• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN SUPLEMEN BAHAN AJAR (IPA TERINTEGRASI BAHASA INDONESIA) KURIKULUM 2013 BERBASIS KARAKTER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN SUPLEMEN BAHAN AJAR (IPA TERINTEGRASI BAHASA INDONESIA) KURIKULUM 2013 BERBASIS KARAKTER"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN SUPLEMEN BAHAN AJAR (IPA TERINTEGRASI BAHASA INDONESIA) KURIKULUM 2013 BERBASIS KARAKTER

Djariyo3, Mudzanatun2, Henry Januar Saputra1 Universitas PGRI Semarang

h3nry.chow@gmail.com Abstrak

Hasil penelitian menggunakan suplemen bahan ajar kurikulum 2013 berbasis karakter dilaksanakan di hasil belajar kognitif siswa yang dilakukan di SD Hj. Isriati Baiturrahman 1 Semarang dan SD IT Permata Bunda di Demak dilihat dari hasil belajar kognitif siswa menggunakan n-gain adalah SD Hj. Isriati Baiturrahman 1 Semarang 46 % berkriteria sedang, 54% berkriteria rendah sedangkan SD IT Permata Bunda Demak 38% kriteria tinggi, 38% kriteria sedang dan 25% kriteria rendah. Penilaian hasil karakter siswa di peroleh SD IT Permata Bunda Demak nilai karakter siswa yang sering muncul yaitu karakter rasa ingin tahu 85,29% dan SD Hj. Isriati Baiturrahman 1 Semarang nilai karakter yang muncul tanggung jawab 63,38%.

Kata Kunci :kognitif siswa, nilai karakter

The results using the supplement curriculum resources implemented in 2013 based on the character of cognitive learning outcomes of students who performed in SD Hj Isriati Baiturrahman 1in Semarang and SD IT Permata Bunda in Demak seen from the results of students' cognitive learning using n -gain is SD Hj . Isriati Baiturrahman 1 Semarang 46 % berkriteria moderate , 54 % lower while the SD berkriteria IT Permata Bunda high criteria Demak 38 % , 38 % and 25 % criteria were low criteria . Assessment results obtained elementary student character IT Permata Bunda Demak character values students who often appears that the character curiosity 85.29 % and the SD Hj.Isriati Baiturrahman 1 in Semarang value of the characters that appear responsibilities 63.38 % Key words: student cognitive, character value

PENDAHULUAN

Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 menjelaskan pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana dalam proses pembimbingan dan pembelajaran bagi individu agar tumbuh berkembang menjadi manusia yang mandiri, bertanggung jawab, kreatif, berilmu, sehat dan berakhlak . Dari undang-undang tersebut di jelaskan bahwa nantinya dalam implementasi mengajar di sekolah peserta didik mempunyai nilai-nilai karakter selain mendapatkan ilmu dari pelajaran. Nilai karakter harus berakar dari budaya bangsa yang banyak melahirkan nilai atau kearifan. Menurut penelitian hedon dalam jurnal international science teaching for best practices to teach at secondary level, menyatakan bahwa kemampuan kognitif siswa adalah salah satu hal yang memberikan kontribusi terhadap munculnya nilai karakter Nilai karakter yang telah berkembang dan di dapat siswa

(2)

melalui penyimpulan pesan yang di berikan guru dengan apa yang mereka dengar, lihat dan kemudian di wujudkan dalam tindakan yang baik (David,2011). Karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark” atau menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku, sehingga orang yang tidak jujur, kejam, rakus dan perilaku jelek lainnya dikatakan orang berkarakter jelek. Sebaliknya, orang yang perilakunya sesuai dengan kaidah moral disebut dengan berkarakter mulia. (Kemendiknas, 2010). Dengan adanya pendidikan untuk memperbaiki karakter maka di perlukan bahan ajar dalam mengajar yang di dalamnya mengajarkan nilai-nilai karakter dengan demikian selain materi yang di dapat maka nilai karakter dalam mendapatkan dapat di implementasikan dengan baik.

