• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LAHAN SUBOPTIMAL TAHUN 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROSIDING SEMINAR NASIONAL LAHAN SUBOPTIMAL TAHUN 2014"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

PROSIDING

SEMINAR NASIONAL LAHAN SUBOPTIMAL

TAHUN 2014

ISBN : 979-587-529-9

Tema : “Pengembangan Teknologi Pertanian yang

Inklusif untuk Memajukan Petani Lahan

Suboptimal”

Gedung Aula Pascasarjana Universitas Sriwijaya

Palembang, 26-27 September 2014

Diselenggarakan Oleh

Pusat Unggulan Riset Pengembangan Lahan Suboptimal (PUR-PLSO) UNSRI

Didukung Oleh

Diterbitkan Oleh

(3)

PROSIDING

SEMINAR NASIONAL LAHAN SUBOPTIMAL

TAHUN 2014

ISBN : 979-587-529-9

Tema : “Pengembangan Teknologi Pertanian yang

Inklusif untuk Memajukan Petani Lahan

Suboptimal”

Dewan Editor :

1. Prof. Dr.Ir. Siti Herlinda, M.Si (Universitas Sriwijaya) 2. Dr.Ir. Suwandi, M.Sc (Universitas Sriwijaya)

3. Ferdinand Hukama Taqwa, S.Pi, M.Si (Universitas Sriwijaya) 4. Tanbiyaskur, S.Pi, M.Si (Universitas Sriwijaya)

5. Prof.Dr. Eko Handayanto (Universitas Brawijaya)

6. Prof.Ir. H.M. Sarjan, M.Agr.CP, Ph.D (Universitas Mataram) 7. Dr.Ir. Nurul Aini, MS (Universitas Brawijaya)

8. Dr. Rajiman, SP, MP (STTP Yogyakarta)

9. Dr. Mardhiana, S.Hut, MP (Universitas Borneo Tarakan)

Diterbitkan Oleh

(4)

vi

DAFTAR ISI

Panitia Seminar Nasional LSO Unsri 2014 i

Kata Pengantar iii

Daftar Isi vi

Pemakalah Utama

1 Haryono Kebijakan Kementrian Pertanian dalam Mengembangkan Sistem Pembangunan Pertanian yang Inklusif untuk Memajukan Petani Lahan Sub Optimal

1-4

2 Benyamin Lakitan Pengelolaan Lahan Suboptimal yang Inklusif dan Berkelanjutan untuk Mewujudkan Pertanian yang Produktif di Indonesia

5

3 Syaikhu Usman Pemberdayaan Berbasis Modal Sosial pada Masyarakat Lahan Suboptimal

6-16 4 Kukuh Murtilaksono

dan Syaiful Anwar

Potensi, Kendala, dan Strategi Pemanfaatan Lahan Kering dan Kering Masam untuk Pertanian (Padi, Jagung, Kedele), Peternakan, dan Perkebunan dengan Menggunakan Teknologi Tepat Guna dan Spesifik Lokasi

17-28

5 Andy Mulyana Kendala dan Modal Sosial dalam Pengelolaan Lahan Suboptimal untuk Meningkatkan Kesejahteraan Petani Tradisional

29-38

6 Hasbi Potensi, Kendala, dan Solusi dalam Pengembangan Lahan Suboptimal untuk Mendukung Kedaulatan Pangan Nasional

39-45

Pemakalah Penunjang

1 Septiana Anggraini Serangan Hama Wereng dan Kepik pada Tanaman Padi di Sawah Lebak Sumatera Selatan

46-53 2 Lina Budiarti,

Nurhayati

Kelimpahan Cendawan Antagonis pada Rhizosfer Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis (L.) Savi ex Hassk.) di Lahan Kering Indralaya Sumatera Selatan

54-64

3 Ellya Husnul Salamah, Mulawarman

Identifikasi Nematoda Parasit Tanaman Tebu di Pertanaman Tebu Lahan Kering PTPN VII Cinta Manis

65-75

4 Muzayyanah Rahmiyah

Kelimpahan Mikoriza Arbuskula Lahan Bekas Tambang Batubara di Sumatera dan Lahan Kering Masam Lampung Tengah

76

5 Andri H Pardosi, Irianto, Mukhsin

Respons Tanaman Sawi terhadap Pupuk Organik Cair Limbah Sayuran pada Lahan Kering Ultisol

77-83 6 Jimmi Eristo, Budiyati

Ichwan

Pertumbuhan Bibit Manggis (Garcinia mangostana L.) pada Berbagai Konsentrasi Cycocel di Media Tumbuh Ultisol

84-89

(5)

vii

Ratmini Produktivitas Padi Lahan Pasang Surut 8 Dewi Meidalima,

Ruarita Ramadhalina K

Potensi Kehilangan Gula oleh Chilo sacchariphagus di Pertanaman Tebu Lahan Kering Cinta Manis Ogan Ilir

98-103

9 Yani Purwanti Respon Tanaman Cabai Terhadap Pemberian Berbagai Pupuk Kandang dan Infestasi Nematoda Puru Akar Meloidogyne incognita (Koffoid and White) Chitwood

104-110

10 Nana Sutrisna, Yanto Surdianto, Nandang Sunandar

Perancangan Model Usahatani Integrasi Tanaman Sorgum dan Ternak Sapi pada Lahan Suboptimal di Jawa Barat

112-123

11 Fitrianto , Hermanto, Haris Kriswantoro

Studi Pemanfaatan Mikoriza Arbuskular dan Efisiensi Pupuk Phospat terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L) pada Tanah PMK

124-132

12 Kurniawan Subatra, Dedeh Hadiyanti. Rujito Agus Suwigno. Munandar

Hubungan Korelasi Antara Daya Hasil Genotipe Jagung Efisiensi Hara Terhadap Kandungan N dan P pada Jagung di Lahan Pasang Surut

133-138

13 Lifianthi, Selly

Oktarina, Desi Aryani

Perbandingan Kontribusi Pendapatan dan Pengeluaran Konsumsi Petani Plasma Kelapa Sawit di Dua Tipologi Lahan di Sumatera Selatan

139-146

114 Rajiman Pengaruh Bahan Pembenah Tanah di Lahan Pasir Pantai Terhadap Kualitas Tanah

147-154 15 M. Arif Hidayat Inovasi Teknologi Untuk Pengelolaan Padi (Oryza

sativa) Pada Proses Pengeringan dan Penggilingan di Lahan Pasang Surut Sumatera Selatan

155-163

16 Amsori Yuzar, Irsandi, Syafran Jali

Aplikasi Pupuk NPK Tablet dan Jumlah Cabang terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Semangka (Citrullus vulgaris Schard)

164-169

17 S. Margiati, R.A. Wiralaga, M. Fitriana

Takaran Beberapa Bahan Organik Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Kedelai (Glycine Max (L..) Merrill) pada Tanah Ultisol

170-177

18 Meci Yuniastuti Rahma, Marsi, Nuni Gofar

Pengaruh Abu Ketel Asal Pabrik Gula Terhadap Ketersediaan P, Aldd, Si, pH pada Ultisol dan Histosol

178-187

19 Felicia Trias Putri, Edward Saleh, Rahmad Hari Purnomo

Optimalisasi Pengelolaan Rawa Lebak Pematang dengan Pola Tanam di Ogan Keramasan Sumatera Selatan

188-198

20 Aulia Evi Susanti, Agung Prabowo

Karakteristik Pemeliharaan dan Penerapan Teknologi Spesifik Lokasi untuk Meningkatkan Produktivitas Ternak Sapi di Lahan Rawa Lebak di Kabupaten Ogan Ilir Sumatera Selatan

199-205

21 Johanes Amirullah, Dedeh Hadiyanti

Keragaan Produksi Jarak Tanam dan Penerapan Teknologi Varietas Kentang (Solanum tuberosum L.) Pada Lahan Dataran Tinggi Provinsi Sumatera Selatan

(6)

viii

22 Aidee Kamal Khamis, Siti Nazrah Zailani, Umi Aisah Asli, Firdausi Razali

Pertanian Organik : Kajian Kes Terhadap Tanaman Kelapa Sawit

216-225

23 Titin Sugianti, Sudjudi, Syahri

Penyebaran Cemaran Merkuri pada Tanah Sawah Dampak Pengolahan Emas Tradisional di Pulau Lombok NTB

