• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konferensi Nasional Teknik Sipil 10

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Konferensi Nasional Teknik Sipil 10"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Konferensi Nasional Teknik Sipil 10

Editor :

Harijanto Setiawan

Siswadi

Ferianto Raharjo

Menuju Masyarakat Industri Konstruksi

Berdaya Saing Tinggi

dan Pembangunan Infrastruktur Berkelanjutan

Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik

Universitas Atma Jaya Yogyakarta

(2)

ix

HALAMAN JUDUL ... i

SAMBUTAN KETUA PANITIA ... iii

SAMBUTAN KETUA PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FT UAJY ... v

SAMBUTAN SEKJEN BMPTTSSI ... vii

DAFTAR ISI ... ix

KEYNOTE SPEAKER

PERKEMBANGAN TERKINI DALAM PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR YANG MELIBATKAN PARTISIPASI BADAN USAHA ... 1

Andreas Wibowo INFRASTRUCTURE FOR RESILIENT AND SUSTAINABLE GLOBAL CITY: SINGAPORE EXPERIENCE ... 11

Johannes Widodo

Topik: MANAJEMEN KONSTRUKSI

024

FAKTOR PENYEBAB DAN DAMPAK REWORK PADA KONTRUKSI GEDUNG: PENDEKATAN KAJIAN LITERATUR ... 15

Fahadila F. Remi, Yohanes L. D. Adianto dan Andreas Wibowo

025

PERANCANGAN OPERASI KONSTRUKSI PADA PROYEK JALAN LAYANG DENGAN SIMULASI ... 23

Wahana Adhi Wibowo, Aulia Rahmi Halida dan Muhamad Abduh 036 PENGENDALIAN BIAYA MENGGUNAKAN METODE NILAI HASIL PELAKSANAAN PROYEK (KASUS: PEMBANGUNAN PABRIK KELAPA SAWIT) ... 31

Robintang Tua Simarmata dan Mardiaman 039 RANCANGAN PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN ELEMEN DALAM MANAJEMEN PENGELOLAAN JEMBATAN ... 41

Paksi Aan Syuryadi 042 PERANAN PENGGUNA JASA DALAM PENERAPAN KONSEP KONSTRUKSI HIJAU DI KOTA BANDA ACEH SEBAGAI KOTA HIJAU ... 51

Buraida 044 MEKANISME KEBIJAKAN STANDARD KETAHANAN GEMPA BARU PADA BANGUNAN PUBLIK ... 57

Himawan Indarto dan Ferry Hermawan 057 PENERAPAN EARNED VALUE PADA APLIKASI MICROSOFT PROJECT SEBAGAI PENGENDALI PROYEK (STUDI KASUS PADA PROYEK DI KOTA MEDAN) ... 65

(3)

x

060

PENERAPAN VALUE ENGINEERING PADA PROYEK KONSTRUKSI DI INDONESIA ... 75

Dhani Wardhana

062

PENERAPAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI KE DALAM SISTEM

INFORMASI MANAJEMEN PROYEK KONSTRUKSI ... 85

Diki Heryadi

075

PERBANDINGAN EFEKTIFITAS PROYEK KONSTRUKSI KONTRAKTUAL DENGAN PROYEK KONSTRUKSI BERBASIS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI KABUPATEN PAMEKASAN

MADURA ... 95

Dedy Asmaroni dan Rize Ikhwan Muttaqin

082

TAKSONOMI KEWIRAUSAHAAN KORPORAT PADA BISNIS KONSTRUKSI ... 105

Harijanto Setiawan

101

KAJIAN AWAL PENYUSUNAN INSTRUMEN PENILAI JALAN HIJAU DI INDONESIA ... 115

Wulfram I. Ervianto 104

TINGKAT RISIKO FAKTOR TENAGA KERJA, MATERIAL DAN PERALATAN PADA

PROYEK KONSTRUKSI DI PROVINSI ACEH ... 121

Saiful Husin, Abdullah, Medyan Riza, Moch. Afifuddin dan Putri Zalbania

105

RISIKO EKSTERNAL PADA PELAKSANA PROYEK KONSTRUKSI DI PROVINSI ACEH ... 131

Mubarak, Saiful Husin dan Syarafina

111

KOMPARASI RISIKO BIAYA PADA PELAKSANA JASA KONSTRUKSI DALAM TIGA

PERIODE DI PROVINSI ACEH ... 139

Fachrurrazi, Febriyanti Maulina, Muhammad Jamil dan Husna Amalia

112

RISIKO PROYEK KONSTRUKSI YANG BERSUMBER DARI FAKTOR KONTRAK DAN

PERENCANAAN DI PROVINSI ACEH ... 149

Nurisra, Mahmuddin, Nurul Malahayati dan Intan Sari

113

IDENTIFIKASI TERJADINYA RISIKO KETERLAMBATAN PELAKSANAAN PADA PROYEK

KONSTRUKSI DI PROVINSI ACEH ... 159

Tripoli, Alfa Taras Bulba, Fachrurrazi dan Cut Annisa Widyasari Mastura

117

ANALISIS RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) MENGGUNAKAN

METODE HIRADC PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG ... 169

Subrata Aditama dan Rudi Waluyo

130

FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA KLAIM PADA INDUSTRI KONSTRUKSI DI BALI ... 179

(4)

131

FAKTOR YANG MENDORONG PENGADAAN INFRASTRUKTUR JALAN YANG EFISIEN

DAN EFEKTIF ... 185

Anak Agung Diah Parami Dewi dan I Putu Ari Sanjaya

139

MODEL ESTIMASI BIAYA KONSTRUKSI JALAN BETON ... 191

Fajar Sri Handayani

140

KAJIAN PENERAPAN SUSTAINABLE PUBLIC PROCUREMENT DI BALI ... 197

I Gusti Agung Adnyana Putera

146

IDENTIFIKASI FAKTOR DOMINAN PENENTUAN SUPPLIER BETON READY MIX PADA

PEKERJAAN PONDASI BANGUNAN TINGGI ... 205

Dewi Rintawati, Bambang E. Yuwono dan Ario Trihantoro

149

OPTIMASI BIAYA DALAM RANCANGAN RUMAH TINGGAL YANG EKOLOGIS ... 215

Syahreza Alvan dan Irma N. Nasution

154

IDENTIFIKASI TINGKAT KERUSAKAN BANGUNAN SEBAGAI BAGIAN DARI

PEMELIHARAAN DAN PERAWATAN GEDUNG SEKOLAH ... 223

Dewi Yustiarini

158

ANALISIS KOMPARASI PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA BERDASARKAN DATA

