan, melalui sistem informasi berbasis web, masalah tersebut diatas dapat di selesaikan. Terdapat beberapa kelebihan dalam menggunakan system informasi, seperti: (1) Sistem memudahkan pihak pengguna dan admin untuk mengakses sistem karena sistem dapat diakses kapanpun dan dimanapun; (2) Sistem mampu mengecek tanggal pendaftaran nasabah sebelum nasabah melakukan penarikan tabungan; (3) Sistem mampu membatasi sisa saldo nasabah agar tidak kurang dari nominal pada saat nasabah melakukan kredit atau penarikan tabungan; dan (4) Sistem dapat melakukan pengecekkan nomor surat yang sudah disetor atau belum.23

Penelitian dalam jurnal dan skripsi ini sama-sama membahas mengenai sistem informasi yang dapat digunakan untuk membantu operasionalisasi pengelolaan sampah. Terdapat perbedaan mendasar antara jurnal penelitian dan skripsi penulis. Jurnal ini merancang sistem informasi tabungan bank sampah secara konvensional, berbeda halnya dengan system informasi yang akan dirancang dalam penelitian ini yang lebih mengarah pada sistem informasi tabungan berbasis syariah.

23 Aristian Wibowo, Halim Budi Santoso, “Program Bantu Pengelolaan Sampah dan Tabungan Berbasis Web. Studi Kasus: Bank Sampah Gemah Ripah”, Jurnal Informatika dan Sistem Informasi Vol 2, No. 2 (2016), 1-2

(27)

17

4. Rahmadi dan Dwi Mulyani

Jurnal yang berjudul “Model Sistem Informasi Keuangan Bank Sampah Syariah (Micro Finance)” ini membahas mengenai sistem informasi yang dapat digunakan di Bank Sampah Syariah dengan berbagai model akad. Beberapa akad yang dapat digunakan dalam Jurnal Sistem Informasi Bank Sampah Syariah ini diantaranya adalah akad wadi’ah, mudharabah, dan akad murabahah.24

Jurnal dan skripsi ini memiliki persamaan, namun juga memiliki perbedaan. Adapun persamaan yang dimiliki antara jurnal dan penelitian ini adalah kedua karya tulis ini sama sama membahas mengenai sistem informasi yang dapat digunakan pada bank sampah syariah. Adapun perbedaannya adalah dalam jurnal ini tidak disampaikan poin-poin yang membahas mengenai Islamic sociopreneurship sebagaimana yang akan dibahas pada penelitian ini.

F. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada pokok pemasalahan di atas, terdapat tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penelitian ini, yaitu:

1. Menkonstruksi model akad wadi’ah yad adh-dhamanah di Bank Sampah Manfa’at Desa Bolorejo, Kabupaten Tulungagung.

24 Rahmadi dan Dwi Mulyani, “Model Sistem Informasi Keuangan Bank Sampah Syariah (Micro

(28)

18

2. Mengembangkan simpanan terdigitalisasi di Bank Sampah Manfa’at Desa Bolorejo, Kabupaten Tulungagung.

3. Mengetahui peluang islamic sociopreneur di Bank Sampah Manfa’at Desa Bolorejo, Kabupaten Tulungagung.

G. Kegunaan Penelitian

Berdasarkan pada pokok permasalahan di atas, maka kegunaan yang ingin dicapai, yaitu:

1. Manfaat Teoritis

a. Menambah wawasan keilmuan mengenai sociopreneurship bagi peneliti.

b. Menjadi masukan bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan penelitian sociopreneurship.

c. Hasil penelitian ini dapat menjadi dokumen perguruan tinggi yang berguna bagi masyarakat.

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan evaluasi dan rujukan oleh Bank Sampah Manfa’at dalam menjalankan program

sociopreneurship.

b. Hasil penelitian dari model simpanan wadi’ah dapat diaplikasikan untuk mengembangkan sociopreneurship di organisasi terkait.

(29)

19

c. Hasil penelitian ini dapat dijadikan pedoman dan masukan bagi masyarakat dalam melaksanakan sociopreneurship di masa mendatang.

H. Definisi Operasional

Definisi operasional memuat penjelasan tentang pengertian yang bersifat operasional dari konsep/variabel penelitian sehingga bisa dijadikan acuan dalam menelusuri, menguji atau mengukur variabel tersebut melalui penelitian.

Pada penelitian ini terdapat beberapa definisi yang berkaitan dengan variable penelitian, yaitu:

1. Konstruksi model akad wadi’ah yad adh-dhamanah

Bank sampah memiliki sebuah produk usaha simpanan yang dikenal dengan tabungan sampah. Melalui tabungan sampah, masyarakat dapat berpartisipasi dalam pengelolaan sampah sekaligus juga sebagai sebuah program pengentasan kemiskinan. Adapun akad yang dapat digunakan adalah akad wadi’ah yad adh-dhamanah yang dinilai lebih tepat untuk diterapkan pada program simpanan di Bank Sampah Manfa’at karena melalui akad ini pihak pengelola dana titipan (dalam hal ini Bank Sampah Manfa’at) diperbolehkan untuk menggunakan barang dan dana titipan nasabah untuk mengembangkan usahanya yang dalam hal ini bergerak di bidang sociopreneurship sehingga segala kerusakan atau kehilangan barang menjadi tanggung jawab

