• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Kerja Praktik di Balai Litbang Pantai, Gerokgak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Kerja Praktik di Balai Litbang Pantai, Gerokgak"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

i

LAPORAN KERJA PRAKTEK

BALAI LITBANG PANTAI

“ANALISA KOEFISIEN REFLEKSI PADA SEA WALL

NCICD (NATIONAL CAPITAL INTEGRATED

COASTAL DEVELOPMENT)”

GIYAT NUR SAWITRI RINDY ANTICHA

NRP. 4313.100.123

DOSEN PEMBIMBING :

Ir. Wisnu Wardhana, S.E., MSc., Ph.D

JURUSAN TEKNIK KELAUTAN

FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

SURABAYA

(2)

ii

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KERJA PRAKTIK

LABORATORIUM BALAI LITBANG PANTAI – BULELENG

Sehubungan dengan Kerja Praktik Mahasiswa yang dilaksanakan pada tanggal 20 Juni 2016 sampai 20 Agustus 2016 di Laboratorium Balai Litbang

Pantai – Buleleng, maka saya:

Nama : Giyat Nur Sawitri Rindy Anticha

NRP : 4313100123

Jurusan/ Fakultas : Teknik Kelautan / FTK

Dengan ini telah menyelesaikan laporan kerja praktik dan disetujui oleh dosen pembimbing.

Surabaya, 1 Nopember 2016

Koordinator Kerja Praktik Jurusan Teknik Kelautan FTK – ITS

Dr. Ir. Hasan Ikhwani, M.Sc. NIP. 19690121 199303 1 002

Dosen Pembimbing

Ir. Wisnu Wardhana, S.E., MSc., Ph.D NIP 19581204 198702 1 001

(3)

iii

ABSTRACT

Jakarta every year to experience flooding caused by moisture absorption less, flood from other cities such as Bogor, and sea level rise. Control has been done has not been able to overcome these problems. So that the city government launched Program Pengembangan Terpadu Pesisir Ibukota Negara (PTPIN) or the National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) called the Great Garuda. Therefore, do some research first on the characteristics of the waves received by sea wal, such as reflection analysis to determine the percentage of the wave is reflected back into the sea.

The study was conducted by conducting physical tests to determine the value of the reflection coefficient. The data entered in the form of wave height (H), wave period (T), water level (d) and the type of regular wave. Values obtained coefficient of 0.9071 with a water level of 70 cm. It concluded that approximately 91% is reflected back to the ocean waves.

(4)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-NYA penulis bisa menyelesaikan kerja praktik di Laboratorium Balai Litbang Pantai selama 2 bulan ini dengan baik.

Kerja praktik yang penulis lakukan selama 2 bulan banyak membawa manfaat dan pengetahuan baru bagi penulis terutama di bidang teknologi pantai. Selain terjun langsung dalam penelitian, penulis juga mendapat pengalaman dalam dunia kerja secara langsung. Bukan hanya itu, penulis juga memperoleh ilmu dalam pembuatan model fisik di Laboratorium Balai Litbang Pantai.

Demikian laporan kerja praktik ini disusun, penulis menyadari bahwa laporan kerja praktik ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak untuk kesempurnaan laporan selanjutnya. Semoga laporan ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Surabaya, 1 Nopember 2016

(5)

v

UCAPAN TERIMAKASIH

Dalam menjalani kerja praktik di Laboratorium Balai Litbang Pantai, Buleleng, Bali selama 2 bulan, penulis telah mendapatkan dukungan dan batuan dari berbagai pihak baik sejak sebelum menjalani kerja praktik, saat menjalani kerja praktik, serta setelah menjalani kerja praktik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya serta penghormatan kepada berbagai pihak yang terkait secara langsung maupun yang tidak langsung, yaitu :

1. Bapak Dr.Eng. Rudi Walujo Prastianto, S.T., M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik Kelautan periode 2015 - 2019 yang telah memberikan izin dalam terlaksananya kegiatan Kerja Praktik.

2. Bapak Dr. Ir. Hasan Ikhwani, M.Sc., selaku Koordinator Kerja Praktik Jurusan Teknik yang telah memberikan izin dan pedoman – pedoman penting selama pelaksanaan Kerja Praktik.

3. Bapak Ir. Wisnu Wardhana, S.E., MSc., Ph.D., selaku dosen pembimbing kegiatan perkuliahan Kerja Praktek yang telah memberikan penilaian terhadap kegiatan tersebut.

4. Bapak Dedi Junarsa, S.T., M.T., selaku Kepala Laboratorium Balai Litbang Pantai yang telah memberikan izin untuk melakukan Kerja Praktik di Laboratorium Balai Litbang Pantai dan bimbingan selama Kerja Praktik disana.

5. Bapak M. Hendro Setiawan, S.T., M.Eng., selaku Penyelia Laboratorium/Data atas bantuan informasi administrasi yang harus dipenuhi dalam permohonan Kerja Praktik di Laboratorium Balai Litbang Pantai. 6. Bapak Huda Bachtiar, S.Si., M.Sc., selaku Penyelia Laboratorium/Data dan

pembimbing selama Kerja Praktik di Laboratorium Balai Litbang Pantai. 7. Bapak Ma’ruf Hadi Sutanto, S.T., selaku Deputi Manajer Teknik

Laboratorium Balai Litbang Pantai atas bimbingan dan arahan dalam pembuatan laporan pengujian.

(6)

vi 8. Bapak Nono Suparno, Septian Setio Putro dan Kadek Pastika, selaku Tim Teknisi dan Analisa Data atas bimbingan dan pengalamannya dalam melakukan pengujian fisik di Laboratorium Balai Litbang Pantai.

9. Bapak I Putu Samskerta, S.T., M.Sc., selaku Manajer Mutu dan Ibu Vitratul Faida, S.AP., selaku Deputi Manajer Mutu atas bimbingan, pengalaman dan bantuan dalam mengatasi masalah laporan harian dan mingguan Kerja Praktik.

10. Bapak Semeidi Husrin dari Kementrian Kelautan dan Perikanan atas pelatihan “Model Fisik dan Setup Model Tanggul Hijau Jakarta” serta bimbingan dalam analisa hasil pengujian di Laboratorium Balai Litbang Pantai.

11. Ibu Pt. Winny Ratu P., S.Kel., selaku Staf Mutu dan Adminstrasi serta mbak Yuni selaku Sekretaris Umum Laboratorium Balai Litbang Pantai atas bantuan urusan administrasi dan surat-menyurat.

12. Karyawan TU Jurusan Teknik Kelautan FTK ITS (Mbak Dwi, Bu Lismi) yang telah membantu kelancaran administrasi di jurusan sebelum kerja praktik berlangsung.

13. Pihak – pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu

Semoga dukungan dan arahan yang telah diberikan oleh berbagai pihak untuk kebaikan penulis kedepannya dapat bermanfaat dan menjadi amalan barokah yang mendapatkan balasan yang lebih baik dari Tuhan Yang Maha Esa.

(7)

vii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

ABSTRACT ... iii

UCAPAN TERIMAKASIH ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 3

1.3 Manfaat ... 3

1.4 Rumusan Masalah ... 3

1.5 Tempat dan Waktu Kerja Praktik ... 3

BAB II PROFIL PERUSAHAAN ... 4

2.1 Sejarah Laboratorium Balai Penelitian dan Pengembangan Pantai ... 4

2.2 Logo Laboratorium Balai Penelitian dan Pengembangan Pantai ... 4

2.3 Struktur Organisasi Laboratorium Balai Penelitian dan Pengembangan Pantai ... 6

2.4 Layanan dan Fasilitas Laboratorium Balai Penelitian dan Pengembangan Pantai ... 8

BAB III DASAR TEORI ... 11

3.1 Pemodelan Fisik ... 11 3.1.1 Syarat Keserupaan ... 11 3.1.2 Analisa Dimensi ... 13 3.2 Gelombang ... 14 3.2.1 Gelombang Pecah... 15 3.2.2 Refleksi Gelombang ... 15 3.2.3 Parameter Gelombang ... 15

3.3 Struktur Bangunan Pelindung Pantai ... 16

3.3.1 Tembok Laut (sea wall) ... 16

3.3.2 Pelindung Kaki (toe protection) ... 17

BAB IV PENGUJIAN REFLEKSI GELOMBANG TEMBOK LAUT ... 18

4.1. Penyusunan model ke dalam wave flume ... 18

4.2. Pemasangan dan kalibrasi wave probe ... 19

4.3. Pengujian model dan pengambilan data ... 20

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN ... 23

5.1. Analisa data ... 23

5.2. Nilai koefisien refleksi ... 23

5.3. Pengaruh Elevasi muka air terhadap koefisien refleksi gelombang... 24

5.4. Pengaruh Letak Wave Probe terhadap Nilai Koefisien Refleksi ... 25

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 27

6.1 Kesimpulan ... 27

6.2 Saran ... 27

DAFTAR PUSTAKA ... 28 LAMPIRAN ... I

(8)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Konsep Masterplan Great Garuda ... 2

Gambar 1.2 Strategi rencana implementasi NCICD ... 2

Gambar 2.1 Logo Departemen Pekerjaan Umum ... 5

Gambar 2.2 Struktur organisasi Laboratorium Balai Litbang Pantai ... 7

Gambar 2.3 Alat ukur lapangan (survey) ... 8

Gambar 2.4 Kolam gelombang (wave basin) ... 9

Gambar 2.5 Saluran gelombang (wave flume)...10

Gambar 3.1 Profil melintang tembok laut ... 17

Gambar 4.1 Pemasangan tiang pancang pada flume ... 18

Gambar 4.2 Penyiapan benda uji kubus ... 19

Gambar 4.3 Skema peletakan wave probe ... 19

Gambar 4.4 Hasil kalibrasi wave probe ... 20

Gambar 5.1 Grafik pengaruh elevasi muka air terhadap nilai koefisien refleksi ... 25

DAFTAR TABEL Tabel 4.1 Input tinggi dan periode gelombang pada software ... 20

Tabel 4.2 Hasil pengukuran gelombang dengan wave probe ... 22

Tabel 5 1 Perbedaan hasil koefisien refleksi dengan software dan perhitungan manual ... 24

Tabel 5 2 Perbandingan nilai koefisien refleksi berdasarkan letak wave probe ... 26

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Analisa Gelombang Pecah ... I Lampiran 2 Perhitungan Panjang Gelombang ... V Lampiran 3 Nilai Koefisien Refleksi (Software HR DAQ Suite) ... VII Lampiran 4 Nilai Koefisien Refleksi (Manual) ... IX Lampiran 5 Data Gelombang Hasil Output Software per wave probe ...XII

(9)

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Ibu Kota Negara Republik Indonesia, Jakarta setiap tahun mengalami banjir yang menjadi permasalahan serius karena Jakarta sebagai pusat pemerintahan dan perekonomian negara. Penyebab dari banjir diantaranya, tidak lancarnya penyerapan air di Jakarta yang disebabkan karena padatnya wilayah Jakarta dan kurangnya tumbuhan sehingga sistem penyerapan air terganggu. Banjir kiriman dari kota lain, seperti kiriman dari hulu sungai Kabupaten Bogor yang menyebabkan sungai di Jakarta meluap. Serta banjir yang disebabkan karena pasang surut air laut dan kenaikan permukaan air laut.