Dalam implementasikan kurikulum 2013 merupakan strategi pengembangan dari capaian pendidikan. Kurikulum 2013 adalah terjadinya peningkatan dan keseimbangan antara kompetensi sikap (attitude), keterampilan (skill) dan pengetahuan (knowledge). Pengembangan Kurikulum 2013 adalah, pertama, tantangan masa depan diantaranya meliputi arus globalisasi, masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi informasi, konvergensi ilmu dan teknologi, dan ekonomi berbasis pengetahuan. Kedua, kompetensi masa depan yang antaranya meliputi kemampuan berkomunikasi, kemampuan berpikir jernih dan kritis, kemampuan mempertimbangkan segi moral suatu permasalahan, kemampuan menjadi warga negara yang efektif, dan kemampuan mencoba untuk mengerti dan toleran terhadap pandangan yang berbeda. Ketiga, fenomena sosial yang mengemuka seperti perkelahian pelajar, narkoba, korupsi, plagiarisme, kecurangan dalam berbagai jenis ujian, dan gejolak sosial (social unrest). Yang keempat adalah persepsi publik yang menilai pendidikan selama ini terlalu menitik beratkan pada aspek kognitif, beban siswa yang terlalu berat , dan kurang bermuatan karakter. (http://kurikulum2013.kemdikbud.go.id). Penentu dan ujung tombak dalam kegiatan pembelajaran yang di lakukan terletak pada guru sebagai faktor utama. Guru yang profesional harus menguasai keahlian dalam kemampuan materi keilmuan dan ketrampilan metodologi. Guru juga harus memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi atas pekerjaannya baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, bangsa dan negara, lembaga dan organisasi profesi (Surya, 2003). Selain itu dalam kurikulum 2013 di buat tematik atau terpadu yaitu memadukan antara mata pelajaran satu dengan yang lainnya. Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. Melalui pengalaman langsung siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Pembelajaan tematik adalah pembelajaran tepadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan. Pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing). Oleh karena itu, guru perlu mengemas atau merancang pengalaman belajar yang akan mempengaruhi kebermaknaan belajar siswa karena hubungan antara belajar, memori dan pengetahuan itu sangat erat dan tak mungkin dipisahkan (Syah, 2006). Pembelajaran tersebut diciptakan melalui suatu jembatan untuk menghubungkan unsur-unsur yang akan dilibatkan dalam kegiatan pembelajaran. Jembatan tersebut dapat berupa tema sentral sebagai focus dari berbagai konsep yang akan

(3)

ditanamkan, target perilaku atau keterampilan tertentu yang dibutuhkan bukan hanya oleh satu disiplin ilmu, ataupun berupa suatu kegiatan yang melibatkan sebagai konsep, metode, keterampilan. Keragaman unsur yang terlibat akan dapat memperkaya pengalaman belajar siswa. Kegiatan belajar menjadi lebih dinamis dan menarik dan dapat meningkatkan motivasi belajar. Bagi guru, memadukan beberapa unsur dalam satu paket kegiatan belajar akan meningkatkan kreativitas mengajar serta dapat lebih menghemat waktu (Rustaman, N.Y dan Ahmad Y., 2004).

METODE

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen desain Pretest-posttest group design dengan membandingkan dua sekolah. Desain ini sebelum pelajaran diberikan pretest

dan selanjutnya diberikan perlakuan diberikan posttest di setiap sekolah (Sugiyono, 2012).

