VIDEO ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HEMOFILIA
MINI PRPOSAL
Untuk Memenuhi Tugas Project Based Learning (PjBL) pada Blok Sistem Imun dan Hematologi
Oleh : Kelompok 1
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2016/2017
LEMBAR PENGESAHAN
VIDEO ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HEMOFILIA
MINI PROPOSAL Disusun Oleh :
Kelompok 1 Disusun dan disetujui :
Tanggal... Mengetahui, PJMK Blok Muhammad Muslih Fasilitator Kelompok Muhammad Muslih Ketua Kelompok Izzul Fiqri
PENYUSUN
NAMA NIM
1. HOLIS ANWAR 201510420311001
2. DITA IZZA DAIMATUL AFIAH 201510420311002 3. BAGUS PUTRA NUGRAHA 201510420311003
4. PURWATI 201510420311004
5. WINDA HUSNATUL SETIANI 201510420311006
6. SUCI ARTHAYANI 201510420311007
7. ADILLA ZENARA NAFISA 201510420311008
8. NUR HASNAH 201510420311009
9. RIVANTY MEDIANA HANDIKA 201510420311010
10. RIZKY AMALIA 201510420311011
11. SYAIFUL WAHED 201510420311012
12. ADELIA INDRIANI 201510420311013
13. HUSNUL HATIMAH 201510420311014
14. IZUL FIQRI 201510420311015
15. FADILA DWI RAHMAWATI 201510420311016 16. WISNU BAYU SAMUDRA 201510420311017
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN...i DAFTAR ISI...ii DAFTAR LAMPIRAN...1 BAB 1...2 PENDAHULUAN...2 1.1 Latar Belakang...2 1.2 Tujuan...3 BAB II...4 TINJAUAN PUSTAKA...4 2.1 Pengertian Hemofilia...4 2.2 Etiologi...4 2.3 Patofisiologi...5 2.4 Manifestasi Klinis...6 2.5 Pemeriksaan Penunjang...6 2.6 Penatalaksanaan...7 2.7 Diagnosa Keperawatan...9 BAB III...14 METODOLOGI PERANCANGAN...14
3.1 Mekanisme, Desain dan Rancangan Produk...14
3.2 Sumber Daya yang Digunakan...16
3.3 Alat dan bahan...16
3.4 Tempat...16
3.5 Software...17
3.6 Jadwal Pelaksanaan...17
DARTAR PUSTAKA...18
DAFTAR LAMPIRAN
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hemofilia merupakan penyakit genetik dimana seseorang mengalami kekurangan beberapa faktor pembekuan darah, yang normalnya berada dalam plasma. Linton (2000 dalam Tarwoto 2008) menyatakan bahwa angka kejadian hemofilia 1-2 per 20.000 orang. Penyakit ini diturunkan dari iu kepada anaknya pada saat anak tersebut dilahirkan (Tarwoto, 2008). Anak lelaki dari seorang wanita karier hemofilia mempunyai kemungkinan 50% menjadi penderita hemofilia dan dapat ditemukan wanita homozigot dengan hemofilia (ayah hemofilia, ibu karier), tetapi keadaan ini jarang terjadi (Muttaqin, 2009)
Hemofilia A atau B adalah suatu penyakit yang jarang ditemukan. Hemofilia A terjadi sekurang - kurangnya 1 di antara 10.000 orang. Hemofilia B lebih jarang ditemukan, yaitu 1 di antara 50.000 orang. Hemofilia tidak mengenal ras, perbedaan warna kulit atau suku bangsa. Hemofilia paling banyak diderita hanya pada pria. Wanita akan benar-benar mengalami hemofilia jika ayahnya adalah seorang hemofilia dan ibunya adalah pembawa sifat (carrier). Dan ini sangat jarang terjadi. Sebagai penyakit yang diturunkan, orang akan terkena hemofilia sejak ia dilahirkan. Mengutip Ketua Himpunan Masyarakat Hemofilia Indonesia (HMHI), Prof. Djajiman Gatot memprediksi jumlah penderita hemofilia di Indonesia sudah menembus 20 ribu orang. Angka kejadian hemofilia di negara-negara berkembang memiliki rasio 1:10.000 (data tahun 2012). Kemungkinan penderita hemofilia telah meninggal sebelum terdiagnosis. Misalnya, ketika seseorang sunat atau pendarahan terus-menerus saat operasi lalu meninggal (www.pusdatin.kemkes.go.id)
