• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sesar Mendatar Dan Cekungan Sedimentasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Sesar Mendatar Dan Cekungan Sedimentasi"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I BAB I

PENDAHULUAN PENDAHULUAN

1.1

1.1 Latar Latar Belakang Belakang MasalahMasalah

Pergerakan lempeng pada kerak bumi akan membentuk berbagai macam Pergerakan lempeng pada kerak bumi akan membentuk berbagai macam morfologi pada permukaan kerak bumi. Pergerakan lempeng dipengaruhi oleh morfologi pada permukaan kerak bumi. Pergerakan lempeng dipengaruhi oleh arus konveksi dibawah kerak bumi, ini menyebabkan terbentuknya berbagai arus konveksi dibawah kerak bumi, ini menyebabkan terbentuknya berbagai macam tatanan tektonik antara lain berupa konvergen, divergen, dan

macam tatanan tektonik antara lain berupa konvergen, divergen, dan transform..transform Tatanan tektonik

Tatanan tektonik transformtransform membentuk patahan kerak bumi berupa membentuk patahan kerak bumi berupa strike strike  slip

 slip fault fault   atau sesar mendatar. Pergerakan sesar mendatar ini dapat membentuk  atau sesar mendatar. Pergerakan sesar mendatar ini dapat membentuk morfologi berupa cekungan akibat gaya tarikan atau

morfologi berupa cekungan akibat gaya tarikan atau tensiontension  berupa  berupa pull-apart pull-apart basin.

basin.  Pada morfologi cekungan tersebut akan membentuk tebing-tebing curam  Pada morfologi cekungan tersebut akan membentuk tebing-tebing curam  pada tepi danau serta dapat memiliki kedalaman hingga ratusan meter.

 pada tepi danau serta dapat memiliki kedalaman hingga ratusan meter.

Danau Singkarak merupakan contoh cekungan danau yang terbentuk Danau Singkarak merupakan contoh cekungan danau yang terbentuk akibat pergerakan sesar mendatar. Danau ini memiliki kedalaman maksimal akibat pergerakan sesar mendatar. Danau ini memiliki kedalaman maksimal mencapai 268 meter dengan panjang 21 km dan lebar 7 km, memiliki dinding tepi mencapai 268 meter dengan panjang 21 km dan lebar 7 km, memiliki dinding tepi danau yang curam (Aydan, 2007). Tebing curam danau tersebut rawan terjadi danau yang curam (Aydan, 2007). Tebing curam danau tersebut rawan terjadi gerakan tanah. Kemudian akibat pergerakan patahan akan menimbulkan bencana gerakan tanah. Kemudian akibat pergerakan patahan akan menimbulkan bencana gempa bumi yang memiliki daya rusak yang tinggi disebabkan oleh sumber gempa bumi yang memiliki daya rusak yang tinggi disebabkan oleh sumber gempa atau

gempa atau hypocentrumhypocentrum  yang dangkal. Kerusakan akibat gempa sangat  yang dangkal. Kerusakan akibat gempa sangat ditentukan oleh kedalaman sumber gempa, semakin dangkal maka akan semakin ditentukan oleh kedalaman sumber gempa, semakin dangkal maka akan semakin kuat (Sukandarrumidi, 2014). Sehingga daerah cekungan tersebut memang rawan kuat (Sukandarrumidi, 2014). Sehingga daerah cekungan tersebut memang rawan terkena bencana geologi. Segi potensi geologi, proses sedimentasi endapan terkena bencana geologi. Segi potensi geologi, proses sedimentasi endapan cekungan tarik terpisah atau

cekungan tarik terpisah atau pull-apart basin pull-apart basin ini menghasilkan tipe endapan yang ini menghasilkan tipe endapan yang

1 1

(2)

sangat potensial sebagai

sangat potensial sebagai source  source rock rock  minyak dan gas bumi serta batubara karena minyak dan gas bumi serta batubara karena  bersifat

 bersifat syn-rift  syn-rift sedimentationsedimentation.. Batuan sumber Batuan sumber  minyak dan gas bumi terbentukminyak dan gas bumi terbentuk  pada

 pada proses proses sedimentasi sedimentasi yang yang berlangsung berlangsung terus terus menerus menerus akibat akibat dasar dasar cekungancekungan yang terus tenggelam dan terus ditumpuki oleh batuan lain di atasnya, maka yang terus tenggelam dan terus ditumpuki oleh batuan lain di atasnya, maka  batuan yang men

 batuan yang mengandug karbon ini gandug karbon ini akan terpanaskan akan terpanaskan karena semakin karena semakin dalam sdalam suhuuhu akan semakin tinggi (Putrohari, 2008).

akan semakin tinggi (Putrohari, 2008).

1.2

1.2 Maksud Maksud dan dan TujuanTujuan

Maksud dari penyusunan seminar ini adalah untuk memenuhi persyaratan Maksud dari penyusunan seminar ini adalah untuk memenuhi persyaratan akademik di Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral di Institut Sains akademik di Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral di Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta. Sedangkan tujuan dari penulisan ini adalah & Teknologi AKPRIND Yogyakarta. Sedangkan tujuan dari penulisan ini adalah untuk menambah pengetahuan di kalangan akademisi, masyarakat umum, dan untuk menambah pengetahuan di kalangan akademisi, masyarakat umum, dan  juga

 juga untuk untuk memberikan memberikan informasi informasi lebih lebih dalam dalam tentang tentang mekanisme mekanisme pembentukanpembentukan  pada

 pada cekungan cekungan Danau Danau Singkarak Singkarak akibat akibat pergerakan pergerakan sesar sesar mendatar mendatar sertaserta mengetahui kontrol geologinya.

mengetahui kontrol geologinya.

