Konferensi Nasional Teknik Sipil 10
Editor :
Harijanto Setiawan
Siswadi
Ferianto Raharjo
Menuju Masyarakat Industri Konstruksi
Berdaya Saing Tinggi
dan Pembangunan Infrastruktur Berkelanjutan
Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Atma Jaya Yogyakarta
ix
HALAMAN JUDUL ... i
SAMBUTAN KETUA PANITIA ... iii
SAMBUTAN KETUA PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FT UAJY ... v
SAMBUTAN SEKJEN BMPTTSSI ... vii
DAFTAR ISI ... ix
KEYNOTE SPEAKER
PERKEMBANGAN TERKINI DALAM PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR YANG MELIBATKAN PARTISIPASI BADAN USAHA ... 1Andreas Wibowo INFRASTRUCTURE FOR RESILIENT AND SUSTAINABLE GLOBAL CITY: SINGAPORE EXPERIENCE ... 11
Johannes Widodo
Topik: MANAJEMEN KONSTRUKSI
024
FAKTOR PENYEBAB DAN DAMPAK REWORK PADA KONTRUKSI GEDUNG: PENDEKATAN KAJIAN LITERATUR ... 15Fahadila F. Remi, Yohanes L. D. Adianto dan Andreas Wibowo
025
PERANCANGAN OPERASI KONSTRUKSI PADA PROYEK JALAN LAYANG DENGAN SIMULASI ... 23Wahana Adhi Wibowo, Aulia Rahmi Halida dan Muhamad Abduh 036 PENGENDALIAN BIAYA MENGGUNAKAN METODE NILAI HASIL PELAKSANAAN PROYEK (KASUS: PEMBANGUNAN PABRIK KELAPA SAWIT) ... 31
Robintang Tua Simarmata dan Mardiaman 039 RANCANGAN PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN ELEMEN DALAM MANAJEMEN PENGELOLAAN JEMBATAN ... 41
Paksi Aan Syuryadi 042 PERANAN PENGGUNA JASA DALAM PENERAPAN KONSEP KONSTRUKSI HIJAU DI KOTA BANDA ACEH SEBAGAI KOTA HIJAU ... 51
Buraida 044 MEKANISME KEBIJAKAN STANDARD KETAHANAN GEMPA BARU PADA BANGUNAN PUBLIK ... 57
Himawan Indarto dan Ferry Hermawan 057 PENERAPAN EARNED VALUE PADA APLIKASI MICROSOFT PROJECT SEBAGAI PENGENDALI PROYEK (STUDI KASUS PADA PROYEK DI KOTA MEDAN) ... 65
x
060
PENERAPAN VALUE ENGINEERING PADA PROYEK KONSTRUKSI DI INDONESIA ... 75
Dhani Wardhana
062
PENERAPAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI KE DALAM SISTEM
INFORMASI MANAJEMEN PROYEK KONSTRUKSI ... 85
Diki Heryadi
075
PERBANDINGAN EFEKTIFITAS PROYEK KONSTRUKSI KONTRAKTUAL DENGAN PROYEK KONSTRUKSI BERBASIS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI KABUPATEN PAMEKASAN
MADURA ... 95
Dedy Asmaroni dan Rize Ikhwan Muttaqin
082
TAKSONOMI KEWIRAUSAHAAN KORPORAT PADA BISNIS KONSTRUKSI ... 105
Harijanto Setiawan
101
KAJIAN AWAL PENYUSUNAN INSTRUMEN PENILAI JALAN HIJAU DI INDONESIA ... 115
Wulfram I. Ervianto 104
TINGKAT RISIKO FAKTOR TENAGA KERJA, MATERIAL DAN PERALATAN PADA
PROYEK KONSTRUKSI DI PROVINSI ACEH ... 121
Saiful Husin, Abdullah, Medyan Riza, Moch. Afifuddin dan Putri Zalbania
105
RISIKO EKSTERNAL PADA PELAKSANA PROYEK KONSTRUKSI DI PROVINSI ACEH ... 131
Mubarak, Saiful Husin dan Syarafina
111
KOMPARASI RISIKO BIAYA PADA PELAKSANA JASA KONSTRUKSI DALAM TIGA
PERIODE DI PROVINSI ACEH ... 139
Fachrurrazi, Febriyanti Maulina, Muhammad Jamil dan Husna Amalia
112
RISIKO PROYEK KONSTRUKSI YANG BERSUMBER DARI FAKTOR KONTRAK DAN
PERENCANAAN DI PROVINSI ACEH ... 149
Nurisra, Mahmuddin, Nurul Malahayati dan Intan Sari
113
IDENTIFIKASI TERJADINYA RISIKO KETERLAMBATAN PELAKSANAAN PADA PROYEK
KONSTRUKSI DI PROVINSI ACEH ... 159
Tripoli, Alfa Taras Bulba, Fachrurrazi dan Cut Annisa Widyasari Mastura
117
ANALISIS RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) MENGGUNAKAN
METODE HIRADC PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG ... 169
Subrata Aditama dan Rudi Waluyo
130
FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA KLAIM PADA INDUSTRI KONSTRUKSI DI BALI ... 179
131
FAKTOR YANG MENDORONG PENGADAAN INFRASTRUKTUR JALAN YANG EFISIEN
DAN EFEKTIF ... 185
Anak Agung Diah Parami Dewi dan I Putu Ari Sanjaya
139
MODEL ESTIMASI BIAYA KONSTRUKSI JALAN BETON ... 191
Fajar Sri Handayani
140
KAJIAN PENERAPAN SUSTAINABLE PUBLIC PROCUREMENT DI BALI ... 197
I Gusti Agung Adnyana Putera
146
IDENTIFIKASI FAKTOR DOMINAN PENENTUAN SUPPLIER BETON READY MIX PADA
PEKERJAAN PONDASI BANGUNAN TINGGI ... 205
Dewi Rintawati, Bambang E. Yuwono dan Ario Trihantoro
149
OPTIMASI BIAYA DALAM RANCANGAN RUMAH TINGGAL YANG EKOLOGIS ... 215
Syahreza Alvan dan Irma N. Nasution
154
IDENTIFIKASI TINGKAT KERUSAKAN BANGUNAN SEBAGAI BAGIAN DARI
PEMELIHARAAN DAN PERAWATAN GEDUNG SEKOLAH ... 223