Sampel penelitian ini di pilih di laksanakan di dua sekolah yaitu di SD Hj. Isriati Baiturrahman 1 Semarang dan SD IT Permata Bunda di Demak tahun ajaran 2014/2015. Instrumen dalam penelitian ini di gunakan hasil kognitif siswa, nilai karakter, dan respon siswa. Langkah-langkah dalam analisis data dari pretest dan posttest kognitif siswa dengan menentukan skor nilai pretest-posttest, setelah itu di uji peningkatan menggunakan rumus gain yang dinormalisasikan yang di kembangkan oleh (hake, 1999) sebagai berikut:

pre pre post S S S g − − = % 100 Keterangan post

S = Skor post test (skor angket yang diberikan sebelum pembelajaran) pre

S = Skor pre test (skor angket yang diberikan setelah pembelajaran) Besarnya faktor g dikategorikan sebagai berikut

Tinggi : g > 0,71 atau dinyatakan dalam persen g > 71

Sedang : 0,31 < g < 0,7 atau dinyatakan dalam persen 31 < g < 70 Rendah : g < 0,3 atau dinyatakan dalam persen g < 30

Untuk pengambilan data nilai karakter menggunakan deskripsi persentase. Untuk mengetahui peningkatan dari masing-masing sekolah di lihat dari gain ternormalisasi. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian yang dilakukan di di SD Hj. Isriati Baiturrahman 1 Semarang dan SD IT Permata Bunda di Demak untuk hasil belajar kognitif siswa melalui n-gain dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Hasil Gain Ternormalisasi Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar

Gain SD Hj. Isriati Baiturrahman 1 Semarang SD IT PERMATA BUNDA Interval kriteria f % f % 0,7 < g Tinggi 0 0 12 38 0,3 < g < 0,7 Sedang 12 46 12 38 g < 0,3 Rendah 14 54 8 25

(4)

Jumlah 26 100 32 100

Dari hasil belajar kognitif siswa yang di dapat menggunakan n-gain adalah SD Hj. Isriati Baiturrahman 1 Semarang 46 % berkriteria sedang, 54% berkriteria rendah sedangkan SD IT

Permata Bunda Demak38% kriteria tinggi, 38% kriteria sedang dan 25% kriteria rendah.

Untuk hasil penilaian hasil karakter siswa menggunakan lembar observasi yang dilihat dari lima aspek karakter yang di ambil yaitu tanggung jawab, jujur, rasa ingin tahu, disiplin, menghargai. Setiap aspek yang diamati diberi skor oleh pengamat, skor yang diberikan setiap aspek dibagi dalam empat kategori yaitu 1= kurang, 2= cukup, 3= baik, 4= baik sekali. Terdapat 5 aspek dimana masing-masing aspek mempunyai bobot yang sama yaitu 4, berarti skor maksimum untuk pendidikan karakter adalah 20, dan skor minimum adalah 5. Hasil observasi yang dilakukan di SD Hj. Isriati Baiturrahman 1 Semarang dan SD IT Permata Bunda di Demak dapat di lihat sebagai berikut:

Gambar 1 Observasi Karakter SD IT Permata Bunda kabupaten demak

Gambar 1 Observasi Karakter SD Hj. Isriati Baiturrahman 1 Semarang

Dari hasil yang di dapat dalam penelitian ini menggunakan penerapan suplemen bahan ajar (IPA terintegrasi Bahasa Indonesia) kurikulum 2013 berbasis karakter yang dilakukan di SD Hj. Isriati Baiturrahman 1 Semarang dan SD IT Permata Bunda di Demak

5.8 38.2 0 0 0 67.47 61.76 14.7 29.41 70.58 26.47 0 85.29 70.58 20.58 0 20 40 60 80 100 Tanggung jawab

Jujur Rasa Ingin tahu Disiplin Menghargai Skor 1 Skor 2 Skor 3 Skor 4 3.84 26.92 19.23 26.92 19.23 30.76 46.13 37.69 34.61 37.69 63.38 23.07 23.07 38.46 23.07 0 10 20 30 40 50 60 70 Tanggung jawab

Jujur Rasa Ingin tahu Disiplin Menghargai Skor 1 Skor 2 Skor 3 Skor 4

(5)

dilihat dari hasil belajar kognitif siswa menggunakan n-gain adalah SD Hj. Isriati Baiturrahman 1 Semarang 46 % berkriteria sedang, 54% berkriteria rendah sedangkan SD IT