Penanganan hemofilia di Indonesia saat ini telah lebih baik dibandingkan 20 tahun lalu, dimana jumlah pasien dewasa yang mengidap hemofilia tidak sampai 10 orang. Saat ini jumlah pasien hemofilia pada golongan dewasa telah meningkat yang mencapai 77 orang. Anak-anak yang menderita hemofilia bisa tumbuh
dewasa secara normal bila kondisinya dikelola dengan baik melalui pengobatan dan penanganan yang tepat ditambah dengan dukungan keluarga. Pasien dan keluarga perlu mendapat pengetahuan yang mendalam agar mereka memahami bagaimana menghadapi penyakit ini. Di Indonesia, satu-satunya asuransi yang menanggung biaya perawatan hemofilia adalah Jaminan Kesehatan Nasional yang dikelola Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (www.pusdatin.kemkes.go.id).
Berdasarkan permasalahan diatas, kelompok kami tertarik untuk membahas masalah penyakit hemofilia serta bagaimana penanganan yang dapat dilakukan, terutama bagi seorang perawat. Kami menggunakan video sebagai sarana informasi yang sekarang ini lebih diminati banyak orang. Seperti yang di jelaskan oleh Cheppy Riyana (2007) media video pembelajaran adalah media yang menyajikan audio dan visual yang berisi pesan-pesan pembelajaran baik yang berisi konsep, prinsip, prosedur, teori aplikasi pengetahuan untuk membantu pemahaman terhadap suatu materi pembelajaran. Video merupakan bahan pembelajaran tampak dengar (audio visual) yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan/materi pelajaran. Dikatakan tampak dengar kerena unsur dengar (audio) dan unsur visual/video (tampak) dapat disajikan serentak.
1.2 Tujuan
Terdapat beberapa tujuan yang ingin kami capai dalam pembuatan video, yaitu: a. Meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang penyakit hemofilia.
b. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menyusun asuhan keperawatan pada pasien dengan hemofilia.
c. Meningkatkan keaktifan dan kreatifitas berpikir, yang pada gilirannya akan menimbulkan sikap kemandirian belajar yang lebih.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Hemofilia
Menurut Wiliams & Wilkins 2008, Hemofilia merupakan gangguan pendarahan turun-temurun yang disebbkan oleh defisiensi faktor pengumpulan khusus. Hemofilia A (hemofilia klasik), yang menyerang lebih dari 80% penderita hemofilia, disebabkan oleh defisiensi faktor VIII, sedangkan bemofilia B (penyakit Chrismas), yang menyerang 15% penderita hemofilia, disebabkan oleh defisiensi faktor IX. Setelah penderita hemofilia membentu sumbat keping darah ditempat pendarahan, defisiensi faktor penggumpalan mengganggu kemampuan membentuk gumpalan fibrin yang stabil.
Menurut Handayani & Ariwibowo 2008, hemofilia adalah kelainan pendarahan herediter terkait seksi resesif yang dikarakteristikan oleh defisiensi pembekuan esendial yang di akibatkan oleh mutasi pada kromosom X.