Saat ini pengendalian yang sudah dilakukan untuk mengatasi banjir salah satunya yaitu dibangunnya banjir kanal sehinga air dari hulu langsung di buang ke laut dengan gravitasi, sedangkan untuk daerah hilir air banjir tidak dapat langsung di buang kelaut karena muka air laut yang lebih tinggi. Sehingga menggunakan tanggul, waduk, sistem drainase, pintu air dan pompa sebagai satu kesatuan pengelolaan tata air yang tidak terpisahkan. Namun pengendalian tersebut belum memadai untuk mengatasi permasalahan yang akan datang berupa penurunan tanah dan kenaikan permukaan air laut akibat Global Warming.

Pada analisa global, laju kenaikan permukaan air laut rata-rata naik 0,1 hingga 0,3 cm per tahun, dan di kawasan pesisir Jakarta Utara naik 0,3 cm per tahun. Sedangkan laju kenaikan yang disebabkan oleh pasang surut air laut mencapai 4,38 mm per tahun. Dari akumulasi laju kenaikan air laut dan penurunan tanah didapatkan laju amblasan tanah di kawasan pesisir Jakarta Utara 0,8 cm per tahun. Jika laju kenaikan permukaan air laut semakin besar diikuti dengan penurunan tanah, maka akan mengakibatkan banjir pada kawasan pesisir tersebut. (Jack dan Djen, 2010)

Untuk mengatasi hal tersebut maka pemerintah kota Jakarta mencanangkan Program Pengembangan Terpadu Pesisir Ibukota Negara (PTPIN) atau National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) dengan usulannya yang disebut sebagai Great Garuda. Great Garuda ini meliputi pembangunan tanggul di pesisir pantai dan beberapa reklamasi di lepas pantai serta adanya tanggul di lepas pantai

(10)

2 untuk melindungi Jakarta dari banjir yang disebabkan pasang surut air laut. Untuk lebih jelasnya konsep dari Great Garuda dapat dilihat pada Gambar 1.1.

Gambar 1.1 Konsep Masterplan Great Garuda

Gambar 1.2 merupakan fase dan waktu untuk implemetasi. Untuk Fase A akan melakukan upgrade ketersediaan pengamanan banjir di pesisir pantai yang akan dimulai dari tahun 2014 sampai dengan 2017, Fase B akan melakukan desain dan konstruksi Tembok Laut di sisi bagian barat mulai tahun 2016 sampai dengan 2022 dan Fase C, melakukan desain dan konstruksi Tembok Laut di sisi bagian Timur setelah tahun 2030.

Gambar 1.2 Strategi rencana implementasi NCICD

Untuk Fase A, salah satu kegiatannya yaitu pembuatan atau penguatan tanggul sebagai pengaman di sepanjang pesisir pantai. Oleh karena itu dilakukan penelitian terlebih dahulu terhadap karakteristik gelombang yang diterima oleh tanggul.

(11)

3

1.2 Tujuan

Tujuan umum dari Kerja Praktik ini adalah : 1. Memenuhi persyaratan mata kuliah Kerja Praktik 2. Menambah ilmu dalam bidang Teknik Pantai

Tujuan khusus dari Kerja Praktik ini adalah :

1. Mengetahui nilai koefisien refleksi dengan variasi tinggi gelombang, periode gelombang, dan elevasi muka air.

2. Mengetahui hubungan nilai koefisien refleksi dengan elevasi muka air. 3. Mengetahui pengaruh peletakan wave probe terhadap nilai koefisien

refleksi.

1.3 Manfaat

Manfaat dari Kerja Praktik ini adalah : 1. Menyelesaikan mata kuliah Kerja Praktik

2. Memperoleh pengetahuan lebih di bidang Teknik Pantai

3. Memperoleh pengalaman bekerja sama dengan orang baru di dunia kerja

1.4 Rumusan Masalah

1. Berapa besar nilai koefisien refleksi yang dihasilkan dengan variasi tinggi gelombang, periode gelombang dan elevasi muka air?

2. Bagaimana hubungan antara nilai koefisien refleksi dengan elevasi muka air?

3. Bagaimana pengaruh peletakan wave probe terhadap nilai koefisien refleksi?

1.5 Tempat dan Waktu Kerja Praktik

Kegiatan kerja praktik ini dilaksanakan pada :

Perusahaan : Laboratorium Balai Penelitian dan Pengembangan Pantai Alamat : Jl. Gilimanuk-Singaraja Km 122, Bali

(12)

4

BAB II

PROFIL PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Laboratorium Balai Penelitian dan Pengembangan Pantai

Laboratorium Balai Litbang Pantai bertempat di Desa Musi Kec. Grogak Kab. Buleleng Prov. Bali sejak tahun 2012, semula kantornya berada di Ciparay, Bandung. Nama Laboratorium Balai Litbang Pantai sendiri baru diubah tahun 2016 bulan Agustus, nama sebelumnya Laboratorium Balai Pantai. Kantor Laboratorium Balai Pantai dipindah karena adanya penggabungan antara Balai Pantai dengan Loka Penerapan Teknologi Pantai yang sebelumnya memang sudah ada di Buleleng, Bali.

Berawal pada tahun 1986, Laboratorium Balai Litbang Pantai bernama Pusat Litbang Pengairan (Pus-air) dibawah lembaga pemerintah PU (Pekerjaan Umum). Seksi Hidrolika Muara dan Pantai berada di bawah Bidang Hidrolika dan Bangunan Air (Bidang HAB). Pada tahun 1995 dibentuk Balai Rawa dan Pantai yang bertempat di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Karena adanya tuntutan reformasi pada tahun 1998, maka pada tanggal 24 Juli 2000 kantor Balai Rawa dan Pantai pindah lokasi dari Banjarmasin Kalimantan Selatan ke Ciparay Kabupaten Bandung. Kemudian pada tahun 2007 nama Balai Rawa dan Pantai diubah menjadi Balai Pantai. Hingga tahun 2012 kantor Balai Pantai dipindah ke Bali.

2.2 Logo Laboratorium Balai Penelitian dan Pengembangan Pantai

Pada tahun 1966, dalam Strategi Dasar Pembangunan Sub Bidang Pekerjaan Umum, timbul gagasan untuk mempertegas identitas Departemen Pekerjaan Umum. Salah satu caranya adalah menciptakan sebuah lambang yang dapat menjadi kebanggaan bagi setiap karyawan khususnya bagi Departemen Pekerjaan Umum.

Arti simbolis Lambang Departemen Pekerjaan Umum tersebut sebelumnnya sudah ditetapkan melalui Keputusan Menteri No. 150/A/KPTS/1966 tertanggal 10 November 1966. Setelah lambang tersebut ditetapkan maka dibentuk pula panitia Perumusan Peraturan Penggunaan Lambang Pekerjaan Umum yang diketuai oleh Ir. Soefaat yang hasilnya dikukuhkan oleh Keputusan Menteri No. 18/KPTS/1967

(13)

5 tanggal 28 cara penggunaan Lambang Departemen Pekerjaan Umum. Patut dicatat bahwa Departemen Pekerjaan Umum adalah Departemen pertama dalam sejarah Kabinet Republik Indonesia yang memiliki lambang pengenal sendiri.

Gambar 2.1 Logo Departemen Pekerjaan Umum Keterangan :

Lambang Departemen PU berlukiskan Baling-baling dengan ketentuan seperti tercantum pada gambar. Warna dasar lambang adalah kuning (kuning kunyit). Warna baling-baling adalah biru kehitam-hitaman.

Arti Simbolis Lambang Departemen Pekerjaan Umum : 1. Baling-baling

Menggambarkan “D I N A M I K A”.

- Berdaun 3 yang merupakan segitiga berdiri tegak lurus menggambarkan STABILITAS.

- Secara keseluruhan menggambarkan “DINAMIKA YANG STABIL” dan “STABILITAS YANG DINAMIS”.

2. Bagian daun baling-baling yang mengarah keatas - Melambangkan “PENCIPTAAN RUANG”. 3. Bagian lengkungnya dari daun baling-baling

- Perlindungan untuk ruang kerja tempat tinggal bagi manusia. 4. Yang mengarah ke kiri dengan bagian lengkungnya yang terlungkup

- Menggambarkan penguasaan bumi dalam dan penguasaan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

(14)

6 - Garis Horizontal : bentang jalan / jembatan diatas sungai sebagai usaha untuk pembukaan dan pembinaan daerah.

5. Bagian daun baling-baling yang mengarah ke kanan dengan bagian lengkungnya yang terlentang

- Menggambarkan usaha pengendalian dan penyaluran untuk dimanfaatkan bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

- Garis Horizontal : bentang jalan / jembatan diatas sungai sebagai usaha untuk pembukaan dan pembinaan daerah.

6. Baling-baling dengan 3 daun ini menggambarkan :

- Tiga unsur kekaryaan Departemen Pekerjaan Umum. Tirta, Wisma (Cipta) dan Marga.

- Trilogi Departemen Pekerjaan Umum, bekerja keras, Bergerak cepat, bertindak tepat.

