• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kemampuan Berpikir Logis Mahasiswa Melalui Penerapan Modul Model PBL Berbasis Mind Mapping

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kemampuan Berpikir Logis Mahasiswa Melalui Penerapan Modul Model PBL Berbasis Mind Mapping"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Kemampuan Berpikir Logis Mahasiswa Melalui Penerapan Modul Model PBL

Berbasis

Mind Mapping

Arif Hidayad1,a,*, Andy Eddy1,b 1STKIP Taman Siswa Bima

aarif.hidayad88@gmail.com,bandyeddy2012@gmail.com *Corresponding Author

Artikel Info Abstrak Tanggal Publikasi 2019-09-23 Kata Kunci Kemampuan Berpikir Logis Modul Model PBL Mind Mapping

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir logis mahasiswa selama dan setelah penerapan modul model PBL berbasis Mind Mapping dalam pembelajaran matakuliah metodologi penelitian. Penelitian dilaksanakan di STKIP Taman Siswa Bima dengan subjek penelitian sebanyak 9 mahasiswa yang berasal dari prodi pendidikan matematika semester VI. Metode penelitian menggunakan metode kuantitatif deskriptif. Data penelitian diperoleh melalui kegiatan observasi dan tes. Observasi dilakukan untuk memperoleh data tentang keefektifan proses pembelajaran, sedangkan tes dilakukan untuk memperoleh data tentang hasil pembelajaran kemampuan berpikir logis mahasiswa pada tujuh indikator. Data dianalisis dengan menggunakan statistika deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan modul model PBL berbasis Mind Mapping terlaksana dengan efektif pada porsentase 87,89%. Kemampuan berpikir logis mahasiswa termasuk dalam kategori “sedang” dengan porsentase rata-rata sebesar 55,56% pada ketujuh indikator yang diukur.

1. PENDAHULUAN

Berpikir logis merupakan salah satu kemampuan terpenting yang harus dimiliki oleh tiap mahasiswa, terutama ketika mahasiswa mengikuti perkuliahan metodologi penelitian. Metodologi Penelitian merupakan salah satu matakuliah yang bertujuan untuk menjadikan mahasiswa mampu memandang sesuatu fakta dan permasalahan di sekitarnya secara objektif, mencarikan solusi dari permasalahan tersebut serta mampu mengaitkan hal-hal lain yang berhubungan dalam penarikan sebuah kesimpulan. Apabila mahasiswa telah mampu berpikir logis sesuai dengan tujuan matakuliah metodologi penelitian, maka diharapkan mereka tidak mengalami kesulitan pada saat penyelesaian skripsi (tugas akhir) maupun pada saat mengikuti matakuliah seminar proposal.

Menanggapi kenyataan di atas, penulis berpikir bahwa permasalahan tersebut muncul karena kurangnya kemampuan mahasiswa dalam memahami masalah ataupun potensi yang ada di sekitarnya untuk dijadikan bahan kajian ataupun penelitian. Disamping itu, mahasiswa umumnya belum memiliki konsep pemikiran yang ilmiah, logis dan sistematis terkait permasalahan yang diajukan dalam judul penelitiannya. Oleh karena itu, penulis menganggap bahwa untuk mengatasi permasalahan tersebut perlu dikembangkan bahan ajar model Problem Based Learning (PBL) berbasis mind mapping pada matakuliah metodologi penelitian berupa modul agar kemampuan berpikir logis mahasiswa dapat dibiasakan.

PBL merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai konteks bagi peserta didik untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi kuliah atau materi pelajaran. Mind mapping (peta pikiran) merupakan teknik pemanfaatan keseluruhan otak dengan menggunakan citra visual dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk

(2)

suatu kesan yang lebih dalam (Femi, 2010). Dengan kata lain ini merupakan teknik grafis yang mendorong pemikiran kedua sisi otak, secara visual memperagakan berbagai macam hubungan antara gagasan dan meningkatkan kemampuan untuk memandang masalah dari berbagai sisi. Oleh karena itu, Mind mapping cukup sejalan dengan model PBL dalam membiasakan berpikir logis bagi mahasiswa.

