• Tidak ada hasil yang ditemukan

GENOTIPE KACANG TANAH TERHADAP HAMA POLONG PADA STADIA PENGEMBANGAN POLONG DAN BIJI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GENOTIPE KACANG TANAH TERHADAP HAMA POLONG PADA STADIA PENGEMBANGAN POLONG DAN BIJI"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

GENOTIPE KACANG TANAH TERHADAP HAMA POLONG

PADA STADIA PENGEMBANGAN POLONG DAN BIJI

Astanto Kasno dan Trustinah

Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Jl. Raya Kendalpayak KM 8, Kotak Pos 66 Malang, Jawa Timur Telp 0341-801468

ABSTRAK

Pengembangan polong dan pengisian biji kacang tanah merupakan periode kritis dari fase reproduktif. Cekaman lingkungan biotik dan abiotik pada periode ini menimbulkan kerugian hasil yang nyata. Salah satu lingkungan biotik yang penting adalah serangan hama. Hama yang sering dijumpai adalah pengorok daun, penggulung daun, ulat grayak dan ulat jengkal. Tanggap genotipe kacang tanah terhadap serangan hama pada periode pembentukan polong dan pengisian biji diamati pada dua lokasi percobaan kacang tanah di Lampung Selatan dan Lampung Tengah pada MK 1 dan MK 2 tahun 2011. Bahan penelitian terdiri dari 20 genotipe kacang tanah, dan penelitian menggunakan rancangan acak kelompok dengan tiga ulangan. Hasil pengamatan memperlihatkan bahwa serangan hama pada periode pengembangan polong dan pengisian biji terjadi pada MK 2, kerusakan polong rata-rata mencapai 76,7%, dan besarnya kerusakan berbeda antar lokasi. Kerusakan polong di Lampung Tengah mencapai 46,5%, sedang di Lampung Selatan 30,2%. Persentase kerusakan biji pada MK 2 rata-rata mencapai 56,8% dan antar lokasi berbeda. Hasil polong kacang tanah rata-rata pada MK 1 mencapai 2,3 t/ha, sedang pada MK 2 hanya 0,66 t/ha polong kering. Genotipe kacang tanah yang diuji tergolong rentan terhadap hama polong, meskipun demikian terdapat genotipe kacang tanah yang memberikan hasil polong 0,7 t/ ha, yaitu MlG 7638 pada MK 2, dan pada tempat dan musim yang sama hasil polong polong varietas pembanding Talam 1 yaitu 0,82 t/ha.

Kata kunci: kacang tanah, pengembangan polong, pengembangan biji, hama

ABSTRACT

Response of groundnut genotypes to pest invasion on pod and seed development. Pod and seed development is a critical period during reproductive stage. Biotic and environmental stress during this period cause significant yield loss. Pests are biotic stress that affect on groundnut. The common pests on groundnuts are leaf miners, leaf roller, and common cutworms/armyworms. The response of groundnut genotypes to pest attacks during pod and seed development was observed from field experiment in South and Central Lampung in the early of dry season (DS 1) and the late of dry season (DS 2) in 2011. Twenty groundnut genotypes were planted using randomized complete block design with three replications. The pods were evaluated used as a standard measurement. The results showed that in the period of pod and seed development, the average of pod damage was 76.7%, however, no pod damage was recorded in the late dry season. Pod damages were also different among locations, in Central Lampung it reached 46.5%, while in South Lampung was 30.2%. Seed damaged on the late dry season was average of 56.8% and between locations were different. Consequently, the groundnut pod yield average on the early dry season was 2.3 t/ha, while on the late dray season only 0.66 t/ha. Groundnut genotype tested showed response intolerant to pests. Nevertheless, at Central Lampung that occured severe pest infestation during the pod and seed development, the pod yield of MLG 7638 achieved 0.7 t/ha, whereas pod yield of the check variety of Talam 1 was 0.82 t/ ha.

(2)

PENDAHULUAN

Kacang tanah adalah tanaman yang bijinya mengandung minyak, memberikan kontri-busi 36–42% di India (Nigam 1999). Sebagai tanaman yang bijinya kaya minyak, Sharma et al. (2002) mengemukakan bahwa beberapa spesies serangga hama yang paling merusak tanaman kacang tanah di daerah tropis terutama di Asia Selatan dan Asia Tenggara adalah ulat grayak (Spodoptera litura F).

Produktivitas kacang tanah, berkisar antara 0,5–5 t/ha polong kering. Produktivitas tertinggi di Amerika Serikat dan Australia, yang mencapai 3 t/ha polong kering. Produk-tivitas kacang tanah di negara-negara tropis, termasuk Indonesia, India, negara-negara di Afrika, pada umumnya hampir sama berkisar antara 0,7 t/ha–1,3 t/ha polong kering. Perbedaan produktivitas ini tidak semata-mata disebabkan oleh teknologi budi daya, tetapi juga oleh faktor lain termasuk sifat agroklimat/tipe iklim, hama, penyakit, varietas, umur panen, dan sistem usahataninya (Sumarno 2011).

