• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hipoglikemi Pada Neonatus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hipoglikemi Pada Neonatus"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1 | P a g e

BAB I

PENDAHULUAN

I.1.

Latar Belakang

Hipoglikemia adalah keadaan dimana kadar glukosa dalam darah

rendah. Glukosa berperan dalam pengaturan sumber energi pada manusia

dan juga sebagai sumber penyimpanan energi dalam bentuk glikogen, lemak

dan protein. Glukosa merupakan sumber energi yang cepat karena glukosa

memberikan 38 molekul ATP/mol glukosa yang dioksidasi. Defisiensi

pengangkutan glukosa ke otak dapat mengakibatkan gemetar bahkan

kejang-kejang yang dikarenakan kadar glukosa cairan cerebrospinal rendah

sedang glukosa dalam darah normal

(1)

.

Pengendalian homeostatis glukosa pada orang dewasa dan anak

kemungkinan besar serupa, bila tidak identik. Namun beberapa aspek

homeostasis glukosa bersifat khas untuk bayi baru lahir dan anak-anak. Yang

pertama adalah pada saat transisi kehidupan intrauterus ke ekstrauterus;

yang kedua, adalah laju pemakaian glukosa pada bayi dan anak-anak relatif

lebih tinggi dibandingkan dengan orang dewasa. Bayi dan anak memiliki

fluks glukosa yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang dewasa. Hal ini

sesuai dengan proporsi massa otak bayi terhadap ukuran tubuhnya yang

lebih tinggi menyebabkan bayi dan anak lebih beresiko mengalami

hipoglikemia.

(1)

(2)

2 | P a g e

I.2.

Transisi ke kehidupan ekstrauterus

Saat dalam kandungan homeostasis glukosa janin dipertahankan oleh

ibu melalui plasenta untuk mempertahankan kebutuhan energi, dan janin

menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen pada usia trimester terakhir

(terutama bulan terakhir trimester ketiga). Sehingga Saat lahir, bayi normal

memiliki simpanan lemak dan glikogen yang memadai untuk menghadapi

kekurangan kalori dalam jangka pendek dan mampu memobilisasi

substrat-substrat sebagai sumber energi. Sesaat setelah pemotongan plasenta, enzim

mengaktifkan pemecahan glikogen kembali menjadi molekul glukosa.

Selanjutnya glukosa dilepaskan ke aliran darah untuk mempertahankan

kadar gula darah. Namun, simpanan glikogen pada bayi baru lahir terbatas

dan dalam waktu singkat neonatus kemungkinan besar akan bergantung

pada glukoneogenesis.

(1)

(3)

3 | P a g e

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.I

Definisi dan klasifikasi

II.I.1

Definisi

Definisi hipoglikemia pada neonatus masih tidak ada kesesuaian, baik

dalam buku teks maupun jurnal, sehingga definisinya dibuat dari beberapa

sudut pandang

(4)

. Hipoglikemia adalah suatu sindrom klinik dengan

penyebab yang sangat luas, sebagai akibat dari rendahnya kadar glukosa

plasma yang akhirnya menyebabkan neuroglikopenia

(4)

.

Banyak kendala untuk menentukan status hipoglikemia. Pertama , hasil

pada asal sampel darah dan metode pemeriksaan; Kedua, jadwal menyusui

dini sangat berpengaruh pada kadar gula darah; Ketiga, 72% bayi baru lahir

mempunyai satu atau lebih faktor resiko terjadi hipoglikemia; Keempat,

tidak memungkinkan untuk dilakukan penelitian longitudinal dalam

menentukan rentang normal kadar gula darah karena alasan estetika

(4)

.

Pada neonatus, tidak selalu terdapat korelasi yang jelas antara

konsentrasi glukosa darah dan manifestasi klinis dari hipoglikemia. Tidak

adanya gejala bukan mengindikasikan bahwa konsentrasi glukosa

normaldan bukana berarti pula nilainya kurang

*(4)

.