LAPANGAN DAN SNI PADA PEKERJAAN BANGUNAN AIR DI KABUPATEN KUNINGAN ... 229

Dikdik NS dan Anton Soekiman

160

STUDI KOMPARATIF ANTARA PELELANGAN PEKERJAAN KONSTRUKSI SECARA SISTEM KONVENSIONAL DAN PELELANGAN PEKERJAAN KONSTRUKSI

SECARA SISTEM E-PROCUREMENT ... 239

Hermansyah

169

KECENDERUNGAN PREFERENSI BUDAYA ORGANISASI LULUSAN TEKNIK SIPIL

UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA ... 249

Peter F. Kaming

179

KAJIAN IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001:2008 PADA PERUSAHAAN

JASA KONSTRUKSI ... 257

Henny Yunita dan Yohanes L. D. Adianto

180

EFEKTIVITAS METODE NILAI-HASIL UNTUK PENGENDALIAN PROYEK KONSTRUKSI ... 265

Cicillia R. Mahendraswari dan Koesmargono

197

PENENTUAN PRIORITAS PEMELIHARAAN BANGUNAN GEDUNG PUSKESMAS DI

KABUPATEN SUKOHARJO ... 275

(5)

xii

204

MODEL PENGUKURAN FAKTOR SIGNIFIKAN YANG MEMPENGARUHI KINERJA BIAYA

DAN WAKTU PROYEK KONSTRUKSI ... 283

Fahirah F, Tri Joko Wahyu Adi dan Nadjadji Anwar

207

KAJIAN PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR DENGAN PENGGUNAAN ZAKAT DI PROVINSI

SULAWESI SELATAN (Studi Kasus Proyek Jalan Maros-Pangkajene 01 Sulawesi Selatan) ... 291

Mursalim, Sakti Adji Adisasmita, Rusdi Usman Latief dan Suharman Hamzah

216

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KINERJA RANTAI PASOK HIJAU PADA

PROYEK INFRASTRUKTUR JALAN ... 301

Apsari Setiawati, Jati Utomo Dwi Hatmoko, Bagus Hario Setiadji

222

KECELAKAAN KERJA PROYEK KONSTRUKSI DI INDONESIA TAHUN 2005-2015:

TINJAUAN CONTENT ANALYSIS DARI ARTIKEL BERITA ... 311

Benny Hidayat, Rudy Ferial dan Novia Anggraini

225

PENENTUAN SKALA PRIORITAS PENANGANAN JALAN KABUPATEN PINRANG DENGAN

METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) ... 319

Irdayani

226

ANALISIS INDEKS LAPANGAN UNTUK PEKERJAAN COR BETON PADA STRUKTUR BALOK DAN PLAT GEDUNG BERTINGKAT TINGGI ... 329

Limanto S. dan Witjaksono Y.E.

229

ESTIMASI BIAYA TIDAK LANGSUNG PADA PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG

DI YOGYAKARTA ... 335

Paulus Setyo Nugroho dan Bagyo Mulyono

254

STUDI KOTA BERWAWASAN LINGKUNGAN DI INDONESIA ... 343

Wulfram I. Ervianto

260

SISTEM DINAMIK UNTUK MEMPREDIKSI HARGA SATUAN UPAH PEKERJAAN SUMBER

DAYA AIR ... 351

Hirijanto dan Sutanto Hidayat

269

ESTIMASI BIAYA KONSEPTUAL PADA JEMBATAN BETON BERTULANG BENTANG

PENDEK DENGAN METODE INDEK BIAYA ... 359

Bagyo Mulyono dan Paulus Setyo Nugroho

278

VARIABEL KOMPETENSI YANG DIBUTUHKAN DALAM MANAJEMEN KONSTRUKSI ... 367

Herry Pintardi Chandra

288

REKOMENDASI HASIL ANALISIS PENGARUH KAJIAN KUALIFIKASI PESERTA

PELELANGAN PENGADAAN JASA KONSTRUKSI TERHADAP PENINGKATAN KINERJA PEMBANGUNAN PROYEK “PENINGKATAN JALAN KABUPATEN SERANG PROVINSI

BANTEN” ... 375

(6)