Supriyatin dan Marwoto (1994) mengemukakan bahwa sekitar 90 spesies serangga dan tungau diketahui sebagai hama kacang tanah. Di antara hama kacang tanah, hama polong menimbulkan kerugian hasil yang besar pada musim kemarau tahun 2011 (Kasno dan Trustinah 2012). Supriyatin dan Marwoto (1994) mengidentifikasi empat hama pemakan akar dan polong, yaitu Holotrichia spp. (lundi), Odontotermes spp. (rayap), Anisolabis annulipes (cocopet), dan Graphognathus spp. (kumbang), dan dua hama pemakan biji yaitu Tribolium castaneum (hama gudang) dan Corcyra cephalonica (ngengat). Kerusakan polong dan biji akibat kompleks serangan hama tersebut mencapai 50%, bergantung pada varietas, jenis hama, dan cara pengendalian. O’brien (2010) mengemukakan bahwa hama pemakan daun dan pengisap polong merupakan hama kacang tanah yang sering ditemukan pada stadia berbunga, pembentukan polong ,dan pengisian biji. Selain itu, larva Helicoverpa (ulat buah kapas) juga menyerang bunga dan ginofora yang menyebabkan bunga gugur dan polong gagal terbentuk, sebagaimana halnya ulat grayak (Spodoptera litura L.). Hama lain yang merusak bunga, ginofora, dan polong adalah kutu kebul (Bemesia tabaci) dan Etiella (penggerek polong) yang biasa menyerang kacang tanah musim kemarau dan menyebabkan kerusakan polong yang besar di Australia.

Penelitian ini bertujuan untuk menilai tanggap 20 genotipe kacang tanah terhadap hama polong pada periode pembentukan polong dan biji.

BAHAN DAN METODE

Bahan penelitian adalah 20 genotipe kacang tanah (18 galur dan 2 varietas unggul). Penelitian dilaksanakan pada dua musim tanam, yaitu MK 1 (Maret–Juni) dan MK 2 (Juli– Oktober) tahun 2011 di Lampung Selatan (KP Natar) dan Lampung Tengah (Rumbia).

Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok dengan tiga ulangan. Setiap geno-tipe kacang tanah ditanam enam baris sepanjang 4,5 m dengan jarak tanam 40 cm antarbaris dan 15 cm dalam baris, dan satu biji/lubang, luas petak 10,8 m2 . Pupuk dasar

pada diberikan saat tanam secara larikan di sisi barisan tanaman dengan takaran 45 kg Urea, 90 kg SP36, dan 90 kg KCl/ha.

Karakter yang diamati adalah umur 50% tanaman berbunga, tinggi tanaman saat panen, jumlah polong isi, jumlah polong total, jumlah polong rusak, biji rusak, rendemen hasil, hasil polong, dan indeks panen (IP).

(3)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Musim, lokasi, interaksi musim dan lokasi nyata untuk semua karakter yang diamati, kecuali jumlah polong isi, hasil polong dan indeks panen (Tabel 1). Pengaruh genotipe tidak nyata terhadap persentase polong rusak, biji rusak dan nisbah polong/biji. Interaksi genotipe dan musim tidak nyata pengaruhnya terhadap tinggi tanaman saat panen, polong rusak, dan biji rusak. Interaksi genotipe dan lokasi hanya nyata untuk jumlah polong rusak, dan hasil polong. Sedangkan interaksi genotipe, musim dan lokasi nyata hanya untuk jumlah polong isi, jumlah polong total, dan hasil polong (Tabel 1). Semua genotipe yang diuji tergolong rentan terhadap serangan hama polong/biji, dengan tingkat kerusakan yang bergantung musim dan lokasi.

Tinggi tanaman saat panen, jumlah polong isi, jumlah polong total, jumlah polong rusak, persentase polong rusak, persentase biji rusak, rendemen hasil, hasil polong, dan indeks panen, tertera pada Tabel 2. Persentase polong rusak pada MK 2 mencapai 77%, sedang pada MK 1 tidak ditemukan polong rusak. Demikian pula biji rusak pada MK 2 mencapai 57%, dampaknya hasil polong hanya 0,7 t/ha, sedang pada pada MK 1 mencapai 2,3 t/ha polong kering. Persentase biji rusak pada MK2 di Rumbia 38% dan di Natar 18,7% (Tabel 2). Menurut O’brien (2010), serangan kutu kebul pada periode berbunga dan pembentukan polong mepengaruhi vigor tanaman dan menurunkan hasil polong, meskipun kacang tanah bukan inang yang sesuai.

Tabel 1. Sidik ragam tergabung beberapa karakter kuantitatif kacang tanah, Lampung, MK 1 dan MK 2 tahun 2011.