Kadar glukosa plasma pada bayi, anak, dan dewasa normalnya 70-100

mg/dL, ditemukan tanda hipoglikemia neurofisiologik pada kadar 50-70

mg/dL, hipoglikemia berat bila kadar glukosa plasma kurang dari 40 mg/dL,

dan terapi dianggap berhasil jika glukosa plasma meninggkat lebih dari 60

mg/dL

(4)

.

(4)

4 | P a g e

II.I.2

Klasifikasi

(2)

Hipoglikemia dapat dibagi menurut usia yaitu hipoglikemia neonatus

dan hipoglikemia pada balita atau anak lebih besar

(2)

.

o

Hipoglikemia pada neonatus :

1.

Bersifat sementara

Biasanya terjadi pada bayi baru lahir, misalnya karena asupan atau

masukan glukosa yang kurang, hipotermia, syok, dan pada bayi dari ibu

diabetes.

2.

Bersifat menetap dan berulang

Terjadi akibat defisiensi hormon, hiperinsulinemia, serta kelainan

metabolisme karbohidrat dan asam amino, gangguan metabolisme yang

bersifat herediter (misalnya, glycogen storage diseases, disorders of

gluconeogenesis, fatty acid oxidation disorders)

(2)

.

o

Hipoglikemia pada balita atau anak yang lebih besar :

Hipoglikemia dapat terjadi akibat cadangan glikogen rendah,

pembentukan glikosa yang kurang, bayi dari ibu diabetes, ataupun gangguan

endokrin dan metabolisme

(2)

.

Berdasarkan patofisiologi dapat dikelompokkan dalam empat golongan

anak dengan resiko terjadinya hipoglikemia :

1)

Bayi dari ibu diabetes atau diabetes pada saat hamil,

2)

Bayi berat badan lahir rendah yang mungkin mengalami malnutrisi

intrauterin,

(5)

5 | P a g e

3)

Bayi sangat kecil atau sakit berat yang mengalami hipoglikemia karena

meningkatnya kebutuhan metabolisme yang melebihi cadangan kalori,

4)

Bayi dengan kelainan genetik atau gangguan metabolik primer (jarang

terjadi).

II.II

Epidemiologi

Frekuensi hipoglikemia pada bayi atau anak lebih besar belum

diketahui dengan pasti. Di Amerika dilaporkan sekitar 14000 bayi

mengalami hipoglikemia. Menurut Gutberlet dan Cornblath melaporkan

frekuensi hipoglikemia 4,4 per 1000 kelahiran hidup dan 15,5 per 1000

kelahiran Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Dan hanya 200-240 penderita

hipoglikemia persisten dan intermitten setiap tahunnya yang masuk rumah

sakit. Angka ini berdasarkan observasi bahwa penderita hipoglikemia

berjumlah 2-3 per 1000 anak yang masuk rumah sakit, sedangkan anak yang

dirawat berjumalah 80.000 pertahun

(3)

. Sedangkan di Indonesia belum ada

data

(4)

.

II.III

Etiologi

(4)

Penyebab Hipoglikemi pada Neonatus :

a.

Menurunnya pembentukan glukosa pada bayi kecil masa kehamilan

(KKMK),

b.

Hiperinsulinemia,

c.

Defisiensi Glukagon,

d.

Peningkatan kecepatan pemakaian glukosa,

(6)

6 | P a g e

Hipoglikemia pada anak dapat terlihat saat terjadi gangguan pada

keseimbangan normal antara produksi dan pemakaian glukosa, kelainaan

sekresi hormon, interkonversi substrat, dan mobilisasi bahan bakar

metabolik berperan dalam menyebabkan kelainan pada produksi dan

penggunaan glukosa atau bisa pada kombinasi keduanya

(4)

.

II.IV

Patofisiologi

(5)

Pengaturan kadar glukosa darah sebagian besar bergantung pada hati.

Beberapa kinerja hati berupa :

1.

Mengekstraksi Glukosa

2.