7. Warna

- Warna kuning sebagai warna dasar melambangkan keagungan yang mengandung arti Ketuhanan Yang Maha Esa, Kedewasaan dan Kemakmuran. - Warna Biru kehitam-hitaman, mengandung arti keadilan sosial , keteguhan hati, kesetiaan pada tugas dan ketegasan bertindak.

8. Lambang P.U. secara keseluruhan

Menggambarkan fungsi dan peranan Departemen Pekerjaan Umum dalam pembangunan dan pembinaan prasarana guna memanfaatkan bumi dan air serta kekayaan alam bagi kemakmuran rakyat, berlandaskan Pancasila.

2.3 Struktur Organisasi Laboratorium Balai Penelitian dan Pengembangan Pantai

Laboratoium Balai Litbang Pantai dikepalai oleh Bapak Dedi Junarsa, beliau berasal dari Bandung. Masa jabatan beliau akan berakhir tahun 2017, akan digantikan dengan kandidat Bapak I Putu Samskerta yang saat ini menjabat sebagai Manajer Mutu atau Bapak Leo Eliasta Sembiring yang sedang menjabat sebagai Manajer Teknik. Bapak I Putu Samskerta diwakili oleh Ibu Vitratul Faida dengan anggota sebagai Staf Muda dan Administrasi yaitu Ibu Pt Winny Ratu. Bidang Mutu bertugas menyediakan atau pengadaan barang-barang yang

(15)

7 dibutuhkan oleh Laboratorium. Baik barang yang ada di kantor, laboratorium, ataupun di dormitory tempat tinggal staf dan karyawan.

Sedangkan Bapak Leo Eliasta Sembiring diwakili oleh Bapak Ma’ruf Hadi Sutanto dengan anggota Bapak Suprapto, Bapak Hendro Setiawan, Bapak Huda Bachtiar dan Bapak I Ketut Heri Setiawan sebagai Penyelia Laboratorium/data. Serta Bapak Nono Suparno dan Bapak Septian sebagai Teknisi dan Bapak Rensa bersama Bapak Kadek Pastika sebagai Penganalisa Data. Di dalam kantor, Penyelia Laboratorium/Data merupakan tim Peneliti dimana ketika ada proyek atau kegiatan berlangsung, tim tersebut yang akan meneliti dan mengolah data-data yang didapatkan dari pengujian laboratorium. Sedangkan untuk Analisa Data digabung dengan Teknisi merupakan tim Teknisi, dimana tugas mereka melakukan pengujian yang dibutuhkan dan memperoleh lalu menganalisa data dari pengujian tersebut.

Berikut struktur organisasi di Laboratorium Balai Litbang Pantai.

(16)

8

2.4 Layanan dan Fasilitas Laboratorium Balai Penelitian dan Pengembangan Pantai

Laboratorium Balai Litbang Pantai memberikan layanan meliputi pengukuran data dan informasi di lapangan, uji model fisik dan numerik bidang pantai, serta pengujian laboratorium pendukung.

Pengukuran data dan informasi di lapangan atau survei lapangan bertujuan untuk memperoleh data dan informasi yang sesuai dengan kondisi lapangan sebelum dilakukan uji model fisik ataupun numerik. Data dan informasi tersebut digunakan untuk memberikan penilaian terhadap kondisi fisik beserta keadaan lingkungan sekitar lapangan, sebagai advis teknis atau prosedur penelitian, untuk perencanaan bangunan pantai seperti seawall, breakwater, dan bangunan pelindung pantai lainnya. Survei lapangan meliputi pengukuran topografi, bathimetri, sedimentasi, hidro-oseanografi dan data pendukung lainnya. Peralatan yang dimiliki oleh Laboratorium Balai Litbang Pantai untuk survei meliputi Real Time Kinematic (RTK), Total Station,Theodolit dan Water Pass untuk pengukuran topografi, single beam Echosounder untuk pengukuran bathimetri, Sontek Argounout XR® untuk pengukuran arus dan gelombang, serta current meter untuk mengukur kecepatan arus.

(17)

9 Uji model fisik dan numerik digunakan untuk menggambarkan kondisi lingkungan dengan memodelkannya dalam bentuk numerik atau persamaan memakai software dan bentuk fisik dengan membuat model berskala tertentu untuk kemudian diuji di laboratorium. Di Laboratorium Balai Litbang Pantai, memiliki fasilitas uji model fisik tiga dimensi (3D) dan dua dimensi (2D). Uji model numerik dengan menggunakan software diantaranya yaitu Matlab, Mike21 dan Delft3d.

Uji model fisik tiga dimensi (3D) dilakukan di kolam gelombang (wave

basin), dimana kolam tersebut memiliki ukuran 30x50x1,25 meter. Terdapat tiga

mesin pembangkit gelombang, dua mesin pembangkit gelombang regular dan satu mesin pembangkit multi segmen dimana bisa membangkitkan gelombang

regular dan irregular. Tinggi gelombang maksimum yang dapat dibangkitkan

mencapai 35 cm dengan kedalaman air 70 cm, sedangkan untuk periode gelombang yang dibangkitkan antara 0,3 hingga 10 detik tergantung spektrum gelombang yang digunakan. Untuk tipe spektrum gelombang irregular meliputi JONSWAP, Pierson-Moskowitz, TMA, Userdefined. Wave basin tersebut dapat dimanfaatkan dalam pengujian transformasi gelombang, perubahan morfologi pantai, kinerja bangunan pengaman pantai terhadap gaya-gaya gelombang, dan lain sebagainya.

(18)

10 Uji model fisik dua dimensi (2D) berupa saluran kaca yang memiliki ukuran 40x1,6x1,2 meter dengan area uji modelnya bisa sampai 34 m. Saluran kaca atau

wave flume tersebut dilengkapi dengan mesin pembangkit gelombang yang

digerakkan oleh motor listrik. Wave flume mampu membangkitkan gelombang

regular sampai dengan tinggi gelombang 25 cm dan periode gelombang antara 1

hingga 2,6 detik. Wave flume dapat dimanfaatkan untuk pengujian stabilitas lapis armor/struktur pada pemecah gelombang atau revetmen, limpasan gelombang, tekanan gelombang, stabilitas lereng dalam pada tembok laut, serta bisa juga untuk pengujian gerusan kaki struktur atau scouring.

(19)

11

BAB III DASAR TEORI 3.1 Pemodelan Fisik

Model yaitu bentuk sederhana dari sebuah bangunan atau objek, keadaan atau sebuah proses. Model dapat digolongkan menjadi model numerik dan model fisik. Model fisik dapat didefinisikan sebagai :

“Pembuatan kembali sebuah sistem (biasanya dalam ukuran yang lebih kecil) dengan sedemikian rupa sehingga gaya-gaya dominan yang bekerja pada sistem tersebut terwakili dengan baik dan dengan proporsi yang valid menyerupai kondisi sistem fisik sesungguhnya.” (Hughes, 1993)

“Model fisik adalah penyederhanaan dan pembuatan kembali sebuah objek menjadi lebih kecil menyerupai prototipe-nya dimana proses-proses aliran dan karakteristiknya diteliti sedemikian rupa untuk mencari solusi permasalahan di bidang hidrodinamika dan hidraulika.”(Oumeraci dan Schutrumpf, 1999)

Dapat disimpulkan bahwa pemodelan fisik adalah pembuatan kembali objek dengan skala tertentu yang lebih sederhana sehingga perilaku model yang akan diuji serupa dengan perilaku prototipe-nya.

3.1.1 Syarat Keserupaan

Pemodelan fisik mensyaratkan bahwa tidak hanya serupa secara bentuk (geometri) saja, melainkan harus serupa pula perilakunya secara kinematik dan dinamik. Sehingga keadaan model serupa dengan keadaan di alam atau prototipe-nya.

a. Keserupaan geometri

Keserupaan geometri dapat terpenuhi jika perbandingan (skala) dimensi panjang (L) dari model dan prototipe sama. Hubungan ini hanya menunjukkan keserupaan dalam bentuk, tidak dalam hal gerak (motion) (Warnock, 1950). Skala panjang model dapat dirumuskan sebagai berikut :

dengan :

(20)

12 lp = panjang prototipe (m)

bm = lebar model (m) bp = lebar prototipe (m)

dm = kedalaman air pada model (m) dp = kedalaman air pada prototipe (m) hm = tinggi model (m)

hp = tinggi prototipe (m)

Model dengan keserupaan geometri disebut juga geometrically undistorted

model, dimana faktor skala yang sama untuk arah vertikal ataupun horisontal.

b. Keserupaan kinematik

Keserupaan kinematik dapat terpenuhi jika perilaku model serupa dengan perilaku prototype-nya. Sehingga dapat dipastikan bahwa gerak gelombang yang terjadi pada model sama dengan gerak gelombang yang terjadi di prototype. Dengan kata lain, aspek waktu di model dan di alam ( prototype ) harus sejalan dalam perbandingan yang konstan. Berdasarkan keserupaan kinematik, nilai-nilai skala antara model dan prototype dapat dirumuskan sebagai berikut :

 Skala waktu

 Skala kecepatan

 Skala percepatan

c. Keserupaan dinamik

Sebangun dinamik adalah kesebangunan yang memenuhi kriteria sebangun geometrik dan kinematik, serta perbandingan gaya-gaya yang bekerja pada model

(21)

13 dan prototipe untuk seluruh pengaliran pada arah yang sama adalah sama besar. Gaya-gaya yang dimaksud adalah gaya inersia, gaya tekanan, gaya berat, gaya gesek, dan tegangan permukaan.

Beberapa sebangun dinamik yaitu sebangun dinamik froude (froude

number) yaitu perbandingan gaya inersia dan gaya gravitasi.

Dengan Fr adalah bilangan Froude, kesamaan dinamik akan tercapai jika bilangan Froud di alam dan di model adalah sama. Umumnya keserupaan Froude dapat diterapkan pada kondisi seluruh aliran permukaan terbuka. Selanjutnya yaitu sebangun dinamik Reynold (Reynold number) yang diekspresikan sebagai perbandingan gaya inersia terhadap gaya gesek.