Berpikir logis memuat kegiatan penalaran logis dan kegiatan matematika lainnya seperti: pemahaman koneksi, komunikasi, dan penyelesaian masalah secara logis (Sumarmo, 2012). Sedangkan menurut Inhelder & Piaget, kemampuan berpikir logis meliputi lima jenis penalaran, yaitu proporsional, pengontrolan variabel, probabilitas, korelasional, dan kombinatorial (Wiji, dkk, 2014). Pendapat yang dikemukakan tersebut jika dicermati memiliki keterkaitan erat dengan tujuan dan cakupan materi dalam matakuliah metodologi penelitian.

ModelProblem Based Learning (PBL) merupakan model pembelajaran yang sengaja didesain untuk melatih peserta didik agar dapat menyelesaikan masalah yang ada disekitarnya. Model pembelajaran berdasarkan masalah (PBL) merupakan suatu model pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang membutuhkan penyelidikan autentik yaitu penyelesaian nyata dari permasalahan yang nyata (Trianto, 2010). Selain itu bahwa model PBL merupakan model pembelajaran yang dapat membantu peserta didik untuk aktif dan mandiri dalam mengembangkan kemampuan berpikir dalam memecahkan masalah melalui pencarian data sehingga diperoleh solusi yang rasional dan autentik (Riyanto, 2009). Dapat didefinisikan bahwa PBL merupakan model pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar secara mandiri tentang bagaimana memahami permasalahan dan situasi nyata di sekitarnya dan berpikir untuk menemukan solusinya secara autentikberdasarkan analisis data riil di lapangan.

Mind Map adalah cara mencatat kreatif, efektif dan secara harfiah akan memetakan pikiran-pikiran kita. Lebih lanjut, “mind mapping adalah salah satu cara mengintegrasikan banyak keterampilan belajar otak dan prinsip-prinsip (Pollit & David, 2003). Fungsi mind map adalah mengaktifkan seluruh otak, membereskan akal dari kekusutan mental, memungkinkan fokus pada pokok bahasan, menunjukkan hubungan antara bagian-bagian yang terpisah, memberikan gambaran yang jelas dan rinci, memungkinkan untuk mengumpulkan konsep dan membandingkannya, dan mensyaratkan kita pada pokok bahasan yang membantu mengalihkan informasi dari ingatan jangka pendek ke ingatan jangka panjang (Buzan, 2005). Dengan merancang mind map kita telah memanfaatkan dua belahan otak yaitu otak kanan dan otak kiri. Otak kiri terampil untuk memikirkan logika, angka, analisis, dan urutan. sedangkan otak kanan terampil dalam hal irama, keadaran ruang, imajinasi, warna dan dimensi. Dapat disimpulkan bahwa mind mapping merupakan suatu cara memperkerjakan otak manusia secara alami dalam memahami berbagai informasi serta kreatif dalam mengaitkan suatu konsep yang berkaitan secara jelas, singkat, fokus, tergambar dan dikemas dalam bentuk diagram yang mudah dipahami. Kemampuan tersebut merupakan bagian dari aktifitas berpikir logis oleh setiap manusia.

Berpikir logis merupakan cara berpikir yang runtut, masuk akal, dan berdasarkan fakta-fakta objektif tertentu (Fios, 2013). Kesesuian antara fakta objektif yang diperoleh dari kajian literature dengan topik yang dipelajari menunjukkan adanya jalan pemikiran yang logis (Septiati, 2016). Berpikir logis bagi mahasiswa adalah kemampuan mahasiswa dalam memahami, mempertimbangkan, menganalisa, meneliti, menerangkan dan memikirkan sesuatu dengan jalan tertentu atau langkah-langkah yang terurut, masuk akal, dan berdasarkan data-data riil di lapangan.

Kemampuan berpikir logis meliputi kemampuan: 1) menarik kesimpulan, analogi, generalisasi dan menyusun konjektur, 2) menarik kesimpulan logis berdasarkan aturan inferensi, memeriksa validitas argumen, dan menyusun argumen yang valid, dan 3) menyusun pembuktian langsung, tak langsung dan dengan induksi matematik (Kusumaningrum, 2012). Saragih mengungkapkan bahwa

(3)

berpikir logis berbeda dengan menghafal. Menghafal hanya mengacu pada pencapaian kemampuan ingatan belaka, sedangkan berpikir logis lebih mengacu pada pemahaman pengertian (dapat mengerti), kemampuan aplikasi, kemampuan analisis, kemampuan sintesis, bahkan kemampuan evaluasi untuk membentuk kecakapan.