Dewi Yustiarini
158
ANALISIS KOMPARASI PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA BERDASARKAN DATA
LAPANGAN DAN SNI PADA PEKERJAAN BANGUNAN AIR DI KABUPATEN KUNINGAN ... 229
Dikdik NS dan Anton Soekiman
160
STUDI KOMPARATIF ANTARA PELELANGAN PEKERJAAN KONSTRUKSI SECARA SISTEM KONVENSIONAL DAN PELELANGAN PEKERJAAN KONSTRUKSI
SECARA SISTEM E-PROCUREMENT ... 239
Hermansyah
169
KECENDERUNGAN PREFERENSI BUDAYA ORGANISASI LULUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA ... 249
Peter F. Kaming
179
KAJIAN IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001:2008 PADA PERUSAHAAN
JASA KONSTRUKSI ... 257
Henny Yunita dan Yohanes L. D. Adianto
180
EFEKTIVITAS METODE NILAI-HASIL UNTUK PENGENDALIAN PROYEK KONSTRUKSI ... 265
Cicillia R. Mahendraswari dan Koesmargono
197
PENENTUAN PRIORITAS PEMELIHARAAN BANGUNAN GEDUNG PUSKESMAS DI
KABUPATEN SUKOHARJO ... 275
xii
204
MODEL PENGUKURAN FAKTOR SIGNIFIKAN YANG MEMPENGARUHI KINERJA BIAYA
DAN WAKTU PROYEK KONSTRUKSI ... 283
Fahirah F, Tri Joko Wahyu Adi dan Nadjadji Anwar
207
KAJIAN PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR DENGAN PENGGUNAAN ZAKAT DI PROVINSI
SULAWESI SELATAN (Studi Kasus Proyek Jalan Maros-Pangkajene 01 Sulawesi Selatan) ... 291
Mursalim, Sakti Adji Adisasmita, Rusdi Usman Latief dan Suharman Hamzah
216
PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KINERJA RANTAI PASOK HIJAU PADA
PROYEK INFRASTRUKTUR JALAN ... 301
Apsari Setiawati, Jati Utomo Dwi Hatmoko, Bagus Hario Setiadji
222
KECELAKAAN KERJA PROYEK KONSTRUKSI DI INDONESIA TAHUN 2005-2015:
TINJAUAN CONTENT ANALYSIS DARI ARTIKEL BERITA ... 311
Benny Hidayat, Rudy Ferial dan Novia Anggraini
225
PENENTUAN SKALA PRIORITAS PENANGANAN JALAN KABUPATEN PINRANG DENGAN
METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) ... 319
Irdayani
226
ANALISIS INDEKS LAPANGAN UNTUK PEKERJAAN COR BETON PADA STRUKTUR BALOK DAN PLAT GEDUNG BERTINGKAT TINGGI ... 329
Limanto S. dan Witjaksono Y.E.
229
ESTIMASI BIAYA TIDAK LANGSUNG PADA PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG
DI YOGYAKARTA ... 335
Paulus Setyo Nugroho dan Bagyo Mulyono
254
STUDI KOTA BERWAWASAN LINGKUNGAN DI INDONESIA ... 343
Wulfram I. Ervianto
260
SISTEM DINAMIK UNTUK MEMPREDIKSI HARGA SATUAN UPAH PEKERJAAN SUMBER
DAYA AIR ... 351
Hirijanto dan Sutanto Hidayat
269
ESTIMASI BIAYA KONSEPTUAL PADA JEMBATAN BETON BERTULANG BENTANG
PENDEK DENGAN METODE INDEK BIAYA ... 359
Bagyo Mulyono dan Paulus Setyo Nugroho
278
VARIABEL KOMPETENSI YANG DIBUTUHKAN DALAM MANAJEMEN KONSTRUKSI ... 367
Herry Pintardi Chandra
288
REKOMENDASI HASIL ANALISIS PENGARUH KAJIAN KUALIFIKASI PESERTA
PELELANGAN PENGADAAN JASA KONSTRUKSI TERHADAP PENINGKATAN KINERJA PEMBANGUNAN PROYEK “PENINGKATAN JALAN KABUPATEN SERANG PROVINSI
BANTEN” ... 375
289
REKOMENDASI DAMPAK HASIL ANALISIS RISIKO KETERLAMBATAN WAKTU PROSES
KONSTRUKSI YANG DILAKSANAKAN KONTRAKTOR “X” DI DKI JAKARTA ... 385
Manlian Ronald. A. Simanjuntak dan Lilis Suryani
Topik: KEAIRAN
030
ANALISIS PENDANGKALAN KOLAM DAN ALUR PELAYARAN PPN PENGAMBENGAN
JEMBRANA ... 393
Pujianiki N.N
033
ALOKASI AIR BAKU DAN IRIGASI DALAM MENGHADAPI MUSIM KERING PADA
DAS TIRO-PROVINSI ACEH ... 401
Azmeri, Ahmad Reza Kasury, Nina Shaskia dan Syamsul Bahri
048
PENGARUH KETINGGIAN TANAMAN PANDAN TIKAR (ACORUS CALAMUS) TERHADAP
TAHANAN ALIRAN PADA SALURAN TERBUKA ... 411
Maimun Rizalihadi dan Ihsan Murri
152
PENGAMATAN POLA DAN KEDALAMAN GERUSAN LOKAL (LOCAL SCOUR) PADA
MODEL ABUTMEN JEMBATAN YANG BERLUBANG (ORIFICE) ... 421
Nina Shaskia, Maimun Rizalihadi, Nurisra dan Halida Yunita
165
KAJIAN KURVA INTENSITY DURATION FREQUENCY (IDF) DENGAN PENDEKATAN
HASPERS DAN MONONOBE PADA DAS BT. OMBILIN ... 429
Zufrimar, Ridha Sari dan Elvi Syamsuir
170
ANALISIS SEDIMENTASI DAN MORFOLOGI MUARA SUNGAI IJO ... 437
Sanidhya Nika Purnomo, Wahyu Widiyanto, Tika Astritia dan Trisna Putri Pratiwi
184
POLA ALIRAN PADA BANGUNAN KANTONG LUMPUR ... 447
M. Lukman,S. Pallu, A. Thaha dan F. Maricar
189
PENGEMBANGAN MODEL SABO DAM TIPE TERBUKA UNTUK PENANGGULANGAN
ENERGI ALIRAN DEBRIS ... 455
Haeruddin C Maddi, Saleh Pallu, Arsyad Thaha dan Rita Lopa
215
PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN KOEFISIEN REGIM SUNGAI BENGAWAN SOLO
HULU (DAS NGREMBANG) ... 465
Titiek Widyasaridan Mega Novita
227
EVALUASI KINERJA JARINGAN IRIGASI DI. KATON KOMPLEKS DI KABUPATEN
LOMBOK TENGAH ... 473
Siti Nurul Hijah dan Lalu Siswadi
259
PENANGANAN BANJIR PADA JARINGAN DRANASE MENGGUNAKAN EPA SWMM
(Studi Kasus : Perumahan Mutiara Witayu Pekanbaru) ... 483
xiv
261
STUDI KOMPARASI PEMODELAN HIDROLOGI DAN PEMODELAN HIDROLIKA DALAM
MEMPREDIKSI BANJIR ... 493
Riza Inanda Siregar dan Ivan Indrawan
Topik: KAWASAN DAN LINGKUNGAN
038
THE EFFECT OF THERMAL ACTIVATION TIME AND DIFFERENT TYPE OF FLY ASH
ON MORTAR ... 501
Evi Aprianti dan Suharman Hamzah
094
PERENCANAAN DAN PEMANFAAN LIMBAH PADAT DAN LIMBAH CAIR PASAR HEWAN
BOLU ... 507
Reni Oktaviani Tarru, Harni Eirene Tarru, Asviart dan Agung Rantelangan
107
PERENCANAAN DESAIN TANGKI SEPTIK KOMUNAL DI KAMPUNG CIHIRIS, DESA
CISARUA, KECAMATAN NANGGUNG, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT ... 513
Femylia Nur Utama, Lina Ariyani, Yanuar Chandra Wirasembada dan Yudi Chadirin
121
PERENCANAAN SISTEM PERPIPAAN AIR LIMBAH DOMESTIK UNTUK TANGKI SEPTIK
KOMUNAL DI KAMPUNG CIHIRIS, KABUPATEN BOGOR ... 523
Lina Ariyani, Femylia Nur Utama, Yanuar Chandra Wirasembada dan Yudi Chadirin
126
ANALISIS REDUKSI TIMBULAN SAMPAH PERKOTAAN DENGAN BANK SAMPAH ... 533
Ida Ayu Rai Widhiawati
185
IDENTIFIKASI MUNCULNYA RUMAH KUMUH BERDASARKAN SUDUT PANDANG
KEPENTINGAN PENGHUNI MENGGUNAKAN ROOT CAUSE ANALYSIS ... 539
Kemala Jeumpa dan Rumilla Harahap
187
STUDI PENERAPAN LEED (LEADERSHIP IN ENERGY AND ENVIRONMENTAL DESIGN)
PADA PROYEK X TOWER – JAKARTA ... 545
Johny Johan dan Giovanno Standy Tandaju
205
PENENTUAN PRODUKSI EMISI GAS METHAN SANITARY LANDFILL DI TPA BONTANG
LESTARI KOTA BONTANG ... 555
Siti Hamnah Ahsan, Salama Manjang, Wihardi Tjarongedan Syafaruddin
212
EVALUASI PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG 18-2008 PADA SISTEM SANITARY LANDFILL ... 563
Djoko Suwarno
213
PERENCANAAN TEMPAT PENGOLAHAN AKHIR JATIBARANG KOTA SEMARANG
DENGAN SISTEM SANITARY LANDFILL ... 571
Yeremia Susanto, Rangga Wibisono, Djoko Suwarno dan Budi Setiyadi
220
STUDI SISTEM PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KABUPATEN TABANAN ... 581
246
STUDI DAMPAK RENCANA PEMBANGUNAN BANDARA DAN INDUSTRI BAJA DI KULON
PROGO TERHADAP KAWASAN PERKOTAAN YOGYAKARTA ... 591
Amos Setiadi
274
PEMANFAATAN DATA SEA SURFACE TEMPERATURE UNTUK ANALISIS PENYEBAB
PENURUNAN PRODUKSI MUTIARA DI PERAIRAN LOMBOK ... 599
Atas Pracoyo, Yusron Saadi dan Wakidi
Topik: REKAYASA DAN MANAJEMEN INFRASTRUKTUR
049
STRATEGI PENGADAAN UNTUK PEMELIHARAAN BANGUNAN GEDUNG DI PERGURUAN
TINGGI (STUDI KASUS INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG) ... 609
Novya Ekawati dan Muhamad Abduh
077
ANALISIS KELEMBAGAAN DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JARINGAN
UTILITAS TERPADU DI KABUPATEN BADUNG ... 617
Anom Wiryasa
151
PEMETAAN KOTA BERBASIS DESA/KELURAHAN STUDI KASUS KOTA PROBOLINGGO ... 627
Konferensi Nasional Teknik Sipil 10
Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 26-27 Oktober 2016
ISBN: 978-602-60286-0-0 581
STUDI SISTEM PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KABUPATEN TABANAN
Kadek Diana Harmayani
Jurusan Teknik Sipil, Universitas Udayana, Kampus Bukit Jimbaran, Badung, Bali Email: kdharmayani@yahoo.com
ABSTRAK
Kabupaten Tabanan merupakan salah satu Kabupaten yang ada di provinsi Bali. Kabupaten Tabanan terbagi menjadi 10 Kecamatan dan beribukota di Kota Tabanan. Luas wilayah kabupaten Tabanan adalah 839,33 km2 dengan jumlah penduduk sebanyak 448.033 jiwa. Seiring dengan pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi dan pergeseran gaya hidup masyarakat yang lebih konsumtif, mengakibatkan semakin bertambahnya volume sampah yang harus ditangani. Akan tetapi, pelayanan persampahan yang diberikan oleh pihak pemerintah dalam hal ini adalah Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kabupaten Tabanan belum bisa menjangkau seluruh wilayah Kabupaten Tabanan. DKP Kabupaten Tabanan baru bisa melayani 2 kecamatan, yaitu Kecamatan Tabanan dan Kecamatan Kediri. Sehingga