Faktor X, hemofilia A dan hemofilia B di turunkan sebagai sifat resetif tertaut-X. Karena itu, pembawaan wanita berpeluang sebesar 50% untuk menurun gen pada tiap anak perempuan, yang juga merupakan pembawa, dan berpeluang sebesar 50% untuk menurunkan gen pada tiap anak laki-laki, yang akan lahir dengan hemofilia (Wiliam & Wilkins, 2008)
2.2 Etiologi
Proses pembekuan darah membutuhkan unsur-unsur seperti trombosit. Faktor-faktor pembekuan, dan sebagainya. Terdapat 13 faktor pembekuan darah di tubuh , penamaannya ditandai dengan huruf romawi, yaitu :
I. Fibrinogen. II. Prothrombin.
III. Jaringan Tromboplastin. IV. Kalsium.
V. Proaccelerin. VI. Proconvertin.
VII. Antihemophilic Faktor.
IX. Stuart Faktor.
X. Tromboplastin Plasma. XI. Hageman Faktor.
XII. Fibrin (Faktor yang menstabilkan)
Di dalam kasus hemofilia, terdapat mutasi gen yang menyebabkan tubuh tidak cukup memiliki faktor pembekuan tertentu. Sebagai contoh, hemofilia A disebabkan kurangnya faktor pembekuan VIII (8) dan hemofilia B disebabkan kurangnya faktor pembekuan IX (9) didalam darah.
Untaian DNA atau sebutan lainnya adalah kromosom merupakan suatu rangkaian intruksi lengkap yang mengendalikan produk berbagai faktor. Kromosom bukan hanya menentukan jenis kelamin pada bayi, namun juga mengatur kinerja sel-sel didalam tubuh. Semua manusia memiliki sepasang kromosom seks dimana komnposisi pada wanita adalah XX dan pada pria adalah XY. Hemofilia aadalah penyakit yang diwariskan melalui mutasi pada kromosom X. Oleh sebab itu prioa cenderung menjadi pengidap, sementara wanita cenderung menjadi pewaris atau pembawa mutasi gen tersebut (www.alodokter.com)
2.3 Patofisiologi
Pada keadaan normal jika terjadi perdarahan akibat pecahnya pembuluh darah maka secara otomatis pembuluh darah akan kontriksi, trombosit akan bergerak menutupi perlukaan kemudian terjadi rangkaian proses pembekuan darah dan menutup tempat perdarahan secara sempurna dengan bantuan faktor pembekuan. Pada pasien dengan hemofilia adanya kekurangan faktor VIII dan IX mengakibatkan proses pembekuan memerlukan waktu yang lebih panjang sehingga fibrin tidak dapat menutup robekan pembuluh darah secara sempurna sehingga darah tidak berhenti mengalir ke pembuluh darah (Tarwato, 2008)
Hemofilia merupakan penyakit kongenital yang diturunkan oleh gen resesif x-linked dari pihak ibu. Fator VIII dan faktor IX adalah protein plasma yang merupakan komponen yang diperlukan untuk pembekuan darah, faktor-faktor tersebut diperlukan untuk pembentukan bekuan fibrin pada tempat pembuluh yang cedera. Hemofilia berat terjadi apabila konsentrasi faktor VIII dan faktor IX
plasma kurang dari 1%. Hemofilia sedang jika konsentrasi plasma 1% - 5%. Hemofilia ringan apabila konsentrasi plasma 5% - 20% dari kadar normal (Mediskus.com)
2.4 Manifestasi Klinis
a. Jangkauan pergerakan (range of motion-ROM) sendi yang terbatas (Wiliam & Wilkins, 2008)
b. Beberapa memar pada kulit berukuran besar. c. Memar berlebihan setelah terbentur.
d. Sendi bengkak dan nyeri yang disebabkan oleh perdarahan internal. e. Darah dalam urin atau feses (tinja).
f. Pendarahan yang tak kunjung berhenti setelah terjadi luka, cedera, setelah opeasi atau cabut gigi.
g. Mimisan tanpa diketahui penyebabnya.
