C.
I
ti
SEMINAR SANATA
DHARMA
BERBAGI
Suara
Kenabian Gereia lndonesia
Pasca
Reformasi
"Suoro Kenobian
Gereia
lndonesio
Melalui
Surat
{-::
?^-!--!- ?}ara I l-1..t^!!Gembaio Para Uskup"
B.
A. Rukiyanto,
SJKeriasama:
Fakultas
Teologi, Prodi
f,endidikan
Agama Katolik
-
FKIPdan
Lembaga
Penelitian
dan Pengabdian
Kepada Masyarakat (LPPM)
Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta
April,2015
Y
6
S
UARA KEI{ABIAN
GERE"IA INDON
F'ISIAMELALUI
STJRATGEMBALA PARA
USKUP
B.A. Rukiyanto,
S.J.IPPAK. FKIP. Universitas Sanata Dharma ruky@usd.ac.id
Abstrak
Gereja
Katoiik
Indonesia melalui para Uskupnya sejak 1997 menjadilebih berani
menyuarakan kebenarandan keadilan.
Suara kenabianGereja
ini
sangatdiperlukan
oleh
nnsyarakat pada
umumnya danumat Katolik
pada
khususnyauntuk
melanjutkan
reformasi
yangsudah dimulai dengan jatuhnya pemerintahan Soeharto. Usulan-usulan
perubahan
mulai
dinyatakanoleh para Uskup untuk
memperbaikisituasi
masyarakat
dan
bangsa Indonesia
yang
sudah
kronismengalami dekadensi moral
di
segala bidang.Kata kunci:
KWI,
nota pastoraf surat gembal4 suara kenabianSejak
tahun 1998
bangsa Indonesia memasuki masa
reformasi
denganberakhirn,va
rezin
Orde Barudi
bawah pimpinan Presiden Soeharto. Gereja Indoresiajuga ikut
berperan mendorong terjadinya perubahandi
datam masyarakat pada masaitu
dengan menyampaikan suara kenabianyang
ditujukan untuk
para
pemimpinbangsa dan seluruh lapisan masyarakat melalui Surat Gembah Prapaskah 1997.
Sejak masa Reformasi, warna surat gembala para
Uskup
lebihkritis
terhadap penrerintah maupun terhadap segenap lapisan masyarakat untuk nremperbaiki sittra-siban-ssa
yang
sedangkrisis dalam
berbagai
bidang. Pilihan para Uskup
adalah membela kaummiskin
serta mereka yangtersingkir
dantertirdas.
solider terhadapnereka yang
tidak
berdaya
sebagairvujr*d
ikut
serta
dahm hdup
dan
ruga-spengutLlsan Yesus
Kristus. Iman diwujudkan
dalam kehidupannyaI4 berciri
polirb-berani terlibat
demi
kesejahteraanhidup
bersama,berani
melawan ketidaliadihruserta rnembangun persaudaraan dengan semua orang (Banawiratma 2000:183).
Bagaimana
suara kenabian Gereja
Katolik
dalam
membangun
bangsa Indonesia sejak masa Reformasi sampai sekaranginilah
yang akan dfoahasdi dahm
paPer
ini
Penulis akan membagi paperini
menjadi tiga bagian: pertama, akan dihaln*. berbagai permasalahan yangdilihat
oleh paraUskup; kedua
bagaimana para L slirc'.nrcnanggapi
berbagai
perrnasalahan terseLrut;ketiga,
refleksi penulis
atas
suerr.ll.
Situasi Indonesiadalam Kacamata para Uskup
Dalam Stnat
Gembala Prapaskah1997 yang berjudrtl
"Keprihatinan
dan Horapan" paraUskrp
merefleksikan situasi Indonesia padawaktu itu
sebagai "masayang
sulit
dan merrcerlaskar"
"Peristi*a
27
lulf'yang
rneruplk1n
ryryak
kisis
yang melarda Partai Demokrat Ihdonesia sarat dengan muatan sosial,
politik,
hukurq
dan
ekonomi
Kekerasanyang
memakankorban
jiwa
dan
harta-benda mewarnaiperhtiwa
itu- Para Uskup melihat adanya "kecendertnrgan untuk main hakim sendiriLlpu
menghormatihak dan
martabatmanusia,
hukum
dan
azaskeadilan
pada berbagai pihar"'(KWI,
1997:2-3).Peristiwa-peristiwa lainnya lain yang dicatat dalam Surat Gembala Prapaskah
1997 adabh pembakaran
dan
perusakanrumahrumah
ibadatdan
sejumlah sarana umumdi
berbagaitenpat
di
Irdonesm, sepertidi
Surabaya, Situbondo, Tasikmahya.Sanggau Ledo, Tanah Abang Jakarta, dan Rengasdengklok. Akibatnya ribuan orang
tehntar
dan
menderita karena kehilangan hpangan pekerjaan
dan
sumberpenghidrryan
Para Uskup
menegaskanbahwa
bangsa Indonesia
"sedang
menghadapikemerosotan
moral tmmpir
di
semm bidang
kehidupan
masyarakatyang
dapat membahayakan, bahkan menghancurkan persatuarLnusa
depandan
keselamatanbangsa
kita" (KWI,
1997l:
3-4).
Secara
konkret
disebutkan
berbagai
macamprrnasahtran yang sedang dihadapi bangsa lrdoresie., yaitu:
hukum kurang ditegakkan
secara tegas,adil, dan
konsisten; hak-hak
dannnrtabat
manusia ktnang dihargai: keadilan seakan-akanlunya
berlaku bagiyang
kua!
kaya dan yang berkuasa; masih seringterjadi diskriminasi
dalamberbagai
bidang
terhadap beberapagolongan
warga
masyarakat; hak-hakorang kecil
kurang
dihormati dan
dilindungi
rakyat
sering
d!rcrlakukansebagai abdi dan kurang
dilayani;
ada kesenjangan antara kata-kata indah dantingkah
lakq
serta kurangnya keteladanan;kortpsi, kolusi,
manfuulasi juga rasanva rnakin meluas dan mengakar(KWI, 19%:4\.
Dalam
situasiseperti
itu,
para Uskup
sadarakan "hancurnya
keadabandi
Indoneia
lebih khususlagi
harrcurnya keadabanpolitik"
(Nota Pastoral 2003, no. 5).Berbagai
masalahyang
timbul
di
bidang
ekonom\
agamq
hukurq
kebudayaanpenditikarL
lingkungan hidup alami dan manusiawi merqlakan akibat dari hancurnya keadabanpolitik
itu
Perubahan mendasar -vang diharapkan akan teqiadi pada rrnsaRefornusi
ternyatatidak
terjadi. Memang
diakui
ada beberapa perubahan, seperti kebebasanpers,
kebebasan mengungkapkan pendapatdan
kebebasan berserikal Namun banyak masalahjustru
menjadi semakin parah, antaralain
adalah "hilangnyaPolitik
dilihat
sebagai
"sarana
untuk
mencapai
dcsr
mempertahankankekuasaaq
atau
nrenjadi ajang
pertarungan
kekmtan
dan
perjuangan
untukmemenangkan kepentingan kelompok"
(NP
2003, no. 6)- Keuntungan finansial bagipribadi
ai,
rcrnpok
nrenjadi
tujuan
utama.
Rakyat
hanya digunakan
sebagaii.s*u*
untuk
nrerdapatkandan
mernpertahankan kepentingandan
kektlasaan tersebut."Akibgt
hbih b"jrrt, agaru
nrnjdi
rentan erhadap kekcrasan Simbol-simbolapamrL
punEdiiadftan alat untuk
mencapai kepentinganpolitik-
Kecenderunganmembangurteekat-sekat nrcnjadi semakin nyata.
Politk
kekuasaan
selnacam
itu
mengorbankan
fujuan
utam4
yaitukesejahteraan bersama
yang
flrengandaikan kebenarandan keadilan
Perregakanhukum
juga
terabaifuair
Ah#atny4
kasus-kasusKKN
(Kotpsi,
Kohrsi,
danNepotismei
orti"
rnerajaleh
di
berbagaiwilayall
lebih-lebih sejak
pelaksanaanprogram otonomi
daerah(NP
2003,
no.
7).
Otonomi
daerahyang
dimaksudkansebigai
desentralisasi kekuasaarqkekayaarl fasilitas
dan pelayananjustru
menjadi desentralisasiKKN.
Folitk
kekuasaan berkaitan erat denganpolitik
uang.Politik
uangdijadkan
alat ug1n1g-untuk merrcapai dan mempertahankan kekuasaan Dengan
politik
uang iturakyat
ditrpq
kepercayaanrakyat
dikhianal
kedaulatanrakyat
dirampas
untukmenlamin kepentingan pribadi atau kelompok. Uang menentukan segah-galanya dan membusunra'*n
poliiik.