1.3

1.3 Batasan Batasan MasalahMasalah

Sesuai dengan judul seminar yang di angkat, maka dalam penyusunan Sesuai dengan judul seminar yang di angkat, maka dalam penyusunan laporan akan dibahas secara spesifik tentang sesar mendatar dalam kaitannya laporan akan dibahas secara spesifik tentang sesar mendatar dalam kaitannya dengan pembentukan cekungan akibat dari pergerakan mendatar sesar utama. dengan pembentukan cekungan akibat dari pergerakan mendatar sesar utama. Kemudian akan dibahas studi kasus pada pembentukan cekungan Danau Kemudian akan dibahas studi kasus pada pembentukan cekungan Danau Singkarak beserta kontrol geologinya dan data yang diperoleh merupakan hasil Singkarak beserta kontrol geologinya dan data yang diperoleh merupakan hasil studi pustaka serta studi kasus dari data-data sekunder. Hal ini dilakukan agar studi pustaka serta studi kasus dari data-data sekunder. Hal ini dilakukan agar fokus masalah lebih tertuju p

(3)

sangat potensial sebagai

sangat potensial sebagai source  source rock rock  minyak dan gas bumi serta batubara karena minyak dan gas bumi serta batubara karena  bersifat

 bersifat syn-rift  syn-rift sedimentationsedimentation.. Batuan sumber Batuan sumber  minyak dan gas bumi terbentukminyak dan gas bumi terbentuk  pada

 pada proses proses sedimentasi sedimentasi yang yang berlangsung berlangsung terus terus menerus menerus akibat akibat dasar dasar cekungancekungan yang terus tenggelam dan terus ditumpuki oleh batuan lain di atasnya, maka yang terus tenggelam dan terus ditumpuki oleh batuan lain di atasnya, maka  batuan yang men

 batuan yang mengandug karbon ini gandug karbon ini akan terpanaskan akan terpanaskan karena semakin karena semakin dalam sdalam suhuuhu akan semakin tinggi (Putrohari, 2008).

akan semakin tinggi (Putrohari, 2008).

1.2

1.2 Maksud Maksud dan dan TujuanTujuan

Maksud dari penyusunan seminar ini adalah untuk memenuhi persyaratan Maksud dari penyusunan seminar ini adalah untuk memenuhi persyaratan akademik di Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral di Institut Sains akademik di Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral di Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta. Sedangkan tujuan dari penulisan ini adalah & Teknologi AKPRIND Yogyakarta. Sedangkan tujuan dari penulisan ini adalah untuk menambah pengetahuan di kalangan akademisi, masyarakat umum, dan untuk menambah pengetahuan di kalangan akademisi, masyarakat umum, dan  juga

 juga untuk untuk memberikan memberikan informasi informasi lebih lebih dalam dalam tentang tentang mekanisme mekanisme pembentukanpembentukan  pada

 pada cekungan cekungan Danau Danau Singkarak Singkarak akibat akibat pergerakan pergerakan sesar sesar mendatar mendatar sertaserta mengetahui kontrol geologinya.

mengetahui kontrol geologinya.

1.3

1.3 Batasan Batasan MasalahMasalah

Sesuai dengan judul seminar yang di angkat, maka dalam penyusunan Sesuai dengan judul seminar yang di angkat, maka dalam penyusunan laporan akan dibahas secara spesifik tentang sesar mendatar dalam kaitannya laporan akan dibahas secara spesifik tentang sesar mendatar dalam kaitannya dengan pembentukan cekungan akibat dari pergerakan mendatar sesar utama. dengan pembentukan cekungan akibat dari pergerakan mendatar sesar utama. Kemudian akan dibahas studi kasus pada pembentukan cekungan Danau Kemudian akan dibahas studi kasus pada pembentukan cekungan Danau Singkarak beserta kontrol geologinya dan data yang diperoleh merupakan hasil Singkarak beserta kontrol geologinya dan data yang diperoleh merupakan hasil studi pustaka serta studi kasus dari data-data sekunder. Hal ini dilakukan agar studi pustaka serta studi kasus dari data-data sekunder. Hal ini dilakukan agar fokus masalah lebih tertuju p

(4)

1.4 Tinjauan

1.4 Tinjauan PustakaPustaka

Interaksi antar lempeng dapat saling mendekat (

Interaksi antar lempeng dapat saling mendekat ( subduction subduction), saling), saling menjauh dan saling berpapasan (

menjauh dan saling berpapasan ( strike  strike slip slip fault fault ). Batas transform adalah batas). Batas transform adalah batas antar lempeng yang saling berpapasan dan saling bergeser satu dan lainnya antar lempeng yang saling berpapasan dan saling bergeser satu dan lainnya menghasilkan suatu sesar mendatar jenis

menghasilkan suatu sesar mendatar jenis Strike Slip Fault Strike Slip Fault  (Noor, 2008). (Noor, 2008). Strike-slip fault 

Strike-slip fault   terbentuk pada batas  terbentuk pada batas transform  lempeng benua dantransform  lempeng benua dan samudera. Pada pengaturan antar lempeng terbentuk sebagai respon tabrakan samudera. Pada pengaturan antar lempeng terbentuk sebagai respon tabrakan lempeng pada interior benua.

lempeng pada interior benua. Strike-slip fault Strike-slip fault   dapat terjadi sebagai zona yang  dapat terjadi sebagai zona yang menghubungkan sesar normal dalam sistem rekahan dan sesar naik dalam sistem menghubungkan sesar normal dalam sistem rekahan dan sesar naik dalam sistem kompresi lipatan (Sylvester, 1988).

kompresi lipatan (Sylvester, 1988). Strike-slip fault Strike-slip fault   juga umum dijumpai dalam  juga umum dijumpai dalam  pengaturan

 pengaturan konvergen konvergen berupa berupa subduksi subduksi miring miring dimana dimana regangan regangan antar antar lempenglempeng dipartisi menjadi busur paralel

dipartisi menjadi busur paralel strike-slip strike-slip  dalam zona depan busur, busur atau  dalam zona depan busur, busur atau wilayah

wilayah belakang busur (Sbelakang busur (Sieh & Natawidjaja, ieh & Natawidjaja, 2000).2000). Cekungan pada seting

Cekungan pada seting transformtransform  dapat dibagi menjadi transtensional,  dapat dibagi menjadi transtensional, transpresional, atau transrotasional tergantung pada keadaan apakah cekungan transpresional, atau transrotasional tergantung pada keadaan apakah cekungan tersebut dibentuk oleh mekanisme ekstensi, kompresi, atau rotasi dari blok krustal tersebut dibentuk oleh mekanisme ekstensi, kompresi, atau rotasi dari blok krustal di sepanjang sistem sesar

di sepanjang sistem sesar strike-slip strike-slip (Boggs, 2006). Tipe-tipe cekungan pada sesar(Boggs, 2006). Tipe-tipe cekungan pada sesar mendatar dapat dipengaruhi oleh hubungan antar segmen-segmen sesar mendatar, mendatar dapat dipengaruhi oleh hubungan antar segmen-segmen sesar mendatar, apakah hubungannya berupa

apakah hubungannya berupa stepover stepover yang tidak terhubung ataupunyang tidak terhubung ataupun bendbend yangyang terhubung. Jika tidak terhubung maka akan membentuk

terhubung. Jika tidak terhubung maka akan membentuk Stepover BasinStepover Basin,, sedangkan jika terhubung maka akan membentuk

sedangkan jika terhubung maka akan membentuk  Fault-bend  Fault-bend basinbasin. Bentuk. Bentuk Cekungan pada sesar mendatar sebagian besar terbagi menjadi tiga tipe yaitu: Cekungan pada sesar mendatar sebagian besar terbagi menjadi tiga tipe yaitu:

