• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENCANA PENGEMBANGAN WILAYAH BERDASARKAN KUALITAS AIR TANAH STUDI KASUS ; KECAMATAN KOTA MABA RUSLAN M UMAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RENCANA PENGEMBANGAN WILAYAH BERDASARKAN KUALITAS AIR TANAH STUDI KASUS ; KECAMATAN KOTA MABA RUSLAN M UMAR"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Ruslan Umar, Rencana Pengembangan Wilayah Berdasarkan Kualitas Air Tanah Studi Kasus ; Kecamatan Kota Maba

RENCANA PENGEMBANGAN WILAYAH BERDASARKAN KUALITAS AIR TANAH STUDI KASUS ; KECAMATAN KOTA MABA

RUSLAN M UMAR

Dosen Fakultas Teknik Pertambangan, Universitas Muhammadiyah Maluku Utara ruslan.ummu@gmail.com

ABSTRAK

Kegiatan pertambangan merupakan salah satu kegiatan yang merusak lingkungan. Untuk dapat meminimalisasi beban kontaminasi pencemaran ke lingkungan perairan airtanah dan sungai. Pencemaran air sering terjadi salah satunya akibat dari kegiatan pertambangan di sekitar Kecamatan Kota Maba. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis baku mutu airtanah sesuai dengan peruntukan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001. Hasil penelitian terhadap parameter kimia yaitu parameter amonia dan parameter flourida yang telah melewati baku mutu airtanah sebagaimana yang telah di atur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001. Sehingga perlu di jaga kawasan-kawasan daerah tangkapan air hujan sesuai dengan strategi pengembangan wilayah di Kecamatan Kota Maba.

Kata Kunci : Teori Pengembangan Wilayah, Baku mutu, Airtanah I. PENDAHULUAN

I. Pendahuluan

Pengembangan wilayah merupakan isu yang menjadi perhatian pemerintah daerah maupun pusat.Pengembangan wilayah dapat menjadi salah satu tolak ukur dalam menilai kesuksesan suatu pemerintahan, baik itu daerah maupun pusat.Dari hal tersebut pemerintah daerah maupun pusat menjadikan pengembangan wilayah menjadi strategi dalam meningkatkan kualitas suatu daerah maupun Negara.

Isu pengembangan wilayah yang menjadi perhatian sekarang ini adalah pengembangan wilayah yang berbasis ramah lingkungan.Air merupakan bagian dari penataan rencana tata ruang wilayah atau pendukung dalam pengembangan daerah. Zona rencana tata ruang wilayah lingkungan untuk mendukung pembangunan daerah. Melihat besarnya peranan airtanah dan fungsi air bersih serta untuk mengantisipasi meningkatnya kebutuhan air di suatu wilayah, maka sistem penyediaan air bersih harus

(2)

6

mendapat perhatian yang serius karena hal tersebut merupakan salah satu sumber utama dalam pemenuhan kebutuhan air bersih di wilayah tersebut.Oleh karena itu, sangat penting untuk memahami dan mengatahui kualitas airtanah.Yang berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 416/ Menkes/ PER/ IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air dan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 492/ Menkes/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. II. Metodologi

II.1. Metode sampling

Metode dalam pengambilan water sample ini dapat dibagi menjadi : A. Perencanaan pengambilan sampel 1. Tujuan perencanaan

2. Unsur-unsur perencanaan pengam bilan sampel lingkungan

3. Sumber-sumber kontaminasi sampel lingkungan

III.2. Pengambilan Data Lapangan Kegiatan pengamatan dan pengambilan

sampel dilakukan sebagai berikut:

Lakukan pengambilan conto pada sumur gali, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Baca petunjuk penggunaan alat pengambil contoh

b. Turunkan alat pengambil conto ke dalam sumur sampai kedalaman tertentu.

c. Angkat alat pengambil contoh setelah terisi conto

d. Pindahkan air dari alat pengambilan conto ke dalam wadah

Pengambilan contoh untuk pengujian kualitas air

a. Siapkan alat pengambil conto sesuai dengan jenis air yang akan di uji

b. Bilas alat dengan conto yang akan di ambil, sebanyak (3) tiga kali c. Ambil conto sesuai dengan

peruntukan analisis

d. Masukkan ke dalam wadah yang sesuai peruntukan analisis

e. Lakukan segera pengujian untuk parameter suhu, kekeruhan, daya hantar listrik dan pH

(3)

f. Hasil pengujian parameter lapangan dicatat dalam buku cacatan khusus

g. Pengambilan conto untuk para meter pengujian di labora torium dilakukan pengawetan.

