• Tidak ada hasil yang ditemukan

kata sambutan Agribisnis Berbasis Peternakan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "kata sambutan Agribisnis Berbasis Peternakan"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Agribisnis Berbasis Peternakan

i

kata

sambutan

Saya menyambut gembira atas diterbitkannya buku Agribisnis Berbasis Peternakan yang merupakan kumpulan pemikiran Sdr. Prof. Dr. Ir. Bungaran Saragih, MEc. Kegembiraan saya cukup beralasan oleh karena selain dapat dijadikan sebagai pegangan atau bacaan bagi para penyusun dan pengambil keputusan, praktisi agribisnis, dan kalangan akademisi, buku ini secara khusus juga didedikasikan untuk mengenang aimarhum Prof. Dr. J. H. Hutasoit.

Sebagaimana kita maklumi bersama bahwa aimarhum Prof. Dr. J. H. Hutasoit adalah seorang Guru Besar Fakultas Peternakan yang pernah menjabat sebagai Direktur Jenderal Peternakan pada Kabinet Pembangunan IV, menjabat sebagai Menteri Muda Urusan Peningkatan Produksi Peternakan dan Perikanan Republik Indonesia pada Kabinet Pembangunan IV dan terakhir beliau menjabat sebagai anggota DPA RI.

Bagi jajaran Direktorat Jenderal Peternakan, almarhum Pro. Dr. J. H. Hutasoit merupakan sosok yang tegas, disiplin namun tidak melupakan unsur-unsur manusiawi. Beliaulah yang telah banyak meletakkan dasar-dasar/fundamental pembangunan subsektor peternakan di tanah air.

Walaupun gaung pendekatan agribisnis dimulai pada awal tahun 1990-an dalam kerangka pembangunan sektor pertanian, namun Prof. Dr. J. H. Hutasoit sejak awal tahun 1980-an telah banyak menerapkan konsep-konsep pengembangan agribisnis dalam pembangunan sub- sektor peternakan. Beliau telah mencoba mendekatkan antara pendekatan teknis dan pendekatan terpadu yang merupakan cikal-bakal pendekatan agribisnis subsektor peternakan, sehingga pada masa jabatan Beliau sebagai Direktur Jenderal Peternakan telah berkembang konsep Bimas Ayam, Panca Usaha Sapi Perah, Panca Usaha

(2)

Ternak Potong, Rural Credit Program Peternakan, dan pola kredit lainnya.

Selain itu pada masa jabatan Beliau berkembang proyek-proyek bantuan luar negeri antara lain: IFAD I, IFAD II, ADB I, ADB II, SESTADP, Crass Program, IBRD, Proyek Transmigrasi Peternakan dan Iain-lain,, yang memiliki kontribusi sangat besar dalam menumbuhkan sentra-sentra baru peternakan.

Pembangunan subsektor peternakan saat ini dihadapkan pada suatu tantangan berupa Iingkungan strategis baik ditingkat internasional, regional, dan nasional. Memasuki PJP II, pembangunan subsektor peternakan diharapkan mampu melakukan proses transformasi dari usahatani tradisional ke arah Usahatani maju. Keadaan ini mendorong perlu dilakukannya reorientasi pembangunan peternakan.

Melihat kenyataan bahwa produktivitas masyarakat pertanian yang masih rendah dan jumlah petani kecil semakin banyak, maka tantangan kedepan adalah bagaimana memberdayakan ekonomi rakyat rnelalui pembangunan subsektor peternakan untuk meningkatkan pendapatan petani, memperluas kesempatan kerja produktif, dan menumbuhkembangkan usaha kecil dan menengah.

Oleh karena itu, khususnya dalam pembangunan peternakan, perlu dibangun paradigma baru serta visi pembangunan peternakan yang memberikan arah dan citra pembangunan peternakan dimasa da tang untuk menjawab tantangan dan harapan di masa datang.

Untuk mewujudkan visi tersebut diperlukan paradigma baru yaitu pertanian berkebudayaan industri dengan pendekatan kewilayahan dan dengan Iandasan baru yaitu efisiensi, produktivitas dan berkelanjutan (sustainability).