Permata Bunda Demak 38% kriteria tinggi, 38% kriteria sedang dan 25% kriteria rendah. Hal

tersebut dapat di simpulkan bahwa SD IT Permata Bunda Demak lebih baik dari SD Hj. Isriati

Baiturrahman 1 Semarang, namun kedua sekolah dasar tersebut mengalami peningkatan yang di lakukan dengan pretest dan posttest. Dari data tersebut semua hasil kognitif siswa mengalami peningkatan, hal tersebut tidak lepas dari kreativitas guru dalam mengelola pembelajaran. Hasil belajar dari suatu proses pembelajaran adalah memperoleh ilmu atau kepandaian dan perubahan tingkah laku dari siswa. Hasil belajar akan baik dan optimal apabila didukung oleh proses pembelajaran yang baik pula, salah satunya dengan suplemen bahan ajar kurikulum 2013 di sekolah dasar. Menurut Slameto (2010) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Pengintegrasian antara IPA dengan bahasa Indonesia berdampak pada tahap usia sekolah dasar anak memandang sesuatu yang dipelajari sebagai suatu keutuhan, mereka belum mampu memilah-milah konsep dari berbagai disiplin ilmu, hal ini melukiskan cara berpikir anak yang deduktif yakni dari hal umum ke bagian demi bagian. Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. Melalui pengalaman langsung siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Pembelajaan tematik adalah pembelajaran tepadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan. Pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing). Oleh karena itu, guru perlu mengemas atau merancang pengalaman belajar yang akan mempengaruhi kebermaknaan belajar siswa karena hubungan antara belajar, memori dan pengetahuan itu sangat erat dan tak mungkin dipisahkan (Syah, 2006). Unsur pembelajaran yang dipadukan dapat berupa konsep dengan proses, konsep dari satu mata pelajaran dengan konsep mata pelajaran lain. Pemaduan dilakukan dengan menekankan pada prinsip keterkaitan antar satu unsur dengan unsur lain, sehingga diharapkan terjadi peningkatan pemahaman yang lebih bermakna dan peningkatan wawasan karena satu pembelajaran melibatkan lebih dari satu cara pandang (Rustaman, N.Y dkk., 2004). Dalam suplemen bahan ajar tersebut dapat menumbuhkan nilai karakter.

Penilaian hasil karakter siswa menggunakan lembar observasi yang dilihat dari lima aspek karakter yang di ambil yaitu tanggung jawab, jujur, rasa ingin tahu, disiplin, menghargai. Dari hasil penelitian di dapat SD IT Permata Bunda Demak nilai karakter

(6)

siswa yang sering muncul yaitu karakter rasa ingin tahu 85,29%. Rasa ingin tahu tersebut terlihat pada saat aktivitas peserta didik memperhatikan materi yang di sampaikan guru, peserta didik memperhatikan materi dengan mencatat, peserta didik bertanya ketika materi kurang jelas, peserta didik aktif mencari referensi saat berdiskusi. Hal tersebut juga terlihat dari peningkatan nilai kognitif siswa hasil peningkatan gain ternormalisasi di dapat 38% dengan kriteria tinggi. Rasa ingin tahu merupakan sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar. Sedangkan untuk SD Hj. Isriati Baiturrahman 1 Semarang nilai karakter yang muncul tanggung jawab 63,38%. Nilai karakter tanggung jawab terlihat pada saat siswa aktif dalam mengerjakan tugas, aktif menyelesaikan tugas, aktif dalam diskusi kelas. Nilai karakter tanggung jawab merupakan sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara dan Tuhan YME. Untuk mengembangkan nilai karakter, hal tersebut dalam mengimplementasikan pembelajaran, guru tidak hanya menyampaikan secara teori, namun juga dapat mentransferkan nilai-nilai apa yang diambil dari kegiatan pembelajaran melalui pendidikan karakter. Pembentukan karakter muncul ketika guru mengkaitkan materi pembelajaran dengan lingkungan kehidupan sehari-hari siswa, dengan demikian keterlibatan aktif dalam mereka belajar akan memunculkan nilai-nilai yang di tanamkan melalui pengalaman hidup dan rasa empati terhadap lingkungan. (Preswich,2001).