diperlukan suatu studi akan sistem pelayanan sampah yang tepat, guna pengoptimalisasian pelayanan di seluruh wilayah kabupaten Tabanan. Studi ini didahului dengan pengumpulan data, baik itu data sekunder maupun primer. Data sekunder seperti misalnya data kependudukan dan juga peta wilayah administrasi. Sementara pengambilan data primer yang dilakukan adalah observasi langsung ke lapangan dan juga survey timbulan sampah yang dilakukan tersebar di beberapa lokasi padat di Kota Tabanan dan sekitarnya. Total timbulan sampah yang terjadi adalah 2.53 liter/orang/hari. Timbulan sampah ini terdiri dari sampah organik 1.43 liter/orang/hari, dan sampah anorganik sebesar 1.08 liter/orang/hari. Sisanya sebesar 0.02 liter/orang/hari adalah merupakan sampah B3. Sementara itu, komposisi sampah di Kabupaten Tabanan 55% adalah sampah organik, 25% sampah plastik, 11% kertas karton, sisanya 9% berupa tekstil, stereoform, kulit, besi dan botol kaca. Hasil dari studi ini menyimpulkan sistem pelayanan persampahan di Kabupaten Tabanan bisa dibagi menjadi 3 wilayah pelayanan dengan masing-masing mempunyai Tempat Pemrosesan Sampah Akhir (TPA) sendiri di setiap wilayah pelayanan.
Kata kunci: Kabupaten Tabanan, Timbulan sampah, Komposisi sampah, Sistem pelayanan, TPA.
1.
PENDAHULUAN
Kabupaten Tabanan merupakan salah satu Kabupaten yang ada di provinsi Bali. Luas wilayah kabupaten Tabanan adalah 839,33 km2 dengan jumlah penduduk sebanyak 448.033 jiwa (data pengolahan hasil regristrasi per Kecamatan akhir tahun 2013). Kabupaten Tabanan terbagi menjadi 10 Kecamatan dan beribukota di Kota Tabanan. Adapun kepadatan penduduk di ibukota tersebut adalah sebesar 590,41 jiwa/km. Kondisi ini memberikan pengaruh terhadap berbagai sector yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat, salah satunya adalah dengan penyediaan infrastruktur perkotaan, termasuk di dalamnya adalah persampahan. Masalah persampahan sangat erat kaitannya dengan perkembangan demografi dan perilaku masyarakat dalam pola penanganan sampah eksisting. Umumnya kota-kota di Indonesia memiliki sistem penanganan sampah dengan metode penanganan yang kurang tepat, yaitu dengan metode kumpul-angkut-buang. Sampah selalu diidentikkan dengan barang sisa atau hasil buangan tak berharga. Seiring dengan pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi dan pergeseran gaya hidup masyarakat yang lebih konsumtif, akan mengakibatkan semakin bertambahnya volume sampah yang harus ditangani. Sampah organic (sampah makanan dan sampah halaman) diharapkan dapat diolah pada tataran sumber atau pada skala komunal, begitu pula dengan pemilahan sampah anorganic yang masih dapat didaur ulang seperti misalnya sampah kertas, sampah plastic, sampah logam dan sampah gelas.
Wilayah Pelayanan Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kabupaten Tabanan hanya di dua Kecamatan yaitu Kecamatan Tabanan dan Kecamatan Kediri, juga di setiap pasar kecamatan yang ada di Kabupaten Tabanan. Tentu saja pelayanan ini sangat kurang karena belum menjangkau keseluruhan dari wilayah kabupaten. Hal ini perlu perhatian yang lebih serius dalam hal sistem pelayanan yang lebih efektif yang nantinya bisa melayani keseluruhan wilayah dari Kabupaten Tabanan sehingga tercapai Kabupaten Tabanan yang asri dan bebas dari sampah. Di samping itu permasalahan yang sangat mendesak yang perlu diperhatikan adalah masalah Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) yang ada di Mandung, Kecamatan Kerambitan. TPA di Mandung ini sudah overload, sehingga harus dicarikan solusi yang tepat untuk penanganan sampah di tahun-tahun berikutnya. Untuk tujuan tersebut maka
ISBN: 978-602-60286-0-0 diperlukan suatu studi akan sistem pelayanan yang tepat, guna pengoptimalisasian pelayanan persampahan di Kabupaten Tabanan.
2.
MATERI DAN METODE
Pengertian Sampah
Pada dasarnya definisi sampah secara umum yang kita ketahui adalah barang yang sudah tidak berguna. Pengertian sampah yang lain, sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri dari bahan organik dan bahan anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan (Standar Nasional Indonesia No. 19-3964-1994, 1994).