289

REKOMENDASI DAMPAK HASIL ANALISIS RISIKO KETERLAMBATAN WAKTU PROSES

KONSTRUKSI YANG DILAKSANAKAN KONTRAKTOR “X” DI DKI JAKARTA ... 385

Manlian Ronald. A. Simanjuntak dan Lilis Suryani

Topik: KEAIRAN

030

ANALISIS PENDANGKALAN KOLAM DAN ALUR PELAYARAN PPN PENGAMBENGAN

JEMBRANA ... 393

Pujianiki N.N

033

ALOKASI AIR BAKU DAN IRIGASI DALAM MENGHADAPI MUSIM KERING PADA

DAS TIRO-PROVINSI ACEH ... 401

Azmeri, Ahmad Reza Kasury, Nina Shaskia dan Syamsul Bahri

048

PENGARUH KETINGGIAN TANAMAN PANDAN TIKAR (ACORUS CALAMUS) TERHADAP

TAHANAN ALIRAN PADA SALURAN TERBUKA ... 411

Maimun Rizalihadi dan Ihsan Murri

152

PENGAMATAN POLA DAN KEDALAMAN GERUSAN LOKAL (LOCAL SCOUR) PADA

MODEL ABUTMEN JEMBATAN YANG BERLUBANG (ORIFICE) ... 421

Nina Shaskia, Maimun Rizalihadi, Nurisra dan Halida Yunita

165

KAJIAN KURVA INTENSITY DURATION FREQUENCY (IDF) DENGAN PENDEKATAN

HASPERS DAN MONONOBE PADA DAS BT. OMBILIN ... 429

Zufrimar, Ridha Sari dan Elvi Syamsuir

170

ANALISIS SEDIMENTASI DAN MORFOLOGI MUARA SUNGAI IJO ... 437

Sanidhya Nika Purnomo, Wahyu Widiyanto, Tika Astritia dan Trisna Putri Pratiwi

184

POLA ALIRAN PADA BANGUNAN KANTONG LUMPUR ... 447

M. Lukman,S. Pallu, A. Thaha dan F. Maricar

189

PENGEMBANGAN MODEL SABO DAM TIPE TERBUKA UNTUK PENANGGULANGAN

ENERGI ALIRAN DEBRIS ... 455

Haeruddin C Maddi, Saleh Pallu, Arsyad Thaha dan Rita Lopa

215

PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN KOEFISIEN REGIM SUNGAI BENGAWAN SOLO

HULU (DAS NGREMBANG) ... 465

Titiek Widyasaridan Mega Novita

227

EVALUASI KINERJA JARINGAN IRIGASI DI. KATON KOMPLEKS DI KABUPATEN

LOMBOK TENGAH ... 473

Siti Nurul Hijah dan Lalu Siswadi

259

PENANGANAN BANJIR PADA JARINGAN DRANASE MENGGUNAKAN EPA SWMM

(Studi Kasus : Perumahan Mutiara Witayu Pekanbaru) ... 483

(7)

xiv

261

STUDI KOMPARASI PEMODELAN HIDROLOGI DAN PEMODELAN HIDROLIKA DALAM

MEMPREDIKSI BANJIR ... 493

Riza Inanda Siregar dan Ivan Indrawan

Topik: KAWASAN DAN LINGKUNGAN

038

THE EFFECT OF THERMAL ACTIVATION TIME AND DIFFERENT TYPE OF FLY ASH

ON MORTAR ... 501

Evi Aprianti dan Suharman Hamzah

094

PERENCANAAN DAN PEMANFAAN LIMBAH PADAT DAN LIMBAH CAIR PASAR HEWAN

BOLU ... 507

Reni Oktaviani Tarru, Harni Eirene Tarru, Asviart dan Agung Rantelangan

107

PERENCANAAN DESAIN TANGKI SEPTIK KOMUNAL DI KAMPUNG CIHIRIS, DESA

CISARUA, KECAMATAN NANGGUNG, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT ... 513

Femylia Nur Utama, Lina Ariyani, Yanuar Chandra Wirasembada dan Yudi Chadirin

121

PERENCANAAN SISTEM PERPIPAAN AIR LIMBAH DOMESTIK UNTUK TANGKI SEPTIK

KOMUNAL DI KAMPUNG CIHIRIS, KABUPATEN BOGOR ... 523

Lina Ariyani, Femylia Nur Utama, Yanuar Chandra Wirasembada dan Yudi Chadirin

126

ANALISIS REDUKSI TIMBULAN SAMPAH PERKOTAAN DENGAN BANK SAMPAH ... 533

Ida Ayu Rai Widhiawati

185

IDENTIFIKASI MUNCULNYA RUMAH KUMUH BERDASARKAN SUDUT PANDANG

KEPENTINGAN PENGHUNI MENGGUNAKAN ROOT CAUSE ANALYSIS ... 539

Kemala Jeumpa dan Rumilla Harahap

187

STUDI PENERAPAN LEED (LEADERSHIP IN ENERGY AND ENVIRONMENTAL DESIGN)

PADA PROYEK X TOWER – JAKARTA ... 545

Johny Johan dan Giovanno Standy Tandaju

205

PENENTUAN PRODUKSI EMISI GAS METHAN SANITARY LANDFILL DI TPA BONTANG

LESTARI KOTA BONTANG ... 555

Siti Hamnah Ahsan, Salama Manjang, Wihardi Tjarongedan Syafaruddin

212

EVALUASI PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG 18-2008 PADA SISTEM SANITARY LANDFILL ... 563

Djoko Suwarno

213

PERENCANAAN TEMPAT PENGOLAHAN AKHIR JATIBARANG KOTA SEMARANG

DENGAN SISTEM SANITARY LANDFILL ... 571

Yeremia Susanto, Rangga Wibisono, Djoko Suwarno dan Budi Setiyadi

220

STUDI SISTEM PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KABUPATEN TABANAN ... 581

(8)

246

STUDI DAMPAK RENCANA PEMBANGUNAN BANDARA DAN INDUSTRI BAJA DI KULON

PROGO TERHADAP KAWASAN PERKOTAAN YOGYAKARTA ... 591

Amos Setiadi

274

PEMANFAATAN DATA SEA SURFACE TEMPERATURE UNTUK ANALISIS PENYEBAB

PENURUNAN PRODUKSI MUTIARA DI PERAIRAN LOMBOK ... 599

Atas Pracoyo, Yusron Saadi dan Wakidi

Topik: REKAYASA DAN MANAJEMEN INFRASTRUKTUR

049

STRATEGI PENGADAAN UNTUK PEMELIHARAAN BANGUNAN GEDUNG DI PERGURUAN

TINGGI (STUDI KASUS INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG) ... 609

Novya Ekawati dan Muhamad Abduh

077

ANALISIS KELEMBAGAAN DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JARINGAN

UTILITAS TERPADU DI KABUPATEN BADUNG ... 617

Anom Wiryasa

151

PEMETAAN KOTA BERBASIS DESA/KELURAHAN STUDI KASUS KOTA PROBOLINGGO ... 627

(9)

Konferensi Nasional Teknik Sipil 10

Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 26-27 Oktober 2016

ISBN: 978-602-60286-0-0 581

STUDI SISTEM PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KABUPATEN TABANAN

Kadek Diana Harmayani

Jurusan Teknik Sipil, Universitas Udayana, Kampus Bukit Jimbaran, Badung, Bali Email: kdharmayani@yahoo.com