III. Teori Pembangunan Wilayah Salah satu teori pembangunan wilayah adalah pertumbuhan tak berimbang (unbalanced growth) yang dikembangkan oleh Hirscham dan Myrdal. Pengembangan wilayah merupakan proses perumusan dan pengimplementasian tujuan-tujuan pembangunan dalam skala supra urban. Pembangunan wilayah pada dasarnya dilakukan dengan menggunakan sumber daya alam secara optimal melalui pengembangan ekonomi lokal, yaitu berdasarkan kepada kegiatan ekonomi dasar yang terjadi pada suatu wilayah. Teori pertumbuhan tak berimbang memandang bahwa suatu wilayah tidak dapat berkembang bila ada keseimbangan, sehingga harus terjadi ketidakseimbangan. Penanaman investasi tidak mungkin dilakukan pada setiap sektor di suatu wilayah secara

merata, tetapi harus dilakukan pada sektor-sektor unggulan yang diharapkan dapat menarik kemajuan sektor lainnya

Perencanaan pembangunan wilayah semakin relevan dalam meng implementasikan kebijakan ekonomi dalam aspek kewilayahan. Hoover dan Giarratani (dalam Nugroho dan Dahuri, 2004), menyimpulkan tiga pilar penting dalam proses pembangunan wilayah, yaitu:

1. Keunggulan komparatif (imperfect mobility of factor). Pilar ini berhubungan dengan keadaan ditemukannya sumber-sumber daya tertentu yang secara fisik relatif sulit atau memiliki hambatan untuk digerakkan antar wilayah. Hal ini disebabkan adanya faktor-faktor lokal (bersifat khas atau endemik, misalnya iklim dan budaya) yang mengikat mekanisme produksi sumber daya tersebut sehingga wilayah memiliki komparatif. Sejauh ini karakteristik tersebut senantiasa berhubungan dengan produksi komoditas dari sumber

(4)

8

daya alam, antara lain pertanian, perikanan, pertambangan, kehutanan, dan kelompok usaha sektor primer lainnya.

2. Aglomerasi (imperfect divisibility). Pilar aglomerasi merupakan fenomena eksternal yang berpengaruh terhadap pelaku ekonomi berupa meningkatnya keuntungan ekonomi secara spasial. Hal ini terjadi karena berkurangnya biaya-biaya produksi akibat penurunan jarak dalam pengangkutan bahan baku dan distribusi produk.

3. Biaya transport (imperfect mobility of good and service). Pilar ini adalah yang paling kasat mata mempengaruhi aktivitas perekonomian. Implikasinya adalah biaya yang terkait dengan jarak dan lokasi tidak dapat lagi diabaikan dalam proses produksi dan pembangunan wilayah. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan wilayah antara lain dipengaruhi oleh

aspek-aspek keputusan lokasional, terbentuknya sistem perkotaan, dan mekanisme aglomerasi.

1. Hasil

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Soagimalaha dan Desa Soasangaji dengan hasil sebagai berikut:

A. Desa Soagimalaha

Di Desa ini peneliti mengambil conto sebanyak tiga (3) sumur uji.

a. Conto 01

Pada conto ini didapatkan: 1. Kualitas airtanah secara fisik

 Warna, airtanah pada sumur tidak berwarna

 Bau, airtanah pada sumur tidak berbau

 Rasa, airtanah pada sumur tidak berasa

 Kekeruhan, airtanah pada sumur tidak keruh

 Temperatur, airtanah pada sumur tergolong suhu air normal

2. Kualitas Airtanah Secara Kimia

 Derajat Keasaman (pH)

(5)

 Amonia dan Nitrit

Amonia airtanah pada sumur 1,2 mg/L sedangkan Nitrit airtanah pada sumur 0,03 mg/L.