(30)

20

pengelola.25 Adapun konstruksi yang dimaksud dalam skripsi ini adalah konstruksi dalam hal membuat skema akad wadi’ah yad adh-dhamanah beserta alur tata cara nasabah dalam menggunakan produk tabungan sampah yang menggunakan akad wadi’ah yad adh dhamanah. Alur daripada proses simpanan tabung sampah di Bank Sampah Manfaat akan dijelaskan seperti bagan berikut:

Gambar 1.2

Alur Model Akad Wadi’ah Yad Adh-Dhamanah dalam Mengembangkan Islamic Sociopreneurship

25 H. Muhammad Yazid, Fiqh Muamalah Ekonomi Islam (Surabaya: Imtiyaz, 2017), 140-141 Nasabah yang telah terdaftar

di Bank Sampah Manfa'at membawa sampah yang akan

ditabung yang telah dipilah sesuai kategori sampah

Pengelola Bank Sampah Manfa'at menimbang sampah

sesuai dengan kategori sampah

Bank Sampah Manfa'at menginput transaksi pembelian sampah nasabah dalam sistem informasi yang

telah disediakan Bank Sampah Manfa'at

menyalin data pembelian sampah nasabah ke dalam

rekening nasabah

Dana titipan nasabah dalam produk tabung sampah dapat digunakan oleh Bank Sampah

Manfa'at untuk mengembangkan produknya

Bank Sampah Manfa'at melakukan bagi hasil kepada nasabah atas keuntungan yang

(31)

21

Dalam model akad wadi’ah yad adh-dhamanah, ini penulis juga akan memberikan sebuah sistem informasi yang terdigitalisasi yang dapat digunakan oleh bank sampah dengan tujuan untuk memudahkan proses transaksi tabung sampah sekaligus juga memudahkan input data nasabah dan pembukuan keuangan bank sampah.

2. Islamic Sociopreneurship

. Islamic Sociopreneurship merupakan gabungan dari pada kata Islamic, social, dan entrepreneurship. Entrepreneurship jenis ini bukan merupakan jenis usaha yang profit oriented, melainkan sebuah usaha yang bertujuan untuk mencapai nilai sosial atau social value oriented26. Sociopreneurship terdiri dari empat elemen utama yakni social value, civil society, innovation, dan economic activity27.

a) Social value merupakan elemen dalam menciptakan manfaat sosial yang nyata bagi lingkungan sekitar

b) Civil society maksudnya bahwa sociopreneurship berasal dari inisiatif dan partisipasi masyarakat sipil

c) Innovation yang berarti sociopreneurship memecahkan permasalahan sosial dengan cara yang inovatif

d) Economic activity yaitu bentuk keseimbangan antara aktivitas sosial dan aktivitas bisnis.

26 David Bornstein and Susan Davis, Social Entrepreneurship: What Everyone Needs To Know (Newyork: Oxford University Press, 2010), 1

27Lars Hulgard, Discourses of Social Entrepreneurship – Variations of The Same Theme

(32)

22

Sociopreneurship yang akan digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini adalah sociopreneurship yang ditinjau dari prinsip islami. Indikator yang akan digunakan dalam mengukur ketercapaian prinsip Islamic sociopreneur di Bank Sampah Manfa’at, adalah bahwa aktivitas sociopreneur yang terdapat dalam Bank Sampah Manfaat tersebut harus menggunakan transaksi yang disarankan dalam etika Islam dimana usaha tersebut terhindar dari praktek yang mengandung unsur riba, maysir,gharar, tadlis, dan ba’i an-najasy.

3. Bank Sampah Manfa’at

Bank Sampah adalah lembaga pengelolaan sampah secara kolektif yang mendorong masyarakat untuk berperan serta aktif di dalamnya. System ini mampu bekerja menampung, memilah dan menyalurkan sampah bernilai ekonomi pada pasar sehingga masyarakat mendapat keuntungan ekonomi dari menabung sampah.28 Bank sampah yang akan dijadikan rujukan dalam penelitian ini adalah Bank Sampah Manfa’at yang hasil daripada kewirausahaan sosilanya telah banyak memberikan keuntungan ekonomi dan keuntungan sosial bagi masyarakat sekitar. Adapun keuntungan ekonomi yang telah diberikan kepada masyarakat yaitu berupa penukaran sampah agar bernilai guna. Keuntungan sosial yang telah diberikan kepada masyarakat sekitar

28 Andjar Prasetyo dan Mohamad Zaenal Arifin, “Analisis Biaya Pengelolaan Limbah Makanan Restoran”, (Jakarta: Indocamp 2017), 78

(33)

23

berupa perpustakaan Bank Sampah, Kantin Bank Sampah, Ruang Pertemuan Bank Sampah, dan tempat bermain Bank Sampah.