Menyintesis Glikogen

3.

Melakukan Glukoneogenesis

4.

Dan jaringan-jaringan perifer hingga otot dan adiposa juga ikut berperan

dalam mempertahankan kadar glukosa plasma.

Jumlah glukosa di hati bergantung pada keseimbangan fisiologis

beberapa hormon. Hormon tersebut dapat di bagi menjadi dua. Yang

pertama adalah hormon yang bekerja merendahkan kadar glukosa,

sedangkan yang kedua adalah hormon yang bekerja meninggikan kadar

glukosa

(5)

.

1.

Hormon yang merendahkan kadar glukosa

Dalam hal ini hormon yang merendahkan kadar glukosa adalah

hormon insulin. Insulin adalah hormon predominan yang mengendalikan

(7)

7 | P a g e

kadar glukosa darah, karena hormon ini adalah satu-satunya hormon

yang secara langsung berefek menurunkan produksi glukosa endogen dan

mempercepat pemakaian glukosa. Biasanya hormon insulin digunakan

pada pasien yang mengalami penyakit diabetes yang harus menggunakan

insulin untuk merendahkan kadar glukosa dalam darah

(5)

.

2.

Hormon yang meninggikan kadar glukosa

Terdapat beberapa hormon yang bekerja untuk meningkatkan kadar

glukosa dalam darah. Hormon tersebut, adalah :

a.

Glukokortikoid oleh sekresi korteks adrenal,

b.

Glukagon oleh sekresi sel-sel alfa pulau langerhans,

c.

Epinefrin oleh sekresi medulla adrenal dan jaringan kromafin lain,

d.

Growth hormon (hormon pertumbuhan) oleh sekresi kelenjar hipifisis

anterior

(5)

.

Hormon yang meningkatkan kadar glukosa darah ini disebut juga

hormon counterregulatory. Yang melawan efek hipoglikemia dan

pengaruh insulin berlebih adalah kerja hormon adrenokortikotropok

(ACTH), kortisol, glukagon, epinefrin, dan hormon pertumbuhan. Hasil

akhir dari hormon ini adalah meningkatkan konsentrasi glukosa darah

dengan menghambat penyerapan glukosa oleh otot (epinefrin, kortisol,

dan hormon pertumbuhan). Meningkatkan ketersediaan asam amino

glukoneogenik endogen dengan meningkatkan proteolisis otot (kortisol),

mangaktifkan lipofisis, dan menyediakan asam lemak bebascsebagai

sumber energi dan gliserol untuk glukoneogenesis (epinefrin, glukagon,

(8)

8 | P a g e

hormon pertumbuhan, ACTH, dan kortisol), menghambat sekresi insulin

dari pangkreas (epinefrin), mengaktifkan secara akut enzim

glukogenolitik dan glukoneogenik (epinefrin dan glukagon), dan memicu

sintesis enzim glukoneogenik (glukagon dan kortisol) secara terus

menerus

(5)

.

II.V

Manifestasi Klinis

Gejala yang berkaitan dengan penurunan konsentrasi glukosa plasma

dengan cepat dapat memperlihatkan peningkatan adrenergik ( takikardi,

gemetar ) dan kolinergik ( berkeringat, rasa lemah, dan rasa lapar). Apabila

hipoglikemia ini tidak diatasi dengan cepat, dapat timbul manifestasi gejala

progresif disfungsi otak (nyeri kepala, irritabilitas, kekacauan mental,

prilaku psikotik, kejang dan koma). Keadaan hipoglikemia yang sering dan

berulang dapat menyebabkan kerusakan permanen susunan saraf pusat atau

bahkan menyebabkan kematian

(5)

.

Gejala hipoglikemia pada neonatus terkadang kurang mencolok bahkan

terabaikan. Dengan demikian, pemantauan prospektif konsentrasi glukosa

plasma diinikasikanuntuk dilakukan pada jam pertama kehidupan atau pada

bayi yang lebih tua namun beresiko tinggi mengalami hipoglikemia

(5)

.