Peraturan perundang-undangandan
aparat penegak hukum dapatdibeli
dergan uang. Akibatnya" qpayaurfuk
menegakkan tatanan hukum yangadil dan pemerintah yang bers ih t idak
terwujud-Ketidakadilan dirasakan
terhbih oleh
kelompok-kelompok
dalam
posisilernab
sepertipefellprmr1 anak-anak
orang lanjut
usia,
orarg
cacaLdan
kaummiskin
Pelanggaranterhadap martabat
perempuandalam bentuk
diskriminasi,kekerasarq dan pelecehan terus terjadi
di
banyak tempattarpa
adanya sanksi hukurnPenlruan
terludap
rakyat
kecil
banyak
dihkukan oleh
mereka
yang
mernahamihukumdanbertanggungiawab untuk menegakkannya (NP 2003, no. 7).
Akibatnya
politk
dirasakan sernakin rnenyengsarakan rakyat. Banyak orangtidak
percaya lagi terhadap pemerintatr, rasa saling percayadi
antara sesalna warganre4aai
hiiang.brung
terutama kaum muda dan kelompok terpelajar bersikap masa
bodotr-Lembaga-lembaga
pehksana
demokrasi
seperti
DP&
DPRD dan
DPD(Dewan perwakilan Daerah) kurang berfungsi
dalam
rrrcwakili
kepentinganmasyarakat luas, bahkan
justru
menghambat tercapainya tujuan demokrasi Masih adakecenderungan meminggirkan kelompok-kelompok
minoritas. Keputusan
yangmengabaikan pertimbangarrpertimbangan
yang
mendasar, rnatangdan
berjangka panjang (NP 2003,rc.
17 .7).Setelah beberapa
tahun
masa Reformasiberjalaq
situasi
bangsa Indonesiabelum
juga
membak. Pma
Usktp
nenyimpulkan bahwa
masalahserits
yangdihadapi
bangsaIrdonesia
adalah
persoalanrusaknya
keadabanpublik
(public
civility).
Digambarkan dalam Nota Pastoral 2004 situasi bangsa Indonesia:Hidup,
tidak lagi
sesuai dengan
nilai.nilai
budaya
dan
cita-cita
muliakehiQ$pan
berbangsa
Hati
nurani
tiCak
dipergunakarq
perilaku
tilak
dper6nggungiawabkan kryada Allah dan se-sanur. P er
ihku
le$ih dkerdatkan
oleh
perkara-perkarayang
menarik
indera
dan
menguntungkan
sejauhperhitungan
materi, uang dan
kedudukan
di
tengah
masyarakat. Dalamkehir,ltpan bersama, terutarna kehidupan berrnasyarakat berbangsa
dan bernegara manusia meqiadi egoistik, konsumeristikdan
materialistik.Untuk
memperoleh harta dan
jabatarl
orang sampai hati mengorbankan kepentinganorang
lain
sehingga
rnartabat rnan';sladiabaikan Uang
rnenjadi
terhlu
merrcntukan
jalannya kehidupan Karena
itu lrdonesia
hampir selalu
gagaluntuk
memiliki
pemerintahan yang bersih dan baik. Keadilan dan hukum tidak dapatriitegakkaq
korupsi
menajalei4 peiryelenggara fiegara inemboroskanuang rakyat. Semua
itu
membuatorang menjadi rakus dan
kerakusanitu
merusak
lingkungan hidup
dan
dengandemikian orang
tidak
memikirkanmasa depan (NP 2004, no.
3)-Secara khusus masalah-masalah tersebut direnungkan lagi dan dibahas dalam
Sidang
Tahunan
KWI
2004- Usaha
itu
dilakukan karena Gereja
merirsjr
kut
bertanggungjawab dalam membangun kembali keadaban
publik
yang rusak tersebut, agar berkembanglah habitus baru bangsa.Para Uskup melihat ada
tiga
masalah utama yang dihadapi bangsa Irdonesia dewasaini, yaitu
korupsi,
kekerasandan
keharrcuranlingkungar Ketiga
rnasalahtersebut
dinilai
"benar-benar membuat
ruang
publk
tidak
berdaya
dan
tirJak berbudaya serta meningkatkanjumlah
maupunjenis
kerusakan-kerusakan lain dalam masyarakat" (NP 2004, no. 6).Pertama masalah
korupsi
Untuk melihat sejauh mana korupsi menguasaiperi
hidup
orang Indonesia para
Uskup
mengacupada
hasil
penelitian
Transparencylnternational, sebuah organisasi non-pemerintah internasional
untuk
pemberantasankorupsi, yang berpusat
di
Berlin, Jerman Pada tahun 2004 Indonesia beradadi
urutanke-lima
negara terkorupdi
dunia,
setingkatlebih buruk
dari
tahun sebelumnya,di
antara 146 negara Pada tahun
2015
l.rdo*esiarlredr.duki
urutan F,e--88,31auhhbih
baik dari
tahun2004,
meskipun budayakorupsi
rnasih sangat mencolokdi
depanKorupsi yang terjadi
di
Indonesia sudah berkembang menrtdi "korupsipolitik
dan
politik
konpsi'
(NP
2004, rm. 6.1).
Konpsi
sudah menyangkut stmtu polakortpsi
yang berantai dan rakus.Untuk
mencapai posisipolitik
atau jabatantertentg
seorang
calon
harusmengeluarkan uang yang
besarjumlahnya.
Setelah jabatantercapai
db
pertama=tamaakan nrercari
segahcara untuk
nrerdapatkan kembaliuang yang telah dikeluarkan
itu
melalui jabatan yang peroletg
termasuk melaluisarana-sarana publik, penyusunan peraturarr'perafiran bahkan perurdang-undangan
Keduy
masalah kekerasan Salah satu sumber kekerasan adalah komunalisme,yaitu pandanfian atas orang lain yang tidak termasuk kelompoknya (agam4 suku atau
lainqra) seba$ai saingan ataubahkanmrsuhnya. Kekerasandigrnakan untuk merebut kemenangan
lrmbaga
militer
yang hanrsnya rnelindungirakya!
malah menanrpilkanwajah kekerasan.
Maka militer
menjadi sebuah bentuk pelembagaan kekerasan yangmenular
ke
dalam
lembaga-lenrbagaspil,
termasuk
lernbaga agam4
sebagaimiliterisme.
Militerisme
menyulut dan
menyebarkankekerasan Aparat
keamanan gagaldahrn
memberikan perlindurgan dan ftrs{} arnan bagi rnasyarakat (NP 2004, no.6.2).
Ketiga,
masalah kerusakanlingkungan
Kerusakan lingkungan sudah sampaitahap
membahayakanhidup
manusia.
Penyebabn-vaadalah
pembabatanhutarl
pembuangan
limbatrlimbah
beracun,eksploitasi
sumber-sumberdaya
alam
yangtarpa kendali.
Kerusakan
itu
sudah
mengakibatkan kerusakanlingkungan
baru.Bukan hanya
poho*polren
yang harcur,btapi
klim
pun terpengaruhobh
kerusakanitu
Sejaktahun
1997,terjadi
pembabatan hutan sebesar 2.83juta
hektarper
tahun(NP 2004, no. 6.3).
Permasalahan serius yang dihadapi bangsa sudah b.egitu mengakar, sehingga
dibutuhkan
waktu yang lama untuk
memperbaiki
dan
mengadakanperubahan-perubahan h{aka dalam
stnat-stlat
genrbalaberikutny4
pesan-pesan Si,3ar-rg, rllziupufl dalam nota-nota pastoral dan Sidang Agung GerejaKatolik
Indonesia, para Uskup takhe nt i- he nt inya mere fleks ika n s ituas i kr is is mult i-d imens iona I itu.
2.
SuaraKenabian para Uskup
Untuk
menanggapikisis
multi-dimensi itu
para Uskup menyuarakan fungsikenabian mereka
melalui
surat-surat gembala, nota-notapastoral
dan pesan-pesanNatal dan Paskah (bersama Persekutuan Gereja-gereja Indonesia). Begitu pula dalam
Sidang
Agung
GerejaKatolik
Indonesia sejak tahun2000
sampai sekarang, para Uskup bersama parawakil
umat merefleksikan situasi bangsa Indonesia dan membuat seruan'seruan moral bagi perubalmn dan perbaikan situasi bangsa dan negara.Pada bagian
ini,
akan dipaparkan suara kenabian parat&krp
itq
yang akandikelompokkan
ke dahm
beberapabidang: sosial-politft, sosial-b.du-ra
sosial-ekonomi, pendidikan, dan lingkungan hidup.2. 1
Bidang Sosial-Politik
Dalaq
Strat
Gernbala Prapaskah 1997,para
Uskup
merefleksikan bahwasituasi
politiffitidak
bisa dilepaskan dari masalah sosial, budaya, ekonomi dan hukumdi
Indonesidrkarena bangsadan
negara sedang nrengalamikrilsis
multi4irnensi
Untuk
memperbaiki situasi bangsadan
negarakita,
paraUskup
mengajak seluruhumat
Katolik
sebagai bagian integral bangsa Indonesiauntuk
"terlibat
aktif
dalam menrbangun kehidupan bennasyarakat. berbangs4 dan bentegara"(KWI, l99V:6).