(3)

Agribisnis Berbasis Peternakan iii Agribisnis Berbasis Peternakan

Buku Agribisnis Berbasis Peternakan ini merupakan kumpulan pemikiran Prof. Dr. Ir. Bungaran Saragih, MEc mengenai aspek ekonomi dari pembangunan agribisnis berbasis peternakan yang isinya bersumber dari bermacam-macam makalah seminar/

workshop, ceramah, artikel maupun hasil wawancara berkaitan

dengan Agribisnis Peternakan.

Walaupun gagasan yang tercakup dalam buku ini lebih ditekankan pada sisi ekonomi baik mikro maupun makro, namun buku ini diharapkan dapat memperluas wawasan dan dapat dipakai sebagai acuan dalam mengembangkan agribisnis berbasis peternakan dalam pembangunan ekonomi Nasional menyongsong era Agro-industrialisasi di Indonesia.

Semoga buku ini bermanfaat adanya.

Jakarta, Januari 1998

DIREKTUR JENDERAL PETERNAKAN IR. ERWIN SOETIRTO

(4)

Saudara-saudara pembaca, adalah suatu keberuntungan bahwa buku kumpulan pemikiran tentang agribisnis berbasis peternakan ini dapat diterbitkan sehingga memperkaya khasanah pustaka agribisnis di negara kita. Buku ini mempunyai kekhususan yang menarik karena merupakan hasil pemikiran Prof. Dr. Ir. Bungaran Saragih MEc di saat-saat awal Pemerintah secara giat melaksanakan kebijakan pendekatan agribisnis dalam pembangunan pertanian. Menarik dalam arti bahwa dengan buah pikirannya, Penulis mencoba menjawab berbagai masalah-masalah riil yang ada dan berkembang di kalangan masyarakat dan tetap masih relevan hingga kini.

Hal menarik lainnya, karena Penulis ternyata mempunyai perhatian dan komitmen besar terhadap pengembangan peternakan dan hal ini jelas terungkap dari sekian banyak tulisan yang pernah dibuatnya. Mengapa agribisnis berbasis peternakan? Mungkin sekali perkembangan agribisnis peternakan yang dinamis yang terjadi, setelah tercapainya kebutuhan makanan pokok dan tingkat pendapatan yang lebih memadai, telah menarik perhatian Penulis. Seperti dapat dibaca dalam buku ini, permasalahan-permasalahan yang dihadapi sedemikian menantang, dan Prof. Dr. Ir. Bungaran Saragih, MEc mencoba memberikan berbagai alternatif pemecahan masalahnya ataupun penyampaian gagasan kearah pemahaman permasalahan secara lebih baik.

Secara khusus kami menyampaikan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Prof. Dr. Ir. Bungaran Saragih, MEc yang telah mendedikasikan buku ini bagi almarhum Prof. Dr. J. H. Hutasoit. Almarhum adalah salah seorang perintis lahirnya Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor dan telah memberikan jasa-jasa yang tidak ternilai, baik bagi pendirian fakultas kami maupun dalam mengilhami dan mendorong perkembangan lebih lanjut. Almarhum, seperti diketahui, secara

(5)

Agribisnis Berbasis Peternakan v Agribisnis Berbasis Peternakan

nasional sangat dikenaj kiprahnya dalam upaya-upaya untuk meningkatkan produksi peternakan dan perikanan.

Akhir kata, kami sampaikan selamat kepada Penulis, mudah-mudahan bukunya tidak saja populer bagi khalayak umum atau praktisi, tetapi juga bagi para mahasiswa ataupun kalangan akademik.

Darmaga, Bogor, Januari 1998

DEKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR KOOSWARDHONO MUDIKJO

(6)

Keinginan untuk membukukan dan menerbitkan makalah-makalah saya pada berbagai seminar, ceramah, Iokakarya, dan wawancara mass media; telah lama ada. Namun karena berbagai kesibukan dan kegiatan Iain, keinginan tersebut baru dapat terwujud saat ini atas dorongan dari teman-teman saya di Institut Pertanian Bogor (IPB) umumnya, dan secara khusus dari para mahasiswa Program Pascasarjana IPB dan Pusat Studi Pembangunan IPB.

Buku ini tidak akan dapat disusun dan diterbitkan tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Pemikiran saya tentang pembangunan agribisnis berbasis peternakan yang diwujudkan dalam bentuk makalah-makalah dalam buku ini merupakan hasil kerja sama dari teman-teman saya di IPB.

