• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kecemasan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kecemasan"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kecemasan 1. Pengertian Kecemasan

Menurut Nevid, Rathus dan Greene (2005) kecemasan merupakan keadaan emosional dengan ciri keterangsangan secara fisiologis, betuk perasaan yang tidak menyenangkan dan perasaan khawatir sesuatu yang buruk akan segera terjadi. Blackburn dan Davidson (1994) kecemasan merupakan gejala fisik dan psikologi yang tidak menyenangkan yaitu berupa perasaan takut yang tidak jelas dan subjektif, biasanya dapat ditandai dengan adanya perubahan suasana hati, motivasi, pikiran, dan gejala biologis.

Kecemasan (anxiety) adalah keadaan suasana perasaan (mood) yang ditandai oleh gejala-gejala jasmaniah seperti ketegangan fisik dan kekhawatiran tentang masa depan (Mark & David, 2006). Muchlas (1976) mendefinisikan istilah kecemasan sebagai suatu pengalaman subjektif mengenai ketegangan mental kesukaran dan tekanan yang menyertai konflik atau ancaman.

Kecemasan adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi. Individu yang merasa cemas akanmerasa tidak nyaman atau takut, namun tidak mengetahui alasan kondisi tersebut terjadi. Kecemasan tidak memiliki stimulus yang jelas yang dapat diidentifikasi (Videbeck, 2012).

(2)

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kecemasan merupakan suatu perasaan khawatir akan datangnya bahaya dimasa yang akan datang.

2. Aspek-aspek Kecemasan

Aspek-aspek kecemasan menurut Nevid dkk. (2005) terbagi menjadi tiga aspek, yaitu:

a. Aspek Fisik

Gangguan yang terjadi pada fisik indvidu yang mengalami kecemasan meliputi produksi keringat yang lebih banyak, gemetar, perasaan mual, panas dingin, jantung berdetak kencang, sesak nafas, gelisah, perasaan lemas, diare, dan buang air kecil lebih sering dari biasanya.

b. Aspek Perilaku

Perilaku individu yang mengalami kecemasan akan menjadi berbeda dari biasanya, meliputi perilaku menghindar, ketergantungan terhadap orang lain, dan individu cenderung menghindari atau meninggalkan situasi yang dapat memicu timbulnya kecemasan.

c. Aspek Kognitif

Individu yang mengalami kecemasan akan merasakan kekhawatiran yang berlebih terhadap sesuatu yang akan terjadi. Individu akan merasa terancam oleh seseorang atau peristiwa yang akan terjadi, dan merasakan kebingungan serta kekhawatiran akan ditinggal seorang diri.

(3)

Aspek-aspek kecemasan menurut Blackburn dan Davidson (1994) terdiri dari beberapa aspek yaitu:

a. Aspek Suasana Hati

Aspek Suasana hati merupakan perasaan mudah marah dan perasaan tegang pada diri seseorang.

b. Aspek Pikiran

Aspek pikiran yaitu perasaan khawatir dengan sesuatu yang tidak jelas, sulit untuk berkonsentrsi, menganggap besar suatu masalah, merasa bahwa dirinya sebagai individu yang sangat sensitif, merasa tidak berdaya dan pikiran yang kosong.

c. Aspek Motivasi

Aspek motivasi merupakan perasaan ingin melarikan diri dari suatu masalah, minghindari suatu keadaan yang dapat menimbulkan perasaan cemas dan takut, serta rasa ketergantungan yang tinggi.

d. Aspek Perilaku

Aspek perilaku merupakan perasaan gelisah, gugup, dan waspada yang berlebihan terhadap sesuatu.

e. Aspek Gejala Biologis

Aspek gejala biologis merupakan perubahan yang terjadi secara biologis terhadap seseorang seperti tubuh akan memproduksi keringat lebih banyak dari biasanya, gemetar, mual, jantung berdebar lebih kencang, merasa pusing, dan mulut akan terasa kering.

(4)

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kecemasan menurut Nevid dkk (2005) memiliki tiga aspek yaitu aspek fisik, aspek perilaku, dan aspek kognitif.

3. Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan

Nevid, dkk. (2005) mengatakan bahwa kecemasan dapat dipengaruhi oleh empat faktor, antara lain:

a. Faktor Sosial Lingkungan

Faktor ini mencakup peristiwa-peristiwa traumatis atau mengancam, kurangnya dukungan sosial dan respon berupa rasa takut pada orang lain. b. Faktor Biologis

Faktor ini mencakup faktor-faktor predisposisi genetis, fungsi neurotransmitter dan abnormalitas dalam keberfungsian otak yang memberi sinyal bahaya dan menghambat tingkah laku repetitif.

c. Faktor Behavioral

Faktor ini mencakup penggunaan stimuli yang aversif dan stimuli yang sebelumnya netral, kelegaan terhadap perasaan takut dan cemas karena melakukan sejumlah ritual yang dapat menurunkan kecemasan, dan menghindari situasi yang menimbulkan kecemasan atau situasi dan objek yang menimbulkan rasa takut.

d. Faktor Kognitif dan Emosional

Faktor ini meliputi konflik psikologis yang tidak terselesaikan, keyakinan-keyakinan yang irasional, sensitivitas berlebih terhadap ancaman, dan self-efficacy yang rendah.