Secara khusus
para Uskup
mengajak generasimuda
untuk terlibat
dalambidang
politk.
ParaUsktp
rrengingatkan akan maknakehidupanpolitik.
Para Uskupmenegaskan
bahwa berpolitik
merupakan
"usaha
yang luhur"
untuk
"mengusahakan keselamatan dan kesejahteraan masyarakat
umum, demi
kemajuanhidup
bangm
sesrmi denganlurkat
kemanusiaarmyadan demi
persahabatan dan perdamaian antar bangsa"(KWf, D97:6-7).
Berpolitik
berarti "mencurahkan seluruh tenagademi
kebaikan dan kemajuan bangsa."Maka
dari itu
paraUskup mengritik
mereka "'yang menggunakan jabatan dan kekuasaan
politik
sernata-mata demi pamrih pribadi, demi keuntungannya sendiri, sanak saudara atau kelompoknya."Berpolitik berarti "melayani
masyarakat,buken main
kuasa."
Maka
paraUskup mendorong umat
Katolik
yangberpolitik
untuk melaksanakannya berdasarkan"tolok ukur
kemanusiaanyang
adil
dan beradab."IJmat
Katolik
disarankan untukbermoral
dahm beryolitik
ser*ra merrghindari kebohongarl tindak korupsi, perrrakaiarrintimidasi dan kekerasan Umat
Katolik juga
dilarang "mencapai sasaran-sasarannya dengan mengorbankan kepentingan dan kesejahteraanumunL
hakdan
kebahagiaan orang lain, apalagi orang-orangkecil."
Dalam
kehidupanpolitik
dibutuhkan
orang-orangyang bercita-cita
luhur.Maka para
Llskup rnerdorong umat
Katolik
untuk
bekerjasarna dengansaudara-saudara
dari
semua golongan, aliran dan agama mencurahkan tenaga demi kemajuan Nusa dan Bangsa kita.Para Uskup mengingatkan bahwa Pancasila dapat dijadikan "landasan maupun acuan yang kuat dan aman
untuk
memecahkan pernursalahaU dan mengembangkanseluruh
kehidupandan
pembangunan bangsa."Maka
Pancasilaperlu
betul-betuldiwujudkan dalam
hidup bermasyarakat(KWI,
1997:8-9).
Berdasarkan Pancasila, para Uskup menegaskan prinsip-prinsip dasar yang perludiperhatkarl
yaitu:1.
Proses
pembangunanharus selalu
menghormati
ha$at
dan
martabat kenmntrsiaan segeftIp warga, kelompok dan golongandahm
rnasyarakat.2.
Tujuarrtujuan
politik
tidak
boleh diusahakan dengan mengabaikan, apalagimelanggar hak-hak asasi manusia setiap
warga negar4 kelompok
dan gobngan nxlna purl.3.
Perlu
dikembangkan sernangat
persaudaraandan
kebersamaan antargolongan budaya,
etnis,
agamadan
kepercayaan sebagai kerangka hidrrpbersapa bangsa Indonesia.
4.
Pemp,hngunan
secrrfi, nyata
harus
mewujudkan solidaritas
dengan saudara-saudari se-bangsayang
paling miskin dan lemall
dengan nrerekayang
tak
berday4 yang mudah menjadi korban
pembangunan
Usahapembangunan tidak boleh mengorbankan orang
kecil.
5.
Hidup
bersarna
bangsa Indonesia harus berhndaskan
huktlrn
yangberkeadilan Maka hukum yang ada harus mencerminkan rasa keadilan Para Uskup
juga
mengemukakan beberapa bahanuntuk
refleksi
diri,
agar bangsa hedorrcsia dapat nrclakukan tirdakarr.tindakan perbaikan(KWI,
1997: 10-13),yaitu:
1.
I\4asalahkorupsi, kolusi dan
rnanipulasi-manipulasi yangterjadi
di
selwuhlapisan
masyarakat mengancam sendi-sendiakhlak
dan nilai-nilai
moralbangsa.
2.
Korupsi
<iankolusi
itu
sering
kaii
diseriai
kekerasan sosiaLOrang kecil
menjadi korban berbagai bentuk intimidasi, rekayasa dan penggusuran.
3.
Pelaksanaan-hukum berulangkali dilanggar
sehingga
perasaan keadilanmasyarakat
dilanggar; peradilan
dan hukum
mudah dimanfaatkan
untuk kepentinganpolitik;
para
tahanandisiksa,
bahkan kadang-kadang sampai tewas.4.
Cita-cita
harapan dankritik
kaum muda perlu didengarkan dan dimengerti,bukannya diperlakukan
tidak
wajar,
mudahdicurigai
atauditudu[
apalagi disiksa.5.
Beberapa
kali
terjadi
oknum
aparat
negara
bertindak
di
luar
bataskemantsiaarl
bahkan mengakibatkan korban tewasdi
luar proses hukunr, danhat-hal
senrurcamini
sering
tak
diselesaikan secaratuntas
sesuai denganhukum yang berlaku.
6.
Pers
dan
media rutssa sering
mengalami
hambatandalam
menjalankankewajiban
untuk
firenyampakan inforrpesi yang
sebenar-berurnya kepada masyarakat. Maka para Uskup meminta umat untuk secara bijaksana memilihdan
memilah informasi
yang
beredar
dan
mendukung segala
upayapenyaj ian informasi yang lengkap dan benar.
7.
Lembaga-lembaga perwakilan seperti DPR danMPR
diharapkan benar-benarterhormat
memperhatikan harapandan
dambaanmasyqaka!
sertia dengankukuh memperj tmngkannya.
Di
dalam masyarakat tampak gejala sernakin berkurangnyadisiplin
sosial danhormat terhadap
sesarna manusia,
bahkan terasa adanya
peningkatankeberingasan
massal
Tilak
sedkit
warga rnasyarakat bahkan
aparat keanranar; menjadi korban kekerasan; banyak sarana ekonomi, saranapublik
dan sarana beribadah warga masyarakat
hin
diharcurkan
Kadangkadang
umat
Katolik
merasakr:rang arnan dalam
rnenjalaril<an ibudag begitupula
umatberagana,Ishrrl Kristen
Protestan, Buddha,Hindu
dan k$percayaan lainnya"
di
mana nrareka menpakan kelompokkecil
Mencari AkarMasalah
Para
Uskup
memandang keadaan yang memprihatinkanini,
-
dalam
iman,harapan
dan kasih
-
sebagai "tantangan
untuk terus
berjuang
penuh
haraparl bekerjasanra, dan solider membangun flursa depan yanghbih
adil
dan sejahtera bagisemua" (NP 2003 no. 10). Dalam usaha membangun nursa depan itr.r, perlulah
dicari
akar-akar masalahnya
(l{P
2003, no. 11-14). Para Uskup melihat adanya empat akar rnasahh:1.
Imantidak lagi
menjadi sumber inspirasi bagi kehidupan nyata;penghayatanirnan berher*i
pada
hathal
lahiriah
pada sirnbol.sinrbol
dan
upacarakeagamaan, sehingga
kehidupan
politk
kurang tersentuh
oleh
iman
itu.Akibatnya
ialah lemahnya pelaksanaan etikapolitik. Politik tidak
lagidilihat
sebagai saraffr merrcari
nilai
demi perrcapaian kesejahteraan bersama. Maka diperlukan pertobatan,yaitu
"perubahan dan pembaharuanhati
serta budi,seperti diserukan para
Nabi
dan Yesus sendiri."2.
Kerakusan ak"cn kekucsscndsn
kekayaan yang mempersempit ruangpublk
(ruang
kebebasanpolitik
dan ruang
peran serta
warga
sebagai subjek),menyamakannya dengan pasar. Kekuatan uang
dan hasil
ekonomi dianggapyang
paling
penting. Manusia dihargai
sejauhada
riranf,iirt ekonomisny4sehingga cenderung
didiskriminasi:
yang lemahdan miskin
tidak
mendapattempat, yang berbeda agama, suku atau lainnya dianggap sebagai halangan bagi tujuan kelompok.
3.
Nafsu
untuk
mengejor kepentingan
sendiri/kelompok
bahkan
denganmengabaikan kebenaraa. Praktek korupsi rnakin meluas
demi
memenangkankepentingan
diri
dan kelompok
sehinggaterjadi
pemusatan kekuasaan danlemahnya
daya tawar
politik
.berhadapan dengan kepentingan-kepentinganpihak
yang
mengrmsai
finansial.
