• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE ANALISIS MASALAH KESEHATAN fishbone n problem tree.doc

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "METODE ANALISIS MASALAH KESEHATAN fishbone n problem tree.doc"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

METODE ANALISIS MASALAH KESEHATAN

KOMUNITAS DAN KELUARGA

(FISH BONE & PROBLEM TREE)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah: Pengkajian Keperawatan Komunitas

Disusun Oleh: 1. Heru Ginanjar (22020116410031) 2. Nurul Laili (22020116410035) 3. Retno Lusmiati A (22020116410038) 4. Prita Adisty H (22020116410040) 5. Maya Cobalt A (22020116410044) 6. Akhmad Yanuar F (22020116410045)

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

(2)

DIAGRAM FISHBONE DAN PROBLEM TREE

DALAM ANALISIS MASALAH DI KELUARGA DAN KOMUNITAS A. Fishbone Diagram

1. Pengertian

Fishbone diagram merupakan suatu alat visual untuk mengidentifikasi,

mengeksplorasi dan secara garfik menggambarkan secara detail semua penyebab yang berhubungan dengan suatu permasalahan. Fishbone Diagram (diagram tulang ikan ) sering juga disebut cause and effect diagram (Andiani, 2016, hlm. 203).

Fishbone diagram akan mengidentifikasi berbagai sebab potensial dari satu

efek atau masalah, dan menganalisis masalah tersebut melalui sesi

brainstorming. Masalah akan dipecah menjadi sejumlah kategori yang

berkaitan, misalnya berdasarkan teori H. L. Bloom meliputi perilaku, lingkungan, layanan kesehatan, dan genetik. Setiap kategori mempunyai sebab-sebab yang perlu diuraikan melalui sesi brainstorming.

2. Fishbone diagram dapat digunakan antara lain untuk: a. Membuat pengelompokan penyebab masalah

Fishbone diagram dapat digunakan untuk membantu membuat

pengelompokan berbagai kemungkinan penyebab masalah atau untuk menemukan akar penyebab masalah dari suatu masalah dengan cara yang sistematis dan logis.

b. Mengembangkan kreativitas berpikir

Penggunaan fishbone diagram dalam menentukan penyebab masalah dapat mengembangkan kreativitas berpikir secara sistematis kepada kelompok pemecah masalah dalam menemukan atau mencari penyebab atau akar penyebab masalah sehingga memudahkan pencarian solusi pemecahan masalahnya.

(3)

Fishbone diagram dapat pula digunakan sebagai petunjuk atau dasar dalam

pengumpulan data untuk pembuktian hubungan antara penyebab masalah atau akar penyebab masalah dengan masalah. (Pohan, 2006).

3. Langkah-langkah membuat Fishbone diagram

a. Menyepakati pernyataan masalah

Sepakati sebuah pernyataan masalah. Pernyataan masalah ini diinterpretasikan sebagai “effect” atau secara visual dalam fishbone seperti “kepala ikan”.

Contoh : Masalah mengenai tingginya HIV/AIDS.

b. Mengidentifikasi kategori-kategori

1) Dari garis horisontal utama, buat garis diagonal yang menjadi “cabang”. Setiap cabang mewakili “sebab utama” dari masalah yang ditulis. Sebab ini diinterpretasikan sebagai “cause” atau secara visual dalam fishbone seperti “tulang ikan”

2) Kategori sebab utama mengorganisasikan sebab sedemikian rupa sehingga masuk akal dengan situasi. Jumlah kategori biasanya sekitar 4 sampai dengan 6 kategori, misalnya menggunakan teori H. L. Bloom yaitu dibagi menjadi kategori perilaku, lingkungan, pelayanan kesehatan, dan genetik.

c. Menemukan sebab-sebab potensial dengan cara brainstorming

1) Setiap kategori mempunyai sebab-sebab yang perlu diuraikan melalui sesi brainstorming.

2) Saat sebab-sebab dikemukakan, tentukan bersama-sama dimana sebab tersebut harus ditempatkan dalam fishbone diagram, yaitu tentukan di bawah kategori yang mana gagasan tersebut harus ditempatkan.