ABSTRAK

Kabupaten Tabanan merupakan salah satu Kabupaten yang ada di provinsi Bali. Kabupaten Tabanan terbagi menjadi 10 Kecamatan dan beribukota di Kota Tabanan. Luas wilayah kabupaten Tabanan adalah 839,33 km2 dengan jumlah penduduk sebanyak 448.033 jiwa. Seiring dengan pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi dan pergeseran gaya hidup masyarakat yang lebih konsumtif, mengakibatkan semakin bertambahnya volume sampah yang harus ditangani. Akan tetapi, pelayanan persampahan yang diberikan oleh pihak pemerintah dalam hal ini adalah Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kabupaten Tabanan belum bisa menjangkau seluruh wilayah Kabupaten Tabanan. DKP Kabupaten Tabanan baru bisa melayani 2 kecamatan, yaitu Kecamatan Tabanan dan Kecamatan Kediri. Sehingga diperlukan suatu studi akan sistem pelayanan sampah yang tepat, guna pengoptimalisasian pelayanan di seluruh wilayah kabupaten Tabanan. Studi ini didahului dengan pengumpulan data, baik itu data sekunder maupun primer. Data sekunder seperti misalnya data kependudukan dan juga peta wilayah administrasi. Sementara pengambilan data primer yang dilakukan adalah observasi langsung ke lapangan dan juga survey timbulan sampah yang dilakukan tersebar di beberapa lokasi padat di Kota Tabanan dan sekitarnya. Total timbulan sampah yang terjadi adalah 2.53 liter/orang/hari. Timbulan sampah ini terdiri dari sampah organik 1.43 liter/orang/hari, dan sampah anorganik sebesar 1.08 liter/orang/hari. Sisanya sebesar 0.02 liter/orang/hari adalah merupakan sampah B3. Sementara itu, komposisi sampah di Kabupaten Tabanan 55% adalah sampah organik, 25% sampah plastik, 11% kertas karton, sisanya 9% berupa tekstil, stereoform, kulit, besi dan botol kaca. Hasil dari studi ini menyimpulkan sistem pelayanan persampahan di Kabupaten Tabanan bisa dibagi menjadi 3 wilayah pelayanan dengan masing-masing mempunyai Tempat Pemrosesan Sampah Akhir (TPA) sendiri di setiap wilayah pelayanan.

Kata kunci: Kabupaten Tabanan, Timbulan sampah, Komposisi sampah, Sistem pelayanan, TPA.

1.

PENDAHULUAN

Kabupaten Tabanan merupakan salah satu Kabupaten yang ada di provinsi Bali. Luas wilayah kabupaten Tabanan adalah 839,33 km2 dengan jumlah penduduk sebanyak 448.033 jiwa (data pengolahan hasil regristrasi per Kecamatan akhir tahun 2013). Kabupaten Tabanan terbagi menjadi 10 Kecamatan dan beribukota di Kota Tabanan. Adapun kepadatan penduduk di ibukota tersebut adalah sebesar 590,41 jiwa/km. Kondisi ini memberikan pengaruh terhadap berbagai sector yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat, salah satunya adalah dengan penyediaan infrastruktur perkotaan, termasuk di dalamnya adalah persampahan. Masalah persampahan sangat erat kaitannya dengan perkembangan demografi dan perilaku masyarakat dalam pola penanganan sampah eksisting. Umumnya kota-kota di Indonesia memiliki sistem penanganan sampah dengan metode penanganan yang kurang tepat, yaitu dengan metode kumpul-angkut-buang. Sampah selalu diidentikkan dengan barang sisa atau hasil buangan tak berharga. Seiring dengan pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi dan pergeseran gaya hidup masyarakat yang lebih konsumtif, akan mengakibatkan semakin bertambahnya volume sampah yang harus ditangani. Sampah organic (sampah makanan dan sampah halaman) diharapkan dapat diolah pada tataran sumber atau pada skala komunal, begitu pula dengan pemilahan sampah anorganic yang masih dapat didaur ulang seperti misalnya sampah kertas, sampah plastic, sampah logam dan sampah gelas.

Wilayah Pelayanan Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kabupaten Tabanan hanya di dua Kecamatan yaitu Kecamatan Tabanan dan Kecamatan Kediri, juga di setiap pasar kecamatan yang ada di Kabupaten Tabanan. Tentu saja pelayanan ini sangat kurang karena belum menjangkau keseluruhan dari wilayah kabupaten. Hal ini perlu perhatian yang lebih serius dalam hal sistem pelayanan yang lebih efektif yang nantinya bisa melayani keseluruhan wilayah dari Kabupaten Tabanan sehingga tercapai Kabupaten Tabanan yang asri dan bebas dari sampah. Di samping itu permasalahan yang sangat mendesak yang perlu diperhatikan adalah masalah Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) yang ada di Mandung, Kecamatan Kerambitan. TPA di Mandung ini sudah overload, sehingga harus dicarikan solusi yang tepat untuk penanganan sampah di tahun-tahun berikutnya. Untuk tujuan tersebut maka

(10)

ISBN: 978-602-60286-0-0 diperlukan suatu studi akan sistem pelayanan yang tepat, guna pengoptimalisasian pelayanan persampahan di Kabupaten Tabanan.

2.

MATERI DAN METODE

Pengertian Sampah

Pada dasarnya definisi sampah secara umum yang kita ketahui adalah barang yang sudah tidak berguna. Pengertian sampah yang lain, sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri dari bahan organik dan bahan anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan (Standar Nasional Indonesia No. 19-3964-1994, 1994).

Jenis Sampah

Berdasarkan jenisnya, sampah khususnya sampah padat dapat digolongkan sebagai berikut:

1. Sampah organik merupakan jenis sampah yang terdiri dari bahan-bahan penyusun tumbuhan dan hewan yang diambil dari alam atau dihasilkan dari kegiatan pertanian, perikanan atau yang lainnya. Sampah ini dengan mudah diuraikan dengan proses alami. Contohnya daun-daun kering, kayu, sayur-sayuran busuk, buah-buahan busuk, dan jenis lain yang mudah diuraikan dengan proses alami dan dapat dijadikan kompos.