Akibatnya, kekuatan
finamial
dapatmendikte proses
politik;
politik tidak hgi
demi kebaikan bersama. Lembaga8.
pengawas
pun
nrcqiadi bagiandari
sistem yangkonry
in[
Akfoatnyapolitik
menjadi tidak nmndiri
hgi.
4.
Carabertirdak
berdasarkanprinsip tujuan
menghalalkan segalacara.
Cara diperlakukan sebagai tujuan, sehinggatolok
ukurnya adalahhasil
Intimidasi, kekerasaqpolitk
M*g, politik
pngerahan
$xrssa teror dan cara-cara irncral lairrnyadihahlkan
karena memberihasil
yang diharapkan.Akibatnya
parapelaku
kejahatanpolitik,
provokator dan
koruptor tidak
merdapat
sanksihukurn
Lernahnya penegakanhukum
mengaburkan pemahamannilai
baik
dan bqr[uk sehingga menumpulkan suarra hati, kesadaran moral dan perasaan
bersablr-Upaya Menyelesaikan Masala h
Berhadapan dengan kenyataan tersebut cita-cita untuk
ikut
membangun masadepan yang lebih baik perlu ditumbuhkembangkan Cita-cita proklamasi, kesepakatan
nasional
dan tujuan
negamyang terwujud dalam
kehendakuntuk
merdeka, perluterus-menerus disadari kembali. Pancasila disepakati sebagai hndasan bersama dalam kehidupan
berpolitk.
Penerimaan Pancasila sebagai landasanpolitk
bernegara tidak han-va menjadiperfutiwapolitik.
tetapi jugaperktiwa
moral fNP 2003. no. 15).Para
Uskup
mengemukakan beberapaprimip
etika
politik
yang
mendesak untuk dilaksanakan(NP2W3,
no.l7):
1.
Hormat
terhadap martabat manusia. Prinsipini
merrcgaskan bahwa manusianrenpunyai
nihi
dabm dirinya
sendiri dan
tidak
pernahboleh
diperalat.Manusia
dicftakan
menurutcitra Allah
dan diperbaruioleh
Yesus Kristusyang
nrerrcbusdan
mengangkatnya menjadi anakAllah.
Martabat manusiakdonesia
harus dihargai sepenuhnya dan takbohh
diperalat untuk tujtmn apapuq
termasuk tujuanpolitik.
Kebebasan Kebebasan adalah
hak
setiap orang dankelompok:
bebasdari
segah bentuk
ketilakadilaq
arrcaman dan tekanarq maupun kernbkinan Canbebas
wtuk
mengembangkandiri
secarapenuh
Tanggungjawab
utamakekuasaan negara
adalah
untuk
melindungi
warga
negaradari
ancamankekerasaq
baik yang
berasaldari
sesarna warga Inaupundari
kekuasaan negara.Keadilan. Keadilan
merupakan keutamaan yang membuat manusia sanggupmemberikan kepada setiap orang apa yang merupakan haknya. Usaha untuk
memperkecil
kesenjangan sosial-ekonomidan
melaksanakanfungsi
sosialmodal bagi
kesejal:rteraanbersama semakin
mendesakuntuk
dilakukan
Diharapkan modal digunakan
untuk
mengembangkan sektor ekonomiriil
danuntuk
mendukung berkembangnya w irausaha- wirausaha kecil
dan mene ngah. 2.Mendesak
pula
penciptaan
lembagadan hukum-h,.kW yang
adil
serta penegakan hukum.4.
Solidaritas.
Di
Indorrcsiasftap
solider
terungkapdalam
semangat gotongroyong
dan
kekeluargaan
Nilai
solidaritas semakin
mendesak
untukdiwulrCkan
di
tengatrtengah
masyarakatkita
di
IBarxI
banyak
sa$g
mengalami perlakuan
dan
keadaantilak
adil.
Solider berarti
berdiri
padapihak korban
ketidakadilan
Perlu juga dikembangkan solidaritas antar-daerah dan t saha ufltuk mencegah egoisme kelompok.5.
Subsi$iaritas.Prinsip
subsiJiaritas"mengtargai
kemampuan setiap nanusia, 6a1ppribadi
maupun
kelompok untuk
mengutamakan usahanya sendiri, sementarapihak
yang lebih kuat siap membantuseperlunya"
Bila
kelompokyang
lebih
kecil
dengan kemampuan
dan
sarana
yang
dimiliki
bisamenyelesakan
rnasalahyang dihadapi kelonpok yang lebih
besar
ataupemerintah/negam
tidak perlu
campur
tangan
Di
Indonesia,
hubungan subsidier berarti "menciptakanrehsi
baru antara pusat dan daerah dalam halpembagian tauggung
ja*reb
dau
wewertang; hubtmgnn
kemitraau
dan kesetaraan antara pemerintatr, organisasi-organisasi sosial dan warga negara,kerja sama serasi antara pemerintah dan swasta" (NP 2003, no. 17.5).
Fairness. Prirs{+
fcirness
nrenjamin terciptani'a aturan yangadil
dan
skap
taat padanya;
dihonnatnya
pribadi
dan reLmabaik
lawanpolitk;
dijaganyapembedaan wilayah
privat
dari wilayahpublik;
disadari dan dilaksanakannyakewajiban
partai
pemenang
untuk
memperjuangkan
kepentingan
dankesejahteraan sehrruh rakyat Indonesia.
Demokrqsi.
Dalam
sistem
demokrasi kedaulatanrakyat
beradadi
tanganrakyat. Demokrasi sebagai sistem, tidak hanya menyangkut hidup kenegaraan
mehinkan
juga
hidup ekonomi, sosial dankultural
Dalamarti
itu, demokrasidimengerti
sebagai"cara.cara
pengorganisasian kehidupan bersarna yangpaling
mencerminkan kehendakumum
dengan tekananpada peran
serta,perwakilan dan tanggung
jawab"
(NP 2004, no. 17.7).Tanggung
j
awob-
Bertanggung-jawab berarti
"merrpunyai
komitmen penuhpengabdian dalam pelaksanaan tugas. Tanggung
jawab atas
disertai dengan tanggung jawab kepada." Bagipolitisi
tanggungjawab
berarti"kinerja
yangsebak-baknya
demi
tercapainya
tujuan
negara,
dan
mempertanggun&jawabkan pelaksanaan tugas itu kepada rakyat." Kebijakan umum pemerintah
perlu
dirumuskan denganjelas
dalam
hal
prioritas, prograrn,
rrretode danpendasaran
filosofisny4
sehingga
wakii
rakyat dan
kelompok-kelorpok
masyarakat
bisa
membuat evaluasi pelaksarnan
kinerja
pemerintah
dan menuntut pertanggungiawabannya. Bagi warganegara, tanggung j awab berarti "berperan serta dalam mewujudkan tujuan negara sesuai dengan kedudukan masing-masing" (NP 2004, no. 17).A
7.
8.
Pemilihan
Umum
\*Ketika
bangsa [ndonesia mengalami puncak
krisis
multi-dimensional
di
bawah pemerintahan Soeharto yang didukung oleh partai yang dominarL para Uskup
juga
rnenberikan pesan menyangkut Pemilihan Umum tahun 1997 (KWI,
1997 : 8*9'1.Para
Uskup
menghimbau
agar
umat
Katolik
merasabetul-betul
bebas
untukmenentukan sikapnya
dalam Pemilihan
Umum itu;
bebasuntuk
memilih
manadi
antara
tiga
kontestanPemilihan
Umum yarg
dianggappaling
sesuai
Kahu
urnatsungguhsungguh merasa tidak
terwakili
dan yakin dengan suara hati yangjernih
dankuat
bahwa kedautatannyatidak
tersalurkaq
paraUskup
menyatakan bahwa umat.j t.
tidak berdosa apab
ih
tidak rr.e mberikan suara.Ketika
bangsa Indonesia sudah memasuki masa Reformasi, arah pesan paraUsktp tanpak
berbeda. PmaUskup
melihat Pemilihan [-lmum sebagai kesempatanuntuk
memperbaikimutu
kehidupan berbangsa dan bernegara(KWI,
2004:
161).Maka
paraUskup
mengajak umatKatolik
untuk
menanggapiperistiwa
ini
dengan baik.Surat Gembala tentang Pemilihan Umum yang
terbit tahun
1ggg,2004,20t09,dan
2014
menegaskan pentingnya unmtKatolik
untuk ambil
bagiandalam
proses pesta demokrasiitu
denganaktif
memberkan suaranya danjuga aktif
dalam kerjabersarna masyarakat untuk mengikuti proses dan tahapan dengan menjadi pengawas,
Frnar.taq
dan panitia pelaksana(trdy
Purwantc, 2014: 59=70).Dalam
surat gembalaKWI
menjelangPemilihan
Umum
1999 para Uskupmengatakan
bahwa mengikuti
Pemilu
hanya
merupakanhak dari
umat Katolik.
sedangkan pada
tahun 2014, para
Uskup
mengajakumat
Katolik
melihat
Pemilusebagai kewajiban untuk
diikuti
karena akan merrentukan masa depan bangsa. ParaUskup
mengingatkan urrmtagm
tidak
te.jebak atau
kut
dalampolitik
uang yangdilakukan
para calon
legishtif
untuk
merdapatkandukungan
suara.Umat
perlumemperhitungkan
calon legislatif
yang mau berjuanguntuk
mengembangkan sikap toleran dalam kehirlupan antarumat beragarna dan peduli pada pelestarian lingkunganhidup
(KWI,
2014 : 1 09- I 1 0).Para Uskup
juga
menyapapara caleg. o'Para calonlegislatifi
kami hargai Andakarena
tertarik
dan terpanggil terjun dalam dunia
politik.