Sumber keragaman db tanaman Tinggi

(cm) ∑ plg isi ∑ plg

total tergerek ∑ plg % plg rusak Rendemen biji % Biji rusak Hasil (t/ha) IP

Musim (M) 1 ** ** ** ** ** ** ** ** ** Lokasi (L) 1 ** ** ** ** ** ** ** ** ** Interkaksi MxL 1 ** ns * ** ** ** ** ns ns Genotipe (G) 19 ** ** ** ns ns * ns ** ** Interaksi MxG 19 ns ** * ns ns * ns ** ** Interaksi LxG 19 ns ns * ** ns ns ns * ns Interaksi MxLxG 19 ns ** ** ** ns ns ns ** ns KK (%) 13,2 28,4 24,5 51,06 30,29 13,45 50,08 18,71 27,9

Tabel 2. Rata-rata karakter kuantitatif dari 20 genotipe kacang tanah di Natar dan Rumbia pada MK 1 dan MK 2, Tahun 2011.

Musim/Lokasi tanaman Tinggi

(cm) ∑ plg isi ∑ plg

total plg rusak ∑ % Plg rusak men biji Rende- Biji rusak % Hasil plg (t/ha IP MK 1 68,8 15,6 18,1 0,0 0,0 0,80 0,0 2,27 0,40 MK 2 31,8 4,0 15,0 11,0 76,7 29,1 56,8 0,66 0,31 Natar (Lampsel) 38,6 12,6 20,4 6,2 30,2 20,5 18,7 1,71 0,40 Rumbia (Lampteng) 62,0 6,9 12,8 4,9 46,5 9,3 38,2 1,22 0,31 KK (%) 13,20 28,40 24,50 51,06 30,29 13,45 50,08 18,71 27,90

Pada MK 1, penampilan karakter kacang tanah lebih baik dari MK 2. Tidak terdapat kerusakan polong dan biji pada MK1 di semua lokasi. Hasil polong kacang tanah pada

(4)

MK1 mencapai 2,3 t/ha, sedang pada MK 2 hanya 0,7 t/ha, dengan kerusakan polong dan tingkat kehilangan hasil sebesar 61,9% (Tabel 2). Kehilangan hasil kacang tanah akibat serangan hama polong Anisolabis annulipes atau cocopet di India mencapai 19,9%, sedangkan di Indonesia mencapai 50% (Supriyatin dan Marwoto 1993).

Tabel 3. Rata-rata karakter kuantitatif dari 20 genotipe kacang tanah di Lampung Selatan (Natar) MK 1 2011.

No Genotipe tanaman Tinggi (cm) % Plg kering/ basah ∑ plg isi ∑ plg total plg rusak % Ren-demen biji % biji

rusak (t/ha) Hasil IP 1 MHS/91278-99-C-180-13-5 51,9 55 10 16 0,0 0,70 0,0 1,48 0,46 2 G/92088//92088-02-B-2-9 50,0 72 10 17 0,0 0,70 0,0 1,35 0,24 3 G/92088//92088-02-B-2-8-1 45,6 63 12 21 0,0 0,70 0,0 1,56 0,36 4 G/92088//92088-02-B-2-8-2 45,8 92 12 19 0,0 0,80 0,0 1,64 0,36 5 J/J11-99-D-6210 52,6 55 10 16 0,0 0,70 0,0 1,49 0,38 6 P 9801-25-2 52,0 59 11 18 0,0 0,70 0,0 1,58 0,41 7 G/92088//92088-02-B-8-O 54,3 55 9 18 0,0 0,70 0,0 1,31 0,30 8 MHS/91278-99-C-174-7 -3 59,7 60 10 17 0,0 0,70 0,0 1,68 0,39 9 JERAPAH 51,7 61 12 18 0,0 0,70 0,0 1,34 0,34 10 J/91283-99-C-192-17 53,8 58 10 16 0,0 0,70 0,0 1,60 0,36 11 MHS/91278-99-C-180-13-7 53,4 65 9 16 0,0 0,70 0,0 1,36 0,38 12 Mn/92088-02-B-1-2 48,8 62 12 21 0,0 0,70 0,0 1,49 0,35 13 MlG 7720 46,9 62 9 17 0,0 0,70 0,0 1,28 0,41 14 MlG 7638 50,0 57 8 13 0,0 0,70 0,0 1,63 0,33 15 GH 02/G-2000-B-653-54-28 46,5 60 7 12 0,0 0,70 0,0 1,44 0,35 16 GL-JPO-63 43,5 60 10 17 0,0 0,80 0,0 1,55 0,34 17 IC 87123/86680-93-B-75-55 47,1 57 11 18 0,0 0,70 0,0 1,48 0,33 18 MLGA 0306 atau MLG 7932 50,3 60 8 13 0,0 0,70 0,0 1,31 0,35 19 UNILA-2 51,1 58 6 14 0,0 0,70 0,0 1,34 0,32 20 TALAM-1 51,0 58 8 13 0,0 0,70 0,0 1,37 0,32 Rata-rata 50,30 61,45 9,70 16,50 0,0 0,71 0,0 1,46 0,35 SD 3,83 0,03 1,61 2,35 6,70 4,72 4,72 0,16 0,06

(5)

Tabel 4. Rata-rata karakter kuantitatif dari 20 genotipe kacang tanah di Lampung Tengah (Rumbia) pada MK1 tahun 2011.