Indikator berpikir logis dalam penelitian ini merujuk pada teori Hartono: 1) Mengumpulkan fakta; a) Menulis fakta yang diketahui dari permasalahan secara lengkap dan terurut, b) Menganalisis keadaan dengan merangkai kata-kata sendiri, 2) Membangun dan menetapkan asumsi; a) Memiliki dua cara dalam menyelesaikan masalah, b) Menuliskan langkah-langkah penyelesaian masalah secara lengkap tetap terkadang hanya menuliskan sebagian atau tidak menuliskannya, 3) Menilai atau menguji asumsi; a) Membuat argumen dengan beberapa asumsi tertentu, b) Tidak menyelesaikan permasalahan sesuai dengan yang direncanakan, 4) Menetapkan generalisasi; mampu membuat satu pernyataan sebagai kesimpulan dari uraian pengujian asumsi, 5) Membangun argumentasi yang mendukung; mempunyai asumsi atau cara lain untuk memperoleh hasil yang sama, 6) memeriksa atau menguji kebenaran argumen; mengeksekusi cara lain untuk memperoleh hasil yang sama, dan 7) Menetapkan kesimpulan; a) menarik kesimpulan berdasarkan pekerjaan tertulisnya, b) terkadang mempunyai argumen yang mendukung jawabannya dalam menarik kesimpulan, dan c) meyakini kebenaran hasil pekerjaannya karena mempunyai jawaban yang sama dengan cara yang berbeda.

Tabel 1.Indikator Berpikir Logis

No Indikator Penalaran Logis Deskriptor Indikator 1

Mengumpulkan fakta 1. Menulis fakta yang diketahui dari permasalahan secara lengkap dan terurut

2. Menganalisis keadaan dengan merangkai kata-kata sendiri

2

Membangun dan menetapkan asumsi

1. Memiliki dua cara dalam menyelesaikan masalah 2. Menuliskan langkah-langkah penyelesaian masalah

secara lengkap tetap terkadang hanya menuliskan sebagian atau tidak menuliskannya

3

Menilai atau menguji asumsi 1. Membuat argumen dengan beberapa asumsi tertentu 2. Tidak menyelesaikan permasalahan sesuai dengan

yang direncanakan 4

Menetapkan generalisasi Mampu membuat satu pernyataan sebagai kesimpulan dari uraian pengujian asumsi

5

Membangun argumentasi yang mendukung

Mempunyai asumsi atau cara lain untuk memperoleh hasil yang sama

6

Memeriksa atau menguji kebenaran argumen

Mengeksekusi cara lain untuk memperoleh hasil yang sama

7

Menetapkan kesimpulan 1. Menarik kesimpulan berdasarkan pekerjaan tertulisnya

2. Terkadang mempunyai argumen yang mendukung jawabannya dalam menarik kesimpulan

3. Meyakini kebenaran hasil pekerjaannya karena mempunyai jawaban yang sama dengan cara yang berbeda

Berdasarkan berbagai penjelasan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir logis mahasiswa pendidikan matematika STKIP Taman Siswa Bima semester VI yang mengikuti matakuliah metodelogi penelitian melalui penerapan modul model PBL berbasis mind mapping.

(4)

2. METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif yang mengadopsi langkah pengembangan metode ADDIE. Dalam penelitian ini, langkah yang digunakan hanya pada tahap

Implementation, dan Evaluation. Tahap analysis, design, dan development telah dilalui pada penelitian

sebelumnya yang telah menghasilkan Desain Modul Model PBL Berbasis Mind Mapping. Penelitian ini merupakan penerapan Desain Modul yang dikembangkan dalam menjelaskan kemampuan berpikir logis mahasiswa dalam mengikutimatakuliah metodologi penelitian.Implementation merupakan tahap uji coba desain modul yang dikembangkan kepada mahasiswa melalui kegiatan pembelajaran. Sedangkan Evaluationmerupakan tahap dimana mahasiswa yang telah mengikuti perkuliahan metodelogi penelitian melalui penggunaan desain modul model PBL berbasis Mind Mapping diuji kembali dalam rangka untuk memperoleh data tentang kemampuan berpikir logisnya.