226-232

24 Edison, Denny Denmar Analisis Respon Penawaran Produksi Padi Lahan Kering Di Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batanhari, Jambi

233-238

25 Henny Malini, Selly Oktarina

Analisis Keuntungan dan Nilai Tambah (added value) Pengolahan Kerupuk Udang dan Pemasarannya di Sungsang I Kecamatan Banyuasin II Kabupaten Banyuasin Sumatera Selatan

239-249

26 L.N. Sulistyaningsih, Susilawati, Evina Sitanggang

Respon Pertumbuhan Tanaman Ganyong (Canna edulis) Terhadap Pemberian Pupuk Nitrogen dan Kalium

250-255

27 Budi Raharjo, Imelda S. Marpaung, Sri Harnanik, Syahri, Juwedi

Kajian Penyimpanan Benih dengan Sistem Hermetis di Lahan Pasang Surut Sumatera Selatan

256-265

28 Yeni Eliza Maryana Kinerja Penggilingan Padi Kecil Di Lahan Kering Kecamatan Lempuing Jaya

266-271 29 Bakri, M. Sodik

Imanudin, S. Masreah

Kajian aplikasi Sistem Drainase Bawah Tanah untuk Budidaya Jagung di Lahan Pasang Surut Telang II Sumatera Selatan

272-280

30 Neni Marlina, Syafrullah

Pemanfaatan Jenis Kompos Rumput Rawa Lebak pada Tanaman Mentimum (Cucumis sativus L.) dengan Teknologi Rakit Terapung di Lahan Lebak

281-288

31 Johnly Alfreds Rorong, Edi Suryanto

Potensi Daun Cengkih sebagai Biosensitizer untuk Fotoreduksi Besi pada Lahan Pertanian Hortikultura

289-300

32 Muhammad Ali, Raider Sigit Junianto

Pengaruh Lanjut Suhu pada Penetasan Telur terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Baung (Hemibagrus nemurus)

301-308

33 Railia Karneta Analisis Usaha Budidaya Ikan Lele (Clarias sp) pada Lahan Rawa di Sumatera Selatan

309-318 34 Nurul Aini, Wiwin

Sumiya Dwi Yamika, Syekhfani, Runik Dyah P., Adi Setiawan

Kajian Pertumbuhan, Kandungan Klorofil dan Hasil Beberapa Genotip Tanaman Kedelai (Glycine max L.) Pada Kondisi Salinitas

319-325

35 Rima Purnamayani, Hendri Purnama

Kombinasi Kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit dan Pupuk Kandang Sebagai Substitusi Pupuk Kalium Terhadap Produksi Tanaman Gambas (Lufa Acutangula) di Kabupaten Merangin

326-332

(7)

ix

Stevanus, M.J Rosyid Teknis Lahan Rawa Pasang Surut untuk Tanaman Karet di Desa Riding, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Provinsi Sumatera Selatan

37 Andi Nur Cahyo, Jamin Saputra

Potensi Pemanfaatan Lahan Gambut untuk Budidaya Tanaman Karet (Hevea brasiliensis)

341-348 38 Jamin Saputra,

Risal Ardika

Evaluasi Kesesuaian Lahan Pasang Surut untuk Tanaman Karet : Studi Kasus di Kecamatan Banyuasin I, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan

349-356

39 Nusyirwan Optimalisasi Lahan Suboptimal Melalui Penanaman Mucuna bracteata

357-361 40 Endriani, Junita Barus Pengaruh Beberapa Sumber Bahan Organik Lokal

Terhadap Hasil Kedelai pada Lahan Kering di Lampung

362-367

41 Titin Sumarni Upaya Optimalisasi Kesuburan Tanah Melalui Pupuk Hijau Orok-orok (Crotalaria juncea) pada Pertanaman Jagung

368-377

42 Suaib, Makmur Jaya Arma, Norma Arief

Kajian Pendahuluan Perbanyakan Tanaman

Jarak Pagar (Jatropha curcas) Melalui Kultur Antera dan Mikrospora Secara In Vitro

378-389

43 Nyayu Siti Khodijah Perbaikan Kesuburan Kimia Media Campuran Tailing Bekas Penambangan Timah Dengan Penambahan Limbah Solid Kelapa Sawit

390-399

44 Heri Junedi Pengaruh Ara Sungsang (Asystasia gangetica) Terhadap Kadar Air Tersedia dan Hasil Kacang Tanah pada Ultisol

340-407

45 Nukmal Hakim, Nurilla Elysa Putri

Pengintegrasian Ecological Footprint Dan Identifikasi Bencana Ekologi BanjirAkibat Perubahan Iklim Di Sumatera Selatan

408-411

46 Muhakka, A. Napoleon dan Patia Rosa

Pengaruh Pemberian Pupuk Cair Terhadap Produksi Rumput Gajah Taiwan (Pennisetum purpureum Schumach)

412-418

47 Ahmad Fatoni Hubungan Antara pH dan C-Organik Terhadap Ion Logam Cr(VI) pada Tanah Bekas Pertambangan : Kajian Reaksi Kimia

419-423

49 Armina Fariani, Widya Astuti, Gatot Muslim, Arfan Abrar

Kualitas Kecernaan Complete Feed Block (CFB) Berbasis Limbah Industri Gula Sebagai Pakan Ternak Ruminansia Secara in Vitro

424-432

50 Dwi Putro Priadi, Susilawati

Hubungan Karakter Agronomi dan Fisiologi Sepuluh Varietas Cabai Merah Akibat Perbedaan Waktu Genangan

433-440

51 Wijaya Mardiansyah, Iskhaq Iskandar, Satria Jaya Priatna

Analisis Neraca Air dan Pengaruh Pasang Surut di Sub-DAS Air Sugihan

441-451

52 Muh Bambang Prayitno, Bakri

Dampak Perubahan Tataguna Lahan Terhadap Cadangan Karbon di Suboptimal

(8)

x

53 Desi Aryani, Selly Oktarina, Henny Malini

Pola Usahatani, Pendapatan dan Ketahanan Pangan Petani Padi Lahan Rawa Lebak di Sumatera Selatan

461-470

54 Khodijah Aplikasi Bioinsektisida Terhadap Arthropoda Predator di Permukaan Tanah pada Fase Vegetatif Dan Generatif Tanaman Padi

471-480

55 Yunita, Yosi Fatrianti, Riswani,Nenny

Martiaty

Meningkatkan Penguatan Kelembagaan dan Permodalan Petani Lahan Lebak Sumatera Selatan

481-497

56 Elis Kartika, Lizawati, Hamzah

Efektivitas Fungi Mikoriza Arbuskular Terhadap Bibit Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) pada Media Tanah Bekas Tambang Batu Bara

498-507

57 Sumini, Siti Herlinda, Chandra Irsan

Dampak Aplikasi Bioinsektisida Terhadap Populasi Serangga Hama pada Padi Ratun di Sawah Lebak

508-513

58 Bambang R. Prawiradiputra

Kemungkinan Pengembangan Tanaman Pakan Ternak Produk Rekayasa Genetik untuk Lahan Suboptimal

514-520

59 Mirna Dwirastina, Husnah

Inventarisasi Jenis-jenis Infusoria dengan Menggunakan Media Kangkung Rawa/Air

521-527 60 Yulian Junaidi, Indri

Januarti, Eka Mulyana

Kondisi Sosial Ekonomi Wanita Tani dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan Rumahtangga Petani Padi di Lahan Rawa Lebak

528-533

61 Haperidah Nunilahwati, Siti Herlinda, Chandra Irsan, Yulia Pujiastuti

Dampak Aplikasi Bioinsektisida Cair untuk Mengendalikan Plutella Xylostella Terhadap Komunitas Artropoda pada Pertanaman Caisin

534-543

62 Winarna, H. Santoso, M. A. Yusuf, E. S. Sutarta, Sumaryanto

Pertumbuhan Tanaman Kelapa Sawit di Lahan Pasang Surut

544-553

63 Supriyadi, Sumarno, Cristiningsih R.

Penilaian Kelestarian Daerah Aliran

Sungai dengan Kualitas Tanah Berdasar Atas Sifat Fisika Berbagai Tipe Agroforestri

554-561

64 Holidi, Hermanto, Didit Irawanto

Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) di Media Gambut pada Berbagai Tinggi Muka Air