Jenis Sampah
Berdasarkan jenisnya, sampah khususnya sampah padat dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Sampah organik merupakan jenis sampah yang terdiri dari bahan-bahan penyusun tumbuhan dan hewan yang diambil dari alam atau dihasilkan dari kegiatan pertanian, perikanan atau yang lainnya. Sampah ini dengan mudah diuraikan dengan proses alami. Contohnya daun-daun kering, kayu, sayur-sayuran busuk, buah-buahan busuk, dan jenis lain yang mudah diuraikan dengan proses alami dan dapat dijadikan kompos.
2. Sampah anorganik merupakan jenis sampah yang berasal dari sumber daya alam tak terbarui seperti mineral dan minyak bumi atau dihasilkan dari proses industri. Beberapa bahan seperti ini tidak terdapat di alam, yaitu plastik dan aluminium. Sebagian zat anorganik secara keseluruhan tidak dapat diuraikan oleh alam, sedang sebagian yang lain hanya diuraikan secara lambat. Sampah jenis ini pada tingkat rumah tangga berupa:botol, botol plastik, tas plastik, kaleng, dan kaca.
Timbulan Sampah
Berdasarkan SNI 19-2454-2002 tentang Tata cara Pengelolaan Sampah Perkotaan, timbulan sampah adalah banyaknya sampah yang timbul dari masyarakat dalam satuan volume maupun berat per kapita perhari, atau perluas bangunan, atau perpanjang jalan. Dalam satuan volume, sampah yang diukur harus diperhatikan derajat kepadatannya. Prakiraan jumlah timbulan sampah baik untuk masa sekarang maupun dimasa mendatang merupakan dasar dari perancangan pengelolaan persampahan. Besarnya timbulan sampah dapat diketahui dengan metode pengambilan dan pengukuran contoh timbulan dan komposisi sampah.
Survey Timbulan Sampah
Survey timbulan sampah diperlukan untuk mendapatkan data timbulan sampah yang real dalam suatu wilayah. Tahapan kegiatan survey adalah membuat dokumen untuk survey juga perijinan yang diperlukan. Selanjutnya melakukan kajian awal dari kondisi lokasi seperti misalnya jumlah warga, kriteria permukiman, penentuan rumah yang akan dipakai sebagai pengambilan contoh sampah. Perlengkapan yang diperlukan untuk survey timbulan sampah adalah kantong plastik dengan volume 40 liter, Timbangan (0 - 5) kg dan (0 - 100) kg, alat pengukur volume contoh berupa bak berukuran 1,0 m x 0,5 m x 1,0 m yang dilengkapi dengan skala tinggi, juga dipersiapkan alat pemindah seperti sekop dan juga sarung tangan. Survey dilakukan selama 8 hari berturut-turut sebagai contoh dimulai dari hari Senin ke Senin lagi. Cara survey adalah membagikan kantong plastik yang sudah diberi tanda yang berbeda untuk sampah organik dan anorganik kepada penghasil sampah sehari sebelum pengambilan sampah.Mencatat data kependudukan di setiap responden. Sehari setelah pembagian kantong plastik, kantong plastik yang sudah terisi sampah dikumpulkan di tempat pengukuran untuk ditimbang dan dicatat berat sampahnya. Sementara itu, untuk mengukur dan mencatat volume, sampah dituang ke dalam kotak yang berukuran 40 liter, dihentakkan tiga kali dengan mengangkat kotak setinggi 20 cm. Penentuan komposisi sampah adalah dengan cara memilah sampah berdasar komponen sampah (sisa makanan, daun, kertas, kayu, kain, karet, plastik, logam, kaca dll) timbang setiap komponen dan hitung prosentasi masing-masing komposisi sampah.
Proyeksi Penduduk
Perhitungan proyeksi jumlah penduduk dapat berdasarkan pendekatan metode aritmatik, geometrik, dan least square. Namun metode yang biasa di gunakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) adalah metode geometrik.
a. Metode Aritmatik
Metode ini dianggap baik untuk kurun waktu yang pendek sama dengan kurun waktu perolehan data. Persamaan yang digunakan adalah:
583
ISBN: 978-602-60286-0-0
Dengan Pn= jumlah penduduk pada tahun ke n ( jiwa), Po= jumlah penduduk pada tahun data (jiwa) Ka = rata-rata
pertambahan penduduk dari tahun data sampai tahun ke n ( jiwa/tahun), Tn = tahun ke n, To = tahun data.
b. Metode Geometrik
Metode ini menganggap bahwa perkembangan atau jumlah penduduk akan secara otomatis bertambah dengan sendirinya dan tidak memperhatikan penurunan jumlah penduduk. Persamaan yang digunakan adalah:
P
n= P
o(1 + r )
nDengan Pn = jumlah penduduk pada tahun ke n (jiwa), Po = jumlah penduduk pada tahun dasar (jiwa), r = laju
pertumbuhan penduduk per tahun, dan n = jumlah interval tahun.
c. Metode Least Square
Metode ini merupakan metode regresi untuk mendapatkan hubungan antara sumbu Y dan sumbu X dimana Y adalah jumlah penduduk dan X adalah tahunnya dengan cara menarik garis linier antara data-data tersebut dan meminimumkan jumlah pangkat dua dari masing-masing penyimpangan jarak data-data dengan garis yang dibuat. Persamaan yang digunakan adalah:
Y = a + b
nDengan a =
b =
Y = Jumlah penduduk n = Jumlah interval tahun
Metode yang dipilih adalah metode yang mempunyai nilai regresi terbesar. Nilai regresi ini kemudian digunakan sebagai persamaan untuk menentukan jumlah penduduk tiap tahun yang dikehendaki.