II.VI

Penegakan Diagnosis

Untuk menetapkan diagnosis hipoglikemia secara benar harus

diperhatikan tanda dan gejala klinis hipoglikemia , dan dapat dilakukan

dengan mengikuti Trias Whipple

(9)

.

(9)

9 | P a g e

Trias Whipple meliputi :

1.

Gejala yang konsisten dengan hipoglikemia,

2.

Kadar glukosa plasma rendah,

3.

Gejala mereda setelah kadar glukosa plasma meningkat.

Pemeriksaan yang menunjang penentuan diagnosis adalah

pemeriksaan glukosa darah (GD), tes fungsi ginjal, tes fungsi

hati,c-peptida

(9)

.

II.VII

Differensial Diagnosis

(7)

Hipoglikemia karena :

Hiperinsulinisme endogen : insulinoma, kalainan sel B jenis lani,

sulfonilurea, autoimun, sekresi insulin ektopik.

Penyakiy kritis : gagal hati, gagal ginjal, sepsis, starvasi, dan inasasi.

Defisiensi endokrin : kortisol, growth hormon, glukagon, epinefrin.

Tumor non-sel B : sarkoma, tumor adrenokortikal, hepatoma, leukimia,

limfoma melanoma.

Pasca-prandial : reaktif (setelah operasi)

II.VIII

Penatalaksanaan

(9)

Tujuan utama pengobatan hipoglikemia adalah secapat mungkin

mengembalikan kadar glukosa darah kembali normal, untuk menghindari

hipoglikemia berulang sampai homeostasis glukosa normal dan untuk

mengkoreksi penyakit yang mendasari terjadinya hipoglikemia .

(10)

10 | P a g e

a.

Monitor

Pada bayi yang beresiko (BBLR, BMK, bayi dengan ibu DM) perlu dimonitor

dalam 3 hari pertama :

Periksa kadar glukosa saat bayi datang / umur 3 jam

Ulangi tiap 6 jam selama 24 jam atau sampai pemeriksaan glukosa normal

dalam 2 kali pemeriksaan

Kadar glukosa ≤ 45 mg/dl atau gejala positif tangani hipoglikemia

Pemeriksaan kadar glukosa baik, pulangkan setelah 3 hari penganganan

hipoglikemia selesai

b.

Penanganan hipoglikemia dengan gejala

Bolus glukosa 10% 2 ml/kg pelan-pelan dengan kecepatan 1 ml/menit

Pasang jalur IV D 10% sesuai kebutuhan (kebutuhan infus glukosa 6-8

mg/kg/menit)

Contoh :

~BB 3 kg, jadi 3 kg X 6 mg/kg/menit = 18 mg/menit =25920 mg/hari

~Bila dipakai D 10% artinya 10 gr/100 cc, bila perlu 25920 mg/hari atau

25,9 gr/hari berarti perlu 25,9 gr/10 gr X 100 cc = 259 cc D 10%/hari

Atau cara lain dengan Glucosa Infution Rate (GIR)

Konsentrasi glukosa tertinggi untuk infus perifer adalah 12,5%, bila lebih

dari 12,5% digunakan vena sentral. Untuk mencari kecepatan infus

(11)

11 | P a g e

glukosa pada neonatus dinyatakan dengan GIR (Kecepatan infus ) =

glucosa infus rate

GIR (mg/kg/menit) = kecepatan cairan (cc/jam) X konsentrasi Dextrose

(%) = 6 X berat (kg)

Contoh :

~Berat bayi 3 kg umur 1 hari

~Kebutuhan 80 cc/jam/hari = 80 X 3 = 240 cc/hari = 10 cc/ jam

~GIR = 10 X 10 (Dextrose 10 %) = 100 = 6 mg/kg/menit

~6 X 3 18

Monitoring Kembali :

Setelah itu periksa glukosa darah pada : 1 jam setelah bolus dan tiap 3 jam

Bila kadar glukosa masih < 25 mg/dl, dengan atau tanpa gejala, ulangi

seperti di atas.