2. Sampah anorganik merupakan jenis sampah yang berasal dari sumber daya alam tak terbarui seperti mineral dan minyak bumi atau dihasilkan dari proses industri. Beberapa bahan seperti ini tidak terdapat di alam, yaitu plastik dan aluminium. Sebagian zat anorganik secara keseluruhan tidak dapat diuraikan oleh alam, sedang sebagian yang lain hanya diuraikan secara lambat. Sampah jenis ini pada tingkat rumah tangga berupa:botol, botol plastik, tas plastik, kaleng, dan kaca.

Timbulan Sampah

Berdasarkan SNI 19-2454-2002 tentang Tata cara Pengelolaan Sampah Perkotaan, timbulan sampah adalah banyaknya sampah yang timbul dari masyarakat dalam satuan volume maupun berat per kapita perhari, atau perluas bangunan, atau perpanjang jalan. Dalam satuan volume, sampah yang diukur harus diperhatikan derajat kepadatannya. Prakiraan jumlah timbulan sampah baik untuk masa sekarang maupun dimasa mendatang merupakan dasar dari perancangan pengelolaan persampahan. Besarnya timbulan sampah dapat diketahui dengan metode pengambilan dan pengukuran contoh timbulan dan komposisi sampah.

Survey Timbulan Sampah

Survey timbulan sampah diperlukan untuk mendapatkan data timbulan sampah yang real dalam suatu wilayah. Tahapan kegiatan survey adalah membuat dokumen untuk survey juga perijinan yang diperlukan. Selanjutnya melakukan kajian awal dari kondisi lokasi seperti misalnya jumlah warga, kriteria permukiman, penentuan rumah yang akan dipakai sebagai pengambilan contoh sampah. Perlengkapan yang diperlukan untuk survey timbulan sampah adalah kantong plastik dengan volume 40 liter, Timbangan (0 - 5) kg dan (0 - 100) kg, alat pengukur volume contoh berupa bak berukuran 1,0 m x 0,5 m x 1,0 m yang dilengkapi dengan skala tinggi, juga dipersiapkan alat pemindah seperti sekop dan juga sarung tangan. Survey dilakukan selama 8 hari berturut-turut sebagai contoh dimulai dari hari Senin ke Senin lagi. Cara survey adalah membagikan kantong plastik yang sudah diberi tanda yang berbeda untuk sampah organik dan anorganik kepada penghasil sampah sehari sebelum pengambilan sampah.Mencatat data kependudukan di setiap responden. Sehari setelah pembagian kantong plastik, kantong plastik yang sudah terisi sampah dikumpulkan di tempat pengukuran untuk ditimbang dan dicatat berat sampahnya. Sementara itu, untuk mengukur dan mencatat volume, sampah dituang ke dalam kotak yang berukuran 40 liter, dihentakkan tiga kali dengan mengangkat kotak setinggi 20 cm. Penentuan komposisi sampah adalah dengan cara memilah sampah berdasar komponen sampah (sisa makanan, daun, kertas, kayu, kain, karet, plastik, logam, kaca dll) timbang setiap komponen dan hitung prosentasi masing-masing komposisi sampah.

Proyeksi Penduduk

Perhitungan proyeksi jumlah penduduk dapat berdasarkan pendekatan metode aritmatik, geometrik, dan least square. Namun metode yang biasa di gunakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) adalah metode geometrik.

a. Metode Aritmatik

Metode ini dianggap baik untuk kurun waktu yang pendek sama dengan kurun waktu perolehan data. Persamaan yang digunakan adalah:

(11)

583

ISBN: 978-602-60286-0-0

Dengan Pn= jumlah penduduk pada tahun ke n ( jiwa), Po= jumlah penduduk pada tahun data (jiwa) Ka = rata-rata

pertambahan penduduk dari tahun data sampai tahun ke n ( jiwa/tahun), Tn = tahun ke n, To = tahun data.

b. Metode Geometrik

Metode ini menganggap bahwa perkembangan atau jumlah penduduk akan secara otomatis bertambah dengan sendirinya dan tidak memperhatikan penurunan jumlah penduduk. Persamaan yang digunakan adalah:

P

n

= P

o

(1 + r )

n

Dengan Pn = jumlah penduduk pada tahun ke n (jiwa), Po = jumlah penduduk pada tahun dasar (jiwa), r = laju

pertumbuhan penduduk per tahun, dan n = jumlah interval tahun.

c. Metode Least Square

Metode ini merupakan metode regresi untuk mendapatkan hubungan antara sumbu Y dan sumbu X dimana Y adalah jumlah penduduk dan X adalah tahunnya dengan cara menarik garis linier antara data-data tersebut dan meminimumkan jumlah pangkat dua dari masing-masing penyimpangan jarak data-data dengan garis yang dibuat. Persamaan yang digunakan adalah:

Y = a + b

n

Dengan a =

b =

Y = Jumlah penduduk n = Jumlah interval tahun

Metode yang dipilih adalah metode yang mempunyai nilai regresi terbesar. Nilai regresi ini kemudian digunakan sebagai persamaan untuk menentukan jumlah penduduk tiap tahun yang dikehendaki.

Laju Timbulan Sampah

Laju timbulan sampah (Cs) dihitung dengan menggunakan data tingkat pertumbuhan penduduk, pertumbuhan

sektor industri, pertumbuhan sektor pertanian, dan laju peningkatan pendapatan per kapita.

Dengan Cs = timbulan sampah; Ci = pertumbuhan industri; Cp = pertumbuhan pertanian; Cqn = peningkatan

pendapatan per kapita; p = pertumbuhan penduduk.

Teknik Operasional

Sebelum sampah diangkut menuju Tempat Pemrosesan Akhir (TPA), sampah-sampah tersebut melewati beberapa tahap sebagai berikut:

1. Tahap pewadahan sampah: pewadahan sampah adalah aktivitas menampung sampah sementara yang dilakukan oleh penghasil sampah (sumber sampah) dengan menggunakan tempat sampah yang besarnya disesuaikan dengan tingkat volume sampah yang dihasilkan masing-masing sumber sampah.