(5)

Stepover basin, Fault-bend basin,  dan Transrotasional basin.  (Nilsen dan Sylvester, 1995)

Danau Singkarak, Sumatera Barat di sebelah utara Padang, menempati depresi diapit oleh tebing curam yang naik 400 m di atas permukaan danau. Tebing curam menandai singkapan dari dua oblique  sesar normal, membentuk struktur graben tarik-terpisah ( pull-apart basin) dalam Sesar Sistem Sumatera (Barber, 2005). Sedimen yang dijumpai pada cekungan ini cenderung cukup tebal, karena tingkat sedimentasinya yang tinggi yang dihasilkan oleh proses  pengerosian dari tinggian di sekitar cekungan ini, dan ditandai dengan adanya  beberapa perbedaan fasies local (Bogs, 2006).

(6)

BAB II

METODE PENGUMPULAN DATA

2.1 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penyusunan seminar ini dilakukan dengan mencari pustaka-pustaka yang mendukung dan terkait dengan teori  pembentukan cekungan akibat dari proses pergerakan sesar mendatar. Sumber

data dalam penyusunan makalah berasal dari beberapa sumber literatur, baik textbook, Jurnal-jurnal Ilmiah, buletin, surat kabar, maupun dari internet dan juga dari penelitian penelitian terdahulu. Penyusunan makalah ini lebih bersifat sebagai studi pustaka, dengan studi kasus berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu dari  jurnal-jurnal ilmiah dan berita-berita dari surat kabar atau majalah ilmiah.

2.2 Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data dilakukan dengan mencari teori-teori terkait dengan pembentukan cekungan pada Danau Singkarak, Sumatra Barat. Kemudian dilanjutkan dengan mengumpulkan data-data atau pustaka terkait dengan  pembentukan danau akibat pergerakan sesar mendatar. Berdasarkan data-data dan  pustaka-pustaka tersebut dapat di susun teori-teori pembentukan cekungan pada zona sesar mendatar. Untuk pembuktian teori teori tersebut, maka di susun studi kasus pada pembentukan danau singkarak dari penelitian-penelitian terdahulu. Sehingga dapat disimpulkan proses dan mekanisme pembentukan Danau Singkarak serta kontrol geologi yang membentuk Danau Singkarak.

(7)

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Tatanan Tektonik Batas Transform

Tatanan tektonik terbentuk karena sifat kerak bumi yang dinamis akibat dari gaya endogen yang berasal dari dalam bumi, sehingga lempeng atau kerak  bumi bergerak. Pergerakan lempeng tersebut akan menyebabkan terjadinya saling

interaksi antar lempeng. Berdasarkan interaksi antar batas-batas lempeng tersebut membentuk suatu tatanan yang berbeda-beda, ada yang saling bertumbukan disebut konvergen, saling menjauh disebut divergen, dan saling berpapasan disebuttransform (Noor, 2008).

Tatanan tektonik pada batas transform  membentuk patahan kerak bumi  berupa strike slip fault   atau sesar mendatar. Terbentuknya patahan ini akaibat adanya tegasan utama yang bersifat miring pada konvergen berupa subduksi miring (Sieh & Natawidjaja, 2000). Contohnya Sesar mendatar yang terjadi di Pulau Sumatra yaitu Sesar Sumatera yang terbentuk akibat dari tegasan utama dengan arah relatif utara dan selatan akibat dari tumbukan antara lempeng Eurasia dan India-Australia dengan busur kepulauan relatif barat laut – tenggara (Mann, 2007). Selain berdampingan dengan batas konvergen, batas transform dapat terbentuk berdampingan dengan tatana divergen seperti pada Gambar 3.1. Dijelaskan bahwa tatanan tektonik divergen tersebut mengalami pemekaran dan melepaskan gaya ekstensi. Gaya yang terlepas ini akan terus berjalan sampai pada tatanan divergen ataupun transform yang akan membentuk sesar mendatar akibat dari adanya gaya yang bersifat miring.

(8)

Gambar 3.1. Seting tektonik pembentukan sesar mendatar pada skala besar (Cunningham & Mann, 2007)

Menurut Tapponnier (1982), berdasarkan konsep tektonik extrusi  benua Asia yang dikemukakannya, berpendapat bahwa perkembangan tektonik tersier

dari wilayah Asia Tenggara (termasuk Indonesia bagian barat) sangat dipengaruhi

oleh gerak-gerak Fragmen Benua Asia (Cina Timur dan Indo-cina) yang melejit

ke timur dan tenggara sebagai akibat dari tumbukan kerak benua India dengan

Asia (dalam Asikin, 1992).

3.2 Sesar Mendatar

3.2.1 Pengertian Sesar Mendatar

Sesar mendatar adalah patahan yang pergerakan relatifnya berarah

horisontal mengikuti arah patahan. Patahan jenis ini berasal dari tegasan geser

yang bekerja di dalam kerak bumi disebut juga Strike Slip Fault (Noor, 2008). Identifikasi pergeseran sesar mendatar ini dapat dilakukan dengan mencari

(9)

dapat dilihat dari pola-pola struktur penyerta yang terbentuk. Struktur penyerta  pada zona ini terbentuk karena adanya tegasan utama orde kedua akibat  pergerakan sesar mendatar utama.

3.2.2 Zona Gerus

Zona gerus atau disebut juga  pure shear   menjelaskan tentang orientasi sudut tegasan terhadap sesar pada medium yang homogen. Simple shear  merupakan pola struktur yang terbentuk karena sifat gaya yang berupa rotasi dan  simple shear  merupakan variasi dari perkembangan dalam pure shear (Sylvester 1988). Shear zone  merupakan zona yang terbentuk akibat gaya utama yang  berputar . Zona gerus pada sistem sesar mendatar dapat bersifat dekstral ataupun  bersifat sinistral, tergantung pada arah gaya yang bekerja serta kelurusan zona yang terbentuk. Struktur-struktur penyerta pada zona gerus akan mencirikan arah tegasan utama dan pergerakan zona tersebut. Zona gerus ini akan membentuk pola  simple shear yang merupakan perkembangan dari  Pure Shear, seperti pada

gambar 3.2.