h. Perdaahan yang tidak biasa setelah suntik atau imunisasi. (Mediskus.com)
2.5 Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium memperlihatkan waktu perdarahan yang normal, tetapi PPT pemanjang. Terjadi penurunan pengukuran faktor VIII
b. Dapat dilakukan pemeriksaan pranatal untuk gen yang bersangkutan. 2.6 Penatalaksanaan
Menurut Handayani, 2008 untuk penatalaksanaan yang lazim dilakukan pada pasien hemofilia adalah sebagai berikut :
7
NOC NIC
Resiko perdarahan terhadap riwayat jatuh Setelah dilakukan perawatan 1x24 jam : Blood Lose Severity dengan kriteria hasil :
1. Penurunan hemoglobin (5 = None)
2. Penurunan hematokrit (5 = None)
Bleeding Precautions
1. Monitor ketat tanda-tanda perdarahan.
2. Catat nilai HB dan HT sebelum dan sesudah terjadinya perdarahan
3. Monitor nilai lab (koagulasi)
yang meliputi
PT,PTT,trombosit 4. Monitor TTV ortostatik
5. Pertahankan bed rest selama perdarahan aktif
6. Kolaborasi dalam pemberian produk darah (platelet atau fresh frozen plasma)
7. Lindungin pasien dari trauma yang dapat menyebabkan perdarahan
8. Hindari pengukuran suhu lewat rektal
9. Hindari pemberian aspirin dan antikoagulant
10.Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake makanan yang banyak mengandung vitamin K
11.Hindari terjadinya konstipasi dengan menganjurkan untuk mempertahankan intake ciran yang adekuat dan pelembut feses.
Bleeding Reduction
1. Identifikasi penyebab perdarahan
2. Monitor trend tekanan darah dan perdarahan dan parameter hemodinamik
(CVP,pulmonary capillary /artery wedge pressure
a. Transfusi periodic dari plasma beku segar (PBS)/ Fresh Frozen Plasma (FFP). b. Pemberian konsentrat faktor VIII dan IX pada klien yang mengalami perdarahan aktif atau sebagai upaya penegahan sebelum pencabutan gigi dan pembedahan.
c. Hindari pemberian aspirin atau suntikan secara IM. d. Memberikan mulut sebagai upaya pencegahan.
e. Bidai dan alat orthopedic bagi klien yang mengalami perdarahan otot dan sendi.
2.7 Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan beberapa ilustrasi diatas, dapat diketahui beberapa diagnosa keperawatan yang muncul adalah :
1. Resiko perdarahan terhadap riwayat jatuh
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
NOC NIC
Setelah dilakukan perawatan 1x24 jam : Paint Control, dengan kriteria hasil :
1. Mengenali waktu nyeri (1 = Never demonstrated)
2. Menjelaskan faktor-faktor sebab-akibat (1 = Never demonstrated) 3. Menggunakan catatan untuk
memonitor gejala (1 = Never demonstrated)
4. Menggunakan tindakan pencegahan (1 = Never demonstrated)
5. Menggunakan tindakan non-analgesik untuk penurunan nyeri (1 = Never demonstrated)
6. Menggunakan obat analgesik yang direkomendasikan (1 = Never demonstrated)
7. Melaporkan perubahan gejala
Analgesic Administration
1. Tentukan lokasi , karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat.
2. Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi.
3. Cek riwayat alergi.
4. Piulih analgesik yang diperlukan atau sebelum makan.
5. Hindari makan, jika residu tinggi tempat “pewarna” dalam tabung pengisi NG.
6. Hindari cairan atau m,enggunakan zat pengental. 7. Penawaran makanan atau cairan
yang dapat dibventuk menjadi bolus sebelum menelan.
8. Potong makanan menjadi potongan kecil.
nyeri kepada perawat (1 = Never demonstrated)
8. Melaporkan gejala yang tidak terkontrol (1 = Never demonstrated)
9. Menggunakan sumber yang tersedia (1 = Never demonstrated) 10. Menyadari gejala yang
berhubungan dengan nyeri (1 = Never demonstrated)
11. Melaporkan kontrol nyeri (1 = Never demonstrated)
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan memar di tubuh.
NOC NIC
Setelah dilakukan perawatan 1x24 jam : Tissue Integrity, dengan kriteria hasil :
1. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elatisitas,temperatur, hidrasi, pigmentasi) tidak ada luka atau lesi pada kulit (5 = None).