KeputusanAnda
untuk mempersembahkandiri
kepada
Ibu
Pertiwi melalui
jalan
itu
akan
menjadikesenpatan untuk berkontribtrsi
secaraberarti
bahkan maksirnalbagi
tercapainyacita-cita bangsa Indonesia.
Karena
ittu
tetaplah
memegang
nilai-nilai
luhurkemanusiaarl serta tetap berjuang untuk kepentingan umum dengan integritas moral dan spiritualitas yang dalam.
Ada
dipanggil dan diutus menjadi garam dan terang!"(KWI,
2014: 111).Berkaitan dengan pemilihan calon Presiden dan
Wakil
FrBsiderL para Uskup menyertrkanagar urnat
mengunakan hak untuk memilih
dan jangan
tidak
ikut
memilih. Hendaknya
pilihan
Arda
tidak dipengaruhi oleh uang atau imbalan-imbalanlainnya."
ParaUskup
meminta umatKatolik
agarmemilih
sosok yang mempunyaiintegritas
rnoraL
Rekam
ieJ:akpara
cabn
PresiCendan
W"akil
Presi:[enperlu
diketahui, khususnya mengamati apakah mereka sungguhsungguh mempunyai watak pemimpin yang melayani dan yang memperjuangkan
nilai,nilai
sesuaiAjaran
SosialGereja: mengirormati kehidupan
dan
martabat rnanusia, memperjuangkan kebaikanbersam4
mffidorong
dan
mengltayatisetangat
solidaritasdan
subsidiaritas sertamen&eri perltatian lebih kepada warga negala yang kurang beruntung
(KWI,
2014b:241-243).
.
ParaUsktp juga
mengajak umatuntuk ikut
memantau dan mengawasi prosesdan
jahrmya Pemilu, memilih partai yang
memilki
caleg
dengan kenmmptranmernadai dan wawasan kebangsaan yang benar
(KWI,
2014:l l
l).
2.2
Bidang
Sosial-BudayaPara
Uskup
menyadari bahwa masalah-masalah sos-la1-ekonom-qpolitik
dankekacauan nilai=nilai dalam masyarakat hanya merupakan manifestasi
dari
masalah-rnasahh yangjauh
lebih mendasar,yakni
rnasahh budaya. Budaya berkaitan dengan"mentalitas orang dan sikap
hidup
masyarakat"(NP
2004,no.
5.2).Mentalitas
itudibentuk
oleh
lingkungarl
tetapijuga
sekaligus membentukperilaku
individu
dan lingkungann-va. Maka para Uskup menyadari perlunya d ibargun budaya baru.Masalah
mendasaryang
kita
alami
bersamaadahh
persoalan
rusaknya keadabanptrblk.
Maka tugas kita adalah "bagairnana dengan mengusahakan hal yangbaik
secara orang-perorangari, sekaligusjuga
diciptakan
iklim,
lingkungarq
dansuasana yang
kondusif bagi
kesejahteraan bersama"(NP
2004, no.6).
Gereja ikutbertanggungiawab dalam membangun kembali keadaban
publik
-vang rusak tersebut. agar berkembanglah habitus baru bangsakita
(NP 2004, no. 4).Hitlup
bersama yang sehat dibangundi
atas perinrbangan ttga poros kekuatan penyelenggara ruangpublik,
yakniNegara, Masyarakat Pasar dan MasyarakatWarga-Nu-u.,
di
dalam sejarah bangs4ketiga
poros kekuatan ruangpublik
ini
dibiarkanbergerak,
lmmpir
tanpaaturan
Pengelolaan ketrga porosini
secara bertepanjangan diserahkan pada mekanisme pasar bebas yangtarpa etika. Lebih
parahlagi
terjadikolusi
antara badan-badanpublik
dengan seklor bisnis.Yang
menjadi korban tentusaja adalah masyarakat \riarga pada
umumnla
O{P20M,
nc. 9).Kerusakan keadaban
publik
diperparah dengan akibat buruk globalisasi yaitu hilangnyanihi.nilai
tradisi yang sebelunmyadiyakini
sebagi
pegangan hidup yangluhur.
Begitu pula
nrembanjirnya informasi yangtidak
selalu jeJas mutunya namunberdaya
rnanipuhtif
mehlui
bujukan-bujtrkan halusdan
menghibtnuntuk
menfueliproduk-produk dan gaya hidup (NP 2004, no. l
l).
Keseirnbangan
lewat fungsi
kor,rtrol antmatiga poros
kekuatan pergelolarurulg
publik
itu
mertrpakan prasyarat bagi pertumbuhan keadabanpublik.
Keadabanpublk
inilah yang
seharusnyamenjadi
watakbaru
bangsaIrdorrcsia.
Keadabanpublk perlu
merrpengaruhi danmergontrol perilaku
kektnsaan neg&ra danbadan-badan
publiknya"
mengaturdan
mengawasi pasardan
komunitas
bisnisny4
danmenjadi
jiw4- yang
menghidupi
masyarakatwarga
dan
komunitas-komunitasnya.Keadaban
publk
Isrus
rnenjadi tlabitus
bangsaini
sebagai"gugus
insting,baik
irdividual
nraupunkolektif,
yang
membentuk
cara
merasa, cara
berpikir,
caramelihaf
cara mernahamr, cara mendekati, cara bertindak dan cara berelasi seseorang atau kelompok" (NP2t04,
no. 1O).Para Uskup menyadari bahwa Gereja Indonesia
pun telah ikut ambil
bagiandan
bertanggungiawab atas rtrsaknya keadabanpublik
ini
Dengan kesadaranitu
Gereja bertekad mau mengambil
bagiaq
bersama semuaorang
yang berkehendakbaik, dalam
membangun keadaban yang baru. Gerejaperlu
terus-menerus bertobatdan
juga
rnengajaks€mwl
orang untuk
terus=mengrusbertobat.
Bertobat berartimengubah
sikap
dan
t:mlt\ menentukan
arah dasar
hidup
serta
menata ulangmentalitas. Proses pertobatan membawa orang
dari
jalan
yang salah kejalan
yangDenar (t\
r
/uuz+, no. l.+r.Para Uskup mengusulkan
untuk
mencari dan menemukan budaya baru yang merqoakan buda,vaalternatif
atau budayatandingaq
yaitu
suatupoh
pandang danperilaku
yang meqiadi tandingan terhadap pola pandang danperilaku
yang berlakuumum
dalam
masyarakat.
Dengan
membangun
dan
mengembangkan budayaalternati€
akar-akaryang
rrrenyebabkankonrysi,
kerusakan lingkungan, kekerasan dan penyelewengan kekuasaan diharapkan dapatdiatasi
Sejalan dengannya, secara bertahap keadabanpublik
terbangun dan kesejahteraan umum terwujud (NP 2004, no.i 5).
Ketika
dalam
masyarakat
berlaku
"yang
kuat
yang
menang",
Gerejamemperlihatkan melalui perkataan dan perbuatan bahwa
"yaftg kecil.
lemah-miskin
dan
tersingkir
harus didahulukan". Gereja perlu terus-menerus menyuarakan bahwahukum yang
adil
harus
berlaku untuk
semua,dan tidak boleh
memihak
padaLoLt-^^L lot'ianfrr fNP rnM m lQ 1\r\vrvrrrlJvr\ \r \r 4v t, aw. av., ,.
Ketika
warga
masyarakat cenderunguntuk
menyembah uang, Gereja perlubersaksi dengan mewartakan
Allah
yaRg bersetiakawan dan penuh kerahinmn Gerejaperlu
memainkan perannya sebagaikomunitas
yang transparandan
akuntabel,di
mana uang
tidak dipakai untuk
kepentingansendiri
tetapi digunakandalam
fungsi scsialnya, yaitu ur*uk *relaksanakan solidaritas kemanusiaan{NP20M,
*c.