No Genotipe Tinggi tan

(cm) % plg kering/ basah ∑ plg isi ∑ plg total % plg rusak % biji rusak Ren- de-men biji Hasil plg (t/ha) IP segar 1 MHS/91278-99-C-180-13-5 86,7 0,43 15 17 0,0 0,0 0,70 2,13 0,35 2 G/92088//92088-02-B-2-9 80,7 0,32 15 17 0,0 0,0 0,70 1,92 0,29 3 G/92088//92088-02-B-2-8-1 73,3 0,38 17 19 0,0 0,0 0,70 2,15 0,38 4 G/92088//92088-02-B-2-8-2 78,3 0,34 17 19 0,0 0,0 0,80 2,35 0,40 5 J/J11-99-D-6210 86,7 0,45 12 14 0,0 0,0 0,70 2,05 0,35 6 P 9801-25-2 80,7 0,43 12 14 0,0 0,0 0,70 1,84 0,34 7 G/92088//92088-02-B-8-O 85,0 0,37 12 16 0,0 0,0 0,70 1,78 0,29 8 MHS/91278-99-C-174-7 -3 94,0 0,44 13 15 0,0 0,0 0,70 2,27 0,34 9 JERAPAH 80,3 0,47 15 17 0,0 0,0 0,70 1,80 0,35 10 J/91283-99-C-192-17 80,3 0,46 13 15 0,0 0,0 0,80 2,18 0,35 11 MHS/91278-99-C-180-13-7 88,0 0,40 11 14 0,0 0,0 0,70 2,11 0,33 12 Mn/92088-02-B-1-2 81,3 0,49 13 15 0,0 0,0 0,80 1,85 0,27 13 MlG 7720 78,7 0,43 12 13 0,0 0,0 0,80 1,62 0,41 14 MlG 7638 72,7 0,45 10 11 0,0 0,0 0,70 2,16 0,29 15 GH 02/G-2000-B-653-54-28 83,3 0,40 9 12 0,0 0,0 0,70 2,01 0,33 16 GL-JPO-63 69,0 0,45 12 15 0,0 0,0 0,80 2,04 0,31 17 IC 87123/86680-93-B-75-55 79,0 0,45 18 20 0,0 0,0 0,80 2,49 0,36 18 MLGA 0306/MLG 7932 83,7 0,44 11 13 0,0 0,0 0,70 1,72 0,35 19 UNILA-2 83,3 0,35 11 14 0,0 0,0 0,70 1,83 0,37 20 TALAM-1 82,3 0,37 8 11 0,0 0,0 0,70 1,91 0,28 Rata-rata 81,36 0.42 0,34 15,1 0,0 0,0 0,73 2,01 0,35 SD 3,83 0,08 0,06 2,35 6,70 8,54 4,72 0,16 0,57

(6)

Tabel 5. Rata-rata karakter kuantitatif dari 20 genotipe kacang tanah di Lampung Selatan (Natar) pada MK 2 tahun 2011.

No. Genotipe kering/ % plg basah Tinggi tan (cm) ∑ plg isi ∑ plg total ∑ plg rusak % plg rusak % biji rusak Rende-men biji Hasil plg (t/ha) IP segar 1 MHS/91278-99-C-180-13-5 43 17,9 5 18 13 73,3 22,1 39,9 0,75 0,40 2 G/92088//92088-02-B-2-9 32 16,1 2 9 7 66,7 43,1 19,8 0,34 0,16 3 G/92088//92088-02-B-2-8-1 38 19,3 7 23 16 68,5 23,0 37,4 0,80 0,28 4 G/92088//92088-02-B-2-8-2 34 17,1 7 20 13 67,0 29,7 32,6 0,36 0,24 5 J/J11-99-D-6210 45 21,3 8 22 14 61,4 32,4 45,5 1,04 0,40 6 P 9801-25-2 43 25,4 11 26 15 58,2 32,2 46,3 1,48 0,49 7 G/92088//92088-02-B-8-O 37 27,3 7 22 15 67,1 30,1 40,5 0,83 0,26 8 MHS/91278-99-C-174-7 -3 44 32,2 10 24 14 58,7 39,2 51,0 1,39 0,46 9 JERAPAH 47 29,5 14 22 8 27,0 27,6 52,5 1,12 0,31 10 J/91283-99-C-192-17 46 25,1 7 15 8 37,2 29,9 48,0 1,10 0,29 11 MHS/91278-99-C-180-13-7 40 20,9 4 18 14 77,8 39,3 35,0 0,66 0,32 12 Mn/92088-02-B-1-2 49 20,9 8 28 20 70,3 46,6 46,8 1,27 0,39 13 MlG 7720 43 16,0 5 23 18 78,1 56,8 34,3 0,79 0,40 14 MlG 7638 45 23,0 8 19 11 58,2 27,9 48,8 1,34 0,44 15 GH 02/G-2000-B-653-54-28 40 19,1 5 12 7 42,5 47,1 29,1 0,78 0,31 16 GL-JPO-63 45 18,7 8 19 11 57,8 55,6 44,0 1,03 0,37 17 IC 87123/86680-93-B-75-55 45 16,5 7 19 12 65,2 52,1 48,3 0,65 0,31 18 MLGA 0306/MLG 7932 44 17,7 7 13 6 48,9 35,5 40,0 0,90 0,35 19 UNILA-2 35 19,1 4 19 15 78,1 44,7 32,4 0,79 0,33 20 TALAM-1 37 18,8 5 13 8 46,3 30,9 33,2 0,52 0,29 Rata-rata 41,6 22,0 7 19,2 12,3 60,42 37,29 40,30 0,89 0,34 SD 0,03 3,83 1,61 2,35 1,63 6,70 8,54 4,72 0,16 0,06