2. Perfuisi jaringan baik (5 = None).
3. Menunjukan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya sedera berulang (5 = None). 4. Mampu melindungi kulit dean
Pressure Management 1. Anjurkan pasien untuk
menggunakan pakaian yang longgar.
2. Hindari kerutan pada tempat tidur.
3. Jafa kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering. 4. Mobilisasi pasien (ubah posisi
pasien) setiap dua jam pertama.
5. Monitor kulit akan adanya kemerahan.
6. Oleskan lotion atau minyak atau boby oll pada daerah yang tertekan.
mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami (5 = None).
mobilisasi pasien.
8. Monitor status nutrisi pasien 9. Memandikan pasien dengan
sabun dan air hangat.
4. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan pergerakan sendi yang terbatas.
NOC NIC
Setelah dilakukan perawatan 1x24 jam : Self Care : ADLs, dengan kriteria hasil :
1. Makan (5 = Non compromised). 2. Pakaian (5 = Non compromised). 3. Toileting (5 = Non
compromised).
4. Mandi (5 = Non compromised). 5. Penampilan(5 = Non
compromised).
6. Kebersihan diri (5 = Non compromised).
7. Kebersihan oral (5 = Non compromised).
8. Berjalan (5 = Non compromised). 9. Mobilitas kursi roda (5 = Non
compromised).
10. Memposisikan diri (5 = Non compromised).
Exercise Therapy : Ambulation 1. Monitor vital sign
sebelum/sesudah latihan dan lihat respon pasien saat latihan
2. Konsultasisikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan
3. Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan cegah terhadap cedera
4. Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain tentang tekhnik ambulasi
5. Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
6. Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs secara mandiri sesuai kemampuan
7. Dampingi dan bantu pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi kebutuhan ADLs
8. Berikan alat bantu jika klien memerlukan
9. Ajarkan bsgsimsns merubah posisi dan berikan bantuan jika di perlukan.
BAB III
METODOLOGI PERANCANGAN
3.1 Mekanisme, Desain dan Rancangan Produk
Mekanisme penyusuan project ini dapat dijelaskan berdasarkan urutan kerja berikut ini.
1. Mencari literatur ( buku, jurnal, video )
2. Membagi tugas untuk menyusun mini proposal 3. Membuat konsep dan skenario video
4. Konsultasi ke fasilitator 5. Pembagian pemeran di video
6. Konfirmasi alat alat dan tempat yang di butuhkan 7. Merencanakan waktu take video
8. Konsultasi ke fasilitator
9. Menyiapkan alat-alat dan tempat yang digunakan untuk pembuatan video 10.Briefing tentang skenario video
11. Latihan dialog para pemeran video
12. Penataan alat alat dan tempat pembuatan video 13. Take video ( dilakukan 3 kali dalam 1 sin ) 14. Evaluasi hasil take video
15. Take ulang apabila ada keselahan dalam pembuatan video 16. Editing video (video, audio, text, dan pencahayaan ) 17. Konsultasi ke fasilitator
18. Membuat Cover CD 19. Upload video
20. Mengumpulkan produk video 21. Mengumpulkan likers video 22. Pleno pjbl
23. Membuat laporan akhir
Desain dan rancangan produk yang digunakan dalam pembuatan produk ini adalah video tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan hemofilia, yang dapat diamati pada desain cover CD tersebut sebagai berikut :
3.2 Sumber Daya yang Digunakan
1. Sumberdaya tenaga didapatkan dari kinerja kelompok 2. Sumberdaya dana didapatkan dari iuran kelompok.
3. Sumberdaya pikiran didapatkan dari pendapat saat diskusi kelompok dan saat konsultasi fasilitator.
4. Sumber daya alat didapatkan dari pinjaman rekan – rekan kelompok. 5. Sumber daya peran :
a. Syaiful Wahed (Pemeran Utama) b. Izzul Fiqri (Teman Wahed) c. Bagus Saputra (Teman Wahed) d. Holis Anwar (Teman Wahed)
e. Wisnu Bayu Samudra (Teman Wahed) f. Purwati (Ibunya Wahed)
g. Rizky Amalia ( Dokter) h. Adelia Indriani ( Perawat 1)