(10)

Pergerakan sesar mendatar dalam skala kecil akan membentuk kekar-kekar gerus sebagai rekaman data pergerakan sesar mendatar. Kekar gerus tersebut akan membentuk pola-pola yang searah dengan pergerakan sesar yang disebut Riedel  Shear . Kekar gerus yang relatif searah dengan sesar utama disebut R Shear dan P Shear .  R Shear   merupakan kekar gerus sintetik primer yang paling dominan muncul, sedangkan  P Shear   merupakan kekar gerus sintetik sekunder yang terbentuk setelah  R Shear   (Christie-Blick & Biddle, 1985). Gambar 3.3 merupakan penggambaran bentuk simple shear   terbentuk pada kondisi ideal dan merupakan hasil dari percobaan pada material lempung yang diberikan gaya lateral.

Gambar 3.3. Terminologi Readel Shear (Christie-Blick & Biddle, 1985)

Pergerakan sesar mendatar akan membentuk tegasan kedua pada batuan yang terkena sesar, hal tersebut menyebabkan terbentuknya struktur penyerta pada sistem sesar mendatar sesuai dengan model simple shear  menurut Harding (1973)  pada gambar 3.4. Pergerakan sesar dalam skala besar dapat menyebabakan

(11)

terbentuknya struktur penyerta seperti lipatan ataupun sesar-sesar minor. Struktur

 penyerta tersebut akan membentuk pola-pola pada  simple shear   dengan  berdasarkan sudut yang dibentuk dari struktur penyerta tersebut terhadap

kelurusan dari sesar utama atau gaya utama.

Gambar 3.4. Model Simple Shear  ( Harding, 1973 dalam Allen & Allen, 2005).

3.3 Zona Sesar Mendatar

Zona sesar mendatar merupakan zona deformasi yang tebentuk akibat

 pergerakan sesar mendatar. Pergerakan sesar mendatar akan membentuk jenis

gaya menekan yang disebut transpresi dan gaya tarikan yang disebut transtensi. Zona sesar mendatar yang memiliki jalur yang melengkung akan membentuk

 Restraining bend  dan Releasing bend .

Pada jalur-jalur sesar mendatar akan terbentuk deformasi-deformasi batuan

(12)

 jenis litologi. Pergerakan sesar mendatar ini dapat membentuk cekungan atau zona depresi yang terbentuk karena gaya tarikan atau ekstensi dengan struktur  berupa sesar-sesar turun ataupun bentukan-bentukan graben, dari cekungan inilah akan berlangsung proses sedimentasi (Christie-Blick & Biddle, 1985). Selain itu dapat juga terbentuk pengangkatan dengan struktur sesar-sesar naik atau lipatan ketika gaya yang bekerja adalah tekanan atau kompresi seperti pada bentukan restraining bends digambarkan pada 3.5.

Gambar 3.5. Struktur penyerta pada zona sesar mendatar (Christie-Blick & Biddle, 1985)

Perkembangan pergerakan sesar mendatar akan membentuk  Flower Structure  baik yang positif ataupun negatif sebagai bentukan deformasi dan struktur penyerta. Jika gaya yang bekerja adalah gaya kompresi maka akan membentuk  Positive Flower Structure  yang berdampingan dengan restraining

(13)

bends, sedangkan jika gaya yang bekerja adalah gaya ekstensi maka akan membentuk  Negative Flower Structure  yang berdampingan dengan releasing bends  sesuai bentukan deformasi (Cunningham & Mann, 2007). Contoh pada gambar 3.6 merupakan bentukan-bentukan deformasi struktur penyerta dari  pergerakan sesar mendatar. Pada dasarnya bentukan tersebut dipengaruhi oleh

gaya yang bekerja dan sifat serta hubungan dari sesar mendatar.

Gambar 3.6. Bentukan deformasi pada jalur-jalur sesar mendatar ( Cunningham & Mann, 2007)

3.3.1 Transpresi dan Transtensi

Deformasi pada transform memiliki mekanisme yang kompleks dan menghasilkan dua variasi gaya yang berbeda yaitu transpresi dan transtensi. Jika variasi gaya memiliki arah pergerakan gabungan antara transform dengan tekanan atau kompresi maka akan membentuk deformasi transpresi. Sedangkan Jika antara transform  dengan tarikan atau ekstensi akan membentuk deformasi transtensi

(14)

(Fossen, Tikoff & Teyssier, 1994), seperti yang di jelaskan pada gambar 3.7. Transpresi dan transtensi terbentuk pada zona sesar yang mengalami pembelokan atau fault bend . Pada gaya regangan atau tarikan dapat membentuk cekungan  berupa pull apart basin.

Gambar 3.7. Transpresi dan Transtensi ( Fossen, Tikoff & Teyssier, 1994)

3.3.2 Restraining bend  dan Releasing bend

Strike-slip restraining   dan releasing bend   masing-masing adalah situs transpresional lokal dan deformasi transtensional. Maka lengkungan (bends) ditandai oleh deformasi miring yang diakibatkan oleh gerakan lempeng berskala  besar pada sepanjang batas sesar yang relatif lurus (Cunningham & Mann, 2007).

 Restraining  dan Releasing bend  merupakan gaya yang terjadi karena arah  jalur sesar mendatar yang berbelok. Belokan-belokan tersebut dapat membentuk  berbagai macam deformasi. Restraining bends  merupakan jalur belokan sesar yang mengalami pengankatan akibat gaya yang tertahan, sehingga membentuk deformasi berupa sesar-sesar naik ataupun lipatan karena daerah tersebut telah

(15)

mengalami pengangkatan. sedangkan Releasing bends  merupakan jalur belokan sesar yang membentuk area depresi atau cekungan karena pelepasan gaya membentuk deformasi berupa sesar-sesar turun yang bersifat oblique membentuk cekungan seperti Pull-apart Basin (Burg, 2014). Pada sesar mendatar kanan jika  belokan bergerak ke kanan atau right-stepping dari arah kelurusan sesar utama, maka akan membentuk extensional bend   atau releasing bend . Kemudian jika  belokan tersebut bergerak ke kiri atau left-stepping   dari arah kelurusan sesar utama, maka akan membentuk Contractional bend   atau  Restraining bend dijelaskan pada gambar 3.8.