562-568

65 A. Muslim Efektivitas Penicillium sp. Asal Lahan

Rawa Lebak dalam Mengendalikan Penyakit Rebah Kecambah Tanaman Terung

569-576

66 Busyra, BS, Adri, Endrizal

Optimalisasi Lahan Sawah Sub Optimal Rawa Pasang Surut di Provinsi Jambi Melalui Pengelolaan Tanaman Terpadu dan Peningkatan Indek Pertanaman

577-583

67 Effendi Parlindungan Sagala

Pengelolaan Lahan Rawa Untuk Nursery Ground dalam Optimalisasi Ekologisnya

584-594 68 Fredy J. Nangoy Penambahan Tepung Temulawak (Curcuma

Xanthorrhiza) dan Temu Putih (Curcuma Zedoria) dalam Ransum Terhadap High Density Lipoprotein (HDL), Low Density Lipoprotein

(9)

xi

(LDL) pada Ayam Broiler 69 Bariot Hafif dan

Junita Barus

Produktivitas Tanaman Pangan pada Agroekoogi Lahan Sub-Optimal Lampung Timur

604-611

70 John Bimasri Peningkatan Produksi Tanaman Kacang Hijau

di Tanah Gambut Melalui Pemberian Pupuk N dan P

612-619

71 M.J. Rosyid, Sahuri Budidaya Karet di Lahan Rawa Pasang Surut Area Sumatera Selatan

620-627 72 Yunizar Kajian Teknologi Hemat Air pada Padi Gogo pada

Lahan Keringmasam dalam Mengantisipasi Perubahan Iklim di Propinsi Riau

628-635

73 Maryati Mustofa Hakim, Idham

Alamsyah, Dwi Wulan Sari

Perbandingan Tingkat Produktivitas dan Pendapatan Petani Pengguna Pupuk Organik pada Agroekosistem Lahan yang Berbeda di Sumatera Selatan

636-642

74 Syahri, Renny Utami Somantri Syahri, Renny Utami Somantri

Optimalisasi Lahan Sub Optimal untuk Pengembangan Kedelai di Sumatera Selatan Melalui Penerapan Inovasi Teknologi

643-653

75 Donan Wijaya Wastewater Treatment Plant Planning of Palm Flour Industry in Klaten the District of Central Java Province as the Alternative of Environmental Management

654-662

76 Jumakir dan Endrizal Potensi dan Peluang Peningkatann Produksi Padi dengan Pendekatan PTT di Lahan Rawa Pasang Surut Jambi

663-672

77 NP. Sri Ratmini Peluang Peningkatan Kadar Seng (Zn) pada Produk Tanaman Serealia

673-683 78 Nur Imdah Minsyah,

Busra

Ketersediaan Teknologi Usahatani Lahan Rawa Lebak dan Kendala Pengembangannya di Provinsi Jambi

684-693

79 Suharyon Gambaran Kecepatan Difusi Teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Sawah Tadah Hujan Di Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi

694-702

80 Waluyo, Suparwoto Peluang dan Kendala Pengembangan Pertanian pada Agroekosistem Rawa Lebak (Kasus Desa Kota Daro II di Kecamatan Rantau Panjang Kabupaten Ogan Ilir Sumatera Selatan)

703-712

81 Maksuk Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan Terhadap Paparan Pestisida di Kawasan Pertanian

713-718 82 Merismon Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Cabai Besar

(Capsicum annuum L.) di Tanah Gambut yang Diberi Pupuk Kandang Kotoran Sapi

719-726

83 Sahuri, Munif Ghulamahdi

Pola Serapan Hara dan Produksi Kedelai dengan Budidaya Jenuh Air di Lahan Rawa Pasang Surut

727-734 84 Siti Herlinda, Suci

Septiana, Suwandi, Khodijah, Dewi

Kelimpahan dan Keanekaragaman Spesies Serangga Predator Selama Satu Musim Tanam Padi Ratun di Sawah Pasang Surut

(10)

xii

Meidalima, Rosdah Thalib

85 Sri Harnanik Keragaan Adopsi Teknologi pada Pelaksanaan M-KRPL di Tiga Lokasi Prabumulih

742-749

86 Wartono Respon Pertumbuhan Beberapa Klon Bibit

Karet dan Ukuran Lobang Tanam pada Tanah Ultisol

750-757

87 Mukhlis, M. Saleh Keefektivan Pupuk Hayati Biotara Terhadap Produktivitas Tanaman Padi di Lahan Rawa Sulfat Masam

758-767

88 Yuana Juwita Teknologi Pengolahan, Manfaat, dan Kendala Penggunaan Kompos Jerami Padi

768-774 89 Yunizar Pengelolaan Pupuk dan Bahan Organik dalam

Pola Padi-Padi di Lahan Pasang Surut Riau

775-783 90 Jaksen M. Amin,

Empayus

Faktor Ragi Roti dan Waktu Fermentasi Tepung Umbi Talas (Colocasia esculenta [L] Schoot) Menjadi Bioetanol

784-795

91 Chandra Irsan Pengendalian Tikus dan Walang Sangit di Padi Organik Sawah Lebak

796-804 92 M. Umar Harun Sistem Tanam Padi Kontinyu di Lahan Rawa

Lebak

805-810 93 Dwi Probowati,

Napoleon, AG Putra

Penilaian Kualitas Tanah pada Lahan Rawa Pasang Surut untuk Tanaman Jagung (Zea mays L) di Desa Banu Urip Kecamatan Tanjung Lago Kabupaten Banyuasin

811-819

94 Nurul Husna Pengelolaan Bahan Organik Di Tanah Sulfat Masam

820-826 95 Triana Adam, Rina

Juliana, Nurhayati, Rosdah Thalib

Bioesai Bioinsektisida Berbahan Aktif Bacillus thuringiensis Asal Tanah Lebak terhadap Larva Spodoptera litura

(11)

Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2014, Palembang 26-27 September 2014 ISBN : 979-587-529-9

499

Efektivitas Fungi Mikoriza Arbuskular Terhadap Bibit Jarak Pagar

(

Jatropha curcas

L.) pada Media Tanah Bekas Tambang Batu Bara

The Effectiveness of Arbuscular Mycorrhiza Fungi for Jatropha curcas L.

Plant on Coal Post-Mining

Soils Media

Elis Kartika1*), Lizawati1 dan Hamzah1 1

Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Fakultas Pertanian Universitas Jambi Kampus Pinang Masak Mendalo, Darat Km-15 Jambi, 36361

*)

Telp/Fax : 0741-583051, E-mail : [email protected]

ABSTRACT

Land of coal post-mining is the critical area that generally can not be cultivated due to very low levels of fertility of the land, so this land becomes slighted. Therefore, rehabilitation program of this land is required, especially an effective, practical, inexpensive and environmentally friendly technology. One of the alternatives to overcome this problem is through inoculation with Arbuscular Mycorrhiza Fungi (AMF). Each kind of AMF possesses different level of effectiveness on Jatropha curcas plant growing in various types of soil. Also, various kinds of AMF could act synergistically and antagonistically to each other in influencing the growth of Jatropha curcas plant. The objective of this study to evaluate AMF effectiveness to Jatropha curcas plant on coal post-mining soils media. Evaluation on the effectiveness was conducted toward the AMF isolates produced from a single spore culture. The results showed that the Jatropha curcas plant symbiosis with AMF showed higher growth response and P uptake than plants without AMF inoculation. Each type of AMF has a different effectiveness of the Jatropha curcas plant. AMF has the highest effectiveness in the coal post-mining land is a single inoculum of AMF Glomus sp-3.