I. Metode Penelitian

Dalam penelitian diperlukan sebuah alat untuk memperoleh data dari sumber yang akan digali. Untuk memudahkan perolehan informasi dari sumber penelitian, maka peneliti akan mengklasifikasikan metode penelitian yang akan digunakan sebagai berikut:

1. Data Penelitian

Dalam penelitian ini, data yang dibutuhkan oleh peneliti adalah: a. Bukti izin usaha Bank Sampah Manfa’at

b. Profil dari Bank Sampah Manfa’at

c. Kegiatan sociopreneurship yang telah berlangsung di Bank Sampah Manfa’at

d. Data pembukuan keuangan Bank Sampah Manfa’at e. Data mengenai alur simpanan di Bank Sampah Manfa’at f. Data pencatatan simpanan Bank Sampah Manfa’at

2. Sumber data

Sumber data adalah subjek darimana data diperoleh.29

29 Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), 172

(34)

24

a. Sumber data primer

Pada penelitian ini, peneliti akan mewawancarai beberapa informan yang dibutuhkan untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan Bank Sampah Manfa’at. Informan tersebut terdiri dari Ketua Himpunan Bank Sampah Tulungagung, Ketua Bank Sampah Manfa’at, Tim Pelaksana Kegiatan Bank Sampah Manfa’at, dan masyarakat sekitar yang berpartisipasi dalam kegiatan Bank Sampah Manfa’at.

b. Sumber data sekunder

Pada penelitian ini, peneliti akan memperoleh data sekunder seperti pembukuan tabungan sampah, data nasabah, daftar harga jual dan harga beli sampah, dan bukti badan hukum yang didapatkan langsung dari ketua Bank Sampah Manfa’at.

3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data penelitian yang luas dan mendalam, maka upaya yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Wawancara

Peneliti akan menggali informasi melalui wawancara dengan beberapa narasumber yang berkecimpung langsung baik di dalam organisasi Bank Sampah Manfa’at, maupun partisipasi masyarakat guna mendapatkan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian.

(35)

25

b. Dokumentasi

Studi dokumentasi berguna untuk mendukung dan menambah pembuktian suatu kejadian yang didapatkan melalui kegiatan yang dilakukan pada objek penelitian.

4. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif deskriptif. Melalui pendekatan ini, peneliti akan menganalisa hasil dari wawancara yang telah dilakukan kepada stakeholder yang berpartisipasi dalam Bank Sampah Manfa’at. Peneliti akan melakukan identifikasi model sociopreneurship yang dibentuk oleh Bank Sampah Manfa’at. Selain itu peneliti juga akan mengidentifikasi proses menabung sampah di Bank Sampah Manfa’at yang selanjutnya akan dibandingkan dan dianalisa sesuai dengan teori ekonomi Syariah. Penelitian ini akan didukung oleh hasil wawancara yang berkaitan dengan objek penelitian. Untuk memvalidasi data dalam penelitian ini, maka peneliti akan menggunakan cara triangulasi data.

J. Sistematika Pembahasan

Untuk memudahkan peneliti dalam melaksanakan penelitian, maka peneliti menyusun sistematika pembahasan sebagai pedoman dalam berfikir secara sistematis, sebagaimana berikut:

(36)

26

1. Bab satu. Bab ini merupakan bab pendahuluan yang menjelaskan tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, kajian pustaka, definisi operasional, metode penelitian, dan diakhiri dengan sistematika pembahasan.

2. Bab dua. Bab ini menjelaskan tentang kerangka teori yang digunakan dalam

penelitian ini. Adapun kerangka teori yang dibahas pada penelitian ini yakni

kegiatan yang dilakukan Bank Sampah Manfa’at dalam mengembangkan

sociopreneurship, baik secara definisi dan lainnya dengan kata lain bab ini

berisi teori-teori yang ada sangkut pautnya dengan pembahasan konstruksi model akad wadi’ah yad adh-dhamanah dalam mengembangakan

sociopreneurship di Bank Sampah Manfa’at.

3. Bab tiga. Bab ini merupakan bab yang menjelaskan tentang data penelitian dan berisi gambaran mengenai data objek penelitian yang telah didapatkan oleh peneliti tanpa ada campur tangan opini dari peneliti.

4. Bab empat. Bab ini merupakan hasil analisa penelitian yang berkaitan dengan judul penelitian. Hasil analisa penelitian ini mengacu pada BAB I dan BAB II.

5. Bab lima. Bab ini merupakan bab penutup atau bab terakhir yang berisi kesimpulan atas permasalahan pada rumusan masalah. Pada bab ini juga terdapat saran dari penulis untuk penelitian selanjutnya.

(37)

BAB II

SIMPANAN WADI’AH YAD ADH-DHAMANAH DAN

SOCIOPRENEURSHIP

A.

Simpanan Wadi’ah Yad Adh-Dhamanah

1. Pengertian Simpanan

Tabungan adalah setoran yang tidak dapat ditransaksikan, yang dapat ditambah atau diambil setiap saat30.

Menurut Undang-Undang Perbankan Syariah nomor 21 tahun 2008, tabungan adalah simpanan berdasarkan akad wadi’ah atau investasi dana berdasarkan mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah, yang penarikannya dapat dilakukan menurut syarat dan ketentuan tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan/ atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu31.