I8.2).
Ketika
masyarakatdikondiskan
untuk mencapaitdua.,
degrgan menghalalkansegah cara,
Gerejaperlu
mengembangkanbudaya damai,
yaitu melalui dialog
kerjasama, musyawaratr, dan saling menghormati. Gereja harus terbuka,
efektif
danefsien dalam
mengemban perannya sebagai persekutuanyang
partisipatif,
yangnrcrdorong urnat terlibat secara
proaktifdalamdiebg
kemanusiaandemi terwujudnyapersaudaraan yang tahan uj i (NIP 2004, no. I 8.3 ).
Para Uskup r*engusulkan hal-hal yangdapat
nerduku*g
terbentuknya habitusbarq
yaitu 0$P 2004,no.2l):
l.
Gereja
"rgi" ""eiadi
sahabatbagi
senurakabngarl
tendarnayang
rneqiadikorban ketidakadilan
2.
Gerejaingin
mengembangkan modal-modal sosial yang bernilaiseperti
keadilan sosial bagi seltnuh bangsa, solidaritas, kesejahteraan umum, cinta darnai.3.
Gerejamau
ikut
serta dalam prakarsa-prakarsa pemberdayaan nrasyarakat akarrumput seperti gerakan pelestarian lingkungan, pertanian organik, pengembangan
ekorpmi
kerakyatan misalnyarrehlui
creditunbn
4.
Gereja mendorongumat untuk terlibat
dalam
jejaring
yang
sudah terbangun,misalnya penggerak swadaya
masyarakat, gerakan-gerakan masyarakat yangmeneerillffi
kinerja pemerintahan dan lenrbaga- lembaga negara lainnya.5.
Gereja merasawajh
untuk memberi perhatian khusus pada pelayanan pendidikan,seperti pendidikan
alternatif,
pendidikan media
dan
budaya
baca-tulis
yang mengembangkan daya kr it is.6.
Gerejaingin
memulai pembaharuandari
diri
sendiri:
untuk mendukung gerakanpemberantasan
korupsi, Gereja
ingin
memberi
perhatian
,pada pembinaanadministrasi dan
disiplin
yang bersihdi
dalam lembaga-lembaga gerejawi sendiriterlebih dulu.
V.
Gereja
hadir
dan
mela.vani
melalui komtmitas basis,
.yang
tertrs-menertsmelakukan penegasan bersama
untuk
menghayati budaya hidup ahernatif seperti telah diteladankan oleh umat perdarn.2.3
Bidang Sosial-Ekonomi
Para Uskup
menyadari
bahwa
di
tengah kelimpahan
sumberdaya alamIrdonesia,
kondisi
kehidupan ekonomi
begitu
banyak
warganegaramasih
sangatmemprihatinkan
NP
2006,
no.8). Kemiskinan
merupakan kenyataan hidup begitu banyakwarga.
Di
samping
itu
angka pengangguranjuga meningkat terkait
erat dengan rendahnya tingkatpendidikan
Keadaan menjadi semakin paratr, karena bukan hanyajumlah kaum miskin bertambah tetapi
juga
akibat-akibat
buruk
lainnyameningka!
seperti putus sekolatr, kejahataqgizi
buruk dan busung lapar(NP
2006,no.l0).
Ironinya,
di
tengah-tengah kemiskinan warga,ada
seke'pmpokorang
yangmenunlpuk kekayaan
dan
menmmerkannya tarryakepedulian
Sementara sebagian besar rakyat masih serba berkekurangan dalam merrcukupi kebutuhan dasarsehari-han,
sekelompok
orang,
termasuk
di
daerah
tertinggal, hidup dalam
suasanakeh'npatran dan
kenewahan
Kesenjranganitu
rnertrpakanpohel
rtyata bahwa orang telah kehilangan kepedulian pada cita-cita kesejahteraan bersama (NP 2006, no. 12).Para
Uskup rnelihat ada banyak
fal<toryaag
rnenyebabkankordisi
sosial-ekonomi yarlpditardai
oleh kesenjangan sangat tajamitu-Para
llskup
mengundang komunitas-komunitaswarg4
klususnya
ketorrpokmiskiru untuk bangkit dan
mengusahakan kesejahteraan merekasendiri
dengandukungan
dari
para pelaku
usaha berskala besardan
dari
pemerintah(NP
2006, no.17).Ada
dua arah gerakan yang&ryai
dilakt*<an sebagaipernrfrun
langkah ke depan:1.
usaha pemberdayaanpotensi dan errergi
kaum miskin dan hmah
denganmelibatkan
kaum
cerdik-cendekia
untuk
mencari tata-kelola
kehidupan ekonomi yang benar-benar mewujudkan kesejahteraan bersarna.2.
desakankritis
kepada pemerintahdan
parapelaku
ekonomi berskala besaruntuk
terlibat
lebihaktif
dalam mewujudkan kesejahteraan bersama, denganperhatian khusus
kepda
merekayang miskin
dan
brnab
tarpa
membuat kaum miskin dan lemah itu justru semakintergantung.Para
Uskrp
menegaskan bairwa dalam upayaitti,
asas kesejahteraan bersaiiraperlu
digunal<an sebagai pendekatarq sebagaiprinstp untuk
menJnrsun ager:d,4memantau pelaksanaan, dan sebagai
tolok-ukur untuk menilai
sejauh mana agendadisebut
'sukses'
atau'gagal'.
Penggunaan secara terus-menerus asas 'kesejahteraanbersama'
sebagaiprinsip
penyusunan, pelaksanaandan
evaluasi
ini
diharapkan berkernbang menjadi caraberpikir
dan
cara bertindakbarq
yaitu
sebagai habitus baru. Para Uskup berharap, agar seluruh warga masyarakat pada akhirnya menyadari bahwa tata ekonomi yang baik berisi kegiatan ekonomi yang "tertanam dalam-dalarn"di
dahm
arus kehidupan bersama dan cita-cita kesejahteraan bersanm (NP 2006, no.20).
Gereja
dfuanggil
mewartakan hmapan akan keadilandi
tengahdunia
yangditandai
oleh
berbagaipraktik
ketidakadilarg khususnyadalam bidang
ekonomi. Harapanini
bukanlah harapan kosong, tetapi didasarkan padajanji Allah
bahwa"la
yang
ftremulai pekerjaanyang
baik
di
antara kamr-r,akan
merreruskannya sampai akhirnya pada hari Kristus Yesus" (NP 2006, no.26).l
2.4
Bidang Pendidikan
Para
Uskup
menyadari
bahwa
karya
kerasulan
pendidkan
merupakan"panggilan
Gerejadalam
rangka pewartaanKabar
Gembira terutamadi
kalangankaum muda." Dalam
menjalankan panggilan Gereia tersebut, Lnrbaga PendidikanKatolik (LPK)
mengedepankannilai-nilai
luhur
seperti
ima*haraparrkasib
kebenaran-keadilarrkedamaiaq pengorbanandan
kesabaraq
kejujtran dan
hatintnanl
kecerdasan, kebebasarl dan tanggurgjawab (bdk.
Grat issimum Edacationis.art.
2
dan4);Proses pendidkan
yang didasarkan padanilai-nilai insani-injili
inilah
yang memb,$t
I.ff
ituunggul Di
sinilatr, dandi
atasnilai-nilai
itulahLPK berp{ak
untuk
rnenpertegas penghayatanisen
dan
rnenperbarui korsitrnen
(KWI,
ZAO9,253).
Dahmbidang pendidikag
tanggung jawab terse.butdahmkurun
wahu
sekitarlima
tahunterakhir
ini
mengalami tantangan karenapehagai
permasalahan, yangberhubungan dengan cara
berpikir,
reksapastoraf
politik perdidikarl
manajemerqsumber
daya
nmnusia, keuangan,dafi
keperiiCudukanMaka
para Usktrp
nrelihatperlunya suatu perubahan dalam seluruh tingkatan
LPK.