Gambar 3.8. Releasing  dan Restraining bend pada sesar mendatar kanan ( Burg, 2014 )

Sesar mendatar dengan loncatan ke kanan atau right-stepping   ini akan membentuk cekungan-cekungan yang disebut sebagai Pull apart basin, sedangkan tinggian atau Horst  berkembang pada sesar mendatar dengan loncatan ke kiri atau left-stepping   (Asikin, 1992). Pergerakan diatas sesuai dengan pola orientasi

(16)

struktur elips Simple Shear   menurut Harding (1973). Gambar 3.9 dapat di lihat  bahwa pola sesar turun sama dengan pola Extensional bend   yang membentuk

cekungan, kemudian pola sesar naik dan lipatan sesuai dengan pola constructional bend .

Gambar 3.9. Pola simple shear  dengan structure bend . ( Burg, 2014 )

3.3.3 Flower Structure

 Flower structure  merupakan jenis deformasi yang terbentuk pada zona-zona sesar yang memiliki unsur mendatar. Flower structure ini akan membentuk dua jenis deformasi yaitu : positive flower structure dan negative flower structure. Jika komponen vertikalnya berupa sesar-sesar turun maka akan membentuk area depresi. Kemudian jika komponen vertikalnya berupa sesar-sesar naik atau lipatan maka akan membentuk area yang mengalami pengangkatan (Burg, 2014). Pembentukan jenis deformasi ini disebabkan karena adanya  fault bend   atau  belokan sesar yang berdampingan dengan gaya ekstensi atau berdampingan

(17)

Belokan sesar sangat mempengaruhi terbentuknya flower structure. Akan membentuk negative flower  structure  jika belokan sesar berupa releasing bend . Sedangkan positive flower structure  akan terbentuk jika belokan sesar berupa

restraining bend (Burg, 2014). Jika gaya yang terbentuk adalah gaya ekstensi, maka akan membentuk sesar-sesar turun oblique akibat dari pelepasan gaya pada  belokan sesar. Kemudian jika gaya yang terbentuk adalah gaya kompresi, maka akan membentuk sesar-sesar naik atau lipatan akibat dari gaya tekan pada belokan sesar, dijelaskan pada gambar 3.10.

Gambar 3.10. Hubungan antara Flower Structure dengan belokan sesar mendatar kanan. (Burg, 2014)

3.4 Cekungan pada Zona Sesar Mendatar

3.4.1 Pembentukan Cekungan pada Sesar Mendatar

Pada umumnya pembentukan cekungan pada sesar mendatar disebabkan oleh gaya tarikan atau regangan karena gaya yang berjalan pada sesar mendatar

(18)

tertahan pada restraining bend sehingga pada realising bend   terjadi pelepasan gaya membentuk cekungan yang disebut dengan cekungan tarik terpisah atau pull apart basin. Sedangkan pada restraining bend   akan terjadi pengangkatan dan terbentuk sesar-sesar naik atau lipatan, sehingga pada tepian zona pengangkatan tersebut akan terbentuk cekungan (Cunningham & Mann, 2007). Pembentukan cekungan pada sesar mendatar juga dapat terjadi pada sesar-sesar mendatar yang tidak saling terhubung atau disebut juga stepover basin. Stepover ini terjadi ketika terdapat dua segmen sesar mendatar yang berdekatan dengan arah pergerakan yang sama tetapi tidak terhubung hanya bertampalan. Ketika pergerakan sesar terus berjalan, maka dapat juga kedua sesar ini akan terhubung dengan jalur  belokan sesar yang dapat membentuk belokan sesar (bend ).

3.4.2 Tipe Cekungan pada Sesar Mendatar

Tipe-tipe cekungan pada sesar mendatar dapat dipengaruhi oleh hubungan antar segmen-segmen sesar mendatar, apakah hubungannya berupa stepover yang tidak terhubung ataupun bend yang terhubung. Jika tidak terhubung maka akan membentuk Stepover Basin, sedangkan jika terhubung maka akan membentuk  Fault-bend basin. Bentuk Cekungan pada sesar mendatar sebagian besar terbagi

menjadi tiga tipe (Nilsen dan Sylvester, 1995) yaitu: Stepover basin, Fault-bend basin,  dan Transrotasional basin. Stepover Basin  merupakan cekungan yang terbentuk karena segmen-segmen sesar yang tidak saling terhubung dapat membentuk cekungan tarik terpisah atau  pull apart basin.  Pull apart basin merupakan bentuk dari  Releasing stepover   diantara segmen-segmen sesar

(19)

mendatar seperti pada gambar 3.11. Pada gambar merupakan contoh dari stepover  basin yang terbentuk di Laut Mati, Mesir.

Gambar 3.11.Stepover basin. (Nilsen dan Sylvester, 1995)

 Fault bend basin  merupakan cekungan yang terbentuk pada belokan- belokan sesar yang saling terhubung.  Fault bend basin  memiliki dua jenis cekungan, yaitu cekungan pada Restraining bend  dan Releasing bend . Cekungan  pada Restraining bend   terbentuk di tengah-tengah atau pada pusat jalur sesar karena terjadi depresi. Cekungan ini dapat bertambah dalam dan bentuknya akan semakin panjang seiring dengan pergeseran sesar. Sedangkan cekungan pada

 Releasing bend  akan terbentuk disekitar area yang mengalami pengangkatan atau  pada lembah sayap area yang mengalami pengangkatan seperti yang dijelaskan  pada gambar 3.12.

Transrotasional basin merupakan tipe cekungan yang terbentuk pada zona sesar. Cekungan ini terbentuk karena adanya sesar-sesar rotasi akibat dari  pergerakan dua segmen sesar yang berpapasan dengan arah yang sama. Kedua

(20)

segmen sesar ini membentuk zona deformasi pada zona sesarnya sehingga membentuk cekungan seperti pada contoh gambar 3.13.

Gambar 3.12. Fault-bend basin.(A) Releasing-bend basin,

(B) Restraining-bend basin. (Nilsen dan Sylvester, 1995)

Gambar 3.13. Transrotasional basin.(Nilsen dan Sylvester, 1995)

(21)

3.4.3 Proses Sedimentasi pada Cekungan Sesar Mendatar

Proses sedimentasi cekungan pada sesar mendatar secara umum sangat  berkaitan dengan proses regangan atau ekstensi sepanjang sesar mendatar. Proses

regangan terbentuk barkaitan dengan fase tektonik apakah fase tektonik aktif atau  pasif. Proses peregangan ini disebut juga dengan proses rifting . Proses rifting  ini terjadi karena adanya variasi gaya pada sesar mendatar yaitu ekstensi atau disebut  juga transtensi yang terbentuk karena pergeseran sesar. Mekanisme sedimentasi  pada cekungan ini memiliki beberapa periode regangan yang berkaitan dengan mekanisme penurunan permukaan atau  subsidence, periode regangan tersebut yaitu :  Pre-rift, Syn-rift   dan  Post-rift . Periode regangan yang terjadi akan menghasilkan tipe pengendapan yang berbeda satu sama lain.