(5)

Salah satu faktor yang mempengaruhi kecemasan menurut Ghufron dan Rini (2010) yaitu tingkat religiusitas. Hal ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Archentari dan Siswanti (2014) bahwa religiusitas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kecemasan, seseorang dengan tingkat religiusitas yang rendah maka akan mudah mengalami kecemasan. Penelitian yang telah dilakukan oleh Archentari dan Siswati (2014) membuktikan bahwa religiusitas memberikan pengaruh sebesar 13,1 % untuk menurunkan kecemasan sedangkan 86,9% dipengaruhi oleh faktor lain.

(6)

B. Religious Involvement 1. Pengertian Religious Involvement

Menurut Scott, dkk (2006) religious involvement merupakan keterlibatan individu dalam kegiatan agama baik secara kelompok ataupun secara individu. Aranda (2008) religious involvement merupakan keikutsertaan secara formal, umum, dan dilakukan secara bersama-sama atau keterlibatannya berhubungan dengan penyembahan secara informal, privat, dan dilakukan secara pribadi seperti berdo’a sendiri.

Roth, Mwase, Holt, Clark, Lukwago, & Kreuter (2012) mendefinisikan religious involvement dengan kehadiran ibadah keagamaan, identifikasi dengan komunitas agama, membaca kitab suci seperti Taurat, Al-Qur’an, dan komiten terhadap keyakinan dan perilaku. Mueller, dkk (2001) mendefinisikan religious involvement sebagai suatu derajat partisipasi atau keloyalitasan seseorang terhadap nilai kepercayaan dan ritual organisasi keagamaan.

Berdasarkan dari beberapa teori diatas maka dapat disimpulkan bahwa religious involvement merupakan sebuah bentuk keikutsertaan atau partisipasi individu dalam kegiatan keagamaan serta bentuk dari kepercayaan seseorang individu terhadap Tuhan.

(7)

2. AspekReligious Involvement

Religious involvement menurut Scott dkk (2006) terdiri dari tiga dimensi, antara lain:

a. Religious service attendance, yaitu keterlibatan individu atau kelompok dalam kehadiran kegiatan keagamaan yang bersifat organisasi.

b. Religious practices,yaitu keikutsertaan individu dalam keagamaan secara individu atau kelompok, seperti berdo’a, mengikuti kajian keagamaan. c. Religious belief, yaitu internalisasi nilai-nilai keagamaan ke dalam diri

individu serta keyakinan individu terhadap Tuhan yang akan selalu membntu hamba-Nya dan menjadi coping keagamaan yaitu sejauh mana seorang individu meyakini dan mengembalikan segala sesuatu pada agama atau Tuhan atau biasa dikenal dengan konsep iman.

Menurut George, Ellison, dan Larson (2002) dimensi dari religious involvemenet yaitu:

a. Partisipan publik yaitu kehadiran pada ritual publik keagamaan dan kegiatan terkait seperti pengajian/belajar agama secara kelompok.

b. Afiliasi agama yaitu mengikuti kelompok agama secara umum dan atau kelompok agama khusus.

c. Praktik keagamaan pribadi yaitu meditasi, membaca buku keagamaan sendiri.

d. Coping keagamaan yaitu sejauh mana seorang individu mengembalikan kepada agama ketika menghadapi suatu masalah.

(8)

C. Hubungan antara Religious Involvement dan Kecemasan

Religious involvement merupakan keterlibatan individu dalam kegiatan keagamaan baik secara individu atau kelompok. Seseorang yang memiliki tingkat religious involvement yang baik maka akan menjadi pribadi yang baik pula, karena selalu merasa diawasi oleh Tuhan sehingga tidak akan melakukan sesuatu yang dapat menjauhkan dirinya dari Tuhan. Menurut Scott, dkk (2006) religious involvement memiliki tiga aspek yang pertama religious service attendence, religious practice, dan religious beliefs. Dari beberapa aspek tersebut saling berkaitan satu sama lain.

Aspek religious involvement menurut Scott, dkk (2006) dapat mempengaruhi tinggi dan rendahnya kecemasan seseorang. Aspek yang pertamma yaitu religious service attendance merupakan suatu keterlibatan seseorang dalam kegiatan keagamaan baik itu individu maupun kelompok atau organisasi. Seseorang dapat menjalin hubungan dengan baik dengan Tuhan dan sesama mausia ketika ia berada dalam suatu kegiatan keagamaan dan aktif dan aktif dalam dalam kegiatan tersebut. Mengikuti kegiatan keagamaan juga dapat meningkatkan religiusitas sehingga dirinya merasa ada Tuhan yang selalu menyertai hidupnya dan dapat meminimalisir munculnya kecemasan.