Key words : Coal Post-Mining, FMA, isolate, Jatropha curcas

ABSTRAK

Lahan bekas kegiatan tambang batu bara merupakan lahan kritis yang umumnya tidak dapat diusahakan yang disebabkan karena tingkat kesuburan lahan sangat rendah sehingga lahan tersebut menjadi terlantar. Diperlukan berbagai upaya pengendalian yang mengarah pada kegiatan untuk merehabilitasi lahan tersebut, terutama teknologi yang efektif dan praktis tetapi juga lebih murah, dan bersahabat dengan lingkungan. Aplikasi teknologi mikoriza merupakan salah satu alternatif strategi yang patut dicoba dan dikembangkan di daerah tersebut. Efektivitas setiap jenis mikoriza (FMA) sangat tergantung pada jenis FMA, jenis tanaman dan jenis tanah serta interaksi antara ketiganya. Setiap FMA memiliki efektivitas yang berbeda dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman di lapangan. Oleh karena itu, perlu diadakan pengujian efektivitas FMA pada bibit jarak pagar di media tanah bekas tambang batu bara. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji efektivitas FMA pada bibit jarak pagar di media tanah bekas tambang batu bara. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok satu faktor yaitu jenis isolat FMA dari tanah bekas tambang batu bara (jenis isolat yang diberikan terdiri dari tanpa isolat, isolat tunggal

(12)

Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2014, Palembang 26-27 September 2014 ISBN : 979-587-529-9

500

dan isolat campuran kombinasi dari isolat tunggal tersebut). Isolat yang diujikan adalah isolat indigenous asal lahan bekas tambang batu bara yaitu jenis spora Glomus sp-3, Glomus sp-6, Glomus sp-15, dan Glomus sp-16. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bibit jarak pagar yang bersimbiosis dengan FMA memiliki tanggap pertumbuhan lebih tinggi dibandingkan bibit tanpa inokulasi FMA. Setiap jenis FMA memiliki efektivitas yang berbeda dengan bibit jarak pagar. FMA yang memiliki efektivitas tertinggi di media tanah bekas tambang batu bara adalah inokulum tunggal FMA Glomus sp-3.

Kata Kunci : FMA, jarak pagar, isolat, lahan bekas tambang batu bara

PENDAHULUAN

Lahan bekas kegiatan tambang batu bara merupakan lahan kritis yang umumnya tidak dapat diusahakan yang disebabkan karena tingkat kesuburan lahan sangat rendah sehingga lahan tersebut menjadi terlantar. Diperlukan berbagai upaya pengendalian yang mengarah pada kegiatan untuk merehabilitasi lahan tersebut, terutama teknologi yang efektif dan praktis tetapi juga lebih murah, dan bersahabat dengan lingkungan.

Alternatif yang mungkin dapat dikembangkan untuk mengatasi masalah tersebut selain dengan menggunakan bahan tanaman yang toleran (dalam hal ini tanaman jarak pagar), adalah dengan usaha pemanfaatan mikroorganisme bermanfaat seperti mikoriza. Aplikasi mikoriza pada lahan-lahan kritis seperti pada lahan pasca tambang akan sangat bermanfaat, karena disamping dapat mempercepat laju pertumbuhan dan kesehatan bibit di persemaian juga dapat meningkatkan daya hidup dan pertumbuhan tanaman di lapangan. Selain itu penggunaan top soil dan pemupukan kimia juga dapat dikurangi.

Tanaman jarak pagar dapat dipilih untuk mereboisasi lahan bekas kegiatan tambang, karena tanaman ini tidak memerlukan banyak air serta dapat tumbuh di lahan kritis dan tandus. Untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman jarak pagar maka perlu aplikasi FMA yang merupakan salah satu alternatif strategi yang mungkin dapat dikembangkan.

Lahan-lahan bekas tambang batu bara tersebut memiliki kondisi tanah kahat unsur hara terutama N dan P, reaksi tanah masam, top soil tipis, miskin bahan organik dan adanya gejala toksisitas dari Al dan Mn. Berdasarkan pengamatan di lapangan, untuk membantu pertumbuhan dan meningkatkan daya hidup anakan pohon atau tumbuhan pada lahan-lahan marjinal tersebut diperlukan bantuan input energi tinggi dan juga relatif mahal, yakni berupa pengapuran, saturasi fosfat, pemupukan lengkap dan pemberian bahan organik. Dalam rangka pembangunan pertanian yang berwawasan lingkungan perlu dicari alternatif teknologi lain yang tidak saja efektif dan praktis tetapi juga lebih murah, dan bersahabat dengan lingkungan. Aplikasi teknologi mikoriza (dalam hal ini FMA) merupakan salah satu alternatif strategi yang patut dicoba dan dikembangkan di daerah tersebut.

Menurut Setiadi (2001); Subiksa (2009), serta Prasetyo, et.al. (2010), FMA merupakan salah satu alternatif teknologi untuk membantu pertumbuhan, meningkatkan produktivitas dan kualitas tanaman terutama yang ditanam pada lahan-lahan marjinal. Hal ini disebabkan FMA mempunyai berbagai potensi biologis seperti dalam hal perbaikan nutrisi tanaman, sebagai pelindung hayati (bio-protection), meningkatkan resistensi tanaman terhadap kekeringan, terlibat dalam siklus bio-geo-kimia, sinergis dengan mikroorganisme lain serta mampu mempertahankan keanekaragaman tumbuhan.

Keefektivan setiap jenis FMA selain tergantung pada jenis FMA itu sendiri juga sangat tergantung pada jenis tanaman dan jenis tanah serta interaksi antara ketiganya

(13)

Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2014, Palembang 26-27 September 2014 ISBN : 979-587-529-9

501

(Brundrett 1996). Setiap jenis tanaman memberikan tanggap yang berbeda terhadap FMA, demikian juga dengan jenis tanah, berkaitan erat dengan pH dan tingkat kesuburan tanah. Setiap FMA mempunyai perbedaan dalam kemampuannya meningkatkan penyerapan hara dan pertumbuhan tanaman (Quilambo, 2003), sehingga akan berbeda pula keefektivannya dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman di lapangan.

Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa setiap jenis FMA memiliki efisiensi dan keefektivan yang berbeda-beda dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman, tergantung jenis FMA, jenis tanaman inang dan jenis tanah (lingkungan) serta interaksi ketiganya (Sukma, 2006; Tikupadang, 2008).

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji keefektivan FMA terhadap bibit jarak pagar yang ditanam pada tanah bekas tambang batu bara.

BAHAN DAN METODE

Materi Penelitian. Penelitian dilakukan di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Jambi menggunakan Rancangan Acak Kelompok satu faktor dengan 3 ulangan yaitu jenis isolat FMA yang berasal dari lahan bekas tambang batu bara yang terletak di Desa Lubuk Mandarsah Kecamatan Tengah Ilir Kabupaten Tebo serta isolat (Mycofer) yang ada di Laboratorium Bioteknologi Hutan dan Lingkungan, Pusat Penelitian Bioteknologi IPB. Isolat yang diujikan adalah isolat indigenous dari lahan bekas tambang batu bara, yang berhasil diperbanyak dari hasil kultur spora tunggal yaitu tipe spora Glomus sp-3, Glomus sp-6, Glomus sp-15, dan Glomus sp-16.

Perlakuan jenis isolat yang diberikan terdiri dari tanpa isolat (M0), isolat tunggal (M3

= Glomus sp-3, M6 = Glomus sp-6, M15 = Glomus sp-15, M16 = Glomus sp-16, dan isolat

campuran kombinasi dari isolat tunggal tersebut (M3,6 = Glomus sp-3 + Glomus sp-6 ,

M3,15 = Glomus sp-3 + Glomus sp-15, M3,16 = Glomus sp-3 + Glomus sp-16, M6,15 =

Glomus sp-6 + Glomus sp-15, M6,16 = Glomus sp-6 + Glomus sp-16, M15,16 = Glomus

sp-15 + Glomus sp-16, M3,6,15 = Glomus sp-3 + Glomus sp-6 + Glomus sp-15, M3,6,16 =

Glomus sp-3 + Glomus sp-6 + Glomus sp-16, M3,15,16 = Glomus sp-3 + Glomus sp-15 +

Glomus sp-16, M6,15,16 = Glomus sp-6 + Glomus sp-15 + Glomus sp-16, M3,6,15,16 =

Glomus sp-3 + Glomus sp-6 + Glomus sp-15 + Glomus sp-16), serta Mmyc = mycofer. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian. Media tanam berupa tanah yang berasal dari lahan bekas tambang batu bara terlebih dahulu dikeringanginkan dan diayak dengan ayakan berukuran 10 mesh dan disterilisasi. Penanaman dan inokulasi FMA dilakukan terhadap bibit jarak pagar dan setiap polybag ditanami satu bibit. Inokulasi dilakukan bersamaan dengan penanaman benih. Selanjutnya dilakukan pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman, penyiangan, pengendalian hama dan penyakit serta pemupukan. Pupuk yang diberikan berupa pupuk urea , SP-36, dan KCl dengan dosis masing-masing 10 g urea/bibit, 20 g SP 36/bibit dan 10 g KCl/bibit. Pupuk SP 36 dan KCl diberikan sekaligus pada saat tanam, sedangkan urea diberikan dua kali yaitu setengah dosis pada saat tanam dan setengah dosis dua bulan kemudian.