Dalam fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) No. 02/DSN-MUI/IV/2000, tabungan terdiri atas dua jenis, yaitu32:

a. Tabungan yang tidak dibenarkan secara prinsip syariah yang berupa tabungan dengan berdasarkan perhitungan bunga

30 Frederic S. Mishkin, “Ekonomi Uang, Perbankan, dan Pasar Keuangan”¸(Jakarta: Salemba Empat. 2008, 80

31 Undang-Undang Perbankan Syariah No. 21 tahun 2008 32 Fatwa DSN MUI No. 02/DSN-MUI/IV/2000

(38)

28

b. Tabungan yang dibenarkan secara prinsip syariah, yaitu tabungan yang berdasarkan prinsip mudharabah dan wadi’ah.

Tabungan adalah bentuk simpanan nasabah yang bersifat likuid, artinya produk ini dapat diambil sewaktu-waktu apabila nasabah membutuhkan. Bagi hasil yang ditawarkan tabungan kepada nasabah tidaklah besar. Akan tetapi, jenis penghimpunan dana tabungan merupakan produk penghimpunan yang lebih minimal biaya bagi pihak bank karena bagi hasil yang ditawarkannya pun kecil dan biasanya jumlah nasabah yang menggunakan tabungan lebih banyak daripada produk penghimpunan yang lain33.

2. Simpanan Wadi’ah Yad Adh-Dhamanah

a. Pengertian Akad Wadi’ah

Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 01-02/DSN-MUI/IV/2002 menyebutkan bahwa tabungan dan giro (tanpa deposito) diperbolehkan dengan menggunakan akad wadi’ah34.

Menurut Wahbah Zuhaily, kata wadi’ah berasal dari wada’a yang berarti meninggalkan atau meletakkan sesuatu pada orang lain untuk dipelihara dan dijaga. Secara etimologi berarti harta yang dititipi kepada seseorang yang dipercayai untuk menjaganya. Secara terminologi, ada dua definisi yang digunakan ahli fiqih:

33 Rianto, M.Nur, ”Pengantar Ekonomi Syariah Teori dan Praktek”, (Bandung: CV. Pustaka Setia. 2015) hlm. 346

(39)

29

1) Ulama madzhab Hanafi mendefinisikan dengan “mengikutsertakan orang lain dalam memelihara harta, baik dengan ungkapan jelas, melalui tindakan maupun melalui isyarat”.

2) Ulama madzhab Maliki, Syafi’i, dan Hanbali mendefinisikan wadi’ah dengan ”mewakilkan orang lain untuk memelihara harta tertentu dengan cara tertentu”.

Kedua definisi ini tidak menunjukkan perbedaan fundamental, hanya saja ada perbedaan secara redaksional antara mengikutsertakan dengan mewakilkan. Jadi, dapat dipahami bahwa wadi’ah adalah memberikan kuasa kepada seseorang yang dipercayai untuk memelihara harta tertentu dengan cara tertentu.

Maka secara umum dapat disimpulkan definisi Al-wadi’ah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak yang lain, baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip menghendakinya.35

b. Landasan Syariah Akad Wadi;ah

Landasan Syariah yang menjadi sumber hukum wadi’ah adalah berdasarkan firman Allah Swt:

(40)

30

اوُمُكْ

تَ ن

َ

َ

أ ِساَّلنا َ ْيَْب مُتْمَكَح اَذوَإِ اَهِلْه

َ

أ ٰ

لَِإ ِتاَناَم

َ

َ ْ

لْا اوُّدَؤُت ن

َ

أ ْمُكُرُم

ْ

أَي َ َّللَّا َّنِإ۞

ِلْدَع

ْ

لاِب

اًير ِصَب اًعيِمَس َن َكَ َ َّللَّا َّنِإ ِِۗهِب مُك ُظِعَي اَّمِعِن َ َّللَّا َّنِإ

(

٥٨

)

[

ءاسنلا

:

58

-58

]

“Sungguh, Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia hendaknya kamu menetapkannya dengan adil. Sungguh, Allah sebaik-baik yang memberi pengajaran kepadamu. Sungguh, Allah Maha

36 .” Maha Melihat Mendengar,

ِ دَؤُي

ْ

لَف ا ًضْعَب مُك ُضْعَب َنِم

َ

أ ْنِإَف ٌٌۖة َضوُبْقَّم ٌناَهِر

َف اًبِت َكَ اوُدِ َتَ ْمَلَو ٍرَفَس َٰ َعَل ْمُتنُك نوَإِ۞

َّنِإَف اَهْمُتْكَي نَمَو ََۚةَداَه َّشلا اوُمُتْكَت

لََو ُُۗهَّبَر َ َّللَّا ِقَّتَ

َ

لَْو ُهَتَناَم

ْ

َ

أ َنِمُتْؤا يِ

لَّا

َّ

ُُۗهُب

ْ

لَق ٌمِثآ ُه

ْعَت اَمِب ُ َّللَّاَو

ٌميِلَع َنوُلَم

(

٢٨٣

)

[

ةرقلبا

:

283

-283

]

