• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUPATI KUTAI BARAT PERATURAN BUPATI KUTAI BARAT NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BUPATI KUTAI BARAT PERATURAN BUPATI KUTAI BARAT NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BUPATI KUTAI BARAT

PERATURAN BUPATI KUTAI BARAT

NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG

KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2015

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI BARAT,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujdkan Ketahanan Pangan Nasioanal pupuk sangat penting dalam peningkatan produktivitas dan produksi komuditas pertanian; b. bahwa untuk meningkatkan kemampuan petani

dalam penerapan pemupukan berimbang diperlukan adanya subsidi;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Kebutuhan dan Harga Eceran Tertinggi Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian Tahun Anggara 2015.

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1956, tentang Pembentukan Daerah-Daerah Otonomi Provinsi Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 65 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1106) sebaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1958 tentang Penetapan Undang-undang Darurat Nomor 10 Tahun 1957 tentang Pembentukan Deaerah Swatantra Tingkat I Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1957 Nomor 53) sebagai Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1622); 2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang

Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3478);

3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesai Tahun 1999 Nomor 42 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesai Nomor 3821);

(2)

2

4. Undang-Undang Nomor 47 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Nunukan, Kabupaten malinau, Kabupaten Kutai barat, Kabupaten Kutai Timur, dan Kota Bontang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 175, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 3896), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2000 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 47 Tahun 1999 tentang pembentukan Kabupaten Nunukan, Kabupaten malinau, Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai Timur, dan Kota Bontang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3962);

5. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);

6. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 7. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang

Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara nomor 4355);

8. Undang–Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4411);

9. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

10. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

11. Undang–Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

(3)

3

12. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2001 tentang Pupuk Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2001 Nomor 14, Tambahan Lembaga Negara Republik Indonesia Nomor 4079);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

16. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4738);

17. Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2011 tentang Perubahan Peraturan Presiden Nomor 77 Tahun 2005 tentang Penetapan Pupuk Bersubsidi sebagai Barang Dalam Pengawasan;

18. Keputusan Presiden Nomor 137/P Tahun 2013 tentang Pengangkatan Drs H. Awang Faroek Ishak, MM. M,Si sebagai Gubernur Kalimantan Timur dan H. Mukmin Faisyal HP, SH sebagai Wakil Gubernur Kalimantan Timur masa jabatan 2013 – 2018;

19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 32);

20. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 94/PMK.02/2011 Tentang Tata Cara Penyediaan Anggaran, Penghitungan, Pembayaran, dan Pertanggungjawaban Subsidi Pupuk (Berita Negara Tahun 2011 Nomor 366);

21. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 250/PMK.02/2011 Tentang Tata Cara Pencairan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atas Beban Anggaran Bendahara Umum Negara pada Kantor Pelayanan Pembendaharaan Negara (Berita Negara Tahun 2010 Nomor 622);

(4)

4

22. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 21/M/DAG/Per/6/2008 tentang Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi untuk Sektor Pertanian;

23. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 17/M-DAG/PER/6/2011 tentang Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi untuk Sektor Pertanian;

24. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 634/MPP/9/ 2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pengawasan Barang dan atau Jasa yang beredar di Pasar;

25. Peraturan Menteri Pertanian Nomor

40/Permentan/OT.140/4/2007 tentang

Rekomendasi Pemupukan N, P dan K pada Padi Sawah Spesifik Lokasi ;

26. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61/Permentan/OT.140/4/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian;

27. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 43/Permentan/SR.140/8/2011 tentang Syarat dan Tatacara Pendaftaran Pupuk An Organik (Berita Negara Tahun 2011 Nomor 491);

28. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 70/Permentan/SR.140/10/2011 tentang Pupuk Organik, Pupuk Hayati dan Pembenah Tanah (Berita Negara Tahun 2011 Nomor 664);

29. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 122/Permentan/SR.130/11/2013 tentang Kebutuhan dan Harga Eceran Tertinggi (HET) Pupuk Bersubsidi untuk sektor Pertanian Tahun Anggaran 2014;

30. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 669/Kpts/OT.160/5/2012 tentang Pembentukan Kelompok Kerja Perumusan kebijakan Perumusan Kebijakan Pupuk;

31. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur Nomor 05 Tahun 2008, tentang Urusan Pemerintahan Provinsi Kalimantan Timur (Lembaran Daearah Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2008 Nomor 5); 32. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur Nomor

08 Tahun 2008, tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daearah Provinsi Kalimantan Timur (Lembaran Daearah Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2008 tambahan lembaran Provinsi Kalimantan Timur Nomor 33);

33. Peraturan Gubernur Kalimantan Timur Nomor 65 Tahun 2014 Tentang Kebutuhan dan Harga Eceran Tertinggi Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian Tahun Anggaran 2015;

(5)

5

34. Keputusan Gubernur Provinsi Kalimantan Timur Nomor 521.34/K.573/2013 tentang pembentukan Tim Komisi Pengawasan Pupuk dan Pestisida Provinsi Kalimantan Timur;

35. Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Barat Nomor 03 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Kabupaten Kutai Barat (Lembaran Daerah Kabupaten Kutai Barat Tahun 2001 Nomor 03);

36. Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Barat Nomor 05 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Kutai Barat (Lembaran Daearah Kabupaten Kutai Barat Tahun 2008 Nomor 05, Tambahan Lembaran Daearah Kabupaten Kutai Nomor 130) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Barat Nomor 08 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Peraturan Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Barat Nomor 05 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Kutai Barat (Lembaran Daearah Kabupaten Kutai Barat Tahun 2013 Nomor 08).

MEMUTUSKAN ;

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PENETAPAN KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2015.

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksudkan dengan: 1. Daerah adalah Kabupaten Kutai Barat;

2. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggara urusan Pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perakilan Rakyat Daerah menurut azas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

3. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah;

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Lembaga perwakilan rakyat daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah;

5. Kepala Daerah adalah Bupati Kutai Barat;

6. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kabupaten Kutai Barat; 7. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu Kepala Daerah dalam

penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang terdiri dari Sekretaris Daerah, Sekretariat DPRD, Dinas Daerah, Lembaga Teknis Daerah dan Kecamatan di lingkungan Pemerintah Kabupaten Kutai Barat;

(6)

6

8. Pupuk adalah bahan kimia organisme yang berperan dalam penyediaan unsur hara bagi keperluan tanaman secara langsung atau tidak langsung;

9. Pupuk An Organik adalah Pupuk hasil proses rekayasa secara kimia, fisika dan atau biologi, dan merupakan secara langsung atau tidak langsung;

10. Pupuk Organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri dari bahan Organik yang berasal dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk mensuplai bahan organik, memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi bahan;

11. Pemupukan berimbang adalah pemberian pupuk bagi tanaman sesuai dengan status hara tanah dan kebutuhan tanaman untuk mencapai produktivitas yang optimal dan berkelanjutan;

12. Pupuk Bersubsidi adalah Barang dalam Pengawasan yang pengadaan dan penyalurannya mendapat subsidi yang dibeli oleh petani/kelompok tani di penyalur resmi diLini IV yang ditetapkan oleh Menteri Pertanian; 13. Kebutuhan pupuk bersubsidi adalah alokasi sejumlah pupuk bersubsidi per provinsi yang dihitung berdasarkan usulan Gubernur atau Dinas yang membidangi sektor pertanian di provinsi;

14. Harga Eceran Tertinggi yang selanjutnya disebut HET adalah harga pupuk bersubsidi yang dibeli oleh petani/kelompok Tani di penyalur Lini IV yang ditetapkan oleh Menteri Pertanian;

15. Harga pokok penjualan yang selanjutnya disebut HPP adalah biaya pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi yang diproduksi oleh Produsen pupuk dengan komponen biaya yang ditetapkan oleh Menteri Pertanian;

16. Sektor Pertanian adalah sektor yang berkaitan dengan budidaya tanaman pangan, hotikultura, perkebunan, hijauan pakan ternak dan budidaya Ikan atau udang;

17. Petani adalah perorangan warga negara Indonesia yang mengusahakan budidaya tanaman pangan atau tanaman hortikultura dengan luasan tertentu;

18. Pekebun adalah perorangan warga negara Indonesia yang mengusahakan lahan, budidaya tanaman perkebunan dengan luasan tertentu;

19. Peternak adalah perorangan warga negara Indonesia yang mengusahakan budidaya tanaman hijau pakan ternak dngan luasan tertentu;