Dengan Re adalah bilangan Reynold, kesamaan dinamik akan tercapai jika bilangan Reynold di alam dan di model adalah sama. Umumnya keserupaan Reynold diterapkan pada saat gaya gesek akibat kekentalan fluida dominan.

3.1.2 Analisa Dimensi

Bilangan tak berdimensi digunakan untuk menyatakan hubungan antar parameter serta dipakai untuk menggambarkan hasil-hasil penelitian. Untuk menentukan bilangan tak berdimensi tersebut dapat dilakukan dengan analisis dimensi. Beberapa cara/metode yang umum digunakan untuk analisis dimensi yaitu Metode Rayleight, Metode Phi-Buckingham, dan Metode Matrik.

1. Metode Reyleight

Jika suatu debit mempunyai saling perhubungan satu dengan lainnya dari Q1, Q2, Q3, Q4 dan seterusnya, maka hubungan diekspresikan menjadi Q1 = K.Q2a Q3b Q4c. K disebut sebagai parameter tak berdimensi.

(22)

14 Untuk menentukan kelompok tak berdimensi, Buckingham mengusulkan suatu teorema yang dikenal sebagai teorema-phi, yang dinyatakan sebagai berikut :

Bila ada n variabel yang berpengaruh pada uji fisik dan mempunyai r dimensi maka dapat disederhanakan menjadi suatu kelompok-kelompok tak berdimensi yang disebut dengan suku-suku phi.

Didalam menggunakan teorema ini, langkah-langkah yang dilakukan sebagai berikut :

i. Kumpulkan variabel-variabel penting yang berpengaruh, misalnya ada n variabel maka dapat dinyatakan dengan persamaan

.

ii. Tentukan jumlah dimensi dasar, r dari variabel-variabel diatas, misalnya dimensi dasar M, L, T maka r=3.

iii. Tentukan jumlah suku π yang nanti akan diperoleh dengan cara dimana k adalah jumlah variabel.

iv. Tentukan variabel yang diulang untuk setiap suku π , yang mewakili masing-masing dimensi dasar sehingga jumlahnya sama dengan dimensi dasar. Agar lebih mudah, disarankan memilih variabel yang mempunyai dimensi tunggal.

v. Tentukan jumlah pangkat dimensi dari suku-suku π .

vi. Cek suku-suku π yang diperoleh, pastikan bahwa suku-suku π yang diperoleh sudah tidak berdimensi.

3.2 Gelombang

Gelombang yaitu energi yang bergerak naik dan turun membentuk gunung dan lembah dengan arah tegak lurus terhadap permukaan air laut, sehingga akan membentuk kurva atau grafik sinusoidal. Gelombang dapat dibangkitkan oleh angin, pasang surut, tsunami, pergerakan kapal, dan lain sebagainya. Namun, di dalam perhitungan Teknik Pantai gelombang yang sering digunakan yaitu gelombang yang dibangkitkan oleh angin dan pasang surut. Energi yang dihasilkan gelombang dapat membentuk pantai, serta menyebabkan gaya-gaya yang bekerja pada bangunan pantai (Triatmodjo, 1999).

(23)

15

3.2.1 Gelombang Pecah

Gelombang pecah terjadi karena adanya perbedaan kedalaman di laut. Gelombang yang menjalar dari laut dalam akan mengarah ke laut dangkal dan akan mengalami perubahan bentuk akibat perbedaan kedalaman. Semakin menuju ke perairan yang lebih dangkal, kecepatan dan panjang gelombang berkurang sementara tinggi gelombang bertambah.

Gelombang pecah dipengaruhi oleh kemiringannya, yaitu perbandingan antara tinggi dan panjang gelombang. Gelombang yang menuju laut dangkal akan semakin bertambah kemiringannya sampai tidak stabil hingga akhirnya pecah pada kedalaman tertentu.

3.2.2 Refleksi Gelombang

Ketika gelombang yang datang mengenai atau membentur rintangan seperti bangunan pelindung pantai, maka gelombang tersebut akan dipantulkan sebagian atau seluruhnya. Peristiwa dipantulkannya kembali gelombang yang membentur rintangan disebut refleksi gelombang. Analisa refleksi gelombang sangat penting dalam perencanaan bangunan pelindung pantai, karena untuk mengetahui apakah bangunan tersebut dapat menyerap energi gelombang secara optimal.

Besar kemampuan suatu bangunan memantulkan gelombang dapat diketahui melalui koefisien refleksi. Koefisien refleksi yaitu perbandingan antara tinggi gelombang pantul atau refleksi dengan tinggi gelombang datang.

Dengan Hi adalah tinggi gelombang sebelum mengenai struktur dan Hr adalah tinggi gelombang yang telah dipantulkan oleh struktur.

3.2.3 Parameter Gelombang

Berdasarkan teori Airy maka gerak gelombang dianggap sebagai kurva sinusoidal, gelombang dapat dijelaskan secara geometris (Triatmojo, 1999) : a. Tinggi gelombang (H), yaitu jarak antara puncak dan lembah gelombang dalam satu periode gelombang.

b. Panjang gelombang (L), jarak antara dua puncak gelombang yang berurutan. c. Jarak antara muka air rerata dan dasar laut (d) atau kedalaman laut.

(24)

16 Ketiga parameter tersebut diatas digunakan untuk menentukan parameter gelombang lainnya, seperti :

a. Kemiringan gelombang (wave steepness) = H/L b. Ketinggian relatif (relative height) = H/d c. Kedalaman relatif (relative depth) = d/L

Parameter penting lainnya seperti :

- Amplitudo gelombang (A), biasanya diambil setengah tinggi gelombang (H/2) - Periode gelombang (T), yaitu waktu yang dibutuhkan dua puncak gelombang

untuk melewati satu titik tertentu.

- Frekuensi (f), yaitu jumlah puncak gelombang yang melewati titik tetap per-detik. Frekuensi berbanding terbalik dengan periode.

3.3 Struktur Bangunan Pelindung Pantai

Struktur bangunan pantai adalah bangunan yang berfungsi untuk melindungi kegiatan manusia di sekitar pantai agar dapat terus berlangsung. Salah satu contoh bangunan pantai yaitu tembok laut ( sea wall ) untuk melindungi erosi/abrasi atau limpasan gelombang ke arah pantai.

3.3.1 Tembok Laut (sea wall)

Tembok laut merupakan struktur yang dibangun di pantai dengan arah sejajar pantai. Tujuan dari struktur ini adalah untuk melindungi pemukiman di belakangnya yang merupakan daerah konservasi dan rekreasi manusia dari kenaikan muka air laut akibat pasang surut maupun dari limpasan gelombang yang tinggi. Tembok laut berbentuk dinding vertikal yang terbuat dari pasangan batu, beton, kayu atau tumpukan batu. Namun ada pula yang berbentuk miring dengan armor beton atau timbunan batu. Konstruksi tembok laut seperti terlihat pada Gambar 3.1.

(25)

17 Gambar 3.1 Profil melintang tembok laut

3.3.2 Pelindung Kaki (toe protection)

Tembok laut ( sea wall ) tidak meredam energi gelombang, tetapi memantulkan kembali gelombang yang mengenai permukaan sea wall. Sehingga akibat dari pantulan tersebut menyebabkan gerusan pada kaki sea wall. Untuk melindungi tembok laut dari gerusan ( scouring ) tersebut maka dipasanglah pelindung kaki (toe protection). Berat butir batu untuk pondasi dan pelindung kaki bangunan dihitung dengan persamaan :

Dengan :

W = berat rerata butir batu (ton) = Berat jenis batu (ton/m3)

= Perbandingan berat jenis batu dan berat jenis air laut = γr / γa = Berat jenis air laut (1,025-1,03 ton/m3)

(26)

18

BAB IV

PENGUJIAN GELOMBANG REFLEKSI TEMBOK LAUT 4.1. Penyusunan model ke dalam wave flume

Model akan dibangun pada saluran gelombang (wave flume) sebisa mungkin mengikuti kondisi lapangan. Flume dibangun sepanjang 40 m dengan kaca pengamatan sepanjang 5 m pada jarak 28 m dari mesin pembangkit gelombang, lebar 1 m dan tinggi 1,1 m. Dasar saluran dibuat tetap tidak berubah terhadap aliran (non moveable bed). Karena perpindahan sedimen tidak dimodelkan pada uji model ini maka dasar saluran dibuat dari bahan plesteran tanpa adanya sedimen dasar. Di atas dasar saluran akan ditempatkan model tiang pancang dan

toe protection.

Model tiang pancang dibuat dari bahan beton setinggi 78 cm dengan diamater 12 cm. Diantara model tiang pancang dipasang tiang penyambung dari bahan beton dengan diameter 1,55 cm setinggi 78 cm.

Gambar 4.1 Pemasangan tiang pancang pada flume

Pada bagian depan tiang pancang akan dipasang kubus beton dengan sisi 4 cm dengan susunan acak sebagai toe protection. Kubus terbuat dari campuran semen dan pasir laut untuk mencapai berat 150 gram pada skala model. Setelah kubus beton selesai dicetak (Gambar 4.2 (a)), benda uji selanjutnya dicat dengan warna berbeda untuk memudahkan pengamatan pada pelaksaanan uji model fisik (Gambar 4.2 (b)). Kubus berfungsi sebagai toe protection ini disusun secara acak. Elevasi puncak kubus diubah-ubah sesuai dengan kemiringan yang ini dimodelkan. Pada uji coba ini kemiringan toe protection adalah 1 : 2.

(27)

19 (a) Pencetakan kubus (b) Pengecatan benda uji kubus

Gambar 4.2 Penyiapan benda uji kubus

4.2. Pemasangan dan kalibrasi wave probe

Wave probe merupakan alat pengukur tinggi gelombang, dipasang dan

ditempatkan sesuai tata letak yang telah dibuat. Terdapat 7 buah wave probe dalam pengujian ini, wave probe 1 ditempatkan pada jarak 3 m dari wave

generator untuk merekam gelombang datang dari wave generator. Sedangkan wave probe 2 hingga 7 ditempatkan dengan jarak masing-masing antar wave probe 0,5 m, ditempatkan mulai dari kaki struktur. Penempatan wave probe dapat

dilihat pada Gambar 4.3.