“Dan jika kamu dalam perjalanan sedang kamu tidak mendapat seorang penulis, maka hendaklah ada barang yang jaminan yang dipegang. Tetapi, jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (utangnya) dan hendaklah dia bertakwa kepada Allah, Tuhannya. Dan janganlah kamu menyembunyikan kesaksian, karena siapa yang menyembunyikannya, sungguh, hatinya kotor (berdosa). Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”37

36 Departemen Agama RI, Al-Qur’an Al Kalimah The Wisdom, (Surakarta: Tim Riels Grafika, 2016), 87

(41)

31

Nabi Muhammad Saw menegaskan tentang amanah adalah wadi’ah sebagaimana beliau telah bersabda:

Tunaikanlah amanah yang dipercayakan kepadamu dan jangan membalas khianat kepada orang yang telah mengkhianatimu” (HR. Abu Daud, Tirmidzi, dan Hakim

“Ibnu Umar berkata bahwasannya Rasulullah telah bersabda: “Tiada kesempurnaan iman bagi setiap orang yang tidak beramanah, tiada shalat bagi yang tidak bersuci.´ (HR. Thabrani)

c. Rukun dan Syarat Wadi’ah

Ulama Hanafiyah menyatakan bahwa rukun al-wadi’ah hanya satu, yaitu ijab (ungkapan penitipan barang dari pemilik) dan qabul (ungkapan menerima titipan oleh orang yang dititipi). Akan tetapi, jumhul ulama fiqh menyatakan bahwa rukun al-wadi;ah ada tiga, yaitu orang yang berakad, barang titipan dan sighat ijab dan qabul.38

Akad wadi’ah dibagi menjadi dua jenis yaitu akad wadi’ah yad al-amanah dan akad wadi’ah yad adh-dhamanah. Terdapat perbedaan mendasar di dalam kedua jenis akad wadi’ah ini. Dalam akad wadi’ah yad-al amanah, pihak pengelola dana titipan tidak diperkenankan untuk menggunakan titipan tersebut sehingga pihak pengelola titipan tidak memiliki kewajiban untuk bertanggungjawab atas kehilangan dan kerusakan barang selama hal tersebut bukan merupakan kelalaian

(42)

32

pengelola. Sementara dalam akad wadi’ah yad-adh dhamanah pihak pengelola dana titipan diperbolehkan untuk menggunakan barang titipan nasabah sehingga segala kerusakan atau kehilangan barang menjadi tanggung jawab pengelola.39

Gambar 2.1

Skema Akad Wadi’ah Yad Adh-Dhamanah

Akad wadi’ah yang dibenarkan secara Syariah diatur Dewan Syariah Nasional (DSN) dalam Fatwa No. 01-02/DSN-MUI/IV/2000. Terkait dengan akad wadi’ah, boleh dan tidaknya dana yang dititipkan tersebut di-tasaruf-kan (pengelolaan harta), termasuk disalurkan kepada pihak lain kembali kepada izin yang diberikan oleh pemiliknya. Jika tidak ada izin, maka dana tersebut sama sekali tidak boleh di-tasaruf-kan. Akan tetapi, dalam fatwa dijelaskan pada salah satu ketentuan umum wadi’ah yaitu tidak ada imbalan yang disyaratkan, kecuali dalam bentuk pemberian yang bersifat sukarela dari pihak bank, hal ini mencerminkan bahwa secara tidak langsung bank menyalurkan dana nasabah untuk

(43)

33

dikelola pihak lain sehingga akan menghasilkan keuntungan. Keuntungan ini tidak mengikat harus diberikan kepada nasabah, sehingga pada awal kontrak pembukaan rekening disebutkan adanya bentuk pemberian yang bersifat sukarela dari pihak bank.

Secara teori wadi’ah adalah berupa titipan, yakni titipan murni yang harus dijaga dan dikembalikan setiap saat sesuai dengan kehendak pemiliknyam sehingga bonus tidak dipersyaratkan di awal akad, atau bonus diberikan saat menutup rekening tanpa dipersyaratkan di awal. Sedangkan berdasarkan fatwa giro wadi’ah, dijelaskan bahwa ketentuan umum giro wadi’ah ialah tidak ada imbalan yang disyaratkan, kecuali dalam bentuk pemberian bersifat sukarela dari pihak bank. Hal ini menjelaskan bahwa yang ketentuan umum dalam fatwa wadi’ah mengkhususkan ketentuan-ketentuan umum tersebut sebagai wadi’ah yad adh-dhamanah. Sehingga produk pendanaan giro dan tabungan wadi’ah dhamanah mewajibkan pihak penyimpan bertanggung jawab

atas segala kerusakan atau kehilangan yang terjadi pada barang atau asset yang dititipkan40. Dalam dunia perbankan modern yang penuh dengan kompetisi, insentif berupa bonus ini dapat dijadikan sebagai banking policy dalam upaya merangsang masyarakat dalam menabung. Hal ini dikarenakan semakin besar nilai keuntungan yang diberikan kepada

40 Darsono DKK, “Perbankan Syariah di Indonesia: Kelembagaan dan Kebijakan Serta

(44)

34

penabung dalam bentuk bonus, semakin efisien pula pemanfaatan dana tersebut41

Akad tabungan yang diterapkan adalah akad wadi’ah yad adh-dhamanah. wadi’ah yad adh-dhamanah, dimana pihak penerima titipan dengan atau tanpa ijin pemilik barang dapat memanfaatkan barang atau uang yang dititipkan dan harus bertanggungjawab terhadap kehilangan atau kerusakan barang tersebut42. Akad wadi’ah ini berlaku apabila orang yang dititipi barang (wadi’) tidak lagi meng-idle-kan asset atau barang titipan tersebut, tetapi penggunaannya dalam perekonomian tertentu setelah mendapat izin dari orang yang memiliki harta (Muwaddi’), dengan demikian akad wadi’ah yang berlaku adalah wadi’ah yad adh-dhamanah (tangan penanggung) yang bertanggung jawab atas segala kerusakan atau kehilangan yang terjadi pada barang tersebut.