Pengamatandan Analisis Data. Pengamatan dilakukan setelah tanaman berumur 4 bulan terhadap pertumbuhan tanaman (peubah tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, diameter batang, bobot kering tajuk, bobot kering akar, dan bobot kering tanaman), serapan P, serta infeksi FMA. Analisis data dilakukan secara statistik menggunakan uji kontras ortogonal.

(14)

Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2014, Palembang 26-27 September 2014 ISBN : 979-587-529-9

502

HASIL

Hasil uji kontras ortogonal terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, luas daun, bobot kering akar, bobot kering tajuk, bobot kering tanaman dan serapan P akibat perlakuan pemberian berbagai inokulum FMA pada media tanah bekas tambang batu bara disajikan pada Tabel 1 dan 2. Berdasarkan Tabel 1 dan 2 terlihat bahwa tanaman yang diinokulasi FMA memberikan pertumbuhan dan serapan P lebih tinggi dibandingkan tanaman tanpa FMA.

Tanaman jarak pagar yang diinokulasi isolat FMA tunggal tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dibandingkan campuran 2, 3 dan 4 isolat maupun mycofer terhadap semua peubah pertumbuhan yang diukur, tetapi walaupun begitu isolat FMA tunggal secara umum cenderung memberikan pertumbuhan yang lebih baik dan memiliki serapan P lebih tinggi dibandingkan campuran 2, 3 dan 4 isolat.

Tanaman jarak pagar yang diinokulasi isolat tunggal M3 (Glomus sp-3) dibandingkan

campuran 2, 3 dan 4 isolat yang mengandung isolat M3 menunjukkan bahwa pada

umumnya inokulum tunggal M3 memiliki pertumbuhan lebih baik seperti ditunjukkan oleh

semua peubah yang diukur, serta memiliki serapan P yang tertinggi.

Jika dibandingkan antara isolat tunggal M6 (Glomus sp-6) dengan campuran 2, 3 dan

4 isolat yang mengandung isolat M6 menunjukkan bahwa tanaman jarak pagar yang

diinokulasi dengan isolat tunggal M6 (Glomus sp-6) memiliki pertumbuhan yang lebih

rendah seperti ditunjukkan oleh semua peubah yang diamati kecuali serapan P.

Selanjutnya tanaman jarak pagar yang diinokulasi isolat tunggal M15 (Glomus sp-15)

dibandingkan campuran 2, 3, 4 isolat yang mengandung M15 menunjukkan bahwa tanaman

tersebut memiliki pertumbuhan dan serapan P yang lebih baik kecuali peubah jumlah daun, dan diameter batang.

Tanaman jarak pagar yang diinokulasi M16 (Glomus sp-16) memiliki tinggi tanaman,

jumlah daun, diameter batang dan bobot kering akar, bobot kering tajuk, bobot kering tanaman dan serapan P yang lebih tinggi dibandingkan campuran 2, 3, 4 isolat yang mengandung isolat tunggal M16.

Kalau dilihat pada Tabel 1 dan 2, masing-masing isolat tunggal memiliki pertumbuhan dan serapan P yang lebih baik untuk beberapa peubah dan sebagian lagi menunjukkan pertumbuhan yang lebih rendah dibandingkan campuran masing-masing jenis isolat tunggal tersebut dan isolat tunggal M3 (Glomus sp-3) memperlihatkan

pertumbuhan dan serapan P terbaik. Selanjutnya jika dibandingkan setiap isolat tunggal dengan isolat tunggal yang lainnya terlihat bahwa tanaman yang diinokulasi dengan isolat tunggal M3 (Glomus sp-3) cenderung memiliki pertumbuhan yang lebih baik

dibandingkan isolat tunggal M6 (Glomus sp-6), M15 (Glomus sp-15) dan M16 (Glomus

sp-16) seperti ditunjukkan oleh semua peubah yang diukur kecuali peubah diameter batang. Tanaman jarak pagar yang diinokulasi M3 (Glomus sp-3) tersebut memiliki serapan P

tertinggi dibandingkan isolat tunggal lainnya.

Tanaman yang diinokulasi isolat tunggal M6 (Glomus sp-6) memiliki pertumbuhan

yang lebih rendah dibandingkan M15 (Glomus sp-15) dan M16 (Glomus sp-16) seperti

ditunjukkan oleh peubah tinggi tanaman, jumlah daun (untuk M15), luas daun (untuk M15),

bobot kering akar, bobot kering tajuk, bobot kering tanaman dan serapan P, tetapi memiliki diameter dan jumlah daun yang lebih tingggi. Sementara itu, jika dibandingkan antara isolat M15 (Glomus sp-15) dengan M16 (Glomus sp-16) menunjukkan bahwa tanaman jarak

pagar yang diinokulasi isolat tunggal M15 (Glomus sp-15) memiliki pertumbuhan yang

lebih baik seperti ditunjukkan oleh peubah tinggi tanaman, luas daun, bobot kering akar, bobot kering tajuk, bobot kering tanaman dan serapan P, tetapi memiliki jumlah daun dan diameter batang yang lebih rendah.

(15)

94-1

Tabel 1. Uji kontras ortogonal terhadap peubah pertambahan tinggi bibit, pertambahan jumlah daun, luas daun dan pertambahan diameter batang tanaman jarak pagar pada media tanah bekas tambang batu bara

Sumber Keragaman Pertambahan Tinggi (cm) Pertambahan jumlah daun Luas Daun (cm2) Pertambahan Diameter Batang (cm) Kontrol vs Isolat lainnya 16.92 vs 25.24 tn 4.67 vs 9.78 * 696.19 vs 1090.08 tn 0.80 vs 1.01 tn Isolat tunggal vs Campuran 2 isolat 26.33 vs 26.36 tn 9.25 vs 9.78 tn 1070.97 vs 1111.71 tn 1.05 vs 0.96 tn Isolat tunggal vs Campuran 3 isolat 26.33 vs 21.85 tn 9.25 vs 9.63 tn 1070.97 vs 985.32 tn 1.05 vs 0.99 tn Isolat tunggal vs Campuran 4 isolat 26.33 vs 20.33 tn 9.25 vs 10.17 tn 1070.97 vs 1035.82 tn 1.05 vs 1.01 tn Isolat tunggal vs mycofer 26.33 vs 32.67 tn 9.25 vs 12.00 tn 1070.97 vs 1510.82 tn 1.05 vs 1.26 tn Campuran 2 isolat vs Campuran 3 isolat 26.36 vs 21.85 tn 9.78 vs 9.63 tn 1111.71 vs 985.32 tn 0.96 vs 0.99 tn Campuran 2 isolat vs Campuran 4 isolat 26.36 vs 20.33 tn 9.78 vs 10.17 tn 1111.71 vs 1035.11 tn 0.96 vs 1.01 tn Campuran 2 isolat vs mycofer 26.36 vs 32.67 tn 9.78 vs 12.00 tn 1111.71 vs 1510.82 tn 0.96 vs 1.26 tn Campuran 3 isolat vs Campuran 4 isolat 21.85 vs 20.33 tn 9.63 vs 10.17 tn 985.32 vs 1035.11 tn 0.99 vs 1.01 tn Campuran 3 isolat vs mycofer 21.85 vs 32.67 * 9.63 vs 12.00 tn 985.32 vs 1510.82 tn 0.99 vs 1.26 tn Campuran 4 isolat vs mycofer 20.33 vs 32.67 tn 10.17 vs 12.00 tn 1035.82 vs 1510.82 tn 1.01 vs 1.26 tn M3 vs M3,6; M3,15; M3,16 35.42 vs 29.11 tn 12.50 vs 10.39 tn 1490.39 vs 1130.38 tn 1.04 vs 0.93 tn M6 vs M6,15; M6,16 21.00 vs 25.53 tn 7.83 vs 9.83 tn 870.59 vs 1230.74 tn 1.12 vs 0.99 tn M15 vs M15,16 25.58 vs 24.88 tn 6.67 vs 9.38 tn 981.45 vs 949.31 tn 0.96 vs 1.01 tn M16 vs M3,16; M6,16; M15,16 23.33 vs 25.92 tn 10.00 vs 9.44 tn 941.45 vs 1136.40 tn 1.07 vs 0.93 tn M3 vs M3,6,15;; M3,6,16 35.42 vs 23.53 * 12.50 vs 10.88 tn 1490.39 vs 1135.90 tn 1.04 vs 1.04 tn M6 vs M3,6,15; 21.00 vs 20.73 tn 7.83 vs 8.78 tn 870.59 vs 896.36 tn 1.12 vs 0.97 tn M15 vs M3,6,15;; M3,15,16 25.58 vs 21.64 tn 6.67 vs 9.39 tn 981.45 vs 995.81 tn 0.96 vs 1.02 tn M16 vs M3,6,16; M3,15,16; M6,15,16 23.33 vs 21.53 tn 10.00 vs 9.44 tn 941.45 vs 913.20 tn 1.07 vs 0.95 tn M3 vs M3,6,15,16 35.42 vs 20.33 * 12.50 vs 10.17 tn 1490.39 vs 1035.11 tn 1.04 vs 1.01 tn M6 vs M3,6,15,16 21.00 vs 20.33 tn 7.83 vs 10.17 tn 870.59 vs 1035.11 tn 1.12 vs 1.01 tn M15vs M3,6,15,16 25.58 vs 20.33 tn 6.67 vs 10.17 tn 981.45 vs 1035.11 tn 0.96 vs 1.01 tn M16 vs M3,6,15,16 23.33 vs 20.33 tn 10.00 vs 10.17 tn 941.45 vs 1035.11 tn 1.07 vs 1.01 tn M3 vs M6 35.42 vs 21.00 * 12.50 vs 7.33 tn 1490.39 vs 870.59 tn 1.04 vs 1.12 tn M3 vs M15 35.42 vs 25.58 tn 12.50 vs 6.67 tn 1490.39 vs 981.45 tn 1.04 vs 0.96 tn M3vs M16 35.42 vs 23.33 * 12.50 vs 10.00 tn 1490.39 vs 941.45 tn 1.04 vs 1.07 tn M6 vs M15 21.00 vs 25.58 tn 7.83 vs 6.67 tn 870.59 vs 981.45 tn 1.12 vs 0.96 tn M6 vs M16 21.00 vs 23.33 tn 7.83 vs 10.00 tn 870.59 vs 941.45 tn 1.12 vs 1.02 tn M15 vs M16 25.58 vs 23.33 tn 6.67 vs 10.00 tn 981.45 vs 941.45 tn 0.96 vs 1.02 tn 503