Gambar 4.3 Skema peletakan wave probe

Karena fungsi dari wave probe mempengaruhi hasil pengujian, maka diperlukan proses kalibrasi untuk mendapatkan referensi yang sama dari setiap pengambilan data. Kalibrasi wave probe dilakukan dengan cara mencatat posisi

zero point kemudian merekam kalibrasinya dengan menaikkan dan menurunkan wave probe sejauh masing-masing 12 cm dari posisi zero point. Setelah proses

perekaman kalibrasi selesai kemudian wave probe dikembalikan pada posisi zero

(28)

20 Gambar 4.4 Hasil kalibrasi wave probe

4.3. Pengujian model dan pengambilan data

Setelah model dan wave probe selesai disusun sedemikian rupa, selanjutnya yaitu membangkitkan gelombang dari wave generator. Gelombang yang dibangkitkan tergantung spektrum gelombang, tinggi dan periode gelombang yang menjadi input pada software penggerak wave generator. Pada pengujian ini digunakan spektrum gelombang regular dengan input tinggi dan periode gelombang pada software penggerak wave generator seperti terlihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Input tinggi dan periode gelombang pada software

No Skenario d (cm) T (s) H (cm) Slope 1 SN_01_t1_h2 70 1 2 1:02 2 SN_01_t2_h2 70 2 2 1:02 3 SN_01_t3_h2 70 3 2 1:02 4 SN_01_t4_h2 70 4 2 1:02 5 SN_02_t1_h4 70 1 4 1:02 6 SN_02_t2_h4 70 2 4 1:02 7 SN_02_t3_h4 70 3 4 1:02 8 SN_02_t4_h4 70 4 4 1:02 9 SN_03_t1_h6 70 1 6 1:02 10 SN_03_t2_h6 70 2 6 1:02 11 SN_03_t3_h6 70 3 6 1:02 12 SN_03_t4_h6 70 4 6 1:02 13 SN_04_t1_h8 70 1 8 1:02 14 SN_04_t1_h8 70 2 8 1:02

(29)

21 15 SN_04_t1_h8 70 3 8 1:02 16 SN_04_t1_h8 70 4 8 1:02 17 SN_05_t1_h2 60 1 2 1:02 18 SN_05_t2_h2 60 2 2 1:02 19 SN_05_t3_h2 60 3 2 1:02 20 SN_05_t4_h2 60 4 2 1:02 21 SN_06_t1_h4 60 1 4 1:02 22 SN_06_t2_h4 60 2 4 1:02 23 SN_06_t3_h4 60 3 4 1:02 24 SN_06_t4_h4 60 4 4 1:02 25 SN_07_t1_h6 60 1 6 1:02 26 SN_07_t2_h6 60 2 6 1:02 27 SN_07_t3_h6 60 3 6 1:02 28 SN_07_t4_h6 60 4 6 1:02 29 SN_07_t1_h8 60 1 8 1:02 30 SN_07_t2_h8 60 2 8 1:02 31 SN_07_t3_h8 60 3 8 1:02 32 SN_07_t4_h8 60 4 8 1:02 33 SN_09_t1_h2 50 1 2 1:02 34 SN_09_t2_h2 50 2 2 1:02 35 SN_09_t3_h2 50 3 2 1:02 36 SN_09_t4_h2 50 4 2 1:02 37 SN_10_t1_h4 50 1 4 1:02 38 SN_10_t2_h4 50 2 4 1:02 39 SN_10_t3_h4 50 3 4 1:02 40 SN_10_t4_h4 50 4 4 1:02 41 SN_11_t1_h6 50 1 6 1:02 42 SN_11_t2_h6 50 2 6 1:02 43 SN_11_t3_h6 50 3 6 1:02 44 SN_11_t4_h6 50 4 6 1:02 45 SN_12_t1_h8 50 1 8 1:02 46 SN_12_t1_h8 50 2 8 1:02 47 SN_12_t1_h8 50 3 8 1:02 48 SN_12_t1_h8 50 4 8 1:02 49 SN_13_t1_h2 40 1 2 1:02 50 SN_13_t2_h2 40 2 2 1:02 51 SN_13_t3_h2 40 3 2 1:02 52 SN_13_t4_h2 40 4 2 1:02 53 SN_14_t1_h4 40 1 4 1:02 54 SN_14_t2_h4 40 2 4 1:02 55 SN_14_t3_h4 40 3 4 1:02 56 SN_14_t4_h4 40 4 4 1:02 57 SN_15_t1_h6 40 1 6 1:02

(30)

22 58 SN_15_t2_h6 40 2 6 1:02 59 SN_15_t3_h6 40 3 6 1:02 60 SN_15_t4_h6 40 4 6 1:02 61 SN_16_t1_h8 40 1 8 1:02 62 SN_16_t2_h8 40 2 8 1:02 63 SN_16_t3_h8 40 3 8 1:02 64 SN_16_t4_h8 40 4 8 1:02 65 SN_17_t1_h2 30 1 2 1:02 66 SN_17_t2_h2 30 2 2 1:02 67 SN_17_t3_h2 30 3 2 1:02 68 SN_17_t4_h2 30 4 2 1:02 69 SN_18_t1_h4 30 1 4 1:02 70 SN_18_t2_h4 30 2 4 1:02 71 SN_18_t3_h4 30 3 4 1:02 72 SN_18_t4_h4 30 4 4 1:02 73 SN_19_t1_h6 30 1 6 1:02 74 SN_19_t2_h6 30 2 6 1:02 75 SN_19_t3_h6 30 3 6 1:02 76 SN_19_t4_h6 30 4 6 1:02 77 SN_20_t1_h8 30 1 8 1:02 78 SN_20_t2_h8 30 2 8 1:02 79 SN_20_t3_h8 30 3 8 1:02 80 SN_20_t4_h8 30 4 8 1:02

Tinggi dan periode gelombang diukur menggunakan wave probe yang hasilnya akan direkam oleh komputer. Dengan bantuan software HR-DAQ Data Acquisition akan diperoleh data gelombang berupa jumlah gelombang yang terjadi, tinggi gelombang maksimum, tinggi gelombang signifikan, periode gelombang signifikan, dan lain sebagainya seperti yang terlihat pada tabel 4.2. Hasil pengukuran wave prove secara lengkap bisa dilihat pada Lampiran.

Untuk jumlah frekuensi yang diinputkan pada software sebesar 25 Hz yang artinya dalam waktu satu detik maka akan merekam 25 data gelombang. Sehingga jika ingin memperoleh 200-250 data gelombang dibutuhkan waktu ketika running gelombang kurang lebih 4-16 menit pada periode 1- 4 detik.

Tabel 4.2 Hasil pengukuran gelombang dengan wave probe

Channel # Waves H max H 1/3 H 1/10 H average T average T 1/3 SN_17_t1_h2 237 0,021 0,02 0,021 0,019 1 1,001

(31)

23

BAB V

ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisa data

Pada pengujian ini dibangkitkan gelombang regular dan irregular dengan jenis spektrum Jonswap. Parameter yang digunakan yaitu periode gelombang 1 sampai dengan 4 detik dan tinggi gelombang 2, 4, 6, 8 cm, serta elevasi muka air 30 sampai dengan 70 cm. Tiap elevasi muka air diuji dengan parameter periode dan tinggi gelombang. Pada pengujian akan diperoleh rekaman gelombang dengan spektrum gelombang regular dan irregular jenis Jonswap. Data yang dihasilkan masih dalam satuan voltase, kemudian dibaca oleh software HR DAQ Suite dengan menggunakan persamaan kalibrasi wave probe yang dilakukan sebelumnya. Data yang diperoleh berupa tinggi gelombang maksimum (Hmax), tinggi gelombang signifikan (Hs), tinggi gelombang rata-rata (Havg), periode gelombang signifikan (Ts) dan periode gelombang rata-rata (Tavg).

Analisa data juga dilakukan secara manual. Ketika pengujian, dilakukan pengukuran terhadap tinggi gelombang datang dan tinggi gelombang pantul (refleksi) secara manual dengan penggaris. Pengukuran dilakukan 3 kali dalam satu running gelombang. Sehingga dari tinggi gelombang tersebut dapat dihitung koefisien refleksi.

5.2. Nilai koefisien refleksi

Untuk nilai koefisien refleksi diperoleh setelah pengujian gelombang dengan variasi parameter periode gelombang dan tinggi gelombang. Analisa refleksi dibantu dengan menggunakan software HR DAQ Suite yang akan diperoleh nilai koefisien refleksi. Analisa refleksi dilihat dari rekaman data gelombang pada wave probe 2, 3, 4, 5 dan 3, 4, 5, 6. Nilai koefisien refleksi dengan variasi periode gelombang dan tinggi gelombang dirata-rata sehingga diperoleh nilai koefisien refleksi rata-rata pada setiap elevasi muka air. Pada gelombang regular, nilai koefisien refleksi terbesar yaitu 0,9071 dengan elevasi muka air 70 cm.

Untuk dapat memperoleh nilai koefisien refleksi, jarak maksimum antar

(32)

24

wave probe 4 m, tapi koefisien refleksi tidak terbaca oleh software HR DAQ

Suite. Hal tersebut karena panjang gelombang yang dihasilkan pada percobaan adalah 1,55 m. Kemudian jarak antar wave probe diubah menjadi 0,5 m dan software dapat membaca koefisien refleksinya. Jadi, jarak maksimum antar wave

probe pada pengujian ini agar bisa membaca koefisien refleksi adalah 0,5 m.