 Klorida, airtanah pada sumur 24 mg/L

 Sulfat, airtanah pada sumur 77 mg/L

 Seng, airtanah pada sumur 0,01 mg/L

 Flourida, airtanah pada sumur 1,3 mg/L

b. Conto 02

Pada conto ini didapatkan: 1. Kualitas airtanah secara fisik

 Warna, airtanah pada sumur tidak berwarna

 Bau, airtanah pada sumur tidak berbau

 Rasa, airtanah pada sumur tidak berasa

 Kekeruhan, airtanah pada sumur tidak keruh

 Temperatur, airtanah pada sumur tergolong suhu air normal

2. Kualitas Airtanah Secara Kimia

 Derajat Keasaman (pH)

pH airtanah pada sumur 8,1 mg/L

 Amonia dan Nitrit

Amonia airtanah pada sumur 0,9 mg/L sedangkan Nitrit airtanah pada sumur 0,03 mg/L.

 Klorida, airtanah pada sumur 60 mg/L

 Sulfat, airtanah pada sumur 90 mg/L

 Seng, airtanah pada sumur 0,01 mg/L

 Flourida, airtanah pada sumur 1,6 mg/L (di atas ambang batas) c. Conto 03

Pada conto ini didapatkan: 1. Kualitas airtanah secara fisik

 Warna, airtanah pada sumur tidak berwarna

 Bau, airtanah pada sumur tidak berbau

 Rasa, airtanah pada sumur tidak berasa

 Kekeruhan, airtanah pada sumur tidak keruh

 Temperatur, airtanah pada sumur tergolong suhu air normal

2. Kualitas Airtanah Secara Kimia

 Derajat Keasaman (pH)

(6)

10

 Amonia dan Nitrit

Amonia airtanah pada sumur 4,4 mg/L (diatas ambang batas) sedangkan Nitrit airtanah pada sumur 0,3 mg/L.

 Klorida, airtanah pada sumur 37 mg/L

 Sulfat, airtanah pada sumur 62 mg/L

 Flourida, airtanah pada sumur 1,3 mg/L

B. Desa Soasangaji

Di Desa ini peneliti mengambil conto sebanyak empat (4) sumur uji dengan hasil sebagai berikut dan dapat dilihat pada LAMPIRAN C.

a. Conto 04

Pada conto ini didapatkan: 1. Kualitas airtanah secara fisik

 Warna, airtanah pada sumur tidak berwarna

 Bau, airtanah pada sumur tidak berbau

 Rasa, airtanah pada sumur tidak berasa

 Kekeruhan, airtanah pada sumur tidak keruh

 Temperatur, airtanah pada sumur tergolong suhu air normal

2. Kualitas Airtanah Secara Kimia

 Derajat Keasaman (pH)

pH airtanah pada sumur 8,6 mg/L

 Amonia dan Nitrit

Amonia airtanah pada sumur 3,2 mg/L (diatas ambang batas) sedangkan Nitrit airtanah pada sumur 0,004 mg/L.

 Klorida, airtanah pada sumur 16 mg/L

 Sulfat, airtanah pada sumur 21 mg/L

 Flourida, airtanah pada sumur 1,2 mg/L

b. Conto 05

Pada conto ini didapatkan: 1. Kualitas airtanah secara fisik

 Warna, airtanah pada sumur tidak berwarna

 Bau, airtanah pada sumur tidak berbau

(7)

 Rasa, airtanah pada sumur tidak berasa

 Kekeruhan, airtanah pada sumur tidak keruh

 Temperatur, Temperatur air tanah pada sumur tergolong suhu air normal

2. Kualitas Airtanah Secara Kimia

 Derajat Keasaman (pH)

pH airtanah pada sumur 8,9 mg/L

 Amonia dan Nitrit

Amonia airtanah pada sumur 2,5 mg/L (diatas ambang batas) sedangkan Nitrit airtanah pada sumur 0,002 mg/L.