Perubahan yang diperlukandi
sini antara lain(KWI,
2009:255):
l.
merpta ulang pola kebijakan pendidikan2.
meningkatkan kerja sama antar-lembaga pendidikan3.
mengupayakan perrcarian dan penemuan peiuang-peiuang penggalian dana4.
memotivasi dan menyediakan kemudahan bagi para guru untuk meningkatkanmutupengajaran
5.
me laksanaka n tatapengaturan yang je las dan terpilah-pilah
6.
merumuskan ulangjiwa
perdidkan demi
memajukandan
mengembangkan daya.daya insan yang terarah kepada kebaikan bersama7
.
memperbarui penghayatan iman dan komitmenKunci
perubahan adalah pembaruan komitmen atas panggilan dan perutusanGereja
demi
tercapainya generasi muda yang cerdas. dewasa dan berimanmehlui
LPK
(bdk. Grav issimum Educationis, art. 3).Para Uskup
juga
menerbitkanNota
Pastoral tentang Pendidikan pada tahun 2009. Adapun alasan penerbitanNota
Pastoralini
ialah: para uskup memperhatikanpendidikan
nilai,
menghargai
dan
mengembangkan
martabat manusia;
LPKmerupakan
mitra
pemerintah
dalam
merrcerdaskankehidupan bangsa;
LPKmerupakan wujud bakti Gerejapada masyarakat.
il
2.5
Bidang Lingkungan
Hidup
*
Pada
tahun
2013,
para Uskup
mengeluarkanNota
Pastoral dengan temaKeterlibatan
Gerejadalam Melestarkan Keutuhan
Ciptaan
Para Uskup prihatin
dengan
sitrusi
kerusakan lingkungan hirlup. Kerusakan lingktrngan rnernang tidaksemata-rnata disebabkan
oleh
ulah manusia Alam
bisa
rmak
dan
hancur karenafuktor alam
juga
seperti gunung me letus, gempa bumi, dantsunami
Namun perilakurnantsia yang
menen\patkandirinya
sebagai subjek danalam
sebagaiobjek
urfrukdikuras keka;Fannya dan dicemari me4iadi penyebab terbesar kenrsakan lingkungan
hidrrp saat ini (NP 2013, no. 7).
Keprihatinan
dan
kepedulian
GerejaKatolik
Indonesia
terhadap masalahlingkungan hidup sebenarnya sudah ada sejak lama. Surat Gembala
KWI
pada bulanFebruari
1989 secara khtrsr:stehh
mernbalns lingkunganhidup.
Para Waligereja mengajak seluruhumat
Katolk
untuk
mengembangkan kesadarandan
tanggungjawab
terhadap lingkunganhidup
demi terwujudnya kenyamanan dan kesejahteraanhllup
rnanusia (NP 2013, rlo. 16).Gereja
Katolik
Indonesia
telah
rnelakukanberbagai
upaya nyata
untukmenjaga keles-tarian lingkungan
hidup.
Upaya-qoayaitu
antaratain
edukasi -vaitumenyadarkan umat akan pentingnya lingkungan hidup untuk keberlangsungan hidup semua ciptaan termasuk ma-nusia; advokasi
yaitu
membantu dan mendampingi parakorban kerusakan lingkungan hlJup agar rnerdapatkan kernbali hak hiCtrpnya s€cara
utuh; negosiasi yaitu menjadi penghubung antara masyarakat dengan pemerintah dan
pelaku usaha, menyangkut kebifakan dan pe-manfaatan sumber daya alam agar tidak memiskinkan masyarakat (i'{P 2073, no. 20).
Kebijakan pemanfratan sumber daya
alam
hendaknya
memperhatikankeseimbangan antara kepentingan
mantsia dan
lingkungan hidr-p.Oleh
karenaitu
kebijakan pem-bangunan dengan memanfaatkan sumber daya alam yang cenderung
eksploitatif
(hanya menekankan pertumbuhan dengan mengeruk sumber daya alamtetapi
kwang
memperhati-kan
segi
keseimbanganekosistem)
dan
destruktif
(mencemari lingkungan hidup dengan aneka ragam limbah) harus
ditinjau
ulang ataujika
perludihentikan
Keterlibatan umat
Kristiani
dalam
memulihkandan
melestarikan keutuhanciptaan
bukan
semata-matadidorong oleh
adanyakerusakan lingkungan
hidup,tetapi merupakan
oerwujudan
irnan akan
Allah
Sang Pencipta
dan
Pemeliharakehidupan
(NP 2013,
no.
24). Iman
yang hidrry dan penuh
kasih
menjadi
dasarspiritualitas segala upaya untuk mendatangkan keselamatan bagi semua
ciptaan
Olehkarena
itu,
berbagaibentuk
kegiatanpastoral
lingkunganhil,rp
lrerdaknya
selalu bersumber pada kasihAllah
yang menctpta, memeliharadan
menjaga seluruh alam semesta ini.n
3.
Relteksi atas SuaraKenabian para
Uskup
-oPada bagian
ini
penulis akan merefleksikan dokumen-dokumenKWI
itu
dari sudut pandang teologis.3.l
Metodologi
para
f;Jsktp
nrenggunakan metoderefleksi teologis
lingkaran
pastoral di
dalam
*"ty*.r.t
Nota Pastora!
Pesan Sidang ataupun
Strat
GembalaKWI'
Adaenam
laqgkah ref,H<si:
a.
Menperhatkan keadaan sekitar;
b.
Mengajukanpertanyaan-pertanyaan
kritis
terhadap apa yaug diperhatikanitu
dari
berbagai sudut paodangan:-historis,
sosiologis,
psikologis, ekonomi,
sosial,
politik,
budaya;
c'iut"*pomaapkannya dengan
tradisi
Katolk
(Kitab
Sucr,
Ajaran
Gereja);
d'Memtawanya
ke dalam doa" kontemplasi yang diharapkan dapat menuntunrefleksi
bergerak
menuju aksi,
setelah
secarapribadi atau
bersama-samamelihat
ataunreLmukan
keLrdak
,A,ltah dalamperi$ti*a
dan
pngahrnan
rryata;e'
Aksi
yang terus disertairefleksi;
I
Keadaan baru yang menjadi awal baru dari spiral pastoralini
(Suharyo,2015:
ll).
3.2
Warna Surat
GembalaTema pengharapan menjadi salah satu pesan penting ketika bangsa Indonesia berada dalam
krisis
*rtti-di*"nsional
yang memuncak pada tahun 1998. Pada waktuitu
Konfererxi
Waligereja Indonesia menulis Surat Gembah Prapaskah denganiudul
"Keprihatinan
danfrarapan".
Dua tahun kemudian, ketika berkembang harapan akan masa depanyang lebih baik
berkat pembaharuan-pembaharuan yangterjadi
dalam pemerinahan,KWI
menulis Surat Gembala Paskah 1999 denganjudul,
"Bangkil
DanTegak dalam
Pengharapan".
Selanjutnya pada tahun 2001 ketika ternyata keadaan,"!uru
tidak meijadi iebih baik, ditulislah
Surat
Gembala Paskah denganjudul
"Tikun
dan
Bertahandalam
Pengharapan: h{enataMoralitas Bcngsc"' Tiga
SuratGembah
itu
mencerminkan kesadaranbahwa Gereja
Katolik
Indonesia
terusberusaha untuk menjadi pewarta dan saksi-saksi pengharapan (Suharyo, 2015: 7-8).
3.3 Seruan
untuk
Bertobat
danTidak
Menyerah
Dalam situasi
kfisis,
para Uskup
mengingatkan
umat
beriman
untukmemperbaharui semangat pertobatan: Gereja
tidak
luput
dari
kesalahandan
ikut
ambil
bagian dalam
membuatsituasi
klisis
itu
Para
Uskup
mengundang umatberiman
untuk
bertobat,baik
secaraindividu
maupun bersama. Pertobatan dapat direalisasikan dengan menjunungtinggi
demokrasi, menghargai keterlibatanindividu
l
l i
dan kelompok.
Martabat
manusiaterletak pada
tanggung
jawab
mereka
untukmenciptakan dan memelihma harmoni
di
dalam
masyarakat(Kej
l:26-27).
Untuk
mencapaitujuan
ini, para uskup melihat pendidikan sebagai sarana yang diperlukan untuk memdidik orang yang berkualitas.Para
Uskup
menyatakan solidaritas mereka, suka danduka
dengansehruh
umat yang terkena langsung akibat
krisis
itu.
Para Uskup mendorong umat berimanunttrk
titlak
menyerah pada keputusasaan Mereka merryundarg unmtberifiEn
untukmelihat hat-bal
positif
yang telah dicapai
bersama,misalnya
persatuan nasional,keberhasilant.dulu-
mengatasi kemiskinan, perkembanganekonomi dan
kemajuandahm
bidang
potitilL
kebebasan beragarnadan
terciptanya dasar yangkuat
untukpengembangan
lebih lanjut.
Para
Uskup
mendorong
umat
Katolk
untuk
terusmenjadi bagian integral
dari
bangsa Indonesia,
secaraaktif
terlibat
di
dalammasyarakai dan negara.
3.4 Seruan
untuk
Berdoa
Para uskup juga mengundang umat beriman untuk berdoa untuk persaudaraarl persatuarq harmoni, perdamaian, dan keamanan serta kesejahteraan bangsa. Dalam menghadapi
krisis
multi-dimensional,
doa
menjadi
semakin bermakrmbagi
umatberiman
untuk
menaruh kepercayaan dan harapan pada Tuhan yang selalu hadirdi
tengalr-tengah
kita
Dalam doa, urnat akan mengalami kenyamanarl kedamaian dankekuatan
di
tengahtengah situasi
krisis.