Periode  pre-rift   terjadi ketika litosfer belum mengalami  subsidence sehingga endapan yang terbentuk merupakan endapan erosional dari batuan dasar. Periode syn-rift  merupakan periode sedimentasi yang terbentuk bersamaan dengan  proses subsidence akan menghasilkan pola stratigrafi yang menebal kearah tengah atau pusat cekungan dan akan menipis kearah tepi cekungan. Periode  syn-rift   berlangsung pada saat fase tektonik aktif sehingga menyebabkan hubungan antara  batuan tidak selaras karena adanya proses penurunan cekungan yang berlangsung secara terus menerus. Periode  post-rift   merupakan periode sedimentasi yang  berlangsung ketika fase tektonik sudah mulai stabil dan tenang. Periode ini menghasilkan tipe sedimentasi yang relatif horizontal dan merata dari tepi ketengah cekungan, secara umum dapat dicirikan dengan endapan fluvial dan delta.

(22)

3.5 Studi Kasus Cekungan Singkarak

Danau Singkarak adalah danau terluas kedua di Sumatra setelah Toba. Danau ini berada di Kabupaten Tanah Datas dan Kabupaten Solok, Sumatra Barat. Panjang maksimum danau ini 21 km dan lebar maksimum 7 km (Aydan, 2007). Danau ini berjarak 85 km dari Solok dan 90 km dari Kota Padang Panjang. Danau Singkarak terbentuk akibat proses tektonik yang dipengaruhi oleh Sesar Sumatra. Danau ini merupakan bagian dari Cekungan Singkarak-Solok yang merupakan segmen dari Sesar Sumatra.

Cekungan ini adalah sebuah amblesan yang terbentuk karena pergerakan Sesar Sumatra. Cekungan besar ini terbendung oleh material vulkanik dari letusan gunungapi sekitarnya. Akibat pembendungan material vulkanik ini terbentuklah Danau maninjau di satu bagian Cekungan Singkarak-Solok. Berbeda dengan Danau Maninjau yang terbentuk akibat letusan gunungapi, danau Singkarak terbentuk utamanya karena proses tektonik. Lembah panjang Singkarak- Solok merupakan graben ini bagian dari sesar Sumatera. Danau Singkarak sendiri terbentuk akibat pembendungan di kedua ujung lembah oleh material letusan gunung api. Lembah panjang itu terbentuk sebelum proses vulkanik begitu aktif memuntahkan materialnya (Zen, 1970).

3.5.1 Sesar Sumatera

Sumatera fault system atau Sesar Sumatera terjadi akibat adanya lempeng India-Australia yang menabrak bagian barat pulau Sumatera secara miring,

(23)

sehingga menghasilkan tekanan dari pergeseran ini. Karena adanya tekanan ini, maka terbentuklah sesar Sumatera yang membelah pulau Sumatera membentang mulai dari Lampung sampai Banda Aceh, sesar ini menerus sampai ke Laut Andaman hingga Burma di jelaskan pada gambar 3.14. Patahan ini merupakan daerah rawan gempabumi dan tanah longsor. Sesar Sumatera merupakan sesar strike slip berarah dekstral yang terdiri dari 20 segmen utama sepanjang tulang  punggung Sumatera (Sieh dan Natawidjaja, 2000).

(24)

Jalur patahan sepanjang jalur, dan yang terjadi karen memanjang sepanjan laut – tenggara. Per Andaman di utara s  batuan di Sumatra t Sistem sesar mendat sinusoidal dan terseg Singkarak secara re bends. Pergerakan s daerah Lubuk Sikap daerah danau Singk tersebut, diantara Ce

Gambar 3.15.

Sumatera bisa dikenal dari kenampakan ditandai oleh kenampakkan bukit–bukit

 pergeseran pada sesar tersebut. Baris g system sesar mendatar kanan Sumatera d

erakan sesar ini menghubungkan segmen-s mpai selat sunda di selatan dan memoto rmasuk satuan batuan vulkanik baru dan ar kanan Sumatera sepanjang 1900 km se mentasi (Sieh & Natawidjaja, 2000). Lokasi

ional di pengaruhi oleh lengkungan jalur sar Sumatra yang bergerak tertahan pada ing sehingga terjadi pelepasan gaya pada

rak membentuk cekungan-cekungan pada ungan Singkarak (Barber, Crow & Milsom,

 Releasing bends dan Restraining bends pada mekanis Sumatera. (Barber, Crow & Milsom, 2005)

entang alam di an danau-danau an pegunungan ngan arah barat egmen dari laut g semua satuan edimen aluvial. agai zona sesar disekitar danau sesar atau Fault estraining bend   Releasing bend  sepanjang jalur 2005).

(25)

3.5.2 Segmen Se

Sesar Sumatr tegasan utama yang sehingga saling ter disebelah utara Pada curam yang memili Singkapan pada ke mengalami sesar nor & Milsom, 2005). P segmen sesar, adap  patahan aktif yaitu S

gambar 3.16. Cekun  berhubungan yaitu  panjang patahan sek

sekitar 60 km (Sieh

Gambar 3.16.

sar di Sumatera Barat

memiliki segmen-segmen sesar yang terbe  bersifat oblique  atau miring. Segmen-seg

ubung satu sama lain. Danau Singkarak g, menempati wilayah depresi yang diapit ol ki ketinggian sampai 400 meter dari pe

ua tebing danau menandai bahwa dua al, yang membentuk graben Pull-apart bas da wilayah Sumatera Barat yang terbagi n di Provinsi Sumatera Barat terdapat 4 egmen Sumpur, Sianok, Sumani, dan Suliti an danau Singkarak terbentuk karena dua se egmen Sianok dan Sumani. Segmen Sia tar 90 km dan Segmen Sumani memiliki

 Natawidjaja, 2000).

egmen-segmen sesar yang mempengaruhi pembentu Singkarak (Sieh & Natawidjaja, 2000).

tuk akibat gaya en ini bergerak Sumatra Barat eh tebing-tebing mukaan danau. tebing tersebut n (Barber, Crow enjadi beberapa (empat) segmen dijelaskan pada gmen sesar yang ok mempunyai anjang patahan

(26)

3.5.3 Mekanisme Pembentukan Cekungan Singkarak

Mekanisme pembentukan cekungan Singkarak tidak lepas dari proses tektonik lempeng yang bekerja. Terjadi tumbukan lempeng antara lempeng Hindia-Australia dengan dataran Sumatera membentuk sesar mendatar dextral  Sumatera yang menimbulkan pola rekahan sepanjang sesar, sebagai respon terhadap gerak gesernya. Kemungkinan pembentukan rekahan itu dimulai dari Sumatera Selatan dan terus berkembang ke Utara.