(7)

Tabel 6. Rata-rata karakter kuantitatif dari 20 genotipe kacang tanah di Lampung Tengah (Rumbia) pada MK2 tahun 2011. No Genotipe kering/ % plg basah Tinggi tan (cm) ∑ plg isi ∑ plg total ∑ plg rusa k % plg rusa k % Biji rusa k Ren- de-men biji Hasil plg (t/ha) IP segar 1 MHS/91278-99-C-180-13-5 52 50,0 3 11 8 78,5 36,2 21,1 0,41 0,43 2 G/92088//92088-02-B-2-9 56 48,0 1 13 12 95,9 82,8 13,4 0,29 0,17 3 G/92088//92088-02-B-2-8-1 53 39,3 1 12 11 95,5 95,2 14,5 0,35 0,23 4 G/92088//92088-02-B-2-8-2 54 38,7 1 13 12 98,6 57,1 5,3 0,20 0,23 5 J/J11-99-D-6210 54 42,3 1 8 7 89,8 76,4 21,3 0,39 0,36 6 P 9801-25-2 57 42,7 1 8 7 85,1 87,7 27,0 0,49 0,39 7 G/92088//92088-02-B-8-O 50 43,3 1 11 10 97,8 81,9 11,9 0,30 0,25 8 MHS/91278-99-C-174-7 -3 50 46,7 1 10 11 99,4 85,6 15,2 0,33 0,37 9 JERAPAH 58 41,0 1 13 12 94,0 70,6 19,6 0,38 0,33 10 J/91283-99-C-192-17 59 47,0 1 15 14 94,4 65,7 20,8 0,50 0,32 11 MHS/91278-99-C-180-13-7 57 44,0 2 13 11 84,4 53,9 39,9 0,44 0,47 12 Mn/92088-02-B-1-2 52 44,0 2 12 10 90,6 87,3 10,2 0,40 0,22 13 MlG 7720 42 40,0 1 9 8 98,7 89,6 13,6 0,33 0,21 14 MlG 7638 50 43,7 1 8 7 84,8 67,9 27,9 0,73 0,25 15 GH 02/G-2000-B-653-54-28 48 35,7 1 7 6 97,7 87,7 16,0 0,46 0,25 16 GL-JPO-63 50 35,7 1 9 8 98,9 91,1 7,3 0,44 0,19 17 IC 87123/86680-93-B-75-55 52 42,3 1 11 10 96,5 79,5 21,7 0,41 0,19 18 MLGA 0306 ATAU MLG 7932 44 38,7 1 10 9 97,0 89,0 10,1 0,35 0,27 19 UNILA-2 46 42,7 1 9 8 92,2 67,4 19,8 0,50 0,25 20 TALAM-1 52 45,3 1 10 9 88,5 75,0 20,7 0,82 0,24 Rata-rata 51,8 42,4 1,2 10,6 9,9 93,1 76,5 17,7 0,40 0,28 SD 0,03 3,83 1,61 2,35 1,63 6,70 8,54 4,72 0,16 0,06 ‘

(8)

Tabel 7. Rata-rata hasil polong dari 20 genotipe kacang tanah di Lampung pada MK 1 dan MK2 2011 Rumbia,

MK2 Rumbia, MK1 Natar, MK 2 Natar, MK1 Rata-rata (t/ha)