Bila kadar glukosa 25-45 mg/dl, tanpa gejala klinis :

- Infus D 10% diteruskan

- Periksa kadar glukosa tiap 3 jam

- ASI diberikan bila bayi dapat minum

Bila kadar glukosa ≥ 45 mg/dl dalam 2 kali pemeriksaan

- Ikuti petunjuk bila kadar glukosa sudah normal (lihat ad b)

- ASI diberikan bila bayi dapat minum dan jumlah infus diturunkan

pelan-pelan

(12)

12 | P a g e

c.

Kadar glukosa darah < 45 mg/dl tanpa gejala :

~ASI diteruskan

~Pantau, bila ada gejala manajemen seperti di atas

~Periksa kadar glukosa tiap 3 jam atau sebelum minum, bila :

-Kadar < 25 mg/dl, dengan atau tanpa gejala tangani hipoglikemi

-Kadar 25-45 mg/dl, naikkan frekuensi minum

-Kadar ≥ 45 mg/dl, manajemen sebagai kadar glukosa normal

d.

Kadar glukosa normal

~IV teruskan

~Periksa kadar glukosa tiap 12 jam, bila 2 kali pemeriksaan dalam batas

normal, pengukuran dihentikan.

~Bila kadar glukosa turun, atasi seperti di atas .

e.

Persisten Hipoglikemia (hipoglikemia lebih dari 7 hari)

~Konsultasi endokrin

~Terapi :

-kortikosteroid hydrocortisone 5 mg/kg/hari 2X/hari IV atau

-prednisone 2 mg/kg/hari per oral,

~Mencari kausa hipoglikemia lebih dalam

~Bila masih hipoglikemia dapat ditambahkan obat lain :

- Somatostatin,

- Glukagon,

- Diazoxide,

- Human Growth Hormon,

(13)

13 | P a g e

II.IX

Prognosis Hipoglikemia

Jika tidak segera diatasi, hipoglikemia yang berat dan berkepanjangan

dapat menyebabkan kerusakan susunan saraf pusat bahkan kematian dalam

setiap golongan umur. Pada neonatus bahkan hipoglikemia ringan dapat

mengalami sekuele akibat mengalami hipoglikemia, tetapi lebih banyak

akibat kelainan patologik yang menyertai

(3)

.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan tabel 4.1 dan grafik 4.1 menunjukan bahwa kadar gula darah pada sampel normal berada dalam nilai yang normal yaitu &lt;200mg/dL dan kadar gula darah pada sampel

jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan. 2) Data pemeriksaan laboratorium yang pernah dilakukan pasien seperti kadar gula darah sewaktu, kadar gula darah puasa, kadar kolesterol,

Sebagai contoh, bayi aterm sehat berusia 2 jam dengan kadar glukosa darah 30 mg/dL dapat tidak mengalami gangguan fungsi organ, tetapi pada stressed infant dapat

Penentuan waktu penjepitan tali pusat pada bayi baru lahir dapat merupakan hal yang sangat penting terhadap kadar hemoglobin yang dapat mempengaruhi perkembangan bayi

Berdasarkan teori, didapatkan H1 yaitu ada hubungan antara semua ibu hamil yang mengalami obesitas dengan kadar gula darah yang rendah pada bayi baru lahir.. Sedangkan,

Dari pemeriksaan kadar gula darah sewaktu tidak ditemukan pelajar yang mengalami diabetes melitus, namun terlihat bahwa ada kecenderungan kadar gula darah pada pelajar obesitas

Metformin merupakan obat diabetes melitus yang sering digunakan pada penderita DM yang gemuk, karena dapat berfungsi untuk menurunkan badan selain membantu menurunkan kadar gula darah

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan, kadar gula darah puasa terendah pada sampel adalah 86 mg/dl dan kadar gula darah puasa tertinggi pada sampel adalah 399 mg/dl dengan rata-rata