3) Sebab-sebab ditulis dengan garis horisontal sehingga banyak “tulang” kecil keluar dari garis diagonal.

4) Pertanyakan kembali “Mengapa sebab itu muncul?” sehingga “tulang” lebih kecil (sub-sebab) keluar dari garis horisontal tadi.

5) Satu sebab bisa ditulis di beberapa tempat jika sebab tersebut berhubungan dengan beberapa kategori.

(4)

a) Pada penyebab utama faktor lingkungan dapat disebabkan oleh ekonomi yang rendah, dan masalah sosial. Pada ekonomi rendah dapat pula disebabkan oleh pendapatan keluarga yang rendah. Sedangkan untuk masalah sosial dapat disebabkan oleh pengaruh teman dekat yang dapat menyebabkan pergaulan bebas dan dapat menyebabkan terkena HIV, serta jenis pekerjaan yang dimana masih banyak masyarakat yang berprofesi sebagai PSK.

b) Pada penyebab utama faktor perilaku dapat disebabkan oleh pengetahuan yang rendah, sikap yang kurang baik dan praktik secara langsung yang dapat menyebabkan risiko terhadap HIV/AIDS. Pengetahuan yang rendah dikarenakan oleh pendidikan yang rendah sehingga masih banyak masyarakat yang belum mengetahui mengenai penyakit HIV/AIDS mulai dari cara penularannya, gejala-gejalanya,pencegahan dan juga cara pengobatannya. Dengan adanya sikap tidak peduli terhadap bahaya HIV karena penderita itu sendiri pun tidak mengetahui gejala-gejala dari HIV/AIDS dan juga sikap tidak setia terhadap pasangan dapat menyebabkan timbulnya sikap bergonta ganti pasangan sehingga menimbulkan risiko terhadap HIV/AIDS.

c) Pada penyebab utama pelayanan kesehatan disebabkan oleh kurrangnya klinik VCT, tempat layanan kesehatan yang tidak terjangkau dan tenaga kesehatan yang tidak profesional. Tenaga kesehatan yang tidak profeional ini disebabkan dari proses transfusi darah yang tidak sesuai prosedur dan kurangnya sosialisasi dari tenaga kesehatan.

d) Pada penyebab utama genetik disebabkan oleh penularan kongingetal, yaitu dari ibu hamil yang mengidap HIV/AIDS

(5)

melahirkan seorang anak sehingga anak yang dilahirkan tersebut akan berisiko terkena HIV/AIDS pula.

Diagram tulang ikan dapat dipakai secara tersendiri dalam mencari pemecahan masalah, akan tetapi biasanya diagram ini digunakan bersama-sama dengan alat statistik lainnya. Sebaiknya saat menentukan pilihan faktor-faktor penyebab apa yang kemungkinan besar merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap masalah sedapat mungkin dilakukan pengujian melalui alat-alat statistik lain (Kuswadi, 2004).

4. Kelebihan dan Kekurangan Fishbone Diagram

Kelebihan dari fishbone diagram adalah dapat menjabarkan setiap masalah yang terjadi dan setiap orang yang terlibat di dalamnya dapat menyumbangkan saran yang mungkin menjadi penyebab masalah tersebut. Sedang kekurangan fishbone diagram adalah:

(6)

a. Diagram dibuat terlalu rumit atau terlalu sederhana sehingga sering sulit mengidentifikasi masalah.

b. Untuk diagram dengan tipe klasifikasi proses produksi sering sebab yang sejenis tampak berulang-ulang dan variasi dari kemungkinan sebab sulit digambarkan.

c. Biasanya voting digunakan untuk memilih penyebab yang paling mungkin yang terdaftar pada diagram tersebut.