Secara khusus kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ny. Prof. Dr. Ir. J. H. Hutasoit dan Saudara Ir. Takala Hutasoit yang berkenan menerima dengan gembira buku ini sebagai kenangan untuk aim. Prof. Dr. Ir. J. H. Hutasoit dan mendorong serta memberi bantuan daiam pencetakan dan penerbitan buku ini, baik terbitan pertama maupun kedua.

Saya sangat menghargai dan mengucapkan terima kasih kepada mantan Direktur Jenderal Peternakan Departemen Pertanian Republik Indonesia Bapak Ir. Erwin Soetirto dan mantan Dekan Fakultas Peternakan IPB Bapak Dr. Ir. Kooswardhono Mudikjo yang berkenan memberi Kata Sambutan atas terbitnya buku terbitan pertama dan masih dimasukkan pada buku terbitan kedua ini.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Saudaia Dr. Ir. Rachmat Pambudy, MS dan Dr. Ir. Tungkot Sipayung, yang telah membantu saya mempersiapkan sebagian besar makalah-makalah

(7)

Agribisnis Berbasis Peternakan vii Agribisnis Berbasis Peternakan

ini. Mereka berdua juga membantu mengoperasionalisasikan konsep-konsep umum agribisnis ke bidang khusus peternakan. Secara khusus juga saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada Saudara Ir. Frans B. M. Dabukke dan Ir. Burhanuddin, MMA yang telah merencanakan, menyusun, menyunting, dan mempersiapkan penerbitan buku ini dengan baik.

Atas kerja keras staf administrasi Pusat Studi Pembangunan Lembaga Penelitian IPB (PSP LP-IPB) yang dikoordinir oleh Saudara Rachmat Surawijaya dan Dra. Marlina Soejana Basit dalam mengumpuikan dan mengetik ulang sebagian bahan buku ini, saya ucapkan terima kasih.

Akhirnya, ucapan terima kasih saya sampaikan kepada teman-teman saya di Pusat Studi Pembangunan dan Yayasan USESE: Dr. Ir. Mangatas Tampubolon, MSc; Dr. Ir. Harianto; Dr. Y. B. Krisnamurthi, MS; Drs. Satyawan Sunito; dan Ir. Sudarsono Jayadi, MSc atas masukan pemikiran dan koreksi yang telah diberikan.

Bogor, Maret 2001

PROF. DR. IR. BUNGARAN SARAGIH, MEc.

(8)

Sebagai seorang guru besar ahli ekonomi pertanian dan sumber daya, Prof. Dr. Ir. Bungaran Saragih, MEc memiliki perhatian dan ketertarikan yang kuat terhadap pembangunan agribisnis berbasis peternakan. Hal ini tergambar dari pemikiran, konsep, dan analisis ekonomi Beliau baik mikro maupun makro mengenai pembangunan agribisnis berbasis peternakan yang selalu aktual dan strategis. Tetapi mengapa agribisnis berbasis peternakan? Perhatian dan ketertarikan Beliau pada pembangunan agribisnis berbasis peternakan didasari fakta bahwa agribisnis berbasis peternakan merupakan salah satu agribisnis yang memiliki struktur sistem yang relatif komplit dan ekstensif serta modern terutama ayam ras dan sapi, baik sapi perah maupun sapi potong. Tambahan lagi, agribisnis berbasis peternakan memiliki potensi yang sangat besar untuk menjadi sumber pertumbuhan sektor pertanian yang baru. Disarnping itu, agribisnis berbasis peternakan merupakan sumber bahan pangan strategis sepanjang masa, seperti d aging, telur, susu, dan produk olahannya.

Dengan perhatian dan ketertarikan yang kuat Prof Dr. Ir. Bungaran Saragih, MEc selalu memberikan alternatif-alternatif pemecahan permasalahan riil dan faktual yang dihadapi pembangunan agribisnis berbasis peternakan. Pemikiran-pemikiran Prof. Bungaran Saragih mengenai pembangunan agribisnis berbasis peternakan ini akan dengan mudah dan menarik dapat dibaca dan dimengerti dalam buku ini karena memang buku ini disusun dan diterbitkan dengan dorongan untuk menciptakan bacaan yang populer, padat, dan menarik untuk khalayak umum, sehingga para pembuat dan pengambil keputusan, para praktisi, kalangan akademisi dan mahasiswa dapat memperoleh perspektif dan pemahaman tentang pembangunan agribisnis berbasis peternakan yang kuat dan tajam.