No Genotipe Hasil plg (t/ha) Hasil plg (t/ha) Hasil plg (t/ha) Hasil plg (t/ha) MK1 MK 2 Rata-rata musim (t/ha) 1 MHS/91278-99-C-180-13-5 0,41 2,13 0,75 1,48 1,80 0,58 1,19 2 G/92088//92088-02-B-2-9 0,29 1,92 0,34 1,35 1,63 0,31 0,97 3 G/92088//92088-02-B-2-8-1 0,35 2,15 0,80 1,56 1,85 0,57 1,21 4 G/92088//92088-02-B-2-8-2 0,20 2,35 0,36 1,64 1,99 0,28 1,13 5 J/J11-99-D-6210 0,39 2,05 1,04 1,49 1,77 0,71 1,24 6 P 9801-25-2 0,49 1,84 1,48 1,58 1,71 0,98 1,34 7 G/92088//92088-02-B-8-O 0,30 1,78 0,83 1,31 1,54 0,56 1,05 8 MHS/91278-99-C-174-7 -3 0,33 2,27 1,39 1,68 1,97 0,86 1,41 9 JERAPAH 0,38 1,80 1,12 1,34 1,57 0,75 1,16 10 J/91283-99-C-192-17 0,50 2,18 1,10 1,60 1,89 0,80 1,34 11 MHS/91278-99-C-180-13-7 0,44 2,11 0,66 1,36 1,73 0,55 1,14 12 Mn/92088-02-B-1-2 0,40 1,85 1,27 1,49 1,67 0,83 1,25 13 MlG 7720 0,33 1,62 0,79 1,28 1,45 0,56 1,00 14 MlG 7638 0,73 2,16 1,34 1,63 1,89 1,03 1,46 15 GH 02/G-2000-B-653-54-28 0,46 2,01 0,78 1,44 1,72 0,62 1,17 16 GL-JPO-63 0,44 2,04 1,03 1,55 1,79 0,73 1,26 17 IC 87123/86680-93-B-75-55 0,41 2,49 0,65 1,48 1,98 0,53 1,40 18 MLGA 0306 ATAU MLG 7932 0,35 1,72 0,90 1,31 1,51 0,63 1,07 19 UNILA-2 0,50 1,83 0,79 1,34 1,58 0,64 1,11 20 TALAM-1 0,82 1,91 0,52 1,37 1,64 0,67 1,15 Rata-rata 0,43 2,01 0,89 1,64 1,73 0,66 1,20 SD 0,111

Tabel 8. Rata-rata hasil polong dari 8 galur kacang tanah terpilih di Lampung pada MK 1 dan MK2 2011 Rumbia (t/ha) Natar (t/ha) Rata-rata (t/ha) No Genotipe MK 2 MK 1 MK 2 MK 1 MK 1 MK 2 Rata-rata Musim (t/ha) 1 G/92088//92088-02-B-2-8-1 0,35 2,15 0,80 1,56 1,85 0,57 1,21 2 J/J11-99-D-6210 0,39 2,05 1,04 1,49 1,77 0,71 1,24 3 P 9801-25-2 0,49 1,84 1,48 1,58 1,71 0,98 1,34 4 MHS/91278-99-C-174-7 -3 0,33 2,27 1,39 1,68 1,97 0,86 1,41 5 J/91283-99-C-192-17 0,50 2,18 1,10 1,60 1,89 0,80 1,34 6 Mn/92088-02-B-1-2 0,40 1,85 1,27 1,49 1,67 0,83 1,25 7 MlG 7638 0,73 2,16 1,34 1,63 1,89 1,03 1,46 8 IC 87123/86680-93-B-75-55 0,41 2,49 0,65 1,48 1,98 0,53 1,40 JERAPAH 0,38 1,80 1,12 1,34 1,57 0,75 1,16 TALAM-1 0,82 1,91 0,52 1,37 1,64 0,70 1,15 Rata-rata (t/ha) 0,48 2,07 1,07 1,52 1,73 0,66 1,20 SD 0,0005

Pada MK 1 di Rumbia tanaman kacang tanah tumbuh lebih tinggi daripada di Natar, demikian pula hasil polongnya (Tabel 3, dan 4), fenomena yang sama juga terjadi pada MK2 (Tabel 5 dan 6). Cekaman kekeringan pada MK2 menyebabkan kacang tanah

(9)

tumbuh lebih pendek dari MK 1 (Tabel 5 dan 6) di semua lokasi, dan pada sembarang musim hasil polong kacang tanah di Natar lebih rendah dari Rumbia. Hal tersebut merupakan indikasi bahwa Rumbia lebih subur dari Natar.

Kacang tanah pada MK 2 memberikan hasil polong yang rendah akibat serangan hama polong (Tabel 5, 6, 7) sehingga tidak dianjurkan menanam kacang tanah. Hasil polong kering rata-rata pada MK 2 teringgi (1,03 t/ha) diberikan oleh galur MlG 7638, diikuti oleh galur P 9801-25-2, meskipun tidak berbeda nyata dengan hasil polong Talam 1 (Tabel 8). Larva hama Helicoverpa zea menyerang tanaman kacang tanah hingga panen dan polong dikeringkan, dan merupakan hama kacang tanah penting di Florida. Hama penggrerek polong Elasmopalpus lignoselles da hama ini berasosiasi dengan musim kemarau bersa-maan musim raya kacang tanah sehingga sangat merugikan petani kacang tanah (Sprenkel 2006). Sedangkan menurut Herbert (2013) larva hama Agrotis yang berkembang di dalam tanah akan segera menyerang ginofora dan polong kacang tanah. Kerusakan polong dan biji akibat serangan hama ini diketahui setelah kacang tanah dipanen. Agrotis sukar dikendalikan bila sudah menyerang kacang tanah. Oleh karena itu tindakan pencegahan merupakan strategi yang efektif, yaitu dengan pengamatan seranga dewasa yang mudah dikenali di lapang. Serangga dewasa akan meninggalkan telur, dan setelah menetas menjadi larva akan menyerang kacang tanah mulai dari ginofora selanjutnya polong. Agrotis sangat senang pada berwarna cerah, dan bila pada MK 2 (Juli–Agustus) ditemukan serangga dewasa dalam jumlah sedang hingga banyak, maka perlu siaga terhadap erangan larva Agrotis.