Laju Timbulan Sampah
Laju timbulan sampah (Cs) dihitung dengan menggunakan data tingkat pertumbuhan penduduk, pertumbuhan
sektor industri, pertumbuhan sektor pertanian, dan laju peningkatan pendapatan per kapita.
Dengan Cs = timbulan sampah; Ci = pertumbuhan industri; Cp = pertumbuhan pertanian; Cqn = peningkatan
pendapatan per kapita; p = pertumbuhan penduduk.
Teknik Operasional
Sebelum sampah diangkut menuju Tempat Pemrosesan Akhir (TPA), sampah-sampah tersebut melewati beberapa tahap sebagai berikut:
1. Tahap pewadahan sampah: pewadahan sampah adalah aktivitas menampung sampah sementara yang dilakukan oleh penghasil sampah (sumber sampah) dengan menggunakan tempat sampah yang besarnya disesuaikan dengan tingkat volume sampah yang dihasilkan masing-masing sumber sampah.
2. Tahap pengumpulan sampah: pengumpulan sampah adalah aktivitas penanganan yang tidak hanya mengumpulkan sampah dari wadah individual dan atau dari wadah komunal (bersama) melainkan juga mengangkutnya ke tempat terminal tertentu, baik dengan pengangkutan langsung maupun tidak langsung (SNI, 2002).
3. Pemindahan sampah: pemindahan sampah adalah kegiatan memindahkan sampah hasil pengumpulan ke dalam alat pengangkut untuk dibawa ke tempat pembuangan akhir.
4. Tahap pengangkutan sampah: pengangkutan sampah adalah kegiatan membawa sampah dari lokasi pemindahan atau langsung dari sumber sampah menuju tempat pembuangan akhir.
Pengolahan Sampah
Pengolahan sampah adalah kegiatan untuk mengubah karakteristik, komposisi dan jumlah sampah agar dapat diproses lebih lanjut, dimanfaatkan atau dikembalikan ke media lingkungan secara aman. Prinsip pengolahan sampah adalah mengedepankan pemanfaatan sampah sebagai sumber daya sehingga sampah yang dibuang ke TPA menjadi lebih sedikit walaupun terdapat kemungkinan mendapat nilai tambah dari hasil penjualan produk pengolahan atau daur ulang. Langkah utama adalah pemilahan sejak dari sumbernya. Upaya mereduksi sampah akan menimbulkan manfaat jangka panjang seperti: mengurangi biaya pengelolaan dan investasi, mengurangi potensi
ISBN: 978-602-60286-0-0 pencemaran air dan tanah, memperpanjang usia TPA, mengurangi kebutuhan sarana sistem kebersihan, dan menghemat pemakaian sumber daya alam.
Teknik-teknik pengolahan dan pemanfaatan sampah antara lain menerapkan prinsip 3R yang terdiri dari :
1. Reduce; merupakan prinsip pengelolaan sampah dengan cara mengurangi. jumlah sampah dan menghemat pemakaian barang. Dalam kehidupan sehari-hari dapat diterapkan dengan memilih pruduk ramah lingkungan, membawa tas belanja saat ke pasar sehingga dapat mengurangi sampah plastik dan mencegah pemakaian styrofoam.
2. Reuse; merupakan usaha dalam mencegah terjadinya sampah dengan cara menggunakan kembali satu jenis produk secara berulang. Barang yang masih dapat digunakan jangan langsung dibuang, tetapi sebisa mungkin untuk dapat digunakan kembali. Misalnya menulis pada kedua sisi kertas dan menggunakan botol isi ulang (refill). Menggunakan barang yang sudah tidak sesuai fungsinya untuk fungsi yang lain merupakan cara memperpanjang umur produk dan mencegahnya menjadi sampah.
3. Recycle; merupakan prinsip pengelolaan sampah dengan cara melakukan daur ulang sampah, misalnya sampah kertas, sampah kemasan plastik mie instan, sabun, minyak, dan lain-lain dapat dibuat hasta karya. Sampah organik dapat dibuat kompos dan digunakan sebagai penyubur tanaman maupun penghijauan.
Manajemen Pengelolaan Persampahan
Manajemen pengelolaan sampah merupakan faktor yang penting sebagai pedoman dalam mengatasi masalah persampahan. Dengan manajemen pengelolaan yang tepat permasalahan sampah dapat diatasi. Manajemen persampahan adalah pengelolaan persampahan yang mempunyai lingkup daerah yang disebut sistem, yaitu terdiri dari komponen-komponen yang saling berinteraksi membentuk kesatuan dan mempunyai tujuan. Bentuk interaksi mempunyai ketentuan dan keteraturan tertentu. Komponen yang mempunyai bentuk tersebut di atas disebut sub sistem sedangkan komponen yang mempunyai tujuan sama tetapi bentuk interaksi tidak mematuhi aturan yang berlaku disebut lingkungan internal. Dalam sistem pengelolaan persampahan dapat dikategorikan menjadi 5 subsistem yaitu: sub sistem organisasi, sub sistem teknik operasional, sub sistem pembiayaan/retribusi, sub sistem pengaturan/payung hukum, dan sub sistem peran serta masyarakat yang merupakan komponen lingkungan internal.
3.
TAHAPAN PENELITIAN
Secara keseluruhan kegiatan ini dilakukan dengan metodologi mengikuti tahapan seperti terlihat pada Gambar 1
585
ISBN: 978-602-60286-0-0
4.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Survey timbulan sampah dilakukan pada sepuluh desa yang tersebar di daerah Kecamatan Tabanan dan Kecamatan Kediri yang merupakan daerah yang paling padat penduduknya di Kabupaten Tabanan. Survey dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan, mendapatkan hasil sesuai dengan Tabel 1.