(9)

Agribisnis Berbasis Peternakan ix Agribisnis Berbasis Peternakan

Pada dasarnya, buku ini berisi kumpulan pemikiran Beliau mengenai aspek sosial ekonomi dari pembangunan agribisnis berbasis peternakan, yang lebih ditekankan pada analisis dan pembahasan dari sisi sosial ekonomi baik mikro maupun makro, dan dihindari seminimal mungkin dari pembahasan yang bersifat teknis budidaya. Secara garis besar, kerangka buku ini mencakup pokok-pokok pemikiran tentang agribisnis berbasis peternakan; kaitan pembangunan agribisnis berbasis peternakan dengan tantangan dan peluang perdagangan bebas dan globalisasi; pengembangan koperasi agribisnis peternakan; keterkaitan pendekatan pembangunan agribisnis dengan pembangunan wilayah regional pedesaan dan perkotaan; dan implikasi pembangunan agribisnis berbasis peternakan dalam pengembangan sumberdaya manusia dan aspek penyuluhan. Disamping itu juga tercakup pokok pemikiran mengenai pengembangan komoditas peternakan seperti perunggasan secara umum, dan yang lebih spesifik seperti ayam ras, sapi potong, dan ternak domba.

Pada masa awal pembangunan pertanian, masalah utama yang dihadapi adalah kesulitan dan kekurangan produksi serta penawaran (production and supply shortage) komoditas-komoditas pertanian. Kesulitan dan kekurangan produksi serta penawaran juga dialami oleh subsektor peternakan. Dalam kondisi ini maka prioritas pembangunan pertanian diarahkan untuk peningkatan produksi dan pemenuhan serta pencapaian kecukupan bahan pangan, terutama beras. Upaya ini sejalan dengan komposisi dan pola makan sebagian besar penduduk Indonesia yang masih mengutamakan konsumsi beras, dan menempatkan produk peternakan diurutan berikutnya. Hal ini juga didorong oleh harga produk peternakan yang relatif lebih mahal dibandingkan dengan produk tanaman pangan.

Untuk memenuhi kebutuhan produk asal ternak, maka pemerintah dalam jangka pendek dan menengah (mulai dari awal Pelita I hingga ke Pelita V) memacu peningkatan produksi melalui pengembangan proses budidaya. Sasaran dan target ini tercermin dalam tujuan pembangunan subsektor peternakan

(10)

tiap-tiap Pelita. Pada rentang masa pembangunan peternakan ini peternak rakyat memainkan peranan dan kontribusi yang strategis. Peranan dan kontribusi ini terlihat baik dalam aspek jumlah peternak rakyat yang terlibat maupun dalam aspek kuantitas serta kualitas produk peternakan yang dihasilkan. Peternak menengah dan besar serta perusahaan swasta juga memiliki peranan dan kontribusi yang tidak kecil. Dalam perkembangan selanjutnya, peternak menengah dan besar serta perusahaan swasta semakin memainkan peranan dan kontribusi yang berarti. Sementara kesejahteraan dan pendapatan peternak rakyat dengan skala kecil belum seperti yang diharapkan dan porsi partisipasi serta kesempatan ekonomi mereka masih relatif terbatas.

Lingkungan ekonomi baik eksternal maupun internal yang dihadapi oleh subsektor peternakan mengalami perubahan dan pergeseran yang mendasar dan menyeluruh. Perekonomian dunia yang mengarah kepada liberalisasi perdagangan, globalisasi ekonomi, dan industrialisasi peternakan membawa konsekuensi menyatunya pasar produk peternakan, mobilitas sumberdaya peternakan antar negara dan antar kawasan ekonomi, dan meningkatnya intensitas dan cakupan kompetisi. Secara domestik, pembangunan ekonomi Indonesia sendiri menghasUkan peningkatan pendapatan penduduk dari hanya sekitar US $ 70 pada awal Pelita I menjadi hampir US $ 1350 pada awal tahun 1996. Disamping itu, pembangunan pendidikan juga mengalami kemajuan yang pesat sehingga tingkat pendidikan penduduk semakin tinggi. Perkembangan domestik ini membawa implikasi pada peningkatan tuntutan akan jumlah, kualitas, keragaman, dan atribut kesehatan produk peternakan. Dalam lingkungan dan iklim seperti ini maka yang menjadi kata kunci untuk memanfaatkan peluang adalah peningkatan daya saing global. Dan untuk mencapai daya saing global ini, pendekatan pembangunan peternakan dengan paradigma lama perlu dikembangkan dan disesuaikan. Pembangunan agribisnis berbasis peternakan akan dapat bertahan (survive) dan berkembang bila dilakukan perubahan yang sistematis dan integratif dalam paradigma pembangunannya.