3.3 Alat dan bahan 1. Laptop. 2. Kamera Canon 600D. 3. Sepeda. 4. Kain. 5. Es batu.
6. Set alat perawatan untuk pasien.
3.4 Tempat 1. Lapangan.
3.5 Software
1. SONY VEGAS PRO 7 2. PROSHOW 7
3. AVS VEDEO EDITOR 3.6 Jadwal Pelaksanaan
Kegiatan I II IIIMingguIV V IV
Mencari Literatur Menyusun Minprop
Membuat Konsep Skenario Persiapan Take Video
Take Video Edit Video
Pengumpulan Produk Pjbl Aploud Video Di Youtube
Mengumpulkan Like Youtube Pleno Pjbl
DARTAR PUSTAKA
Alodokter. Hemofilia. http://www.alodokter.com/hemofilia (3 Desember 2016) Cheppy Riyana. 2007. Pedoman Pengembangan Media Video. Jakarta: P3AI UPI
Handayani, W., Haribowo, A.S. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta : Penerbit Salemba Medika.
Kemkes. 2015. Hari Hemofilia Sedunia. Diambil dari www.pusdatin.kemkes.go.id. (2 Desember 2016)
Mediskus. Hemofilia. http://mediskus.com/penyakit/hemofilia. (3 Desember 2016)
Muttaqin, A. 2009. Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular dan Hematologi. Jakarta : Penerbit Salemba Medika.
Tarwoto & Wartonah. 2008. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta : Trans Info Media.
Lampiran 1 SKENARIO Bagian 1 :
(Menampilkan video penjelasan tentang hemofilia sampai dengan asuhan keperawatan yang dilakukan).
Bagian 2 : Contoh Kasus
Pada sore hari, saat itu Izul diajak bermain bola oleh temannya. Wahed : Assalamualaikum. Izull!! Izull!! Main sepeda yuk! Wisnu : Izul!! Ayok main sepeda, bikin sehat badan!
Wahed : (Keluar dari dalam rumah) Eh, kalian! Main sepeda ya? Yaudah aku ikut. Aku izin Ibu aku dulu yaa!...Ibu!!! Aku main sepeda dulu yaa?
Ibu Purwati : Sama siapa?
Wahed : Ini sama teman-teman kok bu! Main sepeda di lapangan ujung sana. Ibu Purwati : Oh yaudah hati-hati.
Wahed : Sip Bu.
(Wahed dan teman-temannya bermain sepeda di lapangan. Namun, tiba-tiba saja Wahed terjauh)
Wahed : Aw! Kaki ku !
Holis & Bagus : Ya ampun Wahed!! Izul : Eh bantuin ! Bantuin !
Wisnu : Wahed kamu gak papa. Darahnya banyak banget. (Wahed dibawa oleh teman-temannya kembali dirumah)
Wisnu : Tante, ini Wahed nya jatuh trus darahnya banyak banget dan gak berhenti-berhenti.
Ibu Purwati : Ya ampun anak kuu! Kamu kenapa nak? Wahed : Aku jatuh ibu! Sakit banget.
Bagus : Ini ibawa kerumah sakit aja bu. Naik mobil saya. Saya tadi kesini bawa mobil.
Ibu Purwati : oh yaudah. Ayo, bantu tante angkat wahed ya. (Di rumah sakit)
Ibu purwati : dokter...tolong dokterrr! Anak saya jatuh dan ini darahnya gak berhenti-berhenti dok.
Dokter : Selamat siang ibu, ibu tunggu disini dulu ya. Biar anaknya kami tangani di ruang UGD terlebih dulu.
Ibu purwati : baik dokter. Tolong ya dok, anak saya. Anak saya baru sekali ini terluka separah itu.
Dokter : iya bu, akan kami usahakan yang terbaik. Doakan saja yang terbaik ya bu. (dokter dan perawat melaukan perawatan di ruang UGD)