Tabel 1. Hasil perhitungan timbulan sampah di Kabupaten Tabanan
No Nama Desa Volume (Liter/orang/hari) TOTAL
Organik (Liter) Anorganik (Liter) B3 (Liter)
1 Den Bantas 1.37 1.76 0.003 3.14 2 Dajan Peken 1.02 1.23 0.018 2.27 3 Delod Peken 1.07 1.33 0.009 2.41 4 Gubug 1.88 1.50 0.020 3.40 5 Kediri 1.15 1.88 0.025 3.06 6 Banjar Anyar 0.31 0.81 0.000 1.12 7 Dauh Peken 0.73 2.37 0.000 3.11 8 Abian Tuwung 1.01 1.11 0.035 2.16 9 Bongan 1.14 1.39 0.020 2.55 10 Sudimara 1.10 0.88 0.018 2.00 Sumber: Analisis, 2015
Volume timbulan sampah rata-rata yang terjadi di Tabanan bisa diuraikan sebagai berikut: Sampah organik sebesar 1,076 Liter/orang/hari; Sampah anorganik sebesar 1,432 Liter/orang/hari;Sampah B3 sebesar 0,015 Liter/orang/hari Jadi total timbulan sampah rata-rata di Kabupaten Tabanan adalah 2,253 Liter/orang/hari. Sementara itu, untuk komposisi sampah di Kabupaten Tabanan bisa dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Komposisi Sampah Kabupaten Tabanan
Jenis Sampah Persentase Komposisi
organik 54.73 Plastik 25.57 Kertas Karton 4.71 Kain/Textil 0.96 Sterofoam 0.07 Karet 0.00 Kulit 0.00 logam besi 0.66 Botol Kaca 11.32 dll (keramik/tanah/batu/pasir) 0.15 B3 1.85 Sumber: Analisis, 2015
Dari data Balai Pusat Statistik (BPS) didapatkan pertambahan penduduk rata-rata dari tahun 2004 - 2013 adalah 5589,78 jiwa/tahun. Sehingga rata-rata tingkat pertumbuhan penduduk berdasarkan trend pertumbuhan penduduk untuk keseluruhan Kabupaten Tabanan adalah 1.33%. Berdasarkan tingkat pertumbuhan penduduk tersebut didapatkan proyeksi jumlah penduduk Kabupaten Tabanan hingga tahun 2035 dengan menggunakan metode Geometri. Proyeksi tersebut bisa dilihat paga Gambar 2.
ISBN: 978-602-60286-0-0 0 100000 200000 300000 400000 500000 600000 700000 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035 Ju m lah P en d u d u k Tahun
Gambar 2. Proyeksi jumlah penduduk Kabupaten Tabanan
Laju pertumbuhan timbulan sampah didapatkan sebesar 1,04%/tahun, maka dapat diproyeksikan jumlah sampah yang akan dihasilkan di Kabupaten Tabanan hingga tahun 2035 adalah seperti pada Gambar 3. Hasil proyeksi menunjukkan pada tahun 2035, jumlah penduduk Kabupaten Tabanan berjumlah 601.896 jiwa dengan jumlah timbulan sampah sebesar 1922,49 m3/hari
Gambar 3. Proyeksi Timbulan Sampah Kabupaten Tabanan
Tanggung jawab pengelolaan persampahan di Kabupaten Tabanan ada pada masyarakat dan pemerintah. Masyarakat ikut mengelola persampahannya dari tingkat sumber, hingga pengelolaan di TPS 3R, dan pemerintah mengelola persampahan terpusat yaitu sampai di TPA. Baik penanganan oleh masyarakat maupun oleh pemerintah akan menghasilkan produk kompos dan daur ulang, sedangkan sisanya (residu). Residu inilah yang kemudian ditimbun (landfill) di TPA, dimana pihak yang bertanggung jawab terhadap landfill adalah pemerintah. Dalam perencanaan, residu yang tertampung di TPA adalah sebesar 25% dari total sampah yang dihasilkan baik dari TPS 3R maupun dari pengelolaan TPA sendiri. Masing-masing TPS 3R dan TPA mengelola 50% dari total sampah yang terjadi. Perhitungan kebutuhan lahan TPA untuk landfill kemudian dihitung dalam Ha dengan memperhatikan faktor kompaksi tiga kali dari volume sampah awal dan juga faktor lahan yaitu 0,7, sedangkan untuk tinggi landfill direncanakan setinggi 15 meter sesuai dengan daya dukung tanah.
587
ISBN: 978-602-60286-0-0
Gambar 4. Pembagian Tiga Wilayah Pelayanan Persampahan di Kabupaten Tabanan
RTRW pemerintah Kabupaten Tabanan menyebutkan bahwa pengembangan TPA hanya dialokasikan pada satu tempat yaitu di Mandung, Kecamatan Kerambitan. Akan tetapi, melihat dari proyeksi timbulan sampah, sampai tahun akhir perencanaan yaitu tahun 2035 sebesar 1922,5 m3/hari, terlihat bahwa dari tahun ke tahun TPA Mandung tidak akan mampu menampung sisa residu dari total sampah di Kabupaten Tabanan. Total luas lahan yang diperlukan sampai tahun rencana adalah sebesar 15,76 Ha. Sementara itu, lahan yang tersedia hanya sekitar 2,75 Ha. Keterbatasan lahan di TPA Mandung ini memunculkan gagasan alternatif yaitu dengan membuka lahan di beberapa tempat lain untuk bisa digunakan sebagai landfill. Dilihat dari sisi geografis wilayah Kabupaten Tabanan, maka dalam perencanaan ini, wilayah Tabanan dibagi menjadi tiga wilayah utama dalam pembagian wilayah pelayanan dengan masing-masing memiliki lahan TPA tersendiri. Wilayah I terdiri dari Kecamatan Tabanan, Kediri, dan Kerambitan dengan TPA di Mandung, Wilayah II terdiri dari Kecamatan Marga, Penebel, Baturiti dengan lahan TPA di Baturiti, sedangkan Wilayah III terdiri dari Kecamatan Selemadeg, Selemadeg Barat, Selemadeg Timur, dan Pupuan dengan TPA di Pupuan. Gambar dari pembagian wilayah Kabupaten Tabanan bisa dilihat pada Gambar 4. Terbaginya Tabanan menjadi tiga wilayah pelayanan ini memungkinkan pihak Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Tabanan untuk mengelola persampahan seluruh wilayah Kabupaten dengan baik. Konsentrasi jumlah proyeksi penduduk juga timbulan sampah yang dihasilkan selama tahun perencanaan di masing-masing wilayah rencana seperti yang terlihat pada Gambar 5 dan Gambar 6.