(11)

Agribisnis Berbasis Peternakan xi Agribisnis Berbasis Peternakan

Menurut Prof. Bungaran Saragih, paradigma pembangunan peternakan yang mampu memberikan peningkatan pendapatan peternak rakyat yang relatif tinggi dan menciptakan daya saing global produk peternakan adalah paradigma pembangunan agribisnis berbasis peternakan. Menurut Beliau, sistem agribisnis berbasis peternakan mencakup 4 (empat) subsistem, yaitu: subsistem agribisnis hulu peternakan (upstream agribusiness) yakni kegiatan ekonomi yang menghasilkan sapronak (industri pembibitan, industri pakan, industri obat-obatan/vaksin, dll.); subsistem agribisnis usaha/budidaya peternakan (on-fami

agribusiness) yakni kegiatan yang menggunakan sapronak untuk

menghasilkan komoditi peternakan primer; subsistem agribisnis hilir peternakan (downstream agribusiness) yakni kegiatan ekonomi yang mengolah komoditas peternakan primer menjadi produk olahan (industri pengolahan: daging, susu, telur, kulit; industri restoran dan makanan/food service industries serta perdagangannya); dan subsistem jasa penunjang (supporting

institution) yakni kegiatan ekonomi yang menyediakan jasa yang

dibutuhkan ketiga subsistem yang lain, seperti transportasi, penyuluhan dan pendidikan, penelitian dan pengembangan, perbankan, dan kebijakan pemerintah. Dalam keseluruhan sistem ini, nilai tambah yang paling besar terjadi dan terdapat pada subsistem agribisnis hulu dan hilir. Sedangkan nilai tambah di subsistem agribisnis budidaya peternakan relatif kecil. Oleh karena itu, mereka (peternak rakyat) yang berada pada agribisnis budidaya akan selalu menerima pendapatan yang relatif kecil, sehingga kehidupan ekonominya juga tidak mengalami perubahan yang cukup berarti. Sementara mereka yang menguasai subsistem agribisnis peternakan hulu dan hilir menerima pendapatan yang relatif lebih besar dan dewasa ini menjadi kelompok masyarakat berpendapatan menengah ke atas.

Dengan memandang peternakan sebagai sistem agribisnis maka pendekatan pembangunan agribisnis berbasis peternakan perlu lebih terintegrasi, simultan, komprehensif, dan terarah. Dengan pendekatan pembangunan agribisnis, kebijakan dan penanganan peternakan perlu diarahkan untuk mengelola

(12)

keempat subsistem di atas secara bersamaan dan terkant Jika pada paradigma pembangunan peternakan masa lalu menekankan subsistem agribisnis budidaya sebagai penentu dan penggerak agribisnis hulu dan hilir, maka dengan paradigma pembangunan baru yang dimaksud oleh Prof. Bungaran Saragih, subsistem agribisnis hilirlah yang menjadi penentu dan penggerak utama daTi subsistem agribisnis budidaya dan yang selanjutnya menentukan dan menggerakkan subsistem agribisnis hulu peternakan. Informasi pasar seperti preferensi konsumen harus menjadi cetak biru (blue print) bagi keseluruhan subsistem agribisnis berbasis peternakan mulai dari hulu ke hilir. Tentu saja, layanan pendukung khususnya lembaga perbankan dan kebijakan pemerintah juga perlu disesuaikan dengan paradigma pembangunan agribisnis berbasis peternakan yang baru ini. Misalnya, di masa yang akan datang diharapkan kebijakan pemerintah akan lebih integratif dan layanan kredit perbankan akan menjadi kredit agribisnis, bukan lagi hanya kredit untuk satu subsistem tertentu. Inilah yang dimaksud oleh Prof. Bungaran Saragih dengan pembangunan peternakan dengan pendekatan agribisnis.