B. Problem Tree 1. Pengertian

Pohon masalah (problem tree) merupakan sebuah pendekatan/ metode yang digunakan untuk identifikasi penyebab suatu masalah. Analisis pohon masalah dilakukan dengan membentuk pola pikir yang lebih terstruktur mengenai komponen sebab akibat yang berkaitan dengan masalah yang telah diprioritaskan. Metode ini dapat diterapkan apabila sudah dilakukan identifikasi dan penentuan prioritas masalah.

Pohon masalah memiliki tiga bagian, yakni batang, akar, dan cabang. Batang pohon menggambarkan masalah utama, akar merupakan penyebab masalah inti, sedangkan cabang pohon mewakili dampak. Penggunaan pohon masalah ini berkaitan dengan perencanaan proyek. Hal ini terjadi karena komponen sebab akibat dalam pohon masalah akan mempengaruhi desain intervensi yang mungkin dilakukan.

Terdapat beberapa teori lain mengenai definisi pohon masalah, antara lain: a. Silverman (1994) menggunakan istilah Tree Diagram dan menyatakan

diagram sistematik atau diagram pohon dirancang untuk mengurutkan hubungan sebab-akibat.

b. Modul Pola Kerja Terpadu (2008) menggunakan istilah pohon masalah yang merupakan bagian dari analisis pohon. Analisis pohon adalah suatu langkah pemecahan masalah dengan mencari sebab dari suatu akibat.

(7)

2. Tujuan Pembuatan Pohon Masalah

Pembuatan pohon masalah memiliki tujuan yakni:

a. Membantu melakukan analisis secara rinci dalam mengeksplorasi penyebab munculnya permasalahan utama yang telah ditetapkan sebelumnya. Eksplorasi penyebab masalah dapat dilakukan dengan menggunakan metode five whys yakni metode menggali penyebab persoalan dengan cara bertanya “mengapa” sampai lima level atau tingkat.

b. Membantu tim kerja organisasi menganalisis pengaruh persoalan utama terhadap kinerja/hasil/dampak bagi organisasi atau stakeholder lainnya. c. Membantu kelompok/tim kerja organisasi mengilustrasikan hubungan

antara masalah utama, penyebab masalah, dan dampak dari masalah utama dalam suatu gambar atau grafik.

d. Membantu kelompok/tim kerja organisasi mencari solusi atas persoalan utama dengan melihat komponen sebab akibat dari suatu permasalahan.

3. Langkah-langkah pembuatan diagram problem tree

Terdapat dua model dalam membuat pohon masalah. Model pertama, pohon masalah dibuat dengan cara menempatkan masalah utama pada sebelah kiri dari gambar. Selanjutnya, penyebab munculnya persoalan tersebut ditempatkan pada sebelah kanannya (arah alur proses dari kiri ke kanan). Format penyusunan pohon masalah model pertama ini dapat digambarkan sebagai berikut ini:

(8)
(9)

Model kedua, pohon masalah dibuat dengan cara menempatkan masalah utama pada titik sentral atau di tengah gambar. Selanjutnya, penyebab munculnya persoalan tersebut ditempatkan di bagian bawahnya (alur ke bawah) dan akibat dari masalah utama ditempatkan di bagian atasnya (alur ke atas). Format penyusunan pohon masalah model kedua ini dapat digambarkan sebagai berikut ini:

(10)

Langkah-langkah dalam penyusunan pohon masalah model kedua dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Langkah pertama dalam menyusun pohon masalah adalah mengidentifikasi dan merumuskan masalah utama berdasarkan hasil analisis atas informasi yang tersedia. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk merumuskan masalah utama, misalnya dengan cara diskusi, curah pendapat, dan lain-lain. Masalah utama ini kita tempatkan pada bagian tengah dari gambar.