 Klorida, Klorida airtanah pada sumur 33 mg/L

 Sulfat, Sulfat airtanah pada sumur 0,9 mg/L

 Seng, airtanah pada sumur 0,01 mg/L

 Flourida, airtanah pada sumur 1,2 mg/L

c. Conto 06

Pada conto ini didapatkan: 1. Kualitas airtanah secara fisik

 Warna, airtanah pada sumur tidak berwarna

 Bau, airtanah pada sumur tidak berbau

 Rasa, airtanah pada sumur tidak berasa

 Kekeruhan, airtanah pada sumur tidak keruh

 Temperatur, airtanah pada sumur tergolong suhu air normal

2. Kualitas Airtanah Secara Kimia

 Derajat Keasaman (pH)

pH airtanah pada sumur 8,9 mg/L

 Amonia dan Nitrit

Amonia airtanah pada sumur 1,8 mg/L (diatas ambang batas) sedangkan Nitrit airtanah pada sumur 0,01 mg/L.

 Klorida, airtanah pada sumur 11 mg/L

 Sulfat, airtanah pada sumur 26 mg/L

 Flourida, airtanah pada sumur 1,2 mg/L

d. Conto 07

Pada conto ini didapatkan: 1. Kualitas airtanah secara fisik

 Warna, airtanah pada sumur tidak berwarna

(8)

12

 Bau, airtanah pada sumur tidak berbau

 Rasa, airtanah pada sumur tidak berasa

 Kekeruhan, airtanah pada sumur tidak keruh

 Temperatur, irtanah pada sumur tergolong suhu air normal

2. Kualitas Airtanah Secara Kimia

 Derajat Keasaman (pH)

pH airtanah pada sumur 8,9 mg/L

 Amonia dan Nitrit

Amonia airtanah pada sumur 2,2 mg/L (diatas ambang batas) sedangkan Nitrit airtanah pada sumur 0,002 mg/L.

 Klorida, airtanah pada sumur 7 mg/L

 Sulfat, airtanah pada sumur 34 mg/L

 Flourida, airtanah pada sumur 1,2 mg/L

2. Pembahasan Kualitas Airtanah

Kualitas air tanah yang terdapat pada Desa Soagimalaha dan Soasangaji

dilihat secara fisik pada indikator warna , bau, rasa, temperatur dan kekeruhan. Dan secara kimia airtanah terdiri dari perameter pH, amonia dan nitrit, klorida, sulfat dan flourida. Merupakan kualitas airtanah dari ke tujuh conto yang memiliki standar baku mutu dibawah ambang batas yang layak untuk diminum. Tetapi pada parameter kimia ada beberapa conto yang memiliki hasil pengukuran yaitu pada parameter amonia dan flourida yang hasil pengukurannya di atas ambang batas, sehingga parameter amonia dapat menyebabkan penghambatan daya serap hemoglobin darah terhadap oksigen dan ikan mati karena sesak napas, sedangkan parameter flourida dapat menyebabkan implikasi terhadap kerusakan pada tulang.

Pengembangan Wilayah Pada Kota Maba

Sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Daerah Kabupaten Halmahera Timur Provinsi Maluku Utara, yang salah satunya terdapat Desa

(9)

Soagimalaha dan Desa Soasangaji merupakan desa yang berada pada kawasan Kota Maba. Akan tetapi Kota Maba tersebut berada dekat dengan kawasan pemukiman, untuk menjaga airtanah yang digunakan oleh masyarakat sebagai air minum, maka perlu ada strategi pengembangan wilayah yang diterapkan sehingga airtanah pada Kota Maba tetap terjaga kualitasnya, yaitu sebagai berikut: Melakukan reklamasi dan reboisasi di kawasan PT. Haltim Mining sehingga daerah tangkapan air tidak mudah lolos dan tidak berpengaruh terhadap airtanah.

Menjaga airtanah yang dikonsumsi oleh masyarakan sebagai air minum di Kota Maba yaitu melakukan pemanfaatan sisa-sisa lahan yang ada secara optimal dan membuat sumur resapan air. Sehingga Kota Maba mempunyai airtanah yang terpenuhi dengan menjaga daerah resapan air tetap terjaga.

VI. Kesimpulan

Memperhatikan pembahasan diatas, maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut :

1. Lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Kota Maba.

2. Dengan sistem pengambilan data yang di ambil secara langsung pada airtanah.

3. Lokasi pengambilan data ada Tujuh (7) titik conto, yaitu Desa Soagimalaha dan Desa Soasangaji. Pada Desa Soagimalaha yang memiliki tiga conto titik dan Desa Soasangaji yang memilki empat conto titik.

4. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, pengolahan data dan analisis, dapat disimpulkan adanya dua parameter kimia yang berada di atas ambang batas Standar Baku Mutu yang tentukan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesai Nomor 82 Tahun 2001, yaitu parameter amonia dan flourida yang terdapat pada airtanah.

(10)

14

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, L. (1999) Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah, Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta.

Chandra, Budiman. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. EGC. Jakarta. Gabriel, J.F. 2001. Fisika Lingkungan. Jakarta: Hipokrates. Cetakan Pertama. Hadi, Anwar; 2005 “Prinsip Pengolahan Pengambilan Sampel Lingkungan,”

PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Hadi, Sutrisno. 2000. Metodologi Penelitian, Yogyakarta: Andi Yogyakarta. Hanafiah, A.K. 2004. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Harmayani, K. D., dan Konsukartha, I. G. M., 2007. Pencemaran Air Tanah

Akibat Pembuangan Limbah Domestik di Lingkungan Kumuh. Jurnal Permukiman Natah 5(2).94.

Herlambang, Arie, dkk. 1996. Database Airtanah Jakarta, Studi Opstimisasi Pengelolaan Airtanah : Jakarta, Dit P.S., Dep. Analisa Sitem, BPPT. Jakarta.

Indarto. 2010. Dasar-dasar Sistem Informasi Geografis. Jember : University Press.

Jayadinata, Johara.T1999. Tata Guna Tanah dalam Perencanaan PedesaanPerkotaan dan Wilayah.Jakarta : CIDES

Konsurkartha,I.G.M. 2007. Pencemaran Air Tanah Akibat Pembungan Limbah Domestik di Lingkungan Kumuh, Jurnal Pemukiman Natah Vol 5, No.2, pp:62-108.

Krussman dan Ridder, 1970, dalam Utaya, 1990. Macam-Macam Akifer,

http://dedisuparman.wordpress.com/category/umum/, diakses Rabu,

21 Januari 2010.

Laboratorium Kementerian Kesehatan RI Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Kelas I Manado Provinsi Sulawesi Utara. Nugroho, I. Dan Rochimin Dahuri. 2004. Pembangunan Wilayah : Perspektif

(11)

Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990 Tentang : Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang “Pengolahan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air”. Ray K. Linsley, JR,max A. Kohler, Joseph L.H. Paulhus, Yandi Hermawan.

(1986). Hidrologi Untuk Insinyur, Erlangga, Jakarta.

Sutrisno, T., 2004. Teknologi Penyediaan Air Bersih, PT. Rineka Cipta, Jakarta. Syamsul, Asep. 2005. Jurnalistik Terapan. Bandung : PT Batik Press

T. Apandi dan D. Sudana, 1980. Mandala Geologi Halmahera Timur dan Mandala Geologi Halmahera Barat

Referensi

Dokumen terkait

Keberadaan struktur deformasi di daerah semburan Lupsi, yaitu lokasi Sistem Patahan Watukosek, penyebab bengkoknya rel kereta api, dan struktur diapirsm ditafsirkan dari penampang

Opini positif pada berita kejahatan pada tayangan patroli memberikan banyak manfaat di masyarakat seperti pada berita kejahatan memberikan tips atau saran untuk mencegah dan

The purpose of this research are to find out if Graphic Organizer can improve reading comprehension of eighth grade students in SMP 4 Kudus in the academic year

Kota Fort Worth adalah salah satu kota terbesar keempat di Texas, Amerika Serikat, salah satu negara yang juga ikut memicu awal Sister Cities International

Falsafah dan pemikiran yang dikemukakan Ibn Sina yang boleh penulis kaitkan dengan perubatan Islam, juga sebenarnya adalah serasi dengan Tibb al-Nabawi walaupun kedua-duanya

informasi tahap demi tahap. c) Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal. d) Mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberi umpan

Pengaruh Langsung Kepemimpinan manajerial (X 1 ) terhadap Motivasi Kerja (X 4 ) Pengaruh langsung kepemimpinan manajerial terhadap Motivasi kerja sebesar 0,18 atau