Penelitian ini dilakukan selama 4 bulan yaitu mulai April sampai dengan Juli 2019 yang bertempat di STKIP Taman Siswa Bima. Penelitian difokuskan pada prodi pendidikan matematika untuk matakuliah metodologi penelitian yang berada pada semester VI (genap) tahun akademik 2018/2019 yang berjumlah 9 mahasiswa. Data penelitian berupa data tentang keefektifan pembelajaran berupa porsentase keterlaksanaan pembelajaran menggunakan modul model PBL berbasis mind mapping dan data tentang kemampuan berpikir logis mahasiswa setelah mengikuti perkuliahan metodologi penelitian dengan penerapan modul model PBL berbasis mind mapping. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa lembar observasi keefektifan pembelajaran dan lembar tugas individu untuk mengevaluasi kemampuan berpikir logis mahasiswa. Evaluasi dilaksanakan pada pertemuan terakhir atau bertepatan dengan Ujian Akhir Semester (UAS) Semester genap. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis statistik deskriptif dengan menghitung nilai porsentase, rata-rata dan nilai lain yang dibutuhkan.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Secara umum, hasil penelitian ini mencakup 3 hal yaitu keefektifan bahan ajar berupa porsentase keterlaksanaan pembelajaran, kemampuan berpikir logis mahasiswa dan kepraktisan bahan ajar (desain modul yang dikembangkan) yang dirangkum pada 2 tahapan yaitu implementasi dan evaluasi sebagai berikut:

Implementation (Implementasi)

Implementasi bahan ajar yang dikembangkan dilakukan kepada mahasiswa pendidikan matematika semester VI yang mengikuti perkuliahan metodelogi penelitian dalam kelas. Implementasi ini berupa pengamatan kegiatan perkuliahan dalam kelas sebanyak 4 kali pertemuan untuk menilai keefektifan pembelajaran menggunakan modul yang dikembangkan. Indikator keefektifan meliputi: input (IN) yang memuat kesiapan mahasiswa sebelum memulai perkuliahan, proses (PR) yang memuat keaktifan siswa dalam bertanya dan mengemukakan pendapatnya dan output (OU) yang memuat kemampuan mahasiswa dalam mencapai ketuntasan minimum yang ditetapkan (Mulyasa, 2009). Secara rinci keefektifan pembelajaran yang dimaksud dapat dilihat pada tabel 2 berikut.

Tabel 2. Data Keefektifan pembelajaran menggunakan modul model PBL berbasis mind mapping Indikator

Pengamatan

Jumlah mahasiswa yang melakukan pertemuan ke- Rata-rata (%)

I % II % III % IV %

1 IN 7 77,7 8 88,8 8 88,8 9 100 88,82

(5)

3 OU 8 88,8 8 88,8 9 100 8 88,8 91,6

Rata-rata (%) 87,89

Berdasarkan tabel 2 di atas, terlihat bahwa pada indikator input (IN) rata-rata porsentase keefektifan pembelajaran sebesar 88,82%, pada indikator proses (PR) diperoleh rata-rata porsentase sebesar 83,25% dan pada indikator output (OU) diperoleh porsentase rata-rata sebesar 91,6%. Secara umum porsentase keefektifan pembelajaran yang diamati pada 4 kali pertemuan di kelas adalah sebesar 87,89%. Porsentase ini menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan bahan ajar modul model PBL berbasis mind mapping masuk dalam kategori efektif.

Evaluation (Evaluasi)

Hasil evaluasi ini adalahskor kemampuan berpikir logis mahasiswa setelah penggunaan modul model PBL berbasis mind mapping. Evaluasi dilaksanakan pada saat Ujian Akhir Semester (UAS). Skor berpikir logis mahasiswa terdiri dari 7 indikator berpikir logis yang diukur. Secara lengkap, skor yang diperoleh mahasiswa dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini:

Tabel 3. Skor kemampuan berpikir logis per mahasiswa

NO KODE MHS Skor berpikir Logis Indikator ke- Total % Kriteria

1 2 3 4 5 6 7 1 MP1 2 1 1 1 1 0 1 7 58,33 Sedang 2 MP2 2 1 1 1 0 0 1 6 50,00 Sedang 3 MP3 2 1 2 1 1 0 1 8 66,67 Tinggi 4 MP4 2 2 1 1 0 1 1 8 66,67 Tinggi 5 MP5 2 1 1 1 0 0 1 6 50,00 Sedang 6 MP6 2 0 1 1 1 0 1 6 50,00 Sedang 7 MP7 2 1 2 1 1 0 1 8 66,67 Sedang 8 MP8 2 0 1 0 0 0 1 4 33,33 Rendah 9 MP9 2 2 1 1 0 0 1 7 58,33 Sedang