Perhitungan koefisien refleksi dapat dilakukan secara manual, yaitu dengan persamaan sehingga diperoleh koefisien refleksi 1 kali running gelombang. Kemudian koefisien refleksi tersebut dirata-rata sehingga diperoleh koefisien refleksi per elevasi muka air. Nilai koefisien refleksi (Kr) ≤ 1, karena gelombang yang dipantulkan maksimum 100% kecuali ada energi yang ditambahkan. Perbedaan hasil koefisien refleksi perhitungan manual dan dengan software dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5 1 Perbedaan hasil koefisien refleksi dengan software dan perhitungan manual

Elevasi Muka Air (cm) Koefisien Refleksi Software Manual 70 0,907 0,855 60 0,802 0,758 50 0,541 0,596 40 0,390 0,453 30 0,635 0,428 Kr avg 0,655 0,618

5.3. Pengaruh Elevasi muka air terhadap koefisien refleksi gelombang

Elevasi muka air dapat mempengaruhi nilai koefisien refleksi gelombang. Semakin tinggi elevasi muka air maka semakin besar pula nilai koefisien refleksinya. Hal ini disebabkan karena pada elevasi muka air tertinggi yaitu 70 cm energi pada gelombang datang tidak teredam oleh kaki struktur. Sehingga nilai koefisien pada elevasi tertinggi menjadi besar. Nilai koefisien refleksi dapat juga dijelaskan pada grafik berikut.

(33)

25 Gambar 5.1 Grafik pengaruh elevasi muka air terhadap nilai koefisien refleksi

Dari grafik dapat diketahui bahwa besar koefisien refleksi dari elevasi muka air 70 hingga 40 cm semakin kecil. Sedangkan pada elevasi muka air 30 cm koefisien refleksi kembali naik dikarenakan gelombang datang pada periode 1 detik dan tinggi gelombang 2, 4, 6, 8 cm sudah pecah terlebih dahulu sebelum sampai ke wave probe. Sehingga wave probe tidak dapat merekam hasil koefisien refleksi pada periode dan tinggi gelombang tersebut. Dari perhitungan manual, koefisien refleksi yang diperoleh pada elevasi muka air 30 cm, periode 1 detik dan tinggi gelombang 2, 4, 6, 8 cm jika dirata-rata adalah 0,918. Dan koefisien refleksi rata-rata pada elevasi muka air 30 cm adalah 0,698.

5.4. Pengaruh Letak Wave Probe terhadap Nilai Koefisien Refleksi

Peletakan wave probe ketika pengujian mempengaruhi nilai koefisien refleksi, semakin dekat letak wave probe dengan struktur maka semakin besar nilai koefisien refleksi yang dihasilkan. Hal tersebut karena gelombang refleksi yang dekat dengan struktur belum tercampur dengan energi dari gelombang yang datang. Sedangkan wave probe yang jauh dengan struktur gelombang refleksinya sudah teredam dengan energi gelombang yang datang. Sehingga nilai koefisien refleksi pada wave probe yang dekat dengan struktur lebih besar.

Dari tabel 4.2. dapat dilihat bahwa besar koefisien refleksi rata-rata pada channel 2,3,4,5 adalah 0,618. Sedangkan besar koefisien refleksi pada channel

(34)

26 3,4,5,6 adalah 0,629. Sehingga dapat disimpulkan bahwa koefisien refleksi rata-rata channel 3,4,5,6 (dekat dengan struktur) lebih besar daripada channel 2,3,4,5 (jauh dari struktur).

Tabel 5 2 Perbandingan nilai koefisien refleksi berdasarkan letak wave probe Elevasi Muka Air (cm) Koefisien Refleksi

Channel 2,3,4,5 Channel 3,4,5,6 70 0,904 0,910 60 0,792 0,813 50 0,533 0,550 40 0,391 0,389 30 0,624 0,646 Kr avg 0,649 0,661

(35)

27

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

1. Nilai koefisien refleksi terbesar yaitu 0,9071 dengan elevasi muka air 70 cm. 2. Jarak maksimum antar wave probe pada pengujian ini agar bisa membaca

koefisien refleksi adalah 0,5 m.

3. Besar koefisien refleksi dari elevasi muka air 70 cm hingga 40 cm semakin kecil.

4. Semakin dekat letak wave probe dengan struktur maka semakin besar nilai koefisien refleksi yang dihasilkan.

6.2 Saran

Adapun saran dari penulis agar pengujian mengenai refleksi gelombang selanjutnya lebih baik, yaitu :

1. Menggunakan software Matlab untuk membandingkan perhitungan software HR-DAQ Suite dan perhitungan analitik.

2. Ketika pengujian dilakukan, dokumentasi setiap perubahan pada struktur ataupun karakteristik gelombang harus ada sekecil apapun perubahan itu.

3. Lebih teliti dalam pengukuran tinggi gelombang secara manual (menggunakan penggaris).

4. Melakukan kalibrasi wave probe setiap perubahan kedalaman air. 5. Hitung volume air ketika terjadi limpasan gelombang (overtopping).

(36)

28

DAFTAR PUSTAKA

Al Muzakki, Rizqi Haryono. 2010, “Studi Eksperimen Transmisi Gelombang

Pada Pemecah Gelombang Terapung Tipe Pile”, Teknik Kelautan

Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.

Balai Pantai, 2011, “Teknologi Penahan Pasir Isian Output Kegiatan

Pengembangan Teknologi Penahan Pasir Isian”, Kementerian Pekerjaan

Umum, Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air Satuan Kerja Balai Pantai, Bandung.

Balai Pantai, 2015, Profil Laboratorium Balai Pantai, Kementerian Pekerjaan Umum, Balai Penelitian dan Pengembangan Pantai, Buleleng.

Darwis, Wahyudi. 2014, “Studi Refleksi Gelombang Pada Peredam

Gelombang Sisi Miring Berpori Secara Eksperimental”, Teknik Sipil

Universitas Hasanuddin, Makassar.

Djatmiko, E.B. (2012), “Perilaku dan Operabilitas Bangunan Laut Di Atas

Gelombang Acak”, ITS Press, Surabaya.

I. Yuwono, Nur.1982. Dasar – Dasar Perencanaan Bangunan Pantai. Yogyakarta: Biro Penerbit FT UGM

Riane, Okky Intan. “Analisis Refleksi Gelombang Pada Floating Breakwater

Dengan Tiang Pancang”, Teknik Kelautan Institut Teknologi Sepuluh

Nopember, Surabaya.

Triatmodjo, Bambang. 1999. Teknik Pantai. Yogyakarta: Beta Offset

U.S. Army Corp Engineering. 1984.”Shore Protection Manual”. Missisipi, 4th ed. Vol

(37)

I

LAMPIRAN

Lampiran 1 Analisa Gelombang Pecah

1. Pengecekan gelombang pecah saat H=2cm, T=1 detik dan d=30cm

Berdasarkan grafik region of validity di atas dapat diketahui bahwa titik pertemuan antara dan terletak pada area nonbreakng Sehingga dapat disimpulkan gelombang yang terjadi pada uji model fisik saat T=1detik, H=2cm dan d=30cm belum pecah.

(38)

II

2. Pengecekan gelombang pecah saat H=4cm, T=1 detik dan d=30cm

Berdasarkan grafik region of validity di atas dapat diketahui bahwa titik pertemuan antara dan terletak pada area nonbreakng Sehingga dapat disimpulkan gelombang yang terjadi pada uji model fisik saat T=1detik, H=4cm dan d=30cm belum pecah.

(39)

III

3. Pengecekan gelombang pecah saat H=6cm, T=1 detik dan d=30cm

Berdasarkan grafik region of validity di atas dapat diketahui bahwa titik pertemuan antara dan terletak pada area non breaking. Sehingga dapat disimpulkan gelombang yang terjadi pada uji model fisik saat T=1detik, H=6cm dan d=30cm belum pecah.

(40)

IV

4. Pengecekan gelombang pecah saat H=8cm, T=1 detik dan d=30cm

Berdasarkan grafik region of validity di atas dapat diketahui bahwa titik pertemuan antara dan terletak pada area non breaking. Sehingga dapat disimpulkan gelombang yang terjadi pada uji model fisik saat T=1detik, H=8cm dan d=30cm belum pecah.

(41)

V

Lampiran 2 Perhitungan Panjang Gelombang

Menghitung panjang gelombang ketika jarak antar wave probe 4 m :

g 9,81 m/s2

d 0,7 m

T 1 s

dengan persamaan pada perairan dangkal λ = T x √gd m

λ = 2,620496 m

untuk memenuhi kriteria perairan dangkal : d/λ < 0,05

d/λ = 0,267125 m > 0,05

Karena tidak memenuhi kriteria, maka bukan termasuk perairan dangkal. Sehingga dilakukan iterasi, dengan nilai awal adalah panjang gelombang di laut dalam. Pada iterasi kedua Lr yang dimasukkan ke dalam ruas kanan adalah rerata dari

pemisalan awal (λ0) dan hasil iterasi pertama. nilai awal : λ0 = 1,56 T2 M λ0 = 1,56 M λ = gT2/2π TANH 2πd/L iterasi ke λr λ 1 1,56 1,550241 2 1,555121 1,550435 3 1,552778 1,550527 4 1,551652 1,550571 5 1,551112 1,550592 6 1,550852 1,550602 7 1,550727 1,550607 8 1,550667 1,550609 9 1,550638 1,550611 10 1,550624 1,550611 11 1,550618 1,550611

(42)

VI untuk memenuhi kriteria perairan menengah

0,05 < d/λ < 0,5 d/λ = 0,45 < 0,5

Karena memenuhi kriteria, maka termasuk perairan menengah dengan λ = 1,55 m. Sehingga jarak wave probe 4 m mencatat ± 2λ oleh karena itulah tidak keluar nilai koefisien refleksi.