Pendekatan pembangunan agribisnis berbasis peternakan yang bersifat makro ini harus didukung oleh struktur, perilaku dan kinerja rrukro dari peternakan itu sendiri. Dalam aspek mikro masih terdapat berbagai kelemahan dan hambatan yang berarri yang harus disesuaikan dan diperbaiki agar tujuan pembangunan agribisnis berbasis peternakan dapat tercapai dengan baik. Menurut Prof. Bungaran Saragih, disadari atau tidak, paradigma pembangunan peternakan di masa Ialu telah menyebabkan struktur agribisnis peternakan tersekat-sekat dan struktur yang seperti ini justru memperlemah daya saing peternakan itu sendiri. Peternakan yang tersekat-sekat ini dicirikan oleh penguasaan subsistem agribisnis hulu-budidaya-hilir oleh pelaku yang berbeda-beda, bertindak sendiri-sendiri, tidak ada kaitan organisasi fungsional diantara ketiga subsistem agribisnis, adanya asosiasi pengusaha di hulu (GPMT, GPPUI, ASOHI, dll.) dan di hilir (ASPIDI, AFINDO, dU.) yang cenderung berfungsi sebagai kartel. Tipe agribisnis peternakan

(13)

Agribisnis Berbasis Peternakan xiii Agribisnis Berbasis Peternakan

yang tersekat-sekat ini makin diperparah oleh pengelolaan departemen teknis dan non teknis yang cenderung ego-sektoral, sehingga konsistensi kebijaksanaan antara departemen yang menangani agribisnis berbasis peternakan (Departemen Pertanian, Departemen Perindustrian dan Perdagangan, Departemen Transmigrasi dan Pemukiman Perambah Hutan, Departemen Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil) pada kenyataannya sulit diwujudkan. Struktur agribisnis peternakan yang tersekat-sekat ini menciptakan persoalan marjin ganda dan masalah transmisi harga dalam berbagai bentuknya, yang sangat memperlemah daya saing agribisnis peternakan itu sendiri.

Struktur agribisnis peternakan yang tersekat-sekat harus diubah menjadi struktur yang integratif dengan mendorong terwujudnya agribisnis berbasis peternakan yang terintegrasi secara vertikal dimana seluruh subsistem agribisnis berbasis peternakan dari hulu ke hilir berada pada satu kesatuan keputusan manajemen. Pola integrasi vertikal ini menurut Prof. Bungaran Saragih mempunyai pembenaran teoritis maupun empiris. Secara teoritis, pola integrasi vertikal ini akan menghilangkan pasar produk antara (intermediate product market), menciptakan keputusan yang integratif, sehingga akan menghilangkan masalah marjin ganda dan berbagai bentuk masalah transmisi harga. Kemudian secara empiris menunjukkan bahwa hanya bentuk integrasi vertikal yang menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Contohnya perusahaan ayam ras yang terintegrasi secara vertikal dan agribisnis persusuan yang terhimpun dalam Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI). Paling tidak, belum ada agribisnis petemakan yang terintegrasi vertikal gagal berkembang dan belum ada fakta yang menunjukkan bahwa agribisnis petemakan yang tidak terintegrasi vertikal mampu berkembang dengan baik.

Bagaimana nasib peternak rakyat ? Pola dan struktur kelembagaan ekonomi dan sosial peternak rakyat kecil sepertinya belum mampu memberikan perbaikan dan peningkatan pendapatan petemakan rakyat kecil secara berarti dibanding peternak menengah dan besar serta perusahaan

(14)

swasta. Prof. Bungaran Saragih yang selalu memberi perhatian khusus pada rakyat kecil, mengajukan berbagai alternatif untuk memberdayakan ekonomi peternak rakyat terutama peternak rakyat kecil- Salah satu (yang paling disarankan) car any a adalah mengembangkan koperasi agribisnis peternakan, Menurut Beliau, koperasi agribisnis yang dimaksudkan bukan KUD yang praktis menangani kegiatan budidaya dan bersifat multi komoditas dalam kegiatan usahanya, melainkan koperasi yang menangani satu komoditi besar pada satu alur produk (product

line) sebagai bisnis intinya (core business) dan tidak menangani

kegiatan budidaya yang telah ditangani oleh anggota koperasi. Kegiatan usaha koperasi adalah pada subsistem agribisnis hulu dan hilir dengan cara mengembangkan unit-unit kegiatan usaha pada subsistem tersebut baik dalam bentuk usaha tunggal, usaha patungan (antar koperasi sejenis, antar koperasi dengan perusahaan swasta, antar koperasi dengan BLJMN atau BUMD). Tujuannya adalah untuk merebut nilai tambah yang ada pada subsistem agribisnis hulu dan hilir peternakan sekaligus menjamin kelanggengan kegiatan budidaya yang ditangani oleh anggotanya. Contoh koperasi seperti ini sudah ada yang relatif berhasil yakni koperasi persusuan yang tergabung dalam GKSI.