Gambar 3.17. Mekanisme pembentukan Pull apart basin di Sumatra (Asikin, 1992)

Pola rekahan inilah yang akan merupakan awal dan menentukan pola dari  pembentukan cekungan-cekungan dibagian timur Sumatera. Gerak mendatar pada  pasangan sesar yang bertangga (Overstepping wrench) akan membentuk cekungan

(27)

cekungan lokal berbentuk stengah ceruk yang disebut Pull apart basin  (Asikin, 1992) di jelaskan pada gambar 3.17.

Gambar 3.18. Peta lokasi penelitian dan mekanisme pada pembentukan cekungan Singkarak (Sieh & Natawidjaja, 2000).

Singkarak-Solok yang merupakan salah satu segmen sesar besar Sumatera. Cekungan besar yang memanjang itu kemudian terbendung material letusan gunung api muda Merapi, Singgalang, dan Tandike di sisi barat laut. Di sisi tenggara terbendung oleh endapan material letusan Gunung Talang. Danau Singkarak bertambah lebar seiring pergeseran dua sesar yang mengapit danau.

(28)

Singkarak diapit dua sesar pisah tarik yang merupakan bagian dari segmen Sianok dan segmen Sumani yang terpisah sejauh 7,5 kilometer (Sieh & Natawidjaja, 2000). Pergerakan kedua segmen sesar tersebut yaitu segmen Sianok dan Sumani memicu gaya ekstensi atau tarikan yang membentuk sesar-sesar turun berupa membentuk graben cekungan Singkarak. Pergerakan turun dari graben tersebut akan semakin luas. Pergerakan sesar tersebut menghasilkan bentuk danau Singkarak yang semakin luas selama pergerakan segmen sesar masih aktif. Pola struktur yang terbentuk pada cekungan Singkarak menunjukkan pola yang sama dengan pola Simple Shear   dengan extention fracture  membentuk sesar turun seperti yang dijelaskan pada gambar 3.18.

Setiap kali terjadi gempa, terjadi pergeseran sesar yang bervariasi mengikuti kekuatan gempa. Total pergeseran Singkarak diperkirakan 23 kilometer hingga terbentuk danau seperti yang ada sekarang ini. Evolusi luas Danau Singkarak itu berawal dari pergeseran 3 km, kemudian berkembang menjadi 8 km, 13 km, dan sekarang ini 23 km (Sieh & Natawidjaja, 2000). Danau ini terus tumbuh, menandai pergeseran yang terus terjadi di jelaskan pada gambar 3.19. Proses tektonik yang membentuk Danau Singkarak ini juga terjadi dalam  pembentukan danau tektonik lain di Sumatera, seperti Danau Diatas dan Danau

Dibawah (Sumatera Barat) serta Danau Kerinci di Jambi.

Bentuk cekungan Singkarak setelah dilakukan rekonstruksi sayatan bawah  permukaan dihasilkan bentuknegative flower structure. Dimana terjadi penurunan  permukaan akibat gaya transtension  yang bekerja karena terjadi pergeseran dua segmen sesar Sianok dan Sumani. Pada gambar 3.19 juga dijelaskan bahwa

(29)

langkah pergeseran maka akan memben

 Pull-apart basin.

Gambar 3.19. M tarik ter

3.5.4 Sedimentas

Cekungan tar yang tinggi, pola a

edua segmen sesar bergerak ke kanan ata uk extensional bends  berupa cekungan ta

odel Evolusi yang menunjukkan pembukaan progresi isah Danau Singkarak di sepanjang zona sesar S umat

 (modifikasi dari Sieh & Natawidjaja, 2000).

i pada Cekungan Tarik Terpisah Singkarak .

ik terpisah umumnya dicirikan oleh : Pros simetri dari urut-urutan sedimen dan fas

u  right-stepping 

ik-terpisah atau

cekungan era

es pengendapan es, dan bentuk

(30)

cekungan yang menunjukkan batas dengan sesar pada bagian tepi cekungan seperti endapan kipas-kipas alluvial, limpah banjir, lakustrin, dsb. Sifat-sifat  pengandapan seperti itu juga dijumpai pada cekungan Ombilin. Berdasarkan dari data seismik dan pemboran serta perhitungan erosi yang berlangsung selama tersier, maka diperkirakan cekungan Ombilin telah menerima tidak kurang dari 9.100 meter sedimen selama pengendapannya (Asikin, 1992) dijelaskan pada gambar 3.20.

Gambar 3.20. Sedimentasi pada Pull apart basin (Asikin, 1992).

Pergerakan di sepanjang sesar  strike-slip  dapat menghasilkan beberapa  jenis cekungan tarik terpisah atau  pull-apart basin  yang dapat berupa sesar transform yang terjadi pada batas lempeng dan mempenetrasi kerak yang terfokus

(31)

hanya pada seting intraplate dan hanya mempenetrasi bagian atas dari kerak (Sylvester, 1988). Kebanyakan cekungan yang dibentuk oleh sesar mendatar memiliki ukuran relatif kecil, beberapa puluh kilometer panjangnya, meskipun  beberapa dapat mencapai ukuran hingga 50 km (Nilsen dan Sylvester, 1995).

Cekungan ini dapat menunjukkan bukti adanya relif syn-depositional atau syn-rift  lokal yang signifikan. Karena cekungan pada sesar mendatar dapat hadir dalam  beberapa seting, mereka dapat diisi baik oleh sedimen marin maupun nonmarin, tergantung pada seting yang ada. Sedimen yang dijumpai pada cekungan ini cenderung cukup tebal, karena tingkat sedimentasinya yang tinggi yang dihasilkan oleh proses pengerosian dari tinggian di sekitar cekungan ini, dan ditandai dengan adanya beberapa perbedaan fasies local (Bogs, 2006).