Tabel 3 menunjukkan bahwa hanya terdapat 2 mahasiswa yang memiliki kemampuan berpikir logis yang berkriteria tinggi. Sisanya sebanyak 7 mahasiswa berada pada kemampuan berpikir logis berkategori sedang dan rendah. Terdapat 6 mahasiswa yang memiliki kategori sedang dan 1 mahasiswa yang berkategori rendah dalam berpikir logis. Secara total, porsentase mahasiswa yang telah mampu mencapai kriteria kemampuan berpikir logis yang diharapkan (tinggi) adalah sebesar 22,22%, sedangkan sisanya sebesar 77,78% mahasiswa perlu ditingkatkan lagi dalam hal kemampuan berpikir logisnya dalam pembelajaran matakuliah metodelogi penelitian.

Disisi lain, jika diperhatikan pada tiap indikator berpikir logis, pada umumnya rata-rata mahasiswa memiliki kemampuan berpikir logis yang berada pada kategori sedang. Secara terperinci hasil tersebut dapat di lihat pada gambar 1 berikut ini:

(6)

Gambar 1. Diagram Kemampuan berpikir logis mahasiswa per indikator

Pada gambar 1 diatas terilhat bahwa kemampuan berpikir logis mahasiswa pada setiap indikator memiliki perbedaan. Pada indikator 1 semua mahasiswa melakukan atau porsentase capaian 100% artinya semua mahasiswa telah mampu mengumpulkan faktasesuai dengan permasalahan yang ada di sekitarnya dan menuliskannya dalam bentuk uraian kata-kata mereka sendiri. Selanjutnya disusul oleh indikator 4 dengan porsentase capaian sebesar 88, 89%, artinya sebanyak 8 dari 9 mahasiswa telah mampu menetapkan generalisasi atau membuat satu pernyataan sebagai kesimpulan dari uraian pengujian asumsi. Selanjutnya, terdapat sebesar 61,11% atau terdapat sebanyak 5 dari 9 mahasiswa yang telah mampu menilai atau menguji asumsi yang dibuatnya sendiri, sedangkan pada indikator 2 sebanyak 50% atau terdapat sekitar 4 dari 9 mahasiswa yang telah mampu membangun dan menetapkan asumsi yaitu mampu menghadirkan dua cara dalam penyelesaian masalah serta mampu menuliskan urutan atau langkah penyelsaian masalahnya secara baik.

Lebih lanjut, secara berturut-turut indikator 5, 7 dan 6 masing-masing memiliki nilai porsentase yang paling rendah diantara ketujuh indikator berpikir logis yang dicapai oleh mahasiswa. Porsentase yang paling kecil dicapai oleh mahasiswa adalah pada indikator 6 yaitu sebesar 11,11% atau hanya 1 dari 9 mahasiswa yang mampu memeriksa atau menguji kebenaran argumennya dengan cara mengeksekusi cara lain untuk meperoleh hasil yang sama. Pada indikator 5 dan 7 masing-masing diperoleh porsentase sebesar 44,44% dan 33,33% yang berarti bahwa terdapat sekitar 3 atau 4 mahasiswa saja yang telah mampu membangun argumentasi yang mendukung dalam pemecahan masalah yang diangkatnya. Sedangkan pada indikator kemampuan menetapkan kesimpulan dari apa yang telah disampaikan dan dianalisis hanya terdapat sekitar 2 sampai 3 mahasiswa saja.

Berdasarkan porsentase kemampuan berpikir logis mahasiswa pada ketujuh indikator tersebut, maka porsentase rata-rata kemampuan berpikir logis mahasiswa adalah sebesar 55,56% atau berada pada kategori “sedang”. Jika dikonversi, maka terdapat sekitar 5 dari 9 mahasiswa yang telah memiliki kemampuan berpikir logis yang baik, sedangkan sisanya sebanyak 4 mahasiswa belum memiliki

1 2 3 4 5 6 7 % rata-rata 18 9 11 8 4 1 9 100 50 61,11 88,89 44,44 11,11 33,33 55,55

Indikator Berpikir Logis

Kemampuan Berpikir Logis per Indikator

Total Skor %

(7)

4. KESIMPULAN

Sesuai dengan tujuan penelitian, hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata mahasiswa prodi pendidikan matematika STKIP Taman Siswa Bima yang telah mengikuti perkuliahan metodelogi penelitian melalui penerapan modul model PBL berbasis Mind Mapping memiliki kemampuan berpikir logis yang berkriteria “sedang”. Sedangkan kemampuan berpikir logis yang perlu ditekankan pada pembelajaran kedepan adalah tentang bagaimana memeriksa atau menguji kebenaran argumen yang disampaikannya, Membangun argumentasi yang mendukung dan Menetapkan kesimpulan.