(16)

Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2014, Palembang 26-27 September 2014 ISBN : 979-587-529-9

1

Tabel 2.Uji kontras ortogonal peubah bobot kering akar, tajuk, tanaman dan nisbah tajuk akar jarak pagar pada media tanah ex tambang batu bara Sumber Keragaman BK Akar (g) BK tajuk (g) BK tanaman (g) Serapan P (g/tan) Kontrol vs Isolat lainnya 2.75 vs 5.70 tn 25.38 vs 39.38 tn 28.13 vs 45.09 tn 4.34 vs 4.94 tn Isolat tunggal vs Campuran 2 isolat 5.24 vs 6.13 tn 25.38 vs 38.45 tn 47.82 vs 44.59 tn 7.52 vs 4.00 ** Isolat tunggal vs Campuran 3 isolat 5.24 vs 4.5 tn 25.38 vs 37.05 tn 47.82 vs 41.55 tn 7.52 vs 3.92 ** Isolat tunggal vs Campuran 4 isolat 5.24 vs 4.52 tn 25.38 vs 35.07 tn 47.82 vs 39.59 tn 7.52 vs 3.27 ** Isolat tunggal vs mycofer 5.24 vs 9.30 ** 25.38 vs 45.82 tn 47.82 vs 55.12 tn 7.52 vs 5.99 tn Campuran 2 isolat vs Campuran 3 isolat 6.13 vs 4.5 tn 38.45 vs 37.05 tn 44.59 vs 41.59 tn 4.00 vs 3.92 tn Campuran 2 isolat vs Campuran 4 isolat 6.13 vs 4.52 tn 38.45 vs 35.07 tn 44.59 vs 39.59 tn 4.00 vs 3.27 tn Campuran 2 isolat vs mycofer 6.13 vs 9.30 tn 38.45 vs 45.82 tn 44.59 vs 55.12 tn 4.00 vs 5.99 tn Campuran 3 isolat vs Campuran 4 isolat 4.5 vs 4.52 tn 37.05 vs 35.07 tn 41.55 vs 39.59 tn 3.92 vs 3.27 tn Campuran 3 isolat vs mycofer 4.5 vs 9.30 ** 37.05 vs 45.82 tn 41.55 vs 55.12 tn 3.92 vs 5.99 * Campuran 4 isolat vs mycofer 4.52 vs 9.30 ** 35.07 vs 45.82 tn 39.59 vs 55.12 tn 3.27 vs 5.99 * M3 vs M3,6; M3,15; M3,16 5.68 vs 5.39 tn 47.63 vs 38.58 tn 53.32 vs 43.97 tn 10.42 vs 3.90 ** M6 vs M6,15; M6,16 4.37 vs 7.53 tn 34.62 vs 42.24 tn 38.98 vs 49.78 tn 6.17 vs 4.92 tn M15 vs M15,16 6.02 vs 6.29 tn 49.01vs 37.97 tn 55.02 vs 44.26 tn 6.80 vs 4.28 * M16 vs M3,16; M6,16; M15,16 4.9 vs 5.32 tn 39.05 vs 35.03 tn 43.95 vs 40.35 tn 6.68 vs 2.91 ** M3 vs M3,6,15;; M3,6,16 5.68 vs 4.69 tn 47.63 vs 41.08 tn 53.32 vs 45.77 tn 10.42 vs 4.06 * M6 vs M3,6,15; 4.37 vs 4.67 tn 34.62 vs 31.98 tn 38.98 vs 36.66 tn 6.17 vs 3.26 ** M15 vs M3,6,15;; M3,15,16 6.02 vs 4.46 tn 49.01vs 37.78 tn 55.02 vs 42.24 tn 6.80 vs 4.32 * M16 vs M3,6,16; M3,15,16; M6,15,16 4.9 vs 4.18 tn 39.05 vs 37.33 tn 43.95 vs 41.52 tn 6.68 vs 4.04 * M3 vs M3,6,15,16 5.68 vs 4.52 tn 47.63 vs 35.07 tn 53.32 vs 39.59 tn 10.42 vs 3.27 ** M6 vs M3,6,15,16 4.37 vs 4.52 tn 34.62 vs 35.07 tn 38.98 vs 39.59 tn 6.17 vs 3.27 * M15vs M3,6,15,16 6.02 vs 4.52 tn 49.01vs 35.07 tn 55.02 vs 39.59 tn 6.80 vs 3.27 ** M16 vs M3,6,15,16 4.9 vs 4.52 tn 39.05 vs 35.07 tn 43.95 vs 39.59 tn 6.68 vs 3.27 * M3 vs M6 5.68 vs 4.17 tn 47.63 vs 34.62 tn 53.32 vs 38.98 tn 10.42 vs 6.17 ** M3 vs M15 5.68 vs 6.02 tn 47.63 vs 49.00 tn 53.32 vs 55.02 tn 10.42 vs 6.80 ** M3vs M16 5.68 vs 4.90 tn 47.63 vs 39.05 tn 53.32 vs 43.95 tn 10.42 vs 6.68 ** M6 vs M15 4.37 vs 6.02 tn 34.62 vs 49.00 tn 38.98 vs 55.02 tn 6.17 vs 6.80 tn M6 vs M16 4.37 vs 4.90 tn 34.62 vs 39.05 tn 38.98 vs 43.95 tn 6.17 vs 6.68 tn M15 vs M16 6.02 vs 4.90 tn 49.00 vs 39.05 tn 55.02 vs 43.95 tn 6.80 vs 6.68 tn 504

(17)

Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2014, Palembang 26-27 September 2014 ISBN : 979-587-529-9

505

Hasil pengamatan terhadap peubah infeksi akar menunjukkan bahwa pada seluruh tanaman jarak pagar yang diinokulasi FMA memiliki infeksi akar 100%.