20. Penambak adalah perorangan warga negara Indonesia yang mengusahakan lahan untuk budidaya ikan dan atau udang dengan luasan tertentu;

21. Produsen adalah perusahaan yang memproduksi pupuk An-organik dan pupuk Organik didalam negeri;

22. Penyaluran di Lini III adalah Distributor sesuai ketentuan Peraturan Menteri Perdagangan tentang Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi untuk Sektor Pertanian yang berlaku;

23. Penyaluran di Lini IV adalah Pengecer Resmi sesuai ketentuan Peraturan Menteri Perdagangan tentang Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi untuk Sektor Pertanian yang berlaku;

(7)

7

24. Kelompok Tani adalah kumpulan petani yang mempunyai kesamaan kepentingan dalam memanfaatkan sumberdaya pertanian untuk bekerjasama meningkatkan produkfitas usahatani dan kesejahteran anggotanya dalam mengusahakan lahan usaha tani secara bersama pada suatu hamparan atau kawasan yang dilakukan oleh Bupati/Walikota atau pejabat yang ditunjuk;

25. Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok Tani (RDKK) adalah perhitungan rencana kebutuhan pupuk bersubsidi yang disusun kelompok tani berdasarkan luasan areal usaha tani yang diusahakan petani, pekebun, dan pembudidayaan ikan dan atau udang anggota kelompok tani dengan rekomendasi pemupukan berimbang spesifik lokasi;

26. Komisi Pengawas Pupuk dan Pestisida (KPPP) adalah wadah koordinasi instansi terkait dalam pengawasan pupuk dan pestisida yang dibentuk oleh Gubernur untuk tingkat Provinsi dan oleh Bupati/Walikota untuk Tingkat Kabupaten/Kota.

BAB II

PERUNTUKAN PUPUK BERSUBSIDI Pasal 2

(1) Pupuk bersubsidi diperuntukan bagi petani, pekebun, peternak yang mengusahakan lahan dengan total luasan maksimal 2 (dua) hektar atau penambak dengan luasan maksimal 1 (satu) setiap musim tanam per keluarga;

(2) Pupuk bersubsidi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak diperuntukkan bagi perusahaan tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan atau perusahaan perikanan budidaya.

BAB III

ALOKASI PUPUK BERSUBSIDI Pasal 3

(1) Kebutuhan pupuk bersubsidi dihitung sesuai dengan anjuran pemupukan berimbang spesifik lokasi dengan pertimbangan usulan kebutuhan yang dianjurkan oleh Kepala Dinas Provinsi kepada Direktur Jenderal;

(2) Kebutuhan pupuk bersubsidi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dirinci menurut Provinsi, jenis, jumlah, sub sektor dan sebaran bulanan sebagaimana tercantum dalam Lampiran I, Lampiran II dan Lampiran III yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.

Pasal 4

(1) Kebutuhan Pupuk Bersubsidi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, dirinci lebih lanjut menurut kabupaten/kota jenis, jumlah, sub sektor dan sebaran bulanan yang disahkan dengan Peraturan Gubernur;

(2) Peraturan Gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling lambat ditetapkan pada pertangahan bulan desember 2013.

(8)

8 Pasal 5

(1) Kebutuhan Pupuk Bersubsidi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, dirinci lebih lanjut menurut kecamatan, jenis, jumlah, sub sektor dan sebaran bulanan yang disahkan dengan Peraturan Bupati/Walikota; (2) Kebutuhan Pupuk Bersubsidi sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

mempertimbangkan rekap RDKK yang disususn oleh Kepala Dinas Kabupaten/Kota dan diketahui kepala Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP4K) Kabupaten/Kota setempat; (3) Peraturan Bupati/Walikota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling

lambat ditetapkan pada akhir bulan Desember 2013. Pasal 6

Dinas bersama lembaga penyuluhan pertanian dan/atau perikanan setempat wajib melaksanakan pembinaan kepada kelompok tani dalam penyusunan RDKK sesuai luas areal usahatani dan/atau kemampuan penyerapan pupuk di tingkat petani di wilayahnya.