DaftarPustaka

Buzan, Tony. 2005. Buku Pintar Mind Map. Jakarta: PT GramediaPustakaUtama. E. Mulyasa. 2009. Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Rosdakarya

Femi Olivia. 2010. Visual Mapping. Jakarta: PT. Elex Media Komputendo.

Fios, frederikus. 2013. Pengantar Filsafat: Ilmu dan Logika. Jakarta: Salemba Humanika

Kusumaningrum, Maya dan Saefudin, Abdul Aziz. 2012. Mengoptimalkan Kemampuan Berpikir Matematis Melalui Pemecahan Masalah matematika. Jurnal, tersedia di:

http://eprints.uny.ac.id/8512/.pdf (20 Februari 2015).

Pollit, David. 2003. Mind Mapping your way to a better career.Journal of Career Development International, Vol.8 Iss 5 pp.253-256.

Septiati, Ety. 2016. Kemampuan Berpikir Logis Matematis Mahasiswa Pendidikan Matematika pada Matakuliah Matematika Diskrit. Prosiding Seminar NasionalPendidikan Vol.1 No.1 Th. Jan-Des 2016,hal. 394-401, ISSN: 2527-7553

Sumarmo, Utari, dkk. 2012. Kemampuan dan Disposisi Berpikir Logis, Kritisdan Kreatif Matematik (Eksperimen Terhadap Siswa SMA Menggunakan Pembelajaran Berbasis Masalah dan Stratge Think Talk Write). Jurnal Pengajaran MIPA, Volume 17 Nomor 1, April 2012. Halaman 17-33. ISSN 1412-0917.

Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara

Wiji, Liliasari, Wahyu Sopandi, dan Muhammad A. K. Martoprawiro. 2014. Kemampuan Berpikir Logis dan Model Mental Kimia Sekolah Mahasiswa Calon Guru. .Jurnal Cakrawala Pendidikan, Februari 2014, Th. XXXIII, Nomor 1.Halaman 147-156. ISSN: 0216-1370.

Yatim, Riyanto. 2009. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada

Gambar

Tabel 2. Data Keefektifan pembelajaran menggunakan modul model PBL berbasis mind mapping
Tabel 3. Skor kemampuan berpikir logis per mahasiswa
Gambar 1. Diagram Kemampuan berpikir logis mahasiswa per indikator

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Dengan demikian kualitas pelayanan sangat mempengaruhi kepuasan yang dirasakan oleh pelanggan dan hendaknya manajemen PLN (persero) rayon Muara Teweh memperhatikan

Uji Koefisien Regresi Parsial (Uji t) Uji t bertujuan untuk menguji signi- fikansi pengaruh secara parsial kecerdasan emosional, komitmen organisasi, dan motivasi

Pada Penelitian ini akan direncanakan perbaikan tanah dasar untuk perencanaan oprit timbunan yaitu preloading yang dikombinasikan dengan Prefabricated Vertical

Hal ini menunjukkan kecenderungan bahwa setelah ada kebijakan bahan bakar nabati Uni Eropa, penggunaan minyak kelapa sawit untuk energi justru menggeser penggunaan

Pelepah daun salak Sidimpuan merupakan limbah hasil pemangkasan yang jumlahnya melimpah Pelepah daun salak Sidimpuan dapat dijadikan kompos yang mengandung sejumlah

Karena itu dengan penuh ketulusan dan kesadaran, penulis memohon “maaf” bila dalam karya ini masih terdapat banyak kekurangan dengan harapan agar pada satu masa

Terdapat hubungan positif bermakna antara kadar serum LDL dengan nilai indeks WOMAC pada pasien OA lutut yang menjalani rawat jalan di poli penyakit dalam RSUD