KESIMPULAN

Penerapan bahan ajar suplemen kurikulum 2013 tersebut telah dapat dilaksanakan dalam kegiatan penelitian ini. Dari hasil pengambilan data meliputi hasil belajar kognitif siswa yang dilakukan di SD Hj. Isriati Baiturrahman 1 Semarang dan SD IT Permata Bunda di Demak dilihat dari hasil belajar kognitif siswa menggunakan n-gain adalah SD Hj. Isriati Baiturrahman 1 Semarang 46 % berkriteria sedang, 54% berkriteria rendah sedangkan SD IT Permata Bunda Demak 38% kriteria tinggi, 38% kriteria sedang dan 25% kriteria rendah. Penilaian hasil karakter siswa di peroleh SD IT Permata Bunda Demak nilai karakter siswa yang sering muncul yaitu karakter rasa ingin tahu 85,29% dan SD Hj. Isriati Baiturrahman 1 Semarang nilai karakter yang muncul tanggung jawab 63,38%.

DAFTAR PUSTAKA

David, M. 2011. Journal Exploring MEdia & MEaning in Middle School character. United States, 29(4): 14-16

Hake, R.R. 1999. Analyzing Change / Gain Scores.online.

http://R.R,Hakewordpess.com/1999/10/23/ Analyzing Change/Gain Scores Di unduh:5 September 2010

http://kurikulum2013.kemdikbud.go.id/main/pengantar

Kemendiknas. 2010. Desain Induk Pendidikan Karakter. Jakarta

Prestwich, D.L.2001. Character Education in America’s Schools. The School Community Journal.

Rustaman, N.Y, Ahmad Y. 2004. Strategi Belajar Mengajar Biologi.Bandung: JurusanPendidikan Biologi FPMIPA UPI

(7)

Slameto.2010. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Syah Muhibbin. 2006. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada Surya, Muhammad. 2003. Percikan Perjuangan Guru. Semarang: Aneka Ilmu

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Fokus Media

Gambar

Gambar 1 Observasi Karakter SD IT Permata Bunda kabupaten demak

Referensi

Dokumen terkait

Dalam rangka upaya deteksi dini kondisi hipertensi pada wanita hamil, maka disarankan agar ibu secara rutin memeriksakan kondisi tekanan darahnya secara teratur mulai sejak

Pengambilan sampel telah dilakukan di muara sungai way tulang bawang yang berada di kecamatan Dente Teladas Kabupaten Tulang Bawang, masing-masing sampel air diambil

Duffin dan Simpson dalam bukunya Kesumawati (2008: 230) menyatakan bahwa pemahaman konsep sebagai kemampuan siswa untuk: (1) menjelaskan konsep, dapat diartikan siswa mampu

2) Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X Teknik Audio Video Pada Mata Pelajaran Teknik Elektronika Dasar Di SMK Negeri 3

(3) Gaji dan penghasilan lain para anggota Direksi ditetapkan oleh Menteri dengan mengingat ketentuan yang ditetapkan dengan atau berdasarkan Undang- undang. Anggota

Pada proses transpor elektron terdapat kemungkinan untuk terjadinya reaksi redoks oksigen yang tidak sempurna sehingga menghasilkan molekul superoksida yang kemudian

Pengecualian dari instrumen ekuitas AFS, jika, pada periode berikutnya, jumlah penurunan nilai berkurang dan pengurangan dapat dikaitkan secara obyektif dengan

Siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar diberi program remedial melalui pembelajaran tutor sebaya (sebagai tutee) dan siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar diberi