0 50000 100000 150000 200000 250000 300000 2015 2017 2019 2021 2023 2025 2027 2029 2031 2033 2035 Ju m la h P e n d u d u k ( ji w a) Tahun Rencana Wilayah I Wilayah II Wilayah III
ISBN: 978-602-60286-0-0 0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 2015 2017 2019 2021 2023 2025 2027 2029 2031 2033 2035 T im b u la n S am p ah ( m 3 /h ar i) Tahun Perencanaan Wilayah I Wilayah II Wilayah III
Gambar 6. Proyeksi Timbulan Sampah di Tiga Wilayah Pelayanan
Dari timbulan sampah yang terjadi di masing-masing wilayah bagian ini, didapatkan luas lahan TPA yang diperlukan di setiap wilayah pelayanan. Wilayah pelayanan I, sampai tahun perencanaan 2035 Luas lahan TPA yang dibutuhkan adalah seluas 5,52 Ha. Wilayah pelayanan II, luas lahan TPA yang dibutuhkan adalah seluas 4,12 Ha, sedangkan Wilyah pelayanan III, luas lahan TPA yang diperlukan adalah seluas 2,88 Ha.
Adanya pembagian wilayah ini, mengharuskan pihak DKP Kabupaten Tabanan dari sisi kelembagaan untuk menambahkan dua buah Unit Pelayanan Teknis (UPT) di dua wilayah pelayanan tambahan yaitu Wilayah Pelayanan II dan Wilayah Pelayanan III, sehingga untuk masalah operasional pelayanan bisa menjangkau keseluruhan wilayah Kabupaten Tabanan. Begitu juga dengan masalah peraturan, tentunya diperlukan evaluasi Perda yang lama untuk bisa direvisi dan dibuat Perda baru baik yang terkait dengan kelembagaan, operasional, dan biaya. Dalam hal kaitannya dengan masyarakat sendiri, tetap diperlukan kerjasama dan partisipasi terutama dalam program pemilahan sampah 3R.
5.
KESIMPULAN
Dari studi yang dilakukan ini didapatkan kesimpulan:
a. Volume timbulan sampah rata-rata yang terjadi di Tabanan bisa diuraikan sebagai berikut: Sampah organik sebesar 1,076 Liter/orang/hari; Sampah anorganik sebesar 1,432 Liter/orang/hari;Sampah B3 sebesar 0,015 Liter/orang/hari. Jadi total timbulan sampah rata-rata di Kabupaten Tabanan adalah 2,253 Liter/orang/hari. Dengan laju timbulan sampah yang sebesar 1,04% maka dapat diproyeksikan jumlah sampah yang akan dihasilkan di Kabupaten Tabanan hingga tahun 2035 adalah sebesar 1922,49 m3/hari.
b. Wilayah pelayanan Kabupaten Tabanan dibagi menjadi tiga wilayah pelayanan untuk menyiasati keterbatasan lahan TPA yang dimiliki. Wilayah I terdiri dari Kecamatan Tabanan, Kediri, dan Kerambitan dengan TPA di Mandung, Wilayah II terdiri dari Kecamatan Marga, Penebel, Baturiti dengan lahan TPA di Baturiti, sedangkan Wilayah III terdiri dari Kecamatan Selemadeg, Selemadeg Barat, Selemadeg Timur, dan Pupuan dengan TPA di Pupuan. Diperlukan tambahan dua buah Unit Pelayanan Teknis (UPT) di dua wilayah pelayanan tambahan yaitu Wilayah Pelayanan II dan Wilayah Pelayanan III.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Kabupaten Tabanan. (2014). Tabanan dalam Angka 2014, Tabanan.
Departemen Pekerjaan Umum. (2014). Tata Cara Perencanaan Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 3R Berbasis Masyarakat.
Departemen Pekerjaan Umum. (2014). Tata Cara Pelaksanaan pembangunan fasilitas Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 3R.
Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum. (2011). Sosialisasi Keteknisan Bidang PLP, Materi Bidang Sampah
Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum. (2011). Sosialisasi Keteknisan Bidang PLP, Materi Bidang Sampah II
589
ISBN: 978-602-60286-0-0
Kementerian Pekerjaan Umum. (2013). Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomer 03/PRT/M/2013 Tentang Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan Dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.
Pemerintah Republik Indonesia. (2008). Undang-Undang Republik Indonesia No.18 Tahun 2008, Tentang Pengelolaan Sampah, Jakarta
Pemerintah Kabupaten Tabanan. (2009). Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tabanan, Tabanan.
Satker Pengembangan Air Minum dan Sanitasi Bali, Direktorat Jendral Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. (2015). Fasilitas Penyusunan Perencanaan Teknis dan Manajemen Persampahan (PTMP) Kabupaten Tabanan.
Standar Nasional Indonesia. (1994). Metode Pengambilan dan Pengangkutan Contoh Timbulan dan Komposisi Sampah Perkotaan, Badan Standarisasi Nasioanal, Jakarta.
Standar Nasional Indonesia. (1995). Spesifikasi Timbulan Sampah Untuk Kota Kecil dan Sedang di Indonesia, Badan Standarisasi Nasional Jakarta.
Standar Nasional Indonesia. (2001). Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan, Badan Standarisasi Nasional. Jakarta.