Pasal 7

(1) Dalam hal kebutuhan pupuk bersubsidi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, Pasal 4 dan Pasal 5 terjadi kekurangan dapat dipenuhi realokasi antar wilayah, waktu dan sub sector;

(2) Realokasi antar provinsi lebih lanjut ditetapkan oleh Direktur Jenderal; (3) Realokasi antar Kabupaten/Kota dalam wilayah Provinsi lebih lanjut

ditetapkan oleh Gubernur;

(4) Realokasi antar Kecamatan dalam wilayah kabupaten/kota lebih lanjut ditetapkan oleh Bupati/Walikota;

(5) Apabila alokasi Pupuk Bersubsidi di suatu provinsi, kabupaten/kota, dan kecamatan pada bulan berjalan tidak mencukupi, produsen dapat menyalurkan alokasi Pupuk Bersubsidi di wilayah bersangkutan dari sisa alokasi bulan sebelumnya dan/atau dari alokasi bulan berikutnya dengan tidak melampaui alokasi 1 (satu) bulan.

BAB IV

PENYALURAN DAN HET PUPUK BERSUBSIDI Pasal 8

Pupuk bersubsidi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) terdiri atas Pupuk An-Organik dan Pupuk Organik yang diproduksi dan atau diadakan oleh Produsen.

Pasal 9

(1) Pelaksanaan Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi sampai ke Penyalur Lini IV dilakukan sesuai dengan ketentuan Menteri Perdagangan tentang Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi untuk sektor pertanian yang berlaku;

(2) Penyaluran Pupuk Bersubsidi Sektor Pertanian di Penyalur Lini IV ke Petani atau Kelompok Tani diatur sebagaimana berikut:

a. Penyalur pupuk bersubsidi ditingkat penyalur Lini IV berdasarkan RDKK sesuai dengan wilayah tanggung jawabnya;

(9)

9

b. Penyalur pupuk Bersubsidi sebagaimana dimaksud pada huruf a memperhatikan kebutuhan kelompoktani dan alokasi di masing-masing wilayah;

c. Penyaluran pupuk sebagaimana dimaksud ada huruf a, sesuai dengan prinsip 6 (enam) tepat yaitu tepat jenis, jumlah, harga, tampat, waktu dan mutu.

(3) Untuk kelancaran penyaluran pupuk bersubsidi di Lini IV ke petani atau Kelompok Tani sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Kepala Dinas Provinsi dan Kabupaten/Kota melakukan pendataan RDKK di wilayahnya sebagai dasar pertimbangan dalam pengalokasian Pupuk Bersubsidi sesuai alokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dan Pasal 5;

(4) Optimalisasi pemanfaatan pupuk bersubsidi ditingkat petani /kelompok tani dilakukan melalui pendampingan penerapan pemupukan berimbang spesifik lokasi oleh penyuluh;

(5) Pengawasan Penyaluran Pupuk Bersubsidi di Penyalur Lini IV ke Petani dilakukan oleh petugas pengawas yang ditunjuk sebagai salah satu kesatuan dari Komisi Pengawasan Pupuk Pestisida (KPPP) di Kabupaten/Kota;

(6) Lokasi wilayah distributor penerima pupuk bersubsidi meliputi wilayah Kecamatan Tering, Linggang Bigung, Long Iram, Barong Tongkok, Damai dan Bentian Besar melalui distributor UD Cahaya Paharin, Wilayah Kecamatan Sekolaq Darat, Melak dan Manor Bulatn melalui pengecer Koperasi Bapentan. Wilayah Kecamatan Bongan, Jempang, Muara Pahu dan Penyinggahan melalui pengecer UD Tani Jaya. Wilayah Kecamatan Linggang Bigung melalui pengecer Kios Mapan jaya.

Pasal 10

(1) Produsen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, Penyalur di Lina III dan Penyalur di Lini IV wajib menjamin ketersediaan Pupuk Bersubsidi saat dibutuhkan petani, pekebun, peternak, dan petambak di wilayah tanggung jawabnya sesuai alokasi yang telah ditetapkan;

(2) Untuk menjamin ketersediaan pupuk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Produsen berkoordinasi dengan Dinas Pertanian setempat, untuk penyerapan Pupuk bersubsidi sesuai realokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7.