(43)

VII

Lampiran 3 Nilai Koefisien Refleksi (Software HR DAQ Suite)

Gelombang regular

No

Parameter Bulk Reflection

Kr

d (cm) T (s) H (s) Slope Channel 2,3,5 AVG Channel 3,4,5 AVG

1 70 1 2 1:02 0,898 0,904 0,902 0,910 0,9071 2 70 2 2 1:02 0,901 0,896 3 70 3 2 1:02 0,955 0,965 4 70 4 2 1:02 0,977 0,98 5 70 1 4 1:02 0,886 0,889 6 70 2 4 1:02 0,865 0,878 7 70 3 4 1:02 0,946 0,957 8 70 4 4 1:02 0,993 0,991 9 70 1 6 1:02 0,875 0,87 10 70 2 6 1:02 0,84 0,855 11 70 3 6 1:02 0,934 0,948 12 70 4 6 1:02 1,026 1,014 13 70 1 8 1:02 0,713 0,731 14 70 2 8 1:02 0,786 0,8 15 70 3 8 1:02 0,92 0,938 16 70 4 8 1:02 0,954 0,943 17 60 1 2 1:02 0,744 0,792 0,754 0,813 0,802 18 60 2 2 1:02 0,792 0,78 19 60 3 2 1:02 0,925 0,933 20 60 4 2 1:02 0,956 0,958 21 60 1 4 1:02 0,771 0,767 22 60 2 4 1:02 0,699 0,792 23 60 3 4 1:02 0,879 0,888 24 60 4 4 1:02 0,932 0,937 25 60 1 6 1:02 0,597 0,627 26 60 2 6 1:02 0,688 0,67 27 60 3 6 1:02 0,859 0,869 28 60 4 6 1:02 0,989 0,985 29 60 1 8 1:02 0,586 0,601 30 60 2 8 1:02 0,621 0,614 31 60 3 8 1:02 0,781 0,819 32 60 4 8 1:02 0,853 1,01 33 50 1 2 1:02 0,25 0,533 0,224 0,550 0,541 34 50 2 2 1:02 0,486 0,553 35 50 3 2 1:02 0,65 0,682 36 50 4 2 1:02 0,893 0,901 37 50 1 4 1:02 0,219 0,189

(44)

VIII 38 50 2 4 1:02 0,4 0,468 39 50 3 4 1:02 0,581 0,631 40 50 4 4 1:02 0,857 0,87 41 50 1 6 1:02 0,206 0,169 42 50 2 6 1:02 0,376 0,434 43 50 3 6 1:02 0,672 0,688 44 50 4 6 1:02 0,833 0,852 45 50 1 8 1:02 0,199 0,156 46 50 2 8 1:02 0,401 0,423 47 50 3 8 1:02 0,684 0,72 48 50 4 8 1:02 0,821 0,836 49 40 1 2 1:02 0,13 0,391 0,116 0,389 0,390 50 40 2 2 1:02 0,285 0,233 51 40 3 2 1:02 0,375 0,43 52 40 4 2 1:02 0,822 0,836 53 40 1 4 1:02 0,088 0,082 54 40 2 4 1:02 0,282 0,213 55 40 3 4 1:02 0,39 0,459 56 40 4 4 1:02 0,759 0,756 57 40 1 6 1:02 0,077 0,078 58 40 2 6 1:02 0,295 0,219 59 40 3 6 1:02 0,507 0,512 60 40 4 6 1:02 0,701 0,708 61 40 1 8 1:02 0,075 0,078 62 40 2 8 1:02 0,278 0,209 63 40 3 8 1:02 0,432 0,541 64 40 4 8 1:02 0,755 0,753 65 30 1 2 1:02 NaN 0,624 NaN 0,646 0,635 66 30 2 2 1:02 0,605 0,571 67 30 3 2 1:02 0,481 0,57 68 30 4 2 1:02 0,592 0,686 69 30 1 4 1:02 NaN NaN 70 30 2 4 1:02 0,515 0,474 71 30 3 4 1:02 0,488 0,614 72 30 4 4 1:02 0,638 0,73 73 30 1 6 1:02 NaN NaN 74 30 2 6 1:02 0,466 0,435 75 30 3 6 1:02 1,053 0,956 76 30 4 6 1:02 1,001 0,906 77 30 1 8 1:02 NaN NaN 78 30 2 8 1:02 0,464 0,501 79 30 3 8 1:02 0,528 0,617 80 30 4 8 1:02 0,654 0,686

(45)

IX

Lampiran 4 Nilai Koefisien Refleksi (Manual)

Gelombang regular No Parameter Manual KOEFISIEN REFLEKSI d (cm) T (s) H (s) Slope Hi Hr 1 2 3 1 2 3 1 2 3 AVERAGE 1 70 1 2 1:02 2 2 2 2 2 2 1,00 1,00 1,00 1,00 0,855 2 70 2 2 1:02 2 2 2 1 2 2 0,50 1,00 1,00 0,83 3 70 3 2 1:02 2 2 2 1 1 1 0,50 0,50 0,50 0,50 4 70 4 2 1:02 2 2 2 2 2 2 1,00 1,00 1,00 1,00 5 70 1 4 1:02 4 4 4 4 3 3 1,00 0,75 0,75 0,83 6 70 2 4 1:02 12 12 12 9 10 8 0,75 0,83 0,67 0,75 7 70 3 4 1:02 2 2 2,5 2 2 2 1,00 1,00 0,80 0,93 8 70 4 4 1:02 3 4 3 3 3 3 1,00 0,75 1,00 0,92 9 70 1 6 1:02 5 5 5 4 5 5 0,80 1,00 1,00 0,93 10 70 2 6 1:02 13 23 13 11 14 10 0,85 0,61 0,77 0,74 11 70 3 6 1:02 5 6 6 4 5 5 0,80 0,83 0,83 0,82 12 70 4 6 1:02 5 4 4 4 4 4 0,80 1,00 1,00 0,93 13 70 1 8 1:02 8 18 12 8 12 10 1,00 0,67 0,83 0,83 14 70 2 8 1:02 11 12 11 10 11 8 0,91 0,92 0,73 0,85 15 70 3 8 1:02 7 8 8 7 5 6 1,00 0,63 0,75 0,79 16 70 4 8 1:02 5 5 5 5 5 5 1,00 1,00 1,00 1,00 17 60 1 2 1:02 2 2 2 2 2 2 1,00 1,00 1,00 1,00 0,758 18 60 2 2 1:02 3 3 3 3 2 2 1,00 0,67 0,67 0,78 19 60 3 2 1:02 3 3 3 1 1 1 0,33 0,33 0,33 0,33 20 60 4 2 1:02 3 3 3 1 1 1 0,33 0,33 0,33 0,33 21 60 1 4 1:02 4 5 5 4 5 5 1,00 1,00 1,00 1,00 22 60 2 4 1:02 6 6 6 2 3 3 0,33 0,50 0,50 0,44 23 60 3 4 1:02 5 3 3 4 3 3 0,80 1,00 1,00 0,93 24 60 4 4 1:02 5 5 5 3 2 3 0,60 0,40 0,60 0,53 25 60 1 6 1:02 5 5 5 4 4 4 0,80 0,80 0,80 0,80 26 60 2 6 1:02 7 6 6 6 6 6 0,86 1,00 1,00 0,95 27 60 3 6 1:02 6 7 18 6 5 9 1,00 0,71 0,50 0,74 28 60 4 6 1:02 11 13 13 11 12 12 1,00 0,92 0,92 0,95 29 60 1 8 1:02 7 7 7 6 5 6 0,86 0,71 0,86 0,81 30 60 2 8 1:02 8 18 18 7 15 15 0,88 0,83 0,83 0,85 31 60 3 8 1:02 7 8 8 7 7 7 1,00 0,88 0,88 0,92 32 60 4 8 1:02 14 22 22 10 17 17 0,71 0,77 0,77 0,75 33 50 1 2 1:02 2 2 2 2 2 2 1,00 1,00 1,00 1,00 0,596 34 50 2 2 1:02 2 2 2 1 1 1 0,50 0,50 0,50 0,50 35 50 3 2 1:02 3 3 3 3 3 3 1,00 1,00 1,00 1,00 36 50 4 2 1:02 4 4 3 2 1 1 0,50 0,25 0,33 0,36 37 50 1 4 1:02 3 4 4 2 2 2 0,67 0,50 0,50 0,56

(46)

X 38 50 2 4 1:02 4 4 4 3 3 3 0,75 0,75 0,75 0,75 39 50 3 4 1:02 4 4 5 4 2 2 1,00 0,50 0,40 0,63 40 50 4 4 1:02 5 5 5 2 3 2 0,40 0,60 0,40 0,47 41 50 1 6 1:02 5 6 6 3 3 3 0,60 0,50 0,50 0,53 42 50 2 6 1:02 6 10 8 3 5 4 0,50 0,50 0,50 0,50 43 50 3 6 1:02 6 10 8 2 5 6 0,33 0,50 0,75 0,53 44 50 4 6 1:02 6 8 8 3 4 4 0,50 0,50 0,50 0,50 45 50 1 8 1:02 8 9 9 4 5 5 0,50 0,56 0,56 0,54 46 50 2 8 1:02 9 11 11 6 8 5 0,67 0,73 0,45 0,62 47 50 3 8 1:02 10 10 10 6 7 7 0,60 0,70 0,70 0,67 48 50 4 8 1:02 12 12 12 5 4 5 0,42 0,33 0,42 0,39 49 40 1 2 1:02 2 2 2 2 2 1 1,00 1,00 0,50 0,83 0,453 50 40 2 2 1:02 3 2 2 1 1 1 0,33 0,50 0,50 0,44 51 40 3 2 1:02 3 2 3 1 1 2 0,33 0,50 0,67 0,50 52 40 4 2 1:02 3 3 3 1 1 1 0,33 0,33 0,33 0,33 53 40 1 4 1:02 4 5 5 2 2 2 0,50 0,40 0,40 0,43 54 40 2 4 1:02 5 4 4 2 3 2 0,40 0,75 0,50 0,55 55 40 3 4 1:02 5 5 6 3 2 2 0,60 0,40 0,33 0,44 56 40 4 4 1:02 5 6 6 2 2 2 0,40 0,33 0,33 0,36 57 40 1 6 1:02 6 7 6 5 4 4 0,83 0,57 0,67 0,69 58 40 2 6 1:02 6 7 7 4 2 3 0,67 0,29 0,43 0,46 59 40 3 6 1:02 7 8 9 3 3 5 0,43 0,38 0,56 0,45 60 40 4 6 1:02 6 9 8 2 4 3 0,33 0,44 0,38 0,38 61 40 1 8 1:02 7 9 8 2 4 3 0,29 0,44 0,38 0,37 62 40 2 8 1:02 8 9 9 3 4 4 0,38 0,44 0,44 0,42 63 40 3 8 1:02 12 12 10 5 4 3 0,42 0,33 0,30 0,35 64 40 4 8 1:02 11 11 10 3 2 2 0,27 0,18 0,20 0,22 65 30 1 2 1:02 2 2 2 1 2 2 0,50 1,00 1,00 0,83 0,428 66 30 2 2 1:02 3 4 4 1 1 1 0,33 0,25 0,25 0,28 67 30 3 2 1:02 3 4 3 1 1 1 0,33 0,25 0,33 0,31 68 30 4 2 1:02 3 3 3 1 2 1 0,33 0,67 0,33 0,44 69 30 1 4 1:02 4 4 4 1 2 2 0,25 0,50 0,50 0,42 70 30 2 4 1:02 5 4 5 2 1 2 0,40 0,25 0,40 0,35 71 30 3 4 1:02 4 5 5 1 2 2 0,25 0,40 0,40 0,35 72 30 4 4 1:02 5 6 6 2 2 2 0,40 0,33 0,33 0,36 73 30 1 6 1:02 6 6 6 2 2 2 0,33 0,33 0,33 0,33 74 30 2 6 1:02 6 7 8 2 3 3 0,33 0,43 0,38 0,38 75 30 3 6 1:02 8 10 8 4 5 5 0,50 0,50 0,63 0,54 76 30 4 6 1:02 8 9 10 3 4 5 0,38 0,44 0,50 0,44 77 30 1 8 1:02 6 9 9 2 4 4 0,33 0,44 0,44 0,41 78 30 2 8 1:02 7 9 9 3 4 4 0,43 0,44 0,44 0,44 79 30 3 8 1:02 12 10 10 7 5 5 0,58 0,50 0,50 0,53 80 30 4 8 1:02 18 18 15 8 9 6 0,44 0,50 0,40 0,45