B.

Sociopreneurship

1. Sociopreneurship dan Kewirausahaan Komersial

Berbeda dengan kewirausahaan komersial, sociopreneurship atau kewirausahaan sosial secara definitif memiliki jangkauan yang luas hingga sempit. Sebelumnya kewirausahaan sosial selalu diidentikkan dengan aktivitas inovatif dengan tujuan sosial baik yang berorientasi profit maupun

41 Rianto, M.Nur, ”Pengantar Ekonomi Syariah Teori dan Praktek”, (Bandung: CV. Pustaka Setia. 2015) hlm. 350

42 Pambuko, Bagus Zulfikar, dkk, “Analisis Produktivitas Finansial dan Sosial Pada Perbankan

(45)

35

tidak. Secara lebih spesifik, kewirausahaan sosial didefinisikan sebagai penerapan keahlian bisnis yang didasarkan pada mengolah kondisi pasar di area yang tidak menguntungkan seperti sektor yang berorientasi non-profit yang dapat menghasilkan keuntungan. Kesimpulan inti dari kewirausahaan sosial adalah “menciptakan nilai sosial daripada menciptakan kekayaan pribadi maupun pemegang saham, yang karakteristiknya diwarnai oleh faktor inovasi yang mampu mengatasi beragam masalah sosial yang dihadapi oleh masyarakat”43.

Beberapa indikator dan faktor yang membedakan kewirausahaan sosial dan kewirausahaan komersial secara teoritis setidaknya meliputi empat aspek seperti yang tersaji dalam tabel 2.1 berikut ini44.

Tabel 2.1

Perbedaan Kewirausahaan Sosial dan Kewirausahaan Komersial

Indikator Kewirausahaan Sosial Kewirausahaan

Komersial Kegagalan Pasar Salah satu teori yang

mendasari keberadaan organisasi sosial adalah munculnya kegagalan pasar untuk aspek-aspek sosial.

Tekanan pasar komersial seringkali tidak sejalan dengan kebutuhan sosial terutama untuk barang-barang publik atau disebut sebagai kontrak kegagalan pasar.

Kegagalan pasar akan menciptakan kesempatan wirausaha yang berbeda untuk kewirausahaan sosial dan kewirausahaan komersial.

Misi Tujuan fundamental dari

kewirausahaan sosial

Kewirausahaan

komersial bertujuan

43 Umi Karomah Yaumidin. “Kewirausahaan Sosial Dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan: Tantangan Sinergi Multi-sektor dan Multi-dimensi”, Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Vol. 21, No. 1, (Juli 2013), 105

(46)

36

adalah menciptakan nilai sosial untuk barang publik. menciptakan keuntungan sebagai hasil operasionalisasi usaha swasta. Kewirausahaan sosial tidak menguntungkan bagi masyarakat dalam bentuk jasa dan barang yang baru, bahkan pekerjaaan,

tetapi dapat

mentransformasi ke dalam dampak sosial seperti mendorong motivasi wirausahawan

komersial untuk

menghasilkan

keuntungan yang lebih besar.

Perbedaan dalam misi akan berdampak pada perbedaan fitur fundamental antara kewirausahaan sosial dan komersial yang merupakan perwujudan dari beragamnya area bahasan manajemen perusahaan dan motivasi personal.

Mobilisasi Sumber Daya

Hambatan terhadap distribusi surplus sumber daya, kesulitan dalam memberikan kompensasi

yang kompetitif,

kompensasi seringkali berbentuk nilai-nilai daripada berupa materi.

Mudah dalam mendistribusikan sumberdaya untuk menjaga keseimbangan kelebihan dan kekurangan, kompensasi bersifat materi sehingga

mudah menentukan

besaran kompensasi secara kompetitif.

Sumberdaya manusia dan keuangan akan menentukan perbedaan pendekatan fundamental dalam pengelolaan sumberdaya manusia dan keuangan. Dimensi komersial dan sosial dalam perusahaan dapat menjadi sumber ketegangan bagi mobilitas sumber daya.