Bagi Prof, Bungaran Saragih, rendahnya kualitas sumberdaya manusia peternak rakyat bukan kendala yang menghambat bagi pengembangan koperasi agribisnis peternakan, karena kegiatan peternak rakyat tetap pada subsistem budidaya. Sedangkan unit-unit kegiatan koperasi tidak perlu ditangani oleh peternak yang bergerak di agribisnis budidaya tetapi dapat saja dikelola oleh orang-orang profesional yang bukan anggota koperasi. Kalau perusahaan swasta yang tidak tahu apa-apa tentang peternakan mampu mempekerjakan dan menggaji sumberdaya manusia profesional, mengapa koperasi tidak. Buktinya GKSI mampu mempekerjakan dan menggaji puluhan sumberdaya berpendidikan sarjana dan pascasarjana,

Dalam kaitan dengan sumberdaya manusia agribisnis peternakan secara keseluruhan, Prof Bungaran Saragih melihat masih ada kelemahan yang harus dibenahi guna mampu

(15)

Agribisnis Berbasis Peternakan xv Agribisnis Berbasis Peternakan

menggerakkan pembangunan peternakan dengan pendekatan pembangunan agribisnis berbasis peternakan dengan pola integrasi vertikal. Untuk mencapai agribisnis berbasis peternakan yang berdaya saing secara global, diperlukan kerjasama tim

(teamwork) yang harmonis. Untuk membangun suatu kerjasama

tim yang harmonis selain memerlukan ketrampilan kerja

(on-job skill) juga diperlukan wawasan yang luas tentang perilaku

agribisnis berbasis peternakan baik aspek mikro, makro, maupun global (micro-macro-global behaviour).

Bila pembangunan peternakan dengan pendekatan agribisnis dapat diwujudkan maka agribisnis berbasis peternakan nasional akan dapat bersaing secara global pada era liberalisasi ekonomi. Setiap perubahan lingkungan ekonorni akan direspon secara cepat mulai dari hulu hingga ke hilir. Dan yang paling penting adalah setiap pertumbuhan ekonomi yang relatif cepat di wilayah perkotaan atau di negara-negara maju, akan meningkatkan permintaan pada produk agribisnis peternakan yang umumnya permintaan akan produk ini bersifat elastis terhadap perubahan pendapatan konsumen (income elastic demand). Peningkatan permintaan ini akan menarik perkembangan agribisnis berbasis peternakan hingga ke hulu, Dengan berkembangnya koperasi agribisnis peternakan yang dimiliki peternak rakyat di pedesaan maka manfaat ekonomi yang ada akan dapat dinikmati oleh peternak rakyat.

Deskripsi umum dan singkat pemikiran Prof. Bungaran Saragih mengenai pembangunan agribisnis berbasis peternakan di atas mudah-mudahan akan mengantarkan pembaca untuk mengetahui kerangka dan relevansi pemikiran Prof. Bungaran Saragih. Dengan membaca buku ini secara lebih detail dan menyeluruh, Pembaca akan dapat mengerti dan memahami inti dan isi pemikiran Beliau secara utuh.

Dalam penyusunan buku ini sulit dihindari terjadinya pengulangan gagasan atau teks, karena memang sumber isi buku ini cukup beragam, baik itu dari makalah seminar, ceramah, artikel, bahkan wawancara; dan disampaikan untiik

(16)

target waktu, dan tempat yang berbeda. Pengulangan yang ada diupayakan seminimal mungkin hanya untuk mempertahankan agar alur, benang merah, dan inti pemikiran itu tidak terganggu. Tapi secara keseluruhan, alur dan aliran pemikiran dalam buku ini tetap menarik dan berbobot

Buku ini merupakan buku terbitan kedua, setelah terbitan pertama yang dicetak sebanyak 1000 eksemplar telah habis terdistribusi. Buku terbitan kedua ini telah mengalami perubahan perbaikan dan penambahan materi dibandingkan terbitan pertama. Oleh karena itu, memiliki buku terbitan kedua ini akan berbeda nuansanya dibandingkan dengan hanya memiliki buku terbitan pertama.