(47)

XII

Lampiran 5 Data Gelombang Hasil Output Software per wave probe

- wave probe atau channel 1

No Skenario Parameter Channel 1 d (cm) T (s) H (cm) Slope H max H 1/3 H 1/10 H average T average T 1/3 Hm0 Tm0,2 Tm-1,0 Tp 1 SN_01_t1_h2 70 1 2 1:02 0,032 0,023 0,026 0,02 1,025 1,086 0,03 1 1,09 1 2 SN_01_t2_h2 70 2 2 1:02 0,02 0,018 0,019 0,017 2 2,02 0,02 1,98 2,05 2 3 SN_01_t3_h2 70 3 2 1:02 0,026 0,016 0,02 0,013 3 3,052 0,02 2,96 3,19 3 4 SN_01_t4_h2 70 4 2 1:02 0,019 0,012 0,014 0,01 3,946 4,04 0,01 3,89 4,39 4 5 SN_02_t1_h4 70 1 4 1:02 0,064 0,044 0,051 0,038 1,021 1,073 0,06 1 1,01 1 6 SN_02_t2_h4 70 2 4 1:02 0,045 0,042 0,044 0,038 1,983 2,021 0,05 1,67 2,06 2 7 SN_02_t3_h4 70 3 4 1:02 0,057 0,034 0,043 0,026 2,986 3,043 0,04 2,93 3,02 3 8 SN_02_t4_h4 70 4 4 1:02 0,041 0,024 0,029 0,021 3,891 4,044 0,03 3,76 3,97 4 9 SN_03_t1_h6 70 1 6 1:02 0,103 0,066 0,078 0,056 1,028 1,094 0,08 1 1,24 1 10 SN_03_t2_h6 70 2 6 1:02 0,1 0,075 0,086 0,058 1,595 2,03 0,09 1,15 1,76 2 11 SN_03_t3_h6 70 3 6 1:02 0,087 0,051 0,065 0,039 2,888 3,042 0,05 2,89 3,03 3 12 SN_03_t4_h6 70 4 6 1:02 0,054 0,037 0,045 0,032 3,828 4,04 0,04 3,47 3,84 4 13 SN_04_t1_h8 70 1 8 1:02 0,156 0,087 0,1 0,072 1,023 1,094 0,11 0,99 1,16 1 14 SN_04_t1_h8 70 2 8 1:02 0,146 0,112 0,122 0,083 1,677 2,083 0,12 1,34 2,1 2 15 SN_04_t1_h8 70 3 8 1:02 0,115 0,068 0,086 0,054 2,948 3,043 0,07 2,89 2,98 3 16 SN_04_t1_h8 70 4 8 1:02 0,28 0,181 0,217 0,099 3,138 4,425 0,19 3,03 7,35 4 17 SN_05_t1_h2 60 1 2 1:02 0,021 0,019 0,02 0,017 0,999 1,016 0,02 1 2,28 1 18 SN_05_t2_h2 60 2 2 1:02 0,03 0,03 0,03 0,027 1,974 2,008 0,04 1,79 2,02 2

(48)

XIII 19 SN_05_t3_h2 60 3 2 1:02 0,029 0,016 0,022 0,013 3,003 3,05 0,02 2,96 3,83 3 20 SN_05_t4_h2 60 4 2 1:02 0,05 0,04 0,045 0,036 3,99 4,017 0,05 3,98 4,05 4 21 SN_06_t1_h4 60 1 4 1:02 0,05 0,039 0,042 0,033 1,03 1,112 0,05 0,99 1,47 1 22 SN_06_t2_h4 60 2 4 1:02 0,084 0,075 0,079 0,049 1,375 2,005 0,08 1,2 1,83 2 23 SN_06_t3_h4 60 3 4 1:02 0,091 0,047 0,061 0,031 2,973 3,641 0,05 2,87 5,28 3 24 SN_06_t4_h4 60 4 4 1:02 0,099 0,079 0,086 0,073 3,971 4,025 0,1 3,78 4 4 25 SN_07_t1_h6 60 1 6 1:02 0,062 0,055 0,057 0,05 1 1,008 0,07 0,98 1,08 1 26 SN_07_t2_h6 60 2 6 1:02 0,115 0,098 0,107 0,079 1,878 2,107 0,11 1,23 1,86 2 27 SN_07_t3_h6 60 3 6 1:02 0,193 0,102 0,145 0,054 2,489 3,382 0,09 2,58 4,68 2,99 28 SN_07_t4_h6 60 4 6 1:02 0,161 0,127 0,152 0,085 2,262 3,657 0,17 2,36 3,77 4 29 SN_07_t1_h8 60 1 8 1:02 0,099 0,079 0,087 0,068 0,996 1,017 0,1 0,98 1,05 1 30 SN_07_t2_h8 60 2 8 1:02 0,214 0,132 0,166 0,094 1,721 2,134 0,14 1,39 2,05 2 31 SN_07_t3_h8 60 3 8 1:02 0,285 0,169 0,216 0,098 2,413 3,305 0,19 2,42 5,59 3 32 SN_07_t4_h8 60 4 8 1:02 0,221 0,201 0,211 0,139 2,928 4,035 0,21 2,28 3,75 4 33 SN_09_t1_h2 50 1 2 1:02 0,019 0,018 0,018 0,017 1 1,004 0,02 0,99 1,01 1 34 SN_09_t2_h2 50 2 2 1:02 0,018 0,012 0,016 0,011 2 2,009 0,02 1,94 2,27 2 35 SN_09_t3_h2 50 3 2 1:02 0,025 0,016 0,02 0,015 3,002 3,03 0,02 2,94 3,89 3 36 SN_09_t4_h2 50 4 2 1:02 0,025 0,018 0,02 0,016 3,995 4,011 0,02 3,94 4,08 4 37 SN_10_t1_h4 50 1 4 1:02 0,037 0,035 0,035 0,033 1,011 1,034 0,05 0,99 1,02 1 38 SN_10_t2_h4 50 2 4 1:02 0,034 0,028 0,032 0,026 1,997 2,01 0,03 1,82 2,09 2 39 SN_10_t3_h4 50 3 4 1:02 0,1 0,049 0,062 0,037 2,883 3,251 0,05 2,75 3,7 3 40 SN_10_t4_h4 50 4 4 1:02 0,049 0,035 0,039 0,033 3,999 4,014 0,05 3,61 3,95 4 41 SN_11_t1_h6 50 1 6 1:02 0,056 0,052 0,054 0,05 1,011 1,042 0,07 0,99 1,01 1 42 SN_11_t2_h6 50 2 6 1:02 0,054 0,047 0,051 0,042 1,999 2,032 0,05 1,65 2,33 2 43 SN_11_t3_h6 50 3 6 1:02 0,152 0,102 0,127 0,067 2,432 3,413 0,12 2,53 8,78 3

Gambar

Gambar 1.2 merupakan fase dan waktu untuk implemetasi. Untuk Fase A  akan melakukan upgrade ketersediaan pengamanan  banjir di  pesisir pantai  yang  akan dimulai dari tahun 2014 sampai dengan 2017, Fase B akan melakukan desain  dan konstruksi Tembok Laut
Gambar 2.1 Logo Departemen Pekerjaan Umum  Keterangan :
Gambar 2.2 Struktur organisasi Laboratorium Balai Litbang Pantai
Gambar 2.3 Alat ukur lapangan (survey)
+7

Referensi

Dokumen terkait

sp dan jamur jenis lain pada mentega yang diperjualbelikan di Pasar Terong berarti keamanan untuk mengkonsumsi pangan harus diperhatikan, apabila kita mengkonsumsi

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Loura Pokok Bahasan Persamaan Linear Satu Variabel melalui model Pembelajaran Think Pair

Dari penelusuran pustaka dan observasi lapangan, ternyata lampion telah menjadi produk industri yang cukup menjanjikan.Bentuk dan fungsi lampion sudah tidak terpaku pada

Bagan di atas menjelaskan komunikasi interpersonal antara ABK dan orang tua. Peneliti mencoba mengurai pola-pola hubungan interpersonal dalam komunikasi anak dengan

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah penambahan vitamin C dan probiotik pada pakan berpengaruh nyata dan memiliki interaksi terhadap efisiensi pemanfaatan

Melalui program IbIKK Pupuk Fosfat-Plus Universitas Papua dalam jangka panjang diharapkan dapat menyediakan pupuk organik bagi kebutuhan petani untuk meningkatkan

Penelitian ini melakukan studi lieratur untuk mendapatkan informasi tentang permasalahan yang ada selanjutnya ekperimen untuk memprediksi cusromer churn dalam bidang

Kendala dalam penerapan sanksi tindakan terhadap pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh anak di Polres Tanjung Jabung Barat yaitu komitmen dari petugas kurang karena