2. Langkah kedua adalah menganalisis akibat atau pengaruh adanya masalah utama yang telah dirumuskan pada poin 1 di atas. Hubungan antara masalah dengan akibat ini dapat digambarkan sebagai berikut: Akibat atau Pengaruh

Masalah Utama Akibat atau PengaruhMasalah Utama

Masalah Utama Masalah

(11)

3. Langkah ketiga adalah menganalisis penyebab munculnya masalah utama. Penyebab pada tahap ini kita namakan penyebab level pertama. Hubungan antara masalah utama dengan penyebab level pertama dapat digambarkan sebagai berikut:

4. Langkah keempat adalah menganalisis lebih lanjut penyebab dari penyebab level pertama. Penyebab dari munculnya penyebab level pertama ini kita namakan penyebab level kedua. Hubungan antara penyebab level pertama dengan penyebab level kedua dapat kita gambarkan sebagai berikut:

Masalah Utama

Penyebab Level Pertama Penyebab Level Pertama Penyebab Level Pertama

Penyebab Level Pertama

Penyebab Level Kedua Penyebab Level Kedua

Penyebab Level Pertama

(12)

Akibat atau Pengaruh Masalah Utama

Akibat atau Pengaruh Masalah Utama Masalah Utama Penyebab Level Pertama Penyebab Level Pertama Penyebab Level Pertama

Penyebab Level Kedua Penyebab Level Kedua Penyebab Level Kedua

Penyebab Level Kedua Penyebab Level Kedua

5. Langkah kelima adalah menganalisis lebih lanjut penyebab dari munculnya penyebab level kedua. Demikian seterusnya, analisis dapat dilakukan sampai dengan level kelima. Contoh dalam tulisan ini, penulis batasi hanya sampai dengan penyebab level kedua.

6. Langkah keenam adalah menyusun pohon masalah secara keseluruhan. Berdasarkan langkah pertama sampai dengan kelima, pohon masalah secara keseluruhan dapat digambarkan pada Gambar berikut:

(13)

4. Kelebihan dan Kekurangan Pohon Masalah a. Kelebihan Pohon Masalah

Pohon masalah membantu proses analisis dan penentuan penyebab masalah semakin jelas dan komprehensif. Berikut merupakan rincian mengenai kelebihan pohon masalah:

1) Membantu kelompok atau tim untuk merumuskan persoalan utama atau masalah prioritas organisasi.

2) Membantu kelompok/tim kerja menganalisis secara rinci dalam mengeksplorasi penyebab munculnya persoalan dengan menggunakan metode five whys. Metode five whys adalah suatu metode menggali penyebab persoalan dengan cara bertanya “mengapa” sampai lima level atau tingkat.

3) Membantu kelompok/tim kerja menganalisis pengaruh persoalan utama terhadap kinerja/hasil/dampak bagi lingkunga, masyarakat, atau stakeholder lainnya.

4) Membantu kelompok/tim kerja mengilustrasikan hubungan antara masalah utama, penyebab masalah, dan dampak dari masalah utama dalam suatu gambar atau grafik.

5) Membantu kelompok/tim kerja mencari solusi atas persoalan utama yang ada.

b. Kekurangan Pohon Masalah

(14)

pengambilan keputusan, tetapi ada beberapa kekurangan bila menggunakan pohon masalah, antara lain:

1) Membutuhkan waktu yang lama. Jika masalah yang terjadi semakin kompleks akan lebih sulit dan lama dalam menentukan penyebab utama masalah.

2) Dapat terjadi overlap terutama ketika kriteria yang digunakan jumlahnya sangat banyak. Hal tersebut juga dapat menyebabkan waktu pengambilan keputusan menjadi lebih lama.

3) Hasil kualitas keputusan yang didapatkan dari metode pohon masalah sangat bergantung pada bagaimana pohon tersebut didesain. Sehingga jika pohon masalah yang dibuat kurang optimal, maka akan berpengaruh pada kualitas dari keputusan yang didapat. 4) Setiap kriteria pengambilan keputusan dapat menghasilkan hasil

keputusan yang berbeda. Sehingga perlu kecermatan untuk menyesuaikan dengan kondisi dan keadaan dalam menentukan penyebab utama masalah.

5) Pengakumulasian jumlah eror dari setiap tingkat dalam sebuah pohon keputusan yang besar.