Sebagai contohnya untuk menggambarkan proses sedimentasi cekungan Singkarak, seperti yang di jelaskan pada gambar 3.21. Pergerakan strike-slip dari sesar San Gabriel pada zaman Pliosen-Miosen mengakibatkan terbentuknya cekungan danau dengan ukuran 15 km hingga 40 km, dimana sedimen dengan ketebalan mencapai hingga lebih dari 9000 meter terakumulasi (Bogs, 2006). Pada awalnya, cekungan danau ini terbuka dijelaskan pada gambar 3.21.A, mengijinkan sedimen deltaik dan turbidit terbentuk. Sebagai hasil dari pergeseran sesar  strike- slip selanjutnya, penyaluran sedimentasi dari luar menjadi terhambat pada bagian selatan dan cekungan danau ini menjadi sistem tertutup. Pada fase penutupan, kipas alluvial, fluvial, delta, dan sedimen barier terakumulasi di sepanjang batas dari danau ini, sedangkan lumpur silisiklastik, lumpur zeolit, dolomit, dan stromatolit terbentuk pada bagian pusat dari cekungan dijelaskan gambar 3.21.B.

(32)

Gambar 3.21. Rekonstruksi paleogeografi cekungan California, (A) Fase pembukaan pada  Deep-water Lacustrine (B) Fase penutupan pada Shallow-water Lacustrine (Boggs, 2006)

Secara garis besar proses pengendapan pada cekungan Singkarak di dominasi oleh proses syn-rift  atau syn-depositional . Dimana proses pengendapan  berlangsung bersamaan dengan proses penurunan cekungan sehingga dapat membentuk formasi batuan yang cukup tebal. Seiring dengan semakin lebar dan luas cekungan singkarak akibat pergeseran sesar mendatar. Seperti yang di  jelaskan pada gambar 3.22.

(33)

Gambar 3 sed

.22. Bentuk cekungan singkarak dan pengaruhnya ter imentasi. (Modifikasi dari Sieh & Natawidjaja, 2000)

(34)

BAB IV KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan tentang sesar mendatar dan pembentukan cekungan pada zona sesar mendatar dapat disimpulkan bahwa pembentukan cekungan atau basin  pada zona ini dipengaruhi oleh jenis mekanisme yang  bekerja apakah bersifat Transpresional atau Transtensional. Pada mekanisme

transpresional membentuk cekungan pada tepian zona pengangkatan, sedangkan  pada mekanisme transtensional membentuk cekungan pada pusat amblesan.

Pembentukan cekungan juga dipengaruhi oleh  fault bends  atau belokan sesar. Pada sistem sesar mendatar kanan jika arah belokan ke kanan akan membentuk

 Releasing bend  dan jika ke kiri maka akan membentuk Restraining bend .

Cekungan Singkarak merupakan cekungan yang bersifat tarik-terpisah atau

 pull-apart basin karena terbentuk dari segmen-segmen sesar. Secara regional cekungan ini dipengaruhi oleh  Fault bend   atau belokan sesar yang berupa

releasing bend . Pembentukan cekungan Singkarak dipengaruhi oleh mekanisme transtension dengan gaya tarikan atau ekstension yang bekerja membentuk cekungan sehingga cekungan ini mengalami amblesan dengan pusat cekungan sebagai pusat pengendapan. Secara bentukan cekungan ini berupa negative flower  structure berupa graben sesar turun. Proses pengendapan yang berlangsung pada cekungan Singkarak bersifat  syn-depositional   yaitu proses pengendapan yang  berlangsung bersamaan dengan proses penurunan cekungan.

(35)

DAFTAR PUSTAKA

Allen, P.A. & Allen, J.R. 2005.  Basin Analysis “Principle and Application”. Black Well Publishing. Victoria.

Asikin, S. 1992.  Diktat Geologi Struktur Indonesia. Jurusan Teknik Geologi Institut Teknologi Bandung.

Aydan, O. 2007.  A Reconnaisanse Report on the Singkarak Lake Earthquake. Department of Marine Civil Engineering Tokai University, Shizuoka.

Barber, A.J., Crow, M.J. & Milsom J.S. 2005. Sumatra: Geology, Resources and Tectonic Evolution. The Geological Society London. London.

Boggs, S. 2006.  Principles of Sedimentology and Stratigraphy 4th ed. Merril Publishing Company. Columbus.

Burg, J.P. 2015. Structural Geology and Tectonics. Universitat Zurich Geologices Institut Sonnegstasse. Zurich.

Christie-Blick, N. & Biddle, K.T. 1985. Deformation and Basin Formation Along Strike-Slip Faults. The Society of Economic Paleontologists and Mineralogists. New York.

Cunningham, W.D. & Mann, P. 2007. Tectonics of Strike-Slip Restraining and  Releasing Bends. The Geological Society. London.

Fossen, H. Tikoff, B. & Teissier, C. 1994. Strain Modeling of Transpression and Transtension Deformation. Norsk Geologisk Tidsskrift . Oslo.

 Nilsen, T.H. & Sylvester, A.G. 1995. Strike-slip Basins. Tectonics of Sedimentary  Basins. Blackwell Science. Oxford.

 Noor, D. 2008. Geologi untuk Perencanaan. Pakuan University Press. Bogor.

Gambar

Gambar 3.1. Seting tektonik pembentukan sesar mendatar pada skala besar (Cunningham & Mann, 2007)
Gambar 3.3. Terminologi Readel Shear (Christie-Blick & Biddle, 1985)
Gambar 3.4. Model Simple Shear  ( Harding, 1973 dalam Allen & Allen, 2005).
Gambar 3.5. Struktur penyerta pada zona sesar mendatar (Christie-Blick & Biddle, 1985)
+7

Referensi

Dokumen terkait

zat padat ini berup a flok yang terdapat di atas akan membentuk lapisa n yang dinamakan zona D. Di atas zona D terbentuk lapisan lain yaitu zona C yang

Penelitian yang dilakukan pada formasi Tomori dengan litologi batuan karbonat dan merupakan reservoir minyak yang berumur Miocene Akhir.. Stuktur ini terbentuk oleh sesar mendatar

Penelitian yang dilakukan pada formasi Tomori dengan litologi batuan karbonat dan merupakan reservoir minyak yang berumur Miocene Akhir.. Stuktur ini terbentuk oleh sesar

Untuk mengetahui mekanisme pergerakan sesar yang ditimbulkan oleh gempa bumi pada sepanjang cincin api zona selatan wilayah Jawa Barat.. khususnya dengan menggunakan

Hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa zona sesar utama Kaligarang mempunyai kinematika pergerakan sesar geser menganan pada Plio-Plistosen, yang sebelumnya pada

Rekonstruksi palinspatik pada daerah baratlaut Salawati memperlihatkan perkembangan struktur sesar-sesar naik sebagai bagian dari sistem horsetail pada SFZ yang terbentuk pada