Tinggi tanaman rata-rata, jumlah polong isi, bobot biji per tanaman dan ukuran biji, Rendemen hasil masih di atas 70% pada MK 1. Sebaliknya pada MK 2, jumlah polong isi, bobot biji dan rendemen (18–40%) yang rendah lebih disebabkan oleh serangan hama polong (Tabel 5 dan 6). Tinggi tanaman pada saat panen pada MK2 rata-rata 32 cm, lebih pendek dari tinggi tanaman kacang tanah pada MK1 69 cm (Tabel 2). Tanaman pendek pada MK 2 juga merupakan indikasi tanaman tercekam kekeringan (Riduan et al. 2005).

Hama diketahui sebagai salah satu masalah utama dalam budidaya kacang tanah di India (Gibbons 1980 dalam Amtha 1992). Hama kacang tanah pertama kali ditinjau secara luas oleh Feakin (1973 dalam Amtha 1992), kemudian Smith dan Barfield (1982). Baru-baru ini Wightman dan Amin (1988 dalam Amtha 1992) membahas secara singkat hama kacang tanah di daerah tropis dan Amin (1988 dalam Amtha 1992) meninjau situasi hama di India.

Wightman et al. (1990 dalam Amtha 1992) mengelompokkan hama kacang tanah menjadi empat kelompok, yaitu: empat kelompok serangga tanah, hama pemakan daun bukan vektor virus (non-viruliferous), hama pemakan daun sebagai vektor virus (viruli-ferous). Dari kelompok hama tersebut, serangga vektor virus yang paling berbahaya. Hama tanah jarang terdeteksi sebelum panen dan hama tersebut menyerang polong, akar atau keduanya. Hama pemakan polong, kadang-kadang tidak mempengaruhi hasil secara langsung, tetapi dapat meningkatkan resiko kontaminasi aflatoksin yang disebabkan oleh jamur Aspergillus flavus (McDonald dan Harkness 1967).

Beberapa entolomog mengemukakan bahwa pada periode pembentukan polong dan pengisian biji kacang tanah (Herbert 2013; Chapin 2013; O’brien 2010; Tenrirawe dan Talanca 2008; Supriyatin dan Marwoto 1993; Arnet et al. 1981) hama-hama penting yang merugikan hasil kacang tanah adalah adalah:

(10)

kerusakan berat terjadi pada tanaman yang ditanam di tanah pasir, dan tanah ringan. Selain kacang tanah hama ini menyerang padi gogo, tebu, jagung, sorgum, dan kacang-kacangan lain.

2. Odontotermes spp. (rayap), dilaporkan bahwa terdapat 18 spesies rayap yang menyerang kacang tanah, yang termasuk kedalam genus Odontotermes. Kerusakan polong akibat serangan rayap meningkat apabila tanaman terlambat dipanen.

3. Anisolabis annulipes Luc. atau Euborellia stali, dikenal sebagai cocopet. Hama ini merupakan hama penting di India Selatan dan Israel. Kehilangan hasil antara 2,7– 19,9% (Amin, 1988 dalam Amtha 1992). Di Tuban lebih dari 50% polong tergerek oleh hama tersebut pada MK1991.

4. Graphognathus spp. (Coleoptera: Curculionidae), hama ini tersebar di Amerika Serikat, Brasil, Chili, Uruguay, Australia, Afrika Selatan, dan Asia Tenggara. Di Indonesia, serangga tersebut menyerang tanaman kacang tanah di Jepara dan Tuban, terutama pada tanah pasir dan tanah ringan. Di kedua tempat tersebut, hama ini menyerang tanaman di tempat yang ternaungi oleh pepohonan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Serangan hama pada periode pembentukan polong dan pengisian biji terjadi pada musim kemarau ke dua, dan kerusakan polong rata-rata mencapai 76,7% serta besar-nya kerusakan berbesa antarlokasi.

2. Kerusakan polong di Lampung Tengah mencapai 46,5%, sedang di Lampung Selatan 30,2%.

3. Persentase kerusakan biji pada MK 2 rata-rata mencapai 56,8% dan antar lokasi ber-beda. Konsekuensinya hasil polong kacang tanah rata-rata pada MK 1 mencapai 2,3 t/ha, sedang pada MK 2 hanya 0,66 t/ha polong kering.

4. Genotipe yang diuji menunjukkan tanggap rentan terhadap hama polong, namun terdapat galur yang memberikan hasil polong rata-rata pada MK 2 sebesar 0,7 t/ha, yaitu MlG 7638 meskipun lebih rendah dari hasil polong varietas pembanding Talam1, yaitu 0,82 /ha.

Saran

1. Tidak dianjurkan bertanam kacang tanah pada MK 2 di Lampung.

2. Perlu melakukan pentapisan toleransi genotipe kacang tanah terhadap hama pada stadia pembentukan polong dan pengisian biji.