Pasal 11

(1) Penyalur di Lini IV yang ditunjuk harus menjual pupuk bersubsidi sesuai Harga Eceran Tertinggi (HET);

(2) Harga Eceran Tertinggi (HET) Pupuk Bersubsidi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan sebagai berikut:

a. Pupuk Urea = Rp 1.800,- per Kg b. Pupuk SP-36 = Rp 2.000,- per Kg c. Pupuk ZA = Rp 1.400,- per Kg d. Pupuk NPK = Rp 2.300,- per Kg e. Pupuk Organik = Rp 500,- per Kg

(10)

10

(3) Harga Eceran Tertinggi (HET) pupuk bersubsidi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berlaku untuk pembelian oleh Petani, Pekebun, Peternakan, Petambak di lini IV secara tunai dalam kemasan sebagai berikut:

a. Pupuk Urea = 50 Kg b. Pupuk ZA = 50 Kg c. Pupuk SP-36 = 50 Kg

d. Pupuk NPK = 50 Kg atau 20 Kg e. Pupuk Organik = 40 Kg atau 20 Kg

Pasal 12

Kemasanan Pupuk Bersubsidi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (3) harus diberi label tambahan berwarna merah, mudah dibaca dan tidak mudah hilang/terhapus yang bertuliskan:

“ Pupuk Bersubsidi Pemerintah’’ Barang Dalam Pengawasan

BAB V

PENGAWASAN DAN PELAPORAN Pasal 13

Produsen wajib melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap penyediaan dan penyaluran Pupuk Bersubsidi dari Lini I sampai lini IV sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan tentang Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi untuk Sektor Pertanian.

Pasal 14

(1) Komisi Pengawasan Pupuk dan Pestisida (KPPP) Provinsi dan Kabupaten/Kota wajib melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap penyaluran, penggunaan dan harga pupuk bersubsidi diwilayahnya;

(2) Komisi Pengawasn Pupuk dan Pestisida (KPPP) Kabupaten/Kota dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh Penyuluh.

Pasal 15

(1) Komisi Pengawasan Pupuk dan Pestisida di Kabupaten/Kota wajib menyampaikan laporan pemantauan dan pengawasan pupuk bersubsidi diwilayah kerjanya kepada Bupati/Walikota;

(2) Bupati/Walikota menyampaikan laporan hasil pementauan dan pengawasan pupuk bersubsidi kepada Gubernur;

(3) Komisi Pengawas Pupuk dan Pestisida (KPPP) di Provinsi wajib menyampaikan laporan hasil pemantauan dan pengawasan Pupuk Bersubsidi kepada Gubernur;

(4) Gubernur menyampaikan loporan hasil pemantauan dan pengawasan pupuk bersubsidi kepada Menteri Pertanian dan Perdagangan

(11)

11 BAB VI

KETENTUAN PENUTUP Pasal 16

Dengan berlakunya Peraturan Bupati ini maka Peraturan Bupati Kabupaten Kutai Barat nomor 14 Tahun 2014 tentang Kebutuhan Dan Harga Eceran Tertinggi (HET) Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian Tahun Anggaran 2014 (Berita Daerah Kabupaten Kutai Barat Tahun 2014 Nomor 07) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bupati Kabupaten Kutai Barat Nomor 46 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Peraturan Bupati Kabupaten Kutai Barat Nomor 14 Tahun 2014 Tentang Kebutuhan Dan Harga Eceran Tertinggi (HET) Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian Tahun Anggaran 2014 (Berita Daerah Kabupaten Kutai Barat Tahun 2014 Nomor 23) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 17

Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, Memerintahkan Pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Kutai Barat.

Ditetapkan di Sendawar,

pada tanggal, 12 Agustus 2015. BUPATI KUTAI BARAT,

ISMAIL THOMAS Diundangkan di Sendawar,

pada tanggal, 12 Agustus 2015. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT,

AMINUDDIN

BERITA DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT TAHUN 2015 NOMOR 21.

No Nama Jabatan Paraf 1. Bastiar, S.H. PJ. Kasubag Kumdang

2. Jannes Hutajulu, S.H., M.Si. Kabag Hukum 3. Paulus Runtung Plt. Kepala Disbuntanakan 4. Ir. Meril Elisa Ass. II

5. Drs. Aminuddin, M.Si. Sekda 6. H. Didik Effendi, S.Sos., M.Si Wakil Bupati

(12)

12

LAMPIRAN I : PERATURAN BUPATI KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2015.