Dengan
doq
unrat berinmn
dapatmelanjutkan
hidup
mereka dengan harapan
bahwa
Allah
akan
menolong
dan membantu mereka untuk mengatasi krisis. Para Uskupjuga
mendorong umat berimanuntuk
berdoa bersama-sanu denganumat
dari
berbagai
agafilaur*uk
tumbuhnyapersaudaraan sebaga
i
anak- anak Allah
3.5
Membangun
PersaudaraanPara
Uskup
mengingatkan umat beriman bahwa tugas Gereja adalah untukmenjadi pembawa
nilai-nilai
spiritual dan moral tidak hanya bagi umatKatolik,
tetapiuntuk
seltruh
bangsa. Bersarnasama dengan
trmat
dari
be+bagaiagarna
dankepercayaan
lam, Gereja
melakukan upaya
untuk
meningkatkankualitas
hidup bangsa berdasarkan etika dan moralitas yangluhur:
menghormati hak asasi manusia dan mempertmngkan kead ilar-r kesetaraan, dan kebersamaanUmat diajak untuk membangun persaudaraan yang sejati dengan setiap orang tanpa membedakan
sukrt
agama atau daerah asal.Hal ini
bisa dicapai dengan dialogyang terbuka sehingga dapat saling memahami dan bekerja
saffiI
untuk
tercapainyakead ilan dan perdamaian
il
7
Selama masa transisi
ini
parauskrp
meminta umat beriqr,anuntuk memiliki
harapan
dan
inmn kepadaAtlah fbdk.
Rom
8:
18-30).Mehlui
harapandan
iman,umat beriman bisa terus
berpartisfiasi
aktif
dankitis
dalam membentuk Indonesiabaru
3.6
Komunitas
BasisGerejawi
t'
Cararterbaik
untuk
menanganikrisis
ini
adalah
dengan mengembangkan komunitas basis. Pada tahun 2000 diadakanSifung
Agung GerejaKatolik
Indonesia,(SAGKI),
yang dihadiri
ohh
perwakihn urnat berirnan
untuk
menfialus
danmengembangkan komunitas bsis
gerejawi
Dengan mengembangkan komunitas basisini
umat beriman bisa mewujudkan kehidr4an menggereja yangaktif
terlibat dalam rnasyarakatsebagai tanggapan
atas
pangilan
Roh
Kudtrs
untuk
membangunldonesia
bartr, yang lebihadif
lebih manusiawi,lebih
mengutamakan perdamaiandan kepastian hukurn
Komunitas basis gerejawi
merupakan"cara
baru
menggereja",
sebagaikomunitas
kecil,
di
mana
anggotanya
bisa
berkumpul
secara
berkala
untukmendengarkan
firman Altah.
untuk berbagi nmsalahsehari-harl
danuntuk
mencari tanggapannyadalam
terangInjil.
Komunitas basisgerejawi
merupakan komunitas terbuka yang menjalin persaudaraan dengan semua orang dari berbagaiagama, untuk rnenegakkansolidaritas, terutama
dengan
mereka
ya$g
miskin
dan
tertirdas.Akibatny4
Gereja akanmenjadi
lebih berakar,bbih
kontekstualdan
relevarU danakan mampu melakukan perannya untuk menjadi saksi yang lebih baik bagi dunia.
SAGKI
berikutnya pada tahun2005
mela4iutkandiskusi
tentang bagaimanamengatasi
krisis
nasional yang berkepanjangaq dan melihat komunitas basis sebagai saraiiauntuli
menajulian keadabanpublik
rrrenuju habitus bmu bangs4 yafig menjadi topik dalamNota Pastoral2004 sebagai langkahpenting untuk memperbaiki bangsa.4. Penutup
Di
tengah-tengahkrisis
multi-dimensional,para Uskup
telah
menyuarakan suara kenabian mereka demi perbaikan sittrasi bangsa dan Negara Indonesia.Surat-surat Gembala
paraUskup
merrcerminkanwajah
GerejaKatolk
Indonesia
yang memahamidirinya
sebagai Gereja yang melakukan peziarahan bersalna-salna denganseluruh
rakyat
Indonesia
untuk
membangunbangsa.
Gereja
Katolik
Indonesia merasakan sukacitadan
pengharapan bersama-sama dengan seluruh bangsa demiperkembangan dan kemajuan bangsa (GS art. 1).
r
::!:1w}:,EsffisEffE:5
i1lffil@:G{:Fs|q1w,.fqffiw. ffi :q*+4: i.r:.iEaii*ilPara
Usktp
mengajakumat untuk
menyadariperan Allah
dahm
sejarah bangsa, danperan YesusKrbtus
yangtehh
nenebtls rnanush&ri
dosa.Menangapi
turyu
kesehrmtan dan kasih karunia
Allah
serta kekuatan
Roh
Allatu
Gereja,o*urtatun
Kabar Gembira Tuhan untuk
seluruh
bargsa dalam
segala
aspek kehi4rrya$,tegtrasr*
berbagai sittrasi dankordbi
nrasprakat
prg
konlaet. Dergan
demftbq
Crereja berpartisipasidi
dahm karya Yests rufiuk
rnenperbarui
duniasanpai
pada pernenuhannya dalam*langit
yang baru danbumi
yant
banl di
rnana terdapatkebryrarf' (2Pe'
3:13).*tl
Unirrcrsitas Sanata Dharma
22
Aptil20l6
Pada Pps-tr Brmda
Marb
-Ratu Serikat Jesus*
t i I r^ ? i t*{
2L,
E F g_f
IDAFTAR PUSTAKA
Banawiratma, J.B. 2000.
"Hidup
Menggereja yang Terbuka: Jaringan dari BerbagaiMacam
Komunitas
Basis
Kontekstual."
Dalam
J.B.
Banawiratma
(e.d.). GerejaIndonesia,
@o
Vadis?
I{idup
Mengg;erejaKontekstual.
Yogyakarta:
PenerbitKanisius, 2000.
Hlm
18l-196.Edy Purwant
q.2014."90
Tahun Perjalanan Sejarah Konferensi W_aligereja lrdonesia(KWI)."
>alqpt Sfektrtm,
No. 2, TahunXLII.
Jakarta : DokpenKWI.
KWI. 2006.'ftoUtw
Baru:
Ekonomi yang Berkeadilan.Keadilan
Sosial Bagi Semua:Pendekatan Sosio-ekonomi.
Nota
Pastoral Sidang Konferensi Waligereja Indonesia.J akarta : S ekretar iat Jendera I K o nfere ns i Wa I igerej a I ndo ne s ia
KWI. zAU.
*Jadilah Pembela Kehidupan! Lawanlah PenyalahgunaanNarkoba! SuratGembala
KWI.
Dalam Spektrum,No. 1. TahunXLII.
Jakmta: DokpenKWI.
KWI. 2}l4b.'Tadilah
Pemilih yang
Cerdas dengan Berpegang padaHati
Nurani!Snrat Gembala
KWI
MenyanrbutPernilu Legislatif
2014.Dahrn
Spektrum,No.
1,Tahun
XLII.
Jakarta: DokpenKWI.
KWI.
1997. Keprihatinan dan Harapan. Jakarta:DokpenKWI.
KWI.
2003.
Keadilan
Sosial
bagi
Semua.
Nota
Pastoral Sidang
Konferensi Waligereja hdorrcsia. Jakarta: Sekretariat Jenderal Konferensi Waligereja Indonesia.KWl.
2004. KeadabanPublik:
Menuju HabitusBaru
Bangsa. Keadilan Sosial BagiSemua:
Pendekatan Sosio-budaya.Nota
Pastoral Sidang
Konferemi
WaligerejaI rdones ia. Jakarta : Sekretariat Jendera l Konferens
i
Waligereja Indones ia.KWI.
2A09. "[embaga
Pendidikan
Katolik:
Media
PewartaanKabar
Gembira"Unggul dan Lebih Berpihak kepada yang
Miskin."
Nota Pastoral tentang Pendidikan. Dalam Spektrum,No. 4, TahunXXXVI.
Jakarta: DokpenKWI
KWI.
2014.
*Pilihlah
secara Bertanggungjawab Berlandaskan SuaraHati!
SuratGembah
KWI
Menyambut Pemilihan Presiden
dan
Wakil
Presiden Dahm
Spektrum,No. 2
&
3, TahunXLII.
Jakarta: DokpenKWI.
Suharyo. tgnatitrs. 2014.
"Butir-butir
Cagasan dalam Sepenggal Sejarah KonferenesiWaligereja Indonesia." Dalam Spektrum,No. 2, Tahun
XLII.
Jakarta: DokpenKWI.
,:+
i I I -l 22