DAFTAR PUSTAKA

Amtha V (1992). Studies on groundnut pod borers. Masters of Science in Agriculture. Andmra Pradesh Agricultural University, India. 70 p

Arnet JD et al. 1981. Groundnuts insect. Insect and Disease Indentification Guide for IPM th the Souteast. The University of Georgia. 59 p.

Chapin JW. 2013. Groundnut insect management. South Carolina Pest Management Hand-book for Field Crops. p. 172–176.

Cahyadi N. 2008. Hama dan Penyakit Tanaman. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Hlm 1–4. Gianessi L. 2009. The benefits insect use: Groundnuts. Crop Protection Research Insitute. 13 p.

(11)

Herbert DA. 2013. Insect of groundnuts. AREC: 4–10.

Nigam SN. 1999. Some strategic issue in breeding for high yield and stable yield in groundnut in India. Oilseeds Res. 17(1): 1–10.

O’brien S. 2010. Insect pest management in peanus. Department of Agriculture, Fisheris and Forestry. Queensland Government.

Sprenkel RK. 2006. Indentification and monitoring of insect pest in groundnut. Institute of Food and Agriculture Sciences, University of Florida, Gainesville, FL32611. 12 p.

Supriyatin dan Marwoto. 1993, Hama-hama penting pada kacang tanah,p,225–224, dalam A, Kasno, A, Winarto, dan Sunardi (Penyunting), Kacang Tanah. Monografi Balittan Malang No. 12. Balai Penelitian Tanaman Pangan Malang.

Sumarno. 2011. Status kacang tanah di indonesia. Draft Monografi kacang tanah, 13 hlm. (belum dipublikasi).

Tenrirawe T, dan Talanca AH. 2008. Bioekologi dan pengendalian hama dan penyakit utama kacang tanah. Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI XIX. Komisariat Daerah Sulawesi Selatan. hlm 465–471.

Sharma HC, Pampapathy G, and Kumar R (2002). Technique to Screen Groundnuts for Resistance to the Tobacco Armyworm, Spodoptera litura (Lepidoptera: Noctuidae) Under No-Choice Cage Conditions. Groundnut Science 29 (1): 35–40.

Riduan A, Aswidinnoor H, Koswara J, dan Sudarsono. 20054. Toleransi sejumlah kultivar kacang tanah terhadap cekaman kekringan. Hayati 12(1): 28–34.

dowati, L.R. et al. 2005. Pengaruh Kompos Pupuk Organik yang Diperkaya dengan Bahan Mineral dan Pupuk Hayati terhadap Sifat-sifat Tanah, Serapan Hara dan Produksi Sayuran Organik. Laporan Proyek Penelitian Program Pengembangan Agribisnis, Balai Penelitian Tanah, TA 2005 (Tidak dipublikasikan).

Gambar

Tabel 1. Sidik ragam tergabung beberapa karakter kuantitatif kacang tanah, Lampung, MK 1 dan  MK 2 tahun 2011
Tabel 3.  Rata-rata karakter kuantitatif dari 20 genotipe kacang tanah di Lampung Selatan (Natar)  MK 1 2011
Tabel 5.  Rata-rata karakter kuantitatif dari 20 genotipe kacang tanah di Lampung Selatan (Natar)  pada MK 2 tahun 2011
Tabel 6.   Rata-rata karakter kuantitatif dari 20 genotipe kacang tanah di Lampung Tengah (Rumbia) pada MK2  tahun 2011
+2

Referensi

Dokumen terkait

Pengujian dengan citra sintetis dan citra asli telah membuktikan bahwa metode hybrid GA-ACO memiliki hasil segmentasi citra yang lebih baik dibandingkan dengan algoritma awal

Dari hasil riset dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan tiga metode isolasi, rerata populasi jamur tanah yang terisolasi di hutan Wanariset-Semboja, Kalimantan Timur

Katika mifano hii tunaona kuwa hakuna tofauti yeyote ya umbo la mofu inayowakilisha nafsi ya tatu wingi hali ya ukanushi kati ya lahaja ya K ipemba na Kiswahili

1) Dilaksanakan pengkajian dan analisis data pada Ny”A” akseptor KB IUD dengan spotting dan erosi portio di Puskesmas Pallangga. 2) Dilaksanakan diagnosa/masalah aktual pada

Pemberian bahan tambahan pakan berupa konsentrat terhadap hijauan pada rusa timor berpengaruh lebih positif terhadap panjang tubuh, tinggi tubuh, panjang radius,

Penelitian ini dapat memberikan wawasan untuk remaja, karena kontrol diri sangat penting dalam kehidupan remaja agar mampu mengontrol agresi yang dimilikinya, karena masa

Pada resin murni mempunyai kekuatan tembus listrik yang rendah dan pada isolator campuran alumina mempunyai kekuatan tembus listrik yang tinggi walaupun kekuatan

Pengambilan data pada RPM pulley generator ini dikhususkan untuk mengetahui pengaruh besar kecilnya RPM terhadap tegangan output generator, pengukuran dilakukan