================================================= KEBUTUHAN PUPUK BERSUBSIDI KABUPATEN KUTAI BARAT TAHUN

2015 BERDASARKAN PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR NOMOR 65 TAHUN 2014 MENURUT SUB SEKTOR

NO

SUB SEKTOR

TON

UREA

SP-36

ZA

NPK ORGANIK

1

TANAMAN PANGAN

200 135 60 426 28

2

HORTIKULTURA

20 20 10 50 50

3

PERKEBUNAN

170 100 30 350 10

4

PERIKANAN

BUDIDAYA

5 2 0 0 0

5

PETERNAKAN

5 2 0 0 0

JUMLAH

400 259 100 826 88 Ditetapkan di Sendawar,

pada tanggal, 12 Agustus 2015. BUPATI KUTAI BARAT,

ISMAIL THOMAS

No Nama Jabatan Paraf 1. Bastiar, S.H. PJ. Kasubag Kumdang

2. Jannes Hutajulu, S.H., M.Si. Kabag Hukum 3. Paulus Runtung Plt. Kepala Disbuntanakan 4. Ir. Meril Elisa Ass. II

5. Drs. Aminuddin, M.Si. Sekda 6. H. Didik Effendi, S.Sos., M.Si Wakil Bupati

(13)

13

LAMPIRAN II : PERATURAN BUPATI KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2015.

================================================= KEBUTUHAN PUPUK BERSUBSIDI TAHUN 2015 DISBUNTANAKAN KABUPATEN KUTAI BARAT MENURUT JENIS PUPUK DAN SEBARAN

DI KECAMATAN

NO

KECAMATAN

TON

UREA

SP-36

ZA

NPK

ORGANIK

1

Barong Tongkok

50 45 20 140 15

2

Linggang Bigung

50 40 15 143 15

3

Tering

20 10 3 20 2

4

Long Iram

50 15 5 50 5

5

Melak

2

2

2 2 2

6

Sekolaq Darat

91

48

17 200 15

7

Nyuatan

20 9 2 20 1

8

Mook Manaar

Bulatn

10

5

2 10 1

9

Damai

2 1 1 2 1

10

Muara Lawa

2 1 1 2 2

11

Siluq Ngurai

10 10 3 10 2

12

Bentian Besar

8 8 3 10 2

13

Bongan

50 40 12 123 12

14

Jempang

15 17 10 74 11

15

Penyinggahan

10 4 2 10 1

16

Muara Pahu

10 4 2 10 1

JUMLAH

400 259 100 826 88 Ditetapkan di Sendawar,

pada tanggal, 12 Agustus 2015. BUPATI KUTAI BARAT,

ISMAIL THOMAS

No Nama Jabatan Paraf 1. Bastiar, S.H. PJ. Kasubag Kumdang

2. Jannes Hutajulu, S.H., M.Si. Kabag Hukum 3. Paulus Runtung Plt. Kepala Disbuntanakan 4. Ir. Meril Elisa Ass. II

5. Drs. Aminuddin, M.Si. Sekda 6. H. Didik Effendi, S.Sos., M.Si Wakil Bupati

(14)

LAMPIRAN III : PERATURAN BUPATI KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2015.

=================================================================================================== KEBUTUHAN PUPUK BERSUBSIDI TAHUN 2015

MENURUT SUB SEKTOR , JENIS PUPUK DAN SEBARAN PER BULAN

UREA ( dalam TON )

NO SUB SEKTOR SETAHUN JAN FEB MARET APRIL MEI JUNI JULI AGST SEPT OKT NOV DES

1 Tanaman Pangan 200 18 15 17 18 18 18 12 11 12 15 21 25 2 Hortikultura 20 2 2 1 1 2 2 2 1 2 1 2 2 3 Perkebunan 170 15 12 14 15 15 12 12 15 10 12 17 21 4 Peternakan 5 0 0 2 0 0 2 0 0 0 1 0 0 5 Perikanan 5 0 0 2 0 0 2 0 0 0 1 0 0 JUMLAH 400 35 29 36 34 35 36 26 27 24 30 40 48 SP-36 ( dalam TON )