5. Contoh Pembuatan Problem Tree pada Kasus HIV

Berdasarkan hasil pengkajian data komunitas, diperoleh prioritas masalah yaitu tingginya angka kejadian HIV/AIDS. Kemudian dianalisis menggunakan

(15)

pohon masalah. Adapun langkah-langkah penyusunan problem tree dari tingginya angka kejadian HIV/AIDS sebagai berikut :

1. Langkah pertama adalah mengidentifikasi dan merumuskan masalah utama berdasarkan hasil pengkajian data komunitas. Masalah utama ditempatkan pada bagian tengah dari gambar.

Akibat Sebab

Gambar 5.1 Identifikasi masalah utama

2. Langkah kedua adalah menganalisis akibat atau dampak adanya masalah utama yang telah dirumuskan pada poin 1.

Gambar 5.2 Analisis akibat masalah Tingginya angka kejadian HIV/AIDS

Tingginya Angka HIV/AIDS Akibat Penularan HIV/AIDS

(16)
(17)

Masalah sosial

Masalah ekonomi

Peningkatan angka kematian penduduk

Masalah politik 3. Langkah ketiga adalah menganalisis akibat tidak langsung dari masalah utama.

Gambar 5.3 Analisis akibat tidak langsung penularan HIV/AIDS Akibat langsung Akibat tidak langsung

(18)

4. Langkah keempat adalah menganalisis penyebab langsung dari masalah utama

Gambar 5.4 Analisis penyebab langsung Tingginya Angka HIV/AIDS

Seks bebas Penggunaan Narkoba Suntik bergantian

Pemasangan tindik/ tato secara bergantian PSK tidak memakai

pengaman saat berhubungan seks

Pemberian Tranfusi yang tidak aman

(19)

5. Langkah kelima adalah mengidentifikasi penyebab tidak langsung dari masalah utama

Gambar 5.5 Identifikasi penyebab tidak langsung

6. Langkah keenam adalah menyusun pohon masalah secara keseluruhan. Berdasarkan langkah pertama sampai dengan kelima, pohon masalah secara keseluruhan dapat digambarkan pada gambar berikut:

PSK tidak memakai pengaman saat berhubungan seks

Tidak tahu kalau menderita HIV/AIDS

Menjadi PSK

(20)
(21)

Penjelasan Problem Tree HIV

Analisis pohon masalah pada prioritas masalah Tingginya Angka HIV/AIDS seperti digambarkan pada bagan pohon masalah di atas. Masalah utama diletakkan pada bagian tengah yang digambarkan sebagai batang pohon. Kemudian menganalisis cabang dari batang pohon atau dampak yang ditimbulkan dari masalah utama. Dampak yang timbul dari Tingginya Angka HIV/AIDS adalah tingginya penularan HIV/AIDS, dampak ini disebut dengan dampak langsung. Tingginya penularan HIV/AIDS dapat menyebabkan peningkatan angka kesakitan dan kematian penduduk, permasalahn ekonomi dan sosial dan politik. Dampak tersebut disebut dengan dampak tidak langsung.

Selanjutnya, dari batang pohon dianalisis akar pohon yaitu penyebab timbulnya masalah utama. Penyebab langsung dari Tingginya Angka HIV/AIDS adalah perilaku seks bebas, penggunaan narkoba suntik, tindik dan tato secara bergantian, tidak memakai pengaman saat berhubungan intim,pemebrian tranfusi darah yang tidak amana, ODHA yang melahirkan normal dan menyusui bayinya. Sedangkan penyebab tidak langsung adalah penderita tidak tahu kalo sakit HIV/AIDS atau dengan sengaja menularkan, banyaknya PSK karena masalah ekonomi, sosial dan spiritual.

DAFTAR PUSTAKA

Afebra. 2009. Analisis Penyebab Masalah. Available at <https://www.scribd.com/doc/23912334/ANALISIS-Penybab> accessed on [Oct 7, 2014]\

Asmoko, Hindri. 2014. Memahami Analisis Pohon Masalah. Available at<http://www.bppk.depkeu.go.id/> accessed on [Oct 7, 2014]

(22)

Dillon, Leonellha Barreto. 2014. Problem Tree Analysis. Available at <http://www.sswm.info/> accessed on [Oct 8, 2014]

Delbecq A. L. and VandeVen A. H, (1971). A Group Process Model for Problem Identification and Program Planning. Journal Of Applied Behavioral Science VII (July/August, 1971), 466 -91

Dinas Kesehatan Kota Semarang. 2014. Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2014.