(47)

37

2. Pengertian Kewirausahaan Sosial

Studi tentang kewirausahaan sosial telah berkembang sangat pesat terutama di Inggris dan Amerika Serikat dibandingkan dengan benua Eropa. Walaupun demikian, menetapkan definisi kewirausahaan sosial yang disepakati belum terbukti menjadi suatu tugas yang mudah. Kesulitan utama adalah bahwa kewirausahaan sosial adalah serangkaian kegiatan kontekstual dan kontingen, tunduk pada analisis dan pengukuran interpretatif yang tidak biasa di bidang kewirausahaan, tetapi kurang di bidang ilmu sosial dan lebih peduli dengan masalah sosial.45

Keragaman wacana yang menjadi ciri perdebatan definisi tentang kewirausahaan sosial mencerminkan logika internal dari berbagai aktor yang berpengaruh dan memegang sumber daya yang secara aktif terlibat dalam membentuk lapangan, daripada upaya menangkap 'realitas' dari bidang itu sendiri. Dengan demikian, untuk aktor masyarakat sipil, kewirausahaan sosial dapat mewakili pendorong perubahan sosial sistemik, ruang untuk kemitraan hibrida baru, atau model transformasi dan pemberdayaan politik. Bagi pemerintah, kewirausahaan sosial (khususnya dalam bentuk perusahaan sosial) dapat menjadi salah satu solusi untuk kegagalan negara dalam penyediaan kesejahteraan. Untuk bisnis, kewirausahaan sosial dapat menawarkan peluang pasar baru atau perkembangan alami dari investasi yang bertanggung jawab secara sosial.46

45 Benjamin Huybrecht, Alex Nicholls. Social Entrepreneurship: Definitions, Drivers, and

Challenge, (e-book), 1-2 46 Ibid,. Hlm 2

(48)

38

Beberapa akademisi di bidang kewirausahaan sosial mengemukakan pendapat mengenai definisi daripada kewirausahaan sosial. Menurut Mort, kewirausahaan sosial adalah “konstruk multidimensi yang melibatkan ekspresi perilaku berbudi luhur kewirausahaan untuk mencapai misi sosial, kesatuan tujuan dan tindakan yang koheren dalam menghadapi kompleksitas moral, kemampuan untuk mengenali peluang penciptaan nilai sosial dan karakteristik pengambilan keputusan kunci dari inovasi, proaktif dan pengambilan risiko ”47

Mair dan Marti memandang kewirausahaan sosial sebagai "suatu proses yang terdiri dari penggunaan inovatif dan kombinasi sumber daya untuk mengeksplorasi dan mengeksploitasi peluang, yang bertujuan mengkatalisasi perubahan sosial dengan melayani kebutuhan dasar manusia secara berkelanjutan"48.

Austin mendefinisikan kewirausahaan sosial sebagai “aktivitas inovatif yang menciptakan nilai sosial yang dapat terjadi di dalam atau di seluruh sektor nirlaba, bisnis, atau pemerintah”49.

Zahra menyarankan bahwa kewirausahaan sosial mencakup "kegiatan dan proses yang dilakukan untuk menemukan, mendefinisikan, dan memanfaatkan peluang untuk meningkatkan kekayaan sosial dengan

47 Mort, G. S., Weerawardena, J. & Carnegie, K. “Social entrepreneurship: Towards

conceptualisation”, International Journal of Nonprofit & Voluntary Sector Marketing, (2003), 76. 48 Mair, J. & Marti, I., “Social entrepreneurship research: A source of explanation, prediction, and delight”, Journal of World Business, (2006), 34.

49 Austin, J., Stevenson, H. & Wei-Skillern, J., “Social and Commercial Entrepreneurship: Same, Different, or Both?”, Entrepreneurship: Theory & Practice, (2006), 371.

(49)

39

menciptakan usaha baru atau mengelola organisasi yang ada dengan cara yang inovatif"50.

Gregory Dees yang sering disebut sebagai bapak pendidikan kewirausahaan sosial adalah peneliti penting lainnya di bidang social entrepreneurship. Ia mendefinisikan kewirausahaan sosial sebagai metode untuk “menemukan sesuatu yang baru dan cara untuk menciptakan nilai sosial yang lebih baik”. Definisi tersebut menggabungkan penekanan tentang disiplin dan akuntabilitas dengan gagasan penciptaan nilai, inovasi dan ganti agen, pengejaran peluang, dan akal. Secara singkat, Gregory Dees mendefinisikan kewirausahaan sosial dengan dinyatakan sebagai berikut: “Pengusaha sosial memainkan peran perubahan agen di sektor sosial, oleh: Adopsi misi untuk menciptakan dan mempertahankan nilai sosial (bukan hanya nilai pribadi); Mengenali dan tanpa henti mengejar peluang baru untuk mencapai misi tersebut; Melakukan proses inovasi, adaptasi, dan pembelajaran yang berkelanjutan; Bertindak dengan berani tanpa dibatasi oleh sumber daya yang tersedia saat ini; dan Melarang akuntabilitas yang meningkat bagi daerah pemilihan dilayani dan untuk hasilnya dibuat.51”

Untuk menguraikan maksud dari pernyataan di atas, berikut adalah beberapa uraian dari poin penting yang dikemukakan oleh Gregory Dees52:

50 Zahra, S. A., Gedajlovic, E., Neubaum, D. O. & Shulman, J. M., “A typology of social entrepreneurs: Motives, search processes and ethical challenges”, Journal of Business Venturing, (2009), 519.