Prapto, Nashori, dan Rumiani, (2015) Al-Quran dapat menyembuhkan penyakit hati (jasmani ataupun rohani) bahkan dalam kecemasan dan faktor kejiwaannya. Tadabbur Al-Quran sebagai salah satu cara untuk dapat mensyukuri yang telah di berikan Allah SWT, apabila di kaitkan dengan kecemasan yang dimiliki oleh ibu hamilsehingga, kemampuan diri untuk dapat menghadapi suatu

(9)

ancaman akan lebih mudah. Kecemasan pun dapat berkurang intensitasnya (Faridah, 2015) bahwa, dengan rutinitas membaca Al-Quran dapat memiliki efek perubahan arus listrik yang berada di otot perubahan mengenai irama denyut jantung, sehingga mendapatkan timbulnya respon fositif dari otak untuk merasa nyaman tanpa ancaman (rileks)

Aspek kedua yaitu religious spractice merupakan bentuk keagamaan yang dilakukan oleh seseorang seperti sholat, dzikir, do’a, dan kegiatan yang lainnya yang dapat mendekatkan diri dengan Allah SWT. Seperti firman Allah yang artinya :“Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram” [QS Ar-Ra’d: 28]. Firman tersebut menjelaskan bahwa dengan mengingat Allah maka akan membuat hati menjadi tenang dan dapat menghilangkan penyakit yang ada di dalam hati salah satunya yaitu kecemasan. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Perwitaningrum, dkk (2016) yang menunjukkan bahwa dzikir dapat mempengaruhi kecemasan pada seseorang, dengan diberikan terapi dzikir mengalami penurunan kecemasan.Penelitian yang menunjukan bahwa zikir ataupun doa dapat meberi pengaruh positif dalam diri manusia (Anggraieni, 2014) menjelaskan bahwa terdapatnya penurunan tingkat kecemasan dengan mensugesti diri, mengurangi keluhan psikis yang muncul, agar individu merasa dalam fase rileks dan lebih menimbulkan sisi keagamaan bahkan ketaatan pada diri terhadap Allah SWT.

Aspek ketiga religious beliefs betuk dari keyakinan seseorang kepada Tuhan. Jika seseorang merasa yakin dan percaya bahwa selalu ada Allah yang selalu melindungi maka akan meminimalisir terjadinya kecemasan. Keyakinan yang ada

(10)

pada seseorang bahwa ada Allah yang akan menolongnya maka Allah akan menjauhkan berbagai penyakit termasuk penyakit hati. Allah berfirman , yang artinya : “(Tidak demikian) bahkan barangsiapa yang menyerahkan wajahnya kepada Allah, sedang ia muhsin, maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada rasa takut menimpa mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” [ QSAl-Baqarah: 112]. Ayat tersebut menjelaskan bahwa ketika seseorang menyerahkan seluruh dirinya kepada Allah maka akan dijauhkan dari perasaan sedih dan takut. Hal ini berarti ketika sseorang memiliki keyakinan yang kuat terhadap Allah SWT maka dirinya akan terhindar dari perasaan cemas.

Berdasarkan uraian diatas peneliti memiliki asumsi bahwa religious involvement dapat mempengaruhi tingkat kecemasan pada seseorang jika dilihat dari aspek-aspek yang sudah ada. Tuhan akan menjauhkan perasaan takut dan sedih ketika sesorang memiliki keterlibatan dalam agama. Allah akan melindungi seseorang dari perasaan cemas jika seseorang tersebut memiliki keyakinan yang kuat dengan adanya Allah sebagai penolongnya.

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah adanya hubungan negatif antara religious involvement dengan kecemasan pada ibu hamil primigravida trimester tiga. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkatreligious involvement maka akan semakin rendah kecemasan yang dialami pada ibu hamil. Sebaliknya, semakin rendah tingkat religious involvement maka akan semakin tinggi kecemasan yang dialami oleh ibu hamil.

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Aktivitas Fisik Sehari-hari Dengan

49 Pasal 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.. 38 konsumen dalam mngkonsumsi barang dan/atau jasa. Untuk menjamin bahwa

Pada tahun 2016 sendiri terjadi beberapa peristiwa penting yang juga berimbas pada pasar modal, antara lain: pencabutan sanksi ekonomi Iran yang artinya setealah

Setelah mengikuti sesi ini peserta didik memahami dan mengerti tentang anatomi dan fisiologi apendik, memahami patogenesa abses apendik, memahami dan mengerti diagnosa, pengelolaan

Pada perencanaan dermaga Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Menganti ini, perencanaan jetty ini meliputi tipe jetty dan bahan yang akan digunakan, serta dimensi jetty.

Berdasarkan kajian dan analisis terhadap National Risk Assessment tahun 2015, Risk- Based Approach (RBA) yang dikeluarkan FATF, peraturan perundangan yang berlaku yang terkait dengan

variabel yang bermakna mempengaruhi umur menarche dengan α = 0,05, yaitu status gizi, berat badan lahir, umur ibu saat melahirkan, dan pendidikan ayah, sedangkan

Selain itu, penulis menggunakan metode analisa kritis yang bertumpu pada pisau analisa Cultural Studies yang berusaha untuk menerjemahkan sebuah fenomena