Falani, Zakki. nd. Decision Tree (Pohon Keputusan). Available at <http://mfile.narotama.ac.id/files/Zakki%20Falani/Konsep%20Data%20Mining /Algoritma %20C4.pdf> accessed on [Oct 7, 2014]

Hasby, Muhammad. 2010. Penggunaan Pohon Keputusan dalam Teori Keputusan. Available at < http://informatika.stei.itb.ac.id/~rinaldi.munir/Matdis/2010-2011/Makalah2010/MakalahStrukdis2010-032.pdf> accessed on [Oct 7, 2014]

Jayanti, Evi. 2008. Deskripsi Dan Faktor Yang Bepengaruh Terhadap Status HIV Pada Pengguna Klinik-klinik Layanan Tes HIV di DKI Jakarta dan Bali. Skripsi. Jakarta: FKM UI.

Kementerian Kesehatan RI. 2010. Laporan Triwulan Situasi Perkembangan HIV/AIDS di Indonesia sd 30 Juni 2010.

Misnadiarly. 2008. Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumonia pada Anak Balita, Orang Dewasa, Usia Lanjut. Jakarta: Pustaka Obor Populer

Nursalam. 2007. Asuhan Keperawatan pada Pasien Terinfeksi HIV/AIDS. Jakarta: Salemba Medika Jakarta.

Depkes RI. 2008. Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) KLB-Gizi Buruk. Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat: Direktorat Bina Gizi Masyarakat.

Kuswadi, dan Erna Mutiara. 2004. Delapan Langkah dan Tujuh Alat Statistik untuk Peningkatan Mutu Berbasis Komputer. Jakarta: PT Elex Media Komputindo

Poerwanto,Hendra.2012.DiagramFishbone.[online]. (https://sites.google.com/site/kelolakualitas/Diagram-Fishbone)

Pohan, Imbalo S. 2006. Jaminan Mutu Layanan Kesehatan: Dasar-Dasar Pengertian dan Penerapan. Jakarta: EGC

Sarjana Universitas Diponegoro Semarang. (Online)

(http://core.ac.uk/download/pdf/11715367.pdf) Diunduh pada 15 September 2015

Silverman, Steven N. and Nori L. Silverman. 1994. Using Total Quality Tools for Marketing Research: A Qualitative Approach for Collecting Organizing, and Analyzing Verbal Response Data. Available at <http://www.epiheirimatikotika.gr> accessed on [Oct 8, 2014]

(23)

. 2008. Modul Pola Kerja Terpadu. Lembaga Administrasi Negara.

Sinthamurniwaty. 2006. Faktor-Faktor Risiko Kejadian Diare Akut pada Balita (Studi Kasus di Kabupaten Semarang).Magister Epidemiologi Program Pasca

Supriyanto dan Damayanti, 2006. Perencanaan dan Evaluasi. Surabaya: Airlangga University Press

Gambar

Diagram tulang ikan dapat dipakai secara tersendiri dalam mencari pemecahan   masalah,   akan   tetapi   biasanya   diagram   ini   digunakan bersama-sama   dengan   alat   statistik   lainnya
Gambar 5.1 Identifikasi masalah utama
Gambar 5.3 Analisis akibat tidak langsungpenularan HIV/AIDS Akibat  langsungAkibattidaklangsung
Gambar 5.4 Analisis penyebab langsung Tingginya Angka HIV/AIDS
+2

Referensi

Dokumen terkait

(1) Peningkatan kemampuan pemecahan masalah dilihat dari meningkatnya a) siswa yang mampu mengidentifikasi masalah kondisi awal 9,09% dan setelah putaran III 78,78%, b) siswa yang