PEMBAHASAN

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tanggap pertumbuhan dan serapan P tanaman jarak pagar pada media tanah bekas tambang batu bara yang diinokulasi inokulum FMA lebih tinggi dibandingkan tanaman jarak pagar tanpa FMA. Karakteristik asosiasi mikoriza ini memungkinkan tanaman untuk memperoleh air dan hara dalam kondisi lingkungan yang kering dan miskin unsur hara, perlindungan dari patogen akar dan unsur toksik dan secara tidak langsung melalui perbaikan struktur tanah. Hal ini dimungkinkan karena mikoriza memiliki jaringan hipa eksternal yang luas dan diameter yang lebih kecil dari bulu-bulu akar, enzim fosfatase dan sekresi hifa lainnya serta terbentuknya mantel hifa yang melindungi akar secara fisik.

Berdasarkan data hasil pengamatan terlihat bahwa setiap mikoriza (FMA) memiliki kefektivan yang berbeda terhadap pertumbuhan dan serapan P tanaman jarak pagar. (Tabel 1 dan 2). Perbedaan keefektivan yang terjadi dari masing-masing jenis isolat tersebut disebabkan adanya perbedaan kemampuan dari masing-masing isolat dalam bersimbiosis dengan tanamn jarak pagar. Kemungkinan setiap isolat juga memiliki preferensi yang berbeda terhadap eksudat yang dikeluarkan tanaman tersebut.Di tanah bekas tambang batu bara tersebut terlihat bahwa kelompok isolat tunggal pengaruhnya lebih baik jika bekerja sendiri-sendiri dan jika bersama-sama malahan saling antagonis dan saling bersaing.

Campuran 2 isolat cenderung memberikan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan campuran 3 dan 4 isolat seperti yang ditunjukkan oleh semua peubah kecuali diameter batang. Hal ini menunjukkan bahwa dalam inokulum campuran 2 isolat, masing-masing isolat dapat bekerja sama, tetapi ketika dicampur menjadi campuran 3 dan 4 isolat masing-masing tidak mampu lagi memberikan peran yang lebih baik, disebabkan kemungkinan adanya sifat keefektivan yang berbeda dari masing-masing FMA tersebut sehingga kerja ketiga dan keempat isolat tersebut saling antagonis. Sedangkan campuran 3 isolat memberikan pertumbuhan yang hampir sama dengan campuran 4 isolat. Dalam hal ini berarti pada campuran 3 isolat, masing-masing isolat FMA mampu berkerja sama dengan baik, dan ketika dicampur menjadi 4 isolat juga keempat isolat tersebut mampu bekerja sama secara sinergis dalam mempengaruhi pertumbuhan dan sertapan P tanaman jarak pagar tersebut.

Selanjutnya masing-masing isolat tunggal (M3, M15 dan M16) secara umum

memberikan pertumbuhan tanaman jarak pagar yang lebih baik dibandingkan isolat campuram yang mengandung masing-masing isolat tersebut. Ini berarti bahwa setiap isolat mampu bekerja dengan baik pada saat bekerja sendiri-sendiri dan terjadi penurunan pertumbuhan dan serapan P jika bekerja sama atau saling berantagonis. Sementara itu, isolat tunggal M6 (Glomus sp-6), justru inokulum campuran yang mengandung isolat masing-masing isolat tunggal tersebut yang lebih baik dibandingkan isolat tunggal M6 (Glomus sp-6). Dalam hal ini berarti inokulum campuran 3 isolat lebih mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman jarak pagar yang menunjukkan bahwa masing-masing isolat bekerja sama secara sinergis dalam membantu pertumbuhan tanaman. Kombinasi ketiga isolat tersebut saling kuat mempengaruhi pertumbuhan tanaman jarak pagar. Hasil penelitian Delvian (2003) menunjukkan bahwa inokulum campuran 2 isolat (Glomus sp-2 dan Acaulospora sp-1; Glomus sp-2 dan Gigaspora sp.; Acaulospora sp-1 dan Gigaspora sp.) dan inokulum campuran 3 isolat (Glomus sp-2, Acaulospora sp-1 dan

(18)

Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2014, Palembang 26-27 September 2014 ISBN : 979-587-529-9

506

Gigaspora sp.) cenderung lebih efektif dibandingkan isolat tunggal dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman lamtorogung (Leucaena leucocephala).

Selanjutnya tanaman jarak pagar yang diinokulasi inokulum tunggal M3 (Glomus

sp-3) memiliki pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan isolat tunggal M6 (Glomus sp-6),

M15 (Glomus sp-15) dan M16 (Glomus sp-16). Kemudian isolat M15 (Glomus sp-15)

memberikan pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan isolat tunggal M16 (Glomus

sp-16), sedangkan tanaman jarak pagar yang diimokulasi M6 (Glomus sp-6) lebih rendah

pertumbuhannya daripada M15 (Glomus sp-15) dan M16 (Glomus sp-16), dalam hal ini

berarti inokulum tunggal M3 (Glomus sp-3) tersebut paling efektif dalam memberikan

perannya terhadap pertumbuhan dan serapan P tanaman jarak pagar.

Berdasarkan hasil pengamatan bahwa isolat yang diberikan pada semua tanaman jarak pagar sudah mampu menginfeksi akar tanaman tersebut dengan sempurna sehingga terjadi peningkatan pertumbuhan dan serapan P. Hal ini menunjukkan bahwa FMA memiliki tingkat kompabilitas yang sangat tinggi dengan tanaman jarak pagar.

Kemampuan FMA memperbaiki dan meningkatkan pertumbuhan tanaman berkaitan dengan peranannya dalam penyerapan fosfor (Wachjar, et al., 2002; Widiastuti, et al., 2005; Zulaikha dan Gunawan, 2006; Husnal, et al., 2007; Widyati, 2007; Sasli, et al., 2008; Purnomo, et al., 2008; Maryeni dan Hervani, 2008; Zuhry dan Puspita, 2008; Ramirez, et al., 2009; Borde, et al., 2009; Hwang, et al., 2009; Shokri dan Maadi, 2009). Peningkatan serapan P oleh tanaman ber-FMA sebagian besar karena hifa eksternal dari FMA yang berperan sebagai sistem perakaran di mana hifa eksternalnya menyediakan permukaan yang lebih efektif dalam menyerap unsur hara dari tanah yang kemudian dipindahkan ke akar inang. Husin dan Marlis (2002) menyatakan bahwa pemanfaatan mikoriza dapat memperpanjang dan memperluas jangkauan akar terhadap penyerapan unsur hara, sehingga serapan hara tanaman akan meningkat dan hasil tanaman juga akan meningkat. Menurut Widiastuti, et al. (2003) seta Sheng, et al. (2009), bibit kelapa sawit yang diinokulasi FMA memiliki sistem perakaran yang lebih baik dibandingkan dengan bibit yang tidak diinokulasi, sehingga terjadi peningkatan serapan P dan pertumbuhan tanaman.

FMA juga dapat menyerap fosfat organik dan mengubahnya menjadi P anorganik yang dapat diserap tanaman dengan adanya bantuan enzim fosfatase asam yang juga dihasilkan oleh FMA dan juga sel-sel tanaman tersebut. Gunawan (1993) dan menjelaskan bahwa enzim fosfatase asam yang dihasilkan oleh hifa FMA yang sedang aktif tumbuh dan peningkatan aktivitas fosfatase pada permukaan akar sebagai hasil infeksi FMA menyebabkan Pi dibebaskan dari fosfat organik pada daerah dekat permukaan sel sehingga dapat diserap melalui mekanisme serapan hara.

KESIMPULAN

1. Tanaman jarak pagar yang bersimbiosis dengan FMA menunjukkan tanggap pertumbuhan lebih tinggi dibandingkan tanaman tanpa inokulasi FMA.

2. Setiap jenis FMA memiliki keefektivan yang berbeda dengan tanaman jarak pagar. FMA yang memiliki keefektivan tertinggi di media tanah bekas tambang batu bara adalah inokulum tunggal FMA Glomus sp-3 (M3).