NO SUB SEKTOR SETAHUN JAN FEB MARET APRIL MEI JUNI JULI AGST SEPT OKT NOV DES

1 Tanaman Pangan 135 12 10 11 12 13 10 9 7 9 11 14 17 2 Hortikultura 20 2 1 1 2 4 2 1 1 1 1 2 2 3 Perkebunan 100 10 8 8 9 9 8 6 5 6 8 11 12 4 Peternakan 2 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 5 Perikanan 2 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 JUMLAH 259 24 19 20 23 26 20 18 13 16 20 29 31

(15)

15 ZA

NO SUB SEKTOR SETAHUN JAN FEB MARET APRIL MEI JUNI JULI AGST SEPT OKT NOV DES

1 Tanaman Pangan 60 5 5 6 5 5 4 5 4 3 4 6 8 2 Hortikultura 10 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 2 3 Perkebunan 30 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 4 4 4 Peternakan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 Perikanan 0 0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

JUMLAH 100 7 7 9 8 9 6 9 7 6 7 11 14 NPK

NO SUB SEKTOR SETAHUN JAN FEB MARET APRIL MEI JUNI JULI AGST SEPT OKT NOV DES

1 Tanaman Pangan 426 39 31 37 39 39 32 26 23 29 32 44 55 2 Hortikultura 50 4 3 4 5 5 4 3 3 3 4 5 7 3 Perkebunan 350 33 25 31 34 32 26 21 17 22 26 36 47 4 Peternakan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 Perikanan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 JUMLAH 826 76 59 72 78 76 62 50 43 54 62 85 109

(16)

16 ORGANIK

NO SUB SEKTOR SETAHUN JAN FEB MARET APRIL MEI JUNI JULI AGST SEPT OKT NOV DES

1 Tanaman Pangan 28 3 2 3 2 2 2 2 2 1 2 3 4 2 Hortikultura 50 3 3 4 5 4 3 5 4 5 3 5 6 3 Perkebunan 10 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 2 4 Peternakan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 Perikanan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 JUMLAH 50 6 6 7 8 7 5 8 7 7 6 9 12 Ditetapkan di Sendawar,

pada tanggal, 12 Agustus 2015.

BUPATI KUTAI BARAT,

ISMAIL THOMAS

No Nama Jabatan Paraf 1. Bastiar, S.H. PJ. Kasubag Kumdang

2. Jannes Hutajulu, S.H., M.Si. Kabag Hukum 3. Paulus Runtung Plt. Kepala Disbuntanakan 4. Ir. Meril Elisa Ass. II

5. Drs. Aminuddin, M.Si. Sekda 6. H. Didik Effendi, S.Sos., M.Si Wakil Bupati

Referensi

Dokumen terkait

3) Berikut ini merupakan buah sejati tunggal dengan beberapa daun buah dengan 1 ruang dan banyak biji seperti …. Durio zibethinus Murr. Sallaca edulis Reinw. Ananas

1 Tentukan pusat, fokus, puncak, persamaan direktriks, sumbu mayor, sumbu minor, eksentrisitas, panjang latus rectum, dan asimtot dari persamaan hiperbola berikut..

Katanya mereka mau makan malam.” Mengetahui itu, hati Lara pun jadi tidak karuan, terbayang sudah bagaimana orang yang dicintainya itu kini sedang berduaan dengan

Dengan merubah sedikit karya Panitia Bersama oleh kedua Pemerintah dijadikan Rancangan UUDS RI dan diajukan kepada DPR, Senat dan Banda kerja KNIP yang tanpa

Pada umumnya eddies siklonik terjadi pada saat peralihan musim Barat ke Timur dimana Arus Pantai Jawa yang menuju ke Timur tertahan oleh keluaran Lombok yang cukup kuat dan

Sistem dapat didefinisikan melalui dua kelompok pendekatan sistem, yang pertama yaitu pendekatan sistem yang menekankan pada prosedurnya dan yang kedua yaitu pendekatan sistem

HUBUNGAN KEPRIBADIAN BIGFIVE, MOTIVASI DAN ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR(OCB) PADA KARYAWAN RUMAH SAKIT X BANDUNG.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Namun, hanya 30% dari pasien tersebut yang mengalami muntah apabila diberikan regimen pencegahan antiemetik sebelum pengobatan dengan agen kemoterapi yang memiliki