2. Tahap pengumpulan sampah: pengumpulan sampah adalah aktivitas penanganan yang tidak hanya mengumpulkan sampah dari wadah individual dan atau dari wadah komunal (bersama) melainkan juga mengangkutnya ke tempat terminal tertentu, baik dengan pengangkutan langsung maupun tidak langsung (SNI, 2002).

3. Pemindahan sampah: pemindahan sampah adalah kegiatan memindahkan sampah hasil pengumpulan ke dalam alat pengangkut untuk dibawa ke tempat pembuangan akhir.

4. Tahap pengangkutan sampah: pengangkutan sampah adalah kegiatan membawa sampah dari lokasi pemindahan atau langsung dari sumber sampah menuju tempat pembuangan akhir.

Pengolahan Sampah

Pengolahan sampah adalah kegiatan untuk mengubah karakteristik, komposisi dan jumlah sampah agar dapat diproses lebih lanjut, dimanfaatkan atau dikembalikan ke media lingkungan secara aman. Prinsip pengolahan sampah adalah mengedepankan pemanfaatan sampah sebagai sumber daya sehingga sampah yang dibuang ke TPA menjadi lebih sedikit walaupun terdapat kemungkinan mendapat nilai tambah dari hasil penjualan produk pengolahan atau daur ulang. Langkah utama adalah pemilahan sejak dari sumbernya. Upaya mereduksi sampah akan menimbulkan manfaat jangka panjang seperti: mengurangi biaya pengelolaan dan investasi, mengurangi potensi

(12)

ISBN: 978-602-60286-0-0 pencemaran air dan tanah, memperpanjang usia TPA, mengurangi kebutuhan sarana sistem kebersihan, dan menghemat pemakaian sumber daya alam.

Teknik-teknik pengolahan dan pemanfaatan sampah antara lain menerapkan prinsip 3R yang terdiri dari :

1. Reduce; merupakan prinsip pengelolaan sampah dengan cara mengurangi. jumlah sampah dan menghemat pemakaian barang. Dalam kehidupan sehari-hari dapat diterapkan dengan memilih pruduk ramah lingkungan, membawa tas belanja saat ke pasar sehingga dapat mengurangi sampah plastik dan mencegah pemakaian styrofoam.

2. Reuse; merupakan usaha dalam mencegah terjadinya sampah dengan cara menggunakan kembali satu jenis produk secara berulang. Barang yang masih dapat digunakan jangan langsung dibuang, tetapi sebisa mungkin untuk dapat digunakan kembali. Misalnya menulis pada kedua sisi kertas dan menggunakan botol isi ulang (refill). Menggunakan barang yang sudah tidak sesuai fungsinya untuk fungsi yang lain merupakan cara memperpanjang umur produk dan mencegahnya menjadi sampah.

3. Recycle; merupakan prinsip pengelolaan sampah dengan cara melakukan daur ulang sampah, misalnya sampah kertas, sampah kemasan plastik mie instan, sabun, minyak, dan lain-lain dapat dibuat hasta karya. Sampah organik dapat dibuat kompos dan digunakan sebagai penyubur tanaman maupun penghijauan.

Manajemen Pengelolaan Persampahan

Manajemen pengelolaan sampah merupakan faktor yang penting sebagai pedoman dalam mengatasi masalah persampahan. Dengan manajemen pengelolaan yang tepat permasalahan sampah dapat diatasi. Manajemen persampahan adalah pengelolaan persampahan yang mempunyai lingkup daerah yang disebut sistem, yaitu terdiri dari komponen-komponen yang saling berinteraksi membentuk kesatuan dan mempunyai tujuan. Bentuk interaksi mempunyai ketentuan dan keteraturan tertentu. Komponen yang mempunyai bentuk tersebut di atas disebut sub sistem sedangkan komponen yang mempunyai tujuan sama tetapi bentuk interaksi tidak mematuhi aturan yang berlaku disebut lingkungan internal. Dalam sistem pengelolaan persampahan dapat dikategorikan menjadi 5 subsistem yaitu: sub sistem organisasi, sub sistem teknik operasional, sub sistem pembiayaan/retribusi, sub sistem pengaturan/payung hukum, dan sub sistem peran serta masyarakat yang merupakan komponen lingkungan internal.

3.

TAHAPAN PENELITIAN

Secara keseluruhan kegiatan ini dilakukan dengan metodologi mengikuti tahapan seperti terlihat pada Gambar 1

(13)

585

ISBN: 978-602-60286-0-0

4.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Survey timbulan sampah dilakukan pada sepuluh desa yang tersebar di daerah Kecamatan Tabanan dan Kecamatan Kediri yang merupakan daerah yang paling padat penduduknya di Kabupaten Tabanan. Survey dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan, mendapatkan hasil sesuai dengan Tabel 1.

Tabel 1. Hasil perhitungan timbulan sampah di Kabupaten Tabanan

No Nama Desa Volume (Liter/orang/hari) TOTAL

Organik (Liter) Anorganik (Liter) B3 (Liter)

1 Den Bantas 1.37 1.76 0.003 3.14 2 Dajan Peken 1.02 1.23 0.018 2.27 3 Delod Peken 1.07 1.33 0.009 2.41 4 Gubug 1.88 1.50 0.020 3.40 5 Kediri 1.15 1.88 0.025 3.06 6 Banjar Anyar 0.31 0.81 0.000 1.12 7 Dauh Peken 0.73 2.37 0.000 3.11 8 Abian Tuwung 1.01 1.11 0.035 2.16 9 Bongan 1.14 1.39 0.020 2.55 10 Sudimara 1.10 0.88 0.018 2.00 Sumber: Analisis, 2015

Volume timbulan sampah rata-rata yang terjadi di Tabanan bisa diuraikan sebagai berikut: Sampah organik sebesar 1,076 Liter/orang/hari; Sampah anorganik sebesar 1,432 Liter/orang/hari;Sampah B3 sebesar 0,015 Liter/orang/hari Jadi total timbulan sampah rata-rata di Kabupaten Tabanan adalah 2,253 Liter/orang/hari. Sementara itu, untuk komposisi sampah di Kabupaten Tabanan bisa dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Komposisi Sampah Kabupaten Tabanan