(19)

Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2014, Palembang 26-27 September 2014 ISBN : 979-587-529-9

507

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih penulis ucapkan kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional melalui Penelitian Hibah Bersaing Nomor Kontrak: 02/H21.3.1/2.3/2010, Tanggal : 4 Maret 2010, yang telah membiayai penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Borde, M., M. Dudhane, and P. K. Jite. 2009. Role of bioinoculant (am fungi) increasing in growth, flavor content And yield in Allium sativum L.. onder field condition. Not. Bot. Hort. Agrobot. Cluj 37 (2):124-128

Brundrett MC, Bougherr N, Dells B, Grove T, Malajczuk N. 1996. Working with Mycorrhizas in Forestry and Agriculture. ACIAR. Peter Lynch (Ed.) Pirie Printers Canberra. Australia.

Delvian 2003. Keanekaragaman cendawan mikoriza arbuskula (FMA) di hutan pantai dan potensi pemanfaatannya. Studi kasus di hutan cagar alam Leuweung Sancang Kabupaten Garut, Jawa Barat. Disertasi. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Gunawan AW. 1993. Mikoriza Arbuskula. PAU Ilmu Hayat. IPB. Bogor.

Husin, E. F. dan R. Marlis. 2002. Aplikasi cendawan mikoriza arbuskular sebagai pupuk biologi pada pembibitan kelapa sawit. Prosiding Seminar Nasional BKS PTN Wilayah Indonesia Barat. FP USU Medan.

Husnal, Faisal T, Mahfud. 2007. Aplikasi mikoriza untuk memacu pertumbuhan jati di Muna. Balai Pusat Penelitian Boteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Info Teknis 5 (1):1-4.

Hwang, S.F., H.U. Ahmad, K. Ampong-Nyarko, S.E. Strelkov, R.J. Howard and G.D. Turnbull. 2009. Causal agents of root rot and the effect of vesicular-arbuscular mycorrhiza fungi in seedlings of Rhodiola rosea in Alberta, Camada. Plant Pathology Journal 8 (3): 120-126.

Maryeni, R. dan D. Hervani. 2008. Pengaruh jamur mikoriza terhadap pertumbuhan tanaman selasih (Ocimum sanctum L.). Jurnal Akta Agrosia 11(1):7-12.

Prasetyo, B., B.D. Krisnayanti. W.H. Utomom dan C.W.N. Anderson. 2010. Rehabilitation of artisanal mining gold land in west lombok, indonesia: 2. Arbuscular mycorrhiza status of tailings and surrounding soils. Journal of Agricultural Science 2 (2):202-209.

Purnomo, D.W., B. S. Purwoko, S. Yahya, S. Sujiprihati, I. Mansur dan Amisnaipa. 2008. Tanggap pertumbuhan dan hasil cabai (Capsicum annuum L.) terhadap inokulasi fungi mikoriza arbuskula pada tanah ultisol. Bul. Agron. 36 (3):229-235. Quilambo, O.A. 2003. Review of The vesicular-arbuscular mycorrhiza symbiosis. Afr. J.

Biotechnol. 2 (12):539 – 546.

Ramirez, R., B. Mendoza, and J. I. Lizaso. 2009. Mycorrhiza effect on maize p uptake from phosphate rock and superphosphate. Communications in Soil Science and Plant Analysis, 40:2058–2071.

Sasli, I., S. Yahya, Sudrajat, Y. Setiadi dan Sudarsono. 2008. Perbaikan pertumbuhan dan kualitas tanaman lidah buaya di tanah gambut dengan aplikasi mikoriza arbuskula dan pemupukan. Bul. Agron. 36 (3):248-254.

Setiadi, Y. 2001. Peranan mikoriza arbuskula dalam rehabilitasi lahan kritis di Indonesia. Makalah Seminar. 23 April 2001.

(20)

Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2014, Palembang 26-27 September 2014 ISBN : 979-587-529-9

508

Sheng, M., M. Tang, H.Chen, B. Yang, F. Zhang, and . Huang. 2009. Influence of arbuscular mycorrhizae on the root system of maize plants under salt stress. Can. J. Microbiol. 55: 879–886.

Shokri, S. and B. Maadi.. 2009. Effects of arbuscular mycorrhiza fungus on the mineral nutrition and yield of Trifolium alexandrinum plants under salinity stress. Journal of Agronomy 8 (2):79-83

Subiksa, IGM. 2009. Pemanfaatan Mikoriza untuk Penanggulangan Lahan Kritis.

http://www.shantybio.transdigit.com/?Biology. 28 Februari 2009.

Sukma, N.H.. 2006. Pengujian efektivitas inokulum cendawan mikoriza arbuskula (FMA) dengan media tanam dan tanaman inang berbeda pada rumput Brachiaria humidicola. Skripsi. Program Studi Nutrisi Dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Tikupadang. H. 2008. Efektivitas Mikoriza Arbuskular Pada Tanaman Bitti dan Eboni di Sulawesi. http://balithutmakassar.or.id. 25 September 2008.

Wachjar A, Yadi S, Ninin Y. 2002. Pengaruh inokulasi dua spesies cendawan mikoriza arbuskular dan pupuk fosfat terhadap pertumbuhan dan serapan fosfat pada bibit kelapa sawit (Elaes quienans). Bul, Agron. 3:69-74.

Widiastuti, H., E. Guhardja, N. Sukarno, L. K. Darusman, D. H. Goenadi dan S. Smith. 2003. Arsitektur akar bibit kelapa sawit yang diinokulasi beberapa cendawan mikoriza arbuskula. Menara Perkebunan 71(1):28-43.

Widiastuti, H, N. Sukarno, L. K. Darusman, D. H. Goenadi, S. Smith, dan E. Guhardja. 2005. Penggunaan spora cendawan mikoriza arbuskula sebagai Inokulum untuk meningkatkan pertumbuhan dan serapan hara bibit kelapa sawit. Menara Perkebunan 73(1):26-34.

Widyati, E. 2007. Formulasi inokulum mikroba: MA, BPF dan rhizobium asal lahan bekas tambang batubara untuk bibit Acacia crassicarpa Cunn. Ex-Benth. Biodiversitas, 8 (3):238-241.

Zuhry, E. dan F. Puspita. 2008. Pemberian cendawan mikoriza arbuskular (FMA) pada tanah podzolik merah kuning (PMK) terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai (Glycine max (L.) Merill). Sagu 7(2):25-29.

Zulaikha, S. dan Gunawan. 2006. Serapan fosfat dan respon fisiologis tanaman cabai merah cultivar hot beauty terhadap mikoriza dan pupuk fosfat padat tanah ultisol. Bioscientiae 3(2):83-92.

Gambar

Tabel 1.  Uji kontras ortogonal terhadap peubah pertambahan tinggi bibit, pertambahan jumlah daun, luas daun dan pertambahan diameter batang               tanaman jarak pagar pada media tanah bekas tambang batu bara
Tabel 2.Uji kontras ortogonal peubah bobot kering akar, tajuk, tanaman dan nisbah tajuk akar jarak pagar pada media tanah ex tambang batu bara

Referensi

Dokumen terkait

338 Faktor yang menjadi penghambat untuk pengembangan tanaman karet di Desa Riding adalah kedalaman air tanah yang dangkal di lahan pasang surut mengakibatkan akar

Analisis Keuntungan Dan Nilai Tambah (Added Value) Pengolahan Kerupuk Udang dan Pemasarannya di Sungsang Kecamatan Banyuasin II Kabupaten Banyuasin Sumatera

terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit dengan media lapisan tanah atas bekas lahan tambang batu bara memberikan pertumbuhan yang lebih baik terhadap tinggi,

Kompos TKKS dan kombinasi pupuk kandang dan kompos TKKS dapat mensubstitusi pupuk kandang di Desa Sri Gading Kecamatan Tabir Selatan Kabupaten Merangin karena pemberian

Pada tanaman padi berumur 20-40 hst terlihat adanya serangan hama wereng namun belum terdapat serangan hama walang sangit, hal ini dikarenakan pada tanaman

Hasil penelitian menunjukan bahwa populasi serangga hama antara lahan yang diaplikasikan bioinsektisida dengan lahan kontrol tidak berbeda nyata pada umur 1-4 minggu

ii PROSIDING SEMINAR NASIONAL LAHAN SUBOPTIMAL TAHUN 2021 ISBN: 978-623-399-012-7 Tema: “Sustainable Urban Farming Guna Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat di Era Pandemi“

Usaha mencegah kerusakan fisik bahan pangan dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti 1 memperlakukan bahan pangan dengan baik mulai penerimaan bahan baku, pengolahan, pengemasan,