51 Dees, G., The Meaning of "Social Entrepreneurship", Graduate School of Business, Stanford University. (1998), 1-2

(50)

40

a. Agen perubahan di sektor sosial

Seperti yang telah dideskripsikan oleh Schumpeter, pengusaha sosial adalah reformis dan revolusioner dengan misi sosial. Mereka membuat perubahan mendasar pada sektor sosial. Mereka membuat solusi dari penyebab masalah. Meskipun mereka dapat bertindak secara lokal, tindakan mereka memiliki potensi untuk merangsang perbaikan global di area pilihan mereka, seperti pendidikan, perawatan kesehatan, pembangunan ekonomi, lingkungan, seni, atau bidang sosial lainnya. b. Mengadopsi misi untuk menciptakan dan mempertahankan nilai sosial.

Poin ini adalah inti dari perbedaan kewirausahaan sosial, kewirausahaan bisnis, dan bisnis yang bertanggung jawab secara sosial. Menurut Gregory Dees, Kewirausahaan sosial memiliki misi sosial yang menjadi dasar dari bisnis itu sendiri. Misi pembangunan masyarakat tidak dapat direduksi untuk menciptakan keuntungan pribadi baik keuntuntungan finansial atau manfaat konsumsi. Menghasilkan keuntungan, menciptakan kekayaan, atau melayani keinginan pelanggan dapat menjadi bagian dari model sociopreneurship, tetapi untuk sarana tujuan sosial. Keuntungan dan kepuasan pelanggan bukanlah ukuran nilai daripada kewirausahaan sosial. Salah satu pengukur keberhasilan kewirausahaan sosial adalah dampak bagi masyarakat itu sendiri. Kewirausahaan adalah tentang membuat suatu perbaikan yang bertahan lama dan mempertahankan dampak sosial itu sendiri.

(51)

41

c. Mengenali dan tanpa henti mengejar Peluang baru: kewirausahaan sosial melihat peluang dimana orang lain melihat masalah, ia tidak hanya didorong oleh persepsi kebutuhan sosial atau dengan belas kasih mereka, ia memiliki visi tentang bagaimana mencapai peningkatan dan mereka bertekad untuk membuat visi mereka berhasil. Model yang mereka kembangkan dan pendekatan yang mereka ambil dapat, dan sering kali, berubah, seperti pengusaha belajar tentang apa yang berhasil dan apa yang tidak berhasil. Elemen kuncinya adalah kegigihan dikombinasikan dengan kemauan untuk membuat penyesuaian seiring berjalannya waktu.

d. Melakukan proses inovasi, adaptasi, dan pembelajaran yang berkelanjutan: social entrepreneur membutuhkan inovasi yang terus berkembang. Mereka membuka jalan baru, mengembangkan model baru, dan pelopor pendekatan baru. Namun, seperti yang disampaikan Schumpeter, inovasi dapat berupa banyak bentuk. Tidak perlu menemukan sesuatu sepenuhnya baru, kewirausahaan sosial cukup dapat melibatkan penerapan ide yang ada dengan cara baru atau situasi baru. Pengusaha tidak perlu menjadi penemu. Mereka hanya harus kreatif dalam menerapkan apa yang ditemukan oleh orang lain.

Bill Drayton (pendiri Ashoka Foundation) selaku penggagas kewirausahaan sosial menegaskan bahwa ada dua hal kunci dalam kewirausahaan sosial. Pertama, adanya inovasi sosial yang mampu

(52)

42

mengubah sistem yang ada di masyarakat. Kedua, hadirnya individu bervisi, kreatif, berjiwa wirausaha (entrepreneurial), dan beretika di belakang gagasan inovatif tersebut. Hulgard (2010) merangkum definisi kewirausahaan sosial dengan lebih komprehensif: “Social entrepreneurship can be defined as “the creation of a social value that is produced in

collaboration with people and organization from the civil society who are engaged in social innovations that usually imply an economic activity” Definisi komprehensif di atas memberikan pemahaman bahwa kewirausahaan sosial terdiri dari empat elemen utama yakni social value, civil society, innovation, dan economic activity.

a. Social Value. Ini merupakan elemen paling khas dari kewirausahaan sosial yakni menciptakan manfaat sosial yang nyata bagi masyarakat dan lingkungan sekitar.

b. Civil Society. Kewirausahaan sosial pada umumnya berasal dari inisiatif dan partisipasi masyarakat sipil dengan mengoptimalkan modal sosial yang ada di masyarakat.

c. Innovation. Kewirausahaan sosial memecahkan masalah sosial dengan cara-cara inovatif antara lain dengan memadukan kearifan lokal dan inovasi sosial.

d. Economic Activity. Kewirausahaan sosial yang berhasil pada umumnya dengan menyeimbangkan antara aktivitas sosial dan aktivitas bisnis.

Gambar

Tabel 1.1 Perbandingan Sistem Syariah dan Sistem Konvensional .........................7  Tabel 2.1 Perbedaan Kewirausahaan Sosial dan Kewirausahaan Komersial .......

Referensi

Dokumen terkait

“Keputusan saya memilih produk simpanan tarissa di BMT As -Salam Demak yang menggunakan akad wadi’ah yad dhamanah membuat saya senang sekali, karena saya mendapatkan