Bogor, Maret 2001 EDITOR RACHMAT PAMBUDY TUNGKOT SIPAYUNG BURHANUDDIN FRANS B. M. DABUKKE

(17)

Agribisnis Berbasis Peternakan xvii Agribisnis Berbasis Peternakan

biodata

editor

DR. IR. H. RACHMAT PAMBUDY, MS. Peneliti dan Asisten

Direktur Pusat Studi Pembangunan Lembaga Penelitian IPB. Pendidikan S1 di Fakultas Peternakan IPB (1983), S2 Program Studi Komunikasi Pembangunan IPB (1968), dan S3 Program Studi Penyuluhan Pembangunan IPB (1999). Selain sebagai praktisi bisnis juga mengajar di Fakultas Peternakan IPB dan Program Pascasarjana Magister Manajemen Agribisnis (MMA) IPB. Mata kuliah yang pernah dan sedang diasuh adalah Komunikasi Bisnis, Metodologi Penelitian Ilmu Sosial, dan Manajemen Bisnis Kecil dan Kewirausahaan. Selain itu juga sebagai pengurus Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) dan Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdlatul Ulama (LP2NU). Sejak awal 2001 diangkat sebagai Staf Ahli Menteri Pertanian Republik Indonesia Bidang Hubungan Antar Lembaga.

DR. IR. TUNGKOT SIPAYUNG, MS. Lahir di Kinalang

25 Oktober 1965. Bergelar Insinyur (IPB, 1987), Magister Sains (MS) Ekonomi Pertanian (IPB, 1995), dan Doktor (Dr) Ekonomi Pertanian (IPB, 2000). Tenaga Ahli Menteri Pertanian Republik Indonesia dan Dosen Universitas Nommensen dan Peneliti Pusat Studi Pembangunan IPB.

IR. BURHANUDDIN, MMA. Lahir di Pamekasan 15 Februari

1968. Bergelar Insinyur (Ir) Peternakan (IPB, 1992), Magister Manajemen (MMA) Agribisnis (IPB, 1997). Dosen jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi dan Industri Peternakan IPB dan Peneliti Pusat Studi Pembangunan IPB. Mengasuh mata kuliah Komunikasi Bisnis, Manajemen, dan Perencanaan Pembangunan.

IR. FRANS BETSY MAROJAHAN DABUKKE, MS. Lahir di

Pematang Siantar 4 Januari 1972. Bergelar Insinyur (Ir) Ekonomi Sumberdaya Pertanian (IPB, 1996), Magister Sains (MS) Ekonomi Pertanian (IPB, 2000). Asisten Tenaga Ahli Menteri Pertanian Republik Indonesia dan Peneliti Pusat Studi Pembangunan IPB.

(18)

Referensi

Dokumen terkait

Dari gambar diagram konteks tersebut dapat dijelaskan bahwa terdapat tiga buah entity yang saling berhubungan dengan proses sistem ujian, yaitu siswa, guru, dan

Kedua kejadian ruptur perineum spontan pada ibu bersalin di Puskesmas Mlati II Sleman tahun 2008-2009 adalah 230 sampel (86,47%), dan yang tidak mengalami ruptur perineum

Rangkaian kendali berbasis AT89C51 untuk mengatur semua proses kerja dari bagian pertama ini yakni : driver keypad dan 4 buah seven segmen, driver sensor, motor penggerak

Hasil tersebut juga diperkuat dengan nilai t hitung lebih tinggi dari t tabel (7,082 > 1,9893), sehingga t hitung berada di daerah penolakan Ho yang menunjukkan adanya

Percobaan ini bertujuan mengetahui pengaruh penggunaan naungan yang berbeda serta kombinasi pemberian zat pemacu tumbuh benzylaminopurine dengan zat penghambat tumbuh

Data yang dikumpulkan merupakan data primer, yaitu data berasal dari penelitian perubahan makroskopis dan mikroskopis hepar tikus wistar dari kelompok kontrol dan

CENDEKIA PROVINSI SUMATERA BARAT , kami bermaksud melaksanakan Klarifikasi dan Negosiasi Biaya terhadap Penawaran Saudara pada Pengadaan Paket Pekerjaan dimaksud, pada:. Hari/Tanggal

[r]