Jenis Sampah Persentase Komposisi

organik 54.73 Plastik 25.57 Kertas Karton 4.71 Kain/Textil 0.96 Sterofoam 0.07 Karet 0.00 Kulit 0.00 logam besi 0.66 Botol Kaca 11.32 dll (keramik/tanah/batu/pasir) 0.15 B3 1.85 Sumber: Analisis, 2015

Dari data Balai Pusat Statistik (BPS) didapatkan pertambahan penduduk rata-rata dari tahun 2004 - 2013 adalah 5589,78 jiwa/tahun. Sehingga rata-rata tingkat pertumbuhan penduduk berdasarkan trend pertumbuhan penduduk untuk keseluruhan Kabupaten Tabanan adalah 1.33%. Berdasarkan tingkat pertumbuhan penduduk tersebut didapatkan proyeksi jumlah penduduk Kabupaten Tabanan hingga tahun 2035 dengan menggunakan metode Geometri. Proyeksi tersebut bisa dilihat paga Gambar 2.

(14)

ISBN: 978-602-60286-0-0 0 100000 200000 300000 400000 500000 600000 700000 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035 Ju m lah P en d u d u k Tahun

Gambar 2. Proyeksi jumlah penduduk Kabupaten Tabanan

Laju pertumbuhan timbulan sampah didapatkan sebesar 1,04%/tahun, maka dapat diproyeksikan jumlah sampah yang akan dihasilkan di Kabupaten Tabanan hingga tahun 2035 adalah seperti pada Gambar 3. Hasil proyeksi menunjukkan pada tahun 2035, jumlah penduduk Kabupaten Tabanan berjumlah 601.896 jiwa dengan jumlah timbulan sampah sebesar 1922,49 m3/hari

Gambar 3. Proyeksi Timbulan Sampah Kabupaten Tabanan

Tanggung jawab pengelolaan persampahan di Kabupaten Tabanan ada pada masyarakat dan pemerintah. Masyarakat ikut mengelola persampahannya dari tingkat sumber, hingga pengelolaan di TPS 3R, dan pemerintah mengelola persampahan terpusat yaitu sampai di TPA. Baik penanganan oleh masyarakat maupun oleh pemerintah akan menghasilkan produk kompos dan daur ulang, sedangkan sisanya (residu). Residu inilah yang kemudian ditimbun (landfill) di TPA, dimana pihak yang bertanggung jawab terhadap landfill adalah pemerintah. Dalam perencanaan, residu yang tertampung di TPA adalah sebesar 25% dari total sampah yang dihasilkan baik dari TPS 3R maupun dari pengelolaan TPA sendiri. Masing-masing TPS 3R dan TPA mengelola 50% dari total sampah yang terjadi. Perhitungan kebutuhan lahan TPA untuk landfill kemudian dihitung dalam Ha dengan memperhatikan faktor kompaksi tiga kali dari volume sampah awal dan juga faktor lahan yaitu 0,7, sedangkan untuk tinggi landfill direncanakan setinggi 15 meter sesuai dengan daya dukung tanah.

(15)

587

ISBN: 978-602-60286-0-0

Gambar 4. Pembagian Tiga Wilayah Pelayanan Persampahan di Kabupaten Tabanan

RTRW pemerintah Kabupaten Tabanan menyebutkan bahwa pengembangan TPA hanya dialokasikan pada satu tempat yaitu di Mandung, Kecamatan Kerambitan. Akan tetapi, melihat dari proyeksi timbulan sampah, sampai tahun akhir perencanaan yaitu tahun 2035 sebesar 1922,5 m3/hari, terlihat bahwa dari tahun ke tahun TPA Mandung tidak akan mampu menampung sisa residu dari total sampah di Kabupaten Tabanan. Total luas lahan yang diperlukan sampai tahun rencana adalah sebesar 15,76 Ha. Sementara itu, lahan yang tersedia hanya sekitar 2,75 Ha. Keterbatasan lahan di TPA Mandung ini memunculkan gagasan alternatif yaitu dengan membuka lahan di beberapa tempat lain untuk bisa digunakan sebagai landfill. Dilihat dari sisi geografis wilayah Kabupaten Tabanan, maka dalam perencanaan ini, wilayah Tabanan dibagi menjadi tiga wilayah utama dalam pembagian wilayah pelayanan dengan masing-masing memiliki lahan TPA tersendiri. Wilayah I terdiri dari Kecamatan Tabanan, Kediri, dan Kerambitan dengan TPA di Mandung, Wilayah II terdiri dari Kecamatan Marga, Penebel, Baturiti dengan lahan TPA di Baturiti, sedangkan Wilayah III terdiri dari Kecamatan Selemadeg, Selemadeg Barat, Selemadeg Timur, dan Pupuan dengan TPA di Pupuan. Gambar dari pembagian wilayah Kabupaten Tabanan bisa dilihat pada Gambar 4. Terbaginya Tabanan menjadi tiga wilayah pelayanan ini memungkinkan pihak Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Tabanan untuk mengelola persampahan seluruh wilayah Kabupaten dengan baik. Konsentrasi jumlah proyeksi penduduk juga timbulan sampah yang dihasilkan selama tahun perencanaan di masing-masing wilayah rencana seperti yang terlihat pada Gambar 5 dan Gambar 6.

0 50000 100000 150000 200000 250000 300000 2015 2017 2019 2021 2023 2025 2027 2029 2031 2033 2035 Ju m la h P e n d u d u k ( ji w a) Tahun Rencana Wilayah I Wilayah II Wilayah III

(16)

ISBN: 978-602-60286-0-0 0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 2015 2017 2019 2021 2023 2025 2027 2029 2031 2033 2035 T im b u la n S am p ah ( m 3 /h ar i) Tahun Perencanaan Wilayah I Wilayah II Wilayah III

Gambar 6. Proyeksi Timbulan Sampah di Tiga Wilayah Pelayanan

Dari timbulan sampah yang terjadi di masing-masing wilayah bagian ini, didapatkan luas lahan TPA yang diperlukan di setiap wilayah pelayanan. Wilayah pelayanan I, sampai tahun perencanaan 2035 Luas lahan TPA yang dibutuhkan adalah seluas 5,52 Ha. Wilayah pelayanan II, luas lahan TPA yang dibutuhkan adalah seluas 4,12 Ha, sedangkan Wilyah pelayanan III, luas lahan TPA yang diperlukan adalah seluas 2,88 Ha.

Adanya pembagian wilayah ini, mengharuskan pihak DKP Kabupaten Tabanan dari sisi kelembagaan untuk menambahkan dua buah Unit Pelayanan Teknis (UPT) di dua wilayah pelayanan tambahan yaitu Wilayah Pelayanan II dan Wilayah Pelayanan III, sehingga untuk masalah operasional pelayanan bisa menjangkau keseluruhan wilayah Kabupaten Tabanan. Begitu juga dengan masalah peraturan, tentunya diperlukan evaluasi Perda yang lama untuk bisa direvisi dan dibuat Perda baru baik yang terkait dengan kelembagaan, operasional, dan biaya. Dalam hal kaitannya dengan masyarakat sendiri, tetap diperlukan kerjasama dan partisipasi terutama dalam program pemilahan sampah 3R.

5.

KESIMPULAN

Dari studi yang dilakukan ini didapatkan kesimpulan:

a. Volume timbulan sampah rata-rata yang terjadi di Tabanan bisa diuraikan sebagai berikut: Sampah organik sebesar 1,076 Liter/orang/hari; Sampah anorganik sebesar 1,432 Liter/orang/hari;Sampah B3 sebesar 0,015 Liter/orang/hari. Jadi total timbulan sampah rata-rata di Kabupaten Tabanan adalah 2,253 Liter/orang/hari. Dengan laju timbulan sampah yang sebesar 1,04% maka dapat diproyeksikan jumlah sampah yang akan dihasilkan di Kabupaten Tabanan hingga tahun 2035 adalah sebesar 1922,49 m3/hari.

b. Wilayah pelayanan Kabupaten Tabanan dibagi menjadi tiga wilayah pelayanan untuk menyiasati keterbatasan lahan TPA yang dimiliki. Wilayah I terdiri dari Kecamatan Tabanan, Kediri, dan Kerambitan dengan TPA di Mandung, Wilayah II terdiri dari Kecamatan Marga, Penebel, Baturiti dengan lahan TPA di Baturiti, sedangkan Wilayah III terdiri dari Kecamatan Selemadeg, Selemadeg Barat, Selemadeg Timur, dan Pupuan dengan TPA di Pupuan. Diperlukan tambahan dua buah Unit Pelayanan Teknis (UPT) di dua wilayah pelayanan tambahan yaitu Wilayah Pelayanan II dan Wilayah Pelayanan III.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Kabupaten Tabanan. (2014). Tabanan dalam Angka 2014, Tabanan.

Departemen Pekerjaan Umum. (2014). Tata Cara Perencanaan Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 3R Berbasis Masyarakat.

Departemen Pekerjaan Umum. (2014). Tata Cara Pelaksanaan pembangunan fasilitas Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 3R.

Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum. (2011). Sosialisasi Keteknisan Bidang PLP, Materi Bidang Sampah

Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum. (2011). Sosialisasi Keteknisan Bidang PLP, Materi Bidang Sampah II

(17)

589

ISBN: 978-602-60286-0-0

Kementerian Pekerjaan Umum. (2013). Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomer 03/PRT/M/2013 Tentang Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan Dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.

Pemerintah Republik Indonesia. (2008). Undang-Undang Republik Indonesia No.18 Tahun 2008, Tentang Pengelolaan Sampah, Jakarta

Pemerintah Kabupaten Tabanan. (2009). Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tabanan, Tabanan.

Satker Pengembangan Air Minum dan Sanitasi Bali, Direktorat Jendral Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. (2015). Fasilitas Penyusunan Perencanaan Teknis dan Manajemen Persampahan (PTMP) Kabupaten Tabanan.

Standar Nasional Indonesia. (1994). Metode Pengambilan dan Pengangkutan Contoh Timbulan dan Komposisi Sampah Perkotaan, Badan Standarisasi Nasioanal, Jakarta.

Standar Nasional Indonesia. (1995). Spesifikasi Timbulan Sampah Untuk Kota Kecil dan Sedang di Indonesia, Badan Standarisasi Nasional Jakarta.

Standar Nasional Indonesia. (2001). Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan, Badan Standarisasi Nasional. Jakarta.

Gambar

Gambar 1. Bagan Alir Penelitian
Tabel 1. Hasil perhitungan timbulan sampah di Kabupaten Tabanan
Gambar 3. Proyeksi Timbulan Sampah Kabupaten Tabanan
Gambar 4. Pembagian Tiga Wilayah Pelayanan Persampahan di Kabupaten Tabanan
+2

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan Tingkat Upah dengan Produktivitas Tenaga Kerja Pada Perusahaan Kecap Sumber Rasa di Desa Temukus Tahun 2014 menunjukkan bahwa rata-rata produktivitas tenaga kerja

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul ”

Dari perancangan kampanye untuk mendukung pelestarian Badak Bercula Satu yang telah dilakukan dan berdasarkan hasil dari pengujian, dapat ditarik kesimpulan bahwa

Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dari hasil post-test siswa, dapat disimpulkan bahwa: (1) Rata-rata hasil belajar siswa kelas III A Sekolah Dasar Negeri 14

Hal tersebut disebabkan adanya modal sosial atau sumber daya sosial yang kuat dimiliki, baik itu berupa kepercayaan sesama anggota koperasi dan pengurus

b) Desain kontrol optimal PSS dan FACTS menggunakan Craziness Particle Swarm Optimization (CRPSO) pada sistem interkoneksi Jawa-Bali 500 kV [8], didapatkan hasil penalaan

Maharaja Sri Jayasakti adalah seseorang yang mempunyai kedudukan sebagai raja pada masa pemerintahan kerajaan Bali Kuno yang berkisar dari tahun 1055 M sampai tahun 1072